BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan (Lukman, 2009: 14). Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan. Krisis moneter yang berkepanjangan selama beberapa tahun ini telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyaknya perusahaan yang tutup, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur, mengingatkan bahwa betapa besar dampak ekonomi yang akan ditimbulkan apabila terjadi kegagalan usaha perbankan. Untuk itu perlu dilakukan serangkaian analisis yang sedemikian rupa sehingga kemungkinan 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
kesulitan keuangan dan bahkan kegagalan usaha perbankan dapat dideteksi sedini mungkin. Kuantitas bank yang banyak menciptakan persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara financial. Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan perbankan tersebut. Tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan dengan hasil-hasil yang telah dicapai diwaktu lampau dan diwaktu yang sedang berjalan. Kondisi perbankan inilah yang menarik untuk diteliti. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio keuangan pada tingkat profitabilitas perbankan di Indonesia, maka dalam penelitian ini mengambil kasus pada Bank Swasta Devisa yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan menganalisis kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
keuangannya untuk mengetahui seberapa besar tingkat profitabilitas di masa yang akan datang. Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. (Lukman, 2009: 118). Oleh karena itu, dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian sektor riil. Menurut Lukman (2009) Capital Adequacy Ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal sendiri. Disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain sebagainya. Kredit macet atau yang biasa disebut Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang menunjukkan pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Rasio likuiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) dijadikan variabel yang mempengaruhi ROA berkaitan dengan adanya pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara likuiditas dengan profitabilitas. Jika rasio ini meningkat dalam batas tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan, sehingga akan meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank menyalurkan dananya untuk pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya laba, maka Return On Asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return On Asset (Budi, 2008). Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan alat untuk mengukur tingkat Efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan segala operasinya. Efisiensi operasional sangat penting bagi bank untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang akan dicapai. Salah satu rasio yang umum digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi bank adalah Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (Herry, 2015).
Tabel 1.1 di bawah ini merupakan perhitungan rata-rata ROA, CAR, NPL, LDR dan BOPO pada 18 bank swasta devisa go public dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
TABEL 1.1 RATA-RATA RASIO KEUANGAN BANK SWASTA DEVISA TAHUN 2011-2015 NO 1 2 3 4 5
Rasio ROA CAR NPL LDR BOPO
2011 1,94 14,87 1,97 78,04 82,71
2012 2,17 16,43 1,89 82,60 75,70
2013 2,15 17,58 1,44 86,06 76,30
2014 1,51 16,26 2,02 84,49 82,21
2015 1,32 17,83 2,38 83,86 86,80
Sumber : Laporan Keuangan di Bursa Efek Indonesia yang diolah
Dari tabel 1.1 di atas rasio keuangan yang dihitung dari rasio Return On Asset (ROA) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan rata-rata ROA yang mengalami fluktuasi. Jika dilihat dari perhitungan rata-rata ROA tahun 2011 yaitu sebesar 1,94% dan tahun 2012 sebesar 2,17%, maka rata-rata ROA tahun 2011 menuju ke tahun 2012 mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun –tahun berikunya cenderung menurun, tahun 2013 sebesar 2,15% rata-rata ROA, tahun 2014 sebesar 1,51% dan tahun 2015 sebesar 1,32% . Nilai rata-rata ROA tertinggi tahun 2012 sebesar 2,17%. Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi ROA sehingga dapat diambil langkah perbaikan kinerja untuk meningkatkan ROA selanjutnya. Dari tabel 1.1 di atas rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan nilai rata-rata tahun 2011 yaitu sebesar 14,87%, tahun 2012 sebesar 16,43% dan tahun 2013 sebesar 17,58%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai CAR tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 rata-rata nilai CAR
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
mengalami penurunan yaitu nilai rata-rata CAR sebesar 16,26%, sedangakan pada tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu nilai rata-rata CAR sebesar 17,83%. Jika dilihat dari tingkat kekonsistenan data antara rasio keuangan CAR dengan ROA, pada tahun 2011 menuju ke tahun 2013 nilai rata-rata CAR mengalami kenaikan dan ROA 2011 menuju tahun 2012 mengalami kenaikan dan tahun 2013 mengalami penurunan. Untuk tahun 2014 nilai rata-rata ROA dan CAR sama-sama mengalami penurunan. Dan pada tahun 2015 nilai rata-rata CAR mengalami kenaikan sementara ROA mengalami penurunan. Dari hasil perhitungan nilai rata-rata CAR dan ROA tersebut maka dapat disimpulkan bahwa antara nilai rata-rata CAR dan ROA tidak mempunyai kekonsistenan data (data tidak konsisten) karena dari tahun ketahun nilai rata-rata CAR dan ROA mengalami kenaikan dan penurunan. Dari tabel 1.1 di atas nilai rata-rata Non Performing Loans (NPL) tahun 2011 sebesar 1,97%, tahun 2012 sebesar 1,89% sedangkan tahun 2013 sebesar 1,44% sehingga nilai rata-rata NPL mengalami penurunan. Untuk tahun 2014 nilai rata-rata NPL sebesar 2,02% sedangkan pada tahun 2015 sebesar 2,38% mengalami kenaikan. Bila dilihat dari nilai rata-rata, rasio keuangan NPL dan ROA tidak mempunyai data yang konsisten. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata NPL pada tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami penurunan dan ROA pada tahun 2011 menuju ke tahun 2012 mengalami kenaikan sedangkan pada tahun 2013. Tetapi untuk tahun 2014 dan 2015 nilai rata-rata ROA mengalami penurunan sedangkan nilai rata-rata NPL mengalami kenaikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Dari tabel 1.1 di atas rasio keuangan Loan to Deposite Ratio (LDR) dengan nilai rata-rata tahun 2011 sebesar 78,04%, tahun 2012 sebesar 82,60% dan tahun 2013 sebesar 86,06%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai LDR tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 nilai rata-rata LDR sebesar 84,49% mengalami penurunan, dan pada tahun 2015 sebesar 83,86% juga mengalami penurunan. Bila dilihat dari nilai rata-rata, rasio keuangan LDR dan ROA tidak mempunyai data yang konsisten. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ROA dan LDR pada tahun 2011 sampai tahun 2013, nilai rata-rata LDR mengalami kenaikan dan ROA mengalami kenaikan dan penurunan. Tetapi untuk tahun 2014 dan 2015 nilai rata-rata ROA dan LDR sama-sama mengalami penurunan. Dari tabel 1.1 rasio keuangan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai nilai rata-rata tahun 2011 sebesar 82,71%, dan tahun 2012 sebesar 75,70% mengalami penurunan. Pada tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami kenaikan dengan nilai rata-rata BOPO sebesar 76,30%. Untuk tahun 2014 dan 2015, dengan nilai rata-rata 82,21% dan 86,80%. Nilai rata-rata BOPO mempunyai data yang tidak konsisten karena dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan. Jika dilihat dari tingkat kekonsistenan data antara rasio keuangan BOPO dengan ROA, nilai rata-rata BOPO dan ROA tidak konsisten. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ROA dan BOPO pada tahun 2011 menuju ke tahun 2012, nilai rata-rata sama-sama mengalami kenaikan. Dan untuk tahun 2013 sampai dengan 2015 nilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
nilai rata-rata BOPO mengalami kenaikan, sedangkan nilai rata-rata ROA mengalami penurunan. Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio keuangan untuk menilai profitabilitas perbankan antara lain: Dhika Rahma Dewi (2010) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Variabel bebas yang digunakan adalah CAR, FDR, NPF dan OER. Dari hasil uji hipotesis Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Rasio Efisiensi Operasional (REO) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia. Fifit Syaiful Putri (2013) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko kredit yang diukur dengan non performing loan, dan tingkat kecukupan modal yang diukur dengan capital adequacy ratio terhadap tingkat profitabilitas yang diukur dengan (return on assets) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini tergolong penelitian kausatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) non performing loan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
dengan koefisien β bernilai negatif sebesar -0,476 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, (2) capital adequacy ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan koefisien β bernilai positif sebesar 0,245 dan nilai signifikansi 0,024 < 0,05. Fitriani Prastiyaningtyas (2010) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Pangsa Kredit terhadap Profitabilitas Perbankan (ROA). Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) pada bank umum go public menunjukkan bahwa variabel CAR, NPL, BOPO, NIM, dan Pangsa Kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Sedangkan variabel LDR tidak signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Swasta Devisa di Indonesia selama tahun 2011-2015. Adapun variabel-variabel yang digunakan antara lain, variabel permodalan yaitu CAR, variabel risiko kredit yaitu NPL, variabel likuiditas yaitu LDR dan variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Profitabilitas diukur dengan ROA untuk mengetahui kinerja aset yang dimiliki bank swasta devisa dalam memperoleh laba. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini mengambil judul: “Pengaruh CAR, NPL, LDR dan BOPO Terhadap Tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Profitabilitas (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan Swasta Devisa Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).
B. Rumusan Masalah Penelitian Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA)? 2. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA)? 3. Apakah Loan of Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA)? 4. Apakah
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA)?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan bank swasta yang dipilih. Berikut ini adalah tujuan khusus penelitian: 1. Untuk menguji Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA). 2. Untuk menguji Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
3. Untuk menguji Loan of Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA). 4. Untuk menguji Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA.
