BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh
dari sumber-sumber sebagai berikut : 1. Literatur Pencarian data melalui buku, catatan, artikel baik di koran, majalah, maupun website yang ada hubungannya dengan materi yang diangkat, yaitu mengenai perkembangan perhotelan yang ada di Indonesia pada umumnya dan sejarah Roemahkoe, Bed and Breakfast pada khususnya. 2. Wawancara dengan narasumber dari pihak terkait dan masyarakat sekitar di kota Solo. Untuk pencarian data-data dengan metode wawancara, data yang diperoleh hanya merupakan data kuantitatif bukan berupa data kualitatif, hanya merupakan pendapat pribadi, opini, dan pengalaman dari perorangan, tidak bersifat ilmiah. 3. Pengamatan langsung di tempat, Roemahkoe, Bed and Breakfast.
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data, yaitu melalui proses pengeditan data dan analisa. Pada proses pengeditan, data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk disesuaikan dan dipisahkan mana data yang dapat dipergunakan untuk mendukung pengerjaan proyek Tugas Akhir dan tidak. Proses selanjutnya adalah
menganalisa, yaitu data yang sudah terpilih kemudian diolah dan diambil kesimpulan berkaitan dengan masalah yang dihadapi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Hasil pencarian data sebagai berikut:
2.1.1 Pengertian Hotel Menurut kamus Bahasa Indonesia Hotel merupakan bangunan yang terdiri dari beberapa kamar yang disewakan untuk tamu yang menginap atau mengadakan acara. Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-kira, tempat penampungan buat pendatang atau bisa juga bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum. Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tak aneh kalau di Inggris dan Amerika, yang namanya pegawai hotel dulunya mirip pegawai negeri alias abdi masyarakat. Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap-makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan dan kamar-kamarnya mulai ditata sedemikian rupa agar membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahun-tahun standar layanan hotel tak banyak berubah. Sampai pada tahun 1793, saat City Hotel dibangun, hotel itulah yang menjadi pelopor pembangunan penginapan gaya baru yang lebih fashionable. Sebab, dasar pembangunannya tak hanya mementingkan letak yang strategis. Tapi juga pemikiran bahwa hotel juga tempat istirahat yang memiliki nilai jual tinggi. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota.
2.1.2 Pengertian Bed and Breakfast
Bed and Breakfast adalah sebuah konsep penginapan yang menawarkan tempat tidur dan sarapan, oleh karena itutidak sekomersial hotel selayaknya. Servis yang disediakan tidak 24 jam dan aturan-aturannya sangat unik berdasarkan keinginan nyonya rumah. Komunikasi yang akrab untuk memenuhi kenyamanan tamu kepada orang rumah merupakan salah satu pembeda antara penginapan Bed and Breakfast dengan hoteol atau penginapan komersial lainnya. Konsep Bed and Breaakfast, mendekatkan antara owner dan tamu dalam hal saling tukar pengalaman, tukar pikiran tentang keadaan rumah, makanan yang disajikan, fasilitas yang diberikan, semuanya pada dasarnya ada kontak untuk saling lebih mengenal, akrab dan yang paling penting adalah tamu dapat merasakan seperti tinggal di rumah sendiri atau rumah kedua yang dapat memberikan inspirasi pegenalan budaya, sejarah dan pengetahuan lainnya.
2.1.3
Pengertian Butik Hotel Interior ruang dengan sentuhan modern minimalis sekaligus bergaya
kontemporer yang artistik kini tak lagi menjadi monopoli galeri-galeri seni. Hotel-hotel pun kini telah melirik desain-desain interior yang terkonsep. Bangunan modern, hiasan hi-tech, dan furnitur yang simpel dalam bentuk, tetapi kontras dalam warna menciptakan kesan yang berbeda. Ruangan memang terkadang terkesan dingin dan kaku tetapi cukup ampuh untuk menghilangkan suasana yang sumpek atau sesak. Para tamu pun bisa merasakan kenyamanan, tidak hanya dari segi pelayanan, melainkan juga dari segi tata ruang yang indah. Itulah definisi dari Butik Hotel.
