3
Bab 2 Data & Analisa Beberapa Sumber data dan informasi yang didapat untuk membuat proyek Short Animasi ini ialah sebagai berikut : 2.1 Sumber Data Data - data yang penulis cantumkan disini terdapat dari berbagai macam media seperti internet, survey, buku, sumber - sumber dll. semua data dan literatur yang ada memperkuat bahan - bahan untuk representasi teori 2.1.1. Buku : Cerita Rakyat Asli Indonesia (Monika Cri Maharani), Cerita Rakyat 33 Provinsi dari Aceh sampai papua (Dea Rosa), Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar M uda 1607-1636 (Denys Lombard) 2.1.2. Internet : untuk data dari burung parkit
penulis mengacu pada :
(http://carakapurwa.wordpress.com/2010/11/08/rajaparakeet/) dan untuk data mengenai Aceh penulis lebih mengacu
pada
(http://www.scribd.com/doc/28131419/Budaya-Aceh) 2.1.3. Survey : Penulis melakukan survey ketempat yang berhubungan dengan cerita rakyat tersebut seperti. Taman M ini Indonesia Indah
4
(TMII) Taman Burung di (TMII), Anjungan Adat Aceh, (TMII) 2.1.4. Video : untuk mempelajari screenplay animation, video yang dijadikan sumber data adalah (Vantage Point 2008- Columbia Pictures) dan dari film animasi Rio the M ovie 2011
2.2 Data Historis 2.2.1 Asal - Usul Burung Parkit
Pak Harto (mantan Presiden yang sudah almarhum) semasa hidup konon pernah memelihara atau beternak parkit untuk menambah penghasilan keluarga. Waktu itu Soeharto masih tinggal di Solo dan menjadi seorang komandan. Binatang hasil ternakannya, lalu ia jual. Agar usahanya berhasil, lelaki itu tak segan-segan melakukan inovasi. M isalnya, soal pakan ternak ia memberikan alternatif lain, ngirit biaya pengeluaran.
“Karena jawawut (pakan utama parkit) mahal, makannya saya ganti beras merah. Hasilnya cukup bagus, ” ungkapnya sambil tersenyum, mengenang masa lalu. Nah berapa keuntungannya? Untuk soal itu, Soeharto tidak ikut campur. M asalah itu, ditangani sang istri, Ibu Tien.
Shaw, seorang penulis buku Zoologi of New Holland memberi nama burung mungil ini dengan sebutan Melopsittacus undulates. Melopsittacus berasal dari bahasa
5
yunani, melos yang artinya nyanyian dan psittacua yang merupakan sebutan bagi kerabat burung betet. Sedangkan undulus dari bahasa latin yang berarti bercorak. Corak bergelombang inilah yang mungkin berkaitan dengan warna bulu burung parkit yang bermacam-macam. Pada tahun 1831 salah satu museum di London, Linne Society memamerkan pajangan burung parkit yang mati, tetapi tampak seperti masih hidup di dalam salah satu ruangannya. Inilah yang akhirnya mengundang berbagai kalangan, terutama para ahli di bidang perburungan. Di antaranya adalah John Gould. Berawal dari sinilah sejarah parkit dibawa ke negeri Inggris.
Pada tahun 1850 perkembangan burung berparuh bengkok ini mulai sukses dibiakkan dikebun binatang Antwerpens, Belgia. Karena kecantikan warna bulu burung ini beberapa negara eropa lainnya mulai ikutan mengimpor burung ini dalam jumlah yang besar. Akhirnya burung parkit sudah mulai dikembangbiakkan di manamana.
Warna kuning pada bulu burung parkit dihasilkan di Belgia pada tahun 1872 dan di Jerman pada tahun 1875 dengan warna yang sama. Berikutnya warna biru yang muncul pada tahun 1878. Dan tahun 1917 warna putih menyusul hingga tahun 1940 puncak keragaman warna bulu burung parkit ini.
Penyebaran yang luas menyebabkan burung ini mendapat banyak sebutan. Orang Belanda menyebutnya Undulated grass parkeet. Kalau orang Perancis memanggil dengan sebutan Perche Ondule. Sedangkan bangsa Jerman menggunakan nama Wellensittich.
