BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Buku 1. "Memburu Kurawa" karangan Pitoyo Amrih, DIVA press, September 2011 2. "Betapa Dahsyatnya Kutukan - Kutukan Dalam Kisah Mahabharata" karangan Gamal Komandoko, IRCiSoD, Maret 2010 3. "Bharatayudha" karangan R.A Kosasih 4. "Mahabharata" karangan Nyoman S. Pendit, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003 5. "Cinematography - Theory and Practice" karangan Blain Brown 6. "How To Make Animated Films" karangan Tony White 7. "The Animator's Survival Kit" karangan Richard Williams 8. "Stop Starring 2nd.Ed" karangan Jason Osipa 9. "Beberapa Asas Merancang Dwimatra" karangan Wucius Wong 10. "Tipografi Dalam Sejarah Desain Grafis" karangan danton sihombing, mfa
2.1.2 Literatur Internet 1. http://id.wikipedia.org/wiki/Mahabharata 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Baratayuda 3. http://en.wikipedia.org/wiki/Wayang 4. http://pitoyo.com/duniawayang/galery/categories.php?cat_id=4 5. http://agungkusuma.multiply.com/journal/item/1/Apa_itu_wayang. 6. http://wayang.wordpress.com/2010/03/06/silsilah-mahabarata/#more-1510 7. http://wayangprabu.com/2008/03/05/asal-usul-wayang/ 8. http://www.armhando.com/2011/12/cerita-wayang-pandawa-mahabharata-vs.html
2.2 Wayang 2.2.1 Pengertian Wayang Dalam bahasa Jawa, wayang berarti "bayangan". Dalam arti filsafatnya "wayang" dapat diartikan sebagai pencerminan dari sifat - sifat manusia yang ada dalam jiwa manusia, seperti angkara murka, kezaliman, keserakahan, kebaikan, kemurahan hati, keberanian, dan lain - lain. Dalam pementasan, wayang biasanya dimainkan oleh seorang dalang. Dalang juga biasanya dibantu oleh beberapa penabuh gamelan (musik), beberapa waranggana (vokalis), dan juga seorang pembantu untuk membantu dirinya untuk mempersiapkan dan mengatur tata letak tokoh - tokoh wayang mana saja yang akan ditampilkan oleh dalang. Dalang adalah orang yang mengatur jalannya pertunjukan penceriteraan wayang secara keseluruhan, dalang juga adalah orang yang mengatur semua krunya agar terjalin hubungan kekompakan di dalam cerita tersebut sehingga cerita pewayangan bisa terlihat lebih hidup. Dengan kata lain dalang adalah seorang sutradara sekaligus sebagai animator dalam sebuah penceritaan. Dalam Pertunjukan wayang biasanya dikenal dengan set kanan dan set kiri. Set kanan merupakan kumpulan tokoh - tokoh pewayangan yang mewakili kebenaran, kebajikan, kepahlawanan dan pencerminan sifat baik lainnya, sedangkan set kiri adalah tempat untuk tokoh - tokog yang mewakiliki kejahatan, kebencian dan pencerminan sifat buruk lainnya. Untuk memperagakan setting dan pergantian adegan biasanya digunakan simbol berupa gunungan, yaitu sebuah wayang yang dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan gunung.
2.2.2 Sejarah Wayang Di Indonesia Kesenian wayang sudah ada sebelum kebudayaan Hindu memasuki nusantara tetapi berkembang pesat pada masa Hindu Jawa. Sekitar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Masa berikutnya yaitu pada jaman Jenggala, kegiatan penciptaan wayang semakin berkembang. Raden Panji Rawisrengga yang bergelar Sri Suryawisesa mengembangkan wayang purwa. Wayangwayang hasil ciptaannya dikumpulkan dan disimpan dalam peti yang indah. Sementara itu diciptakan pula pakem ceritera wayang Purwa. Setiap ada upacara penting di istana diselenggarakan pagelaran Wayang Purwa dan Sri Suryawisesa sendiri bertindak sebagal dalangnya. Pada jaman Majapahit usaha melukiskan gambaran wayang di atas kertas disempurnakan dengan ditambahi bagian-bagian kecil yang digulung menjadi satu. Wayang berbentuk gulungan tersebut, bilamana akan dimainkan maka gulungan harus dibeber. Oleh karena itu wayang jenis ini biasa disebut
wayang Beber. Semenjak terciptanya wayang Beber tersebut terlihat pula bahwa lingkup kesenian wayang tidak semata-mata merupakan kesenian Kraton, tetapi malah meluas ke lingkungan diluar istana walaupun sifatnya masih sangat terbatas.. `
Pada masa pemerintahan Raja Brawijaya terakhir, kebetulan sekali dikaruniai seorang putera yang
