3
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1
Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber – sumber sebagai berikut: • Literatur Pencarian data melalui buku-buku teori, catatan, artikel baik di koran, majalah, maupun website yang ada hubungannya dengan materi yang penulis angkat, yaitu mengenai perkembangan Dunia Tari Tradisional Indonesia pada umumnya dan perancangan Promosi Event untuk Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa pada khususnya. • Wawancara dengan para narasumber dari pihak terkait dan masyarakat sekitar di kota Jakarta, para murid tari dengan menggunakan kuisioner dan berdialog secara langsung. Untuk pencarian data-data dengan metode wawancara merupakan pengalaman pribadi, pendapat pribadi, opini, dan tidak bersifat ilmiah. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data, yaitu melalui proses pengeditan dan analisa. Pada proses pengeditan, data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk disesuaikan dan dipisahkan mana data yang dapat digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir. Proses selanjutnya adalah menganalisa, yaitu data yang sudah terpilih kemudian diolah dan diambil kesimpulan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Hasil rangkuman pencarian data sebagai berikut : 2.1.1 Gambaran umum Sanggar Tari Sanggar Tari adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan Tari. Selain sanggar, kursus juga merupakan salah satu lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal, sehingga hal ini kadang menimbulkan kerancuan pemahaman tentang sanggar dan kursus. Kursus biasanya hanya mencakup proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar, sedangkan sanggar mencakup seluruh proses dari awal hingga akhir yaitu mencakup proses pengenalan (biasanya melalui workshop/pelatihan singkat), pembelajaran, penciptaan atau membuat karya, dan produksi. contoh: pembelajaran melukis, membuat karya lukis kemudian pameran, penjualan/pelelangan semua dilakukan didalam sanggar. Untuk sertifikat sebagian besar sanggar biasanya tidak memberikan sertifikat, kecuali pada sanggar-sanggar tertentu yang memang memiliki program untuk memberikan sertifikat pada peserta didiknya. 2.1.2
Perkembangan Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Tarian adalah ekspresi jiwa dalam bentuk gerak yang biasanya dipadu dengan alunan musik. Tarian terkait pula dengan momen, dapat melukiskan tentang suatu peristiwa: perang, suasana duka, penghormatan pada raja, misalnya seperti pengabdian seorang perempuan dalam budaya Jawa.
3
4
Indonesia kaya akan seni dan budaya, ada banyak ragam seni dan budaya yang berkembang di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, kita bisa mendapati seni dan budaya yang unik dan indah. Jika harus menyebutkan, menuliskan atau menyusun keragaman seni dan budaya itu, pasti akan ada banyak seni dan budaya yang mungkin tidak dikenal. Bagaimana tidak, untuk satu daerah di mana kita tinggal saja ada begitu banyak keragamannya. Itulah bukti nyata betapa kayanya negara kita akan seni dan budaya. Pengertian seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Seni memiliki unsur keindahan. Seni juga mempunyai arti kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa). Sementara arti dari budaya, masih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pikiran; akal budi. Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Seni Tari Tradisional kita pun sarat akan nilai moral dan sosial. Selalu ada cerita yang ingin disampaikan melalui gerakan-gerakan tubuh yang indah itu. Tak jarang di suatu lingkungan tertentu ada tarian yang tidak sembarang orang dapat menari-kannya. Dunia Tari Tradisional tidak pernah berhenti, sebaliknya terus berputar mengikuti perkembangan jaman, Keberadaan sanggar-sanggar Tari pun saat ini semakin banyak dan berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan, tetapi sedikit yang mengajarkan Tari Tradisional Indonesia secara beranekaragam. kekayaan Budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia sangatlah luar biasa, jika di gali sampai ke akar Budaya nya tentu kita akan memiliki nilai rasa yang tinggi terhadap kecintaan kita pada seni Budaya Tari Tradisional Indonesia. Hanya bagaimana cara kita untuk memupuk, melestarikan, sehingga kekayaan tersebut memiliki masa depan yang baik. Maka harus dididik sejak anak- anak usia sekolah agar mereka mengenal Budaya tari dan menimbulkan rasa untuk melestarikannya.
