1
BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data 2.1.1 Tinjauan Pusataka •
Mencegah Kelahiran Bayi Cacat,Nurul Hidayati
•
Layout Book, Ambrose Harris
•
Publication Design Workbook, Timothy Samara
•
Human Interest Photography, Wilsen Way
2.1.2 Referensi Website •
http://megapolitan.kompas.
•
http://www.kcdsg.org/files/content/About%20Down%20Syndrome
•
http://potads.or.id
•
http://health.detik.com
2.1.3 Sumber Data Lain •
POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome)
2.1.4 Interview •
Ibu Olivia , Sekertaris POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome)
•
Orangtua anggota POTADS
2.2 Data Umum 2.2.1 Tentang Sindroma Down Pada tahun 1866, Dokter John Langdon Down, mendeskripsikan dengan tepat seorang dengan Sindroma Down dan menjadikannya "Bapak" Sindroma Down. Pada tahun 1959, Dokter Jerome Lejeune mengidentifikasikan Sindroma Down sebagai keabnormalan/kelainan kromosom. Dokter Lejeune tidak menemukan 46 kromosom pada anak Sindroma Down melainkan 47 kromosom. Kelebihan kromosom inilah yang menimbulkan ciri khas Sindroma Down. Kelebihan kromosom ini terjadi pada kromosom yang ke-21 dan kerena 95% kasus Sindroma Down
2 disebabkan karena adanya 3 copy kromosom 21, maka sering juga disebut Trisomy 21. Menurut buku A-Z Mencegah Kelahiran Bayi Cacat yang ditulis oleh Nurul.L.H, penelitian mengungkapkan penyabab utama Sindroma Down adalah kelebihan kromosom, tetapi sampai pertengahan abad ke -20, penyebab munculnya kelebihan kromosom itu yang masih belum diketahui. Akan tetapi, faktor usia ibu yang lebih tua atau > 35 tahun saat hamil berisiko lebih untuk mendapatkan anak Sindroma Down, dan usia ayah diatas 42 tahun juga meningkatkan resiko anak Sindroma Down. 2.2.2 Ciri – Ciri Anak Sindroma Down Biasanya bayi terdiagnosa sebagai Sindroma Down lebih karena roman mukanya, yaitu : •
Oblique Palpebral Fissures - Bentuk mata yang keatas
•
Muscle Hypotenia - Lemah otot
•
Flat Facial Profile - Profil muka yang datar
•
Dysplastic Ear - Bentuk kuping yang abnormal
•
Simian Crease - Satu garis horisontal pada telapak tangan
•
Hyperflexibility - kelenturan yagn berlebihan pada persendian
•
Dysplastic Middle Phalanx of the Fifth Finger - Jari kelingking (jari kecil) hanya ada satu sendi
•
Epicanthal Folds - Lipatan pada dalam ujung mata
•
Exessive Space Between Large & Second Toe - Jarak yang berlebihan antara jempol kaki dan telunjuk kaki
•
Enlargment of Tongue - Lidah besar yang tidak sebanding dengan mulutnya.
2.2.3 Jenis Sindroma Down Menurut Centers for Disease Control and Prevention, terdapat 3 Sindroma Down.Perbedaan ke 3 nya tidak mudah dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus dicek terlebih dahulu kromosomnya, karena secara fisik dan perilaku, mereka hampir semuanya sama.
3 Trisomy 21: Pada anak dengan Sindroma Down jenis Trisomi 21 adalah jenis terbanyak yang dimiliki oleh mereka (95%) yang lahir dari ibu berbagai usia. Tri artinya tiga dan somi artinya kromosom. Jadi, pada kromosom 21 terdapat 3 buah kromosom. Translocation Down syndrome: 4% anak Sindroma Down ada pada jenis Translokasi, yaitu kromosom 21nya ada yang pecah dan berpindah ke kromosom lain (biasanya ke kromosom 13, 14, 15 atau 22. Yang tersering adalah ke kromosom 14). Mosaic Down syndrome: sekitar 1%, dengan ciri fisik anak Sindroma Down yang kurang menonjol dan perkembangannya mendekati normal.
2.2.4 Pengaruh Sindroma Down Pada Perkembangan Semua Sindroma Down mempunyai keterbelakangan yang berbeda skalanya, namun tidak tertutup kemungkinan akan timbulnya satu kekuatan atau kelebihan bakat pada setiap individu. Anak-anak Sindroma Down juga dapat belajar duduk, berjalan, berbicara, bermain dan melakukan kegiatankegiatan lainnya, namun tentu lebih lambat daripada anak-anak yang bukan penyandang Sindroma Down. Anak Sindroma Down sesungguhnya memiliki potensi besar, karena yang memiliki kelainan hanyalah kromosom-nya, bukan otaknya ataupun bagian badannya yang lain. Kekurangan-kekurangan yang dideritanya adalah sebagai akibat. Meskipun sikap dan perkembangannya lamban, namun bila ditangani sejak dini, maka potensinya dapat dimaksimal mendekati anak normal.