mempunyai keahlian melukis, yaitu Raden Sungging Prabangkara. Bakat puteranya ini dimanfaatkan oleh Raja Brawijaya untuk menyempurkan wujud wayang Beber dengan cat. Pewarnaan dari wayang tersebut disesuaikan dengan wujud serta martabat dari tokoh itu. Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit dengan sengkala; Geni murub siniram jalma ( 1433 / 1511 M ), maka wayang beserta gamelannya diboyong ke Demak. Hal ini terjadi karena Sultan Demak Syah Alam Akbar I sangat menggemari seni kerawitan dan pertunjukan wayang. Pada masa itu sementara pengikut agama Islam ada yang beranggapan bahwa gamelan dan wayang adalah kesenian yang haram karena berbau Hindu. Timbulnya perbedaan pandangan antara sikap menyenangi dan mengharamkan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan kesenian wayang itu sendiri. Untuk menghilangkan kesan yang serba berbau Hindu dan kesan pemujaan kepada arca, maka timbul gagasan baru untuk menciptakan wayang dalam wujud baru dengan menghilangkan wujud gambaran manusia. Berkat keuletan dan ketrampilan para pengikut Islam yang menggemari kesenian wayang, terutama para Wali, berhasil menciptakan bentuk baru dari Wayang Purwa dengan bahan kulit kerbau yang agak ditipiskan dengan wajah digambarkan miring, ukuran tangan dibuat lebih panjang dari ukuran tangan manusia, sehingga sampai di kaki. Wayang dari kulit kerbau ini diberi warna dasar putih yang dibuat dari campuran bahan perekat dan tepung tulang, sedangkan pakaiannya di cat dengan tinta. Pada masa itu terjadi perubahan secara besar-besaran di seputar pewayangan. Di samping bentuk wayang baru, diubah pula tehnik pakelirannya, yaitu dengan mempergunakan sarana kelir/layar, mempergunakan pohon pisang sebagai alat untuk menancapkan wayang, mempergunakan blencong sebagai sarana penerangan, mempergunakan kotak sebagai alat untuk menyimpan wayang. Dan diciptakan pula alat khusus untuk memukul kotak yang disebut cempala. Cerita yang di gunakan tetap cerita Mahabharata dan Ramayana tetapi dengan unsur keagamaan Islam. Pada jaman pemerintahan Sultan Syah Alam Akbar III atau Sultan Trenggana, perwujudan wayang kulit semakin semarak. Bentuk-bentuk baku dari wayang mulai diciptakan. Misalnya bentuk mata, diperkenalkan dua macam bentuk liyepan atau gambaran mata yang mirip gabah padi atau mirip orang yang sedang mengantuk. Dan mata telengan yaitu mata wayang yang berbentuk bundar. Penampilan wayang lebih semarak lagi karena diprada dengan cat yang berwarna keemasan. Pada jaman itu pula Susuhunan Ratu Tunggal dari Giri, berkenan menciptakan wayang jenis lain yaitu wayang Gedog. Bentuk dasar wayang Gedog bersumber dari wayang Purwa. Perbedaannya dapat
dilihat bahwa untuk tokoh laki-laki memakai teken (Sunan Kudus salah seorang Wali di Jawa menetapkan wayang Gedog hanya dipagelarkan di dalam istana). Berhubung wayang Gedog hanya dipagelarkan di dalam istana, maka Sunan Bonang membuat wayang yang dipersiapkan sebagai tontonan rakyat, yaitu menciptakan wayang Damarwulan untuk kalangan rakyat. Untuk melengkapi jenis wayang yang sudah ada, Sunan Kudus menciptakan wayang Golek dari kayu. Cerita diambil dari kisah seputar Islam. Sunan Kalijaga tidak ketinggalan juga, untuk menyemarakkan perkembangan seni pedalangan pada masa itu dengan menciptakan Topeng yang dibuat dari kayu. Pokok ceriteranya diambil dari pakem wayang Gedog yang akhirnya disebut dengan topeng Panji. Bentuk mata dari topeng tersebut dibuat mirip dengan wayang Purwa. Pada masa Kerajaan Mataram diperintah oleh Panembahan Senapati atau Sutawijaya, diadakan perbaikan bentuk wayang Purwa dan wayang Gedog. Wayang ditatah halus dan wayang Gedog dilengkapi dengan keris. Di samping itu baik wayang Purwa maupun wayang Gedog diberi bahu dan tangan yang terpisah dan diberi tangkai. Pada tahun 1731 Sultan Hamangkurat I menciptakan wayang dalam bentuk lain yaitu wayang Wong. Wayang wong adalah wayang yang terdiri dari manusia dengan mempergunakan perangkat atau pakaian yang dibuat mirip dengan pakaian yang ada pada wayang kulit. Perbedaan wayang Wong dengan wayang Topeng adalah , pada waktu main pelaku dari