BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data Sumber data dan informasi yang dikumpulkan untuk mendukung proyek Tugas
Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Literatur Pengumpulan data melalui artikel-artikel di surat kabar, majalah, website dan catatan yang berkaitan dengan informasi mengenai perkembangan kehidupan anak-anak cacat di Indonesia. 2. Selain itu data juga diperoleh dari hasil wawancara dan pembagian kuisioner, yang hasilnya nanti berupa pengalaman, saran dan pendapat pribadi dari masyarakat sekitar.
2.1.1
Landasan Hukum PERATURAN STANDAR TENTANG PERSAMAAN KESEMPATAN BAGI PARA PENYANDANG CACAT Resolusi PBB No. 48/96 Tahun 1993 Peraturan 7: Penempatan Kerja Negara-negara seyogyanya mengakui prinsip bahwa para penyandang cacat
harus diberi kesempatan untuk menggunakan hak asasinya, terutama dalam bidang penempatan kerja. Baik di daerah pedesaan maupun daerah perkotaan, mereka harus
4
memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan yang tersedia di pasar kerja, yang produktif dan memberi penghasilan. -
Undang-undang dan peraturan dalam bidang penempatan kerja tidak boleh mendiskriminasikan para penyandang cacat dan tidak boleh menimbulkan hambatan hambatan bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan.
-
Negara-negara seyogyanya secara aktif mendukung integrasi para penyandang cacat ke dalam penempatan kerja umum. Dukungan aktif tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai macam langkah, seperti penyelenggaraan latihan kerja, pemberlakuan rancangan quota yang berorientasi pada insentif, penciptaan lapangan kerja khusus atau penyisihan bidang pekerjaan tertentu, pemberian pinjaman atau hibah untuk modal usaha kecil, pemberian kontrak-kontrak khusus atau hak produksi berdasarkan prioritas, pemberian kontrak atau bantuan teknik atau keuangan lainnya kepada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan penyandang cacat. Negara-negara seyogyanya juga mendorong para majikan untuk membuat penyesuaian seperlunya demi kemudahan para penyandang cacat.
-
Negara-negara seyogyanya menyusun program aksi yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Langkah-langkah untuk merancang dan menyesuaikan tempat kerja dan sarana kerja sedemikian rupa sehingga dapat diakses oleh para penyandang cacat dari berbagai jenis kecacatan; 2. Dukungan terhadap penggunaan teknologi baru dan pengembangan serta produksi alat-alat bantu khusus dan langkah-langkah untuk mempermudah
5
mendapatkan alat-alat tersebut oleh para penyandang cacat, sehingga memungkinkan mereka memperoleh dan mempertahankan pekerjaan; 3. Pemberian pelatihan dan penempatan kerja yang tepat serta dukungan yang berkelanjutan seperti pemberian bantuan pribadi dan pelayanan interpreter. -
Negara-negara
seyogyanya
memprakarsai
dan
mendukung
kampanye
peningkatan kesadaran masyarakat yang dirancang untuk mengatasi sikap-sikap dan praduga negatif terhadap para pekerja cacat. -
Dalam kapasitasnya sebagai majikan, negara-negara seyogyanya menciptakan kondisi yang mendukung bagi penempatan kerja para penyandang cacat disektor pemerintah.
-
Negara-negara, organisasi-organisasi pekerja dan para majikan seyogyanya bekerja sama untuk menjamin adanya perlakuan yang adil dalam penerimaan pegawai baru dan kebijaksanaan promosi, menciptakan kondisi kerja, menentukan tingkat upah, mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan lingkungan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan dan kecacatan serta langkah-langkah untuk merehabilitasi para pegawai yang mengalami kecelakaan dalam kerja.
-
Seyogyanya selalu menjadi tujuan bahwa para penyandang cacat memperoleh pekerjaan dipasar tenaga kerja umum. Bagi para penyandang cacat yang kebutuhannya tidak dapat dipenuhi dalam penempatan tenaga kerja umum, unitunit kecil penempatan kerja terlindung atau bersubsidi dapat merupakan suatu alternatif. Kualitas program semacam ini harus diukur dari sudut pandang apakah
6
program tersebut relevan dan memadai guna memberikan kesempatan bagi para penyandang cacat untuk memperoleh pekerjaan di pasar tenaga kerja. -
Seyogyanya diambil langkah-langkah untuk mengikut sertakan para penyandang cacat dalam program-program pelatihan dan penempatan kerja di sektor swasta dan sektor informal.
