1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang mempunyai kegiatan pokok menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang kemudian menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat lain dalam bentuk pinjaman. Hal ini sesuai dengan ketentuan pada Undang-undang No. 21 Tahun 2008 yaitu badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank terdiri atas dua jenis yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah (Osmad Muthaher, 2012: 13). Bank Syariah atau Lembaga Keuangan Syariah prinsipnya berbeda dengan lembaga keuangan konvensional dan salah satu produk pembiayaan yang khas dari Bank Syariah adalah pembiayaan mudharabah. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. (Awalil Rizky, 2007: 89). Beberapa jenis Lembaga Keuangan Syariah yang ada diantaranya adalah BMT yang pada awalnya berdiri sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat yang
1
2
membantu masyarakat yang kekurangan, yang miskin dan nyaris miskin (poor and near poor). Kegiatan utama yang dilakukan BMT ini adalah pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai bantuan permodalan. Permodalan bagi sebagian besar UMK (Usaha Mikro Kecil) di Indonesia menghadapi berbagai masalah yang bersifat multidimensi dan membutuhkan penanganan yang serius dari semua pihak. Meski keberadaan Usaha Mikro Kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai masalah, begitu juga untuk usaha di Jepara. Dari data BPS Jepara ada 9.022 unit usaha di Jepara yang ada ternyata belum semuanya dapat menikmati pembiayaan dari perbankan. Padahal unit usaha yang kebanyakan furniture ini mampu menyerap 86.100 pekerja di Jepara. (BPS Jepara, 2014). Permasalahan pembiayaan Usaha Mikro Kecil seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, khususnya bagi pihak Lembaga Keuangan seperti Perbankan dan Lembaga Keuangan non Bank seperti Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Salah satu BMT yang ada di Jepara adalah BMT Aman Utama yang menyediakan seperangkat mode financial seperti pembiayaan dengan model Mudharabah. BMT Aman Utama berada di lingkungan para pengusaha kecil sangat membantu dalam mengatasi permasalahan modal mereka, menggunakan sistem perbankan syariah kedalam sistem perhitungan ekonomi yang lebih murah. Menurut manager BMT Aman Utama Jepara, para nasabah Usaha Mikro Kecil setelah mereka menjadi nasabah usaha mereka tumbuh berkembang sehingga bisa melunasi kredit mereka dan manajemen akan memberikan penawaran kredit baru yang lebih besar. Marketing BMT Aman Utama Jepara
3
selain mencari kreditur juga dibekali ilmu pengelolaan usaha yang akan digunakan untuk mengatasi keluhan usaha para kreditur. Melihat fenomena tersebut maka mendasari penelitian ilmiah dengan judul “Analisis Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara.
1.2. Ruang Lingkup Penelitian Terkait dengan luasnya lingkup, permasalahan dan waktu serta keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan berkaitan perkembangan usaha mikro dan kecil setelah mendapatkan pembiayaan mudharabah, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada nasabah mudharabah BMT Aman Utama. 2. Penelitian ini hanya untuk menganalisis perkembangan usaha kecil di Jepara sebelum dan setelah memperoleh pembiayaan Mudharabah oleh BMT Aman Utama.
1.3. Perumusan Masalah Dengan adanya BMT, merupakan jalan alternatif untuk dapat memajukan sektor UMK ataupun pedagang golongan ekonomi lemah. Hal ini menarik untuk dikaji dengan perumusan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana modal Usaha Mikro Kecil sesudah dan sebelum mendapat bantuan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara?
4
2. Bagaimana omzet penjualan Usaha Mikro Kecil sesudah dan sebelum mendapat bantuan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara? 3. Bagaimana keuntungan Usaha Mikro Kecil sesudah dan sebelum mendapat bantuan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara?
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan modal usaha, omzet penjualan dan keuntungan Usaha Mikro Kecil sesudah dan sebelum memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara. 1. Menganalisis modal usaha Usaha Mikro Kecil sesudah dan sebelum mendapat bantuan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara. 2. Menganalisis omzet penjualan Usaha Mikro Kecil sesudah dan sebelum mendapat bantuan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara. 3. Menganalisis keuntungan Usaha Mikro Kecil sesudah dan sebelum mendapat bantuan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama Jepara.
1.5. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang perkembangan UMK setelah mendapatkan pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: a. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan pertimbangan BMT dalam mengambil keputusan untuk pemberian pembiayaan pada Usaha
5
Mikro Kecil, dan dalam pelaksanaan kegiatan usaha Usaha Mikro Kecil agar dapat lebih berkembang. b. Bagi peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mempertajam daya analisa serta mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktek di lapangan. c. Bagi UNISNU Jepara Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian serupa.
1.6. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini penulis mempergunakan sistematika penulisan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, ruang lingkup masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini memuat tentang landasan teori yang berhubungan dengan masalah, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.
