BAB 2 DATA & ANALISA
2.1 Data Umum 2.1.1 Animasi Pengertian animasi menurut Ibiz Fernandez McGraw- Hill/Osborn, California, 2002 adalah Animation is the process of recording and playing back a sequence of stills to achieve the illusion of continues motion” Yang artinya kurang lebih adalah : “Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan.” Berdasarkan arti harfiah, Animasi adalah menghidupkan.Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. Secara garis besar, animasi computer dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Computer Assisted Animation, animasi pada kategori ini biasanya menunjuk pada system animasi 2 dimensi, yaitu mengkomputerisasi proses animasi tradisional yang menggunakan gambaran tangan. Computer digunakan untuk pewarnaan, penerapan virtual kamera dan penataan data yang digunakan dalam sebuah animasi. b. Computer Generated Animation, pada kategori ini biasanya digunakan untuk animasi 3 dimensi dengan program 3D seperti 3D Studio Max, Maya, Autocad dan lain sebagainya.
2.1.2 Animasi Dokumenter
Animasi dokumenter adalah sebuah genre film yang menggabungkan genre animasi dan dokumenter.Genre ini tidak boleh disamakan dengan film dokumenter tentang sejarah animasi dan TV yang menampilkan kutipan.dalam pengkategorian animasi dokumentar memiliki keluasan dalam ekspresi visual yang didasarkan pada cerita sebenarnya. Membuat film dokumetar adalah suatu tantangan yang sangat dasyat karena diperlukan beberapa pengetahuan lebih pada saat kita akan membuat sebuah film dokumetar. Di sini tidak hanya menuntut kemampuan menggambar tapi pengetahuan tentang informasi yang sebenarnya dengan tema yang kita tentukan Bercerita di Film Dokumenter tentunya tidak semudah dengan kita berucap ayo kita segera bikin film dokumentar. Pertanyaan simple muncul takkala kita hendak mengesekusi Ide dengan tujuan kita sebagai film maker guna membuat film dokumetar. Kata dokumenter juga merupakan kata sifat yang berarti "yang berhubungan dengan, atau berdasarkan, dokumen-dokumen"sekalipun gambar visual bukanlah tokoh manusia layaknya sinetron namun animasi dokumentar memiliki keanehan tersendiri untuk itu. Anehnya, hal yang aneh terjadi dengan yang disebut media non-realistis animasi: begitu kami, penonton, kita sepakat untuk menerima bahwa kita sedang memasuki dunia animasi, kita cenderung untuk menunda ketidakpercayaan dan, yang pada kenyataannya animasi verisimilitude tidak pernah mencapai pendekatan tokoh atau gerak tokoh yang di perankan tetap menjadi keasyikan tersendiri. Telah banyak film ber genre dokumentar yang dikemas dalam bentuk animasi tanpa mengurangi nilai histori yang sebenarnya. Walaupun tokoh di poles dengan bentuk lebih mirip pinokio ataupun aksi gerak kumis sang tokoh, tetapi para animator tetap memegang
storyboard
tepatnya
lucu
tapi
di
(http://www.pasarkreasi.com/content/detail/edutainment/3911/animasi-dokumenter)
mengerti.
2.2 Data Historis 2.2.1 Data Lengkap Biografi Jenderal Anumerta Soedirman
Gambar 2.1 Jenderal Soedirman Sumber
:
http://info-biografi.blogspot.com/2010/04/biografi-jenderal-besar-
soedirman.html Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Beliau adalah Pahlawan sejati rela berkorban demi bangsa dan Negara Indonesia, rela mempertaruhkan segalanya demi kemerdekaan Indonesia yang telah kita nikmati kemerdekaan
itu sekrang.Semoga segala jasa beliau dan perjuangan beliau dapat kita lanjutkan untuk Indonesia yang lebih baik. Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalan keturunan Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem. Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Ketika jaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang.[1] Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR). Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.
Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah.Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI.Selanjutnya dia mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda. Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka.Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang.Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945. Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya. Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut.Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya. Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah.Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya.Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949.Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga
ditangkap oleh tentara Belanda.Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung.Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda. Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal di RI sampai sekarang. (http://info-biografi.blogspot.com/2010/04/biografi-jenderal-besar-soedirman.html) Soedirman Kecil Soedirman adalah Panglima Besar yang dikenal banyak orang namun tidak banyak yang mengetahui tentang orangtuanya. Soedirman lahir dari rahim seorang wanita bernama Siyem soerang gadis berasal dari Desa Parakan Onje, Ajibarang, dan ayahnya yang bernama Karsid dari Desa Tinggarwangi atau lebih dikenal dengan Desa Gentawangi. Profesi yang dilakukan
orangtuanya hanya biasa-biasa saja bahkan bisa disebut kalangan wong cilik, ayahnya bekerja sebagai petani tebu dan ibunya sebagai bakul grabadan. Soedirman lahir dari keluarga wong cilik yang bisa dibilang hidup serba kekurangan.Mereka tinggal di Desa Kalibagor yang terletak di kaki Gunung Pasuruan di sebelah tenggara Purwokerto, antara Sukaraja dan Banyumas. Ketika Siyem mengandung Soedirman mereka sekeluarga pindah dari Desa Kalibagor ke Dukuh Rembang ,Purbalingga. Alasan mereka pindah untuk menemui kakak Siyem yaitu Turidawati yang sering dikenal dengan panggilan Tarsem.Turidawati adalah istri dari R.Cokrosunaryo seorang pejabat asisten wedana atau camat di Bodaskarangjati.Sebagai priyayi R.Cokrosunaryo menjalani hidup dengan berkecukupan itu, dari beberapa penyataan itu lah yang mendorong mengapa keluarga Karsid pindah dari Kalibagor menuju Dukuh Rembah.
Ketika anak Siyem lahir diangkat lah menjadi anak angkat oleh
R.Cokrosunaryo dan diberi nama Soedirman, dan nama Soedirman di beri tambahan yaitu Raden Soedirman. Tanggal kelahiran Soedirman di tetapkan pada dasar keputusan Pengadilan Negeri Purbalingga no. 50 Pdt tanggal 4 Desember 1976, menetapkan bahwa kelahiran Soedirman itu pada tanggal 24 Januari 1916, itu bertepatan dengan tanggal 18 Maulud 1846 tahun Jawa atau sekitar tahun 1336 H. Soedirman kecil tidak lama tinggal di Rembang, Purbalingga, ketika itu Soedirman berumur setengah tahun saat itu R.Cokrosunaryo pensiun dari jabatan camat di Rembang, karena akan di angkat menjadi penasihat Pengadilan Negeri Cilacap. Di Cilacap keluarga R.Cokrosunaryo tinggal di Kampung Manggisan. Begitu juga Karsid dan Siyem mereka tinggal satu komplek dengan R.Cokrosunaryo, Di Cilacap inilah Soedirman tumbuh dan di didik oleh keluarga R.Cokrosunaryo. Soedirman kecil tumbuh menjadi anak yang sopan santun dan pekerja keras, sifat-sifat itu di dapat dari subkultur antara orang tua kandung nya yang wong cilik dengan orang tua
angkatnya
yang dari golongan priyayi. Dari Siyem Soedirman di ajarkan tentang
