BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (Surplus Unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (Deficit
Unit)
untuk berbagai tujuan. Bank
memberikan jasa berupa (giro, tabungan, deposito, dll) kepada unit surplus. Unit surplus akan menerima pendapatan berupa pendapatan bunga dari pihak bank. Dana yang dihimpun dari unit surplus disalurkan kembali kepada unit defisit. Unit defisit akan membayar biaya bunga kepada pihak bank. Sinungan (2000:21)
Salah satu kegiatan yang umum dan yang sering dilaksanakan lembaga perbankan adalah kegiatan perkreditan. Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kegiatan perkreditan juga merupakan aktivitas yang dilakukan perbankan dalam rangka memperoleh laba/profit.
Perkembangan penyaluran kredit yang terjadi pada PT Bank Negara Indonesia
(persero) Tbk setiap tahunnya mengalami peningkatan yang
1
2
mengakibatkan tingginya pendapatan bunga dan kredit bermasalah menjadi semakin besar terhadap jumlah dari penyaluran kredit tersebut. Dengan peningkatan kredit bermasalah akan
meningkatnya
biaya yang harus
dikeluarkan untuk memupuk cadangan kemungkinan kerugian yang disebut PPAP sehingga menghambat terbentuknya laba yang seharusnya diterima. Kredit bermasalah, penyisihan penghapusan aktiva produktif tersebut mengalami
perubahan
baik
kemampuan
bank
untuk
kenaikan
maupun
menghasilkan
penurunan laba
sehingga
yang
relatif
menurun.(www.bni.co.id)
Kondisi yang seharusnya terjadi apabila jumlah kredit bermasalah dan penyisihan penghapusan aktiva produktif naik maka laba sebelum pajak seharusnya turun. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, pada tahun 2007 laba sebelum pajak menurun, penurunan tersebut diikuti dengan menurunnya penyisihan penghapusan aktiva mengalami
produktif
kenaikan.
tetapi
Penurunan
jumlah
kredit
laba ini terutama
yang
disalurkan
disebabkan
oleh
kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif di tahun 2005 yang menyebabkan tingginya inflasi dan tingkat suku bunga dan pada akhirnya meningkatkan total NPL. Implementasi peraturan baru pada tahun 2005 juga berkontribusi meningkatkan NPL dan akhirnya berimbas
pada
naiknya
beban PPA yang menggerus laba, turunnya laba dari surat berharga, kewajiban membayar pajak yang kembali timbul sejak 2005, kenaikan beban operasional antara lain akibat inflasi yang tinggi, dan adanya
3
beban
pajak penghasilan,yang tidak dikenakan terhadap BNI pada tahun
sebelumnya.(www.bni.co.id).
Laba sebelum pajak pada tahun 2008 mengalami kenaikan dari tahun 2007.
Peningkatan signifikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan
bunga bersih, terutama dari pendapatan bunga kredit, serta peningkatan pendapatan operasional lainnya dari provisi dan komisi serta pendapatan premi asuransi tetapi naiknya laba sebelum pajak tersebut tidak diikuti dengan turunnya
jumlah kredit
yang
disalurkan
dan
penyisihan
penghapusan aktiva produktif yang mengalami kenaikan pada tahun 2008. Kondisi yang seharusnya terjadi apabila laba sebelum pajak naik maka jumlah kredit yang disalurkan dan penyisihan penghapusan aktiva produktif seharusnya menurun Apabila bank-bank mampu menekan rasio kredit bermasalah di bawah 5%, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar karena bank-bank akan menghemat uang yang diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
Dengan semakin kecilnya PPAP yang harus dibentuk bank -bank, maka laba usaha yang diperoleh menjadi semakin besar sehingga kinerja bank secara keseluruhan akan ikut membaik. Tingginya kredit bermasalah dan penyisihan penghapusan aktiva produktif dapat mempengaruhi bank untuk mendapatkan laba. Dengan demikian kredit bermasalah dan penyisihan
4
penghapusan aktiva produktif merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi besar kecilnya laba yang akan diperoleh perbankan.
M.I Eman (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh positif mengenai kualitas aktiva produktif dan kredit bermasalah terhadap profitabilitas Bank Tabungan Nasional. Hasil penelitian ini didukung oleh Hesty (2009) bahwa kecukupan modal , kualitas aktiva produktif dan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka pertanyaan penelitian dari perumusan masalah ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana aktiva produktif , kredit bermasalah dan rentabilitas pada PT. Bank BNI Tbk selama periode tahun 2012 - 2013?
1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskriptifkan kualitas aktiva produktif , kredit bermasalah dan rentabilitas pada Bank Negara Indonesia ?
5
1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Peneliti dan calon peneliti
memberikan wawasan yang luas bagi
peneliti dan calon peneliti dalam memahami dan menganalisis permasalahan yang ada. Sehingga dapat menambah kepustakaan terutama di bidang auditing dan menjadi referensi untuk penelitian yang serupa dengan topik yang sama. 2
Sebagai alat ukur untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan modal kerja didalam perusahaan khususnya perbankan
3
sebagai
bahan
masukan
khususnya
mengenai
Kualitas aktiva
produktif (KAP) dan Kredit bermasalah (NPL) agar perusahaan dapat merencanakan laba dengan lebih efektif dan efisien, untuk mendapatkan laba bersih yang lebih stabil dan meningkat setiap tahunnya.