BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data Data dan Informasi yang mendukung diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : • Mengapa Satwa Liar Punah • Mari Bersahabat Dengan Penyu • Pencarian bahan melalui artikel, dan literatur dari internet mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tema yang diangkat: o www.iucnredlist.org o www.cites.org o www.wwf.or.id o www.profauna.net • Kuesioner • Wawancara langsung dengan pihak WWF dan ProFauna 2.1.1 Hasil Survei Melalui Kuisioner Survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Tujuan dari survei adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Survei kali ini bertujuan khusus untuk mengetahui kecenderungan sikap yang dilakukan masyarakat terhadap keberadaan satwa-satwa yang terancam punah di Indonesia. Selain itu, untuk memperjelas data, responden juga diarahkan untuk memberikan alasan dari jawaban mereka. Jumlah total responden adalah 100 orang dengan target umur primer (711 tahun) dan target umur sekunder (orang tua). Didapatkan data melalui penyebaran kuisioner bahwa 60 % responden sangat kurang pengetahuan tentang satwa apa saja yang terancam punah Terdapat 37% responden kurang lebih mengetahui satwa apa saja yang termasuk dalam kategori terancam punah. Dengan melihat data secara lebih detail lagi, ditemukan bahwa hanya kurang lebih 10 orang saja dari responden 100 orang yang tidak peduli dengan keberadaan satwa yang sedang terancam punah Dapat disimpulkan bahwa sangat kecil persentase pengetahuan masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua kurang pengetahuan tentang apa saja satwa yang sedang terancam punah. Salah satu yang menjadi alasan adalah kurangnya informasi yang menjelaskan apa saja dan bagaimana satwasatwa tersebut bisa sampai terancam punah. Argumen ini dipertegas dengan adanya data yang didapat dari survei memperlihatkan 70% masyarakat tidak pernah melihat buku yang berisi tentang satwa asli Indonesia apa saja yang termasuk dalam daftar satwa terancam punah. 2.1.2 Kendala Dalam Penggumpulan Data Survei melalui kuisioner terbentur dengan peraturan ketat sekolah yang sulit memberikan izin untuk melakukan kuisioner, maka dari itu kuisioner dilakukan secara acak terhadap anak-anak dan orang tua disaat bukan pada jam sekolah. 2
2 2.1.3 Data Penyelenggara 2.1.3.1 WWF Indonesia 2.1.3.2 ProFauna Indonesia 2.1.3.3 National Geographic 2.2 Satwa atau Hewan Hewan atau binatang adalah makhluk bernyawa yang mampu bergerak (berpindah tempat) dan mampu bereaksi terhadap rangsangan. Hewan tidak berakal budi tetapi mempunyai insting yang sangat kuat. 2.2.1 Mamalia Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang teruatama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya, adanya rambut, dan tubuh yang endoterm atau “berdarah panas”. Otak mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamaliatherian (berplasenta dan berkantung atau marsupial). Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia. Demikian juga dengan sifat endotermik yang juga dimiliki oleh burung. Monotremata tidak memilki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu. Artinya, monotremata memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Perlu diketahui bahwa taksonomi yang sering digunakan belakangan ini sering menekankan pada kesamaan nenek moyang; diagnosa karakteristik sangat berguna dalam identifikasi asal-usul suatu makhluk. Jika ada salah satu anggota Cetacea ternyata tidak memiliki karakteristik mamalia, maka ia akan tetap dianggap sebagai mamalia karena nenek moyangnya sama dengan mamalia lainnya. Mamalia memiiki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang (dentari) di setiap sisi rahang bawah. Vertebrata atau hewan bertulang belakang lain yang memiliki telinga hanya memiliki 1 tulang pendengaran (yaitu, stapes) dalam setiap telinga dan paling tidak 3 tulang lain di setiap sisi rahang. Mamalia memiliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan; paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.