2.3 Hasil Survei 2.3.1 Kisah Sukses Anak Sindroma Down Berikut beberapa kisah anak berkebutuhan khusus menurut media online Ibu dan Mama, 21 Maret 2014 yang sukses meraih mimpi dan menjadikan Sindroma Down bukan sebagai halangan bagi mereka untuk berprestasi. 1. Katie Henderson, seorang fashion illustrator berusia 30 tahun yang terlahir Sindroma Down, namun tidak membuatnya berhenti dan patah
4 semangat dalam berkarir. 2. Reviera Novitasari, seorang anak perempuan yang yang berhasil menujukkan bahwa ia berbeda dengan anak-anak Sindroma Down lainnya dengan berhasil mendapatkan medali perunggu renang 100 meter gaya dada pada kejuaraan renang internasional di Canberra, Australia, 11-13 April 2008. 3. Lauren Potter, Anak perempuan dengan Sindroma Down dari Amerika yang berhasil menjadi artis dan berperan dalam beberapa film besar, seperti Glee. 4. Tim Harris, remaja laki-laki yang memiliki Sindroma Down, namun berhasil membangun bisnis restorannya sendiri. 5. Michael Rosihan Yacub, remaja berusia 20 tahun yang berhasil meraih rekor MURI dengan menjadi satu-satunya pegolf muda yang memiliki Down Syndrome dan bertanding melawan para pegolf normal. Ia mampu mendalami olahraga golf yang membutuhkan konsentrasi tinggi dengan IQ hanya 35. 6. Stephanie Handoyo, anak Sindroma Down berusia 18 tahun yang berhasil memecahkan rekor MURI sebagai pemain piano yang mampu membawakan 23 lagu berturut – turut dalam sebuah acara musik di Semarang Jawa Tengah.
2.4 Analisa SWOT Strength -
Buku ini membahas mengenai anak dengan Sindroma Down yang terkadang masih dilupakan oleh banyak orang.
-
Konten buku dengan pendekatan fotografi sehingga para pembaca lebih mendapatkan feel dari buku ini
-
Pemilihan warna dan layout yang ‘segar’ sehingga buku menarik untuk dibaca
Weakness -
Karena belum adanya buku yang benar – benar serupa, pemilihan konten harus benar – benar menarik
Opportunity -
Memberikan informasi inspiratif seputar Sindroma Down
5 -
Anak Sindroma Down lebih dihargai dan didukung dengan prestasinya
Threath -
Orang – orang dengan minat baca yang masih sedikit
2.5 Tinjauan Khusus 2.5.1 Definisi 2.5.1.1 Definisi Buku Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman.Sedangkan menurut Ensiklopedi Indonesia (1980, hal. 538) memberikan pengertian buku secara lebih luas dengan menyebutkan bahwa: Dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papirus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala bentuknya: berupa gulungan, dilubangi dan diikat dengan atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton dan kayu.
2.5.2 Landasan Teori 2.5.2.1 Teori Publikasi Menurut Simon Jennings, publikasi adalah industri yang mendukung desain. Menurut Simon Jennings, publikasi adalah industri yang mendukung desain buku. Arti kata publikasi adalah untuk menyatakan ide-ide atau gagasan-gagasan di depan umum, secara terbuka dan membuat ide-ide atau gagasan-gagasan itu diketahui secara umum (Jennings, Simon, The Complete Guide to Advance Illustration and Design, p134). Dalam bukunya yang berjudul “Ordnung and Eccentricity” , Thomas Mann menyebutkan bahwa mendesain sebuah buku sebagai media publikasi lebih dari menampilkan teks dan gambar dengan jelas. Sebuah buku harus memenuhi keinginan dan menjadi objek yang bernilai.
