BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan bahasa nasional yang digunakan secara resmi di negara Jepang oleh kurang lebih 125 juta penutur. (Parkvall, 2010) Bahasa Jepang juga merupakan salah satu bahasa asing yang cukup banyak dipelajari. Ada sekitar 3,99 juta pembelajar bahasa Jepang di seluruh dunia menurut
“Survey Report on
Japanese-Language Education Abroad 2012” yang diterbitkan oleh Japan Foundation. Berdasarkan hasil survei tersebut, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan penduduk yang mempelajari bahasa Jepang terbanyak di dunia. Tabel 1.1.1 Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang (2012)
Sumber: Japan Foundation (2012) Akan tetapi, bahasa Jepang memiliki tata bahasa yang amat berbeda dengan tata bahasa Indonesia. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa Jepang di Indonesia. Tidak mudah memahami makna dari tata bahasa Jepang. Karena itu, pemahaman mengenai linguistik bahasa Jepang merupakan hal yang cukup penting. Linguistik sendiri merupakan suatu bidang ilmu yang yang berasal dari kata Latin lingua yang berarti ‘bahasa’, ‘linguistik’ berarti ‘ilmu bahasa’. (Verhaar, 2004:3) Objek dari ilmu linguistik adalah bahasa. Linguistik bahasa Jepang adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bahasa Jepang. Beberapa cabang dari ilmu linguistik bahasa Jepang adalah fonetik (onseigaku), fonologi (on-in-ron), morfologi (keitairon), 1
2
sintaksis (tougoron), semantik (imiron), pragmatik (goyouron), sosio-linguistik (shakai gengogaku), dll. (Sutedi, 2011:6) Dalam memahami bahasa Jepang, memahami gramatika atau tata bahasa Jepang juga merupakan satu hal yang penting. Gramatika merupakan aturan-aturan mengenai bagaimana menggunakan dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat. (Iwabuchi dalam Sudjianto, 2004:133) Karena kalimat terdiri dari kata-kata, maka dalam mempelajari gramatika bahasa Jepang kita perlu juga mengenal kelas kata dalam bahasa Jepang. Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi bunrui. Klasifikasi kelas kata dalam bahasa Jepang terdiri dari jiritsugo dan fuzokugo. Kata yang dapat berdiri sendiri dan dapat menunjukkan arti tertentu disebut jiritsugo (doushi ‘verba’, keiyoushi ‘kata sifat’, meishi ‘nomina’, rentaishi ‘prenomina’, fukushi ‘adverbia’, setsuzokushi ‘konjungsi’, dan kandoushi ‘interjeksi’). Sedangkan kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki arti tertentu disebut fuzokugo (joshi ‘partikel’ dan jodoushi ‘verba bantu’) (Sudjianto, 2004:137). Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis penggunaan ni naru dan to naru. Baik bentuk ni naru maupun to naru, terbentuk dari kelas kata partikel dan verba. Verba merupakan kelas kata yang dipakai untuk menyatakan suatu aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Partikel dalam bahasa Jepang merupakan kelas kata yang menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi (Sudjianto, 2004:149,181). Verba dalam bahasa Jepang terdiri dari jidoushi (kelompok verba yang tidak berarti mempengaruhi verba lain) dan tadoushi (kelompok verba yang menyatakan arti mempengaruhi pihak lain). Verba naru yang berarti ‘menjadi’ merupakan jidoushi atau dalam bahasa indonesia adalah verba intransitif yang tidak memerlukan objek. Verba naru menunjukkan perubahan, namun tidak menunjukkan hasil dari perubahan tersebut. Sehingga diperlukan partikel ni dan to untuk melengkapi maknanya, yaitu menunjukkan hasil dari perubahan tersebut. (Suzuki,2000:83-84). Partikel ni dan to merupakan salah satu contoh kakujoshi. Kakujoshi merupakan partikel yang berada di belakang nomina dan menempel pada predikat. (Felicia, 2006:6) Partikel ni dan to berada di belakang nomina yang merupakan hasil dari perubahan dan menempel pada verba naru yang menunjukkan perubahan.