3 2.2.2 Aves Burung merupakan hewan bersayap, berkaki dua, berdarah panas dan bertelur dalam kelompok hewan vertebrata yang besar dan terdapat di seluruh dunia. Ciri-ciri utama hewan burung adalah seperti berikut: 1. Badan ditutupi oleh bulu. 2. Memiliki paruh yang tidak bergigi dan dua sayap. 3. Memiliki sisik pada kakinya. 4. Bertelur dan telurnya dilindungi oleh cangkang keras. 5. Bernafas melalui paru-paru. Juga terdapat punid-pundi udara atau kantung udara. 6. Berdarah panas. 2.2.3 Reptil Reptil (binatang melata) adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. Sekarang ini reptil menghidupi setiap benua kecuali Antartika, dan saat ini mereka dikelompokkan sebagai: • Ordo Crocodilia (buaya, garhial, caiman, dan alligator): 23 spesies • Ordo Sphenodontia (tuatara Selandia Baru) 2 spesies • Ordo Squamata (kadal, ular dan amphisbaenia ("worm-lizards")sekitar 7.900 spesies • Ordo Testudinata (kura-kura, penyu, dan terrapin): sekitar 300 spesies Mayoritas reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar (melahirkan). Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan mamalia. Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptil adalah herpetologi. 2.2.4 Analisa Tentang Fauna di Indonesia Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di I ndonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Indonesia nomor satu dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) dan menjadi habitat dari sekitar 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di Indonesia. Indonesia juga menjadi habitat bagi satwa-satwa endemik atau satwa yang hanya ditemukan di Indonesia saja. Jumlah mamalia endemik Indonesia ada 259 jenis, kemudian burung 382 jenis dan ampibi 172 jenis (IUCN, 2011). Keberadaan satwa endemik ini sangat penting, karena jika punah di Indonesia maka itu artinya mereka punah juga di dunia. Meskipun kaya, namun Indonesia dikenal juga sebagai negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Saat ini jumlah jenis satwa liar Indonesia yang terancam punah menurut IUCN (2011) adalah 184 jenis mamalia, 119 jenis burung, 32 jenis reptil, 32 jenis ampibi, dan 140 jenis. Jumlah total spesies Indonesia yang terancam punah dengan kategori kritis (critically endangered) ada 68 spesies, kategori endangered 69 spesies dan kategori rentan
4 (vulnerable) ada 517 jenis. Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkanya. Penyebab terancam punahnya satwa liar Indonesia setidaknya ada dua hal yaitu: • Berkurang dan rusaknya habitat • Perdagangan satwa liar Berkurangnya luas hutan menjadi faktor penting penyebab terancam punahnya satwa liar Indonesia, karena hutan menjadi habitat utama bagi satwa liar itu. Daratan Indonesia pada tahun 1950-an dilaporkan sekitar 84% berupa hutan (sekitar 162 juta ha), namun kini pemerintah menyebtukan bahwa luasan hutan Indonesia sekitar 138 juta hektar. Namun berbagai pihak menybeutkan data yang berbeda bahwa luasan hutan Indonesia kini tidak lebih dari 120 juta hektar. Konversi hutan menjadi perkebunan sawit, tanaman industry dan pertambangan menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar, termasuk satwa langka seperti orangutan, harimau sumatera, dan gajah sumatera. Perburuan satwa liar itu juga sering berjalan seiring dengan pembukaan hutan alami. Satwa liar dianggap sebagai hama oleh industri perkebunan, sehingga di banyak tempat satwa ini dimusnahkan. Setelah masalah habitat yang semakin menyusut secara kuantitas dan kualitas, perdagangan satwa liar menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar Indonesia. Lebih dari 95% satwa yang dijual di pasar adalah hasil tangkapan dari alam, bukan hasil penangkaran. Lebih dari 20% satwa yang dijual di pasar mati akibat pengangkutan yang tidak layak. Berbagai jenis satwa dilindungi dan terancam punah masih diperdagangkan secara bebas di Indonesia. Semakin langka satwa tersebut makan akan semakin mahal pula harganya. Sebanyak 40% satwa liar yang diperdagangkan mati akibat proses penangkapan yang menyakitkan, pengangkutan yang