BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data Data, referensi, informasi dan literatur yang dapat mendukung serta memperkuat pengembangan baik dari segi konsep cerita maupun visualisasi Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain :
2.1.1
Buku Pengambilan data dari buku dibagi menjadi dua, yaitu buku-buku mendukung konsep cerita dan buku yang bersifat teknis untuk mendukung juga memperkuat teori dan visual yang akan diangkat, buku-buku itu antar lain dalah konsep cerita adalah “
2.1.2
Internet Data yang bersangkutan dengan konsep cerita dan teknis diambil dari referensi yang telah ditulis dalam situs ataupun blog yang ada di internet.
2.1.3
Video Referensi cerita dan juga visual yang diambil dari film-film yang sudah ada. hal ini bertujuan untuk mendukung konsep ide cerita serta konsep visual mood.
2.2 Animasi Animasi adalah tayangan gambar sequence 2D ataupun 3D yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah ilusi gerak. Efek yang dihasilkan adalah sebuah optical illusion dari pergerakan berdasarkan gambaran yang tertangkap oleh penglihatan. Animasi merupakan perwujudan dari keinginan manusia yang ingin membuat gambar menjadi hidup dan bergerak.
Animasi umumnya dikemas dalam format film ataupun video yang dapat didemonstrasikan dengan berbagai macam cara, cara yang paling sering untuk menampilkan sebuah film animasi adalah melalui layar lebar dan televisi.
2.2.1
Definisi Animasi
4
Kata “animasi” sebenarnya merupakan penyesuaian dari kata “animation” yang berasal dari kata dasar “to animate”, dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti “menghidupkan”. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan menggerakan benda mati; suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi agar menjadi hidup dan bergerak atau memberikan kesan seakan benda mati itu hidup. Istilah atau sebutan untuk orang yang mengerjakan animasi adalah animator. Berikut adalah beberapa definisi animasi :
a. Film animasi mengaplikasikan teknik fotografi ke dalam seni grafis dan plastik dalam rangka menciptaka ilusi gerakan dan kehidupan kepada gambar-gambar, lukisan, boneka dan benda-benda 3 dimensi. (The New Grolier Multimedia Encyclopedia) b. Film yang dibuat dengan cara memfoto gambar-gambar untuk menciptakan sebuah ilusi gerakan. Biasanya dengan mengekspos film frame per frame. (Webster’s Interactive Encyclopedia) c. Gambar dibuat satu per satu dan dishot frame per frame menjadi sebuah film. (Wells, 1997) d. Sebuah film yang dibuat dengan tangan, frame per frame sehingga menghasilkan sebuah ilusi gerakan yang tidak secara langsung direkam seperti gaya fotografi konvensional pada umumnya. (Wells, 1998) e. Animasi adalah sebuah proses menyiksa, karena untuk kualitas animasi yang baik, seorang artis hanya mampu menggambar untuk 3 detik dalam satu minggu. (Krantz, 1998) f. Sebuah ilusi gerakan yang dihasilkan oleh beberapa rangkaian gambar (Taylor, 1996)
Definisi animasi yang tepat adalah menurut Norman Mclaren yang mengatakan bahwa Animasi bukanlah cara menggerakan
sebuah gambar, namun lebih tepatnya adalah
menggambarkan sebuah gerakan. Apa yang terjadi di antara tiap frame lebih penting daripada apa yang terjadi di setiap framenya.
2.2.2 Sejarah Animasi Animasi sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu kala. Jauh sebelum adanya animasi modern seperti saat ini, nenek moyang kita telah mengenal yang namanya animasi.
Walaupun perwujudannya tidaklah menyerupai seperti animasi pada saat ini, tetapi itu memberikan gambaran kepada kita tentang cikal bakal animasi.
Para ahli purbakala memperoleh penemuan tentang percobaan pembuatan animasi pertama kali di Gua Lascaux Spanyol Utara, yang sudah berumus dua ratus ribu tahun lebih; manusia-manusia purba yang tinggal di gua tersebut mencoba menangkap dan menggambarkan gerak cepat lari binatang, seperti babi, bison dan kuda yang digambarkan dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk.
Gambar 2.1 Goa Lascaux: Sistine Chapel versi Prasejarah Orang Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para pegulat yang sedang bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Lukisan Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian (794-1192). Lalu muncul mainan yang disebut Thaumatrope sekitar abad kesembilan belas di Eropa.
Gambar 2.2 Thaumatrope
Sekitar tahun 1834 munculah permainan Zoetrope, dimana alat ini berbentuk tabung, berukuran pendek, ditiap sisinya terdapat lubang yang berfungsi untuk mengintip, dan dibagian dalamnya terdapat rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan.
Gambar 2.3 Zoetrope sebelumnya Zoetrope terkenal pada awal-awal animasi modern, kemudian munculah Phenakistoscope, dimana alat ini mempunya sistem kerja seperti halnya Zoetrope, namun secara bentuk alat ini lebih sederhana. Pada tahun 1868 munculah Flip book dan ditemukan oleh John Barnes Linnet. Flip book merupakan salah satu penemuan dunia animasi yang membawa kita lebih dekat ke animasi modern.