2.1.4 Perkembangan Dunia Perhotelan di Indonesia Dunia perhotelan di Indonesia terus berkembang seiring perkembangan zaman. Makin banyak hotel-hotel yang muncul dan dibangun. Makin banyak pilihan pula yang ditawarkan oleh hotel-hotel yang ada. Berbagai macam paket disuguhkan untuk menarik para wisatawan yang mencari tempat untuk menginap. Promosi-promosi sangat kencang terdengar. Walaupun terkadang naik turun karena adanya bencana alam dan musibah lainnya, namu perhotelan di Indonesia tetap berkembang. Selain itu dunia perhotelan di Indonesia dewasa ini semakin mengarah ke perkembangan yang modern. Hotel-hotel masa kini memang kebanyakan sudah meninggalkan adopsi lokal. Nuansa yang disuguhkan pun makin menawan. Adapula yang memadukan diantara keduanya, yaitu budaya modern dan budaya lokal. Namun ada juga yang masih mempertahankan dan menggunakan kekhasan Indonesia sebagai ciri khas hotel mereka. Dari sekian banyak jenis hotel ada beberapa hotel yang sengaja mempertahankan kekunoannya dan menjadikan hotel mereka seperti rumah sendiri bagi tamunya.
2.1.5 Gambaran Umum Kota Solo dan Kebudayaan Solo Melihat dari perjalanan sejarah Kota Solo, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta (Solo) pada masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton (Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda (Benteng Verstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gedhe (Hardjonagoro). Secara tidak langsung hal ini mempengaruhi pola hidup masyarakat dan arsitektur bangunannya.
Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran. Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangannya. Surakarta yang sangat dikenal dengan sebutan Solo, merupakan sebuah kota yang menjadi jantung budaya Jawa. Sosok keraton yang menjadi simbol budaya Jawa, sampai saat ini masih kokoh eksis baik secara fisik, komunitas maupun ritualnya. Pariwisata Solo, banyak berkaitan dengan sejarah, budaya serta ritual keraton. Selain wisata budaya, terdapat pula beberapa tempat dan even-even lain yang menarik untuk dinikmati. Hal-hal ini yang mendukung perkembangan perhotelan di Solo. Selama ratusan tahun, Solo terkenal sebagai pusat kebudayan dan kesenian tradisional Jawa. Solo adalah kota kerajaan / istana, pusat kerajaan Jawa. Dahulu, keluarga kerajaan adalah pendukung musik, tarian, tampaan senjata, penghasil gamelan, batik, tenun dan kesusastraan. Sekarang, Solo masih menjadi pusat pelestarian dan perkembangan untuk kebudayaan dan kesenian Jawa.
2.1.6
Gambaran Umum Daerah Laweyan, Solo Di kawasan Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Tegalrejo,
Sondakan, Batikan, dan Jongke yang di mana penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya Syarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi yang dipimpin oleh KH. Samanhudi pada tahun 1912. Bekas kejayaan para pedagang batik pribumi tempo dulu ini bisa dilihat dari peninggalan rumah mewahnya. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba membangun rumah besar yang mewah dengan arsitektur cantik. Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman (berada di poros Keraton Kasunanan Surakarta-bekas Keraton Mataram di Kartasura). Dari jalan Dr Rajiman ini, banyak terlihat tembok tinggi yang menutupi rumah-rumah besar, dengan pintu gerbang besar dari kayu yang disebut regol. Salah satunya adalah bangunan yang dipakai oleh Roemahkoe, Bed and Breakfast. Sepintas tak terlalu menarik, bahkan banyak yang kusam. Tapi begitu regol dibuka, barulah tampak bangunan rumah besar dengan arsitektur yang indah. Biasanya terdiri dari bangunan utama di tengah, bangunan sayap di kanan-kirinya, dan bangunan pendukung di belakangnya, serta halaman depan yang luas. Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya meski dalam skala yang mini. Tentu saja tak semuanya bisa membangun ‘istana’ yang luas, karena di kanan-kirinya adalah lahan tetangga yang juga membangun ‘istana’-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan berbagai istana mini yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-gang sempit. Semangat berlomba