-
Negara-negara, organisasi-organisasi pekerja dan para majikan seyogyanya bekerja sama dengan organisasi-organisasi para penyandang cacat mengenai semua langkah untuk menciptakan kesempatan pelatihan dan penempatan kerja, yang mencakup pengaturan jam kerja yang fleksibel, kerja sebagian waktu(part time), pembagian kerja, kewirasuastaan, dan pelayanan khusus bagi para penyandang cacat.
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT Pasal 14 ”Perusahaan negara dan swasta memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat dengan mempekerjakan penyandang cacat di perusahaannya sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi perusahaan”.
7
Perusahaan negara meliputi badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD), sedangkan perusahaan swasta termasuk di dalamnya koperasi. Perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan, untuk setiap 100 (seratus) orang karyawan. Perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan walaupun jumlah karyawannya kurang dari 100 (seratus) orang. Perlakuan yang sama diartikan sebagai perlakuan yang tidak diskriminatif termasuk di dalamnya kesamaan pengupahan untuk pekerjaan dan jabatan yang sama.
2.1.2
Data Artikel Beberapa artikel yang terkumpul: -
Transportasi ”Bagi Penyandang Cacat, Perjalanan Menyenangkan Hanya Angan-Angan” oleh Neli Triana. (Kompas Senin, 15 Januari 2007)
-
Kaum Difabel Pun Berhak Belajar Internet (Kompas Senin, 04 September 2006)
-
Deni Nurjaman - Ingin Jadi Programmer Komputer (www.suarakarya-online.com Selasa 23 Agustus 2005)
-
Layanan Pendidikan untuk Anak Cacat Perlu Ditingkatkan www.pikiran-rakyat.com Minggu 18 Juli 2004
8
2.1.3
Data Survei Survei yang dilakukan dalam pelaksanaan Kampanye ini terbagi atas dua jenis:
2.1.3.1 Data Wawancara Hasil wawancara dilakukan dengan perbincangan dan tanya jawab terhadap salah satu pegurus di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta, yaitu Ibu Yolanda bagian Tata Usaha: ”Saya bersama beberapa anggota Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI) pernah mencanangkan ke pemerintah untuk membangun aksesibilitas yang terjangkau oleh orang cacat. Namun pada kenyataannya aspirasi yang kita sampaikan belum sepenuhnya terwujud, kata Bu Yola”. Hal itu terlihat dari fasilitas yang ada di stasiun kereta api sampai saat ini belum memadai, begitu pula dengan halte-halte busway dan beberapa fasilitas lainnya. Hanya di mal tertentu yang memiliki aksesibilitas terhadap penyandang cacat. Kampanye jalan juga pernah dilakukan dengan bermula dari Gedung Walikota, kemudian menuju DPRD. Disana para aktivis PPCI berargumentasi sambil membawa spanduk berisi aspirasi dan harapan. Tetapi anggota DPRD tersebut malah kabur dan menolak usulan-usulan para aktivis tersebut. Perjalanan kemudian dilanjutkan sampai depan air mancur sambil membagi-bagikan bunga. ”Ternyata saat itu ada orang yang peduli terhadap kampanye kita, kata Bu Yola”. Selain itu Bu Yola mengatakan bahwa, banyak orang cacat yang berhasil menjadi lulusan Sarjana dan sudah bekerja, misalnya di salah satu stasiun TV Swasta di Indonesia banyak menerima orang cacat bekerja. Ada juga yang berprestasi di sekolah
9
dan juara lomba matematika, juara mewarnai. Juga beberapa dari mereka yang tergabung dalam Unit Karya, telah menghasilkan karya-karya seperti; merakit kepala korek api, membuat kain pel, menanam tanaman hias, dan sebagainya yang kemudian dijual ke berbagai tempat. Harapan dari Bu Yola sendiri adalah agar Pemerintah bisa mengikutsertakan anak cacat dalam berbagai bidang dan menyediakan lapangan pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi cacat mereka, masyarakat jangan membeda-bedakan, lebih menghargai dan mau menerima kehadiran para penyandang cacat.