wayang Wong aktif berdialog, sedangkan wayang Topeng dialog para pelakunya dilakukan oleh dalang Pada jaman pemerintahan Sri Hamangkurat IV, ia menciptakan wayang baru yang disebut wayang Madya. Ceritera dari Wayang Madya dimulai dari Prabu Parikesit, yaitu tokoh terakhir dari ceritera Mahabarata hingga Kerajaan Jenggala. Bentuk wayang Madya, bagian atas mirip dengan wayang Purwa, sedang bagian bawah mirip bentuk wayang gedog. Semasa jaman Revolusi fisik antara tahun 1945 – 1949, usaha untuk mengumandangkan tekad pejuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu usaha ialah melalui seni pedalangan. Khusus untuk mempergelarkan ceritera- ceritera perjuangan tersebut, maka diciptakanlah wayang Suluh. Wayang Suluh berarti wayang Penerangan, karena kata Suluh berarti pula obor sebagai alat yang biasa dipergunakan untuk menerangi tempat yang gelap. Bentuk wayang Suluh, baik potongannya maupun pakaiannya mirip dengan pakaian orang sehari-hari.Bahan dipergunakan untuk membuat wayang Suluh ada yang berasal dari kulit ada pula yang berasal dari kayu pipih. Ada sementara orang berpendapat bahwa wayang suluh pada mulanya lahir di daerah Madiun yang di ciptakan oleh salah seorang pegawai penerangan dan sekaligus sebagai dalangnya. Tidak ada bentuk baku dari wayang Suluh, karena selalu
mengikuti perkembangan jaman. Hal ini disebabkan khususnya cara berpakaian masyarakat selalu berubah, terutama para pejabatnya . Kini, beragam wayang lahir, tumbuh dan terdapat di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jawa, Sunda, Bali, Lombok, dan Sumatera. Wayang Kulit terdapat pula di Kedu, Tejokusuman, Ngaben, Surakarta, Banyumas dan Cirebon. Selain wayang Gedog, ada wayang Sadad. Di samping wayang Madya, ada wayang Krucil/ Karucil, juga ada wayang Sasak, wayang Kaper, wayang Wahyu, wayang Intan, wayang Suket (Rumput), wayang Revolusi. Sebagian ragam wayang tersebut masih tersimpan di Museum Mpu Tantular di Surabaya dan Museum Wayang di Jakarta. Koleksi lainnya di museum ini adalah wayang Golek berukuran besar dan mini, serta berbagai jenis topeng. Di samping wayang dari nusantara, di museum ini disertakan pula koleksi dari manca negara meliputi boneka (puppet) dari Kelantan (Malaysia), Suriname, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggris, Amerika dan Thailand. [SS Listyowati]. 2.3 Kitab Mahabharata 2.3.1 Mahabharata Mahabharata adalah sebuah kisah pewayangan yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering di sebut Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kronologi peristiwa dari kisah para leluhur pandawa dan kurawa sampai kisah diangkatnya pandawa ke surga. 18 kitab Mahabarata adalah Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa,
Karnaparwa,
Aswamedhikaparwa,
Salyaparwa,Sauptikaparwa,
Asramawasikaparwa,
Striparwa,
Mosalaparwa,
Santiparwa,
Anusasanaparwa,
Mahaprastanikaparwa,
dan
Swagaroharnaparwa. Semua kitab tersebut menceritakan asal mula pertikaian pandawa dan kurawa dengan 4 kitab khusus yaitu Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa yang menceritakan secara garis besar bagaimana peperangan di tanah Kurusetra yang lebih dikenal dengan perang Baratayuda. Mahabharata terbagi menjadi 2 versi, yaitu : a.
Versi India yang berpusat kepada Dewa Siwa.
b.
Versi Indonesia (dari Pustaka Raja Purwa) yang berpusat kepada Batara
Guru. Cerita Mahabharata versi India menggunakan silsilah
berdasarkan cerita Hindu di India.
Pandawa bukanlah keturunan dari para Dewa, namun mereka adalah keturunan dari raja Nahusta, seorang raja di India. Sedangkan Mahabharata versi Indonesia telah di sesuaikan dengan tradisi Indonesia, yaitu mereka percaya bahwa para raja Jawa jaman dahulu adalah keturunan para dewa, sehingga para Pandawapun
dibuat sebagai keturunan para Dewa karena mereka adalah keturunan raja. Mahabharata versi Indonesiapun memasukan tokoh - tokoh tambahan yang mereka puja maupun buatan mereka sendiri, seperti Hyang tunggal dan Hyang Wenang (tokoh yang pernah dipuja pada jaman pra sejarah yang dijadikan leluhur para pandawa), serta tokoh punakawan.