6 Dalam pembuatannya, buku harus dapat menyampaikan komunikasi ke para pembaca dan memuaskan estetika serta tingkat emosional. Oleh karena itu, terdapat 6 faktor yang menentukan penyelesaian suatu desain, yaitu: a. format b. grid c. typography d. color e. cover or masthead f. use of imagery
2.5.2.2 Teori Layout Menurut Frank F. Jefkin, untuk mendapatkan layout yang baik diperlukan adanya: -
Kesatuan komposisi yang baik dan enak dilihat;
-
Variasi, agar tidak monoton/ membosankan;
-
Keseimbangan dalam layout sehingga terlihat sepadan, serasi dan
selaras; -
Irama, yang berupa pengulangan bentuk atau unsur-unsur layout
dan warna; -
Harmoni, bentuk keselarasan hubungan antar unsur yang
memberikan kesan kenyamanan dan keindahan; -
Proporsi, perbandingan;
-
Kontras, perpaduan antara warna gelap dan terang.
2.5.2.3 Teori Fotografi Selective Focus adalah sebuah teknik fotografi dengan memanfaatkan Depth of Field untuk mengisolasi / memisahkan subjek dari objek-objek lain yang berada didekatnya. Teknik ini berguna ketika subjek berada diantara background dan foreground yang kompleks/crowded. Cara untuk melakukan teknik Selective Focus: 1.Fokus pada subjek. 2.Baca jarak subjek di gelang fokus lensa. 3. Dengan berpatokan pada skala Depth Of Field, pilih
7 Aperture berdasarkan luas Depth of Field yang diinginkan untuk mengisolasi subjek.
2.5.2.4 Teori Warna Warna dapat didefinisikan secara fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Secara obyektif atau fisik, warna dapat diberikan oleh panjang gelombang. Peranan warna sangat penting dominan pada karya seni rupa, hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan, (tension), deskripsi alam (naturalisme), ruang, bentuk, ekspresi, atau makna simbolik dan justru dalam kaitan yag beraneka ragam ini akan melihat betapa kedudukan warna dalam seni lukis (rupa) (Mikke Susanto, Diksi Rupa, Jogjakarta: Kanisius,2002) . Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis menurut J. Linschoten dan Drs. Mansyur, warna-warna itu bukanlah suatu gejela yang dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita terhadap berbagai macam benda dan obyek. Pemilihan warna utama untuk buku ini berdasarkan warna biru dan kuning, sesuai dengan warna Down Syndrome Ribbon Awareness. Biru dan kuning memiliki kekuatan masing – masing dalam mempengaruhi perasaan dan pikiran seseorang yang melihatnya. Warna biru, khususnya boru muda, merupakan warna yang menyebarkan kebahagiaan di antara banyak orang. Dalam tema Sindroma Down, hal itu menggambarkan orang – orang yang terlibat dan mau berkomitmen untuk selalu men-support anak – anak dengan Sindroma Down. Sedangkan warna kuning melambangkan keceriaan dan menciptakan suasana energik dalam tubuh dan pikiran serta pandangan optimis dan selalu bersemangat. Ketika warna kuning disandingkan dengan warna biru, menunjukkan adanya ketergantungan, rasa tanggung jawab, serta optimisme dari pihak yang
8 membantu anak Sindroma Down, dengan anak Sindroma Down itu sendiri, sehingga diharapkan adanya masa depan yang cerah bagi anak – anak dengan Sindroma Down.
2.5.2.5 Teori Tipografi Dalam suatu publikasi diperlukan hierarki dalam penyusunan dan pemilihan tipografi. Tidak ada aturan baku dalam penyusunan tersebut karena dalam grafis modern senantiasa digali kemungkinankemungkinan baru yang lebih menantang serta dapat menarik perhatian responden atau target. Namun demikian, susunan hierarki tetap masih harus ada. Hanya saja hierarki itu perlu disusun berdasarkan alasan yang berbeda-beda. Menurut Rama Kertamukti (2011), huruf sebagai Figur Informatif harus memenuhi 3 syarat berikut, antara lain: - Segi Ketampakan (legibility), Legibility berhubungan dengan kemudahan mengenali dan membedakan masing-masing huruf/karakter. Legibility menyangkut desain/bentuk huruf yang digunakan. Suatu jenis huruf dikatakan legible apabila masing-masing huruf/karakter- karakternya mudah dikenali dan dibedakan dengan jelas satu sama lain. - Keterbacaan (readibility), Readibility berkaitan dengan tingkat keterbacaan suatu teks. Teks yang readible berarti keseluruhannya mudah dibaca. Apabila legibility lebih membahas kejelasan karakter satu-persatu, readibility tidak menyangkut huruf/karakter satu persatu, melainkan keseluruhan teks yang disusun dalam suatu komposisi. - Kejelasan (clearity) Clearity adalah bahwa suatu huruf mempunyai fungsi tertentu yang harus dapat dilihat secara jelas.