Gambar 2.4 Flip book Hingga tahun 1980-an, Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam secara terus-menerrus gerak terbang burung. Berbagai kegiatan manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat menjadi cikal-bakal kamera film hidup yang berkembang sampai saat ini.
Di tahun 1892, Emile Reynaud mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal proyektor pada bioskop. Kedua pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini dianggaps sebagai pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi.
Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesatnya di akhir abad ke-19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis membuat film animasi sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian gambar-gambar blabar hitam (black line) dibuat di atas lembaran putih, dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat figure menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam.
Sedangkan di Amerika Serikat, Winsor McCay membuat film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figure digambar blabar hitam dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di sekitar tahun 1913 sampai pada awal tahun 1920-an. Max Fleischer mengembangkan “KO KO The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, dimana figure digambar blabar
hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuat rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan. Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi cell, yaitu lembaran tembus padnang dari bahan seluloid (Cellucoid) yang disebut “cell”. Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger di tahun 1919 mengembangkan film animasi bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan kayu.
Salah satu perkembangan dalam dunia animasi yang terpenting, yaitu pada sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film “Mickey Mouse”,”Donald Duck”, dan “Silly Symphony” yang dibuat selama tahun 1928 sampai 1940.
Kemudian pada tahun 1931, Walt Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “Flower and Tree”. Film animasi layar lebar pertama dibuat Disney pada tahun 1938, yaitu film “Snow White and Seven Dwarfs”.
Teknik film animasi terus berkembang dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuatnya dari berbagai negara dari bagian barat hingga timur. Untuk negara bagian timur atau negara asia, Jepang merupakan salah satu negara yang sangat berpengaruh besar dalam perkembangan animasi dunia hingga saat ini. Jepang menguasai pasaran film animasi kartun dengan ciri dan gayanya yang khas yang dikenal dengan Anime, sebutan pengganti untuk animation.
2.2.3
Animasi di Indonesia Animasi di Indonesia bukanlah suatu hal yang asing, dari awal zaman batu hingga zaman teknologi seperti saat ini. Puluhan tahun lalu, di Sulawesi Selatan dan Papua juga sudah ditemukan cave painting yang bercerita tentang binatang buruan atau hal-hal yang berbau mistis. Satu lagi bukti cikal bakal lahirnya animasi di Indonesia yaitu wayang yang berasal dari indonesia, yaitu seni bercerita dengan menggunakan boneka yang dibuat dari kulit dan dimainkan oleh dalang yang di iringi oleh permainan alat musik tradisional.
Awal mula munculnya animasi di Indonesia bisa kita telusuri sejak tahun 1933 dan perlu kita ketahui awalnya animasi di Indonesia adalah untuk kepentingan politik. Ketika itu Presiden pertama kita Soekarno mengirimkan seorang seniman, Dukut Herdronoto atau yang biasa dikenal Pak Ook untuk belajar animasi di studio Disney. Setelah belajar selama tiga bulan di studio Walt Disney, beliau kemudian membuat film animasi pertama di Indonesia berjudul “Si Doel Memilih” (1955) untuk tujuan kampanye. Lalu sekitar 1963, Pak Ook pindah ke TVRI dan mengembangkan animasi di sana dalam salah satu program yang kemudian dilarang tayang.
Pada tahun 1970-an ada satu studio animasi di Jakarta yang cukup produktif walaupun hanya berkembang dalam bidang periklanan, yaitu Anima Indah yang didirikan oleh orang Amerika. Pada era ini, banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm, dengan maraknya hal ini maka akhirnya menjadi penggagas adanya festival film. Dalam festival ini, juga terdapat film animasi Batu Setahun, Trondolo dan Timun Mas, yang disutradarai oleh Suryadi alias Pak Raden, yang dapat disebut animator Indonesia pertama.
Pada sekitar tahun 1980 adalah tahun yang maraknya dengan animasi Indonesia. Beberapa film animasi yang dihasilkan pada sekitar tahun itu adalah film animasi Rimba si Anak Angkasa yang disutradarai oleh Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasi ulangan si Huma yang diproduksi oleh PPFN dan merupakan animasi untuk serial TV. Pada tahun 1990 semakin banyak bermunculan film-film animasi seperti serial Hela, Heli, Helo yang merupakan animasi 3D pertama yang dibuat di Surabaya. Kemudian pada tahun 1998, muncul film animasi berbasis cerita rakyat dan banyak juga animator lokal yang menggarap animasi terkenal dari Jepang seperti Doraemon dan Pokemon.