2.3.2 Baratayuda Dalam kitab Mahabharata, Baratayuda merupakan klimaks dari kitab Mahabharata yang menceritakan peperangan besar selama 18 hari, antara Pandawa dan Kurawa. Baratayuda berasal dari kata Bharatayuddha (perang Bharata) yaitu judul sebuah naskah kakawin berbahasa Jawa kuno yang ditulis pada tahun 1157 oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabhaya, raja Kerajaan Kediri
Dalam versi pewayangan, perang Baratayuda adalah peristiwa yang sudah ditetapkan kejadiannya oleh dewata. Perang ini dianggap sudah ditetapkan akan terjadi oleh para dewa bahkan sebelum kelahiran para Pandawa dan Kurawa yang akan terjadi di sebuah padang luas bernama Kurusetra. Dalam pewayangan India, kisah Baratayuda dianggap terjadi di India yang akan menjadi cikal bakal kerajaan India, sedangkan di Indonesia kisah Baratayuda dianggap terjadi di Pulau Jawa. Dalam perang Baratayuda menceritakan sebuah peperangan yang terjadi antara para lima Pandawa melawan ke seratus saudara mereka yang dikenal dengan Kurawa. Kisah ini menceritakan tentang ketamakan para Kurawa yang telah menipu para Pandawa sehingga para Pandawa harus pergi meninggalkan kerajaannya. Setelah bertahun - tahun meninggalkan kerajaannya para Pandawa akhirnya telah selesai melaksanakan tugas yang diberikan para Kurawa kepada mereka, tetapi pada saat mereka kembali para Kurawa tidak mau mengembalikan kembali tahta yang seharusnya milik para Pandawa. Hal ini memicu kemarahan dari pihak Pandawa yang akhirnya berujung ke dalam sebuah perang besar, yaitu perang Baratayuda yang terjadi di sebuah padang luas yang tidak berpenghuni yang bernama Padang Kurusetra. Di padang tersebut diceritakanlah peperangan yang terjadi selama 18 hari antara pihak Pandawa melawan pihak Kurawa yang akhirnya di menangkan oleh pihak Pandawa dengan kematian para Kurawa.
2.3.3 Pandawa Pandawa adalah sebutan bagi anak - anak Pandu, yaitu salah satu raja Hastinapura yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, dan sikembar Nakula dan Sadewa. Dengan kata lain Pandawa adalah para putra mahkota dari kerajaan Hastinapura. Menurut mitos pewayangan Jawa para Pandawa adalah jelmaan dari para Dewa tertentu. Para Pandawa memiliki peran penting dalam kisah Mahabarata terutama pada saat Perang Baratayuda yang terjadi di Padang Kurusetra melawan sepupu mereka yaitu Kurawa yang berjumlah seratus.
Gambar 2.1 Wayang Pandawa Lima
1. Samiaji /Yudhistira
Anak pertama dari Pandu dan Kunti sekaligus pemimpin daripada para Pandawa lainnya. Dikenal sangat pemberani dan tidak kenal takut, tapi tidak suka bermusuhan, selalu lebih suka menjalani jalan damai. Perkataannya selalu jujur, tidak pernah sekalipun berdusta. Senjata pamungkasnya yang paling sakti adalah Kitab "Jamus Kalimasada" yang misterius. Walaupun penyabar, saat melihat ada ketidakadilan besar dia bisa sangat marah dan berubah menjadi raksasa berwarna putih dengan ajian bernama Ghundawijaya. Yudhistira adalah penjelmaan dari Dewa Yama, yaitu Dewa Kematian bagi agama Hindu
Gambar 2.2 Wayang Prabu Yudhistira
2. Bratasena/Bima Anak kedua dari Pandu dan Kunti. Badannya sangat besar hampir dua kali besar badan manusia biasa. Wajahnya garang dan menakutkan, tapi hatinya sangat baik. Kalau berbicara tidak pernah basa-basi dan kadang terdengar kasar, tapi ia selalu berkata kebenaran. Bima tidak takut pada siapapun. Senjata utamanya adalah Gada Rujakpala yang mengerikan, dan Kuku Pancanaka yang sangat tajam dan bisa membunuh naga. Nantinya dia akan punya seorang anak yang sangat sakti dan bisa terbang, namanya Gatotkaca. Bima adalah penjelmaan dari dewa Bayu, yaitu salah satu Dewa utama yang bergelar Dewa Angin bagi agama Hindu.
Gambar 2.3 Wayang Prabu Bima
3. Permadi/Arjuna Putra bungsu dari Pandu dan Kunti. berhati luhur, berparas sangat rupawan, tutur katanya halus, tapi begitu kuatnya sehingga tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Arjuna selalu memperdalam ilmunya dengan berlatih dan bertapa sehingga kesaktiannya sulit ditandingi. Arjuna adalah pemanah terhebat tanpa tanding. Senjata utamanya adalah Panah Pasopati, yang ujungnya berbentuk bulan sabit dan sangat mematikan. Dia juga memiliki ajian Seipi Angin, yang membuatnya bisa berlari secepat angin. Arjuna adalah penjelmaan dari Dewa Indra. Dewa Indra adalah Dewa Cuaca dan raja khayangan. Dewa Indra adalah dewa yang mempimpin delapan elemen.