2. Kontribusi Penelitian 1. Bagi penulis diharapkan bahwa dengan melakukan penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan tentang topik yang diteliti. Serta menambah wawasan tentang perbankan terutama mengenai modalnya perbankan, risiko kredit, tingkat pembiayaan dan beban operasional. 2. Dapat memberikan informasi kepada manajemen untuk memperbaiki kinerja keuangan perbankan. 3. Bagi akademis, menambah sebuah referensi dari bukti empiris dan ilmu pengetahuan tentang pengaruh modalnya perbankan, risiko kredit, tingkat pembiayaan dan beban operasional terhadap tingkat profitabilitas pada bank-bank swasta devisa yang telah go public di BEI.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah
munculnya
konflik
kepentingan.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pemegang
saham
menginginkan
13
pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Hubungan
keagenan
pada
perusahaan
perbankan
lebih
kompleks
jika
dibandingkan dengan perusahaan nonbank. Pada perusahaan perbankan selain adanya hubungan agen dengan pemilik, juga terdapat hubungan antara agen dengan debitur dan agen dengan regulator. Penggunaan teori keagenan sebagai landasan teori dalam penelitian ini dikarenakan teori keagenan dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen (CAR, NPL, LDR dan BOPO) dan variabel dependen Profitabilitas (ROA). Dalam penelitian ini teori keagenan menjelaskan adanya konflik antara prinsipal (pemegang saham) dan agen, yang mana prinsipal menggunakan sistem pengendalian/kontrol yang berupa kepemilikan institutional untuk mengawasi, mengendalikan, dan mengarahkan agen (manajer) agar bertindak untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham (nilai perusahaan).
2. Perbankan 2.1
Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan (Lukman, 2009: 14). Sedangkan menurut Thomas, dkk. (2007 : 1) bahwa bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaanperusahaan dan lain-lain. Dari pengertian di atas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak lepas dari masalah keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.2
Fungsi Bank Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agen of services (Sigit dan Totok, 2008:9). 1. Agen of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. 2. Agen of Development Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang. 3. Agen of Services Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas.
2.3
Jenis-jenis Bank Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:
1.
Dilihat dari segi fungsinya Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan menurut
fungsinya terdiri dari: a. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.
Dilihat dari segi kepemilikannya Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah: a. Bank milik pemerintah Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. b. Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannyapun
didirikan
oleh
swasta,
begitu
pula
pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. c. Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. d. Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. e. Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3.
Dilihat dari segi status Status bank yang dimaksud adalah: a. Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara.
4.
Dilihat dari segi cara menentukan harga a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjahukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
5.
Dilihat dari fungsi dan tujuan usahanya a. Bank Central Bank central adalah bank yang bertindak sebagai bankers bank pimpinan penguasa moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank yang ada. b. Bank Umum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Bank Umum adalah bank milik negara, swasta, maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. c. Bank Tabungan Bank tabungan adalah bank milik negara, swasta maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama memperbanyak dana dengan kertas berharga. d. Bank Pembangunan Bank Pembangunan adalah bank milik negara, swasta maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang. Sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan.
3. Kinerja Keuangan dan Laporan Keuangan Agar perusahaan dapat tetap berjalan sesuai harapan, biasanya manajemen membagi-bagi tugas, memecah-mecah organisasi perusahaan menjadi divisi-divisi, dan menetapkan seorang manajer yang bertanggung-jawab untuk setiap divisi tersebut. Para manajer divisi diberi kewenangan untuk membuat berbagai keputusan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
yang sebelumnya dilakukan oleh manajemen pusat, dan perusahaan menetapkan berbagai instrumen evaluasi guna menilai kinerja para manajer tersebut. Kondisi ini disebut dengan pelimpahan wewenang. Moh. Wahyudin (2008 : 48) bahwa : “Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.” Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:7). Ditinjau dari segi intern perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Data laporan keuangan terutama akan memberikan informasi bagi manajemen sebagai bahan analisa dan bahan interprestasi untuk mengadakan evaluasi terhadap aktivitas perusahaan. Laporan keuangan akan menunjukkan sampai seberapa jauh efisiensi pelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaan yang telah dicapai oleh manajemen. Suatu laporan keuangan yang menggambarkan kinerja operasional suatu perusahaan operasi sepanjang waktu disebut income statement (laporan laba rugi). Laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dari operasional perusahaan pada titik waktu tertentu disebut balance sheet (neraca keuangan). Laporan retained earning (laba ditahan) menunjukkan perubahan dari posisi pemilik selama siklus operasional. Akhirnya, laporan cash flow (arus kas) menjelaskan perubahan dalam arus kas tunai untuk suatu siklus operasional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Laporan keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Sebagai contoh seperti adanya kontrak-kontrak penjualan atau pembelian yang telah disetujui, atau pesanan yang tidak dapat dipengaruhi, namun belum dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode tersebut. Kemudian, ada hal-hal yang tidak dapat dinyatakan dalam angkaangka seperti reputasi, prestasi manajernya, dan lainnya. Oleh karena itu, setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Berikut ini beberapa keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu : 1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang diambil dari data masa lalu. 2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja. 3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbanganpertimbangan tertentu. 4. Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
situasi
ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.
4.
Macam-macam Rasio Keuangan
Umumnya berbagai rasio yang dihitung untuk menilai kinerja suatu bank dikelompokkan ke dalam tiga tipe dasar (Ahmad, 2007), yaitu: 1.
Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemamapuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain sebagai berukut: a. Cash Ratio, yaitu likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan dapat mempengaruhi profitabilitas. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah alat liquid yang dimiliki bank dengan pinjaman yang harus segera dibayar. b. Reserve Requirement (RR), yaitu likuiditas wajib minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk Giro pada BI. Reserve Requirement merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
yang berupa rekening bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Menurut surat edaran BI tahun 1997, besarnya RR minimal 5%. c. Loan to Deposite Ratio (LDR), yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio LDR ini merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100%. d. Loan to Asset Ratio (LAR), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.
2.
Rasio Rentabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Rasio-rasio rentabilitas terdiri dari: a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset. b. Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. c.
Rasio Beban Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
d. Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. 3.
Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditas bank. Rasio Solvabilitas ini terdiri atas: a. Capital adequacy Ratio (CAR),yaitu rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Bank yang termasuk bank sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
b. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya utang.
5. Variabel Teoritis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil aspek permodalan perbankan (CAR), risiko kredit (NPL), likuiditas (LDR) dan efisiensi bank (BOPO) terhadap tingkat Profitabilitas (ROA) Bank Swasta Devisa di Indonesia.
5.1
Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio kecukupan modal merupakan rasio yang bertujuan untuk memastikan
bahwa bank dapat menyerap kerugian yang timbul dari aktivitas yang dilakukannya. Berdasarkan kesepakatan Basel I, rasio permodalan minimum untuk industri perbankan diterapkan sebesar 8 % (Ferry, 2008:40). Berdasarkan Surat Edaran dari Bank Indonesia No. 13/24/PBI/2011, dalam melakukan perhitungan Permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank. Semakin tinggi Risiko Bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi Risiko tersebut. Tingkat kecukupan modal pada perbankan diwakilkan dengan rasio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko, yang dibiayai dari modal sendiri. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan meningkatkan volume kredit perbankan. Lukman (2009) mengungkapkan bahwa, CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BINomor 13/24/PBI/2011): CAR =
Modal Sendiri ATMR
Sumber : Jurnal Yuliani (2007) Keterangan : CAR
= Capital Adequacy Ratio
ATMR
= Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
http://digilib.mercubuana.ac.id/
X 100%
27
5.2
Non Performing Loan (NPL) Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak
bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Lukman, 2009:82). Risiko kredit (default risk) juga dapat terjadi akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. (Ferry, 2008:23) Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Bank dalam melakukan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Lukman (2009:82) menyatakan bahwa, implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa sebagai berikut: 1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk. 3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio). 4. Menurunnya tingkat kesehatan bank. Non Performing Loan (NPL) dan perhitungannya adalah: NPL =
Kredit bermasalah Total kredit
x 100%
Sumber : Jurnal Fitriani (2010) Keterangan : NPL
5.3
= Non Performing Loan
Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah setiap
simpanan mereka yang ada di bank ditarik, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan. Bila kedua aspek atau salah satu aspek ini tidak dapat dipenuhi, maka bank akan kehilangan kepercayaan masyarakat. Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
atau simpanan oleh deposan atau penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit (Kasmir, 2008:286). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. LDR adalah rasio antara seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Hal ini karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Lukman, 2009:116). Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110% (Kasmir, 2008:290).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, hal itu akan sangat menguntungkan. Namun, itu akan sangat terkait dengan risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Perhitungan untuk mencari LDR : LDR =
Jumlah Kredit yang diberikan Total Dana Pihak Ketiga
x 100%
Sumber : Jurnal Yuliani (2007) Keterangan : LDR
5.4
= Loan to Deposite Rasio
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dilakukan untuk mengoperasikan dana tersebut. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan, lebih kecil dari pada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional sering disebut Rasio Efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Yuliani, 2007). Efisiensi operasional bank diukur menggunakan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yaitu
adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, batas rasio ini adalah 92% - 93,52%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: BOPO
Total Biaya Operasional
x 100%
Total Pendapatan Operasional Sumber : Jurnal Penelitian Bilqis (2013) Keterangan : BOPO
= Biaya Operasional Pendapatan Operasional
Menurut Bank Indonesia (SE. Intern BI, 2004), efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank
dalam
menekan
biaya
operasional
dan
meningkatkan
pendapatan
operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya (Budi, 2008). Tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh bank. Jika kegiatan operasional dilakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
dengan efisien maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan naik. Sehingga semakin besar rasio efisiensi, maka akan semakin menurun kinerja keuangan perbankan. Begitu juga sebaliknya, bila rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas suatu perusahaan (perbankan) semakin meningkat (Budi, 2008).
5.5
Return On Assets (ROA) Aspek ini merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan laba atau
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas terus meningkat. Rasio yang digunakan yaitu dengan ROA. Untuk apakah suatu bank mendapatkan keuntungan yang wajar, maka digunakan rasio ROA untuk mencarinya. Perhitungan untuk mencari ROA adalah: Laba Bersih
ROA =
Total Aktiva
Sumber : Jurnal Yuliani (2007) Keterangan:
ROA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
= Return On Assets
X 100%
33
6.
