BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Unggas terutama ayam merupakan salah satu sumber protein utama bagi manusia walaupun sekarang banyak sumber protein selain daging ayam, namun masyarakat lebih memilih daging ayam sebagai sumber protein. Seiring dengan berkembangnya populasi manusia maka kebutuhan akan daging ayam semakin tinggi. Tingginya
kebutuhan
masyarakat
akan
daging
ayam
membuat
proses
pengembangbiakanya menjadi sangat penting. kenyataanya tersebut membuat kebutuhan yang begitu tinggi akan daging ayam tidak diseimbangi dengan proses pengembangbiakannya yang
tidak optimal karena banyaknya faktor yang
menyebabkan telor ayam tidak menetas seperti faktor suhu (Temperatur) , Ventilasi (Ventilation), kelembapan udara (Humidity) dan posisi telor saat di inkubator (Egg Turning). Kemampuan penetasan ayam juga terbatasnya pada induk ayam yang hanya dapat mengeramkan satu telur hanya untuk satu induk, karena alasan tersebut penulis membuat alat penetas telur yang dapat mengatur faktor – faktor yang ada diatas dengan automatis. Salah satu Faktor yang dibutuhkan untuk menetaskan telur ayam adalah menjaga suhu telur agar selalu stabil, berdasarkan referensi suhu didalam inkubator sebaiknya 38o C - 40o C untuk perkembangan embrio di dalam telur jika suhu di dalam inkubator adalah dibawah 70oF (21,11oC) maka embrio tidak mengalami perkembangan bila
1
2
embrio mengalami perkembangan dalam suhu dibawah yang disyaratkan dalam waktu yang lama maka embrio tersebut akan menjadi anak ayam yang memiliki organ – organ. Perkembang yang tidak proporsional akan terjadi jika suhu dibawah yang telah ditentukan, bila dilakukan secara terus menerus maka akan menyerang organ penting seperti jantung dan hati, dan bila embrio berkembang diatas suhu yang ditentukan maka akan mempengaruhi susunan syaraf dari embrio tersebut. Parameter lain selain suhu adalah kelembapan yang sangat berperan dalam proses pengeraman telur ayam didalam inkubator karena kelembapan sebuah telur sangat mempengaruhi keadaan telur ketika telah retak. Pada awalnya sebaiknya kelembapan di inkubator 52%RH – 53%RH. Setelah itu, jika setengahnya telur telah retak maka kelembapan akan diubah menjadi 70%RH – 75%RH, kelembapan ini merupakan salah satu yang sangat penting karena bila kelembapan dibawah rata – rata akan terjadi peningkatan penguapan udara dari kulit telur yang dapat menyebabkan embrio ayam tidak kuat memecahkan kulit telur yang disebabkan lapisan dalam telur terlalu keras dan sebaliknya bila kelembapan terlalu tinggi menyebabkan kulit telur terlalu tipis dan embrio tidak dapat bertahan lama. Ventilasi (Ventilation) sangat penting didalam inkubator karena mempengaruhi sirkulasi udara didalam inkubator dan pertukaran CO2 dengan adanya sirkulasi ini penyebaran suhu dan kelembapan jadi lebih merata . Penempatan ventilasi ini sangat berpengaruh dalam proses inkubasi karena dengan penempatan yang benar maka sirkulasi udara akan lancar. Posisi telur saat di inkubator sangat mempengaruhi embrio dalam telur untuk menjaga embrio tidak menempel pada kulit telur itu sendiri. Pada umur 1 sampai dengan 18 hari
3
telur harus diputar minimal 6 jam sekali untuk menjaga agar embrio tidak menempel dan arah mesin penetas telur harus searah agar kelembapan dan suhunya lebih merata. Bila kita bandingakan mesin penetas telur dengan cara pengeraman secara dieramkan oleh induk ayam mesin penetas telur lebih efektif karena dalam sekali menetaskan mesin penetas telur tidak hanya bisa menetaskan satu telur tapi bisa lebih dari satu tergantung dari ukuran rak dan inkubator yang digunakan , maka untuk menggantikan induk ayam mesin penetas telur ini lebih efektif. M esin penetas telur yang ada dipasaran sebagian besar terutama dalam negeri masih menggunakan sistem kerja secara manual , terutama dalam hal pemutar rak telur. Untuk suhu mesin manual menggunakan thermostat sehingga hanya menggunakan kontrol on dan off untuk heaternya. M esin tetas yang sekarang beredar di pasaran ada juga yang tidak dilengkapi oleh kipas sebagai pendingin dan perata panas dalam mesin sehingga panas dalam mesin kurang merata , untuk memenuhi kekurangan alat yang beredar di pasaran tersebut penulis mencoba untuk membuat sebuah alat penetas telur dengan sistem yang lebih mudah untuk digunakan. Alat yang penulis buat ini menggunakan sistem pengatur suhu secara digital yaitu dengan menggunakan sensor suhu dan kelembapan, rak pemutar yang dapat berputar secara otomatis, dan kipas sebagai ventilasi, pemerata suhu serta pendingin dalam inkubator. Alat penulis juga dilengkapi dengan webcam yang berguna untuk memantau perkembangan telur saat akan menetas di dalam inkubator semua itu penulis buat untuk meningkatkan persentasi keberhasilan menetaskan telur.
