BAB 2 Data dan Analisa
2.1
Data dan Literatur Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai
sumber, antara lain: 1.
Wawancara dengan narasumber: SLB/B Pangudi Luhur.
2.
Website dan artikel.
Karakteristik Tunarungu Tunarungu berasal dari bahasa Jawa, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Jadi secara umum tunarungu adalah seorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagaian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian. Akibat kurang berfungsinya pendengaran, anak tunarungu mengalihkan pengamatannya melalui mata, maka anak tunarungu disebut sebagai “insan pemata“. Melalui mata anak tunarungu memahami lisan atau oral, selain melihat gerakan dan ekspresi wajah lawan bicaranya mata anak tunarungu juga digunakan untuk membaca gerakan bibir orang yang berbicara. Untuk dapat memahami bahasa orang lain, agar terjalin komunikasi yang baik. Hal ini tergantung kepada kemampuan masing-masing individu serta bantuan dari orang-orang di sekelilingnya. Pada umumnya anak tunarungu di bagi atas 2 golongan, yaitu: 1.
Tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses penyampaian informasi lisan melalui pendengaran baik itu memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar.
4
2.
Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan penggunaan alat Bantu mendengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses penyampaian informasi lisan melalui pendengaran. 2.2.1
Klafisikasi Tunarungu
a. Menurut Taraf • 0 dB
: menunjukkan pendengaran yang optimal.
• 0 - 26 dB
: menunjukkan seorang masih mempunyai pendengaran yang normal
• 27 – 40 dB
: mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong ringan).
• 41 – 55 dB
: mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat Bantu dengar dan terapi bicara (tergolong sedang).
• 56 – 70 dB
: hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang khusus (tergolong agak berat)
• 71 – 90 dB
: hanya bisa mendengar yang sangat dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong berat).
• 91 dB ke atas
: mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung pada penglihatan daripada pendengaran
5
untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli (tergolong berat sekali). b. Klasifikasi secara etiologis Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarunguan ada beberapa faktor, yaitu: 1. Pada saat belum dilahirkan (prenatal) • Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive gen. • Karena penyakit ; sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. • Karena keracunan obat-obatan ; pada suatu kehamilan, ibu meminum obat-obatan terlalu banyak, ibu seorang pencandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya sehingga ia meminum obat penggugur kandungan, hal ini aka dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan. 2. Pada saat kelahiran (perinatal) • Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan (tang). • Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya. 3. Pada saat setelah kelahiran (postnatal) • Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lain-lain. • Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak. • Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam,
6
misalnya jatuh.
Tiga jenis tunarungu berdasarkan anatomi fisiologis yaitu: 1.
Tunarungu Hantaran (konduksi) Ialah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah. Ketunarunguan konduksi terjadi pada pengurangan intensitas bunyi yang mencapai telinga bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi.
2.
Tunarungu Syaraf Ialah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam syarat pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada Lobu temporalis.
3.
Tunarungu Campuran adalah kelainan pendengaran yang disebabkan kerusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran.Pelayanan pendidikan anak tunarungu tidak dapat disamaratakan, kondisi anak harus dipahami secara individual, agar apa yang dibutuhkan anak dapat diberikan secara tepat.
2.1.2
Faktor-faktor penyebab ketunarunguan dapat dikelompokkan:
1.
Faktor dalam diri anak Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan ketunarunguan di dalam diri anak yaitu: a. Disebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtuanya yang
7
mengalami ketunarunguan, hanya perkiraan 30 – 60 %. Banyak kondisi genetik yang berbeda sehingga dapat menyebabkan ketunarunguan. b. Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit Campak Jerman. Penyakit Rubella terjadi pada masa kandungan tiga bulan pertama akan berpengaruh buruk pada janin. c. Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah atau toxaminia, hal ini bisa mengakibatkan kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan janian. 2.
Faktor luar diri anak a. Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran. b. Meningitis atau radang selaput otak. c. Otitis media (rahang telinga bagian tengah). d. Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bagian dalam dan tengah.