6
BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas tentang hasil penelitian yang disajikan secara sistematis dari gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, analisis data dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan masalah penelitian.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Menurut UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah disebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Usaha Mikro dan Kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro dan kecil adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara. 7
8
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat (1) Usaha Mikro adalah usahaproduktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa : 1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah). Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Adapun kriteria Usaha kecil dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa : 1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan tempat usaha; atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar limaratus juta rupiah).
9
2.1.1.1. Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil Permasalahan, peluang dan pengembangan usaha kecil dalam ekonomi nasional maupun global menunjukkan hal-hal apa yang perlu diperkuat dalam percaturan bisnis (mampu atau tidak bertahan) dan usaha-usaha bagaimanakah yang perlu dikembangkan di masa-masa mendatang, dalam rangka mencapai perspektif usaha kecil yang potensial dan dinamis. Hal tersebut, terutama permasalahannya dikelompokkan atas 3 kategori berikut (Musa Hubeis, 2009: 4): 1. Permasalahan klasik dan mendasar, misalnya keterbatasan modal, SDM, pengembangan produk, dan akses pemasaran. 2. Permasalahan pada umumnya, misalnya antara peran dan fungsi instansi terkait dalam menyelesaikan masalah dasar yang berhubungan dengan masalah lanjutan, seperti prosedur perizinan, perpajakan, agunan, dan hukum. 3. Permasalahan lanjutan, misalnya pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang menyangkut perizinan, hak paten dan prosedur kontrak.
2.1.1.2. UMK (Usaha Mikro dan Kecil) Menurut Tambunan dalam Hadad (2004), beragam definisi Usaha Mikro Kecil yang dikeluarkan oleh berbagai instansi. Pengelompokan definisi Usaha Mikro Kecil ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
10
Tabel 1. Definisi Usaha Mikro Kecil Lembaga
Istilah
Pengertian Umum
UU No.9/95 ttg Usaha Kecil
Usaha kecil
Asset: Rp200 juta di luar tanah & bangunan; Omset: Rp 1 miliar/ tahun
BPS
Usaha mikro
Pekerja <5 orang, incl tng kerja keluarga
Usaha kecil
Pekerja 5 - 19 orang
Meneg Kop & UKM Bank Indonesia
Bank Dunia
Usaha menengah Usaha kecil
Pekerja 20 - 99 orang Aset < Rp200 juta, Omset < Rp1 miliar/thn
Usaha menengah
Aset > Rp200 juta, Omset > Rp 1 miliar/thn
Usaha mikro
Usaha keluarga miskin, teknologi sederhana
Usaha kecil Usaha menengah
Aset < Rp200 juta, Omset < Rp1 miliar/thn Aset > Rp200 juta dan < Rp5 miliar (utk industri) dan Aset > Rp200 juta dan < Rp6 miliar (utk jasa lainnya); serta Omset Rp3 miliar/thn Aset di luar tanah & bangunan
Usaha mikro
Pekerja <10 orang, Aset
Usaha kecil
Pekerja >10 orang dan <50 orang, Aset >USD 100 ribu dan
USD 100 ribu/thn dan
Usaha menengah
Pekerja >50 orang dan <300 orang, Aset >USD300 ribu dan USD300 ribu/thn dan
Sumber: Tambunan dalam Hadad (2002), Hal. 11 Menurut Sanim dalam Thamrin (2002), peranan usaha kecil dapat dilihat secara lebih rinci pada tingkat atau level makro (analisis suatu kesatuan atau agragat) yang dapat menyebabkan, yaitu: 1. Penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru (employment dan creat new job), 2. Breeding Ground untuk bisnis baru,
11
3. Usaha bersama kekeluargaan (cooperatif), 4. Mengurangi kecemburuan sosial, karena adanya kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan. Peranan usaha kecil pada tingkat mikro (analisis usaha kecil mikro dan koperasi) adalah sebagai: 1. Alat distibusi untuk bisnis besar, 2. Sumber pendapatan dan perolehan devisa, 3. Menciptakan kompetisi, 4. Medan bagi inovasi independent dan bakal kewirausahaan, 5. Kontribusi bagi desentralisasi. Batasan usaha kecil dapat dilihat dari berbagai segi yang menyangkut ciriciri khusus dan ukuran skala atau kapasitas usaha. Menurut Mintzberg dalam Sutojo (1993), kriteria sektor usaha kecil adalah struktur organisasi yang masih sangat sederhana dan mempunyai karakter yang khas. Menurut hasil penelitian lembaga manajemen FEUI, profil usaha kecil di Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas terpasang 60 persen atau kurang. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kesalahan dalam perencanaan dan ketidakmampuan memperbesar pasar. 2) Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha. Pada masa persiapan (sebelum investasi) terdapat dua permasalahan yang menonjol yaitu pemodalan dan kemudahan usaha
12
(lokasi dan perizinan). Pada tahap selanjutnya (pengenalan usaha) sektor usaha kecil menghadapi masalah pemasaran ditambah dengan masalah permodalan dan hubungan usaha. Pada tahap peningkatan usaha, sektor ini kembali menghadapi permasalahan dalam permodalan den pengadaan bahan baku. 3) Umumnya
sulit
untuk
meningkatkan
pangsa
pasar
bahkan
cenderung mengalami penurunan usaha yang terjadi karena kekurangan modal, tidak mampu memasarkan dan kurang keterampilan khas dan adminisrasi. 4) Tingkat ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah berupa permodalan, pemasaran dan pengadaan barang/bahan relatif tinggi. 5) Hampir lebih dari 50 persen dari usaha kecil masih mempergunakan teknologi tradisional. 6) Hampir sekitar 70 persen dari usaha kecil masih melakukan pemasaran langsung kepada konsumen. 7) Sebagian besar pengusaha kecil dalam usaha memperoleh bantuan perbankan merasa terlalu rumit dan dokumen yang harus dipersiapkan sulit dipenuhi.