Perkembangan animasi di Indonesia bisa dibilang cukup pesat, pada tahun 2000 mulai banyak studio animasi di Indonesia, salah satunya Red Rocket Animation yang sangat produktif. Perkembangan animasi indonesia ini terbukti dengan adanya organisasi yang peduli animasi Indonesia (Ainaki), website dan juga forum Indonesia CG Community (IndoCG), tetapi ada beberapa hal yang berpotensi menghalangi perkembangan animasi di Indonesia seperti kurangnya dukungan dari pemerintah untuk animasi di Indonesia, banyak yang salah menanggapi bahwa animasi itu untuk anak-anak, namun pada kenyataannya animasi itu tidak hanya untuk anak-anak saja. Dua film Animasi Indonesia yang dibuat oleh Studio Kasatmata berjudul “Homeland” dan Infinite Frameworks berjudul “Sing to the dawn (Meraih Mimpi)”.
Gambar 2.5 Homeland dan Sing to the Dawn (Meraih Mimpi) Adapula cara-cara untuk membangun minat masyarakat untuk berkreasi dan mengenal animasi adalah dengan mulai banyak bermunculannya festival-festival animmasi seperti Hello;Fest, Festival Film Animasi Indonesia INAICTA, dan Urbanimation.
2.3 Data Produk 2.3.1
Jenis Animasi 1. Menurut materi dari buku, jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Bina Nusantara, ada 2 jenis pembuatan animasi yaitu : a. Animasi 2D (dua dimensi) Animasi yang sering disebut dengan “Cartoon” atau “kartun” yang berarti gambar yang lucu • Cell (Celluloid/Film), Contohnya Donald Duck • 2D CG (Computer Graphic), Contohnya running text dan motion graphic b. Animasi 3D (tiga dimensi) Pengembangan dari animasi 2D, dalam animasi 3D karakter yang diperlihatkan semakin hidup, nyata dan mendekati wujud aslinya dan pengerjaan animasi telah mengenal koordinat x, y dan z atau volume. • 3D CG animation atau akrabnya animasi komputer 3D meliputi proses modeling,rigging, morphing, animation, texturing, lighting and rendering, compositing dan digital matte painting, contohnya Toy Story, Monster Inc, dan Kungfu Panda. • Stop Motion, contohnya clay anmation seperti Chicken Run 2. Menurut buku “The Making of 3D Animation Movie” Ada 6 jenis teknik pembuatan animasi yaitu : a. Animasi tanah liat (Clay Animation) Animasi memakai plasticin (bahan lentur seperti permen karet) yang ditemukan pada tahun 1897. Animasi Clay termasuk jenis Stop-motion picture. Contoh: Sculptor’s Welsh Rarebit Nightmare dan Chicken Run b. Animasi cell (Cellucoid Technique) Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat diatas lembaran plastik tembus pandang yang disebut cell. c. Animasi boneka (Puppet Animation) Animasi menggunakan obyek boneka/figur lainnya yang terbuat dari plastik dan kayu agar mudah digerakkan saat pemotretan. d. Animasi potongan (Cut-Out Animation) Animasi yang menggunakan obyek digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat lalu diletakan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya.
e. Animasi bayangan (Shilhouette Animation) Animasi seperti wayang kulit, menggunakan obyek berupa bayangan dengan latar belakang yang terang dan menggunakan bahan dari kertas berwarna gelap atau hitam. f. Animasi penggambaran langsung pada film Animasi menggunakan teknik penggambaran obyek yang dibuat langsung pada pita seluloit baik positif atau negatif tanpa melalui runtun pemotretan kamera stop frame.
2.3.2
Format dan Durasi Film Animasi Tidak ada kesepakatan untuk menentukan running time ideal untuk sebuah film animasi. Running time sangat tergantung pada subyek dan bentuk serta teknik animasi yang dipergunakan. Namun demikian ada beberapa kategori untuk menggolongkan film animasi, yaitu sebagai berikut:
1. Spot Film Jenis film ini berdurasi 10 sampai 50 detik, banyak diterapkan untuk iklan. Yang bertujuan untuk menyampaikan pesan tertentu dari sebuah adegan dengan singkat. 2. Pocket Cartoon Jenis film ini berdurasi 50 detik sampai 2 menit. Biasanya film ini dibuat untuk mengungkapkan banyak hal tapi dengan waktu yang sangat pendek. Film jenis ini juga sering disebut “fable film”. 3. Short/Film Pendek Berdurasi 2-20 menit, tetapi jika mengikuti peraturan internasional di dalam festival film atau industri televisi, film pendek berdurasi 2-30 menit. Untuk durasi idealnya sekitar 68 menit. 4. Medium Length Film Berdurasi antara 30-50 menit. Biasanya digunakan di film-film yang berdiri sendiri dan dipakai oleh para pembuat film independen/indie. 5. Full Length Film Film jenis ini berdurasi 60 menit atau lebih, sebagaimana feature film.