2.5.2.6 Teori Komunikasi Menurut CRAGAN & SHIELDS, 1998 , Teori komunikasi merupakan hubungan di antara konsep teoretikal yang membantu
9 memberi, secara keseluruhan ataupun sebabagiannya, keterangan, penjelasan, penerangan, penilaian ataupun ramalan tindakan manusia berdasarkan komunikator (orang) berkomunikasi (bercakap, menulis, membaca, mendengar, menonton, dan sebagainya) untuk jangka masa tertentu melalui media. Sedangkan dalam bukunya yang bertajuk A Mathematical Theory of Communication , karya C.E Shannon, beberapa Elemen dasar komunikasi menjadikan objek studi tentang teori komunikasi: -
Source (Sumber): Shannon menyebut unsur ini sebagai
"sumber informasi", yang "menghasilkan pesan atau urutan pesan yang akan dikomunikasikan ke terminal penerima." -
Sender (Pengirim): Shannon menyebut unsur ini sebagai
"pemancar/penyebar", yang "beroperasi pada pesan dalam beberapa cara untuk menghasilkan sinyal yang cocok untuk meneruskannya melalui saluran tersebut." Oleh Aristoteles, unsur ini disebut "speaker" (orator). -
Channel: Bagi Shannon, saluran tersebut adalah "hanya media
yang digunakan untuk mengirimkan sinyal dari pemancar ke penerima." -
Receiver (Penerima): Untuk Shannon, penerima adalah
"melakukan operasi kebalikan dari yang dilakukan oleh pemancar, dengan merekonstruksi pesan dari sinyal." -
Destination (Tujuan): Untuk Shannon, tujuan adalah "orang
(atau suatu hal) kepada siapa pesan ini ditujukan". -
Message (Pesan): dari bahasa Latin mittere, "untuk
mengirim". Pesannya berupa sebuah konsep, informasi, komunikasi, atau pernyataan yang dikirim dalam bentuk, ditulis, direkam, atau bentuk visual verbal kepada penerima. -
Feedback (Tanggapan)
2.5.2.7 Teori Gestalt 1. Teori Gestalt
10 Psikologi Gestalt berawal dari pengajuan kertas kerja Max Wertheimer dari Jerman (1912), sedangkan di Amerika Serikat J.B. Watson juga mengemukakan karyanya yang berjudul “Psychology as the behaviorist views it‟ (1913). Kedua aliran ini (behaveiorisme dan gestalt) sering disebut sebagai aliran kontemporer yang mengkritik aliran Orthodoks, tetapi ada perbedaan diantara kedua aliran tersebut. Psikologi Gestalt masih mengakui adanya unsur kesadaran itu sendiri dalam bentuk yang utuh (totalitas, tidak terbagi dalam elemenelemen), sedangkan behaviorisme tidak sependapat dengan diikutsertakan kesadaran sebagai data dalam psikologi. Behaviorisme lebih menekankan tingkah laku dalam bentuknya yang nyata sebagai data dalam psikologi. Gestalt merupakan istilah psikologis yang berarti “kesatuan yang utuh”. Teori Gestalt menjelaskan proses penyatuan dan pengoganisasian komponen - komponen yang berbeda sehingga membentuk visual atau pola yang memiliki unsur kemiripan dan menjadi kesatuan. Hal ini yang mengacu pada teori persepsi visual yang dikembangkan oleh psikolog dari jerman pada tahun 1920. Teori Gestalt sering dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya. Ini karena teori tersebut banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual dapat terbentuk. Persepsi visual jenis ini bisa dilihat terbentuk karena : 1. Kesamaan bentuk (similiarity) Kesamaan terjadi karena benda terlihat mirip satu sama lain. Orang sering menganggap mereka sebagai kelompok atau pola. 2. Kesinambungan pola (continuity) Kelanjutan terjadi karena penglihatan menjadi bergerak mengikuti arah suatu objek dan melanjutkan ke objek yang lain. 3. Penutupan bentuk (closure) Penutupan bentuk terjadi karena ketika sebuah benda tidak lengkap atau terdapat bidang negative dan kosong, namun bentuk tersebut masih terlihat seperti satu keatuan dan memiliki bayangan visual yang sama dengan objek yang sebenarnya. 4. Kedekatan posisi (proximity)
11 Sebuah bentuk yang sama dengan posisi berjauhan akan terlihat terpancar dan tidak memiliki heriarki. Namun setelah didekatkan, bentuk- bentuk tersebut akan terlihat menjadi satu kesatuan.