Kajian Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio keuangan terhadap kinerja profitabilitas. Penelitiannya antara lain: Fifit Syaiful Putra (2013) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko kredit yang diukur dengan non performing loan, dan tingkat kecukupan modal yang diukur dengan capital adequacy ratio terhadap tingkat profitabilitas yang diukur dengan (return on assets) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) non performing loan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan koefisien β bernilai negatif sebesar -0,476 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, (2) capital adequacy ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan koefisien β bernilai positif sebesar 0,245 dan nilai signifikansi 0,024 < 0,05. Lyla Rahma Adyani (2011) Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas (ROA). Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return On Asset (ROA). Hasil dari penelitian secara simultan (uji F)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
menyatakan bahwa CAR, NPF, BOPO, dan FDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan hasil koefisien determinasi menunjukkan bahwa korelasi antara profitabilitas (ROA) bank dengan 4 variabel bebas sebesar 45,2%. Dan hasil dari penelitian secara parsial (uji t) menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Dan variabel NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank. Fitriani Prastiyaningtyas (2010) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Pangsa Kredit terhadap Profitabilitas Perbankan (ROA). Dari hasil uji hipotesis secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM, dan Pangsa kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perbankan pada bank umum go public dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) pada bank umum go public menunjukkan bahwa variabel CAR, NPL, BOPO, NIM, dan Pangsa Kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Sedangkan variabel LDR tidak signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Dhika Rahma Dewi (2010) tujuan dari penelitian adalah menganalisis pengaruh CAR terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia, menganalisis pengaruh FDR terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia, menganalisis pengaruh NPF terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
ROA Bank Syariah di Indonesia, dan menganalisis pengaruh REO terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia. Dari hasil uji hipotesis Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Rasio Efisiensi Operasional (REO) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia. Adi Stiawan (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-2008). Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi ekonomi makro yang diproksi dengan inflasi dan GDP, pengaruh karakteristik bank yang diproksi dari FDR, CAR, NPF, BOPO dan SIZE , dan pengaruh pangsa pasar yang diproksi dengan pembiayaan bank syariah terhadap profitabilitas bank syariah yang diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi dan GDP, tidak berpengaruh terhadap ROA. Pangsa Pembiayaan, CAR, FDR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA perbankan, sedangkan BOPO, NPF, dan SIZE berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA Bank Syariah. Rashed Al Karim (2013) penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja yang dipilih bank swasta (lima), tercatat di Bursa Efek Dhaka dan Bursa Efek Chittagong,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
di Bangladesh melalui ekstensif menggunakan rasio keuangan yang terutama menunjukkan kecukupan modal berdasarkan risiko, pertumbuhan kredit, konsentrasi kredit, non performing posisi kredit, analisis gap likuiditas, rasio likuiditas, return on asset (ROA), return on equity (ROE) , net interest margin (NIM), dll Tiga indikator yaitu, kinerja berbasis internal diukur dengan Return on Assets, kinerja berbasis pasar diukur dengan Tobin Q Model (Harga / Buku rasio) dan kinerja berbasis Ekonomi diukur dengan Economic Value menambahkan memiliki digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank yang dipilih. Secara statistik, hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran Bank, risiko kredit, efisiensi operasional dan
manajemen aset
memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank komersial Bangladesh. Akram Alkhatib (2012) tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris kinerja keuangan lima bank komersial Palestina yang terdaftar di bursa efek Palestina (PEX). Dalam tulisan ini, kinerja keuangan telah diukur dengan menggunakan tiga indikator; Internal yang berbasis kinerja diukur dengan Return on Assets, kinerja berbasis pasar diukur dengan Model Tobin Q (nilai Harga) dan kinerja berbasis Ekonomi diukur dengan Nilai Ekonomi. Penelitian ini menggunakan korelasi dan analisis regresi data time series tahunan dari 2005-2010 untuk menangkap dampak ukuran Bank, risiko kredit, efisiensi operasional dan manajemen aset kinerja keuangan yang diukur dengan tiga indikator, dan untuk membuat yang baik-fit model regresi untuk memprediksi kinerja keuangan masa depan bank tersebut. Studi ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
menolak hipotesis menyatakan bahwa "terdapat dampak statistik tidak signifikan dari ukuran Bank, risiko kredit, efisiensi operasional dan manajemen aset pada kinerja keuangan bank komersial Palestina". Syed Qasim Shah and Rizwan Jan (2013) penelitian ini berkaitan dengan kinerja keuangan bank swasta di Pakistan. Data tersebut dikumpulkan dari Analisis Laporan Keuangan Sektor Keuangan yang dikeluarkan oleh Bank Negara Pakistan. Ukuran sampel terdiri dari sepuluh Bank Swasta dari Pakistan. Kami menggunakan analisis regresi dan teknik korelasi untuk mengatasi masalah ini. Ukuran Bank dan Efisiensi Operasional berhubungan negatif dengan ROA dan hubungan positif ditemukan dengan rasio manajemen Aset. Sementara, ukuran Bank berhubungan positif dengan pendapatan bunga dan Manajemen Aset dan Efisiensi Operasional berhubungan negatif dengan Pendapatan Bunga. Tabel 2.1 data dari penelitian-penelitian terdahulu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No.
Peneliti dan Tahun
1
Fifit Syaiful Putra (2013)
2
Lyla Rahma Andyani (2011)
Judul Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdapaftar di Bursa Efek Indonesia Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) (Pada Bank Umum Syariah yang di BEI periode Desember 2005 September 2010)
Hasil Penelitian NPL mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) dan CAR berpengarug positif dan signifikan terhadap profitabilitas. CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) CAR, NPL, BOPO, NIM dan Pangsa Kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas sedangkan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
3
Fitriani Prastiyaningtyas (2010)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbangkan (Studi pada Bank Umum Go Public Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008)
4
Dhika Rahma Dewi (2010)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia
CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA sedangkan NPF dan REO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA
Adi Stiawan (2009)
Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 20052008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi dan GDP, tidak berpengaruh terhadap ROA. Pangsa Pembiayaan, CAR, FDR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA perbankan, sedangkan BOPO, NPF, dan SIZE berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA Bank Syariah,
5
6
7
8
Rashed Al Karim (2013)
Akram Alkhatib (2012)
Syed Qasim Shah and Rizwan Jan (2013)
An Evaluation of Financial Performance of Private Commercial Bank in Bangladesh: Ratio Analysis
REO memiliki korelasi negatif dengan ROA dan EVA. Risiko kredit memiliki korelasi negatif dengan ketiga variabel terikat. Ukuran Bank memiliki korelasi negatif dengan kedua Tobin Q ratio dan ROA karena dengan peningkatan ukuran aset bank kesempatan variabel dependen penurunan lebih tinggi.
Financial Performance of Palestinian Commercial Banks
Efisiensi operasional dan manajemen aset secara individual memiliki dampak yang signifikan terhadap ROA, ketika mereka digunakan bersama dengan ukuran perbankan dan risiko kredit, mereka menambahkan efek yang signifikan pada Tobin Q dan EVA.
Analysis of Financial Performance of Private Banks in Pakistan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA bank yang kuat dan negatif dipengaruhi oleh ukuran Bank. Efisiensi operasional berhubungan negatif dengan ROA dan hasil juga menunjukkan bahwa secara statistik signifikan hipotesis ketiga juga diterima. Pendapatan bunga lainnya variabel dependen dari bank itu sangat berpengaruh positif dengan ukuran Bank dan signifikan secara statistik. Pendapatan bunga menunjukkan hubungan negatif dengan efisiensi operasional dan hasilnya juga signifikan secara statistik.
Sumber : Gabungan dari berbagai sumber yang diteliti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
B. Rerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh CAR terhadap Profitibilitas (ROA) bank Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Lukman, 2009:121). Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8% dari ATMR. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlements). Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank. Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bank, yang pada akhirnya dapat meningkatkan ROA. Pembentukan dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok modal bank. Dengan demikian bank harus menyediakan modal minimum yang cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga (Sinungan, 2000: 162). Manajemen bank perlu mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR sesuai dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
ketentuan Bank Indonesia minimal delapan persen karena dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih aman dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya. Teori ini juga didukung oleh hasil penelitian Fitriani Prastiyaningtyas (2010) dan Fifit Syaiful (2013), dalam penelitiannya menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank.
2. Pengaruh NPL terhadap Profitabilitas (ROA) bank Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPL maka semakin rendah profotabilitas suatu bank. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPL maka semakin rendah profitabilitas suatu bank. Sesuai dengan penelitian Fitriani (2010) dan Fifit (2013) rasio NPL berpengaruh negative terhadap profitabilitas perbankan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3. Pengaruh LDR terhadap Profitabilitas (ROA) bank Semakin tinggi rasio LDR, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan adanya likuiditas yang rendah, maka akan menghasilkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Ahmad, 2007). LDR yang tinggi tidak berpengaruh terhadap ROA, hal ini dapat dikarenakan besarnya pemberian kredit tidak didukung dengan kualitas kredit. Kualitas kredit yang buruk akan meningkatkan risiko terutama bila pemberian kredit dilakukan dengan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian dan ekspansi dalam pemberian kredit yang kurang terkendali sehingga bank akan menanggung risiko yang lebih besar pula. Selain itu, LDR tidak signifikan karena adanya pergerakan data atau rasio LDR yang fluktuatif pada masing-masing perusahaan perbankan di setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Yuliani (2007) bahwa LDR memiliki pengaruh positif profitabilitas.
4. Pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA) bank Rasio
Efisiensi
Operasional
untuk
mengukur
kemampuan
pendapatan
operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya (Bank Indonesia,2004). Rasio Biaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Operasional terhadap Pendapatan Operasional sering disebut Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yang diukur dengan membandingkan total biaya operasional dengan total pendapatan operasional. Logikanya jika pendapatan operasional lebih besar dari biaya operasionalnya, berarti rasio efisiensi operasionalnya kecil, sehingga dapat dikatakan bank dalam mengelola usahanya semakin efisien. Tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh bank. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan naik. Sehingga semakin kecil rasio efisiensi, maka akan semakin meningkatkan profitabilitas bank. Setiap peningkatan biaya operasional bank yang tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak, yang pada akhirnya akan menurunkan ROA (Budi, 2008). Hal ini juga didukung hasil penelitian dari Adi (2009) dan Dhika (2011) yang dalam hasil penelitiannya meyatakan semakin efisien kinerja operasional suatu bank maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat dalam skema berikut ini:
Sumber : Hasil pengembangan penelitian GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1: CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA). H2: NPL berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA). H3: LDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA). H4: BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bank Swasta Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 - 2015. Proses Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Agustus 2016.
B. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Kausal merupakan penelitian untuk mengetahui pengaruh atau berdampak antara satu atau lebih variabel bebas (independent variabel) terhadap variabel terikat (dependent variabel). Penelitian ini untuk melihat dampak antara modalnya perbankan (CAR), risiko kredit (NPL), likuiditas (LDR) dan efisiensi bank (BOPO) terhadap tingkat Profitabilitas (ROA) Bank Swasta Devisa di Indonesia.
C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Dependen. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah profitabilitas yang diukur dengan ROA.
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Return On Assets (ROA) ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. (Lukman, 2009:118). ROA =
Laba Bersih Total Aktiva
X 100%
Keterangan: ROA
= Return On Assets
2. Variabel Independen. Variabel-variabel independen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah variabel permodalan yang diukur dengan CAR, risiko kredit (NPL), variabel likuiditas yang diukur dengan LDR, dan variabel efisiensi operasi yang diukur dengan BOPO.
a. Capital adequacy Ratio (CAR) CAR yaitu rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
CAR diukur dengan menggunakan rumus : CAR =
Modal Sendiri ATMR
X 100%
Keterangan : CAR
= Capital Adequacy Ratio
ATMR
= Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
b. Non Performing Loan (NPL) Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL diukur dengan menggunakan rumus : NPL =
Kredit bermasalah Total kredit
x 100%
Keterangan : NPL
= Non Performing Loan
c. Loan to Deposite Ratio (LDR) Loan to Deposite Ratio yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga bank. Dana pihak ketiga terdiri dari tabungan, deposito dan giro.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Berikut adalah rumus untuk mengukur Loan to Deposite Ratio: Jumlah Kredit yang diberikan
LDR =
Total Dana Pihak Ketiga
x 100%
Keterangan : LDR
= Loan to Deposite Rasio
d. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Efisiensi operasional bank diukur menggunakan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yaitu perbandingan antara biaya operasional bank dengan pendapatan operasional. Biaya operasional dihitung dari jumlah biaya operasional termasuk kekurangan PPAP dan biaya operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil dan pendapatan operasional lainnya. BOPO dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran rasio dengan data tahunan yang ada pada bank. Berikut adalah rumus untuk mengukur Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO):
BOPO
Total Pendapatan Operasional
Keterangan : BOPO
Total Biaya Operasional
= Biaya Operasional Pendapatan Operasional
http://digilib.mercubuana.ac.id/
x 100%
48
Dibawah ini tabel pengukuran dari variabel-variabel dalam penelitian ini: TABEL 3.1 PENGUKURAN VARIABEL Variabel ROA (Return On Assets )
Indikator Variabel Dependen Laba bersih setelah pajak dan Total Aset
Skala
Rasio
Variabel Independen CAR ( Capital Adequacy Ratio ) NPL ( Non Performing Loan )
Modal Sendiri dan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Rasio
Kredit macet dan Total kredit
Rasio
LDR ( Loan to Deposir Jumlah kredit yang diberikan dan Total Ratio ) dana pihak ketiga BOPO ( Biaya Biaya operasional dan Pendapatan Operasional Pendapatan operasional Operasional ) Sumber : Dikembangkan untuk penelitian
Rasio Rasio
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Populasi yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 35 bank
swasta devisa go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan tahun 2015. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sample. Nama-nama bank yang akan digunakan dalam sample diperoleh dari website Jakarta Stock Exchange (JSX).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
2.
Sampel Sampel yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu
skala numerik. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dari bank swasta devisa go public di Bursa Efek Indonesia dan periode 2011 sampai tahun 2015. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu sample yang ditarik dengan menggunakan pertimbangan. Sampel penelitian ini diambil dari bank swasta devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertimbangan tersebut berdasarkan pada kepentingan dan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:17). Tabel 3.2 karakteristik sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Karakteristik Sampel 1
Bank Swasta Devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011- 2015.
35
2
Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian (tahun 2011 - 2015) .
25
3
Tidak di-delisting dalam kurun waktu 2011 – 2015.
25
4
Bank Swasta Devisa yang meliki Return On Assets (ROA) positif.
18
Jumlah bank swasta devisa yang menjadi sampel
18
Jumlah data yang digunakan 18 x 5 thn
90
Sumber : Data dari BEI yang diolah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Adapun daftar nama bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah: TABEL 3.3 DAFTAR BANK SWASTA DEVISA NO.
DAFTAR BANK
KODE BANK
Terdaftar di BEI
Laporan Keuangan
Tidak di Delisting
Roa Positif
√
√
√
1
Bank Agris
AGRS
√
2
Bank Artha Graha Internasional, Tbk
INPC
√
3
Bank Artos Indonesia
ARTO
√
4
Bank Bukopin, Tbk
BBKP
√
√
√
√
5
Bank Bumi Arta
BNBA
√
√
√
√
6
Bank Capital Indonesia
BACA
√
√
√
√
7
Bank Central Asia, Tbk
BBCA
√
√
√
√
8
Bank CIMB Niaga, Tbk
BNGA
√
√
√
√
9
Bank Danamon Indonesia, Tbk
BDMN
√
√
√
√
10
Bank Dinar Indonesia
DNAR
√
11
Bank Harda Internasional
BBHI
√
12
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
SDRA
√
√
√
√
13
Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk
BABP
√
√
√
14
Bank Ina Perdana
BINA
√
15
Bank Internasional Indonesia, Tbk
BNII
√
√
√
√
16
Bank Maspion Indonesia
BMAS
√
17
Bank Mayapada Internasional, Tbk
MAYA
√
√
√
√
18
Bank Mega, Tbk
MEGA
√
√
√
√
19
Bank Mestika Dharma
BBMD
√
20
Bank Mitraniaga
NAGA
√
21
Bank Mutiara, Tbk
BCIC
√
√
√
22
Bank National Nobu
NOBU
√
√
√
23
Bank Nusatara Parahyangan, Tbk
BBNP
√
√
√
24
Bank OCBC NISP, Tbk
NISP
√
√
√
25
Bank Of India Indonesia, Tbk
BSWD
√
√
√
26
Bank Panin Syariah
PNBS
√
27
Bank Permata, Tbk
BNLI
√
√
√
28
Bank Pundi Indonesia
BEKS
√
√
√
29
Bank QNB Kesawan, Tbk
BKSW
√
√
√
30
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
AGRO
√
√
√
http://digilib.mercubuana.ac.id/
√
√
√
51
31
Bank Sinarmas, Tbk
BSIM
√
√
√
√
32
Bank Victoria Internasional
BVIC
√
√
√
√
33
Bank Windu Kentjana Internasional
MCOR
√
√
√
√
34
Bank Yudha Bhakti
BBYB
√
35
Pan Indonesia Bank, Tbk
PNBN
√
√
√
√
Sumber : www.bi.go.id (diakses 2016)
Bank-bank yang masuk dalam sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 3.4 DAFTAR NAMA BANK YANG MENJADI SAMPEL DALAM PENELITIAN NO.
DAFTAR BANK
KODE BANK
1
Bank Artha Graha Internasional, Tbk
INPC
2
Bank Bukopin, Tbk
BBKP
3
Bank Bumi Arta
BNBA
4
Bank Capital Indonesia
BACA
5
Bank Central Asia, Tbk
BBCA
6
Bank CIMB Niaga, Tbk
BNGA
7
Bank Danamon Indonesia, Tbk
BDMN
8
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
SDRA
9
Bank Internasional Indonesia, Tbk
BNII
10
Bank Mayapada Internasional, Tbk
MAYA
11
Bank Mega, Tbk
MEGA
12
Bank OCBC NISP, Tbk
NISP
13
Bank Permata, Tbk
BNLI
14
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
AGRO
15
Bank Sinarmas, Tbk
BSIM
16
Bank Victoria Internasional
BVIC
17
Bank Windu Kentjana Internasional
MCOR
18
Pan Indonesia Bank, Tbk
PNBN
Sumber : Data diolah (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Jumlah keseluruhan bank swasta devisa go public yang terdaftar di BEI tahun 2015 adalah sebanyak 35 bank, tetapi yang memenuhi kriteria diatas hanya 18 bank. Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 bank swasta devisa go public pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Teknik dokumentasi Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian. b. Teknik studi pustaka (Library research) Pengumpulan data yang diperoleh dari buku, literatur, jurnal, dan hasil penelitian terdahulu maupun media tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
F. Metode Analisis 1.
Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak
bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan statistik deskriptif ini meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2006). Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.
2.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik ini dilakukan sebagai parameter untuk mengukur apakah data
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak.
a. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat analisis grafik normal probability plot. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
melihat histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a.
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal., maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram, tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan bila tidak hati-hati secara visual terlihat normal. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov dapat dilakukan untuk menguji apakah residual terdistribusi secara normal. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas ini adalah jika nilai signifikan uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05 berarti variabel dinyatakan terdistribusi normal, dan begitu pula sebaliknya jika angka signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolonieritas Pengujian ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh varibel independen lainnya. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF menggunakan persamaan VIF = 1 / tolerance. Jika nilai VIF < dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas (Ghozali, 2007 : 91).
c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel (ZPRED) dengan nilai residualnya SRESID. Model regresi yang baik jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, sehingga diidentifikasi tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Selain analisis secara visual dengan menggunakan scatterplot, uji asumsi heteroskedastisitas juga dilakukan dengan uji statistik. Pada penelitian ini digunakan uji park untuk mendeteksi adanya kasus heteroskedastisitas. Uji park mengemukakan metode bahwa variance (s²) merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan sbb: α²i = αXiβ Persamaan ini dijadikan linear dalam bentuk persamaan logaritma sehingga menjadi :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
LnU²i = α + β LnXi + vi Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika variabel bebas tidak signifikan (sig > 0,05), berarti model terbebas dari heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t – 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian ini menggunakan model Durbin Watson (DW-Test). Hipotesis yang akan diuji adalah : Ho = tidak ada autokorelasi (r = 0), Ha = ada autokorelasi (r≠0) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini: (Ghozali, 2013:110). Tabel 3.5 TABEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi postif Tidak ada autokorelasi postif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif dan negative
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Keputusan Tolak No Decision Tolak No Decision Terima
Jika 0 < d < dl dl d du 4-dl < d < 4 4-du d 4-dl du < d < 4-du
57
3.