2.3.3
Subject Film Animasi
Subject adalah sebagai sumber inspirasi, inspirasi sendiri bisa datang dari bermacammacam sumber dan bisa dikembangkan dalam berbagai bentuk. Beberapa sumber tersebut yaitu : 1. Fantastic Advanture 2. Fables 3. Melodrama 4. Bible/Qur’an Story 5. Surrealism Stories 6. Educational 7. Science Fiction 8. Political Caricature 9. Old and New Legends 10. myth 11. Modern Event 12. World of Experiment 13. Folklore 14. Original Stories
2.3.4
Short Animation Dalam karya tulis kita mengenal adanya cerita pendek atau cerpen, Cerita pendek adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella dan novel. Karena singkatnya, cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot dan tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralle pada tradisi lisan. Jika dalam karya tulis ada cerita pendek maka di dunia perfilman dikenal juga yang namanya film pendek.
Di banyak negara seperti jerman, australia, kanada, dan amerika serikat, film pendek dijadikan semacam laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi para film maker untuk memproduksi film panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan perfilman atau mereka yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi
film pendek. Umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi (production house) atau saluran televisi.
Film pendek sendiri memiliki arti sebagai deskripsi teknikal yang pertama kali muncul di industri perfilman di Amerika Utara pada awal berkembangnya periode cinema. Deskripsi pendek ini seringkali mengacu pada segala sesuatu yang pendek sehingga kerap kali trailer dan feature length film salah dianggap sebagai film pendek, yaitu cuplikan adegan-adegan pendek dari keseluruhan film. Short animation atau yang bisa disebut juga Animated Short film adalah kategori lebih spesifik dari film pendek atau short film, yaitu film pendek dengan genre teknik animasi.
2.4 Folklore Folklore meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklore juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang mempelajari folklore disebut folkloristika. folklore berkaitan erat dengan mitologi.
2.4.1 Pengertian Folklore Istilah folklore berasal dari kata folk dan lore. Dua kata itu pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846. Menurut Alan Dundes, seorang ahli folklore Amerika, istilah folk berarti kelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok lain, seperti mata pencaharian, agama, bahasa, tingkat pendidikan dan sebagainya. Sedangkan lore berarti tradisi dari kelompok orang tersebut (folk) yang telah diwariskan secara turun-temurun melalui lisan atau tutur kata, ataupun melalui contoh yang disertai dengan perbuatan atau yang disebut juga alat pengingat.
Menurut kamus Oxford Advance Learners Dictionary of Current English 1983, folklore berarti kepercayaan tradisional, cerita dari masyarakat, dan sebagainya. Folklore adalah istilah umum untuk aspek material, spiritual dan verbal dari suatu kebudayaan yang disebarkan secara oral melalui pengamatan atau peniruan. Folklore dapat
ditemukan pada setiap masyarakat tradisional di belahan dunia manapun. Hanya bentuknya saja yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena adanya batas spasial dan temporal.
Namun seiring berkembangnya zaman penyampaian cerita yang berasal dari suatu kebudayaan tidak hanya sebatas dari mulut ke mulut, tetapi juga melalui contoh yang disertai dengan perbuatan ataupun media lainnya.
2.4.2 Ciri-ciri Folklore Folklore memiliki beberapa ciri-ciri, dan berikut adalah paparan ciri-ciri tersebut :
1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut serta dari satu generasi ke generasi berikutnya. 2. Bersifat tradisional, karena dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar, dan juga di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama, paling sedikit dua generasi. 3. Ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penyebaran secara lisan, alasannya adalah proses interplasi (interpolation) atau proses lupa diri seorang manusia sehingga folkrole dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaan biasanya hanya terletak pada bagian karyanya saja sedangkan bentuk dasarnya tetap bertahan. 4. Bersifat anonim, yaitu nama pencipta dari cerita tersebut sudah tidak diketahui lagi. 5. Biasa mempunyai bentuk berumus atau berpola. Seperti cerita rakyat biasanya menggunakan kata-kata klise untuk menggambarkan emosi seseorang, atau ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan kalimat-kalimat ataupun kata-kata pembuka dan penutup yang baku, misalnya kata “menurut empunya cerita…demikian konon”. 6. Mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik atau pelipur lara, protes social, dan proyeksi keinginan terpendam. 7. Bersifat prologis, yaitu mempunyai logika atau penalaran sendiri yang tidak sama dengan logika umum. 8. Menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan tidak diketahui lagi siapa pencipta pertamanya. Sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
9. Pada umumnya bersifat polos dan lugu, seringkali kelihatan kasar, terlalu spontan. Hal ini dikarenakan folklore merupakan proyeksi emosi manusia.
Bentuk bentuk folklore itu dapat berupa lisan seperti bahasa suatu daerah, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, cerita prosa rakya, lagu-lagu daerah, kepercayaan dan takhayul, permainan atau hiburan, teater rakyat, adat kebiasaan, upacara dan pesta rakyat
2.5 Cerita Rakyat Cerita rakyat sering dipandang sebagai sejarah kolektif (folk history), walaupun sejarah itu telah mengalami distorsi karena tidak tertulis, sehingga sering kali bisa jauh berbeda dengan kisah aslinya. Cerita rakyat biasanya bersifat migratoris, yakni berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah berbeda. Selain itu legenda acapkali tersebar dalam bentuk pengelompokan yang disebut siklus (cycle), yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu (Dananjaja, 2002:66-67).