Kesederhanaan, laku prihatin, kerja keras. Oleh karena itu Soedirman kecil sudah terbiasa melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan atau jarang sekali dilakukan oleh para kaum priyayi, yaitu Soedirman sering memebersihkan rumah,menyirami tanaman, mencuci piring dan menimba air untuk mandi. Sementara dari ibu angkatnya Soedirman di ajarkan berbagai budaya dab adiluhung, seperti adat istiadat, sopan santun, unggah-ungguh, dan menghargai akhlak yang luhur. Soedirman tumbuh menjadi anak yang sangat santun, ramah, tidak pernah menyakiti dan tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor.Soedirman kecil juga patuh dan sangat hormat kepada orang tua meskipun cara-cara tersebut termasuk dengan adat yang mungkin kalau di zaman sekarang dinilai feodal. Dari sisi lain, peran ayah angkatnya juga sangat penting dalam upaya membentuk pribadi Soedirman. Dengan melalui kisah-kisah kesatriaan dan kebegawanan dalam dunia pewayangan, telah banyak andil dalam menumbuhkan sikap ksatria, disiplin, pemberani, tegar menghadapi berbagai persoalan dan mulai tumbuh jiwa pengabdiannya.Soedirman menjadi anak yang patuh dan hormat kepada orang tua, jujur, sederhana, nerimo, disiplin, dan pemberani sekalipun pendiam. Soedirman pada saat kecil suka sekali belajar mengaji di surau. Di surau itu Soedirman diajar kan mengaji oleh K.H.Qahar,di samping K.H.Qahar banyak guru yang mengajarkan dia tentang agama di sekolahnya yang terkenal misalnya Pak Saidun dan R. Moh. Kholil Marto Saputro. Soedirman tubuh menjadi anak yang taat beribadah dan taat pada ajaran agama islam. Pada umur 7 tahun Soedirman bersekolah di HIS Gubernemen, Soedirman bisa masuk sekolah itu karena jabatan yang dimiliki oleh ayah angkatnya. Ketika Soedirman naik ke kelas
VII ia pindah ke sekolah lain yaitu HIS Taman Siswa, namun belum genap satu tahun Soedirman belajar disana, sekolah itu terpaksa ditutup karena kekurangan dana. Ketika Soedirman ingin kembali ke HIS Gubernemen, ia ditolak oleh sekolah itu dan akhirnya Soedirman masuk ke sekolah Wiworotomo di Cilacap. Di Wiworotomo Soedirman dikenal tidak sombong padahal dia adalah anak priyayi, ia juga tidak suka di panggil ndroro sebagaimana layaknya diucapkan masyarakat untuk menghargai keturunan priyayi.
Karena Soedirman sering membimbing kawan-kawanya
sehingga ia dikenal sebagai “pembantu guru” atau sering disebut dengan “guru kecil”. Apalagi di Wiworotomo ini Soedirman juga mendapat didikan guru-guru yang merupakan tokoh pergerakan anti Belanda, seperti R.Sumoyo tokoh BU,dan R.Suwarjo Tirtosupono, seorang lulusan Akademi Militer Breda di Belanda, tetapi ia tidak mau menjadi tentara KNIL dan memilih menjadi orang pergerakan. Selain itu ada R. Moh.Kholil, seorang tokoh Muhammadiyah yang juga ikut membimbing Soedirman. Dari R. Sumoyo, Soedirman mendapat pelajaran tentang paham dan gerakan nasional. Dari R. Suwarjo Tritosupono, ia mendapat pelajaran tentang kedisiplinan dan jiwa kemiliteran seperti kegiatan kepanduan. Sedang dari R. Moh. Kholil, ia mendapat ajaran-ajaran agama. Semua ajaran guru-gurunya itu telah menyatu pada diri Soedirman sehingga ia tumbuh menjadi pemuda yang matang, saleh dan memiliki kedisplinan yang tinggi. Soedirman aktif di organisasi Ikatan Pelajar Wiworotomo, Dalam bidang seni Soedirman ikut Band Wiworotomo. Selain itu ia termasuk salah seorang pemain sandiwara yang cukup dikenal di kalangan sekolah dan masyarakat Cilacap. Sementara dalam bidang olahraga Soedirman sangat berbakat dalam bidang sepak bola. Ia dikenal sebagai back yang cukup
tangguh.Soedirman juga sangat menyenangi baris-berbaris. Dari sini tampak jelas adanya bakatbakat kepemimpinan pada diri Soedirman. (Guru Bangsa Sebuah Biografi Jenderal Sudirman (Sardiman, 2008))