2.1.3.2 Data Kuisioner Kuisioner dibagikan ke 50 responden dengan latar belakang yang beragam. Diantaranya adalah karyawan, pengurus rumah sakit, guru, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan lain-lain. Berikut adalah hasil jawaban yang terkumpul dari responden: •
Kebanyakan dari responden mengatakan bahwa masyarakat hanya merasa iba dan kasihan melihat kondisi orang cacat, tapi tidak tahu harus berbuat apa.
•
Orang cacat juga manusia, sama seperti orang normal lainnya, sama-sama ciptaan Tuhan.
•
Responden mengatakan bahwa dengan sekolah, mereka dapat melatih diri unutk berkarya, belajar hidup mandiri dan melatih mental, merasa dirinya berguna dan diterima di masyarakat.
•
Responden memberikan jawaban, bahwa pemerintah masih kurang perhatiannya terutama dalam hal persamaan status cacat dengan yang normal, atau dapat
10
disimpulkan pemerintah belum maksimal dalam mengatasi masalah penyandang cacat di Indonesia. •
Responden masih melihat banyaknya fasilitas-fasilitas umum yang tidak dapat diakses oleh orang cacat. Walaupun ada, hanya sedikit dan di tempat-tempat tertentu saja.
•
Responden mengatakan: ”tergantung dengan lowongan pekerjaan yang ada, dan apakah orang cacat tersebut mampu atau sesuai dengan bidang kerja tersebut. Kalau memang bisa, tidak ada salahnya menerima mereka”.
Dari pembagian kuisioner tersebut, tiap-tiap responden juga diminta untuk menuliskan harapan-harapan mereka dalam mengatasi masalah penyandang cacat di Indonesia. Berikut poin-poin yang telah dirangkum: -
Penyandang cacat bisa memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang layak, lingkungan yang mendukung perkembangan mereka.
-
Memberikan kesempatan kepada para penyandang cacat untuk dapat berkarya dan belajar mandiri, yang hasilnya nanti dapat berguna bagi bangsa dan negara.
-
Pemerintah dan masyarakat dapat memberikan perhatian lebih kepada para penyandang cacat.
11
2.2
Mandatoris
Gambar 2.4 Logo Mandatoris
Sejarah Secara singkat YPAC Jakarta adalah Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang didirikan pada 5 November 1954, berlokasi di Jakarta, dan merupakan salah satu dari 16 lembaga YPAC yang tersebar di seluruh Indonesia. Didirikan oleh Ny. H. Soemarno Sosroatmodjo (Alm) atas prakarsa Prof. Dr. Soeharso (Alm). Tim kerja yang terdapat di YPAC berasal dari dokter umum/ spesialis, Pegawai Negeri, Departemen Kesehatan dan karyawan. Sampai saat ini siswa yang diterima di YPAC adalah mereka yang memiliki cacat tubuh akibat penyakit poliomyelitis dan cacat lainnya, cacat Cerebral Palsy (CP) yakni kelainan pada otak yang mengakibatkan kerusakan pada fungsi motorik yang umumnya didapat pada usia dini, dan kemampuan belajarnya dibawah normal. YPAC Jakarta juga bekerja sama dengan beberpa lembaga kesehatan dan pendidikan seperti Yayasan Gembira Ria Siswa, Program Studi Penyakit Syaraf FKUI dan RS Fatmawati, Program Studi Rehabilitasi Medik FKUI, Program Studi Diploma III Fisioterapi F.K. Universitas “Veteran” Jakarta, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
12
Trisakti, dan sebagainya. Visi -
Setiap manusia mempunyai kedudukan dan harkat yang sama serta mempunyai hak untuk mengembangkan pribadinya.
-
Setiap manusia mempunyai rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial terhadap sesama manusia dan bangsa.
Misi -
Mencegah secara dini agar kecacatan tidak semakin parah.