Uji F-Statistik Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2013:98). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistic F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: a. Quick look : bila nilai F lebih besar dari pada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel bebas secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel terikat. b. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel, maka HO ditolak dan menerima HA.
4.
Uji Koefisien Determinasi (R²) Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R²) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan data runtun waktu (time
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013:97). Nilai adjusted R² dapat bernilai negative, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R² = 1, maka Adjusted R² = R² = 1 sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R² = (1 – k)(n – k) (Gujarati, 2003).
5.
Uji Hipotesis a. Analisis Regresi Berganda Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik analisis regresi
berganda, karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari satu. Teknik analisis regresi berganda merupakan teknik uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan analisis regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : ROA
= Return On Assets
CAR
= Capital Adequacy Ratio
NPL
= Non Performing Loan
LDR
= Loan to Deposit Ratio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
BOPO
= Biaya Operasional Pendapatan Operasional
ε
= Error
b. Uji t Uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan untuk menguji apakah secara terpisah variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen secara baik, dengan rumus:
Keterangan: T = Nilai mutlak pengujian βn = Koefisien regresi masing-masing variabel Sβn = Standar error dari masing-masing variabel Dengan kriteria pengujian : a) Jika thitung > ttabel maka Ha diterima. b) Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak. Selain kriteria tersebut, untuk melihat ada tidaknya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen dapat ditentukan dengan melihat tingkat signifikansi dengan melihat tingkat signifikansi dengan nilai α = 0,05. 1. Jika α < 0,05, dengan β sesuai dengan arah hipotesis, maka hipotesis diterima. 2. Jika α ≥ 0,05, dengan β tidak sesuai dengan arah hipotesis, maka hipotesis ditolak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah bank swasta devisa go public yang listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Bank swasta devisa adalah bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas. Berdasarka data dari Bursa Efek Indonesia, jumlah bank swasta devisa yang go public di Indonesia pada akhir tahun 2011 berjumlah 35 bank sesuai dengan tabel 3.3. Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia yang didapat dari Otoritas Jasa Keuangan Desember 2015 menunjukkan bila total aset terbesar dimiliki oleh Bank Swasta Devisa yaitu sebesar 38,54%, sementara diposisi kedua dimiliki oleh Bank Persero (BUMN) yaitu sebesar 37,72%, sesuai dengan gambar di bawah ini: Gambar 4.1 TOTAL ASET TAHUN 2015 BERDASARKAN JENIS BANK
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2015 OJK
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
B. Analisis Statistika Deskriptif Pada analisis ini digunakan empat varibel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposite Ratio (LDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) serta satu variabel dependen yaitu ROA (Return On Assets). Analisis statistika deskriptif dilakukan untuk mengetahui sebaran data dari masing-masing variabel. Sebaran data meliputi nilai minimum, maximum, mean, standar deviasi dan varians. Berikut ini adalah analisis statistika deskriptif dari variabel yang digunakan. Tabel 4.1 STATISTIK DESKRIPTIF Standar
Variabel N
Minimum Maximum Mean
ROA
90
0,2
5,14
1,8
0,8
CAR
90
10,44
27,91
16,7
4,2
NPL
90
0,21
4,48
1,9
0,9
LDR
90
44,24
140,72
83
13,7
BOPO
90
33,28
98,9
80,7
14
Deviasi
Sumber : SPSS 2016 yang sudah diolah Jumlah data yang digunakan pada variabel ROA (Return On Assets) adalah sebayak 90 data. Nilai minimum pada ROA (Return On Assets) adalah 0,2 dan merupakan nilai ROA dari BNLI (Bank Permata, Tbk) pada tahun 2015 dan nilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
maximum pada ROA adalah 5,14 dan merupakan nilai ROA dari SDRA (Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk) pada tahun 2013. ROA (Return On Assets) mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,8 dan dan nilai standar deviasi sebesar 0,8 nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata sebesar 1,8 sehingga menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan antara data ROA (Return On Assets) terendah dan tertinggi (Walpole, 2012). Pada variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) data yang digunakan adalah sebayak 90 data. Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tertinggi adalah 27,91dimiliki oleh SDRA (Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk) pada tahun 2013 dan nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) terendah sebesar 10,44 dimiliki oleh MAYA (Bank Mayapada Internasional, Tbk) pada tahun 2014. Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki rata-rata sebesar 16,7 dan standar deviasi 4,2, dikarenakan nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata maka dapat dikatakan bahwa terjadi kesenjangan antara data (CAR) Capital Adequacy Ratio terendah dan tertinggi (Walpole, 2012). Data valid yang digunakan pada variabel Non Performing Loan (NPL) adalah 90 data, dengan nilai tertinggi 4,48 dan merupakan Non Performing Loan (NPL) dari BVIC (Bank Victoria Internasional) pada tahun 2015 sedangkan nilai terendah adalah 0,21 dan merupakan nilai Non Performing Loan (NPL) dari BNBA (Bank Bumi Arta) pada tahun 2013. Seperti pada variabel sebelumnya, variabel Non Performing Loan (NPL) mempunyai nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasi sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
dapat dikatakan bahwa terjadi kesenjangan antara Non Performing Loan (NPL) terendah dan tertinggi (Walpole, 2012). Jumlah data yang digunakan pada variabel Loan to Deposite Ratio (LDR) adalah 90 data. Nilai minimum pada Loan to Deposite Ratio (LDR) adalah 44,24 dan merupakan nilai LDR dari BACA (Bank Capital Indonesia) pada tahun 2011 dan nilai maximum pada Loan to Deposite Ratio (LDR) adalah 140,72 dan merupakan nilai Loan to Deposite Ratio (LDR) dari SDRA (Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk) tahun 2013. Loan to Deposite Ratio (LDR ) mempunyai nilai rata-rata sebesar 83 dan dan nilai standar deviasi sebesar 13,7 nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata sebesar 83 sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi kesenjangan antara data Loan to Deposite Ratio (LDR ) terendah dan tertinggi (Walpole, 2012). Jumlah data yag digunakan pada variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah 90 data. Nilai minimum pada Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah 33,28 dan merupakan nilai BOPO dari SDRA (Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk) pada tahun 2013, sedangkan nilai maximum pada Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah 98,9 dan merupakan nilai BOPO dari BNLI (Bank Permata, Tbk) pada tahun 2015. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai nilai rata-rata sebesar 80,7 dan dan nilai standar deviasi sebesar 17 nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata sebesar 80,7 sehingga menunjukka bahwa terjadi kesenjangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
antara data Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terendah dan tertinggi (Walpole, 2012).
C. Uji Asumsi Klasik a. Uji Asumsi Normalitas Uji asumsi normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal. Pada penelitian ini pengujian distribusi normal dilakukan dengan dua analisis yaitu analisis grafik dan uji statistik. Berikut ini adalah uji asumsi residual dengan menggunakan metode grafik. Berdasarkan histogram gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pola grafik simetris dan tidak condong ke kiri maupun ke kanan, hal tersebut menunjukkan bahwa residual memenuhi asumsi distribusi normal. Selain menggunakan histogram pengujian asumsi distribusi normal dengan metode grafik dapat dilihat dari probability plot. Gambar 4.2 HISTOGRAM
Sumber : Output SPSS 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Selain menggunakan histogram pengujian asumsi distribusi normal dengan metode grafik dapat dilihat dari probability plot. Asumsi normalitas terpenuhi ketika pencaran data residual berada di sekitar garis lurus pada probability plot. Berikut ini adalah gambar probability plot untuk pengujian residual. Gambar 4.3 PROBABILITY PLOT
Sumber : Output SPSS 2016 Probability plot menunjukkan pola yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, hal tersebut menunjukkan bahwa residual memenuhi asumsi berdistribusi normal. Pengujian dan analisa secara visual tentu kurang akurat sehingga dapat dipastikan melalui pengujian statistik yaitu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Tabel 4.2 UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV (K-S) Indikator
Nilai
Kolmogorov-Smirnov Z
0,890
P-value
0,406
Sumber : SPSS 2016 yang diolah Berdasarkan pengujian didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,890 dan tidak signifikan pada nilai p-value=0,406 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi residual berdistribusi normal terpenuhi.
b.
Uji Asumsi Multikolinieritas
Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Dalam penelitia ini uji multikolinieritas. Pada penelitian ini, pemeriksaan kasus multikolinieritas dilakukan melihat nilai VIF. Berikut ini adalah hasil pengujian multikolinieritas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Tabel 4.3 NILAI VIF SETIAP VARIABEL PREDIKTOR Variabel
VIF
CAR
1,031
NPL
1,236
LDR
1,147
BOPO
1,305
Sumber : Output SPSS 2016 yang diolah Tabel 4.3 menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel prediktor yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposite Ratio (LDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Berdasarkan tabel tersebut, semua nilai VIF dari masing-masing variabel prediktor Xj < 10. Sehingga dengan kriteria nilai VIF dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kasus multikolinieritas atau tidak terdapat hubungan antar variabel prediktor.
c.
Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual. Model yang baik adalah model yang memiliki varians residual tetap dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini digunakan dua cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya kasus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
heteroskedastisitas yaitu metode visual dan uji statistik. Berikut ini adalah scatter plot untuk mendeteksi ada tidaknya kasus heteroskedastisitas. Gambar 4.4 SCATTER PLOT
Sumber : Output SPSS 2016 Berdasarkan scattaerplot pada gambar 4.3 dapat diketahi bahwa data tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan. Selain analisis secara visual dengan menggunakan scatterplot, uji asumsi heteroskedastisitas juga dilakukan dengan uji statistik. Pada penelitian ini digunakan uji park untuk mendeteksi adanya kasus heteroskedastisitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Tabel 4.4 UJI PARK Variabel
P-Value
CAR
0.784
NPL
0.116
LDR
0.388
BOPO
0.544
Sumber : Output SPSS 2016 yang diolah Hasil uji park dengan SPSS ditampilkan pada Tabel 4.4, berdasarka hasil tersebut diketahui bahwa p-value yang dihasilkan pada keempat variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposite Ratio (LDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) tidak signifikan ditunjukkan dari p-value yang bernilai lebih besar dari dapat
disimpulkan
bahwa
pada
model
regresi
tidak
sehingga terdapat
kasus
heteroskedastisitas. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil analisis dengan menggunakan metode grafik.
d.
Uji Autokorelasi
Salah satu uji asumsi klasik yang harus terpenuhi adalah asumsi autokorelasi dimana model yang baik harus bebas dari masalah autokorelasi. Autokorelasi terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
akibat terdapatnya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya, hal ini disebabkan karena residual tidak bebas dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Pada penelitia ini uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW test). Berikut ini adalah hasil uji Durbin Watson (DW test). Tabel 4.5 UJI DURBIN WATSON (DW test) R
Adjusted
Std. Error of Durbin
R-Square
the Estimate
Watson
0,724
0,46978
1.182
R-Square
0,858 0,736
Sumber : Output SPSS 2016 yang diolah Hasil uji Durbin Watson (DW test) ditampilkan pada Tabel 4.5, berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,182. Nilai Durbin Watson akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin Watson dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, dengan jumlah sampel 90 dengan 4 variabel independen. Dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai dl sebesar 1,566 dan du sebesar 1,751 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,182 kurang dari nilai dl sebesar 1,566 sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standar error (SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Langkah selajutnya yang dilakukan ketika terjadi autokorelasi adalah melakukan transformasi terhadap variabel dependen dan independen. Dalam penelitian ini data ditransformasi kedalam bentuk logaritma
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
natural. Berikut ini adalah hasil uji Durbin Watson (DW test) setelah data ditransformasi ke dalam logaritma natural (ln). Tabel 4.6 UJI DURBIN WATSON (DW test) SETELAH DI Ln R 0,685
Adjusted
Std. Error of Durbin
R-Square
the Estimate
Watson
0,444
0,41799
1,605
R-Square 0,469
Sumber : Output SPSS 2016 yang diolah Hasil uji Durbin Watson (DW test) setelah dilakukan transformasi ditampilkan pada Tabel 4.6, berdasarkan hasil tersebut diketahi bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,605. Seperti pada pembahasan sebelumnya nilai Durbin Watson akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin Watson
dengan menggunakan derajat
kepercayaan 5%, dengan jumlah sampel 90 dengan 4 variabel independen. Dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai dl sebesar 1,566 dan du sebesar 1,751 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,605 lebih dari nilai dl sebesar 1,566 dan kurang dari nilai (4-du) sebesar 2,249 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Nilai Adjusted R-Square sebesar 0,44 menunjukkan bahwa 44% variasi empat variabel independen yaitu Ln ROA (Return On Assets) dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel independen yaitu Ln CAR (Capital Adequacy Ratio, Ln NPL (Non Performing Loan), Ln LDR (Loan to Deposite Ratio) dan Ln
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) sedangkan sisanya 56% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
D. Uji Secara Simultan a. Uji F-Statistik Tabel 4.6 merupakan hasil Uji F yang dilakukan dengan software SPSS setelah data di transformasi ke dalam operasi logaritma natural, hal ini bertujuan untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam data. Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi parameter secara serentak maka dilakukan uji F. Berikut merupakan hasil pengujian parameter secara serentak pada model regresi linier. Tabel 4.7 ANALISIS VARIANS REGRESI LINIER Sumber
Jumlah
Derajat Kuadrat
Variansi kuadrat Bebas
Tengah
Regresi
13,102
4
3,276
Error
14,851
85
0,175
Total
27,953
89
F
Pvalue
18,748
0,000
Sumber : Output SPSS 2016 yang diolah Dari tabel ANOVA, diperoleh nilai F hitung > F tabel, F tabel dilihat dari α = 0,05 ; k-1 = 3; n-k = 86 dengan nilai 2,71 sedangkan F hitung sebesar 18,75. Nilai F hitung 18,75 > nilai F tabel 2,71 sehingga diputuskan Tolak H0 yang berarti bahwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
setidaknya ada salah satu parameter yang signifikan terhadap model. Penarikan kesimpulan tersebut didukung dengan p-value (0,000) < α = 0,10. b. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui sejauh mana keseluruhan variabel independent dapat menjelaskan variabel dependent maka digunakan nilai koefisien determinasi atau . Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka kemampuan menjelaskan variabel independent terhadap variabel dependent adalah semakin kuat, yang berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependent. Berikut ini adalah nilai koefisien determinasi atau
yang didapatkan pada analisis. Tabel 4.8
ANALISIS KOEFISIEN DETERMINASI R
R Square 0,685
0,469
Adjusted R Square 0,444
Sumber : Output SPSS 2016 yang diolah Tabel 4.8 menunjukkan koefisien determinasi, besarnya nilai adjusted
dalam
model regresi adalah sebesar 0,444. Hal ini menunjukkan bahwa besar kemampuan model menjelaskan variabel independent yaitu CAR, NPL, LDR, dan BOPO terhadap variabel dependent (ROA) yang dapat diterangkan oleh model adalah sebesar 44,4% sedangkan sisanya sebesar 55,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak berada di dalam model regresi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
c. Analisis Regresi berganda Berdasar uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa data terdistribusi normal, tidak terdapat multikolinearitas, sempat terjadi autokorelasi tetapi data ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural
dan tidak terdapat
heteroskedastisitas. Oleh karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi linear berganda. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independent, dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independent yang diketahui. Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut: Tabel 4.9 ANALISIS REGRESI BERGANDA DAN UJI T Variabel
Standar
Prediktor
Koefisien
(Constant) LnCAR LnNPL LnLDR LnBOPO
Std.error
9,287
1,934
-0,101
0,222
-0,022
0,075
-0,158
0,279
-1,791
0,239
T
P-value
4,802
0,00
-0,457
0,649
-0,296
0,768
-0,565
0,573
-7,481
0,000
Sumber : Output SPSS 2016 yang diolah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
Berdasarkan tabel 4.9, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : LnROA
=
9,287-0,101LnCAR-0,022LnNPL-0,158LnLDR-1,791LnBOPO
model tersebut berarti bahwa setiap semua variabel yaitu CAR, NPL, LDR dan BOPO bernilai 0 makan nilai ROA adalah sebesar 9,287. Pada variabel CAR berarti bahwa jika terjadi penurunan CAR sebesar satu satuan maka ROA akan naik sebesar 0,101. Pada variabel NPL jika terjadi penurunan NPL sebesar satu satuan maka ROA akan naik sebesar 0,022. Pada variabel LDR jika terjadi penurunan LDR sebesar satu satuan maka ROA akan naik sebsar 0,158. Pada variabel BOPO jika terjadi penurunan BOPO sebesar satu satuan maka ROA akan naik sebsar 1,791.
E. Uji Hipotesis Uji F pada analisis sebelumnya memberikan kesimpulan bahwa paling tidak terdapat satu variabel dari keempat variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen ROA (Return On Assets). Kemudian untuk membuktikan hipotesis yang dibuat pada bab sebelumnya terkait dengan kemaknaan keempat variabel independen yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), LDR (Loan to Deposite Ratio) dan BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) maka dilakukan uji t dan berikut ini adalah hasi uji t yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
Tabel 4.9 merupakan hasil uji t, pada variabel independen CAR (Capital Adequacy Ratio) dengan profitabilitas bank menunjukkan
nilai t hitung sebesar
-0,457 dengan nilai signifikan sebesar 0,649 yang berada diatas 0,05. Sehingga hipotesis ditolak sehingga disimpulkan bahwa variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Pada variabel NPL (Non Performing Loan) dengan profitabilitas bank menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,296 dengan nilai signifikan sebesar 0,768 yang berada diatas 0,05. Sehingga diputuskan untuk menolak hipotesis dan disimpulkan bahwa rasio NPL (Non Performing Loan) berpengaruh negative tidak signifikan terhadap ROA. Variabel LDR (Loan to Deposite Ratio) dengan profitabilitas bank menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,565 dengan nilai signifikan sebesar 0,573 yang berada diatas 0,05. Sehingga diputuskan untuk menolak hipotesis awal sehingga disimpulkan bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) dengan profitabilitas bank menunjukkan nilai t hitung sebesar -7,481 dengan nilai signifikan sebesar 0,00 yang berada dibawah 0,05. sehingga hipotesis diterima sehingga disimpulka bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA pada Bank.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
F. Pembahasan 1. Pengaruh CAR terhadap ROA Hasil pengujian hipotesis mendapatkan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya kecukupan modal bank (CAR) belum tentu menyebabkan besar kecilnya keuntungan bank. Bank yang memiliki modal besar namun tidak dapat menggunakan modalnya secara efektif untuk menghasilkan laba maka modal pun tidak akan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank. Dengan adanya upaya bank swasta devisa untuk menjaga kecukupan modal bank, maka bank tidak mudah mengeluarkan dana mereka untuk pendanaan karena hal tersebut dapat memberikan risiko yang besar. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lyla Rahma Andyani (2011) dan Dhika Rahma Dewi (2010) yang menyatakan bahwa Capital Adecuacy Ratio tidak berpengaruh terhadap Return On Assset Bank. Hal ini dikarenakan adanya peraturan Bank Indonesia yang menyatakan CAR minimal sebesar 8% yang harus dipenuhi oleh pihak bank. Besarnya CAR 8% hanya dimaksudkan Bank Indonesia untuk menyesuaikan kondisi dengan perbankan internasional. Tingginya rasio modal dapat memberikan peningkatan kepercayaan masyarakat kepada bank. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan juga disebabkan adanya jaminan pemerintah terhadap dana mereka yang disimpan di bank. Oleh karena itu, masyarakat masih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
percaya menggunakan produk perbankan sehingga profitabilitas masih bisa ditingkatkan.