3
Bentuk ni naru dan to naru sendiri merupakan ruigihyougen. Ruigihyougen merupakan ungkapan yang bersinonim baik itu nomina, adjektiva, maupun verba. (Nirmala, 2014:2) Miyajima juga menjelaskan dalam bukunya “Nihongo Ruigihyougen no Bunpou (Ue)” (1995:i) bahwa makna dari suatu kata dapat didefinisikan dengan tepat, jika perbedaannya dibandingkan dengan kata lain. Jika hanya sekilas saja,
mungkin kesannya definisinya sudah benar. Namun setelah
dibandingkan dengan kata lain, bisa jadi definisi tersebut masih kurang lengkap, masih kurang memadai. Misalnya saja kata “berjalan”. Kita dapat mendefinisikan kata “berjalan” sebagai “gerakan berpindah tempat di permukaan tanah dengan menggunakan kaki”. Definisi ini tidak salah, tetapi jika kita bandingkan dengan kata “berlari”, kita tahu bahwa definisi kata “berjalan” yang tadi kita ungkapkan masih kurang tepat. Meski ungkapan bersinonim dalam bahasa Jepang dapat diartikan dengan kata yang sama ketika diterjemahkan ke dalam bahasa lain, tetapi belum tentu penggunaannya dapat saling menggantikan satu sama lain. Terkadang, terdapat perbedaan nuansa sehingga perlu memperhatikan konteks dalam menggunakan ungkapan bersinonim tersebut secara tepat. Karena ungkapan bersinonim dalam bahasa Jepang ini cukup menarik, penulis memutuskan untuk meneliti salah satu ungkapan bersinonim yang penulis ketahui, yaitu ni naru dan to naru. Bentuk “ni naru” dan “to naru” sama-sama dapat diterjemahkan sebagai ‘menjadi’ dalam bahasa Indonesia. Baik partikel ni maupun partikel to nya samasama menunjukkan hasil perubahan, tetapi bukan berarti penggunaannya bisa saling menggantikan satu sama lain. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti penggunaan ungkapan ni naru dan to naru. Meskipun kedua ungkapan ini bersinonim, tetapi terdapat perbedaan nuansa sehingga penggunaannya harus memperhatikan konteks. Penulis akan menganalisa makna dan penggunaan masingmasing ungkapan dalam contoh kalimat yang mengandung ni naru atau to naru. Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memperdalam pemahaman akan penggunaan ni naru dan to naru dalam kalimat secara tepat. Untuk meneliti penggunaan masing-masing ungkapan tersebut, penulis akan menggunakan Alkitab Kristen bahasa Jepang sebagai sumber data. Penulis akan menggunakan ayat-ayat yang mengandung masing-masing ungkapan tersebut
4
sebagai data. Alkitab sendiri merupakan kumpulan 66 kitab yang ditulis oleh penulis yang berbeda pada zaman yang berbeda pula. Kitab-kitab tersebut ada yang ditulis dalam bahasa Yunani dan ada yang ditulis dalam bahasa Ibrani, juga sedikit menggunakan bahasa Aram dan bahasa Latin. Arkeolog yang menemukan kitabkitab tersebut pada zaman dahulu dan disusun oleh para ahli menjadi sebuah Alkitab yang diakui dan dibaca oleh mayoritas orang Kristen di seluruh dunia. Sekarang ini, Alkitab telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan beredar di seluruh dunia. Alkitab bahasa Jepang merupakan Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Ada beberapa alasan penulis menggunakan Alkitab bahasa Jepang sebagai sumber data. Pertama adalah karena isinya yang beragam. Setiap kitab dalam Alkitab memiliki karakteristik dan gaya penulisan yang berbeda-beda. Ada kitab yang berupa sajak seperti kitab Mazmur dan Amsal, ada yang berupa narasi seperti kitab Kejadian dan Keluaran, ada juga yang berupa surat seperti kitab Efesus dan Filipi. Penulis berharap melalui isi yang kaya ini, penulis dapat menemukan contoh-contoh penggunaan ni naru dan to naru dalam konteks yang beragam. Alasan kedua adalah masalah terjemahan. Alkitab telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia, termasuk bahasa Jepang, Inggris, dan Indonesia. Alkitab terjemahan bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (disingkat LAI) juga sudah diakui dan digunakan oleh mayoritas orang Kristen di Indonesia. Dengan adanya berbagai referensi terjemahan, penulis tidak perlu khawatir akan adanya ketidaktepatan dalam proses penerjemahan contoh-contoh kalimat yang akan penulis analisa nantinya. Ada beberapa versi Alkitab bahasa Jepang yang sering digunakan oleh orangorang Kristen di Jepang yaitu, Shinkyoudoyaku, Shinkaiyaku, Kougoyaku, dan Kaifukuyaku. Penulis akan menggunakan terjemahan versi Kaifukuyaku dalam penelitian ini. Alasannya adalah karena pada versi terjemahan ini terdapat garis besar isi setiap kitab dan juga terdapat keterangan catatan kaki setiap ayat sehingga sangat membantu dalam penelitian sebagai acuan bila ada bagian-bagian tertentu dalam ayat yang kurang dimengerti. Penulis menggunakan Kaifukuyaku versi online untuk memudahkan dalam pencarian data. Selain itu, juga karena versi cetaknya masih sulit didapatkan di Indonesia.