2.1.3
Menari itu Sehat dan Indah Secara umum Menurut Drs. Sugito Martodiwiryo, semua kegiatan berkesenian mempunyai manfaat yang sama, yakni rekreatif. Dengan berkesenian, baik sebagai pelaku maupun sebagai penikmat, setiap orang akan mendapat hiburan. Seni tari merupakan seni yang mampu memberikan manfaat ganda baik bagi pelaku maupun penikmatnya. Bagi pelakunya, seni tari selain bermanfaat memberi hiburan, juga menjadi kegiatan berolahraga. Menari merupakan kegiatan olahraga kebugaran. Penari yang secara konsisten dan kontinyu menekuni tari, baik sebagai profesi maupun sebagai hobi, akan mendapatkan dirinya selalu bugar, otot-ototnya lentur, dan bentuk tubuhnya ideal. Khusus bagi penari profesional, menari juga mempunyai nilai ekonomis. Bagi penikmatnya (orang yang gemar menonton pertunjukan tari), seni tari memberikan hiburan, inspirasi, dan berbagai manfaat lainnya. Banyak hal yang bisa dibahas dari cabang seni yang satu ini. Pada tulisan ini, anda akan mendapatkan tips bagaimana menilai indahnya sebuah tarian. Dengan mengenal tips yang akan disajikan di bawah ini semoga anda akan lebih menyukai dan mampu memberikan apresiasi terhadap seni tari. Ada lima unsur yang menjadi dasar untuk menilai indahnya sebuah pertunjukan tari. Unsur pertama adalah Wiraga, yakni kesesuaian antara jenis tarian dengan umur dan fisik penarinya, misalnya, “tari kelinci” lebih cocok dimainkan oleh anak-anak, “tari giringgiring” cocok dimainkan oleh remaja, “tari karonsih” sangat indah bila dimainkan oleh sepasang muda-mudi yang berperawakan langsing, dan “tari bondan” atau “tari kendi” sangat bagus dimainkan oleh 4
5
gadis cilik. Unsur kedua adalah Wirama, yakni kesesuaian antara irama lagu atau musik pengiring dengan gerak tari. Tarian yang sigrak atau yang bersifat atraktif dan dinamis sangat cocok diiringi dengan lagu bernuansa gembira dengan tempo yang cepat. Sebaliknya, tarian yang bernuansa romantis atau melankolis lebih cocok diiringi dengan lagu yang syahdu dan musik bertempo lambat. Unsur ketiga adalah Wirasa, yakni penghayatan yang dilakukan oleh penari terhadap materi dan jenis tarian. Menari bukan sekadar menggerakkan anggota tubuh, melainkan mengekspresikan nilai seni atau keindahan melalui bahasa gerak, bahasa tubuh, dan bahasa mimik. Dalam kaitan ini, bagaimana gerak langkah kaki dan ayunan tangan serta kerlingan mata menjadi sangat berarti, apalagi senyum yang digerakkan oleh ketulusan hati. Unsur keempat adalah Wicitra, yakni bagaimana keseluruhan gambaran yang dapat diperlihatkan sebagai sebuah keutuhan karya seni. Unsur keempat ini dibangun dengan padu padan dari tata rias, kostum, tata lampu, dan tata pangung. Tarian yang mengekspresikan kisah sedih misalnya, tidak cocok ditampilkan dengan tata rias yang menor serta kostum yang berwarna cerah. Sebaliknya, tarian yang mengekspresikan kegembiraan, sangat cocok ditampilkan dengan kostum yang ngejreng serta lampu yang gemerlap. Jumlah penari juga menjadi penting untuk dipertimbangkan dalam kaitannya dengan luas panggung pertunjukan. Sebuah tarian kolosal membutuhkan panggung yang luas, sebaliknya tarian tunggal tidak membutuhkan panggung terlalu luas. Unsur kelima adalah Konteks, yakni hubungan pertunjukan dengan dengan momen atau acara tertentu. Untuk memperingati Hari Pahlawan, barangkali akan sangat bagus ditampilkan “tari wiroyudo” atau “tari bondoboyo” yang menggambarkan sepak terjang prajurit atau balatentara dengan gerakannya yang gagah dan penuh semangat. Begitulah lima unsur keindahan tari. 2.1.4