2. Pengaruh NPL terhadap ROA Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara kredit bermasalah (NPL) dengan profitabilitas (ROA) adalah sebesar -0,296. Nilai korelasi bertanda negatif, yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan terikat adalah berlawanan. Artinya semakin besar kredit bermasalah maka profitabilitas akan semakin kecil. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank. Berdasarkan perhitungan dari tingkat signifikan dapat diihat bahwa kualitas aktiva produktif (NPL) berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas ROA . Menurut Kasmir (71:2008) Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank, jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank itu rugi. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan sebaik-baiknya mulai dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian kredit yang macet. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu Imelda (2015) dimana NPL berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan laba.
3. Pengaruh LDR terhadap ROA Dalam penelitian ini semakin tinggi LDR suatu bank tidak menjadi tolok ukur keberhasilan manajemen bank untuk memperoleh keuntungan tinggi. LDR yang tinggi tidak berpengaruh terhadap ROA, hal ini dapat dikarenakan besarnya pemberian kredit tidak didukung dengan kualitas kredit. Kualitas kredit yang buruk akan meningkatkan risiko terutama bila pemberian kredit dilakukan dengan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian dan ekspansi dalam pemberian kredit yang kurang terkendali sehingga bank akan menanggung risiko yang lebih besar pula. Selain itu, LDR tidak signifikan karena adanya pergerakan data atau rasio LDR yang fluktuatif pada masing-masing perusahaan perbankan di setiap tahunnya. Ada perusahan perbankan yang mempunyai nilai LDR rendah dan ada perusahaan perbankan yang mempunyai nilai LDR tinggi sehingga terjadi kesenjangan yang cukup tinggi antar perusahaan perbankan tiap tahunnya. Hasil pengujian mengindikasikan jika LDR meningkat, maka ROA juga akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fitriani (2010) yang menyatakan bahwa rasio LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA bank.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
4. Pengaruh BOPO terhadap ROA BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat beban pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil. Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang semakin tinggi akan mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki bank. Hasil ini konsisten dengan penelitian Adi (2009) dan Dhika (2011))
yang menyatakan BOPO berpengaruh
signifikan negatif terhadap ROA. Jika kondisi biaya operasional semakin meningkat tetapi tidak dibarengi dengan pendapatan operasional maka akan berakibat berkurangnya Return on Asset. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi, besarnya nilai adjusted R² dalam model regresi bank swasta devisa go public diperoleh sebesar 0,444. Hal ini menunjukkan bahwa besar kemampuan menjelaskan variabel independent yaitu CAR, NPL, LDR dan BOPO terhadap variabel dependent (ROA) yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini sebesar 44,4% sedangkan sisanya sebesar 55,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang sudah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat disimpulkan bahwa: a. CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas bank. Sehingga H1 yang menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh positif terhadap ROA bank tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya kecukupan modal bank (CAR) belum tentu menyebabkan besar kecilnya keuntungan bank. Bank yang memiliki modal besar namun tidak dapat menggunakan modalnya secara efektif untuk menghasilkan laba maka modal pun tidak akan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank. b. NPL berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas bank. Sehingga H2 yang menyatakan bahwa rasio NPL berpengaruh negatif terhadap ROA bank tidak dapat diterima. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank, jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka akan
81
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
c. menyebabkan bank itu rugi. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian kredit yang macet. d. LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas bank. Sehingga H3 yang menyatakan bahwa rasio LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada bank tidak dapat diterima. LDR yang tinggi tidak berpengaruh terhadap ROA, hal ini dapat dikarenakan besarnya pemberian kredit tidak didukung dengan kualitas kredit. Kualitas kredit yang buruk akan meningkatkan risiko terutama bila pemberian kredit dilakukan dengan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian dan ekspansi dalam pemberian kredit yang kurang terkendali sehingga bank akan menanggung risiko yang lebih besar pula. e. BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank. Sehingga H4 yang menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA bank dapat diterima. Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang semakin tinggi akan mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki bank.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dari penelitian yang telah dilakukan bank diharapkan memperhatikan permodalan yang diukur dengan CAR (Capital Adequacy Ratio). Karena dengan manajemen permodalan yang baik, dengan memanfaatkan secara optimal pada bank swasta devisa go public, modal sendiri mampu meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan dalam ROA. b. Pada bank umum go public, BOPO berpengaruh signifikan negative terhadap profitabilitas bank. Untuk dapat meningkatkan ROA, bank harus dapat menurunkan BOPO dengan cara lebih selektif dalam mengeluarkan biaya operasional. c. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel independen lain yang mungkin mempengaruhi profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan perbankan dan menambahkan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian baik penambahan periode pengamatan maupun merubah teknik dalam penentuan sampel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
DAFTAR PUSTAKA Adi Stiawan. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-2008). Ahmad Faisol. (2007). Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Jurnal Bisnis Managemen. Alkhatib, Akram. 2012. Financial Performance of Palestinian Commercial Banks. Budi Ponco. 2008. Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 204-2007). Tesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Dhika Rahma Dewi. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia. Ferry Idroes. 2008. Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II, Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Fifit Syaiful Putra. 2013. Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdapaftar di Bursa Efek Indonesia. Fitriani Prastiyaningtyas. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbangkan (Studi pada Bank Umum Go Public Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008). Gujarati, Damodar N.2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, The McGraw-Hill. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. CetakanKeempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. . 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. . 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21 Up Date PLS Regresi. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
Herry Achmad Buchory. 2015. Banking Intermediation, Operational Efficiency And Credit Risk In Thr Banking Profitability. International Journal Of Business. Economics And Law. Vol. 7 No 2. Ekuitas Economics College. Indonesia. Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, October , 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from: http://papers.ssrn.com Karim, Al Rashed. 2013. An Evaluation of Financial Performance of Private Commercial Bank in Bangladesh: Ratio Analysis. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lyla Rahma Andyani. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) (Pada Bank Umum Syariah yang di BEI periode Desember 2005 - September 2010). Ma’ruf Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Moh. Wahyudin Zarkasyi. (2008). Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta. Muhammad Idrus. 2009.Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga. Shah, Syed Qasim and Rizwan Jan. 2013. Analysis of Financial Performance of Private Banks in Pakistan. Sigit Triandaru, dan Totok Budisantoso. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Slamet Riyadi, Drs, MSi. 2006. Banking Assets and Liability Management. Jakarta : Penerbit FE UI Edisi 3. Sofyan Syafri Harahap. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suharyadi, dan Purwanto. (2008). Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta : Salemba Empa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
Thomas Suyatno. dkk.2007. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Walpole, Ronald.2012. Probability and Statistics for Engineer and Scientists. Bostom: Pearson Education. www.idx.co.id www.ojk.go.id Yuliani. 2007. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada sektor Perbankan yang Go Publik di BEJ. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Return On Asset (ROA) Bank Swasta Devisa Go Public Tahun 2011-2015 (dalam Persen) KODE NO.
DAFTAR BANK
BANK
2011
2012
2013
2014
2015
1
Bank Artha Graha Internasional, Tbk
INPC
0.72
0.66
1.39
0.78
0.33
2
Bank Bukopin, Tbk
BBKP
1.87
1.83
1.75
1.33
1.39
3
Bank Bumi Arta
BNBA
2.11
2.47
2.05
1.52
1.33
4
Bank Capital Indonesia
BACA
0.81
1.32
1.59
1.33
1.10
5
Bank Central Asia, Tbk
BBCA
3.80
3.6
3.8
3.9
3.80
6
Bank CIMB Niaga, Tbk
BNGA
2.85
3.18
2.76
1.44
0.24
7
Bank Danamon Indonesia, Tbk
BDMN
2.60
2.7
2.5
1.4
1.20
8
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
SDRA
3.00
3.57
5.14
2.81
1.94
9
Bank Internasional Indonesia, Tbk
BNII
1.13
1.62
1.71
0.67
1.01
10
Bank Mayapada Internasional, Tbk
MAYA
2.07
2.41
2.53
1.98
2.10
11
Bank Mega, Tbk
MEGA
2.29
2.74
1.14
1.16
1.97
12
Bank OCBC NISP, Tbk
NISP
1.91
1.79
1.81
1.79
1.68
13
Bank Permata, Tbk
BNLI
1.66
1.7
1.55
1.16
0.20
14
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
AGRO
1.39
1.63
1.66
1.53
1.55
15
Bank Sinarmas, Tbk
BSIM
1.07
1.74
1.71
1.02
0.95
16
Bank Victoria Internasional
BVIC
2.65
2.17
1.97
0.8
0.65
17
Bank Windu Kentjana Internasional
MCOR
0.96
2.04
1.74
0.79
1.03
18
Pan Indonesia Bank, Tbk
PNBN
2.02
1.96
1.85
1.79
1.31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Hasil Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Swasta Devisa Go Public Tahun 20011-2015 (dalam Persen)
KODE NO.