5
1.2 Masalah Pokok Penulis akan menganalisis penggunaan
「になる」dan「となる」dalam Alkitab
Perjanjian Baru Bahasa Jepang versi Online Kaifukuyaku sebagai permasalahan pokok dalam penelitian ini.
1.3 Formulasi Masalah Formulasi masalah yang akan penulis teliti adalah beberapa penggunaan bentuk
「になる」dan「となる」 dalam suatu kalimat yang kemudian dijabarkan sesuai dengan kategori penggunaannya dan dikaitkan dengan keadaan yang diceritakan dalam teks Alkitab Perjanjian Baru Bahasa Jepang.
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti penggunaan bentuk
「になる」 dan 「となる」 yang
terdapat di dalam ayat-ayat pada Alkitab Perjanjian Baru Bahasa Jepang versi Kaifukuyaku. Penulis membatasi penelitian ini pada empat Kitab Injil saja, yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes sebagai korpus data.
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk memahami penggunaan bentuk
「になる」 dan 「となる」 sebagai ungkapan yang bersinonim namun
memiliki perbedaan nuansa. Selain itu, penulis juga berharap dari penulisan ini, para pembelajar Bahasa Jepang memperoleh manfaat dalam menambah wawasan dan informasi mengenai ungkapan bersinonim dalam bahasa Jepang, terutama pengunaan
「になる」dan「となる」 dalam suatu kalimat, baik lisan, maupun tulisan.
6
1.6 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa buku yang berbahasa Indonesia, Inggris dan Jepang dari perpustakaan Binus University dan The Japan Foundation. Selain itu, penulis juga menggunakan beberapa jurnal dan situs atau aplikasi online di internet. Penulis akan membahas mengenai penggunaan bentuk
「になる」 dan 「となる」 dalam Alkitab Perjanjian Baru Bahasa Jepang versi Kaifukuyaku.
「になる」dan「とな る」yang dilakukan oleh Sakuma (2013). Sakuma meneliti penggunaan「になる」 dan「となる」dengan menyebarkan angket pada orang-orang Jepang yang berasal Sebelumnya sudah ada penelitian mengenai penggunaan
dari seluruh Jepang. Dalam angket itu, Sakuma membuat soal contoh kalimat yang berisi pilihan, apakah sebaiknya dalam kalimat itu menggunakan
「となる」.
「になる」atau
Pada tahun 2008, Kikuchi meneliti penggunaan partikel ni dan to yang menunjukkan hasil perubahan. Dalam penelitian tersebut, Kikuchi menggunakan beberapa teori rujukan, yaitu teori dari Matsuo (1936),
Tanaka (1977), Morita
(1980), dan Park (1988). Teori-teori dari jurnal inilah yang akan penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Sementara Kikuchi dalam jurnalnya membahas mengenai partikel ni dan to, penulis dalam penelitian ini akan membahas bentuk
「になる」dan「となる」yang sudah tentu menyatakan perubahan.
Dengan demikian, penulis akan mengambil teori rujukan dari jurnal Kikuchi yang memiliki keterkaitan dengan
「になる」dan「となる」yang dapat diteliti melalui
korpus data Alkitab Perjanjian Baru bahasa Jepang versi Kaifukuyaku.