Kepemimpinan Soedirman Pada saat pertempuran di Ambarawa pada akhir November 1945, Soedirman masih menjabat sebagai Komandan Divisi V, melakukan koordinasi dengan Kolonel Isdiman dan ia memberikan motivasi serta semangat tempur bagi para anggota TKR dan pejuang lainnya yang kurang lebih seperti berikut “Sekutu sedang melancarkan devide strategi untuk Jakarta, Surabaya dengan mempergunakan poros Semarang-Yogyakarta sebagai pembelahan untuk mengangkut tahanan dan tawanan perang. Tetapi tujuan sebenarnya adalah devide strategi. Karenanya kita harus mencegah, menggagalkan rencana mereka itu dengan memukul mundur Sekutu dari Magelang, Banyubiru, dan Ambarawa”.Pada saat itu terjadi pertempuran sengit di Ambarawa, karena terdesak Sekutu membawa bala bantuan pada tanggal 26 November1945 yaitu serangan udara dan menewaskan Kolonel Isdiman.Kolonel Soedirman pun langsung turun dan mengambil alih komando pasukan, para pejuang pun menjadi bersemangat dan berkobar-kobar. Gerakan penyusupan dan pengepungan terhadap tentara Sekutu semakin rapih, hari Rabu, tanggal, 5 Desember 1945, Benteng Banyubiru yang telah mendapat tekanan dari pejuan mulai ditinggalkan oleh Sekutu. Hari Minggu, tanggal 9 Desember 1945 Lapangan Kalibanteng di Semarang juga mendapat serangan dari pihak pejuang. Hal ini dimaksudkan untuk menutupi jalur bantuan Sekutu dari udara.
Soedirman mengatur siasat yaitu serangan dadakan dengan taktik Supit Urang, serangan itu dilakukan pada tanggal 12 Desember 1945 dan strategi itu berjalan sukses. Tentara Sekutu pun mundur ke Benteng Willem, tanggal 15 Desember 1945 Benteng Willem berhasil dikepung dan Sekutu pun mundur meninggalkan kota Ambarawa menuju Semarang. Dengan demikian Soedirman berhasil dalam memimpin pertempuran di Ambarawa dengan taktik dan strategi yang cukup efektif, kemenangan itu disambut sukacita oleh para pejuang Indonesia. Namun cara Soedirman menyambut kemenangan ini cukup berbeda karena iya langsung mengambil air wudhu meskipun masih memakai seragam perang,ia segera bersimpuh menjalankan shalat dan sujud syukur. Ia berdoa yang maksudnya kurang lebih seperti ini “Ya Allah ya Tuhan, Maha Besar dan Maha Kuasa Engkau. Engkaulah sumber kekuatan dan kemenangan. Ampunilah hamba-Mu yang lemah dan dhaif ini dan berilah kami kekuatan.” Demikianlah gaya kepemimpinan Soedirman, sebagai komandan ia tidak sombong menyambut kemenangannya.Ia tidak kufur nikmat, ia selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan dan tidak lupa memuji kebesaran dan kekuatan-Nya. Seharusnya pada tanggal 12 November 1945 Soedirman telah memenangkan pemilihan calon Panglima TKR namun akibat situasi keamanan Negara Indonesia masih dalam keadaan mantap karena kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA yang ingin merebut Indonesia kembali maka pelantikan Soedirman di tunda. Dan baru dilaksanakan pada tanggal 18 desember 1945. Sebelum hari “H” pelantikan, para petinggi Negara yaitu Soekarno, Moh.Hatta, Sutan Syahrir dan beberapa anggota yang lain masih ragu tentang pengangkatan Soedirman menjadi Panglima Besar.
Ternyata perjuangan Soedirman di Ambarawa belum dapat meyakinkan Soekarno dan kawan-kawan,namun setelah presiden bertemu empat mata dan becakap-cakap dengan Soedirman barulah Soekarno yakin dan mengangkat Soedirman menjadi Panglima Tertinggi Tentara Indonesia pada tanggal 18 Desember 1945 atas nama pemerintah, barulah pada tanggal 25 Mei 1946 Presiden Soekarno melantik Jenderal Soedirman atas nama Personalia Markas Besar Umum, Personalia Kementerian Pertahanan bagian Militer, Komandan-komandan dan Divisi, Kepala-kepala Staf Divisi, dan Komando Brigade. Dalam pelantikan itu Soedirman mengucapkan sumpah yang berbunyi seperti berikut. “SUMPAH ANGGOTA PIMPINAN TENTARA” Atas nama Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Asih. Demi Allah Kami Jenderal Soedirman atas nama segenap anggota Markas Besar Umum Tentara dan para Kepala Jawatan dan Bagian Tentara yang termasuk ke dalam Kementerian Pertahanan serta para Pimpinan Tentara dan Divisi seluruhnya bersumpah 1.
Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Republik
Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai titik darah penghabisan. 2.
Sanggup taat dan tunduk kepada pemerintah Negara Republik Indonesia
yang menjalankan kewajiban menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan mempertahankan kemerdekaannya sebulat-bulatnya. Yogyakarta, 25 Mei1946 Panglima BesarTentara
Soedirman Dan pada pidatonya ketika selesai dilantik Jenderal Soedirman berpesan agar semua golongan tidak hanya tentara untuk ikut berjuang demi kemerdekaan Indonesia yang utuh dan dia mengingatkan bahwa tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga. Soedirman mendapat ejekan dari Belanda bahwa Indonesia mengangkat guru SD menjadi Panglima Besar, namun Soedirman tetap tabah dan konsisten bahwa ia hanya akan mengabdikan dirinya untuk Republik Indonesia. Jenderal Soedirman adalah seseorang yang ahli dalam strategi dan taktik perang terbukti ketika beliau mengusir Sekutu dari Ambarawa hingga menuju Semarang, dan tujuan yang di emban oleh Soedirman adalah agar Indonesia dapat menegakkan proklamasi dan mencapai kemerdekaan secara penuh. Hanya dengan kemerdekaan penuh itulah bangsa Indonesia memiliki kebebasan di segala bidang dan mampu berdiri tegak di tengah-tengah bangsa lain. Soedirman ingin mempersatukan kelompok-kelompok kelaskaran dan barisan bersenjata dengan TRI (Tentara Republik Indonesia), namun usaha itu tidak mudah karena Soedirman dihadang oleh kendala psikologis dan organisatoris. Soedirman sempat protes terhadap kebijakan presiden yang membiarkan Amir Syarifuddin yang memberikan faham komunis. Bahkan Soedirman sekalipun tidak mendukung gerakannya, dapat menerima ide perjuangan kelompok “Persatuan Perjuangan” (PP) dibawah Tan Malaka
yang menuntut bahwa Indonesia akan berunding dengan pihak musuh, harus
didasarkan pada pengakuan kemerdekaan RI 100 persen. Dan akhirnya hubungan antara Soedirman dengan Soekarno menjadi renggang terjadi ketengangan di antara kedua belah pihak, Soedirman difitnah bahwa dia ingin mengkudeta Soekarno namun Soedirman menepisnya, “Saya
tidak akan berusaha ke jurusan itu. Bahkan saya akan menolak jika kursi Presiden disodorkan kepada saya.” Soedirman masuk rumah sakit karena terkena Tuberkulosis, namun perjuangan beliau belum berhenti. Soedirman pernah memanggil para pejuang dengan sebutan “anak-anaknya dan murid-muridnya.” Beliau memberikan pesan “Lebih baik menjadi burung elang rajawali yang merdeka, yang dapat terbang ke sana ke mari, dari pada hidup mewah didalam sangkar emas.” Demikian tegas Panglima Perang Soedirman.Ia memulai memimpin revolusi. Ketika pangkalan udara di Maguwo jatuh ketangan Belanda dan Belanda semakin gencar mendesak Indonesia maka Jenderal Soedirman yang sedang terbaring sakit seperti mendapat kekuatan baru langsung mengambil alih komando perang. (Guru Bangsa Sebuah Biografi Jenderal Sudirman (Sardiman, 2008) Penghormatan Terakhir di Semaki Berjalan tertatih-tatih, Letnan Jenderal Soedirman memasuki rumah dinasnya di Jalan Bintaran Wetan, Yogyakarta. Di depan pintu pintu, sang istri, Siti Alfiah, menyambutnya. Soedirman pulang setelah dua pekan meninggalkan istri dan enam anaknya untu memimpin operasi penumpasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia di Madiun, Jawa Timur. Malam itu, akhir September 1948, di kediamannya yang kini menjadi Museum Sasmitaloka, Soedirman terlihat ringkih.Kepada istrinya, dia mengeluh tak bisa tidur selama di Madiun.Soedirman rupanya begitu terpukul menyaksikan pertumpahan darah yang terjadi di antara rakyat Indonesia itu.Peristiwa Madiun membuat batin Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia itu nelangsa.