5. Gambar (figure) Penggabungan dua buah objek atau lebih yang dapat menghasilkan objek lain.
2.6 Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) 2.6.1 Tentang POTADS Berawal dari orang tua anak dengan Sindroma Down yang berdiskusi sambil menunggu anak yang mengikuti terapi di Klinik Khusus Tumbuh Kembang Anak (KKTK) Rumah Sakit Harapan Kita. Kemudian pada 1997 berlanjut sering mengadakan pertemuan-pertemuan dengan mendatangkan pembicara yaitu dokter dari lingkup RS Harapan Kita, 3 wanita yang memiliki anak dengan Sindroma Down sepakat membuat suatu perkumpulan dengan nama Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome, POTADS, yaitu sebagai Ketua Aryati Supriono, Sekretaris Noni Fadhilah dan Bendahara Ellya Goestiani.
Kemudian perkumpulan ini di sahkan menjadi Yayasan POTADS oleh Notaris pada tanggal 28 Juli 2003.
Kini POTADS sudah berganti kepengurusan dengan domisili di Tangerang. Atas kesadaran, kesediaan, ketebukaan dan merasakan harus membantu dan mensosialisaskan tentang Sindroma Down, para sahabat POTADS di daerah bersedia menjadi pengurus dan membuka cabang di daerah dengan nama Pusat Informasi dan Kegiatan POTADS (PIK POTADS)
2.6.2 Visi dan Misi POTADS Misi: Visi Yayasan POTADS adalah menjadi pusat informasi dan konsultasi terlengkap tentang Sindroma Down di Indonesia.
12
Visi : 1. Memiliki pusat informasi yang bisa diakses 24 jam baik melalui surat, telepon, internet atau media komunikasi lainnya. 2. Menyediakan informasi terkini tentang perkembangan Sindroma Down baik secara ilmiah maupun dari pengalaman orang lain. 3. Menyebarluaskan informasi mengenai Sindroma Down kepada anggota yang membutuhkan dan tempat-tempat yang akan diakses oleh para orangtua yang memiliki anak dengan Sindroma Down , seperti Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas sampai ke Posyandu. 4. Memberikan konsultasi secara kelompok maupun individu sesuai dengan kebutuhan. 5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendukung penyebarluasan informasi tentang Sindroma Down kepada masyarakat luas. 6. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang akan mendorong masyarakat untuk lebih peduli dan menghargai; sehingga mereka dapat memberi kesempatan yang sama untuk berkembang dalam berbagai bidang (pendidikan, seni & budaya, dan lain-lain).
2.6.3 PROGRAM POTADS Program POTADS meliputi: 1. Mendirikan Pusat Informasi dan Kegiatan (PIK) POTADS di seluruh Indonesia. Saat ini PIK POTADS sudah ada di Medan, Bandung, Jogjakarta, Surabaya dab Bali. 2. Menyelenggarakan pertemuan dengan para orang tua anak Sindroma Down bekerjasama dengan para ahli yang terkait dengan tumbuh kembang anak dengan Sindroma Down (dokter, psikolog, terapis, dan lain-lain). 3. Memberdayakan para orang tua anak dengan Sindroma Down agar mereka selalu bersemangat dalam mengawal tumbuh kembang anaknya dengan sebutan MLM Hati.
13
2.7 Tentang Penerbit
Gambar 2.1 Logo Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Penerbit Gramedia Pustaka Utama berdiri sejak tahun 1974, dan telah menerbitkan lebih dari 30 ribu judul buku. Buku fiksi pertama yang diterbitkan adalah novel Karmila, karya Marga T., sedangkan untuk buku nonfiksi pertama adalah Hanya Satu Bumi, yang ditulis oleh Barbara Ward dan René Dubos (diterbitkan bekerjasama dengan Yayasan Obor).
Dengan misi "Ikut
Mencerdaskan dan Memajukan Kehidupan Bangsa serta Masyarakat Indonesia Melalui Bacaan yang Menghibur dan Mendidik", Gramedia Pustaka Utama berusaha menjadi agen pembaruan bagi bangsa, dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang berkualitas, yang memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas berpikir. Saat ini, dengan jalinan kerjasama dengan lebih dari 200 penerbit asing terkemuka dari AS, Belanda, Jerman, Belgia, Brasil, Denmark,dll. Gramedia Pustaka Utama telah berhasil mengukuhkan posisinya sebagai salah satu penerbit buku terbaik di Indonesia.
2.8 Target Audience Target audience diberatkan untuk pasangan yang memiliki anak dengan Sindroma Down, tetapi dengan dibuatnya publikasi media ini, diharapkan akan semakin banyak orang yang tidak lagi memandang sebelah mata anak – anak Sindroma Down, bisa belajar dan sama – sama mau membantu pendidikan ataupun kegiatan sosial.