Cerita rakyat berbeda dengan folklore, meskipun cirinya terkesan agak sama, folklore memiliki cakupan yang lebih umum atau luas, seperti lagu, puisi, cerita prosa rakyat dan lain sebagainya. Dengan kata lain cerita rakyat adalah bagian dari folklore.
2.5.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah dalam lingkungan masyarakat yang mempercayai keberadaan dan nilai historik cerita tersebut. Cerita rakyat biasanya diyakini dan sering diceritakan secara turun temurun kepada anak-anak atau generasi selanjutnya, karena biasanya cerita rakyat memiliki pesan moral yang baik untuk disampaikan. Setiap daerah memiliki cerita rakyat mereka masing-masing, hal ini memperlihatkan betapa kayanya negeri Indonesia akan kebudayaan.
2.5.2
Cerita Rakyat Berdasarkan Umur Jika dianalisa cerita rakyat memiliki target consumer yang beragam dengan motif cerita yang dimilikinya (Taro, 2009). Misalnya untuk anak berumur 3-4 tahun. Mereka lebih cenderung menyukai cerita yang menyangkut lingkungan terdekat anak, seperti benda atau hewan di rumah tangga atau cerita mengenai mainan mereka, seperti sepeda dan bola. Untuk anak berumur 4-5 tahun, cerita ringan seperti itu bias dikembangkan menjadi pengenalan
kepada jumlah dan perluasan. Selanjutnya untuk anak berumur 8 tahun, mereka akan suka dengan cerita rakyat tentang bagaimana cerdiknya si tokoh utama, pengalaman berapa tokoh binatang yang bersahabat atau bermusuhan, dan juga cerita tentang kasih sayang ibu. Untuk anak berumur 12 tahun ke atas mereka akan senang dengan cerita rakyat yang penuh dengan petualangan dan hal-hal menarik lainnya.
2.5.3
Jenis Cerita Rakyat William R. Bascom membagi cerita prosa rakyat menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Mite (Myth) Mite atau mitos (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan zaman. Menurut Moens-Zoeb, orang jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa.
Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putri raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah.
Mitologi tentang tokoh-tokoh rakyat di seluruh dunia, seperti cerita Oedipus, Theseus, Romulus, dan Nyikang mengandung unsur-unsur seperti, ibunya seorang perawan, ayahnya seorang raja, terjadi proses perkawinan yang tidak wajar dan lain-lain.
2. Legenda (legend) Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, Legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
Ciri-ciri legenda antara lain adalah : a.
beberapa dongeng atau cerita,
b.
bukan sejarah yang penuh kegaiban,
c.
berhubungan dengan kenyataan dalam alam,
d.
terikat oleh suatu daerah.
Beberapa penggolongan legenda, yaitu : a.
Legenda keagamaan (Religion Legends)
b.
Legenda alam gaib (Supernatural Legends)
c.
Legenda perseorangan (Personal Legends)
d.
Legenda setempat (Local Legends)
3. Dongeng (fairytale)
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan.
Dongeng secara umum dibagi menjadi empat golongan besar, yaitu :. a.
Dongeng binatang : dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar.
b.
Dongeng biasa : jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah
tentang kehidupan seseorang. c.
Dongeng lelucon dan anekdot : dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan
kelucuan, sehingga menimbulkan gelak tawa bagi yang mendengarkan maupun menceritakan.
d.
Dongen berumus : dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.
2.6 Provinsi Bali 2.6.1
Bali berdasarkan sejarah Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan , Pulau Nusa Caringan dan Pulau Serang. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang
terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali. Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah. 2.6.2 Strata Sosial
Walupun tidak begitu jelas asal mulanya tentang system kasta ini di masyarakat Bali masih tetap dilestarikan. Masyarakat tetap menghargai dan menghormati orang-orang yang berkasta lebih tinggi. Yang berkasta lebih tinggi juga menghargai orang-orang yang berkasta lebih rendah. Mengenai jabatan dimasyarakat dan pemerintah system ini sudah mulai bergeser. Orangorang yang memegang jabatan dipemerintahan sekarang tidak harus orang-orang kesatria. Apalagi di alam demokrasi dan masyarakat yang semakin maju, bukanlah kasta yang menentukan tetapi kemampuan seseorang untuk memegang jabatan tertentu. Pergeseran atau jabatan di masyarakat dan pemerintahan tidak menjadi masalah yang penting orang yang memegang jabatan itu mampu. Dengan adanya pergeseran ini sebenarnya masyarakat akan semakin maju,semakin cepat mengikuti perkembangan dunia yang ada disekitar kita, sehingga masyarakat tidak ketinggalan. Dalam pergeseran-pergeseran ini yang tidak dikatahui dengan pasti adalah apakah seorang Imam yang dipegang oleh orang Brahmana dapat dijabat atau dipegang oleh seorang yang bukan dari dari kasta Brahmana.