membangun rumah mewah ini tampaknya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalanjalan kampung menjadi sangat sempit. Terbentuklah banyak gang dengan lorong sempit yang hanya cukup dilewati orang atau sepeda motor. Tapi di sinilah uniknya. Menelusuri lorong-lorong sempit di antara tembok tinggi rumah-rumah kuno ini sangat mengasyikkan. Kita seolah berjalan di antara monumen sejarah kejayaan pedagang batik tempo dulu. Pola lorong-lorong sempit yang diapit tembok rumah gedongan yang tinggi semacam ini juga terdapat di kawasan Kauman, Kemlayan, dan Pasar Kliwon (di Yogyakarta, bisa ditemukan di Kotagede). Salah satu keunikan dari rumah-rumah Laweyan adalah meskipun berwujudan percampuran budaya tetapi dari denah dasar masih tetap mengunakan sistem zoning rumah Jawa asli. Kawasan Laweyan juga sangat dipengaruhi trend dari Ingris dan daratan Eropa lain abad 19an yang mana para pengusaha banyak menerapkan pengunaan interior maupun eksterior arsitektur semacam stained glass, keramik bermotif, jeruji, bahkan ornamen asli gaya romawi dan sebagainya tanpa mengubah bentuk dasar denah. Sebab jika dibandingkan dengan jenis bangunan dengan interior dan eksterior yang sama yang berada di Eropa (Jerman dan Belanda) maka jelas bahwa letak perbedaan yang menyolok adalah perbedaan bentuk dasar denah, dan jumlah lantai rumah tersebut. Di satu pihak ini bisa dikatakan bahwa pengaruh gaya internationalisme dan modernisme juga mempengaruhi tampilan rumah-rumah Laweyan.
2.1.7
Perilaku Wisatawan Survei sebagai bahan pencarian data dilakukan dengan responden wisatawan
yang berkunjung ke
Roemahkoe, Bed and Breakfast ataupun yang belum pernah
berkunjung, dan warga Solo dan sekitarnya baik pria ataupun wanita dengan jangka usia 20 sampai dengan 50 tahun. Data hasil survei didapatkan melalui wawancara dan opini tertulis wisatawan yang pernah menginap di Roemahkoe, Bed and Breakfast ataupun yang belum pernah berkunjung dan warga Solo dan sekitarnya menyebutkan antara lain sebagai berikut: 1. Kebanyakan orang Solo dan orang suka berwisata dan berkunjung tahu akan keberadaan Roemahkoe, Bed and Breakfast. Ada juga yang tahu namun tidak mengetahui secara pasti letak Roemahkoe, Bed and Breakfast. 2. Responden yang telah menginap di Roemahkoe, Bed and Breakfast kebanyakan ingin kembali dan menginap lagi di ataupun yang belum pernah berkunjung karena terkesan dengan atmosfer Roemahkoe, Bed and Breakfast yang tidak mereka temukan di penginapan lain dan kota-kota besar. 3. Responden rata-rata yang belum menginap namun suka travelling dan mencari pengalaman baru jika telah mendengar tentang Roemahkoe, Bed and Breakfast menyatakan ingin mengunjungi Roemahkoe, Bed and Breakfast karena fasilitas dan atmosfer yang ditawarkan. 4. Responden rata-rata menyatakan bahwa Roemahkoe, Bed and Breakfast memiliki nilai yang relatif tidak mahal untuk ukuran tarif butik hotel dan fasilitas yang ada. 5. Responden setuju bahwa keistimewaan Roemahkoe, Bed and Breakfast terletak pada suasana yang kuno, khas sekali dan tradisionalnya.