Fungsi Otak Kanan dan Kiri Mengajar haruslah melibatkan otak kiri dan kanan siswanya. Jika tidak melibatkan kedua fungsi otak itu, ketidakseimbangan akan terjadi bagi diri siswa. Potensi salah satu otak itu akan lemah dan semakin lemah. Untuk itu, semua guru/dosen/trainer ketika mengajar haruslah menggunakan strategi pelibatan otak kiri dan kanan siswanya. Otak manusia dibagi menjadi dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri dengan fungsi yang berbeda. Otak kanan diidentikkan tentang kreativitas, persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna, berpikir lateral, tidak terstruktur, dan cenderung tidak memikirkan hal-hal yang terlalu mendetail. Sedangkan otak kiri biasa diidentikkan dengan rapi, perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, logika, terstruktur, analitis, matematis, sistematis, linear, dan tahap demi tahap. Perbedaan teori fungsi otak kanan dan otak kiri telah populer sejak tahun 1960. Seorang peneliti bernama Roger Sperry menemukan bahwa otak manusia terdiri dari 2 hemisfer (bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi yang berbeda. Atas jasanya ini beliau mendapat hadiah Nobel pada tahun 1981. Selain itu dia juga menemukan bahwa pada saat otak kanan sedang bekerja maka otak kiri cenderung lebih tenang, demikian pula sebaliknya. Otak kanan berfungsi dalam perkembangan EQ (Emotional Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya. Otak kiri berfungsi sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, 5
6
urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika. Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling mendominasi dalam aktivitas namun keduanya terlibat dalam hampir semua proses pemikiran. Berdasarkan kekuatan fungsi masingmasing, berarti, kedua fungsi otak manusia itu sangat diperlukan dalam menghadapi hidup. Begitu pula, bagi siswa, pembiasaan penggunaan kedua fungsi otak itu sangat bermanfaat dalam perjalanan dirinya menuju kedewasaan. Dengan begitu, guru/dosen/trainer dalam mengajar di kelas, metode apapun yang digunakan, sebaiknya berbasis otak kanan dan kiri. Anak-anak sejak kecil sangat akrab dengan menari. Di sekolah mereka diperkenalkan dengan gerakan-gerakan sederhana diiringi lagu anak-anak. Dengan menari, selain otak kiri, otak kanan juga berjalan dengan baik. Dapat juga menghasilkan bakat dan prestasi. Selain itu juga mempunyai efek yang sangat menguntungkan untuk anak, yaitu untuk perkembangan Otak kiri (hitungan, logika, terstruktur, analitis, Urutan, dll) dan Otak kanan anak (kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, menari, dll). Menari juga sehat dan indah. Menari juga membutuhkan koordinasi, menciptakan suasana rileks dan dapat membentuk postur tubuh anak yang ideal. Alangkah baiknya jika sejak anak-anak dapat dikenalkan Tari Tradisional Indonesia yang sangat bermanfaat, dan yang terutama untuk menumbuhkan rasa cinta, mempertahankan, dan melestarikan Seni Budaya Tari Tradisional Indonesia. 2.1.5
Sejarah Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa adalah sebuah sanggar Tari Tradisional Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1976. Sudah 35 tahun sanggar Tari ini berdiri di Jakarta. Berawal dari seorang penari yang tadinya bergabung dengan penari – penari Jawa Timur, bernama Abd. Azis Hasan. B. yang memisahkan diri pada th 1976 dan mendirikan Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa dengan latar belakang Jawa Timur. arti nama Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa sendiri yaitu Pintu Gerbang Jawa Timur karena berkiblat dari Tari Jawa Timur. Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa Dulu dan sekarang tidak terlalu banyak berubah. Pada tahun 1980 Abd. Azis Hasan. B. mulai mendatangkan guru-guru tari dari Aceh, Jaipong, dan hingga sekarang terdapat 35 guru tari di Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa ini. Lokasi sanggar ini termasuk strategis, yaitu Terletak di Jalan Tebet Barat Raya Nomor 100, Gedung PSBR Lantai 3, Jakarta Selatan, sehingga para muridmuridnya dapat dengan mudah mengakses jalan ke Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa. Dalam perkembangannya, Mereka berencana untuk tidak membuka cabang didaerah lain sehingga dapat semakin fokus dalam mengajar Tari Tradisional. banyak guru-guru yang sudah lama mengajar disanggar tersebut, beberapa terdapat penambahan guru untuk mengajar beberapa jenis tarian tertentu. Beberapa jenis tari Tradisional Indonesia yang dipelajari adalah Tari Tradisional Papua, Tari Tradisional Minang, Tari Tradisional Aceh, Tari Tradisional Bali, Tari Tradisional Jawa Barat dan lain-lain. Begitu beragamnya Tari yang diajarkan di sanggar Seni dan Budaya Paduraksa ini sehingga sanggar ini menjadi 3 terbesar di Jakarta.
6
7
Yang membuat Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa menjadi istimewa adalah kesetiaannya dan dedikasi untuk mempertahankan, melestarikan Tari Tradisional Indonesia, dan menumbuhkan semangat kekeluargaan yang sangat besar hingga saat ini, banyak murid-murid tari yang telah lulus kemudian mengajar kembali di Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa. hal- hal seperti itu yang sulit didapat pada jaman sekarang ini, bahkan rata-rata untuk les Tari saat ini cukup mahal, dan banyak digunakan untuk kepentingan komersil, sehingga kurangnya Seni Budaya yang diterapkan. Prestasi yang telah dilahirkan oleh sanggar Seni dan Budaya Paduraksa tidaklah main-main. Untuk prestasi lokal, sering sekali diundang dalam pementasan tari di gedung-gedung pemerintahan. Selain itu prestasi mancanegara pun sangatlah luar biasa. Sangar Tari ini telah melakukan pementasan di 68 negara yang pada saat itu menari didalam festival Tari Rakyat. semua ini hanya untuk mengharumkan Budaya Indonesia terutama dalam Tari Tradisional Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini banyak generasi muda yang hampir melupakan Tari Tradisional, banyak yang lebih tertarik pada tari Modern hal ini dapat dilihat bedasarkan survey rata-rata anak-anak usia sekolah sekarang belum pernah belajar tari tradisional. hal itu dapat mengakibatkan generasi kedepan akan semakin lupa dengan Seni budaya tari yang ada. Penulis ingin mengembalikan kembali Budaya tari tradisional Indonesia ke masyarakat, melalui media promosi tari tradisional yang dimulai sejak anak anak. Tentunya hal ini belum terlambat dengan pengenalan tari tradisional sejak anak- anak, mereka dapat menjadi generasi penerus untuk mempertahankan dan melestarikan Seni Budaya tari tradisional yang sangat beranekaragam ini. Seni Budaya tari tentu sayang jika semakin tertelan oleh perkembangan Jaman, apalagi Tari Tradisional haruslah dipertahankan untuk generasi kita selanjutnya, sehingga biarpun Jaman semakin Modern, Tarian Tradisional akan tetap terjaga kelestariannya dan terpromosi dengan baik ke masyarakat khususnya anakanak. 2.1.6 Visi dan Misi Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa Visi : Dapat menjunjung Budaya Indonesia sampai ke akar budaya itu sendiri. Misi : Saling Asah, Asuh, Asih melalui Seni Tradisional. 2.1.7 Program tari Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa Beberapa jenis Tari Tradisional Indonesia yang dipelajari di sanggar Seni dan Budaya Paduraksa : • Tari Tradisional dari Aceh (Tari Saman, Tari Seudati) • Tari Tradisional dari Sumatera Utara (Mart Mangir, Tor–Tor, Serampang 12, Mak Inang) • Tari Tradisional dari Sumatera Selatan (Gending Sriwijaya) • Tari Tradisional dari Betawi (Nandak Ganjen, Lenggang Nyai, Renggong Manis, Topenggong, Ngarojeng, Sirih Kuning) • Tari Tradisional dari Jawa Barat (Kandagan, Merak, Topeng, Jaipongan) • Tari Tradisional dari Jawa Tengah (Wira Pertiwi) • Tari Tradisional dari Jawa Timur (Ngremo, Gelipang, Gandrung) • Tari Tradisional dari Madura ( Muang Sangkal, Punjari, Agelis) • Tari Tradisional dari Bali ( Pendet, Panji Semirang, Cendrawasih, Payem Brame, Sekar Jagat, Nelayan, Oleg Tambulilingan, Tenun, dll)
7
8
• •
Tari Tradisional dari Papua (Yuspan, Sajojo, Mambo, Sindo) Tari Tradisional dari Kalimantan Timur (Gong Mandau)
2.1.8
Acara Event Festival Tatranaki Pada acara ini akan menghadirkan pagelaran Tari Tradisional anak Indonesia dari berbagai macam daerah di Indonesia yang dipersembahkan oleh Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa, yang di kemas dengan menarik dan tetap terjaga keasliannya, yang pada akhirnya bertujuan untuk melestarikan Seni Budaya Tari Tradisional Indonesia. Pengunjung dan para Undangan dapat memasuki area event ini dengan membeli tiket di depan gedung acara, atau melalui sekolah- sekolah. Nanti pada saat sebelum pertunjukan tari terdapat kata sambutan dari Ketua Panitia yang akan menjelaskan secara singkat Tujuan diadakannya Acara ini, dan akan dibagikan booklet dan Brosur. Saat pertunjukan dan setelah pertunjukan, akan terdapat stand pameran yang berisi Merchandise yang dapat ditukarkan dengan menunjukan potongan Tiket, tempat pendaftaran untuk belajar Tari Tradisional Indonesia, Workshop Tari Tradisional Indonesia, dan juga Pameran Kerajinan Tangan Indonesia. Tema : Pagelaran Target Audience : Primer 6-14th, Anak-anak usia sekolah Sekunder 20-45th ,Orang Tua, Pecinta Tari Tradisional Indonesia Tempat : Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki JL. Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat. Indonesia. Tanggal : 26 – 27 November 2011 Hari : Sabtu–Minggu Acara: Hari 1 13.00-13.15 : Kata sambutan dari ketua panitia. 13.15-13.30 : Slide show perkembangan Tari Tradisional Indonesia. 13.30-15.30 : Pagelaran Tari Tradisional Anak Indonesia. 15.30-17.00 : Workshop Tari Tradisional Indonesia, Stand pameran kerajinan tangan Indonesia Hari 2 13.00-15.00 : Pagelaran Tari Tradisional Anak Indonesia bersama Didik Nini Thowok. 15.00-16.00 : Workshop Tari Tradisional Indonesia. 16.00-17.00 : Stand pameran kerajinan tangan Indonesia. 2.1.9
Perilaku masyarakat saat ini Survey sebagian bahan pencarian data dilakukan dengan responden masyarakat kota Jakarta, baik pria maupun wanita dengan Jangkauan usia antara 6 sampai 35 Tahun. Karena pada usia ini adalah usia produktif untuk belajar dan menyenangi Tari Tradisional Indonesia.
8
9
Data hasil survey yang didapatkan melalui wawancara dan mengisi kuisioner elektronik pada masyarakat sehubungan dengan keberadaan Sanggar Tari Paduraksa di Jakarta menyebutkan antara lain sebagai berikut: 1.
Responden rata-rata pernah belajar Tari Tradisional Indonesia, ada yang dari umur 4th sampai 6th, dan masih ada responden yang sudah belajar sejak Sekolah Dasar hingga sekarang. 2. Responden Orang tua memberi anaknya kesempatan untuk belajar Tari Tradisional Indonesia sejak Anak-anak, karena untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan melestarikan tari tradisional. 3. Menurut responden umur yang cocok untuk belajar Tari Tradisional Indonesia adalah sedini mungkin, TK, agar dapat mencintai Tari Tradisional Indonesia, dan dapat menguasai dengan lebih mudah. 4. Responden banyak yang belum mengetahui bahwa dengan menari dapat berpengaruh sangat baik untuk perkembangan otak kiri dan kanan anak. 5. Masyarakat Jakarta Kurang mengetahui keberadaan Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa. Sumbernya sendiri bervariasi, ada Pelajar, Mahasiswa, Ibu Rumah Tangga, dan karyawan. Yang rata-rata tahu tentang Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa adalah penari–penari Tarian Tradisional, baru mereka menyebarkannya lewat mulut ke mulut. 6. Menurut para responden mereka sangat mendukung keberadaan Sanggar Tari Tradisional. 7. Responden setuju bahwa sangggar Tari Tradisional Indonesia memiliki nilai historis dan budaya serta seni yang tinggi untuk melestarikan budaya kita. 8. Responden setuju bahwa keistimewaan Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa terletak pada Seni Tradisionalnya dan nilai Budayanya. Adapula yang berpendapat bahwa keistimewaan Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa adalah pada tradisinya yang terus konsisten dari awal berdiri hingga sekarang dalam menjaga nilai-nilai Budaya yang ada pada setiap Tari Tradisional Indonesia. 9. Semua Responden menyatakan kesediaannya ikut dalam belajar Tari Tradisional Indonesia Jika ada informasi secara visual atau gambar yang jelas dan menarik dan didukung dengan guru yang sangat berpengalaman dan panduan yang jelas. 10. Semua Responden menginginkan penyampaian informasi Visual berupa Foto dan Tulisan, beberapa menginginkan ilustrasi. 2.2
Kompetitor Sanggar Seni Marsudi Laras Sanggar Seni Marsudi Laras adalah organisasi Kesenian Tradisional Jawa yang didirikan pada tahun 1988, pada awal berdirinya organisasi ini merupakan sekumpulan masyarakat jawa yg berada di Jakarta dan sekitarnya, yang memiliki hobi akan kesenian Jawa, Gamelan dan Wayang pada khususnya. Seiring bertambahnya waktu, kini Sanggar Marsudi Laras telah menjadi organisasi yang besar dan memiliki Sumber Daya Manusia Profesional dalam bidang Kesenian Tradisional. Serta berpengalaman dalam pagelaran/penyelenggaraan Festival Karawitan dan Dalang se DKI Jakarta dan sekitarnya. Bekerja sama dengan POKJ dan Dinas Kebudayaan Prov DKI Jakarta. 9
10
Program- program yang terdapat pada Sanggar Seni Marsudi Laras adalah: menyewakan Gamelan Lengkap (Jawa / Sunda / Betawi), Wayang Kulit Jawa/Betawi, Wayang Golek Sunda, Panggung Wayang, Busana Tradisional, Busana Wayang Orang, Alat Band, Sound System, Genset, Tenda- Kursi, dan menyelenggarakan Wayang Kulit, Wayang Golek, Wayang Betawi, Wayang Orang, Golek Patung, Pentas Wayang, Wayang Orang Humor, Reog Ponorogo, dll. Sanggar Seni Marsudi Laras terletak di Jl. Pahlawan No. 57 Aren Jaya Bekasi Timur 17111 Kota Bekasi (Jabodetabek/Jawa Barat) – Indonesia. Strategi Promosi Sanggar Seni Marsudi Laras adalah dengan menyewakan alat-alat musik tradisional juga selain tarian-tarian tradisional yang diajarkannya. Pusat Latihan Tari Sangrina Bunda Sangrina Bunda merupakan sanggar tari yang sudah 30 tahun konsisten sebagai sanggar pelatihan tari daerah dan juga sudah membawa misi kesenian di beberapa negara sebagai bentuk pengabdian pada negeri. Kami mengajak semua kalangan untuk bergabung di Sanggar kami, bersama-sama ikut menjaga dan melestarikan budaya yang ada sebagai bentuk kecintaan pada negeri kita ini. Group dari Jakarta yang didirikan pada tahun 1978 pimpinan Titiek Puspa dan Elly Kasim dan sudah pernah tampil di 45 negara. Grup Tari ini telah menampilkan tarian daerah antara lain Tari Piring, Tari Bajidor Tanjung, Tari Dayakan, Tari Lenggang Nyai, Tari Zapin, Tari Galenyek ,Tari Rateuh Saman, dll. Pelatihan diadakan di Jl. Ciasem I no. 36 Blok S Jakarta Selatan (remaja dan dewasa). Strategi promosi Sanggar Tari Sangrina Bunda selain pengalamannya mengajar tari selama 30 tahun di industry tarian tradisional,Ibu Titiek Puspa dan Ibu Elly Kasim sebagai pendiri menjadi personal influence bagi masyarakat Indonesia. Sangar Seni Widya Budaya Merupakan Sanggar Tari Tradisional yang mengajarkan Tarian Bali, Tarian Nusantara, dan Musik tradisional gamelan. Terletak di Jl. Moncokerto VII no 10 rt 5/13 Utan Kayu Selatan Jakarta, Indonesia. Strategi Promosi Sanggar Seni Widya Budaya mereka fokus pada tarian Bali dan Musik Tradisional. 2.2.1
Promosi event sebagai Media komunikasi Visual Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa Promosi event untuk Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa merupakan suatu bentuk pencitraan kembali dimana saat ini disekolah-sekolahpun sudah mulai terdapat Ekstrakulikuler menari Tari Tradisional Indonesia, tetapi belum semua sekolah terdapat Ekstrakulikuler Tari Tradisional Indonesia. namun dari beberapa sekolah yang telah melakukan Ekstrakulikuler Tari Tradisional Indonesia, banyak mendapat tanggapan positif terutama dari anak- anak dan para orangtua, berangkat dari peminatan itu, Promosi Event dirasa akan menarik perhatian sekolah – sekolah lain baik yang sudah, maupun yang belum menerapkan pembelajaran Tari Tradisional Indonesia di sekolahnya, untuk melestarikan kembali Tari Tradisional Indonesia, dengan promosi event yang dikemas dengan baik sesuai dengan perkembangan jaman tetapi tetap menjaga keaslian Tari Tradisional Indonesia. Target yang ingin dicapai pun akan lebih menarik perhatian khalayak luas terutama para keluarga- keluarga yang memiliki anakanak usia sekolah untuk mau datang dan belajar Tari Tradisional Indonesia sesuai 10
11
dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu Mengenalkan, Mempertahankan, Melestarikan Seni Tari Tradisional Indonesia Sejak Anak-anak, dan menjelaskan bahwa selain untuk menjaga dan melestarikan Tari Tradisional Indonesia, terdapat manfaat lain dari menari, yaitu Dengan menari, selain otak kiri, otak kanan dapat berjalan dengan baik, sehingga akan mempengaruhi keseimbangan otak dan kecerdasan secara keseluruhan dengan mengoptimalkan fungsi otak kiri dan otak kanan anak.. Dapat juga menghasilkan bakat dan prestasi. Jika setiap anak dapat menyadari pentingnya Tari Tradisional Indonesia, hal itu tergantung bagaimana promosi yang sesuai untuk mengajak anak- anak untuk ikut belajar Tari Tradisional Indonesia, apalagi jika dilihat, jaman sekarang orang tua cenderung untuk menuruti kemauan si anak, anak yang memegang peranan penting, tentunya tetap dengan bimbingan dan pengawasan oleh orang tua. Tentunya hal ini merupakan hal yang positif dan berguna untuk masa depan anak. Hal-hal tersebut kembali lagi pada bagaimana promosi yang akan kita buat sesuai dengan target sasaran penulis, sehingga akan sampai pada tujuan akhir yaitu menjaga dan melestarikan Seni budaya Tari Tradisional Bangsa kita supaya tidak akan hilang dan Kesenian Tari Tradisional akan terus dipertahankan keasliannya sampai keakar-akarnya. 2.3 Produk Produk dari Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa terdiri dari 2 yaitu: 2.3.1 Jasa • Menghimpun dan menginformasikan data mengenai aktivitas sanggar. • Memberikan pelatihan Seni Tari Tradisional Indonesia di Jakarta. 2.3.2 Program 1. Tari Tradisional dari Aceh (Tari Saman, Tari Sedati) 2. Tari Tradisional dari Sumatera Utara (Mart Mangir, Tor – Tor, Serampang 12, Mak Inang) 3. Tari Tradisional dari Sumatera Selatan (Gending Sriwijaya) 4. Tari Tradisional dari daerah Betawi (Nandak Ganjen, Lenggang Nyai, Renggong Manis, Topenggong, Ngarojeng, Sirih Kuning) 5. Tari Tradisional dari Jawa Barat (Kandagan, Merak, Topeng, Jaipongan) 6. Tari Tradisional dari Jawa Tengah (Wira Pertiwi) 7. Tari Tradisional dari Jawa Timur (Ngremo, Gelipang, Gandrung) 8. Tari Tradisional dari Madura ( Muang Sangkal, Punjari, Agelis) 9. Tari Tradisional dari Bali ( Pendet, Panji, Semirang, Cendrawasih, Payem Brame, Sekar Jagat, Nelayan, Oleg Tambulilingan, Tenun, dll) 10. Tari Tradisional dari Papua (Yuspan, Sajojo, Mambo, Sindo) 11. Tari Tradisional dari Kalimantan Timur (Gong Mandau)
11
12
2.4 Khalayak Sasaran Yang menjadi Target Audience dari Promosi Event untuk Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa adalah: Sasaran Primer : 2.4.1
Demografis • Anak Laki-laki dan Perempuan • Usia 6th – 14th • Tingkat Pendidikan: Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama • Tingkat perekonomian menengah kebawah.
2.4.2
Geografis Tinggal di daerah perkotaan, khususnya di Jakarta.
2.4.3
Psikografis Anak-anak yang sejak kecil tertarik dan berminat pada Kesenian Tari Tradisional Indonesia, dan membutuhkan satu acuan untuk menunjang kegemarannya itu.
2.4.4 Behavioral • Memiliki kecintaan pada Tari Tradisional Indonesia. • Percaya diri. Sasaran Sekunder : 1. Orang tua yang ingin anaknya dapat memiliki kegiatan yang positif, dan berguna untuk bakat, dan kegiatan promosi Tari Tradisional Indonesia yang dikemas dengan baik untuk anak-anaknya. 2. Masyarakat yang gemar menonton event Tari Tradisional Indonesia. 2.5 Analisa SWOT 2.5.1 Strength (Kekuatan) • Dengan menari Tari Tradisional Indonesia, kita ikut menjaga dan melestarikan Seni Budaya Tari Tradisional Indonesia. • Manfaat lain dari menari yaitu, dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan anak, dapat juga mengasah bakat dan prestasi anak. Menari juga dapat menciptakan suasana rileks dan dapat membentuk postur tubuh anak yang ideal dan sehat. • Dengan adanya Promosi Event Festival Tatranaki “Festival Tari Tradisional Anak Indonesia”, dapat dengan mudah mempromosikan Tari Tradisional Indonesia ke masyarakat khususnya di Jakarta. • Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa bersifat transparan, tidak ada data-data yang ditutupi dari pembina sanggar dengan para penari. • Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa saling Asah, Asuh, Asih, melalui Seni Tradisional dan menjunjung Budaya Indonesia sampai ke akar Budaya itu sendiri, Benar-benar dijaga kelestariannya. • Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa selalu fokus dengan setiap Tarian yang diajarkan ke Anak didiknya. 12
13
• •
2.5.2
Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa terus menjaga kelestarian Budaya Indonesia, terutama pada Tari Tradisional Indonesia, sehingga akan tetap terjaga hingga Generasi kita selanjutnya. Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa tidak terlalu mencari keuntungan, hanya dari uang iuran setiap anak didiknya. Modal awal dari sanggar ini adalah modal dengkul, dan tidak ada subsidi dari manapun, mereka berjuang karena kecintaannya terhadap Tari Tradisional Indonesia, maka sampailah hingga saat ini.
Weakness (Kelemahan) • Kurangnya awareness masyarakat terhadap event Tari Tradisional Indonesia sehingga harus dikemas dengan lebih menarik, agar masyarakat khususnya anak-anak dan orang tuanya dapat tertarik dan hadir. • Kurangnya pengetahuan masyarakat akan keberadaan Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa dan beranekaragam Tari Tradisional Indonesia yang ada didalamnya. • Para Orang Tua banyak yang belum mengetahui manfaat-manfaat dalam menari. • Tidak ada komunikasi visual dan media promosi yang mencerminkan Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa selain logo. • Belum ada media pendukung ataupun sarana lain yang bisa membantu memperkenalkan Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa.
2.5.3 Opportunity (Kesempatan) • Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa dapat menjadi kepercayaan pemerintah dalam mempromosikan Budaya Indonesia berupa Tari Tradisional Indonesia ke masyarakat luas baik yang didalam negeri maupun di luar negeri. • Dengan menari dapat mengasah perkembangan Otak kiri dan Otak kanan anak- anak, yang berguna untuk perkembangan IQ dan EQ. • Keanekaragaman Budaya Tari Tradisional Indonesia akan terus dipertahankan dan dilestarikan. • Lokasi sanggar tidak terlalu jauh dari pusat kota Jakarta. • Dalam kaitannya dengan proyek Tugas Akhir, untuk menumbuhkan rasa ingin belajar tari tradisional sangat baik ditanamkan sejak anak-anak, agar dapat berguna bagi perkembangan diri anak baik, bakat, prestasi, dan Seni Budaya. Maka media promosi untuk sanggar Seni dan Budaya paduraksa, sangatlah sesuai untuk menghidupkan kembali komunikasi ke masyarakat khususnya anak- anak, sehingga Tari Tradisional Indonesia memiliki masa depan yang lebih baik dan semakin dijaga kelestarian dan Seni Budaya nya. 2.5.4 Threat (Ancaman) • Jumlah Masyarakat yang ingin belajar, dan mencintai Budaya Tari Tradisional Indonesia di Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa saat ini semakin berkurang. • Peminat Tarian tradisional semakin tenggelam seiring berkembangnya jaman dan munculnya jaman modern. 13
14
•
2.6
Anak-anak jaman sekarang terbawa arus modern dengan berbagai macam fasiitas modern sehigga menjadi kurangnya rasa sosial dan kurangnya menghargai Budaya.
Fakta Kunci • Strengths & Opportunities Memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki yaitu penyampaian Promosi dimana kesenian tari selain untuk menjaga kelestarian Budaya Indonesia, juga terdapat banyak sekali manfaat, terutama untuk perkembangan keseimbangan otak anak, yang dapat berpengaruh pada bakat dan prestasi anak menjadi lebih baik. Selain itu Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa tetap memegang citra yang sudah dikenal oleh masyarakat. • Strengths & Threats Memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman tenggelamnya budaya kita oleh dunia modern saat ini yaitu membuat Promosi event yang mampu menarik kembali minat anak- anak, dengan menciptakan Promosi Event Festival Tatranaki, “Festival Tari Tradisional Anak Indonesia”. • Weaknesses & Opportunities Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan menciptakan Promosi Event yang tadinya belum terlalu menarik target menjadi lebih baik lagi dengan konsep event baru, sehingga mampu menarik perhatian target. • Weaknesses & Threats Mengatasi Kelemahan sehingga ancaman tidak terjadi dengan mendesain media Promosi Festival Tatranaki “Festival Tari Tradisional Anak Indonesia” sehingga menarik minat target dan tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksanakan dengan baik.
14