Gambar 2.4 Wayang Prabu Arjuna
4. Nakula Anak pertama dari Pandu dan Madri. Dia adalah kakak kembar dari Sadewa dan memiliki tangan kidal. Nakula sangat rajin, berdisiplin, giat bekerja, jujur, dan sangat setia pada saudarasaudaranya, bahkan rela mati demi membela mereka semua. Nakula juga adalah ahli pedang tertangguh diantara Pandawa. Nakula adalah penjelmaan dari Dewa Aswin, yaitu Dewa kembar yang bergelar sebagai Dewa Pengobatan.
5. Sadewa Anak kedua dari Pandu dan Madri. Dia adalah adik kembar dari Nakula. Sadewa juga kidal seperti kakak kembarnya dan juga menggunakan pedang untuk berperang walaupun tidak semahir kakak kembarnya. Sadewa adalah pandawa yang paling cerdas. Bahkan Yudistira pernah berkata bahwa kebijaksanaan Sadewa tidak ada tandingannya dan hanya setara Brihaspati, guru para Dewa-dewa. Sadewa dikenal sebagai ahli dalam ilmu tentang perbintangan (astronomi). Sadewa adalah penjelmaan dari Dewa Aswin, yaitu Dewa kembar yang bergelar sebagai Dewa Pengobatan.
Gambar 2.6 Wayang Prabu Nakula dan Sadewa
2.3.4 Kurawa 1. Duryudana Kakak tertua dari para Kurawa, sebenarnya dia baik dan jujur, tetapi karena hasutan pamannya yang bernama Sengkuni, sifatnya yang mudah dihasut dan
keinginannya untuk
membantu saudara - saudaranya membuatnya semakin jatuh terperosok ke dalam kejahatan yang membuat pecahnya perang Baratayuda.
Gambar 2.7 Wayang Prabu Duryudana
2. Dursasana Salah satu Kurawa yang sangat patuh dengan Duryodana, badannya besar dan mukanya terlihat sedikit menyeramkan. Sifatnya sangat kasar dan tidak memiliki sopan santun, hal ini terjadi karena memang tidak adanya didikan dari orangtuanya dan juga mentalnya yang agak terbelakang. Diantara semua sifat jeleknya itu dia sangat baik terhadap orang yang dianggapnya teman.
Gambar 2.8 Wayang Prabu Dursasana
3. Yuyutsu Diantara saudaranya Yuyutsu adalah Kurawa yang tidak memiliki musuh dikarenakan sifatnya yang baik terhadap siapapun. Ia tidak senang akan kelakuan kakak tertuanya, yaitu Duryodana. Tetapi apa daya, dia tidak bisa menentang keinginan kakaknya sehingga mau tidak mau dia harus menuruti keinginan kakaknya (Duryodana).
Gambar 2.9 Wayang Prabu Yuyutsu
4. Habaya, Durkarana, Citraga Para Kurawa pengikut Duryodana yang sering menculik gadis - gadis dan berbuat tidak senonoh kepada mereka dan tidak jarang pula gadis - gadis tersebut ditinggal di dalam hutan bahkan banyak diantara mereka yang meninggal. (Mereka meninggal sebelum perang Baratayuda terjadi). 5. Dursaha dan Dredayuda Kurawa yang meninggal sebelum perang terjadi akibat dibunuh oleh saudaranya sendiri. 6. Bomawikata dan Bogadenta Para Kurawa yang memimpin manusia - manusia purba yang buas yang bangsa Turilaya dan tunggangannya yaitu binatang purba yang disebut dengan nama Barong. 7. Citramarma, Dirgabahu, Dredayuda, Dursaha Para Kurawa pengikut Duryodana yang meninggal sebelum perang Baratayuda. 8. Duprasadarsa, Trigarba, Halayuda, Ekatana, Agrasara, Durmagati, Upanandaka, Gardapura, Durdara, Dirgama, Anuwenda, Dusprajaya, Durmada, Durkaruna, Somakirta, Durgempa, Danurdara, Watawega, Dursaya, Senani, Durdarsa, Dredawarma, Nagadata Kurawa yang meninggal karena kemarahan Arjuna dan Bima akibat kematian Abimanyu.