DAFTAR BANK
BANK
2011
2012
2013
2014
2015
1
Bank Artha Graha Internasional, Tbk
INPC
12.65 16.45 17.31 15.76 15.20
2
Bank Bukopin, Tbk
BBKP
12.71 16.34 15.12 14.21 13.56
3
Bank Bumi Arta
BNBA
19.96 19.18 18.99 15.07 25.57
4
Bank Capital Indonesia
BACA
21.58 18.00 20.19 16.43 17.70
5
Bank Central Asia, Tbk
BBCA
12.70 14.20 15.70 16.90 18.70
6
Bank CIMB Niaga, Tbk
BNGA
13.16 15.16 15.36 15.58 16.28
7
Bank Danamon Indonesia, Tbk
BDMN
17.60 18.90 17.90 17.90 19.70
8
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
SDRA
14.76 15.69 27.91 21.71 18.82
9
Bank Internasional Indonesia, Tbk
BNII
11.83 12.83 12.72 15.72 15.17
10
Bank Mayapada Internasional, Tbk
MAYA
14.68 10.93 14.07 10.44 12.97
11
Bank Mega, Tbk
MEGA
11.86 16.83 15.74 15.23 22.85
12
Bank OCBC NISP, Tbk
NISP
13.75 16.49 19.28 18.74 17.32
13
Bank Permata, Tbk
BNLI
14.70 15.86 14.28 13.58 15.00
14
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
AGRO
16.39 14.80 21.60 19.06 22.12
15
Bank Sinarmas, Tbk
BSIM
13.98 18.09 21.82 18.38 14.37
16
Bank Victoria Internasional
BVIC
16.21 18.53 18.45 18.25 19.30
17
Bank Windu Kentjana Internasional
MCOR
11.67 13.86 14.68 14.15 16.39
18
Pan Indonesia Bank, Tbk
PNBN
17.50 14.67 15.32 15.62 19.94
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
Hasil Perhitungan Non Performing Loan (NPL) Bank Swasta Devisa Go Public Tahun 20011-2015 (dalam Persen)
KODE NO.
DAFTAR BANK
BANK
2011
2012
2013
2014
2015
1
Bank Artha Graha Internasional, Tbk
INPC
1.85
0.80
1.76
1.69
1.25
2
Bank Bukopin, Tbk
BBKP
2.88
2.66
2.26
2.78
2.83
3
Bank Bumi Arta
BNBA
1.07
0.83
0.21
0.25
0.78
4
Bank Capital Indonesia
BACA
0.81
2.11
0.37
0.24
0.79
5
Bank Central Asia, Tbk
BBCA
0.50
0.40
0.40
0.60
0.70
6
Bank CIMB Niaga, Tbk
BNGA
2.64
2.29
2.23
3.90
3.74
7
Bank Danamon Indonesia, Tbk
BDMN
2.50
2.40
1.90
2.30
3.00
8
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
SDRA
1.65
0.65
0.48
2.51
1.98
9
Bank Internasional Indonesia, Tbk
BNII
2.14
1.70
2.11
2.23
3.67
10
Bank Mayapada Internasional, Tbk
MAYA
2.51
3.02
1.04
1.46
2.52
11
Bank Mega, Tbk
MEGA
0.98
2.09
2.17
2.09
2.81
12
Bank OCBC NISP, Tbk
NISP
1.26
0.91
0.73
1.34
1.30
13
Bank Permata, Tbk
BNLI
2.04
1.37
1.02
1.70
2.70
14
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
AGRO
3.55
3.68
2.27
2.02
1.90
15
Bank Sinarmas, Tbk
BSIM
0.88
3.18
2.50
3.00
3.95
16
Bank Victoria Internasional
BVIC
2.38
2.30
0.70
3.52
4.48
17
Bank Windu Kentjana Internasional
MCOR
2.18
1.98
1.69
2.71
1.98
18
Pan Indonesia Bank, Tbk
PNBN
3.56
1.69
2.13
2.05
2.44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
Hasil Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Swasta Devisa Go Public Tahun 20011-2015 (dalam Persen)
KODE NO.
DAFTAR BANK
BANK
2011
2012
2013
2014
2015
1
Bank Artha Graha Internasional, Tbk
INPC
82.21
87.42
88.87
87.62
80.75
2
Bank Bukopin, Tbk
BBKP
85.01
83.81
85.80
83.89
86.34
3
Bank Bumi Arta
BNBA
67.53
77.95
83.96
79.45
82.78
4
Bank Capital Indonesia
BACA
44.24
59.06
63.35
58.13
55.78
5
Bank Central Asia, Tbk
BBCA
61.70
68.60
75.40
76.80
81.10
6
Bank CIMB Niaga, Tbk
BNGA
94.41
95.00
94.50
99.50
97.98
7
Bank Danamon Indonesia, Tbk
BDMN
98.30 100.70
95.10
92.60
87.50
8
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
SDRA
81.70 118.10 140.72 101.20 97.22
9
Bank Internasional Indonesia, Tbk
BNII
10
95.07
87.34
87.04
92.67
85.13
Bank Mayapada Internasional, Tbk
MAYA 82.10
80.58
85.61
81.25
82.99
11
Bank Mega, Tbk
MEGA
63.75
52.39
57.41
68.85
65.05
12
Bank OCBC NISP, Tbk
NISP
87.04
86.79
92.49
93.59
98.05
13
Bank Permata, Tbk
BNLI
83.06
89.52
89.24
89.13
87.80
14
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
AGRO
85.79
82.48
87.11
88.49
87.15
15
Bank Sinarmas, Tbk
BSIM
69.50
80.78
78.72
82.88
78.04
16
Bank Victoria Internasional
BVIC
63.62
67.59
73.39
70.25
70.17
17
Bank Windu Kentjana Internasional
MCOR
79.30
80.22
82.73
84.03
86.82
18
Pan Indonesia Bank, Tbk
PNBN
80.36
88.46
87.71
90.51
98.83
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
Hasil Perhitungan Beban dan Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Swasta Devisa Go Public Tahun 20011-2015 (dalam Persen)
KODE NO.
DAFTAR BANK
BANK
2011
2012
2013
2014
2015
1
Bank Artha Graha Internasional, Tbk
INPC
92.43 93.03 85.27 91.72 96.66
2
Bank Bukopin, Tbk
BBKP
82.05 81.42 82.73 88.27 87.56
3
Bank Bumi Arta
BNBA
86.68 78.71 82.33 87.41 88.91
4
Bank Capital Indonesia
BACA
92.82 86.85 86.38 87.81 90.27
5
Bank Central Asia, Tbk
BBCA
45.37 46.40 42.90 44.20 46.50
6
Bank CIMB Niaga, Tbk
BNGA
76.10 71.70 73.79 87.86 97.38
7
Bank Danamon Indonesia, Tbk
BDMN
79.30 75.00 82.06 76.61 85.56
8
Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
SDRA
80.03 42.41 33.28 56.04 79.89
9
Bank Internasional Indonesia, Tbk
BNII
92.75 87.65 84.36 93.03 90.77
10
Bank Mayapada Internasional, Tbk
MAYA 83.38 80.19 78.58 84.27 82.65
11
Bank Mega, Tbk
MEGA
81.84 76.73 89.66 91.25 85.72
12
Bank OCBC NISP, Tbk
NISP
79.85 78.93 78.03 79.46 80.14
13
Bank Permata, Tbk
BNLI
85.42 83.10 84.99 89.80 98.90
14
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
AGRO
91.65 86.54 85.88 87.31 88.63
15
Bank Sinarmas, Tbk
BSIM
93.55 83.75 83.25 91.35 91.67
16
Bank Victoria Internasional
BVIC
78.33 78.82 81.35 93.25 93.89
17
Bank Windu Kentjana Internasional
MCOR
92.97 81.74 84.89 93.19 90.70
18
Pan Indonesia Bank, Tbk
PNBN
74.30 49.57 53.61 57.03 86.66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
Lampiran 2 Statistika Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
ROA
90
.20
5.14
1.8186
.89415
.800
CAR
90
10.44
27.91
16.4959
3.11446
9.700
NPL
90
.21
4.48
1.9402
.99306
.986
LDR
90
44.24
140.72
83.0106
13.77737
189.816
BOPO
90
33.28
98.90
80.7447
14.04277
197.199
Valid N (listwise)
90
Descriptive Statistics
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
Lampiran 3
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Charts
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
90
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
0E-7
Std. Deviation
.45900517
Absolute
.094
Positive
.092
Negative
-.094
Kolmogorov-Smirnov Z
.890
Asymp. Sig. (2-tailed)
.406
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2. Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant) 6.120
.560
CAR
.006
.016
NPL
-.050
LDR BOPO
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance VIF 10.922
.000
.019
.342
.733
.970
1.031
.056
-.055
-.895
.373
.809
1.236
.000
.004
-.002
-.029
.977
.872
1.147
-.053
.004
-.834
-13.107
.000
.766
1.305
a. Dependent Variable: ROA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
3. Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
-1.822
.072
B
Std. Error
(Constant)
-4.651
2.552
CAR
.017
.061
.031
.275
.784
NPL
.422
.265
.188
1.589
.116
LDR
.016
.019
.100
.867
.388
BOPO
-.012
.019
-.074
-.609
.544
a.
Dependent Variable: LNU2I
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Beta
96
4. Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
1
R
.858
R Square
a
.736
Adjusted
R Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
.724
.46978
1.182
a. Predictors: (Constant), BOPO, LDR, CAR, NPL b. Dependent Variable: ROA
SETELAH ITERASI b
Model Summary Model
1
R
.685
R Square
a
.469
Adjusted
R Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
.444
.41799
a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnLDR, LnCAR, LnNPL b. Dependent Variable: LnROA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.605
97
Lampiran 4 Uji Hipotesis Uji F-statistik a
ANOVA Model
1
Sum of Squares df
Mean Square
F
Sig.
Regression
13.102
4
3.276
18.748
.000
Residual
14.851
85
.175
Total
27.953
89
b
a. Dependent Variable: LnROA b. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnLDR, LnCAR, LnNPL
Koefisien Determinasi b
Model Summary Model
1
R
.685
R Square
a
.469
Adjusted
R Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
.444
.41799
a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnLDR, LnCAR, LnNPL b. Dependent Variable: LnROA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.605
98
Analisis Regresi Berganda dan Uji t
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
4.802
.000
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
9.287
1.934
LnCAR
-.101
.222
-.038
-.457
.649
LnNPL
-.022
.075
-.027
-.296
.768
LnLDR
-.158
.279
-.049
-.565
.573
LnBOPO
-1.791
.239
-.691
-7.481
.000
a. Dependent Variable: LnROA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Beta