4
1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana mengatur agar suhu
lingkungan
di luar inkubator tidak
mempengaruhi suhu di dalam inkubator 2. Bagaimana mengatur suhu didalam inkubator agar selalu sesuai dengan syarat suhu untuk menetaskan telur 3. Bagaimana membuat alat dengan sistem pergerakan rak tanpa membuat goncangan yang dapat mempengaruhi embrio 4. Bagaimana membuat mesin tetas agar nyaman dan gampang digunakan 5. Bagaimana membuat mesin penetas telur yang tidak hanya bisa melihat telur dari luar inkubator tapi juga dapat melihat telur dilayar monitor
1.3 Ruang Lingkup Penelitian Alat penetas telur yang penulis buat terbatas untuk menetaskan telur unggas terutama ayam karena telur ayam mudah ditemukan dan merupakan sumber salah satu protein yang penting untuk manusia, juga tidak memilik musim bertelur sehingga telurnya gampang kita cari dan tidak memerlukan waktu pengeraman yang cukup lama dari telur hingga menjadi anak ayam. Dalam sistem penetas telur penulis membuat sistem penetas dengan kapasitas 20 telur dalam waktu sekali mengeramkan, karena penulis menyesuaikan dengan ukuran alat penetas telur.
5
1.4 Tujuan Tugas Akhir Tujuan tugas akhir adalah membuat alat penetas telur dengan sistem pengaturan temperatur dan kelembapan secara atomatis serta dilengkapi dengan webcam.
1.5 Metodelogi Penelitian Rancangan penulisan yang penulis lakukan sesuai dengan langkah – langkah berikut : 1.5.1
1.5.2
S tudi literature : •
Penggunaan sensor
•
Datasheet komponen
•
Pemrograman mikrokontroler
•
Komunikasi mikrokontroler dengan komputer
•
Pemrograman aplikasi PC
Perencanaan dan Perancangan Sistem Data yang dihasilkan pada LCD adalah nilai yang didapatkan dari sensor suhu dan kelembapan yang ada di dalam inkubator
setelah
terlebih dahulu mengalami kalibrasi oleh mikrokontroler, data nilai yang digunakan untuk memunculkan gambar dimonitor adalah
data
yang berasal dari webcam , apabila temperatur yang diukur dengan suhu terlalu rendah dan dibawah suhu yang ditentukan maka heater pemanas akan dihidupkan hingga sesuai dengan suhu yang ditentukan didalam inkubator untuk telur maka heater akan mati , begitu juga pada kelembapan.
1.5.3
6
Pemrograman M ikrokontroler yang penulis gunakan adalah AVR dengan compiler CodevisionAVR.
1.5.4
Pengujian Untuk menguji alat penetas yang penulis buat menggunakan alat pengukur
terutama
untuk
suhu
dan
kelembapan
penulis
membandingkan hasil pengukur sensor dengan alat pengukur berupa termometer dengan higrometer . 1.5.5
Pengambilan Kesimpulan Penarikan kesimpulan berdasarkan keberhasilan alat untuk menetaskan telur terhadap alat penetas telur konvensional .
1.6 Sistematik Pembahasan 1. BAB 1 PENDAHULUAN dimana dibab ini akan dijelaskan tujuan, rumusan masalah, dan latar belakang pembuatan alat. 2. BAB 2 LANDASAN TEORI dimana dibab ini peneliti akan membahas teori apa saja yang kita gunakan untuk membuat tugas akhir. 3. BAB 3 PERANCANGAN SISTEM dibab ini akan dibahas tentang desain penulisan dan perancangan alat . 4. BAB 4 IMPLEM ENTASI DAN EVALUASI dibab ini akan dibahas tentang pengujian alat dan analisa data yang didapat. 5. BAB 5 KESIM PULAN DAN SARAN dibab ini akan dibahas tentang kesimpulan yang diperoleh beserta saran.