9. Dwilocana, Jalasuma, Wikataboma, Srutayuda, Citrabana, Gardapati, Kundayasin, Duryuda,
Aparajita,
Ekaboma,
Drumanaba,
Pratipa,
Kratana,
Citraksa,
Agrayayin,Wingwisata, Durwega, Durta, Jalasantaka, Durgunda. Para Kurawa lain yang meninggal dalam medan perang. 10. Durmuka dan Drestakesti Kurawa yang pergi meninggalkan istana Hastinapura sebelum perang terjadi karena sudah muak dengan kelakuan kakaknya Duryodana. 11. Ugraswara, Bimasula, Wiyudarus, Rudrakarman, Carucitra, Bimawega, Suwarcas, Dirgalasara, Dursara, Balawardana, Durbahu, Durmandaka, Wirabahu, Dirgaroma, Mahabahu, Sulocana, Adityaketu, Citrakundala Kurawa yang pergi meninggalkan istana Hastinapura dan menjadi penyamun yang akhirnya dicari setelah perang berakhir, sebagian dibunuh karena melawan dan sebagian lagi ditawan. 12. Citraksi dan Kartamarma Kurawa yang meninggal setelah perang berakhir, Citraksi akibat dipukul massa yang membenci Kurawa dan Kartamarma akibat pukulan Bima pada saat dia menyusup ke dalam istana. 13. Balaki, Dredasetra, Dursatwa, Kenyakadaja, Udadara, Yutadirga, Wisalaksa, Upacitra, Durpramata, Haknyadresya, Ugraweya, Wahkawaca, Hanudara, Durmasana, Bwirajasa, Bimarata, Citraboma Kurawa yang suka membunuh dan berdarah dingin. Pergi dari istana sebelum perang dimulai dan akhirnya diberantas oleh Arjuna. 14. Dursilawati Satu - satunya kurawa yang berjenis kelamin wanita. Dia adalah istri Jayadrata, raja dari kerajaan Sindu. Dursilawati akhirnya melahirkan anak bernama Wiruta yang akhirnya menjadi Raja negeri Sindu.
2.3.5 Sekutu Pandawa Yang Berperan Besar Saat Perang 1. Kresna Dalam cerita ini Kresna berperan sebagai penengah antara Pandawa dan Kurawa, tetapi saat pecahnya perang Kresna berpihak kepada para Pandawa. Dialah raja Dwarawati, yang memiliki pasukan terbesar dan terkuat di seluruh dunia pewayangan. Kesaktiannya diantaranya bisa melihat masa depan, berubah menjadi raksasa, bahkan mampu membangkitkan orang mati
dengan
kembang
Wijaya
Kesuma.
Kresna
bahkan
mempunyai
senjata
pamungkas
”Cakrabaswara” yang bisa digunakan untuk menghancurkan Bumi.Dia adalah tokoh penting dalam perang Baratayuda karena dia adalah otak dari semua kemenangan para Pandawa (semacam ahli strategi).
Gambar 2.10 Wayang Prabu Kresna
2. Abimanyu Abimanyu adalah anak dari Arjuna dengan Subadra, dia adalah kesatria termuda dari pihak Pandawa dan kesaktiannya dianggap hampir mendekati ayahnya yaitu Arjuna. Dia juga sangat pemberani dan tidak takut melawan siapapun seperti ayahnya.
Gambar 2.11 Wayang Prabu Abimanyu
3. Gatotkaca Gatotkaca adalah anak dari Bima dengan Hadimbi yang berasal dari bangsa Raksasa. Gatotkaca bisa terbang melesat setinggi-tingginya ke langit dan terjun menghunjam ke Bumi menghancurleburkan musuh-musuhnya. Pakaian saktinya adalah Kotang Antrakesuma yang membuatnya bisa terbang, dan di saat gelap memancarkan cahaya terang yang menyilaukan. Ajiannya yang sangat terkenal yaitu ajian Brajamusti, yang membuat kekuatannya berlipat-lipat, dan tubuhnya menjadi seperti perisai besi yang kebal senjata kecuali senjata Kontawijaya.
Gambar 2.12 Wayang Prabu Gatotkaca
4. Bambang Irawan Irawan adalah anak dari Arjuna dengan Ulupi yang masih sangat muda seperti Abimanyu. 5. Satyaki Adik sepupu dari Kresna dan para Pandawa, dengan kata lain adik dari Basudewa dan Kunti. 6. Seta, Arya Utara, Arya Wratsangka, Drestajumena, Matswapati, Srikandi dan lain - lain. Para pendukung Pandawa lainnya
2.3.6 Sekutu Kurawa Yang Berperan Besar Saat Perang 1. Sengkuni Adik Gendari (Ibu para Kurawa), ia adalah orang yang membuat Duryodana menjadi sangat jahat, ia sering mengadu domba para Kurawa dan Pandawa. Dia juga orang yang menipu para Pandawa sehingga harus meninggalkan kerajaannya.