6
2.2.2 Mudah Beradaptasi
Parkit menyukai hidup berkoloni dan sangat mudah menyesuaikan di dalam kandang penangkaran. Biasa di alam bebas parkit berkembang biak pada bulan Oktober – Desember. Bila musim kawin sang jantan biasanya menyanyi dengan nada rayuan untuk memikat betinanya. Hingga pada saat saling ada kecocokan maka perkawinan akan segera berlangsung.
Berat telur parkit berkisar 2,5 gram/butir dengan jumlah telur rata-rata 6 butir/pasangan parkit. Burung inipun dikenal sangat setia dengan pasangannya. Bila si betina sedang aktif bertelur maka si jantan akan menunggu di luar sambil bersiul menghibur sekaligus akan mengusir apabila ada pengganggu mendekati sarangnya.
Anak burung parkit yang baru keluar dari cangkang telurnya berbobot rata-rata 2,35 gram dengan kondisi mata masih terpejam. Setelah umur sembilan hari barulah matanya terbuka.
Setelah umur 30 hari barulah anak burung parkit mulai siap meninggalkan sarangnya untuk belajar terbang. Namun meski sudah mulai terbang, sang induk biasanya masih menyuapinya hingga umur 40 hari. Setelah umur tersebut biasanya persiapan untuk perkawinan untuk generasi yang baru akan dilakukan.
Anak parkit mulai matang kelaminnya untuk melakukan perkawinan setelah berumur 90 hari. Si jantan yang cukup umur akan segera memikat betinanya dengan
7
siulan mautnya untuk menjadi pasangan yang akan mengembang biakan keturunannya.
2.2.3 Mudah ditangkar Perawatan burung jenis ini relatif mudah. Kandang yang diperlukan tidak begitu besar meskipun untuk pengembangbiakan sekalipun. Ukuran 40 x 40 x 60 cm sudah cukup untuk memulai penangkaran. Sedangkan untuk pajangan keindahan ukuran sangkar umum sudah memadahi.
Tetapi karena sifatnya yang suka berkoloni dan keragaman warna yang bervariasi ini maka tak salah kalau kita menyiapkan ukuran kandang yang agak besar. Di samping kita bisa tempatkan beberapa pasang. Keindahan warni-warni parkit yang satu dengan yang lain akan sangat jelas
2.2.4. Sebutan parkit di Berbagai Negara :
1. Belanda : Undulated Grass Parakeet.
2. Perancis : Perche Ondule
3. Jerman : Wellensittich
Parkit sesungguhnya merupakan hasil penjinakan jenis parkit Liar di Australia, proses ini terjadi ketika Kapten Cook mendarat pertama kali di benua Australia. Pada Tahun 1831, M eseum Linne Society di London memamerkan pajangan Burung Parkit yang sudah di air keraskan. John Gould orang yang pertama kali
8
pada tahun 1840 membawa parkit hidup ke Inggris. Pada tahun 1850 di kebun binatang Antwerpens Belgia, perkembangan burung-burung kelompok paruh bengkok kecil secara sukses di mulai. Pada Tahun 1855 untuk pertama kalinya negara Jerman memesan sepasang burung Parkit ari Pembiakan di London. Negara-negara di Eropa mengimport burung parkit yang baru di tangkap dalam jumlah yang besar, dan berkembang biak dimana-mana. Pada tahun 1872 untuk pertama kalinya muncul bulu berwarna kuning di hasilkan di negara Belgia dan warna yang sama terjadi di jerman pada tahun 1875. Parkit dengan warna biru murni muncul pertama kalinya pada tahun 1878. Dan pada Tahun 1917 muncul pertama kalinya warna putih, dan pada tahun 1940 lahir warna beraneka ragam. Dari setiap warna pada burung parkit ini, warna putih adalah warna yang langka sehingga Nilai ekonominya lebih tinggi dari warna yang lainnya. Susunan Klasifikasi burung parkit berdasarkan Checklist of Bird of the World, yang disusun oleh Peters pada tahun 1973. Anggota kelompok burung berparuh bengkok terbagi atas 6 anak suku, 82 marga, 316 jenis.