2.1.8 Sejarah Roemahkoe, Bed and Breakfast
Bangunan Roemahkoe yang berada di kampung Laweyan, Solo sudah berdiri sejak tahun 1938 yang semula merupakan rumah seorang saudagar yang bernama ibu Hajah Pusposumarto yang kemudian kini dikelola menjadi tempat penginapan dan restauran dengan mengunakan konsep Bed and Breakfast. Bed and Breakfast dikenal pertama kali di Inggris sesudah Perang Dunia ke II yaitu tahun 1940-an, bermula dari tentara Amerika yang menunggu giliran dijemput untuk menuju Negara asalnya, karena pada waktu itu sangat sulit mendapatkan penginapan atau hotel yang memadai, maka seorang nyonya rumah menawarkan rumahnya sebagai tempat peristirahatan. Selama menginap para tentara menikmati suasana rumah itu, sementara itu pemilik rumah pun senang mendapatkan imbalan jasa karena telah “meminjamkan” tempat tidur dan telah menyiapkan sarapan pagi untuk tentara perang itu. Sejak itu Bed and Breakfast terus berkembang sampai saat ini meluas hingga Jerman dan Itali yang disebut dengan sebutan Zimmer Frei Pensiones dan sekarang rata-rata 90% pelancong di Inggris menggunakan konsep Bed and Breakfast, di Amerika Bed and Breakfast baru berkembang 19 tahun yang lalu dan hanya ada 19 lokasi umumnya terdapat di Kalifornia tapi sekarang ada 25000 lokasi tersebar dihampir setiap wilayah Amerika. Mereka juga punya asosiasi usaha Bed and Breakfast. Sekarang Roemahkoe, Bed and Breakfast dimiliki dan direnovasi oleh kakakberadik Ny. Minul Haryanto dan Ny. Krisnina Maharani Tandjung. Didalamnya juga terdapat sebuah rumah makan yang diberi nama Restauran Laras yang memiliki cita rasa yang sesuai dengan konsep yang diangkat oleh Roemahkoe, Bed and Breakfast yaitu memiliki cita rasa yang khas jawa. Rumah makan ini berdiri bersamaan dengan dibukanya Roemahkoe, Bed and Breakfast.
2.1.9
Tentang Roemahkoe, Bed and Breakfast
Gambar 2.1
Terletak di Jalan Dr. Rajiman Nomor 501 Laweyan, Solo, adalah sebuah bangunan rumah tinggal bangsawan yang berprofesi sebagai saudagar batik yang telah dibangun pada tahun 1938. Bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 1.950 meter persegi itu masih utuh. Gaya dari Roemahkoe sangat terinspirasi oleh adat tradisional Jawa baik dari segi arsitekturnya ataupun penataan rumahnya.
Gambar 2.2
Roemahkoe, Bed and Breakfast adalah sebuah hotel. Dari jumlah kamarnya yang hanya 13 buah dengan 4 jenis kamar dengan harga dan fasilitas yang berbeda-beda tentu tidak dapat dikategorikan hotel bintang. Tapi karena kekhasan arsitektur dan
pelayanannya, menjadikan tarif menginap di sini setingkat atau bahkan mungkin lebih dari hotel bintang tiga. Karena itulah Roemahkoe masuk dalam kategori butik hotel. Daerah Laweyan, di mana tempat Roemahkoe berada, dulunya adalah daerah rumah tinggal para saudagar batik. Salah satu ciri khasnya adalah tanah yang luas dengan dinding-dinding yang tinggi menjulang sampai tiga meter. Begitu juga dengan Roemahkoe, dengan dinding tinggi yang mengitarinya, Dua buah pintu gerbang kayu jati di kiri dan kanannya akan menyambut semua tamu yang datang. Pintu gerbang ini akan ditutup jam 23.00 WIB demi keamanan dan kenyamanan tamu. Seperti tipologi bangunan Jawa umumnya, bangunan Roemahkoe pun menganut pola utara-selatan sebagai poros dan bentuk yang simetri antara kiri dan kanan. Dari tampak depan bangunan, belum begitu terlihat keunikannya. Tampak bangunan yang ada adalah sama seperti umumnya bangunan tropis. Unsur kepala, badan dan kaki, sebagai unsur utama arsitektur tampak jelas di sini.
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Di Roemahkoe, ruang pertama yang berada paling depan berfungsi sebagai pendopo / lobby. Sekeliling dindingnya yang dilapis panel kayu jati memberi kesan lebih hangat. Seluruh furniture dan barang lainnya seperti lampu gantung dan armatur lampu TL-nya juga masih asli. Di tengah ruangan disimpan meja marmer
berbentuk bundar. Ornamen khas china berbentuk cakar naga tampak pada kaki meja ini. Tak ketinggalan cermin-cermin berukuran besar (kaca benggala) tergantung di dinding. Cermin ini dipercaya dapat berfungsi juga sebagai penolak bala. Selain itu diasosiasikan untuk introspeksi. Bangun ini seluruhnya memakai kayu jati. Semua daun pintu dan jendelanya dikombinasikan dengan kaca patri bergaya Art Deco yang memberikan suasana ruang yang berbeda saat terkena sinar. Plafond yang berpola dengan ketinggian yang berbeda.