Gambar 2.13 Wayang Sengkuni
2. Bhisma Bhisma adalah kakek dari para Pandawa dan Kurawa. Sejak muda, Bhisma
sudah
dikenal sakti, karena sangat sakti bahkan dia bisa menentukan waktu kematiannya sendiri. Yudistira juga pernah mengatakan, bahwa tidak ada yang sanggup menaklukkan Bisma dalam pertempuran, bahkan apabila laskar Dewa dan laskar Asura menggabungkan kekuatan dan dipimpin oleh Indra, Sang Dewa Perang. Dia hanya bisa ditandingi oleh Arjuna, tetapi hal itu juga tidak bisa membunuhnya atau hanya bisa menahannya. Ia bersumpah tidak akan pernah menikah dan tidak akan berperang melawan wanita ataupun orang yang namanya seperti wanita.
Gambar 2.14 Wayang Bhisma
3. Drona Guru dari para Pandawa dan Kurawa saat remaja. Ia sangat sakti dan memiliki panah pamungkas bernama Sapta Tunggal, dimana dia bisa menembakkan 7 panah sekaligus. Ia sangat menyayangi Arjuna, yaitu muridnya yang paling berbakat dan sakti seperti anaknya sendiri "Aswatama".
Gambar 2.15 Wayang Drona
4. Karna Karna sebenarnya adalah anak tertua dari Kunti yang diberikan oleh Dewa Surya, yaitu Dewa Matahari, sehingga dengan kata lain Karna adalah kakak tertua dari para Pandawa. Dia diangkat anak oleh seorang kusir dan sering disepelekan, tetapi karena kemahirannya sehingga membuat Duryudana sangat menyenanginya dan akhirnya dikarenakan rasa terima kasihnya terhadap Duryudana sehingga dia membantu para Kurawa melawan adik - adiknya yaitu para Pandawa.
Gambar 2.16 Wayang Adipati Karna
5. Jayadrata Adik ipar dari Duryodana, yaitu istri dari Dursilawati. Dia adalah raja dari Sindu. Dikarenakan rasa tanggungjawabnya untuk membela kakak iparnya akhirnya dia terpaksa harus mendukung para Kurawa untuk ikut berperang melawan para Pandawa pada saat perang Baratayuda terajadi. 6. Lesmana Anak tunggal dari Duryodana dengan Banowati. Dia sangat dimanja oleh para pamannya yaitu para Kurawa sehingga sifatnya sedikit manja dan penakut. 7. Salya Raja dari kerajaan Madra sekaligus kakak ipar dari Pandu, ayah para Pandawa. perang ia berada dipihak Kurawa karena pada saat itu kerajaan Madra dibawah Hastinapura sehingga dia harus membela Hastinapura.
Saat
kerajaan
8. Buriswara Anak dari Salya dengan Setyawati. Sejak awal dia sudah menentukan bahwa
saingan
terbesarnya adalah Satyaki. 9. Aswatama Anak dari Dorna. Ia sangat disayangi oleh Dorna sama dengan Dorna
menyayangi
muridnya yang paling hebat yaitu Arjuna. 10. Kartamarma, Aswatama, Sumarma, Krepa, dan lain - lain Para pendukung Kurawa lainnya
2.4 Data Umum Tentang Judul Judul animasi ini diadopsi dengan menggunakan nama tempat yang dijadikan tempat peperangan antara Pandawa dan Kurawa selama 18 hari. Sebuah padang luas yang tidak berpenghuni yang berada di antara kerajaan Hastinapura dan kerajaan Amarta yang bernama Kurusetra.
2.5 Penceritaan Banyak sekali cerita yang menceritakan mengenai perang Baratayuda yang terkadang ada sedikit perbedaan dalam setiap cerita. Dalam hal ini penulis mengadaptasi sebagian besar penceritaan yang berada dalam buku yang berjudul "Memburu Kurawa" ciptaan Pitoyo Amrih, dimana dalam buku ini menceritakan bahwa para Kurawa masih memiliki sifat baik diantara sifat - sifat jahat mereka.