2.2.5 Kisah Si Raja Burung Parkit
Konon, di tengah hutan belantara itu, hiduplah sekawanan burung parkit yang hidup damai, tenteram, dan makmur. Setiap hari mereka bernyanyi riang dengan suara merdu bersahut-sahutan dan saling membantu mencari makanan. Kawanan burung tersebut dipimpin oleh seorang raja parakeet yang bernama si Parkit. Namun, di tengah suasana bahagia itu, kedamaian mereka terusik oleh kedatangan seorang Pemburu. Ternyata, ia berniat menangkap dan menjual burung parakeet tersebut.
9
Pelan-pelan tapi pasti, si Pemburu itu melangkah ke arah kawanan burung parakeet itu, lalu memasang perekat di sekitar sarang-sarangnya. “Ehm….Aku akan kaya raya dengan menjual kalian!”, gumam si Pemburu setelah selesai memasang banyak perekat. Si Pemburu itu pun tersenyum terus membayangkan uang yang akan diperolehnya. Gumaman si Pemburu tersebut didengar kawanan burung parakeet, sehingga mereka menjadi ketakutan. M ereka berkicau-kicau untuk mengingatkan antara satu sama lainnya. “Hati-hati! Pemburu itu telah memasang perekat di sekitar sarang kita! Jangan sampai tertipu! Sebaiknya kita tidak terbang ke mana-mana dulu!” seru seekor burung parakeet. “Ya, betul! Kita memang harus berhati-hati,” sahut burung parakeet yang lain. Namun, karena harus mencari makan, burung-burung parakeet itu pun keluar dari sarangnya. Alhasil, apa yang ditakutkan burung-burung parakeet itu pun terjadi. Bencana tak terelakkan, burung-burung parakeet itu terekat pada perekat si Pemburu. M ereka meronta-ronta untuk melepaskan diri dari perekat tersebut, namun usaha mereka sia-sia. Kawanan burung parakeet tersebut menjadi panik dan bingung, kecuali si Parkit, raja parakeet. M elihat rakyatnya kebingungan, Raja Parkit berkata, “Tenang, Rakyatku! Ini adalah perekat yang dipasang si Pemburu. Berarti dia ingin menangkap kita hiduphidup. Jadi, kalau kita mati, si Pemburu itu tidak akan mengambil kita. Besok, ketika si Pemburu itu datang, kita pura-pura mati saja!”, mendegar penjelasan raja Parkit itu, rakyatnya terdiam. Sejenak, suasana menjadi hening. Di tengah keheningan itu, “Berpura-pura mati? Untuk apa?”, tanya seekor parkit, membuat burung parkit
10
lainnya menoleh ke arahnya. Si Parkit tersenyum mendengar pertanyaan itu, “Besok, setelah si Pemburu melepaskan kita dari perekat yang dipasangnya, dia akan memeriksa kita satu per satu. Bila dilihatnya kita telah mati, maka dia akan meninggalkan kita di sini. Tunggu sampai hitunganku yang ke seratus agar kita dapat terbang secara bersama-sama!”. Semua rakyatnya ternganga mendengar penjelasan si Parkit. “Oh, begitu..!? Baiklah, besok kita akan berpura-pura mati agar dapat bebas dari Pemburu itu!”, sahut rakyatnya setuju. Kini, rakyatnya sudah mengerti apa yang direncanakan oleh si Parkit. M ereka berjanji akan menuruti perintah rajanya. Keesokan harinya, si Pemburu pun datang. Dengan sangat hati-hati, si Pemburu melepaskan burung parkit tersebut satu persatu dari perekatnya. Ia sangat kecewa, karena tak satu pun burung parkit yang bergerak. Dikiranya burung parkit tersebut telah mati semua, ia pun membiarkannya. Dengan rasa kesal, si Pemburu berjalan seenaknya, tiba-tiba ia jatuh terpeleset. Kawanan burung parkit yang berpura-pura mati di sekitarnya pun kaget dan terbang dengan seketika tanpa menunggu hitungan dari si Parkit. Si Pemburu pun berdiri kaget, karena ia merasa telah ditipu oleh kawanan burung parkit itu. Namun, tiba-tiba ia tersenyum, karena melihat ada seekor burung parkit yang masih melekat pada perekatnya. Lalu ia menghampiri burung parkit tersebut, yang tidak lain adalah si Parkit. “Kamu akan kubunuh!”, bentak si Pemburu dengan marah. Si Parkit sangat ketakutan mendengar bentakan si Pemburu. Si Parkit yang cerdik itu, tidak mau kehilangan akal. Ia segera berpikir untuk menyelematkan diri, karena ia tidak mau dibunuh oleh si Pemburu itu. “Ampuni