“Selain kelelahan berat, Bapak tertekan batinnya karena peristiwa itu,” ujar Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, putra bungsu Soedirman, yang mendapat cerita dari ibunya.Teguh waktu itu belum lahir.Ia lahir pada pengunjung 1949. Malam itu, kendati kondisi kesehatanya turun, Soedirman tetap mandi dengan air dingin. Saran sang istri agar ia mandi air hangat tak diindahkan. Menurut Teguh, inilah awal petaka bagi ayahnya. “Esoknya, Bapak terkapar di tempat tidur,” katanya. Ketika hari ulang tahun tentara tiba, 5 Oktober 1948, Soedirman, yang masih sakit, mengunjungi Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogya. Di sana ia melakukan tabur bunga ke pusara anggota tentara korban pemberontakan PKI Madiun. Sepulang dari tabur bunga, kesehatanya memburuk. Kendati ia sakit, kegemarannya merokok tetap tak bisa dihilangkan. Sesekali, sembari terbaring, dia mengisap rokok kretek.Istrinya tak berani melarang. “Bapak memang perokok berat,” ujar Teguh. Karena Soedirman tak kunjung pulih, menurut Soekanto S.A. dalam bukunya, Perjalanan Bersahaja Jenderal Sudirman, diutus sejumlah dokter tentara memeriksa kesehatannya. Tim dokter muda itu mendiagnosis ia menderita tuberkulosis, infeksi paru-paru. Keluarga Soedirman meminta dua dokter tentara senior, Asikin Widjajakoesoemah dan Sim Ki Ay, melakukan pemeriksaan ulang.Keluarga tak percaya karena Soedirman tak punya riwayat penyakit itu. Tapi hasil pemeriksaan dua dokter tersebut tak jauh beda dengan pendahulunya. Atas saran Asikin, Soedirman dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih, Yogya. Soegiri, bekas ajudan Soedirman, menulis bagaimana saat Sang Jenderal dirawat di rumah sakit Katolik itu.Soedirman, tulis Soegiri (tulisannya ada dalam jurnal yang tersimpan di Museum Sasmitaloka), dirawat di kamar 8 Bangsal Maria, yang terdapat di bagian depan.
Soedirman, menurut Soegiri, terkena pulmonary tuberculosis.Penyakit itu diketahui Soegiri dari dokter yang merawat Soedirman. Menurut Soegiri, obat yang dibutuhkan Soedirman hanya ada di Jakarta. Kalaupun sampai ke Yogya, kata dia, obat itu harus melalui jalur penyelundupan.Jakarta, kala itu, diduduki tentara sekutu. Karena Soedirman butuh penanganan cepat, tim dokter memutuskan melakukan operasi untuk
menyelamatkannya
dengan
cara
membuat
satu
paru-parunya
tak
berfungsi.