Novel ini diterbitkan oleh DIVA press dengan Pitoyo Amrih sebagai pengarangnya
2.6 Mitos Mitos adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya adalah para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar - benar terjadi oleh yang membuat cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan para dewa, dan sebagainya. Mitos itu sendiri ada yang berasal dari Indonesia dan berasal dari luar negri. Mitos yang berasal dari luar negri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Menurut Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos - mitos dari India, melainkan juga mengadopsi dewa - dewa dari India Hindu dari India sebagai dewa Jawa pada masa agama Hindu berkembang di Indonesia. Indonesia bahkan membuat cerita versi mereka sendiri, seperti cerita Mahabarata yang di India menceritakan terbentuknya kerjaan di India, tetapi di Jawa dianggap sebagai awal terbentuknya pulau Jawab dan tentu saja dengan pengadaptasian bentuk geografi dan iklim di Jawa. id.wikipedia.org
2.7 Mitologi Mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan Dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Menurut pakarnya, Mitos tidak boleh disamakan dengan fabel, legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau kisah fiksi. Mitos dan agama juga berbeda, namun meliputi beberapa aspek. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Tidak seperti mitologi, pada cerita rakyat, waktu dan tempat tidak spesifik dan ceritanya tidak dinggap sebagai suatu yang suci yang dipercaya kebenarannya. Sedangkan legenda, meskipun kejadiannya dianggap benar, pelaku-pelakunya pada legenda adalah manusia bukan dewa dan monster seperti pada mitologi id.wikipedia.org
2.8 Data Pemebanding 2.8.1 Cerita Pewayangan Sudah menjadi rahasia umum bahwa sudah banyaknya film - film animasi yang mengangkat cerita pewayangan, seperti film litte Krishna, Bimasekti, Rama & Shinta, dan Hanuman. Penceritaan mereka biasaya ditujukan kepada anak - anak. Hal ini bisa terlihat ke dalam style karakter film tersebut dan banyak diantaranya menceritakan cerita saat mereka masih kecil.
Gambar 2.18 Little Krishna
Gambar 2.19 Bal Hanuman 2 Film - film ini mengangkat cerita pewayangan yang penuh dengan semangat dan perjuangan yang gigh. Banyaknya film animasi ini membuat cerita pewayangan menjadi kembali berkembang. Film - film tersebut juga biasanya dibuat dengan style animasi semi realist fantasy dan minimalist agar masyarakat bisa lebih mudah menerima film tersebut dimana sekarang ini masyarakat lebih menyukai hal yang bersifat fantasy dan minimalist. Hal tersebut terbukti dengan larisnya film mancanegara yang bersifat fantasy, seperti Narnia, Lord Of The Ring, dan Harry Potter dimana masyarakat diajak merasakan hal baru diluar kebiasaan kehidupan mereka yang biasa.
2.9 Target Audience 2.9.1 Target Primer Target primer animasi Kurusetra ini ditujukan tertutama kepada Remaja pria dan wanita berusia sekitar 12 sampai 25 tahun, diutamakan yang menyukai film animasi, action, dan fighting yang bertemakan kerajaan pewayangan. Dikarenakan banyak remaja Indonesia yang kurang memiliki rasa
ingin tahu dan mengolah seni pewayangan Indonesia yang memiliki sejarah dan penceritaan yang menakjubkan.
2.9.2 Target Sekunder Target sekunder film serial animasi ini adalah Anak - anak antara 8-10 tahun dan orang dewasa yang berusia sekitar 26 sampai 40 tahun yang menyukai film animasi, action, dan fighting yang bertemakan kerajaan pewayangan. Dapat memberikan gambaran mengenai cerita pewayangan dan terus bisa menjaga kesenian pewayangan Indonesia. Dan pihak - pihak yang berkepentingan terhadap pelestarian kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan cerita pewayangan.
2.10 Pengembangan Cerita Pandawa yang berjumlah lima orang, yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa yang dianggap sebagai penjelmaan daripada dewa - dewa ingin mengambil kembali kedudukan dan harga dirinya yang telah diambil oleh sepupu mereka yakni para Kurawa yang berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh Duryudana sebagai kakak tertua mereka. Para Kurawa menggunakan tipu muslihat yang diajarkan oleh paman mereka yaitu Sengkuni untuk menipu para Pandawa agar pergi dari istana yang seharusnya menjadi milik para Pandawa. Pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman akibat kekalahan mereka dalam berjudi dan meminta kembali hak mereka, para Kurawa tidak ingin meberikannya kembali. Hal ini mengakibatkan
peperangan antara kedua belah pihak, yakni pihak
Pandawa dan pihak Kurawa yang terjadi di sebuah padang luas tanpa penghuni yang bernama padang Kurusetra selama 18 hari yang mengakibatkan kematian beribu - ribu orang dan akhirnya dimenangkan oleh pihak Pandawa dengan kematian 96 Kurawa, Sengkuni, beserta para pemimpin - pemimpin kerajaan dari pihak Kurawa yang bertempur di padang Kurusetra.
2.11 Faktor Pendukung dan Penghambat 2.11.1 Faktor Pendukung 1. Semakin banyaknya peminat film animasi di Indonesia. 2. Teknologi software animasi yang semakin maju sehingga memudahkan pemakainya. 3. Belum adanya film 3d yang menceritakan perang Baratayuda.
2.11.2 Faktor Penghambat 1. Kurangnya minat masyarakat, terutama para remaja terhadap kebudayaan dalam negeri. 2. Penceritaan pewayangan dianggap membosankan.
3. Masyarakat lebih menyukai animasi luar negeri yang dianggap lebih bagus dan lebih baik daripada animasi dalam negeri.