11
hamba, Tuan! Jangan bunuh hamba! Lepaskan hamba, Tuan!” pinta si Parkit. “Enak saja! Kamu dan teman-temanmu telah menipuku. Kalau tidak, pasti aku sudah banyak menangkap kalian!” kata si Pemburu dengan marah. “Iya. Tapi itu kan bukan salahku. Ampuni hamba, Tuan! Hamba akan menghibur Tuan setiap hari!” kata si Parkit memohon. “M enghiburku?” tanya si Pemburu. “Betul, Tuan. Hamba akan bernyanyi setiap hari untuk Tuan!” seru si Parkit. Si Pemburu diam sejenak memikirkan tawaran burung parakeet itu. “M emangnya suaramu bagus?” tanya si Pemburu itu mulai tertarik. Si Parkit pun bernyanyi. Suara si Parkit yang merdu itu berhasil mumbujuk si Pemburu, sehingga ia tidak jadi dibunuh. “Baiklah, aku tidak akan membunuhmu, tapi kamu harus bernyanyi setiap hari!” kata si Pemburu. Karena takut dibunuh, si Parkit pun setuju. Setelah itu, si Pemburu membawa si Parkit pulang. Sesampai di rumahnya, si Parkit tidak dikurung dalam sangkar, tapi salah satu kakinya diikat pada tiang yang cukup tinggi. Sejak saat itu, setiap hari si Parkit selalu bernyanyi untuk menghibur si Pemburu itu. Si Pemburu pun sangat senang mendengarkan suara si Parkit. “Untung….aku tidak membunuh burung parkit itu”, ucap si Pemburuh. Ia merasa beruntung, karena banyak orang yang memuji kemerduan suara si Parkit. Sampai pada suatu hari, kemerduan suara si Parkit tersebut terdengar oleh Raja Aceh di istananya. Raja Aceh itu ingin agar burung parakeet itu menjadi miliknya. Sang Raja memanggil si Pemburu menghadap kepadanya. Si Pemburu pun datang ke istana dengan perasaan bimbang, karena ia sangat sayang pada si Parkit.
12
Sampai di hadapan Raja Aceh, ia tidak bersedia memberikan si Parkit yang bersuara merdu itu kepada Sang Raja. “Ampun, Baginda! Hamba tidak bermaksud menentang keinginan Baginda!” kata si Pemburu memberi hormat. “Lalu, kenapa kamu tidak mau memberikan burung itu?” tanya sang Raja. “Ampun, Baginda! M ohon beribu ampun! Hamba sangat sayang pada burung tersebut. Selama ini hamba telah memeliharanya dengan baik”, jawab si Pemburu. M endengar jawaban itu, “Kalau begitu, bagaimana jika kuganti dengan uang yang sangat banyak.?”, sang Raja menawarkan. Pemburu itu pun terdiam sejenak memikirkan tawaran itu. Tidak lama, “Ampun, Baginda! Jika Baginda benar-benar menyukai burung parkit tersebut, silakan kirim pengawal untuk mengambilnya!” kata si Pemburu sambil memberi hormat. Sang Raja sangat senang mendengar jawaban si Pemburu. Ia pun segera memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mengambil burung parkit tersebut dan menyerahkan uang yang dijanjikannya kepada si Pemburu. Si Parkit pun dibawa ke istana dan dimasukkan ke dalam sangkar emas. Setiap hari si Parkit disediakan makanan yang enak. M eksipun semuanya serba enak, namun si Parkit tetap tidak senang, karena ia merasa terpenjara. Ia ingin kembali ke hutan belantara tempat tinggalnya dulu, agar ia bisa terbang bebas bersama rakyatnya. Karena merasa sedih, si Parkit sudah beberapa hari tidak mau menyanyi untuk sang Raja. M engetahui burung parkitnya tidak mau menyanyi lagi, sang Raja mulai bimbang memikirkan burung parkitnya. Karena ingin tahu keadaan burung itu yang sebenarnya, maka sang Raja pun memanggil petugas istana, “Kenapa burung parkitku tidak mau bernyanyi lagi beberapa hari ini? Dia sakit, ya?”. Petugas Istana itu menjawab, “M aaf, Tuanku. Hamba juga tidak tahu apa sebabnya. Saya telah
13
memberinya makan seperti biasanya, tetapi tetap saja ia tidak mau bernyanyi,”. M endengar jawaban dari Petugas Istana tersebut, Raja Aceh menjadi sedih melihat burung parkitnya yang tidak mau bernyanyi lagi. “Ada apa ya?"gumam sang Raja. Beberapa hari kemudian, si Parkit bahkan tidak mau memakan apa pun yang disediakan di dalam sangkar emasnya. Ia terus teringat pada hutan belantara tempat tinggalnya dulu. Si Parkit pun mulai berpikir, “Bagaimana caranya ya....aku bisa keluar dari sangkar ini?”, gumam si Parkit. Tak lama, ia pun menemukan akal, “Aahh....aku harus berpura-pura mati lagi!”,
si Parkit tersenyum sambil
membayangkan dirinya lepas dan terbang tinggi. Akhirnya, pada suatu hari, ia pun berpura-pura mati. Petugas Istana yang mengetahui si Parkit mati segera menghadap sang Raja. “Ampun, Tuanku. Hamba sudah merawat dan memelihara sebaik mungkin, tapi burung parakeet ini tidak tertolong lagi. M ungkin karena sudah tua,” kata Petugas Istana melaporkan kematian si Parkit. Sang Raja sangat sedih mendengar berita kematian burung parakeetnya, sebab tidak akan ada lagi yang menghiburnya. M eskipun sang Raja masih memiliki burung parkit yang lain, tetapi suaranya tidak semerdu si Parkit. Karena si Parkit tidak bisa tertolong lagi, “Siapkan upacara penguburan! Kuburkan burung parakeetku itu dengan baik!” perintah sang Raja. “Siap, Tuanku! Hamba laksanakan!” sahut Petugas Istana. Penguburan si Parkit akan dilaksanakan dengan upacara kebesaran kerajaan. Pada saat persiapan penguburan, si Parkit dikeluarkan dari sangkarnya karena dianggap sudah mati. Ketika ia melihat semua orang sibuk, dengan cepatnya ia terbang setinggi-tingginya. Di udara ia berteriak dengan riang gembira, “Aku bebaasss...!!! Aku bebaasss....!!!. Orang-orang hanya terheran-heran melihat si Parkit yang dikira sudah mati itu bisa
14
terbang tinggi. Akhirnya si Parkit yang cerdik itu bebas terbang ke hutan belantara tempat tinggalnya dulu yang ia cintai. Kedatangan si Parkit pun disambut dengan meriah oleh rakyatnya. Akhirnya, Si Raja Parkit, kembali ke tempat tinggalnya. 2.2.6 Asal Mula Bangsa Sejarah ACEH Aceh…adalah sebuah bangsa yang unik yang terdiri dari multikultur suku dan bahasa serta budaya, Aceh adalah negeri yang penuh julukan…Aceh negeri serambi mekkah, Aceh negeri tanah rencong, Aceh negeri syariat Islam, Aceh negeri sejuta warung kopi dan sebagainya. M enurut salah satu sumber dikalaangan peneliti sejarah dan antropologi seperti yang saya kutip dari Cakradonya, bahwa asal usul Bangsa Aceh berasal dari suku M antee yang hidup di rimba raya Aceh yang memiliki ciri-ciri postur tubuh agak kecil dibandingkan dengan orang Aceh sekarang. menurut prakiraan suku mantee ini mempunyai hubungan terkait dengan suku bangsa M antera di M alaka yang merupakan bagian dari bangsa M onk Kmer dari hindia belakang. Seperti anda lihat persamaan yang ada dalam jiwa-jiwa orang Aceh dengan orang Khmer yaitu semangat dan apirevolusi yang menyala-nyala. Kembali pada sejarah masa lalu disini kita lihat Pengaruh pertama terhadap bangsa Aceh datang dari bangsa India yang membawa ajaran Hindu dan Budha masuk ke Aceh sekitar 2.500 tahun yang lalu, bangsa India telah membuat perkampungan di Aceh, mereka datang melalui pesisir pantai utara Aceh. Sangat beranekaragamnya sumber-sumber
yang
mengingat
pelabuhan-pelabuhan
15
dagang itu, dimana diperoleh informasi dari Cina, Arab, India, bahkan Eropa, adalah bukti yang cukup kuat bahwa tempat itu memang dari dahulu kala sudah merupakan persimpangan internasional yang sangat strategis di apit oleh samudera hindia dan selat malaka Dalam perjalanan sejarah seperti kita ketahui sekitar tahun 500 M asehi di Aceh telah berdiri satu kerajaan yang di kenal internasional yang bernama kerajaan Poli, kerajaan Poli ini berada di pantai Sigli, dimana wilayah kekuasaannya meliputi Aceh Besar. Dalam tahun 518 M kerajaan poli ini sudah mengirimkan utusannya ke negeri Tiongkok (sekarang negeri Cina) pada masa dinasti Liang. Dan pada akhir abad 13 tercatat bahwa kerajaan Samudera pasai yang didirikan oleh M eurah Silo yang kemudian bergelar Sultan M alikus-Saleh. Keberadaan sultan ini di buktikan setelah dia mangkat. Batu nisan di atas makamnya di Blang M e, Geudong, Aceh Utara, yang masih ada di sana sampai saat ini, menyebut bahwa dia mangkat pada tahun 697 Hijriah, bertepatan 1297 M asehi.Kerajaan Samudera berkembang di masa Sultan M alikus-Saleh memerintah. Sumber cerita dari rombongan asal Italia berlayar melewati pantai Sumatera setelah mengunjungi Tiongkok (Cina). Dalam rombongan itu terdapat pemuda bernama M arco Polo. Setiba di Italia dia menceritakan pengalamannya singgah di negeri Ferlece (Perlak). Disitu dia melihat para pendatang M uslim, yang disebutnya Saraceen(orangArab).
Sulthan Ali M ughayat Syah Seorang raja Aceh yang lebih lihai dan beruntung dari raja-raja sebelumnya, berhasil memproklamirkan KERAJAAN ACEH DARUSSALAM pada hari Kamis, 21 Dzulqaidah 916 H atau 20 Februari 1511 (
16
menurut salah satu sumber sang sulthan sudah berkuasa mulai tahun 1496 ) dan Aceh menjadi salah satu dari SUKU ADI DAYA dikawasannya yang merupakan salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia pada masa itu dan Aceh mencapai puncak kejayaan yang gilang gemilang di jaman keemasan Sulthan Iskandar M uda. Sejarah Kerajaan Aceh Darussalm terukir selama 407 tahun dibumi Ilahi yang berakhir dimasa sulthan M uhammad Daud Syah pada tahun 1903. 2.2.7 Budaya Aceh 2.2.7.1 Rumoh Aceh/ Rumah panggung Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
Gambar 2.1
17
2.2.7.2 Pakaian adat Aceh Pakaian upacara adat gaya Aceh Besar dengan tata warna dan corak-corak sulaman benang emas yang khas. Sulaman khusus pada latar hitam untuk baje meukasah (jas), sarung songket pinggang pria (ija lamgugap) dan wanita (ija pinggang). Meulaboh dan daerah-daerah sekitarnya seperti Bubon dan Lamnau merupakan pusat-pusat kerajinan sulaman yang amat terkemuka untuk baju adat perkawinan dan terkenal dengan sebutan bajee cop meulaboh. Detail kopiah mukeutop Aceh Besar dan pinggir krah boy meukasah yang dihiasi dengan corak sulaman emas. Detail hiasan-hiasan dada, pinggang dan tangan pada busana wanita, upacara adat Aceh Besar yang terdiri atas kaluny bahru (leher). taloesusun Ihee (dada) dan taloe keuing (pinggang). Pergelangan tangan dihias oleh yleung pucok reubany (gelang pucuk rebung).
18
pakaian adat yang dipakai orang Aceh gambar 2.2
Pernak Pernik adat Aceh Gambar 2.3