BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pengguna internet telah berlipat ganda dari hari ke hari seperti lompatan kuantum dalam jumlah. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Tim komputer Network ITB pada tahun 1996 mencatat jumlah pemakai internet di Indonesia mencapai 25.000 – 30.000 orang. Jumlah itu meningkat menjadi • 800 ribu orang pada tahun 1999. Menurut data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), jumlah tersebut meningkat tajam menjadi sekitar 2 juta orang pada akhir tahun 2000. Pada akhir 2006, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 18 juta orang. Menurut Dirut PT Telkom, Arwin Rasyid, dengan jumlah pengguna internet sebesar 18 juta, pengguna internet di Indonesia menjadi yang terbesar di kawasan Asia. Dari jumlah tersebut, di tahun 2007 ini, menurut Sylvia W. Sumarlin, Ketua Umum APJII, pengguna internet di Indonesia berpotensi untuk bertambah 5 juta menjadi 23 juta pengguna. Dan jumlah ini akan terus melonjak, diperkirakan mencapai 60 juta pengguna pada tahun 2010. Bagi para pelaku bisnis di Indonesia, Internet mulai dijadikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas bisnis perusahaan, termasuk para pelaku bisnis industri besi-baja, seiring dengan perkembangan industri besi-baja di Indonesia. Berdasarkan data dari Gabungan Asosiasi Produsen Besi Baja Seluruh Indonesia (Gapbesi), pada tahun 1996 konsumsi besi baja di Indonesia telah mencapai 4,42 juta MT (Metrik Ton), mengalami penurunan/resesi di tahun 1997 pada angka 3,94 juta MT.
2 Bahkan di tahun 1998, konsumsi besi baja menurun drastis hingga mencapai 2,42 juta MT dan mencapai titik terendah di tahun 1999 sebesar 2,04 juta MT. Pada tahun 2000, industri besi baja mulai bergerak kembali (rebound) dengan tingkat konsumsi sebesar 2,70 juta MT. Dan mengalami penurunan sedikit di tahun 2001 pada angka 2,60 juta MT. Sedangkan sejak tahun 2002, industri besi baja dapat dikatakan mulai mengarah pada pemulihan dengan mencapai angka 3,18 juta MT dan terus meningkat hingga kini. Peningkatan konsumsi besi baja dengan kenaikan rata-rata 200 juta ton per tahun telah memicu kelangkaaan besi baja tidak hanya di dunia tetapi juga di Indonesia. Kelangkaan tersebut mulai dikeluhkan oleh kalangan distributor besi baja di Indonesia karena mengakibatkan melonjaknya harga besi baja dari produsen lokal hingga 60%. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan harga bahan baku besi baja secara global. Adapun rencana pemerintah untuk menghapus tarif bea masuk (BM) besi baja. Rencana bea masuk besi baja 0% ini dikhawatirkan akan mengakibatkan produk baja second grade (kualitas rendah) asal impor membanjiri pasar dalam negeri. Padahal saat ini saja, produk besi baja non-SNI sudah banyak beredar di Indonesia. Maraknya produk besi baja non-SNI di Indonesia menyebabkan produktivitas industri nasional terganggu. Berdasarkan data Depperin (Departemen Perdagangan dan Perindustrian), konsumsi baja non-SNI dalam negeri pada tahun 2006 mencapai 365 ribu MT. Meskipun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yang mencapai angka 413 ribu MT, dikhawatirkan baja non-SNI akan menjadi ancaman bagi para pengusaha besi baja SNI, terutama dalam hal persaingan harga. Agar dapat menekan harga serta tetap mempertahankan kualitas, dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka para pengusaha harus dapat
3 mengefektifkan serta mengefisiensikan proses bisnis mereka. Salah satu proses bisnis yang menjadi sorotan oleh para pebisnis dalam meningkatkan keunggulan kompetitif mereka adalah proses bisnis yang berkaitan dengan rantai logistik perusahaan. Rantai logistik manual seringkali menimbulkan berbagai masalah seperti kekurangan logistik, data ganda mengenai logistik, ketidaktepatan waktu dalam pengiriman barang ke tangan konsumen, dan lain sebagainya. Hal ini, menjadi sorotan menimbang kerugian yang ditimbulkan serta kekecewaaan konsumen yang menjadi ancaman bagi perusahaan atas beralihnya konsumen kepada pesaing. Sebagai salah satu perusahaan distributor besi baja berlabel SNI, maka rantai logistik ini menjadi sorotan utama P.T.Cayaco A.M. Pemesanan material yang bernilai tinggi harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian besar. Agar dapat terwujud P.T.Cayaco A.M. dituntut untuk memiliki sistem rantai logistik yang efektif dan efisien serta didukung kerjasama yang baik dengan para supplier. Berikut adalah sekilas latar belakang P.T.Cayaco A.M yang menggambarkan masalah-masalah serta perubahan-perubahan yang mendorong P.T.Cayaco A.M untuk menerapkan suatu sistem rantai logistik yang efektif dan efisien. Ketika P.T Cayaco A.M. memutuskan untuk memfokuskan bisnis perusahaan dalam bidang distribusi dan menutup usaha jasa transportasinya, yang dipaparkan lebih lanjut pada sub bab 3.1. P.T.Cayaco A.M. mengurangi armada angkutnya hingga jumlah yang sesuai dengan kebutuhan usaha distribusinya saja. Hingga kini P.T.Cayaco A.M. tidak menambah jumlah armada maupun gudangnya. Kini gudang P.T.Cayaco A.M., yang hanya berjumlah satu (1), juga digunakan untuk menampung barang titipan konsumen, hal ini dilakukan P.T.Cayaco A.M untuk meningkatkan pelayanan terhadap konsumennya. Semakin meningkatnya jumlah konsumen dan meningkatnya jumlah