Komplikasinya, kata Soegiri, memang sudah sedemikian rupa, sehingga membuat dokter menempuh cara tersebut. Pascaoperasi, menurut Soegiri, tim dokter berbohong kepada Soedirman. Mereka mengatakan operasi itu cuma mengangkat satu organ kecil di paru-paru yang menghambat saluran pernapasan.Adapun, menurut Teguh, ibunya diberi tahu dokter perihal operasi itu. “Sejak itu, Bapak bernapas dengan separuh paru-paru,”katanya. Setelah operasi, Soedirman diminta beristirahat lebih lama.Ia juga dilarang keras merokok. Menurut Soegiri, ketika hari jadi ke-25 rumah sakit itu, Soedirman khusus menulis sajak kado ulang tahun. Sajak lima alinea itu berjudul “25 Tahun Rumah Nan Bahagia”. Isinya, ucapan terima kasih Soedirman karena mendapat perawatan yang baik selama di sana. Tulisan asli sajak itu kini diletakan di bawah monumen Jenderal Soedirman di area Panti Rapih.Monumen itu tak jauh dari kamar Soedirman dirawat. Sebulan melakuakn pemulihan di rumah sakit, Soedirman pulang kerumahnya di Bintaran.Ketika di rumah, kata Teguh, Soedirman pernah beberapa kali tak bisa menahan hasrat ingin merokok. Perilaku ini, lagi-lagi, justru memperburuk kesehatanya.”Bapak pernah muntah darah,” ujar Teguh.
Pada 17 Desember 1948, keajaiban datang. Soedirman tiba-tiba bisa bangkit dari tempat tidur.Sebelumnya, sepulang dari Pantih Rapih, ia selalu berbaring di ranjang. Hari itu, kepada istrinya, Soedirman berkata memiliki firasat Belanda akan melakukan agresi. Dua hari berselang, firasat Sang Jenderal terbukti: Belanda membombardir Yogya, yang saat itu ibu kota Indonesia. Ia pun memilih mengakhiri cutinya. Dengan diusung tandu, hampir delapan bulan, Soedirman keluar masuk- hutan memimpin gerilya dari luar Yogya. Pernah suatu ketika ia tidak makan selama lima hari. Dengan perut kosong, Soedirman menembus medan yang diguyur hujan lebat. Sesampai di Pacitan, Jawa Timur, ia sakit. Anak buahnya terpaksa mendatangkan dokter dari Solo. Lantaran kesehatannya di medan gerilya memburuk, ditandu anak buahnya, pada 10 juli 1949, Soedirman dibawa masuk Yogya. Dia langsung diboyong ke Panti Rapih.Kala itu Yogya sudah dalam kekuasaan Belanda. Rika, suster yang merawat Soedirman, kala itu menulis pengalamannya saat bersama jenderal besar ini. Menurut dia, saat itu Soedirman dirawat dengan nama samaran: Abdullah Lelana Putra. Pengakuan Rika pada 1985 itu dimuat sebuah surat kabar yang naskahnya kini tersimpan juga di Museum Sasmitaloka. Soedirman memakai nama samaran supaya keberadaannya tak diketahui Belanda. Di Panti Rapih, Soedirman masih memimpin rapat kabinet bersama Presiden Sukarno membahas upaya mempertahankan kemerdekaan. Hanya dua pekan ia dirawat di sana. Setelah itu, Soedirman kembali ke rumah. Setelah Belanda bersedia melakukan gencatan senjata pada Oktober 1949, memintanya kembali ke Panti Rapih. Tapi ia memilih beristirahat di wisma tentara di Badakan, Magelang.