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Di balik lobby terdapat ruang krobongan. Ruang krobongan memiliki lantai yang lebih tinggi menunjukkan sebagai tempat terpenting di dalam rumah. Tempat ini sering dipakai untuk berbagai acara resmi seperti akad nikah atau menjadi pelaminan saat acara berlangsung. Terdapat pula gebyok dengan dekorasinya yang khas, yaitu tumpukan bantal guling berhiaskan perak membuat ruang semakin berkesan mewah dan tampak memikat. Gebyok ini dalam rumah Jawa berfungsi sebagai pembatas antara ruang publik dengan ruang privat di belakangnya. Di balik gebyok ini terdapat pula ruang baca atau ruang perpustakaan mini dan sebuah ruang kerja kecil.
Gambar 2.7
Setelah itu kita memasuki deretan kamar hotel yang memanjang kebelakang. Secara struktur, bangunan utama dan deretan kamar ini berbeda. Sebuah bangunan utama di tengah, dikelilingi kamar-kamar yang membentuk huruf U. Keduanya dipisahkan oleh taman dengan selebar. Pemandangan pada taman ini juga dapat dilihat saat kita duduk di ruang makan. Di salah satu sisi ruang makan, terdapat sebuah dipan kayu tempat proses pembuatan kain batik. Berbagai macam alat untuk membatik seperti canting berbagai ukuran, lilin cair dan kain batik yang baru setengah jadi juga ada di sini. Seperti menjadi sebuah museum kecil. Sesuai permintaan, pihak hotel dapat memberikan kursus singkat pembuatan kain batik. Dapat juga jika ingin melihat lingkungan rumah-rumah saudagar batik lainnya di daerah Laweyan ini dan merasakan gigantisnya dinding-dinding itu dengan mengikuti tour dengan berkeliling memakai becak. Atau belajar bermain Gamelan dan meramal masa depan dengan astrologi Jawa atau Primbon.
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Untuk kamar tidur, desain interiornya lebih modern. Pintu dan jendela dari kayu jati dengan gaya Art Deco sama seperti di ruangan yang lain tetap dipertahankan. Sebuah foyer dan area penyimpanan berada di dekat pintu masuk. Kamar mandi modern berada di sebelahnya. Dinding marmer dan washtafel dari tembaga memberi kesan lebih natural. Area ruang tidur yang berlantai parket kayu berada sekitar 30 cm lebih tinggi. Sebuah dipan kayu berada di tengah ruang, bersambung dengan rak berkonsep minimalis sepanjang dinding tempat menyimpan kap lampu yang dibuat dari kaca patri dengan model geometris, satu tema dengan kaca jendela dan pintu.
Di selasar depan setiap kamar, terdapat satu set meja dan kursi untuk minum teh sore atau sarapan pagi. Lagi-lagi furniture-nya kursi dan meja kayu zaman dulu. Tak heran kursi di setiap kamar berbeda-beda desainnya.
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Keunikan ini yang menjadi kekuatan bagi Roemahkoe, Bed and Breakfast. Kekuatan ini lah yang menjadi nilai tambah yang tidak dimiliki oleh penginapanpenginapan lain di Solo. Restorannya yang diberi nama Laras juga merupakan restoran yang memang mempunyai ciri khas yang mungkin tidak dapat ditemui di rumah makan lainnya. Bukan saja pada sajian menu masakannya, namun juga pada penataan ruangan yang terkesan klasik dan terkesan sangat terlihat kebudayaan jawanya.
2.1.10 Format Produk Roemahkoe, Bed and Breakfast menyediakan fasilitas antara lain: -
Kamar menginap yang memiliki 13 kamar dengan 4 macam tipe kelas : Standard
: 4 kamar @ Rp. 289.000,-
Deluxe
: 6 kamar @ Rp. 338.000,-
Junior Suite
: 1 kamar @ Rp. 390.000,-
Royal Suite
: 2 kamar @ Rp. 585.000,-
13 kamar ini memiliki arsitektur bangunan Jawa dengan ornamen-ornamen yang antik. Fasilitas dalam kamar yang disediakan antara lain televisi, AC, kamar mandi dengan shower dan mesin pengering rambut dan air panas. -
Terdapat foto-foto sejarah mengenai Solo yang terpampang sehingga suasana tempo dulu tetap terjaga.
-
Kapan saja dapat belajar tentang batik baik mengenal tentang batik ataupun mencoba membuat batik.
-
Dapat meramal dengan ramalan Jawa atau Primbon yaitu ramalan yang menggunakan weton atau berdasarkan tanggal kelahiran dan tahunnya. Dapat pula mengetahui keberuntungan dan hal yang buruk melalui melukis di atas sebuah kertas dengan membayar Rp. 300.000,- dan akan dikirim ke alamat rumah.
-
Ruang baca yang penuh buku-buku kuno yang disediakan.
-
Restoran dengan cita rasa yang tradisional, klasik dan sangat “jawani”. Namun selain itu juga terdapat makanan yang bercitarasa masa kini.
-
Pada even-even tertentu terdapat: kursus singkat belajar bermain gamelan dan belajar tari tradisional (namun biasanya dilakukan bila berkelompok).
2.2
-
Pemijatan tradisional dan lulur sesuai dengan pemesanan tamu saja.
-
Tur dengan menggunakan becak melihat desa dan kota lama Solo.
-
Penyewaan mobil
Khalayak Sasaran
Yang menjadi target audience dari Roemahkoe, Bed and Breakfast Solo adalah: Demogarfi sasaran Roemahkoe, Bed and Breakfast adalah Pria / Wanita dewasa berumur 20-50 Tahun dengan golongan ekonomi menengah atas hingga golongan ekonomi sosial atas yang kehidupannya sudah stabil dan mantap (B+ hingga A), dengan psikografis memiliki gaya hidup sehari-hari penuh dengan kesibukan, tinggal di perkotaan,suka berlibur dan mencari ketenangan, suka refreshing, suka travelling, mencintai dan menghargai akan kebudayaan. Sedangkan dari segi geografis sasarannya adalah orang-orang yang tidak hanya tinggal di kota Solo bahkan lebih banyak yang berasal dari luar kota Solo (tinggal di kota-kota besar) dan ingin berekrasi ke Solo.
2.3
Data Kompetitor Kompetitor Primer: Hotel Tugu Group Hotel yang tersebar di 3 kota yaitu Bali, Malang dan Blitar . Hotel ini yang dimiliki oleh Anhar Setjadibrata.
Gambar 2.13
Hotel Tugu Bali Berlokasi di dekat Seminyak tepat berada di Pantai Cangu. Hotel ini di bangun pada awal tahun 1970 oleh Anhar Setjadibrata, hotel ini disebut juga “Museum Boutique Hotel” karena banyak interiornya yang berupa barang-barang antik yang menceritakan sejarah dan kebudayaan Indonesia.
Hotel Tugu Malang Hotel Tugu Malang dibangun dan didesain pada tahun 1991 di jantung kota Malang, salah satu kota yang indah di Indonesia. Hotel ini dikelolah oleh Michel Anhar, anak dari Anhar Setjadibrata. Hotel ini mempunyai sentuhan religious yang menawarkan kenyamanan dan keromantisan karena memiliki pelayanan yang terbaik. Desain Hotel ini memiliki empat macam kultur yaitu Jawa Indonesia, Cina Indonesia, Belanda dan Timur Tengah.
Hotel Tugu Blitar Terletak dijantung kota Blitar, Hotel ini dibangun pada tahun 1850 dengan nama Hotel Centrum lalu berubah menjadi Hotel Sri Lestari. Hotel ini terus berjalan sampai sekarang dan bersebelahan dengan Hotel Tugu Blitar dan disebut Tugu Sri Lestari. Hotel ini memiliki Sang Fajar Suite, kamar milik Proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno. Hotel ini mempunyai beragam hidangan yaitu makanan tradisional Indonesia, Cina dan Eropa. Di sekitar Tugu Hotel terdapat candi, pantai, kuburan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, pasar tradisional, Alun-alun, transportasi umum becak. Rumah Sleman
"Rumah Sleman" sebenarnya bukanlah rumah asli Sleman. Hanya tempatnya saja di Sleman. Aslinya merupakan rumah pangeran yang dibangun pada tahun 1814 di Kampung Sewu, Solo. Jl. Purboyo No. 111 Warak Kidul, Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55288
Gambar 2.14
Hotel Majapahit Bertempat di jantung kota Surabaya, yang merupakan kota ke dua terbesar di Indonesia. Bangunannya telah berdiri sejak tahun 1910. Jl. Tunjungan 65, Surabaya
Kompetitor Sekunder: Hotel Quality Jl. Ahmad Yani 40 Solo, Telepon 731322 (****) Hotel Novotel Jl. Slamet Riyadi 262 Solo, Telepon 772455 (****) Hotel Sahid Raya Jl. Gajah Mada 82 Solo, Telepon 644144 (****) Hotel Sahid Kusuma Jl. Sugiopranoto 20 Solo, Telepon 646356 (****)
Hotel Agas Jl. Dr. Muwardi 44 Solo, Telepon 714888 (***) Comfort In Jl. Slamet Riyadi 335, Telepon 713300, 717181 (**) Riyadi Palace Hotel Jl. Slamet Riyadi 335, Telepon 713300 (***)
2.4
Analisa SWOT • -
Streght (Kekuatan) Roemahkoe, Bed and Breakfast sudah berdiri sejak tahun 1938, dan hal ini merupakan kelebihan dari Roemahkoe yang memiliki arsitektur tempo dulu yang kadang kerap dicari wisatawan dan membuat setiap orang yang pernah menginap ingin kembali menginap lagi untuk merasakan atmosfer yang tidak ditemukan di tempat lain.
-
Roemahkoe, Bed and Breakfast memiliki restoran yang diberi nama Laras. Laras merupakan restoran yang memiliki cita rasa makanan dengan kekhasan tempo dulu yang jarang ditemui ditempat lain dengan harga yang terjangkau dan beragam jenis dengan cita rasa luar biasa.
-
Roemahkoe, Bed and Breakfast berada di tengah jalan kota Solo, mudah terlihat dan mudah dijangkau oleh wisatawan.
-
Tempat yang aman berbeda dengan hotel-hotel lain, karena gerbang ditutup setiap jam 23.00 WIB.
-
Ketenangan dan keamanan yang ditawarkan.
-
Harga yang relatif terjangkau untuk ukuran boutique hotel.
-
Selain menginap tamu diajak bernostalgia tentang masa lalu atau dapat mengetahui bagaimana suasana dimasa lalu yang menjadi kekhasan Roemahkoe, Bed and Breakfast.
-
Roemahkoe, Bed and Breakfast menyediakan fasilitas dan paket yang menarik dan beda dengan hotel-hotel lain.
•
Weakness (Kelemahan) -
Karena sudah lama dibangun walaupun sudah mengalami renovasi, namun terkadang memberikan kesan yang seram di malam hari.
-
Jumlah kamar yang terlalu sedikit untuk ukuran sebuah hotel.
-
Tidak ada komunikasi visual yang jelas mencerminkan identitas visual Roemahkoe, Bed and Breakfast.
-
•
Tidak ada promosi untuk Roemahkoe, Bed and Breakfast.
Opportunity (Kesempatan) -
Tidak banyak hotel yang memiliki karakteristik seperti Roemahkoe, Bed and Breakfast.
-
Letak Roemahkoe, Bed and Breakfast yang berada dijalan besar yang tampak dan mudah dijangkau.
-
Letak Roemahkoe, Bed and Breakfast yang berada di daerah wisata Kampung Batik Laweyan memberikan kelebihan tersendiri bagi Roemahkoe, Bed and Breakfast.
-
Indonesia masih memiliki komunitas yang merindukan suasana nostalgia cukup besar dan komunitas yang rindu akan suasana Jawa Tengah tempo dulu.
•
Threat (Ancaman) -
Kebanyakan generasi muda menganggap bahwa sesuatu yang kunodan tradisional itu, tidak asik dan tidak keren. Roemahkoe, Bed and Breakfast hanya cocok untuk angkatan oma dan opa mereka atau tempat bagi orang tua saja. Hal ini mengakibatkan pada akhirnya Roemahkoe, Bed and Breakfast tidak menjadi pilihan bagi mereka menginap.
-
Banyaknya hotel-hotel di Solo yang tentunya menjadi ancaman bagi Roemahkoe.