4 permintaan, yang berkisar antara 20-30% per tahunnya, mendesak P.T.Cayaco.A.M. agar dapat menangani permintaan secara cepat dan tepat serta memaksimalkan pemanfaatan armada dan gudangnya. Dengan kata lain, P.T.Cayaco A.M bertujuan untuk memenuhi seluruh permintaan tanpa harus menambah jumlah armada secara besar-besaran maupun menambah jumlah gudangnya. Ketepatan waktu dalam memenuhi permintaan konsumen menjadi salah satu kunci kesuksesan bagi P.T.Cayaco A.M. Hal ini terutama dikarenakan konsumen utama P.T.Cayaco A.M. yang 75%-nya merupakan kontraktor besar memiliki jadwal yang cukup ketat dalam pembangunan sebuah proyek. Sehingga sebuah keterlambatan akan berdampak cukup signifikan dalam penundaan proyek yang mengakibatkan penambahan waktu, biaya dan hal terkait lainnya. Kerugian yang dialami cenderung akan memakan biaya yang sangat besar karena terkait dengan produk-produk maupun proyek-proyek yang bernilai tinggi. Selain masalah biaya, masih ada kerugian-kerugian lainnya yang mungkin akan dialami oleh kontraktor bahkan konsumen dari kontraktor tersebut dan tentunya P.T.Cayaco A.M. sendiri. Kegagalan memenuhi permintaan konsumen pada P.T.Cayaco A.M, meningkat ketika jumlah konsumen dan permintaan semakin meningkat, beberapa tahun terakhir tingkat kegagalan berkisar antara 1-5% per tahunnya. Kegagalan yang terjadi bervariasi jangka waktunya, keterlambatan berkisar antara harian hingga mingguan. Kegagalan yang terjadi selama ini tidak hanya berkaitan dengan waktu saja, tetapi juga dengan kesalahan-kesalahan lainnya seperti: kesalahan pengiriman produk, penimbunan barang di gudang ataupun tidak tersedianya stok barang di gudang untuk produk-produk utama. Kegagalan-kegagalan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: kelalaian dalam pemrosesan permintaan konsumen, tidak tersedianya barang di gudang,
5 keterlambatan penyediaan produk oleh pabrik, keterlambatan pengiriman/pengambilan barang dari pabrik karena keterbatasan armada, kesalahan pengiriman produk. Hingga saat ini, P.T.Cayaco A.M masih tergolong dapat meminimalisir kegagalan yang terlampau merugikan, seperti keterlambatan tidak dalam jangka waktu yang terlampau lama. Hal inilah yang menyebabkan P.T.Cayaco A.M. mendapat kepercayaan dari para konsumennya dan tetap dapat bertahan pada masa resesi. Penambahan jumlah konsumen P.T. Cayaco A.M. selama ini berasal dari jaringan yang dibangun melalui kepercayaan para konsumen (mouth to mouth marketing). Menimbang jumlah konsumen dan permintaan yang cenderung terus meningkat, P.T.Cayaco A.M. membutuhkan suatu sistem yang dapat membantu perusahaan dalam menangani dan melayani permintaan konsumen, termasuk penitipan barang, secara sigap dan tepat serta menghindari meningkatnya kegagalan serta meminimalisir tingkat kegagalan, tanpa harus menambah jumlah gudang maupun jumlah armada (penambahan jumlah armada secukupnya). Maka dari itu, kerja sama dengan supplier menjadi penting terutama untuk mencegah terjadinya keterlambatan penyediaan barang bagi konsumen. Kekuatan jaringan kerja sama ini juga didukung oleh supplier P.T Cayaco A.M., hal ini terbukti dengan adanya permintaan dari Supplier utama dari P.T.Cayaco A.M. agar P.T.Cayaco A.M. membangun suatu sarana website yang memungkinkan supplier memantau kebutuhan logistik P.T.Cayaco A.M. disertai dengan fasilitas-fasilitas lainnya. Dengan demikian, agar dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan mempertahankan jaringan kepercayaan konsumen serta memenuhi permintaan supplier untuk mengukuhkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka perlu dibangun suatu Supply Chain Management berbasis web (e-SCM) bagi P.T. Cayaco A.M. Pembangunan aplikasi e-SCM ini akan diawali dari pengamatan proses bisnis (khususnya proses rantai
6 logistik), analisis strategi managemen yang berkaitan dengan rantai logistik, hingga pembuatan sistem informasi rantai logistik berbasis web (e-SCM) yang dapat mendukung kebutuhan-kebutuhan tersebut.
1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup pembangunan
e-supply chain management pada P.T.Cayaco
A.M. dibatasi pada: 1. Proses bisnis P.T.Cayaco A.M. yang berkaitan dengan arus barang. 2. Sistem arus barang P.T.Cayaco A.M. yang terkait dengan sistem arus barang supplier tetap P.T.Cayaco A.M.
1.3 Tujuan dan Manfaat Ada pun tujuan dari pembangunan e-supply chain management ini adalah: 1. Mengidentifikasi proses bisnis yang berkaitan dengan arus barang P.T Cayaco A.M. 2. Memenuhi tuntutan supplier tetap. 3. Membuat sarana yang mendukung proses transaksi (arus barang) antara P.T.Cayaco A.M. dengan supplier. 4. Menginteraksikan sistem antara P.T.Cayaco A.M dan supplier tetap.
7 Ada pun manfaat dari pembangunan e-supply chain management ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan, efektivitas dan efisiensi pengadaan barang yang meliputi: a. Waktu Dengan sistem persediaan barang melalui SCM, akan terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal kecepatan perolehan informasi yang berkaitan dengan penyediaan barang dalam proses memenuhi permintaan konsumen. b. Informasi Pengaksesan informasi yang tidak terbatas ruang dan waktu akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam ketepatan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pengadaan barang. c. Biaya Operasional Perusahaan Penginputan dan pengiriman data secara langsung melalui komputer dan media internet mengurangi biaya komunikasi jarak jauh serta biaya kertas yang digunakan sebagai media dalam penyampaian informasi baik kepada supplier maupun untuk keperluan manajemen perusahaan. 2. Meningkatkan kepuasan konsumen dengan terpenuhinya kebutuhan barang dan informasi yang lebih akurat dan real time. 3. Pengembangan sistem persediaan yang dapat mengoptimalkan hubungan kerja sama dan proses bisnis antara P.T. Cayaco A.M. dengan supplier tetapnya.
8 1.4 Metodologi Metodologi analisis didasarkan pada metodologi Ross dari sumber pustaka: ”Introduction to e-Supply Chain Management: Engaging Technology to Build Market – Winning Business Partnerships”mencakup tahapan sebagai berikut: 1. Mengevaluasi nilai dari supply chain 2. Mengidentifikasi peluang 3. Membuat keputusan strategis 4. Business value proposition 5. Value portfolio 6. Scope of collaboration Adapun metode yang mendukung pelaksanaan metodologi tersebut pada P.T.Cayaco A.M adalah: Value Network Analysis, PORTER, Matriks EFE, Matriks IFE, Matriks IE dan Matriks QSPM. Dalam penganalisaan lebih lanjut digunakan UML diagram dengan konsep OOA&D untuk memperlihatkan aliran proses dan data pada sistem berjalan. Pembangunan sistem e-supply management menggunakan .Net Framework berbasis web, yaitu ASP.Net dengan database SQLServer2005.
1.5 Sistematika Penelitian BAB 1
PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang pemilihan topik, ruang lingkup, tujuan dan manfaat yang dipoleh dari skripsi ini, metodologi serta sistematika penelitian.
9 BAB 2
LANDASAN TEORI Bab ini membahas teori-teori yang berhubungan dengan e-SCM.
BAB 3
ANALISIS UNTUK PEMBANGUNAN SISTEM Bab ini membahas tentang sistem persediaan yang sedang berjalan dan analisis permasalahan serta perancangan sistem baru yang akan diterapkan.
BAB 4
PEMBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI Bab ini membahas mengenai sistem baru yang akan diterapkan dan mengadakan evaluasi terhadap sistem baru tersebut.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran terhadap perancangan sistem baru yang akan diterapkan.