2.6.3 Pakaian Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
Gambar 2.6 pakaian tradisional Bali
2.6.4 Kesenian Pesta Kesenian Bali diselenggarakan sebagai upaya persembahan karya cipta seni terbaik masyarakat. Bilapun kini masyarakat berkeinginan memilih antara kesenian dan kerajinan, profan dan sekular, pesanan dan kreativitas murni masyarakat Bali, semua itu mereka kerjakan dengan semangat "persembahan ". Perbedaan itu tidak akan mengurangi hakekat berkesenian. Kegiatan berkesenian didasari oleh motivasi sebagai persembahan yang terbaik dan "spirit" dalam segala aktivitas masyarakat Bali. Seni yang ditampilkan adalah persembahan dan karya cipta yang dihasilkan juga sebagai persembahan. Hal ini yang masih dijadikan. Persembahan seni dan karya cipta mengandung makna pembebasan yang iklas yang dalam ajaran Hindu sering disebut dengan yadnya. Yadnya yang dipersembahkan melalui seni dan karya cipta menjadikan hasil ciptaannya sebagai persembahan terbaik, maka sedapat mungkin seseorang seniman tidak akan mempersembahkan miliknya atau karyanya yang paling jelek atau seadanya, apalagi persembahan itu berupa seni dan karya cipta yang terlahir dari budi daya sebagai hulu cinta kasih dan peradaban rohani seni masyarakat. Pesta Kesenian Bali merupakan media dan sarana untuk menggali dan melestarikan seni budaya serta meningkatkan kesejahteraan. Penggalian dan pelestarian seni budaya meliputi filosofi, nilai-nilai luhur dan universal, konsep-konsep dasar, warisan budaya baik benda atau bukan benda yang bernilai sejarah tinggi, ilmu pengetahuan dan seni
sebagai representasi peradaban serta pengembangan kesenian melalui kreasi, inovasi, adaptasi budaya dengan harapan agar tetap hidup dan ajeg berjcelanjutan dalam konteks perubahan waktu dan jaman serta dalam lingkungan yang selalu berubah.
2.6.5 Rumah Adat Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China) Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya. Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.
Gambar 2.13 Rumah adat Bali
Gambar 2.14 Desa adat Sulawesi tengah Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bali
2.7 Data dan Analisa Cerita Rakyat
2.7.1
Cerita Rakyat Bali “Legenda Kebo Iwa” Cerita rakyat yang berjudul “Legenda Kebo Iwa” selain berasal dari provinsi Bali. Yang megisahkan seorang pati dari suatu kerajaan di bali’
1. Bali, judul cerita “Legenda Kebo Iwa” Alkisah pada zaman dulu, di Desa Blahbatuh, lahir bayi ajaib. Hanya beberapa hari setelah dilahirkan, bayi laki-laki itu sudah lahap makan nasi berkukus-kukus. Setelah remaja nafsu makannya semakin besar sehingga begitu tumbuh menjadi pria dewasa bertubuh tegap, tinggi-besar dan kuat. Batu-batu besar dan batang-batang pohon dapat diangkat dengan mundah. Penduduk desa membernya nama Kebo Iwa
Keperkasaan Kebo Iwa banyak membantu warga desa. Congkelan tangannya membuat sumur, mengairi sawah menghasilkan panen yang melimpah. Kuku-kuku tangannya yang tajam mengukir candi menjadikan bangunan pura semakin indah. Seluruh penduduk desa mengagumi Kebo Iwa sebagai pemuda yang berhati lurus dan berjiwa seni tinggi.
Raja Bedahulu, Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten, sangat terkesan dengan kemulian hati dan ketangguhan fisik pemuda Blahbatuh itu. Kebo Iwa pun kemudian diangkat menjadi patih andalan Bedahulu. Sejak itu Bali menjadi kawasan kerajaan yang disegani oleh
Majapahit. Patih Gajah Mada juga telah mendengar kehebatan Kebo Iwa yang mahasakti. Tetapi Gajah Mada sudah telanjur mengumandangkan Sumpah Palapa yang bertekad menyatukan Nusantara. Oleh karena itu, Gajah Mada telah mempersiapkan pasukannya untuk menaklukkan Bali. Sebaliknya Kebo Iwa juga telah bertekad berperang sampai titik darah terakhir membela Bali.
Sadar tak mungkin dapat membunuh Kebo Iwa dengan perang senjata, Gajah Mada memakai muslihat politik persahabatan. Kebo Iwa dibujuk datang ke Jawa untuk dijodohkan dengan Putri Lemah Tulis sebagai tanda persahabatan kerajaan Majapahit dengan Bedahulu. Namun sebelum dikawinkan, setiba di Jawa, Kebo Iwa diminta membuat sumur yang dalam.
Ketika Kebo Iwa menggali sumur itulah Gajah Mada memerintahkan pasukannya mengubur patih Bali yang lugu ini dengan batu-batu besar. Namun, tiba-tiba, batu-batu beterbangan, Kebo Iwa masih segar bugar. Katannya, ''Hai, Patih Gajah Mada, aku rela mati menjadi tumbal persatuan Nusantara, tapi bukan begini caranya. Aku tak terbunuh oleh senjata apapun, kecuali oleh kesucian putihnya kapur.'' Serta merta Gajah Mada menerjang Kebo Iwa dengan segumpal kapur dan terbunuhlah pahlawan kusuma bangsa dari tanah Bali itu. Dari atas langit tiba-tiba turun hujan bunga yang menebarkan aroma harum semerbak. Dari kejauhan terdengar suara Kebo Iwa sayup-sayup, ''Saudaraku Gajah Mada, bawalah Nusantara menuju kejayaannya, menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi dibawah para pemimpin yang berhati bersih seputih kapur.''.
2.7.2
Pesan Moral Dari cerita rakyat “Legenda Kebo Iwa” yang berasal dari Bali, secara umum cerita tersebut ingin menyampaikan beberapa pesan kepada pembaca, antara lain yaitu :
2.7.3
1.
Jadilah orang yang mampu di andalkan
2.
Mampu berkorban untuk kepentingan banyak orang
Analisa Cerita Rakyat “Legenda Kebo Iwa” Dari Bali Dalam Cerita Rakyat “Legenda Kebo Iwa” dari Bali, dapat dilihat dari segi penceritaan dapat di katakana baik karena memperlihatkan suatu konflik dari karakter utama yang kuat. Penokohanya juga sangat baik dengan watak karakter yang berbeda satu sama lain.
Namun, selain penceritaan yang terdapat dalam Cerita Rakyat tersebut, terdapat beberapa kelebihan yang terkandung. Diantaranya, bahasa yang mudah dipahami serta komunikatif, pilihan kata yang tepat dan menarik, ceritanya runtut dari awal hingga akhir, serta tidak membosankan. Serta terdapat pesan moral yang sangat baik dalam cerita tersebut.
Gambar 2.21 buku cerita rakyat
2.8 Data Karakter 2.8.1
Kebo Iwa Kebo Iwa adalah panglima militer di kerajaan Bali pada masa pemerintahan Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten pada awal abad ke-14. Nama lain dari Kebo Iwa adalah Kebo Wandira atau Kebo Taruna yang bermakna kerbau yang perjaka. Pada masa itu nama-nama binatang tertentu seperti kebo (kerbau), gajah, mahisa (banteng), banyak (angsa) lazim dipakai sebagai titel kehormatan khususnya di Bali ataupun Jawa.
2.8.2
Patih Gajah Mada
Patih Gaja Mada adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu amukti palapa, yang tercatat di dalam Pararaton. Ia menyatakan tidak akan memakan palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu, sangat sedikit catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya.
Tidak ada informasi dalam sumber sejarah yang tersedia saat pada awal kehidupannya, kecuali bahwa ia dilahirkan sebagai seorang biasa yang naik dalam awal kariernya menjadi Begelen atau setingkat kepala pasukan Bhayangkara pada Raja Jayanagara, nama Gajah Mada adalah nama kehormatan yang di dapat setelah menjabat ketika ia menjadi patih kerajaan Majapahit.
2.9 Data Survey Minat masyarakat terhadap cerita rakyat dan budaya Indonesia semakin meningkat. Namun karena kurangnya media yang menyalurkan budaya tersebut sehingga perlahan membuat masyarakat menjadi kurang peduli lagi.
2.10 Pertimbangan dan Analisa Pengambilan Cerita Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan Cerita rakyat adalah salah satu bentuk hasil dari sebuah kebudayaan. Ada ratusan cerita rakyat nusantara yang sangat berpotensi. Salah satu adalah cerita rakyat “Legenda Kebo Iwa” yang memiliki cerita yang bertema nasional dan memiliki pesan moral yang baik untuk diangkat kedalam media komunikasi, selain dalam bentuk tulisan, seperti film animasi pendek.
Film animasi pendek dengan tema cerita rakyat dari Bali yang diusulkan adalah cerita “Legenda Kebo Iwa” dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.
Cerita rakyat “Legenda Kebo Iwa” salah satu cerita rakyat yang bertemakan
nasionalisme dan memiliki pesan moral yang baik dan mudah ditangkap oleh berbagai kalangan, antara lain adalah bagaimana seorang yang memiliki jiwa kepahlawanan bersedia mengorbankan dirinya untuk kemakmuran orang banyak.
2.
Ceritanya simple, pesan moral mudah ditangkap, konflik yang membuat
penasaran dan karakter yang cukup unik apabila diolah dengan pengembangan visual dan animasi yang baik, maka akan menarik minat orang untuk menontonnya.
