BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Mengenai Pokok Permasalahan -
Ciri – Ciri Masyarakat Kota Masyarakat kota adalah masyarakat yang tinggal di daerah dekat dengan pusat
pemerintahan. Masyarakat kota terdiri dari beragam suku dan kebanyakan biasanya pendatang. Ciri – ciri masyarakat kota : 1. Individual Masyarakat kota memang individual. Mereka cenderung memikirkan urusannya sendiri dan enggan mencampuri urusan orang lain. Pergaulan diantara mereka pun terbatas dengan kelompok-kelompoknya sendiri, misalnya teman kantor, teman di klub tertentu, atau arisan. Jarang mereka terlihat mengobrol dengan tetanga sepanjang hari. Apalagi, bila mereka tinggal di perumahan elit. 2. Heterogen Masyarakat kota tediri dari beragam suku. Semuanya berkumpul menjadi satu kota dengan tujuan beragam, bekerja, kuliah, ikut saudara, dan lain – lain. Keanekaragaman inilah yang membuat masyarakat kota menjadi menarik. Tidak hanya keragaman suku, namun juga keanekaragaman yang lain seperti pendidikan (masyarakat kota identik dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi, namun yang tidak berpendidikan pun ada), agama, status sosial (mulai yang tidak memiliki apa-apa hingga memiliki segalanya semuanya tersedia di kota), dan karakter.
3. Daya Saing Tinggi Biasanya, orang-orang melakukan urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk meningkatkan taraf hidup. Itu sebanya tingkat persaingan di kota sangat tinggi, apapun bidang digeluti. Bahkan, untuk memenangkan kompetisi tersebut, seseorang kadang rela menghalalkan segala cara. 4. Profesi Beragam Di kota, profesi penduduknya sangat beragam. Tentunya, profesi tersebut sesuai dengan keahlian masing – masing, misalnya buruh pabrik, karyawan, PNS, penulis, motivator, pengamen, dan lain – lain. Di kota, semuanya bisa dijadikan profesi. Bahkan, mengemis pun adalah sebuah profesi. 5. Materealistik Sebagian besar masyarakat kota memang materealistik. Hal tersebut dipengaruhi tingkat persaingan yang tinggi dan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan diperlukan perngorbanan yang besar. Data diatas diambil dari : http://www.anneahira.com/ciri-ciri-masyarakat-kota.htm -
Cerita Tentang Pengamen dan Susu Pulang kuliah, seperti biasa saya menunggu bis arah Tangerang. Namun, berhubung bis
yang saya tunggu sering lama datangnya, ditambah lagi macet yang cukup panjang di depan kampus, saya memutuskan untuk naik bis 213 arah Grogol. Butuh waktu agak lama untuk sampai di daerah Slipi bawah. Macet yang cukup panjang sejak naik jembatan Semanggi sampai lampu merah Palmerah membuat saya harus ekstra sabar meskipun panas cukup menyengat tubuh. Belum lagi bawaan saya yang lumayan banyak.
Sesampainya di lampu merah Palmerah, saya pun turun dan menunggu bis arah ke Tangerang. Bis apapun, yang penting ke Tangerang, akan saya tumpangi. Dan, binggo! Bis Patas Ac bernomor 34 pun datang. Saya lihat dari kejauhan, sepertinya bis belum penuh. Saya tengok jam di tangan, masih pukul 16.12. Belum terlalu banyak orang kantor yang pulang, pastinya. Akhirnya, bis tersebut mendekat dan menghampiri saya. Saya pun naik. Duduk di bangku yang agak dekat dengan pintu belakang, di pojok dekat jendela. Senangnya. Setelah tadi berdiri cukup lama, akhirnya saya bisa duduk di bis AC sambil menikmati pemandangan di luar. Baru sekitar 5 menit duduk,datanglah pengamen yang mulai membagikan amplop kecil. Saya terima amplop itu. Saya baca tulisan yang ada di depan amplop tersebut. Ass. Bapak Ibu Kakak semua. Saya mohon sedikit rejeki nya untuk saya dan keluarga saya makan sehari-hari. Wassalam. Seperti itu isi pesan pembuka di depan amplop yang saya dan penumpang lain terima. Dua penumpang di sebelah kiri saya juga menerima amplop tersebut. Sambil mendengar pengamen tersebut memainkan sebuah lagu dengan iringan gitar kecilnya, saya menikmati sekotak kecil susu coklat yang saya beli di kampus. Saat itu saya merasa lapar, namun tidak ingin makan. Akhirnya, saya memutuskan membeli susu. Pengamen kecil tersebut ditemani oleh adiknya, mungkin, yang usianya masih sekitar 5 tahun. Ia melirik terus ke arah saya. Saya coba perhatikan. Dan saya tahu, dia melirik ke arah susu yang baru saya minum seteguk. Tiga lagu sudah pengamen itu memainkan lagu. Saya masukkan uang ke dalam amplop tersebut. Lalu, si adik kecil itu mengambil setiap amplop yang ada di setiap penumpang. Saat hendak mengambil amplop di tempat saya, ia berkata “kak, bagi susunya.”
Saya hanya mendengar samar-samar suaranya. Lalu, saya dekatkan wajah saya, dan dia kembali mengatakan hal yang sama. Tidak tega sebenarnya mendengar suara anak kecil tersebut. Namun, saya bukannya tidak ingin membagi susu yang saya pegang, tapi, susu tersebut sudah saya minum hampir setengahnya. Saya pun kembali bertanya “Udah aku minum, ga apa-apa?” Anak kecil tersebut hanya mengangguk. Lalu, salah seorang penumpang di sebelah saya ikut juga bertanya, “tapi, udah diminum lho dek. Ga apa-apa?” Si anak kecil tersebut hanya mengangguk. Kali ini lebih banyak anggukannya. Akhirnya, sambil tersenyum, saya pun memberikan susu yang saya pegang tersebut kepada anak kecil itu. Ia tertawa riang. Dua orang penumpang yang ada di sebelah saya ikut tersenyum. Setelah menerima sekotak kecil susu tersebut, pengamen dan adiknya pun pergi. Saya kemudian mengalihkan pandangan ke arah jalan. Saya hanya bisa tertawa kecil. Saya bahagia bisa ikut memberi. Bahkan, saya lihat dua orang penumpang di sebelah saya juga ikut tersenyum. Saya bahagia melihat senyum mereka. Namun, saya tetap merasa sedih. Haruskah anak sekecil itu ikut bekerja banting tulang demi ekonomi keluarganya? Saya juga merasa tersentuh dengan kata-kata anak kecil tersebut yang meminta susu coklat yang saya pegang. Mungkin, ia hanya satu dari sekian banyak anak kecil yang masih sulit untuk bisa menikmati asupan makanan dan minuman sehat, seperti susu. Bahkan, mungkin bagi mereka, bisa makan 3 kali sehari dengan lauk seadanya saja sudah syukur. Tidak ada dalam benak mereka untuk menyisihkan uang demi sekaleng susu. Cerita diatas diambil dari http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/06/08/cerita-pengamendan-susu/
-
Berita dari Artikel Koran Jakarta - Penyanyi senior Franky Sahilatua sempat dirawat selama 7 bulan di Singapura. Pengobatan Franky di Negara Singa itu menurut istri Franky, Harwantiningrum menghabiskan dana lebih dari Rp 1 miliar.
Angka tersebut tentu saja berat jika harus ditanggung keluarga Franky. Namun berkat bantuan dari rekan-rekannya di Indonesia, semua biaya pengobatan tertutupi.
"Pengobatan si Singapura itu Rp 1 miliar lebih. Saya nggak tahu dari mana dan luar biasa. Saat awal saya pegang 7.000 dollar Singapura saja," ujar Harwantiningrum ditemui di RS Medica Permata Hijau, Jakarta, Selasa (19/4/2011) malam.
Atas nama Franky, Harwantiningrum pun mengucapkan terima kasih kepada semua kerabat yang telah memberikan bantuan. Selama Franky berada di Singapura pun berbagai acara amal digelar untuk mengumpulkan dana bagi sang pelantun 'Perahu Kertas' tersebut.
"Saya terharu atas bantuan teman semua. Pernah ada beberapa pengamen yang ingin membantu dan memberikan uang sebesar Rp 200 ribu. Bagi saya bukan jumlahnya, tapi cara dia ngumpulkan uang yang disumbangkan bikin saya terharu," kisah Harwantiningrum.
Berita diatas diambil dari : http://hot.detik.com/read/2011/04/19/212623/1621202/230/pengobatan-frankysahilatua-di-singapura-lebih-dari-rp-1-m
-
Fakta – Fakta Pengamen Jalanan - Tak ada seorang pun (setidaknya mayoritas) Pengamen yang ingin terus-terusan dan selamanya menjadi Pengamen. -
Ada beberapa keluarga yang seluruhnya; dari Ibu, Ayah dan anak-anaknya berprofesi sebagai Pengamen.
- Banyak yang dari sejak kecil hingga dewasa bahkan sampai berkeluarga (selama belasan atau puluhan tahun) mencari uang dengan menjadi Pengamen. - Ada seorang Pengamen yang menjadi ondel-ondel atau bisa disebut badut Penopeng yang dari hasil ngamennya itu, dia bisa membiayai sekolahnya sendiri dari SD, SMP, SMA hingga menikah. -
Banyak juga kepala keluarga yang bisa menghidupi dan menyekolahkan anakanaknya dengan mencari uang di jalan.
- Sebaliknya, ada anak-anak jalanan yang justru jadi Tulang Punggung Keluarga dan menyetorkan hasil ngamennya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. - ‘Mengamen’ mengalami perluasan makna di antara para pengamen sendiri. ‘Meminta-minta’ pun sudah disebut dengan mengamen. - Anggapan bahwa uang yang kita kasih ke anak-anak jalanan dan Pengamen kadang dipakai buat beli minuman keras tidaklah terlalu salah. Tapi tentu saja hanya sebagian kecilnya saja. Hal itu sama benarnya dengan orang lain yang berprofesi selain ‘Pengamen’. Dari karyawan, kuli bangunan sampai artis, sebagian hasil jerih payahnya sendiri dipakai untuk hal-haltak berguna seperti beli minuman keras, drugs dan lain-lain.
- Menjadi Pengamen atau anak jalanan memiliki dampak negative yang menimbulkan sikap pesimistif, krisis percaya diri, sensitive, idealis, berbahasa kasar, berperangai keras, ketergantungan, merasa terasingkan dari masyarakat luas (minder) dekat dengan kriminalitas dan kecelakaan lalu lintas. - Dampak positif menjadi Pengamen; menjauhkan diri dari kejahatan mencuri, menipu dan sebagainya, memperkecil jumlah pengangguran, timbulnya rasa solidaritas yang kuat, rasa persaudaraan yang kental, mengasah kemampuan dan skill bermusik. - Ada beberapa Pengamen yang jauh dari orang tua atau tidak punya rumah tidur di kontrakan, kosan, rumah teman, mushola bahkan gubuk pinggir jalan dan sisi-sisi bangunan. Data – data diatas diambil dari : http://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000009424985/fakta-pengamen-jalanan 2.1.2 Artikel Mengenai Kesenjangan Sosial - http://elangbudi.wordpress.com/2011/11/12/kesenjangan-sosial-di-sekitar-kita/ - http://www.antarasumut.com/berita-sumut/berita-sumut/konflik-masyarakat-disebabkanadanya-kesenjangan-sosial/ - http://udifq.wordpress.com/2010/02/19/kesenjangan-sosial/ - http://www.anneahira.com/masalah-sosial-16717.htm
-
Data persebaran penduduk miskin di Indonesia: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2011 Pulau
Jumlah (x1000)
Prosentase (%)
Sumatera
6.318,87
12,20
Jawa
16.744,41
12,09
Bali dan Nusa Tenggara
2.065,82
15,46
Kalimantan
971,88
6,88
Sulawesi
2.152,15
12,17
Maluku dan Papua
1.637,00
25,25
SUMBER: Badan Pusat Statistik (BPS) 2.2 Data Umum 2.2.1 Pengertian Film Pengertian Film menurut Kamus Bahasa Indonesia : (1) selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop): gulungan -- yang disita itu berisi cerita sadisme; (2) lakon (cerita) gambar hidup: malam itu ia hendak menonton sebuah – komedi. 2.2.2 Pengertian Film Pendek Belum ada kepastian mengenai definisi film pendek. Suatu sumber dari web mengatakan film pendek adalah sebuah film yang berdurasi antara 1 menit - 30 menit.
Namun menurut Academy of Motion Picture Arts and Sciences, film pendek diterjemahkan sebagai film yang berdurasi sekitar 40 menit atau kurang. Sumber lain mengatakan film pendek adalah film dengan durasi antara 1 menit – 30 menit yang sesuai dengan standar festival internasional. 2.2.2.1 Jenis-jenis Film Pendek - Film pendek eksperimental : film pendek yang digunakan sebagai film uji coba / eksperimen. - Film pendek komersial : film pendek yang bersifat komersil atau memperoleh keuntungan. - Film pendek layanan masyarakat : film pendek sebagai media melayani / memberi info pada masyarakat. - Film pendek entertainment / hiburan : film pendek yang berfungsi sebagai hiburan. 2.3 Animasi Animasi berasal dari kata ‘to animate’ yang bisa berarti menggerakkan atau menghidupkan. Bisa juga berarti ‘memberi jiwa’ pada suatu objek. Sehingga objek tersebut terlihat ‘hidup’ meskipun itu adalah objek benda mati. 2.3.1 Sejarah dan Perkembangan Animasi Sejak zaman dulu manusia sudah mulai mencoba melakukan teknik animasi, yaitu dengan “menganimasi” gerak gambar binatang. Hal ini bisa dibuktikan dengan penemuan para ahli purbakala, misalnya di gua Lascaux di Spanyol Utara, yang sudah berumur 200.000 tahun lebih. Di
dinding gua itu, mereka menemukan gambar binatang dengan jumlah kaki delapan yang posisi badannya tengah bertumpuk-tumpuk. Di duga, dulu manusia purba yang hidup di gua itu telah membuat semacam “gambar bergerak” dengan cara menumpuk-numpuk gambar atau sketsa binatang. Pada zaman Yunani kuno, para arkeolog menemukan sebuah dekorasi gambar seperti gambar para pegulat yang sedang bergumul. Gambar – gambar tersebut dibuat bersusun pada sebuah dinding dan para arkeolog memperkirakan dekorasi itu telah ada sejak 2000 tahun sebelum Masehi.
Sedangkan di wilayah Eropa kira – kira abad ke 19 sudah muncul sebuah permainan yang bernama Thaumatrope. Mainan ini berbentuk lembaran cakram tebal yang di permukaannya terdapat gambar burung dalam sangkar. Kedua sisi kiri dan kanan cakram tersebut diikat dengan seutas tali. Bila cakram tebal itu dipilin dengan tangan, maka gambar burung itu akan tampak bergerak. Dengan demikian, mainan ini bisa dikategorikan sebagai animasi klasik. Pada tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan sebuah mainan yang disebut Praxinoscope. Mainan ini berupa rangkaian ratusan gambar yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin sehingga tampak menjadi sebuah gerakan seperti layaknya film. Mainan ini selanjutnya dianggap sebagai cikal bakal proyektor pada bioskop. Pada tahun 1909, Winsdor McCay membuat sebuah film berjudul “Gertie the Dinosaur”, kemudian disusul oleh Max Fleischer yang membuat “Ko Ko the Clown”, hingga
pada akhirnya Pat Sullivan membuat sebuah film animasi hitam putih yang terkenal dengan judul “Felix the Cat”. Sedangkan, era yang bisa menjadi titik tolak berkembangnya animasi modern di dunia yaitu ketika muncul film animasi bersuara yang dibuat oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film “Mickey Mouse : Steamboat Willie”, “Donald Duck” dan “Silly Simphony” yang dibuat selama tahun 1928 sampai 1940. Pada tahun 1932 Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “flower and Trees”. Dan film animasi kartun panjang pertama dibuat oleh Disney pada tahun 1938, lewat film “Snow white and Seven Dwarfs”. Teknik membuat film animasi terus berkembang. Hingga pada zaman sekarang telah muncul dan berkembang bentuk animasi baru, dari yang semula dwimatra (2 dimensi) menjadi trimatra (3 dimensi). Beberapa contoh animasi 3 dimensi yang berkembang hingga saat ini : Toy Story (1995), A Bug’s Life (1998), Monster, Inc. (2001), Finding Nemo (2003), Wall-E (2008), UP (2009), dll.
(gambar dari kiri ke kanan : a Bug’s Life, Toy Story 3, dan UP)
2.3.2 Jenis Film Animasi 2.3.2.1 Berdasarkan Tekniknya 1. Film Animasi 2 Dimensi (Flat Animation), contohnya: a. Cel Technique Animation b. Cut-Out Animation c. Silhoutte Animation d. Collage Animation (Animasi Kolase) 2. Film Animasi 3 Dimensi (Flat Animation) Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, yang termasuk dalam jenis animasi 3 Dimensi adalah: a. Puppet Animation (Film Animasi dengan Boneka) b. Digital Model Animation c. Pixelation 2.3.2.2 Berdasarkan Proses Produksi Berdasarkan proses produksi, film animasi dibedakan menjadi: 1. Classic Animation 2. Stop-Motion Animation 3. Digital Animation
2.3.3 Bentuk Film Animasi 1. Spot Animation (10 sampai 60 detik) 2. Pocket Cartoon Animation (50 detik sampai 2 menit) 3. Short Movie (2 sampai 20 menit) 4. Medium Length Film (20 sampai 50 menit) 5. Movie (minimal 50 menit) 2.4 Target Pasar 2.4.1 Target Primer Demogragfi : Laki – laki dan perempuan, usia 15 – 25 tahun, remaja menuju dewasa, status ekonomi sosial menengah sampai menengah keatas. Psikografi
: Memiliki rasa ingin tahu yang besar, menyukai film animasi dan cerita yang ringan.
Geografi
: Berada di kota –kota besar.
2.4.2 Target Sekunder Demogragfi : Laki – laki dan perempuan, usia 25 tahun keatas, anak – anak dan dewasa, status ekonomi sosial menengah ke bawah dan atas. Psikografi
: Terbuka, dan menyukai cerita pendek.
Geografi
: Selain kota - kota besar.
2.5 Analisa Berdasarkan data di atas saya mengambil beberapa poin sebagai data analisa untuk penunjang dibuatnya film animasi pendek “Rara dan Roti” ini : 1. Masyarakat perkotaan cenderung individualistis dan memiliki lingkup pergaulan yang terbatas. 2. Anak jalanan yang tinggal jauh dari orang tua ada yang bertempat tinggal di sisi bangunan, dirumah teman, atau musholla. 2.6 Analisa Kasus 2.6.1 Faktor Pendukung dan Penghambat 2.6.1.1 Faktor Pendukung - Belum banyaknya film pendek di Indonesia yang berbentuk animasi dengan tema sosial. - Dapat menjadi alternatif hiburan animasi berbentuk short movie, diantara filmfilm bergenre serial di televisi. - Animasi yang bersifat local content yang menceritakan kehidupan di Jakarta akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. 2.6.1.2 Faktor Penghambat -
Sudah banyak bentuk animasi short movie yang bertema fun dan entertaining yang mungkin lebih banyak diminati oleh masyarakat.
- Kurangnya kepekaan masyarakat terhadap sesama yang kurang beruntung dan interaksi antar sesama yang memungkinkan film ini kurang dapat diambil maknanya.