Ketunarunguan tidak tampak jelas karena sepintas fisik mereka tidak tampak mengalami kelainan, tetapi dampak dari ketunarunguan adalah karakteristik yang khas yang dilihat dari: 1.
Karakteristk dalam segi inteligensi
Pada dasarnya kemampuan intelektual anak tunarungu sama seperti anak yang normal. Perkembangan inteligensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan mereka yang mendengar karena anak yang mendengar yang menyerap dari segala yang didengarnya merupakan sesuatu latihan berpikir sedangkan tidak terjadi pada anak tunarungu. Aspek inteligensi yang bersumber pada penglihatan dan berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan, bahkan dapat berkembang dengan cepat.
8
2.
Karakteristik dalam bahasa dan bicara
Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar karena perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemapuan mendengar. Perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan karena meraban merupakan kegiatan alami pernafasan dan pita suara. Setelah masa meraban perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu terhenti. 3.
Karakteristik dalam segi emosi dan sosial
Ketunarunguan dapat mengakibatkan terasing dari pergaulan sehari-hari, yang berarti mereka terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat di mana ia hidup. Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak menuju kedewasaan. Akibat dari keterasingan tersebut dapat menimbulkan efek-efek negatif seperti: a.
Egosentrisme yang melebihi anak normal.
b.
Berperasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.
c.
Ketergantungan terhadap orang lain.
d.
Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.
e.
Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana, dan tanpa banyak masalah.
f.
Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
2.3
Penyelenggara SLB Pangudi Luhur
9
Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Pangudi Luhur berdiri pada tanggal 01 Agustus 1983. Pada awal berdirinya, lembaga pendidikan ini menempati lokasi di jalan Dr.Semeru 1 / 4 Grogol, Jakarta Barat. Suatu tempat yang amat sederhana. Oleh karena tekad dan kegigihan para pendiri dan para pendidik di lembaga ini, maka pada tanggal 26 januari 1985, anak-anak tunarungu yang dilayani, dapat belajar di lokasi baru, Jalan Pesanggrahan 125, Kembangan, Jakarta Barat. Pada tahun 1995, Yayasan Pangudi Luhur telah menyelesaikan pembangunan gedung untuk tingkat SLTPLB dan SMLB. Dengan demikian, lembaga ini telah memiliki gedung sekolah dari tingkat TKLB, SDLB, SMPLB sampai dengan SMALB.Sadar akan pentingnya intervensi dini bagi anak tunarungu, maka lembaga pendidikan anak tunarungu ini membuka unit Taman Latihan dan Observasi pada tahun 2001. Pada Tahun 2007-2008 Pangudi Luhur mampu melayani 365 peserta didik. Menyadari tuntunan perkembangan zaman, pada tahun 2004 Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu mendirikan sanggar batik, kemudian pada tahun 2005 membangun ruang audio visual dan pada tahun 2007 membangun ruang tata boga. Sampai saat ini Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Pangudi Luhur Jakarta eksistensinya masih dibutuhkan dan diminati oleh masyarakat luas, karena sebagai lembaga yang memberikan:
1. Pelayanan jasa pendidikan yang berkualitas tinggi. 2. Pelayanan jasa pendidikan yang penyediaan prasarana dan sarana serta biayanya sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. 3. Pelayanan jasa pendidikan yang memiliki etos kerja tinggi,tertib,disiplin,terencana dan konsisten.
10
4. Pelayanan jasa pendidikan yang menciptakan suasana kampus menjadi aman baik secara fisik maupun psikologis. 5. Pelayanan jasa pendidikan yang memberi perhatian secara tinggi tentang pendidikan humaniora, nilai dan budi pekerti yang luhur. 6. Pelayanan jasa pendidikan yang memberi pembelajaran kepada siswa tunarungu dengan pendekatan komunikasi oral-aural, baik lisan maupun tulisan dan metode Maternal Reflektif, agar mereka mampu berintegrasi dengan masyarakat umum secara wajar.
2.3.1 Data Visual Logo Pangudi Luhur Logo/lambang Pangudi Luhur diciptakan oleh Bapak R. Bobby Harry Sutopo. Beliau adalah guru olahraga SMA Pangudi Luhur I Jakarta. Logo ini diciptakan pada tahun 1966, saat diresmikan penggunaan gedung SMA dan SMP Pangudi Luhur yang terletak di jalan Brawijaya IV No. 47 Jakarta Selatan. Tujuan penciptaan logo tersebut adalah merasa ikut bertanggung-jawab terhadap eksistensi/keberadaan sekolah Pangudi Luhur sebagai lembaga pendidikan Katolik yang ingin mendampingi peserta didiknya untuk bisa berkembang secara mandiri / manusia seutuhnya.
Eksistensi tersebut tersimbulkan dalam logo Pangudi Luhur.
1. Makna Simbol Warna :
Warna dasar logo kuning. Warna kuning melambangkan agung luhur, cinta kasih.
Warna hijau pada layar yang terbuka melambangkan kedalaman, kelembutan dan perkasa.
11
Warna merah mengandung arti berani.
Warna putih mengandung arti suci.
Warna hitam / garis hitam mengandung arti tegas dan kuat.
2. Makna Simbol Salib :
Salib dalam logo Pangudi Luhur merupakan lambang bahwa pendidikan di Pangudi Luhur bernafaskan katolik. Dasar-dasar pendidikan yang berpegang teguh pada prinsipprinsip ajaran Kristiani, serta berlandaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.
3.Makna Simbol Layar :
Dasar pemilihan lambang pendidikan “Layar yang Terkembang” adalah sbb : Layar terkembang tersebut mengandung makna bahwa “Pendidikan di Pangudi Luhur tidak akan pernah berhenti ataupun surut, melainkan maju terus-menerus”.Layar terkembang tersebut terbatasi oleh tiga garis yang berwarna hitam secara jelas dan saling berhubungan yang sekaligus mengandung makna : “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”
4. Arti Logo secara Keseluruhan :
Logo Pangudi Luhur tersebut mengandung makna simbolis, bahwa “Pendidikan di Pangudi Luhur, dalam mengemban misi untuk menempuh cita cita sebagai putra bangsa harus berani, agung dan luhur penuh keperkasaan, dan ketegasan serta kebijaksanaan dengan memegang teguh prinsip-prinsip Kristiani, berdasarkan UUD’45 dan Pancasila tanpa kenal putus asa untuk maju terus pantang mundur.” 12
5. Penggunaan Logo / Lambang :
Sebagai tanda identitas sekolah, bentuknya berupa badge sekolah. Badge dipasang pada seragam dan pakaian olahraga sekolah. Kertas surat, sampul surat, bahan-bahan dan cetakan-cetakan lainnya yang dikeluarkan oleh Pangudi Luhur I Jakarta. Berupa Vandel, Plakat, atau bentuk kenang-kenangan lain yang dikeluarkan oleh Pangudi Luhur.
2.3.2
Visi dan Misi
Visi Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Pangudi Luhur Jakarta merupakan lembaga pendidikan dan pendampingan bagi siswa tunarungu agar berkembang menjadi PRIBADI yang berkualitas tinggi, beriman, berwatak, dan berbudi pekerti yang luhur, sehingga mampu berintegrasi dalam masyarakatnya. Misi
Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Pangudi Luhur Jakarta mengupayakan karya pendampingan dan pendidikan siswa tunarungu untuk berkembang menjadi PRIBADI yang berkualitas tinggi, beriman, berwatak, dan berbudi pekerti yang luhur dengan terlaksananya kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu, terencana, tertib, disiplin, konsisten, dan berwawasan global.
2.3.3
Strategi Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Pangudi Luhur Jakarta
Untuk mencapai visi, misi dan sasaran diperlukan strategi. Strategi-strategi tersebut meliputi:Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
13
o
Tenaga pengajar berkualifikasi D2 (SGPLB), D3, S1, PLB serta berpengalaman dalam bidangnya masing-masing.
o
Tim ahli berpengalaman dan profesional dalam bidang pendidikan tunarungu.
o
Adanya pembinaan rutin bagi tenaga pengajar, baik IPTEK maupun mental, spiritual.
2.3.4 Gambaran Kejuruan bagi Tunarungu
Anak Tunarungu di kelas SLTPLB dan SMALB menerima pelajaran wajib di SLB B Pangudi Luhur. Ada 3 macam kejuruan, yaitu kejuruan jahit/tata busana, tata boga, dan seni lukis/sablon.
Pelajaran kejuruan kelas SLTPLB Pangudi Luhur:
Kejuruan jahit/tata busana: membuat pakaian pria dan wanita, membuat desain pola, membatik, membuat pakaian perabotan rumah tangga seperti taplak meja, selemek, sarung galon aqua, dll. Mereka dilatih untuk menjadi tenaga yang ahli dan siap pakai di dunia.
Kejuruan tata boga: pelajaran teori dan praktek, pelajaran memasak, aneka ragam makanan.
Kejuruan seni lukis: menggambar pemandangan, binatang, dan art Pelajaran kejuruan
Pelajaran kejuruan SMALB Pangudi Luhur:
Kejuruan jahit/tata busana: membuat gaun, dan desain pola.
14
Kejuruan tata boga: program jurusan khusus tata boga murid SMALB di kelas 2 wajib praktek kerja lapangan/PKL selama 2 bulan di luar.
Kejuruan seni sablon: kaos, tas, dan spanduk.
Anak-anak di Pangudi Luhur yang sudah menerima pelajaran kejuruan akan terus dilatih dan dibimbing sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki untuk diarahkan menjadi tenaga yang ahli atau professional di bidangnya.
Foto-foto tempat lembaga pendidikan kejuruan di SLB Pangudi Luhur
•
Tempat praktek kejuruan-kejuruan
Praktek kejuruan jahit
Hasil karya gaun dari kejuruan jahit
15
Praktek tenun batik
Hasil karya tenun batik dari kejuruan jahit
Hasil karya lukis dan rakitan dari kejuruan seni
16
2.4
Data Pendukung
2.4.1
Peraturan Ketenagakerjaan
•
DEPANAKER
-
UU nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat ( Pasal 13, 14 dan 28 )
-
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (pasal 26, 27, 28, 29 untuk sektor formal) dan (pasal 32, 33, 34 untuk sektor informal).
-
Kepmenaker Nomor 205iMENi 1999 tentang Pelatihan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Cacat.
•
DEPSOS
UU No.4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama.Pada pasal 6 dijelaskan bahwa penyandang cacat berhak memperoleh :
-
Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
-
Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai jenis dan derajat kecacatan.
-
Perlakukan yang sama untuk berperan dalam rangka kemandiriannya.
-
Rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
-
Hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan kehidupannya.
17
2.4.2 Beberapa contoh tunarungu yang bekerja professional
Drg.Juniati alumni SLB Dena Upakara Wonosobo (Jateng) pertama kali menjadi dokter penyandang tunarungu yang mampu berkomunikasi dengan pasiennya hanya dengan membaca gerak bibir. Beliau sekarang bekerja di Rumah Sakit Angkatan laut Mintohardjo di Jakarta Pusat dan pernah meraih gelar sebagai dokter yang mempunyai perjuangan berat.
Hwa Bing (Bintoro) alumni SLB Don Bosco Wonosobo (Jateng) dulu mengambil kejuruan kayu, tapi tidak berbakat. Sekarang menekuni salon dan merias pengantin dan punya 3 salon cabang dengan banyak karyawan.
Amanda Farliany Faisal alumni SLB Pangudi Luhur pernah menjadi model iklan ponsel 3G yang mengiklankan bahwa ponsel 3G sangat berguna untuk penyandang tunarungu.
Giska Alumni SLB Pangudi Luhur yang memiliki bakat di bidang seni diarahkan menjadi pelukis. Dia menghasilkan beberapa lukisan dan pernah mengikuti pameran sehingga beberapa lukisannya banyak diminati orang-orang pencinta lukisan.
Janah dan Lirih, masih bersekolah SLB Negeri Lebak Bulus ( tingkat SMP ), mempunyai kekurangan fisik ternyata bisa terjun ke dunia modeling yang sangat mengutamakan kesempurnaan fisik.
18
2.5
Faktor Pendukung
Masyarakat:
-
Menerima penyandang tunarungu yang bekerja.
-
Membantu penyandang tunarungu untuk meningkatkan skill yang dimiliki.
-
Mengajarkan pada penyandang tunarungu untuk pengalaman yang luas.
Penyandang Tunarungu:
-
Tidak takut untuk menjalin komunikasi dengan orang lain.
-
Keinginan yang besar untuk mewujudkan cita-citanya dengan sukses.
-
Kemampuan bekerja di bidang keahlian yang dimiliki.
2.6
Faktor Penghambat
Masyarakat:
-
Ketidakpercayaan atas kemampuan kaum tunarungu.
-
Masalah komunikasi pada kaum tunarungu.
-
Keraguan masyarakat akan kaum tunarungu tanpa adanya kesempatan.
-
Pemahaman tentang sifat ketulian tersinggung, emosi, teliti, peka.
-
Masih meragukan kemampuan dan keahlian tunarungu.
-
Mengalami kesulitan berkomunikasi dengan tunarungu.
-
Memahami karakter tunarungu.
19
Penyandang Tunarungu:
-
Rasa percaya diri yang rendah.
-
Karakteristik tunarungu yang mudah tersinggung, sulit mengendalikan emosi, curiga, kurang peka terhadap perasaan orang lain, egosentris (salah satunya memiliki sifat implusif ).
2.7
Target Sasaran Target Audience:
Penyandang Tunarungu pada usia kerja a. Usia
: 21 – 35 tahun
b. Jenis Kelamin
: Pria dan Wanita
c. Kelas Ekonomi
: B dan C
d. Pekerjaan
: Semua jenis pekerjaan
Pemilik Perusahaan yang seharusnya memiliki kesempatan menerima tenaga kerja tunarungu a. Usia
: 21 – 35 tahun
b. Jenis Kelamin
: Pria dan Wanita
c. Kelas Ekonomi
: A dan B
d. Pekerjaan
: Semua jenis pekerjaan bidang pekerjaan kesehatan,ekonomi,teknologi,dan seni
Demografi a. Tinggal di daerah perkotaan seperti Jakarta maupun di luar kota. b. Kawasan rumah tinggal yang tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitar.
20
Psikografis a. Membantu usaha yang dijalankan orang tua. b. Untuk keperluan berkomunikasi dengan menggunakan Handphone(HP) biasanya tunarungu menggunakan fasilitas sms.
2.8
Analisa SWOT
Strength a. Penyandang tunarungu memiliki kemampuan, untuk berpikir abstrak seperti orang normal lainnya. b. Penyandang tunarungu mampu bekerja sama dengan orang normal/rekan kerja. c. Penyandang tunarungu mempunyai keinginan untuk bersaing di dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. d. Penyandang tunarungu suka tantangan di dunia kerja untuk meningkatkan kemampuan. e. Media komunikasi kampanye untuk mengetahui penyandang tunarungu yang sudah bekerja seperti Koran,iklan dan brosur. f. Perlahan-lahan hak penyandang tunarungu diperjuangkan oleh Depanaker melalui UU no.4 tahun 1997 dan pengaturan pemerintah no.43 tahun 1998 untuk mempunyai jenjang karir yang jelas. Weakness a. Memiliki hambatan dalam pendengaran. b. Memiliki kepercayaan diri yang rendah terhadap kemampuan yang dimilikinya. c. Mudah tersinggung. d. Kurang dapat menjalin hubungan sosialisasi dengan orang lain. e. Sering melakukan kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan.