3.
Cerita rakyat melayu khususnya dari Bali masih belum begitu banyak diketahui
oleh masyarakat Indonesia, dikarenakan cerita rakyat Bali biasanya diceritakan dalam bentuk tari – tarian atau pewayangan.
4.
Menyesuaiakan perkembangan zaman di mana animasi semakin disukai, maka
pendekatan audio visual menggunakan animasi 3D dapat meningkatkan ketertarikan konsumer, dalam kasus ini adalah genderasi muda yaitu remaja dan anak-anak.
2.11 Pengembangan Cerita Dalam perancangan film animasi pendek berjudul “Legenda Kebo Iwa” berdasarkan dari cerita rakyat Bali dengan referensi yang di ambil dari berbagai sumber di internet dan buku penunjang lainya, akan dilakukan pengembangan dan perubahan dalam alur cerita serta sudut pandang penceritaan.
Dari referensi buku cerita ini diceritakan secara bertahap dan berurutan dari awal perkenalan hingga akhir cerita, bisa disebut juga ceritanya berjenis plot maju atau linear dengan sudut pandang orang kedua.
Pengembangan yang dilakukan dalam perancangan film animasi pendek “Legenda Kebo Iwa” antaralain adalah akan digunakan pola bercerita non-linear dan plot campuran dan juga penggunaan sudut pandang orang kedua.
2.12 Target Audience Target Audience atau dalam bahasa indonesianya target penonton/pendengar/pemirsa adalah tujuan inti sebuah produk audio dan visual akan dijual ke dalam salah satu lapisan masyarakat. Lapisan masyarakat tersebut dapat berupa perbedaan umur, perbedaan ekonomi, perbedaan agama, perbedaan pendidikan, perbedaan komunitas dan sebagainya.
2.12.1
Target Primer Target primer atau target utama dari film animasi pendek cerita rakyat “Legenda Kebo Iwa” adalah remaja kisaran usia 17 sampai 25 tahun yang sedang menempuh pendidikan SMA sampai mahasiswa, dengan keadaan social dari golongan ekonomi menengah ke atas, baik pria ataupun wanita. Sedangkan secara psikografi yaitu aktif, terbuka dalam lingkungan sosialnya, menyukai film animasi, hidup dalam lingkungan modern dan mau mengenal budaya Indonesia, serta dapat menangkap pesan moral yang disampaikan.
2.12.2
Target Sekunder Target sekunder untuk film animasi pendek cerita rakyat “Legenda Kebo Iwa” adalah usia 27 tahun keatas, dengan kondisi psikografi menyukai film, menyukai animasi, terbuka secara sosial, mau menerima sesuatu yang baru, gaya hidup modern dan menyukai cerita inspiratif serta mau mengenal budaya Indonesia.
2.13 Analisis 2.13.1
Strength Kekuatan film pendek animasi cerita rakyat “Legenda Kebo Iwa” adalah asal ceritanya dari cerita rakyat maka masyarakat dapat menerima cerita tersebut dengan mudah. Karena dikemas dalam bentuk animasi 3D makan dalam cerita ini akan diaplikasikan prinsip-prinsip cinematography dan penggambaran karakter yang menarik.
2.13.2
Weakness Kelemahan film pendek animasi cerita rakyat “Legenda Kebo Iwa”, antara lain, ceritanya yang masih belum terlalu di kenal luas oleh masyarakat terutama dari luar Bali sendiri.
2.13.3
Opportunity Anak-anak zaman sekarang sangat gemar dengan animasi dalam bentuk 3D, karena bentuk yang imajinatif dapat dibawa menjadi sesuatu yang seolah nyata dengan visualisasi 3 dimensi.
2.13.4
Threats Faktor Pendukung : 1 Tingginya minat masyarakat saat ini terhadap tayangan animasi.
2 Teknologi animasi yang semakin memudahkan pembuat animasi. 3 Cerita rakyat dapat menyerap ke masyarakat karena hasil sebuah budaya. 4 Remaja dewasa ini cenderung mencari tayangan animasi yang menghibur dengan pesan moral yang jelas.
Faktor Penghambat : 1
Jangka waktu pembuatan yang sempit.
2 Sarana dan prasarana yang belum memadai. 3 Perbedaan budaya yang mungkin menghambat penyampaian maksud cerita.
2.14
Tolak Ukur Pembanding Dari perancangan film pendek cerita rakyat nusantara ini, tolak ukur perbandingannya adalah film-film animasi pendek lain yang menjadi referensi pembuat. Seperti Replay (Talantis Film Distribution), Alarm (Team Mesia) dan banyak lagi. Refrensi ini dapat dicari di www.aniboom.com, www.vimeo.com dan www.youtube.com. Untuk tolak ukur film animasi yang bertemakan local content antara lain adalah Upin dan Ipin (Les' Copaque), Tangled (Walt Disney), dan Tales of The Age (Glue Studio).