tidak memadai, kandang sempit dan makanan yang kurang. Perdagangan satwa liar itu adalah kejam! Sekitar 60% mamalia yang diperdagangkan di pasar burung adalah jenis yang langka dan dilindungi undang-undang. Sebanyak 70% primata dan kakatua yang dipelihara masyarakat menderita penyakit dan penyimpangan perilaku. Banyak dari penyakit yang diderita satwa itu bisa menular ke manusia. (WSPA, ProFauna) Hukum Perlindungan Satwa liar Satwa liar Indonesia dalam hukum dibagi dalam dua golongan yaitu jenis dilindungi dan jenis yang tidak dilindungi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya, perdagangan satwa dilindungi adalah tindakan kriminal yang bisa diancam hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta. 2.3 Judul Buku “Satwaku Terancam Punah” 2.4 Garis Besar Daftar Isi Buku 1. Cover 2. Kata Pengantar 3. Daftar Isi : 4. Bab 1 (Mamalia) • Badak Jawa
5 • Harimau Sumatera • Orangutan Borneo • Pesut Mahakam 5. Bab 2 (Reptil) • Penyu Sisik • Penyu Belimbing 6. Bab 3 (Aves) • Jalak Bali • Nuri 2.5 Data Penerbit
Gbr. 1 PT Bhuana Ilmu Populer (BIP) semula adalah perusahaan keluarga yang bergerak dalam bidang penerbitan buku bacaan. Tahun 1992, perusahaan ini bergabung ke PT Gramedia Asri Media dan PT Elex Media Komputindo. Awalnya, perusahaan ini bergerak di bidang penerbitan buku-buku klasik Tiongkok seperti Sam Kok, Shui Hu Chan, Impian di Bilik Merah, Petualangan Kera Sakti (Sun Go Kong), dan lain-lain. Kini, BIP berkembang dengan menambah ketegori buku baru seperti buku anak-anak, kesehatan, bisnis, manajemen, psikologi, bahasa, dan fiksi juga mengembangkan bisnis menjadi distributor buku dari penerbit lokal. BIP berkantor pertama kali di Jl. Matraman Raya No. 46 dan sejak tahun 1993 pindah ke ruko di Jl. Kebahagiaan No. 11A, Jakarta (depan Gedung Perintis Kompas Gramedia). Awal beroperasinya, BIP memasarkan buku klasik Tiongkok dan bekerja sama dengan penerbitan PT Elex Media. Beberapa judul buku terbitan Elex Media khusus dipasarkan oleh BIP dan selanjutnya juga memasarkan buku terbitan penerbit lain (dalam hal ini BIP bertindak sebagai distributor). Dengan mengusung motto Passion for Knowledge, BIP berkomitmen menyemarakkan dunia baca di Indonesia dengan buku-buku bermutu demi mencerdaskan generasi bangsa mendatang.
2.6 Target Market • Demografi Gender : Perempuan dan laki-laki Usia : 7 – 11 Tahun Pekerjaan : Pelajar Kelas Sosial : A-B • Geografis Kota-kota besar di Indonesia • Psikografis Personality : Kreatif, Bersemangat Behaviour : Aktif, Berimajinasi tinggi, Mencari tahu hal yang berkaitan dengan satwa
6
2.7 Kompetitor
Gbr.2
2.8 Analisa SWOT Strength • Mampu menyediakan informasi aktual seputar satwa yang terancam punah serta proses pelestariannya. • Memberikan informasi mengenai hewan asli Indonesia melalui visual buku yang tidak terpaku pada teks saja, seperti buku yang pada umumnya seperti itu. • Buku ini dapat meningkatkan daya baca kreatif pada anak • Menjadi sarana edukasi dan menghimbau masyarakat khususnya anakanak untuk lebih peduli tentang keberadaan satwa disekitarnya Weakness • Masyarakat belum terlalu peduli mengenai pentingnya satwa-satwa yang ada di Indonesia • Tidak semua hewan asli Indonesia dapat dimuat dalam satu buku. • Anak-anak sering kali merasa cepat bosan, dengan buku yang terlalu banyak tulisan serta gambar hewan yang kurang interaktif. • orang tua cenderung lebih tertarik membelikan mainan atau media elektronik untuk anaknya. Opportunities • Terdapat perkumpulan seperti komunitas ProFauna / WWF dan lainnya yang peduli akan kelangsungan hidup satwa asli Indonesia yang aktif hingga saat ini, sehingga dapat menambah wawasan potensi pasar target
7
Threat • Kurangnya kepedulian orang tua terhadap pentingnya anak mengenal dan menyayangi hewan asli Indonesia, tanah airnya sendiri. • Terdapat media-media yang lebih praktis dan mudah dibawa kemana saja dan kapan saja. • Kebanyakan anak-anak dibiarkan asik bermain sehingga orang tua lupa menerapkan pentingnya membaca buku untuk meningkatkan perkembangan motorik anak.