Tapi tetirah sejuk dengan pemandangan Gunung Sumbing itu tak bisa membuat kesehatan Soedirman membaik. Tiga bulan disana, ia kerap muntah darah. Juga di tempat tidur.Dokter Husein dari Rumah Sakit Magelang bolak-balik memeriksa dan menungguinya. “Saat itu, Bapak tinggal tulang dan kulit saja,” kata Teguh. Seolah-olah mendapat firasat hari kematiannya segera tiba, pada 18 Januari 1950, Soedirman meminta sejumlah petinggi tentara menemuinya di Badakan. Esok harinya, ia memanggil istri dan tujuh anaknya. Seperti kepada para petinggi tentara, ia juga memberi wejangan kepada istri dan anak-anaknya. Tak sepenuhnya pertemuan dengan keluarganya diisi wejangan, Soedirman juga sempat bergurau. Kepada keluarganya, misalnya, ia menyatakan sebenarnya ingin seperti Lurah Pakis, kenalannya, yang hidup sampai tua dan bisa menimang cucu. Pada Senin, 29 Januari 1950, Soedirman kembali di kelilingi istri dan anak-anaknya. Kondisi tubuhnya makin lemah.Berlinang air mata, Siti Alfiah meminta suaminya tegar.Soedirman menatap istrinya dan meminta perempuan yang dikasihinya tersebut menuntunnya membaca kalimat tauhid. “Satu kalimat terucap, Bapak kemudian mangkat,” kata Teguh. Soedirman pergi dalam usia muda, 34 tahun. Esok harinya, ribuan orang ikut mengantarkan jenazahnya ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.Hari itu hujan turun lebat mengguyur Kota Yogya.Tembakan salvo satu regu tentara di pemakaman Semaki mengantar jenderal besar itu ke tempat peristirahatan terakhirnya. (Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir (Tempo, 2012) )
2.3 Foto – Foto semasa hidup dan penguburan Jenderal Soedirman
Gambar 2.2 Foto semasa hidup Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.3 Foto semasa hidup Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.4 Foto semasa hidup Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.5 Foto semasa hidup Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.6 Foto semasa hidup Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.7 Foto semasa hidup Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.8 Foto semasa hidup Jenderal Soedirman bersama Presiden Soekarno Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.9 Foto Wafatnya Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.10 Foto prosesi pemakaman Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.11 Foto prosesi pemakaman Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.12 Foto prosesi pemakaman Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.13 Foto prosesi pemakaman Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.14 prosesi pemakaman Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.15 foto prosesi pemakaman Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.16 foto prosesi pemakaman Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.17 foto istri Jenderal Soedirman di pusara Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Gambar 2.18 foto janji Jenderal Soedirman Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
2.4 Target Audiens 2.4.1 Target Primer Berusia sekitar 17-25 tahun, laki-laki atau perempuan, tinggal dijakarta atau kota besar lainnya, memiliki pengetahuan dan pendidikan minimal SMA atau Perguruan Tinggi, memiliki ketertarikan di bidang sejarah, ilmu pengetahuan, film, animasi, komik. Tingkat kemampuan ekonomi semua kalangan dari rendah hingga ke atas. 2.5 Analisa Kasus 2.5.1 Faktor Pendukung dan Penghambat 2.5.1.1 Faktor Pendukung 1. Masih jarangnya serial animasi di Indonesia yang mengangkat cerita dari tokoh sejarah atau pahlawan. 2. Animasi kini banyak diminati masyarakat sehingga membuat film animasi dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk masyarakat Indonesia 3. Menjadi salah satu pilihan tontonan alternatif sebagai hiburan sekaligus membuka wawasan tentang sejarah, terutama tentang kisah hidup Jenderal Soedirman yang sebelumnya tidak banyak diungkap. 4. Dengan animasi dapat menggambarkan kejadian yang sulit di visualisasikan oleh masyarakat Indonesia.
2.5.1.2 Faktor Penghambat 1. Masih banyak masyarakat yang kurang tertarik untuk mengetahui sejarah atau
kisah
para pahlawan bangsa. 2. Sulitnya mencari data tentang Soedirman. 3. Banyaknya opini yang di masukan ke fakta sehingga sulit menetukan apakah
ini
fakta atau opini. 4. Karena keterbatasan waktu sehingga riset data tidak mencakup ke semua detail perjalanan hidup Jenderal Soedirman 2.5.1.3 Analisa Biografi Jenderal Soedirman dan Penetapan-penetapannya Melihat dari sumber-sumber yang menjadi dasar penulis dalam membuat dokumenter animasi ini. Maka akan dibuat dokumenter Animasi Biografi Jenderal Soedirman yang meliputi profil-pribadinya, pendidikan/sekolah yang pernah diikutinya, pembentuk karakter Jenderal Soedirman, cara kepemimpinan Jenderal Soedirman, kontribusi dan strateginya ketika berperang. Dimana hal-hal tersebut berhubungan dengan sisi nasionalisme perjuangan Jenderal Soedirman terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia.