BAB 2 DATA DAN ANALISA
Data penunjang ini ditinjau dari berbagai sumber, antara lain: 1. Data literatur berasal dari buku, website dan sebagian diambil dari artikel elektronik maupun non-elektronik termasuk beberapa blog masyarakat, terutama pemerhati fesyen busana muslim. 2. Wawancara dengan beberapa narasumber yang merupakan Ketua APPMI serta salah satu peserta IIFF 2011. 3. Survei event fesyen serupa yaitu Indonesia Fashion Week 2012. 2.1
Data Literatur 2.1.1
Perkembangan Busana Muslim di Indonesia
Agama Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-7, namun fenomena busana muslim baru terjadi pada tahun 70-an saat terjadinya Orde Baru. Memakai busana muslim—dalam hal ini adalah kerudung—dilarang keras, terkait dengan isu politik bahwa keberadaan umat Islam mengancam pemerintahan. Barulah pada tahun 80-an pelarangan tersebut dicabut. Pada tahun 1970-an, kerudung berfungsi sebagai penutup kepala dan pemakaiannya hanya sebatas leher, tidak menutup dada, serta rambutnya terlihat. Perpaduan penutup kepala ini adalah kebaya. Pemakainya kebanyakan ibu-ibu di kalangan pesantren, madrasah, majelis taklim dan organisasi masyarakat Islam perempuan. Kerudung identik dengan unsur tradisional. Memasuki tahun 1980-an, semenjak pencabutan larangan berbusana muslim, para perempuan aktivis Islam di perkotaan, termasuk mahasiswi dan pelajar beramai-ramai memakainya. Kerudung yang digunakan mereka tertutup rapi dan menutup dada. Gebrakan ini dipicu oleh Revolusi Islam Iran dimana saat itu memiliki pengaruh cukup besar di kalangan pelajar. Busana muslim yang wanita-wanita pejuang revolusi tersebut kenakan menjadi simbol kebanggaan dan rasa hormat, secara tidak langsung mempengaruhi sisi psikologis. Kerudung telah bersifat ideologis. Fenomena kerudung dan busana muslim di tahun 1990-an semakin menguat. Revolusi Islam Iran masih memiliki pengaruh besar karena berhasil mempengaruhi perkembangan model kerudung di kalangan muslimah. Aktivis Masjid Salman ITB adalah pencetus awal perubahan ini. Pemakainya tidak hanya dari kalangan aktivis Islam namun merambah ke aktivis sosial politik. Perancang busana muslim bermunculan untuk memenuhi permintaan masyarakat. Kerudung mengalami perubahan citra, dari yang dianggap tradisional menjadi modern.
Pemakaian kerudung dan busana muslim mulai merata di seluruh Indonesia pada tahun 2000-an, wanita yang mengenakannya bisa ditemukan dimana-mana dan tak lagi dibatasi oleh status sosial politik serta usia. Seiring berjalannya waktu kerudung sudah menjadi budaya sosial masyarakat muslim Indonesia. Tidak lagi hanya sekedar identitas religi namun juga identitas dalam lingkungan yang mempengaruhi sisi psikologisnya. Fenomena busana muslim menunjukkan perluasan nilai-nilai Islam dalam berbusana. Baik dalam bentuk kesadaran dari diri sendiri secara religius ataupun pengaruh pergaulan lingkungannya, tidak dapat dipungkiri bahwa busana muslim telah menjadi bagian dari budaya sosial masyarakat Indonesia. 2.1.2
Pusat Fesyen Busana Muslim Dunia
Indonesia berpotensi bisa menjadi sumber inspirasi busana muslim bagi warga dunia, terlihat dari hasil karya para desainer busana muslim Indonesia. Busana muslim semakin variatif dan inovatif meski belum sepenuhnya terangkat di panggung fashion lokal maupun internasional. Dalam dunia internasional, Kementrian Perindustrian RI (Paras/Indri, 2012) mencatat nilai transaksi sektoral busana muslim telah mencapai US$96 miliar atau setara Rp 820,99 triliun dengan Malaysia, Turki, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab dan negara-negara di Timur Tengah sebagai importir terbesar. Tidak hanya desainer busana muslim yang kaya ide, perempuan muslim juga telah berani memadu-madankan busana dan berkreasi menyesuaikan pemakaian secara muslim. Wanita muslim tampil cantik dengan mematuhi syarat dan aturan sesuai keyakinannya, karena itulah desainer perlu memahami kebutuhan mereka untuk tampil cantik. Milo Migliavanca (Kompas Female/Wawa, 2011), salah seorang perancang yang diundang untuk berpartisipasi dalam IIFF berpendapat rancangan busana muslim di Indonesia berbeda dengan karya Malaysia atau negara lainnya. Setiap negara memiliki karakter busana muslim yang berbeda namun Indonesia memiliki rancangan yang ceria, kaya warna, memiliki koleksi busana muslim beragam dan tetap sesuai aturan berbusana muslim. Dengan diadakannya berbagai acara fashion tendance dengan kategori busana muslim di dalamnya, diharapkan dapat menaikkan popularitas Indonesia dan mampu mencapai misinya sekaligus mendongkrak perekonomian dalam negeri dengan faktor 7M (Okezone, 2011), yaitu Market (pasar), Manajemen, Man (sumber daya manusia), Manajemen Sistem Informasi, Machine (mesin yang memadai), dan Money (uang).
2.1.3
Tren Fesyen Busana Muslim 2012
Menurut Dina Midiani, desainer sekaligus anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (NooR, 2012), kecenderungan tren untuk tahun 2012 adalah perpaduan harmonis warna-warna cerah dengan elemen dan unsur etnik yang sengaja 'ditabrakkan'. Gaya berbusana masih tetap dipengaruhi oleh nuansa Timur Tengah yang kemudian akan dikembangkan ke budaya Timur, bergaya urban dipadukan hal-hal bersifat etnik. Pengolahan modern motif khas Indonesia sehingga menjadi lebih ringan dan bahannya nyaman dikenakan sesuai dengan keseharian pemakainya akan tetap menjadi bagian utama tren menurut desainer Irna Mutiara (NooR, 2012). Untuk tren warna tahun 2012, Pantone Color Institute menetapkan Tangerine Tango; yaitu oranye kemerahan sebagai Color of The Year. Warna tersebut menampilkan kehangatan, semangat yang menyala-nyala sekaligus memikat, eksotis namun ramah, lalu elegan dan dramatik.
2.2
Data Survei 2.2.1
Wawancara
Nama
: Taruna Kusmayadi
Jenis Kelamin : Pria Pekerjaan
: Perancang Baju, Ketua APPMI dan anggota IIFC
1. Apa saja agenda APPMI tahun ini dalam kategori busana muslim? Agenda busana muslim seperti agenda tahun lalu yaitu program pameran dan show menyambut Ramadhan dan Idul Fitri, serta pameran di Le Bourget, Paris. 2. Apakah akan melibatkan IIFC kembali dalam agenda tsb, terutama dalam pelaksanaan IIFF 2012 ini sendiri? Ya, kami tetap akan melibatkan IIFC dalam IIFF 2012 lagi dan kini tengah berupaya mendapatkan sponsor yang sama seperti tahun lalu. 3. Apa saja kekurangan & kelebihan dari IIFF dari tahun lalu? Kekurangannya, kita masih menata organisasi di dalam. Kelebihannya, makin banyak perancang busana muslim bertumbuh-kembang.
4. Adakah target spesifik konsumen untuk IIFF 2012 ini? Tidak ada, karena pada dasarnya kami menyuguhkan koleksi yang baru dan menarik serta berkesinambungan dalam produksi dan promosinya. 2.2.2
Kuisioner
Tujuan dari kuisioner ini adalah untuk mencaritahu seberapa jauh masyarakat mengetahui IIFF, memilih strategi media sekaligus menyesuaikan gaya desain mendekati selera masyarakat. Kesimpulan yang didapat adalah :
2.3
•
Profesi : 48% mahasiswa, 14% pegawai negeri/swasta, 5% lain-lain.
•
Sebanyak 67% memilih Chic dan 43% Elegant sebagai gaya busana.
•
Sebanyak 62% menjawab tidak pernah mendengar acara IIFF.
•
Sebanyak 33% menjawab tahu IIFF dari iklan majalah/radio/televisi.
•
Sebanyak 62% menjawab informasi mengenai IIFF belum cukup.
Data Mandatories 2.3.1
Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC)
Gambar 2.1
Indonesia Islamic Fashion Consortium (Yayasan Fesyen Islami Indonesia) dibentuk oleh beberapa anggota APPMI yang terjun di bidang busana muslim dan bekerjasama dengan Kementrian Perindustrian, Perekonomian serta Budaya dan Pariwisata pada tahun 2010. Yayasan ini didirikan pada tahun 2008. Bulan Desember 2011, IIFC diundang sebagai tamu kehormatan oleh Kedutaan Besar RI di Paris dalam acara Salon International du Monde Musulman (SIMM, Pameran Muslim Internasional) yang diselenggarakan oleh Union des Musulman de France (Persatuan Masyarakat Muslim Perancis). Pameran tersebut diadakan di Le Bourget Paris dan diikuti oleh 6 negara—termasuk Indonesia— yaitu Perancis, Inggris, Belgia, Uni Emirat Arab, dan Tunisia. Indonesia didaulat sebagai tamu kerhomatan karena karya para desainernya yang unik serta kepiawaian dalam mengolah busana.
2.3.2
Visi dan Misi
Menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen busana muslim dunia dan membantu perekonomian semua aspek kreatif fesyen hingga mencapai usaha kecil menengah. 2.4
Data Event 2.4.1
Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF)
Gambar 2.2
Indonesia Islamic Fashion Fair adalah acara yang diadakan oleh IIFC pada bulan Agustus 2010 dan September 2011. Diselenggarakan bertepatan dengan momen bulan Ramadhan dan dimaksudkan sebagai referensi mode Idul Fitri, acara ini meliputi fashion show, showcase, seminar, lomba jurnalistik, lomba merancang busana muslim dan beauty pageant muslimah. IIFF diadakan selama 30 hari dari awal Agustus hingga awal September. Fashion show digelar pada hari-hari tertentu dan melibatkan para desainer busana muslim berbakat yang ditujukan untuk umum ataupun undangan. Showcase menampilkan karya-karya siap jual para desainer tersebut dan disediakan booth dengan jam operasional 10.00 – 22.00, juga membuka kesempatan bisnis bagi industri fesyen busana muslim lainnya. Seminar kecantikan diadakan pada akhir minggu. Hasil dari lomba jurnalistik, beauty pageant dan Lomba Rancang Busana Muslim diumumkan pada hari terakhir acara berlangsung. 2.4.2
Susunan Acara
Tempat : Plaza Indonesia (2010), Central Park (2011) Acara Utama : Opening, Fashion Show, Closing Opening Diawali oleh sambutan dari jajaran petinggi IIFC dan dibuka secara simbolik dengan penabuhan genderang oleh perwakilan Menko Perekonomian Bidang Industri dan Pariwisata serta perwakilan Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Dilanjutkan dengan parade fashion show dari karya desainer yang merupakan anggota APPMI Jakarta.
Fashion Show Digelar pada hari kedua dan hari kesembilanbelas, melibatkan pagelaran busana karya partisipan yang membuka booth. Pada kesempatan ini pula diadakan Grand Final dari Lomba Rancang Busana Muslim dimana para finalis diwajibkan menampilkan tiga karya terbaiknya. Closing Diawali pengumuman pemenang lomba jurnalistik, muslimah beauty pageant, dan Lomba Rancang Busana Muslim. Diakhiri oleh kata penutup dari jajaran petinggi IIFC lalu ditutup oleh perwakilan Menko Perekonomian Bidang Industri dan Pariwisata serta perwakilan Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Acara Lainnya : Showcase booth selama sebulan penuh oleh para desainer busana Indonesia yang menjual rancangan mereka, berlokasi di dekat panggung utama. 2.5
Data Pembanding 2.5.1
Indonesia Fashion Week 2012 (IFW 2012)
Gambar 2.3
Indonesia Fashion Week (IFW) adalah pekan fesyen nasional pertama di Indonesia yang menjadi peleburan acara fashion se-Indonesia. Pekan fesyen terbesar di Indonesia ini mengawali debutnya pada 23-26 Februari 2012 di Jakarta Convention Center, Jakarta, dengan tema “Colorful Indonesia”. Tujuan acara ini adalah memadukan seluruh komponen fesyen di Tanah Air agar dapat mengantarkan Indonesia menembus pasar global dengan mengutamakan komponen 3C (Creativity, collaboration, commerce). IFW diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan didukung penuh oleh Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Tabloid NOVA dan ACT, unit perusahaan yang bergerak di bidang event organizer milik Kompas Gramedia. IFW juga
diharapkan menjadi wadah pertemuan seluruh elemen pendukung dunia fesyen di Indonesia dalam bidang bisnis dan kreasi. Acara ini melibatkan semua elemen pendukung dunia fesyen, mulai dari industri, komunitas, pencipta/desainer, hingga pemerintah dan tak hanya menghadirkan keterampilan para desainer Indonesia dalam menginovasi kekayaan budaya dalam negeri melalui peragaan busana. Pagelaran busana, kompetisi, dan seminar juga mengisi salah satu agenda pekan fesyen ini. Promo Item 1. Poster
Gambar 2.4
2.
Banner, Umbul-umbul, Billboard
Gambar 2.5
3. Website
Gambar 2.6
4. Seminar Kit (Map, Sertifikat) 5. Sponsor/Exhibition Kit (CD, Flyer, Guide) 6. Tiket dan Undangan 7. Event Program Book 8. Display Booth dan Stage 9. Signage 10. Brosur dan Iklan Majalah 2.6
2.7
Data Target •
Demografi : Kalangan menengah ke atas baik merupakan warga Indonesia ataupun turis mancanegara.
•
Geografi : Wilayah urban, kota besar, khususnya DKI Jakarta.
•
Psikografi : Wanita remaja (18 – 24 tahun), dewasa (25 – 45 tahun).
•
Sosiografi : Kalangan dan komunitas terutama muslim.
•
Strata Ekonomi : A, B, C. Memiliki penghasilan sendiri dan bekerja.
Analisa SWOT Strength
- Memperkenalkan beragam rancangan busana muslim karya desainer lokal dari Indonesia. - Tidak hanya fashion show, diadakan pula seminar, showcase serta beauty pageant muslimah. - Melibatkan kalangan industri bisnis busana muslim masyarakat untuk membuka booth-nya. - Diadakan Lomba Rancang Busana Muslim untuk menggali kreatifitas para desainer baru. - Belum memiliki kompetitor yang mengangkat tema serupa. Weakness - Kurangnya waktu promosi acara menjelang hari-H. - Kegiatan acara yang kurang dijelaskan oleh media promosi. Opportunity - Membawa industri fesyen busana muslim Indonesia ke pasar global. - Memperkenalkan masyarakat pada perkembangan busana muslim. Threat - Digelarnya acara fesyen serupa. - Kurangnya industri dan bisnis fesyen yang berpartisipasi