21
f. Memiliki kesulitan untuk menerima pesan apabila lawan bicara menyampaikannya dengan cepat dan memiliki kumis. Opportunity a. Apabila ditempatkan sesuai dengan keahliaannya mereka dapat mengembangkan ketrampilan yang dimilikinya. b. Asal tunarungu disiplin bisa karier meningkatkan prestasi. c. Mengarahkan Tunarungu untuk kerja di kantor yang di inginkan. d. Bukti nyata pemerintah memperhatikan tunarungu melalui setahap demi setahap memberi kesempatan kerja. e. Kerajinan/kedisiplinan dalam pekerjaan dengan tekun. f. Tersedia media komunikasi kampanye untuk membantu penyandang tunarungu, agar pemilik perusahaan dapat mengetahui kemampuan penyandang tunarungu. g. Penyandang tunarungu memiliki jenjang pendidikan yang berkualitas. Threat a. Kualitas kelulusan tunarungu yang tidak diperhatikan. b. Sempitnya lapangan kerja yang tersedia bagi tunarungu. c. Kemalasan dan ketidakdisiplinan dari penyandang tunarungu. d. Banyaknya lulusan dari sekolah-sekolah lain setiap tahunnya sehingga menimbulkan banyaknya pengangguran. e. Tidak memperhatikan kemampuan penyandang tunarungu karena jarang di publikasikan. f. Kurang dapat berkembang karena pengalaman kerja yang rendah.
22
2.9
Data Kuesioner
1.
Apa yang anda inginkan setelah lulus sekolah ? a.melanjutkan sekolah
2.
c.ikut kursus
Dalam mencari pekerjaan, apakah Anda …. a.disalurkan oleh sekolah
3.
b.mencari pekerjaan
b.diminta dari perusahaan
c.diajak saudara/teman
Hambatan apa yang Anda alami dalam mencari pekerjaan? a.tidak ada pekerjaan yang sesuai ketrampilan yang dimiliki
b.tidak ada perusahaan yang c.kurangnya informasi menerima tenaga
lowongan kerja
penyandang tunarungu 4.
Usaha apa yang kamu lakukan dalam menghadapi persaingan dengan tenaga kerja yang normal ? a.mengikuti kursus yang sesuai dengan kemampuan yang
b.mencari kolega-kolega
c.memakai uang pelicin
(kenalan)
(suap)
dimiliki 5.
Setelah diterima bekerja di perusahaan, perlakuan apa yang Anda terima ? a.diistimewakan dari yang lain
b.disamakan dengan yang lain c.dibedakan dengan yang lain
6.
Apakah Anda pernah merasakan kalau hasil pekerjaan …. a.tidak dihargai
7.
b.dihargai
Bagaimana sikapmu, mengenai kesempatan kerja untuk tunarungu? a.perlu sosialisasi/dikampanye
b.sama dengan tenaga yang normal
8.
c.biasa saja
c.perlu perjuangan hak kaum tunarungu
Apakah Anda merasakan kalau peluang kesempatan kerja bagi tunarungu itu …. 23
a.tidak ada peluang 9.
b.ada peluang
c.peluang diragukan
Kaum tunarungu tidak bias diterima bekerja di suatu perusahaan, karena pihak perusahaan merasa bahwa kaum tunarungu itu …. a.tidak paham kaum tunarungu
b.akan menjadi beban
c.tidak memiliki kemampuan
Semua kuesioner ada 74 tunarungu yang sudah bekerja maupun masih sekolah/mahasiswa
Jawaban: 1.
a.19
b.44
c.13
8.
a.12
b.34
c.28
2.
a.11
b.19
c.46
9.
a.31
b.32
c.10
3.
a.12
b.24
c.34
4.
a.39
b.34
c.0
5.
a,15
b.36
c.21
6.
a.5
b.42
c.27
7.
a.21
b.11
c.42
24