-
Anak dengan kecacatan (penyandang cacat/penca) perlu mendapatkan pelayanan rehabilitasi yang terpadu (total care) oleh Tim Rehabilitasi Interdisipliner agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara berkualitas untuk menuju kemandirian.
-
Anak dengan kecacatan harus mendapatkan equalisasi dalam kebutuhan khususnya.
Program Pendidikan -
Taman Kanak-kanak Khusus Tunadaksa
-
Pendidikan Dasar Khusus Tunadaksa a. SD Khusus Tunadaksa Ringan (D), bagi siswa dengan kecerdasan ratarata/ di atas rata-rata, menggunakan kurikulum yang setara dengan SD umum. Kemudian dapat melanjutkan ke sekolah umum/ regular (SMP/SMA/SMK/Perguruan terpadu.
13
Tinggi)
melalui
pendidikan
integrasi
b. SD Khusus Tunadaksa Sedang (D1), bagi siswa dengan kecerdasan di bawah rata-rata (cacat ganda/ CP) dengan menggunakan kurikulum khusus, tetapi hanya dapat melanjutkan ke SMP Khusus. c. SMP Khusus Tunadaksa Sedang (D1), jenjang lanjutan dari SD Khusus Tunadaksa Sedang (D1) dengan menggunakan kurikulum khusus yang mengarah ke pendidikan akademik 40% dan ketrampilan 60%. -
SMA Khusus Tunadaksa Sedang (D1), jenjang lanjutan dari SMP Khusus Tunadaksa Sedang (D1) dengan menggunakan kurikulum khusus yang mengarah ke pendidikan akademik 30% dan ketrampilan 70%.
-
Latihan Kerja Terlindung/ Unit Karya, seluruh siswa melakukan berbagai ketrampilan yang dikuasai dan disenangi. Terdiri dari; Menenun kain pel, kerajinan tangan, merakit korek api (kerjasama dengan PT. Tokai), pertanian, membuat telor asin, membuat sari minuman nata de coco, membuat sablon.
-
Kegiatan lainnya; kepramukaan, olahraga dan terapi musik.
Moto “Cacat atau tidak bukanlah ukuran kemampuan seseorang” Alamat YAYASAN PEMBINAAN ANAK-ANAK CACAT (YPAC) Jakarta Jl. Hang Lekiu III/19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12120 Telp: +6221 7243123
2.3
Target Komunikasi Yang menjadi target komunikasi dalam kampanye ini adalah:
14
2.3.1
Demografis: -
Target: Para masyarakat umum.
-
Gender: Pria dan Wanita.
-
Usia: 25 tahun ke atas.
-
Golongan ekonomi: menengah dan menengah atas.
Geografis: Jakarta dan sekitarnya. Psikografis:
2.4
-
Hidup dengan kesibukan sehari-hari beraktivitas, bekerja.
-
Senang membaca, mendengarkan berita dan up-date informasi terkini.
-
Peduli dengan masalah sosial.
Faktor Pendukung & Penghambat Faktor Pendukung: •
Sudah tersedia yayasan dan lembaga yang mendukung serta memberikan pelatihan dan rehabilitasi terhadap para penyandang cacat.
•
Banyak bukti para penyandang cacat dapat melakukan berbagai aktivitas, menghasilkan karya-karya yang bagus, mendapatkan juara, menjadi seorang sarjana, memperoleh pekerjaan dan sukses seperti orang normal lainnya.
•
Dengan adanya pelaksanaan kampanye ini, dapat membuat masyarakat lebih mengetahui kenyataan bahwa orang cacat itu bukan tidak bisa apa-apa, tetapi juga memiliki kelebihan dan berguna bagi banyak orang.
15
Faktor Penghambat: •
Masalah status persamaan hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan bagi penyandang cacat yang masih tidak jelas, padahal sudah ada UU tertulis.
•
Masih banyak masyarakat kita yang kurang menghargai dan hanya merasa kasihan terhadap penyandang cacat, tetapi tidak tahu harus berbuat apa.
•
Masyarakat kurang mendapatkan informasi seputar perkembangan penyandang cacat di Indonesia.
16