2.1.2. Baitul Maal Watamwil 2.1.2.1. Pengertian Baitul Maal Watamwil Untuk mengetahui apa sebenarnya Baitul Maal Watamwil, dapat dipisahkan dalam dua pengertian yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul
13
Maal adalah suatu lembaga keungan yang usaha pokoknya adalah menerima dan menyalurkan dana umat Islam bersifat non konversial. Sumber dana Baitul Maal berasal dari zakat, infaq dan sodakhoh, hibah, sumbangan dan lain-lain. Adapun penyaluran disampaikan kepada mereka yang
berhak
(mustahik) yaitu fakir miskin, mu’alaf, ghorim, memerdekakan hamba sahaya, amilin, orang-orang yang be rjuang dijalan Allah SWT serta fi sabilillah. Ciri-ciri operasional Baitul Maal adalah: a. Visi dan misi sosial (non profit) b. Mamiliki fungsi sebagai mediator antara pembayar zakat dan penerima
(Muzaki) zakat (Mustasik). c. Tidak boleh mengambil profit apapun dari operasinya. d. Pembayaran operasi diambil dari 12,5 % (seperdelapan) dari zakat
total. Baitul tamwil adalah institusi/lembaga keuangan umat Islam yang usaha pokoknya adalah penghimpun dana dari pihak ketiga (deposen) dan memberikan pembiayaan- pambiayaan kepada usaha yang produktif dan menguntungkan. Sumber dana Baitul Tamwil berasal dari simpanan/tabungan, saham dan lain-lain. Alokasi dananya kepada pembiayaan- pembiayaan dan investasi. Ciri-ciri Baitul Tamwil adalah: a. Visi dan misi ekonomi (komersial) b. Dijalankan dengan perisip ekonomi Islam c. Memiliki fungsi sebagai mediator antara pemilik kelebihan dana
(penabung) dengan pihak yang kekurangan dana (peminjam).
14
d. Pembiayaan operasional berasal dari asset sendiri atau dari
keuntungan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa BMT adalah suatu lembaga informal yang melayani jasa tabungan dan kredit serta melayani jasa penerimaan dan pembagian zakat, infaq dan shodaqoh. Meskipun bergerak dalam bidang yang hampir sama dengan operasi perbankan, tetapi BMT berbadan hukum sebagai koperasi serba usaha atau koperasi simpan pinjam.
2.1.2.2. Ciri-ciri BMT Ciri-ciri yang terdapat pada BMT adalah sebagai berikut: a. Modal awal lebih kurang Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp.
10.000.000,-. b. Memberikan pembiayaan Rp. 50.000,- sampai dengan 2.000.000,-
tergantung perkembangan modal. c. Menerima titipan BAZIS dari zakat, infaq dan sodaqoh. d. Calon pengelola atau manager dipilih lulusan DIII, S 1 yang
beraqidah komitmen tinggi pada perkembangan umat, amanah dan jujur. e. BMT adalah lembaga milik masyarakat setempat, dikendalikan oleh
tokoh-tokoh atau wakil-wakil masyarakat dilingkungan itu juga. (jamaah Masjid, pesantren) dalam lingkungan yang terbatas. f. Menggiatkan dan menjemput berbagai jenis simpanan atau tabungan
15
Mudharabah, penghimpun dana, demikian pula terhadap nasabah pembiayaan. g. Manajernya profesioanl Islami. h. Adminstrasi pembukuan dan prosedur perbankan. i. Aktif bekerja sama pada nasabah terutama pada nasabah pembiayaan
usaha. j. Perilaku Ahsanu Amala k. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan dikelola oleh sejumlah staf
yanag terbatas, karena sebagai staf harus aktif bergerakdilapangan untuk
mendapat
nasabah
pembiayaan
dan
moderator
serta
mensupervisi usaha nasabah baik nasabah penyimpan dan nasabah peminjam. l. Baitul maal Watamwil, mengadakan pertemuan rutin secara berkala
yang waktu dan tempatnya disesuaikan dengan kegiatan nasabah anggota Baitul Maal Wattamwil.
2.1.2.3. Tujuan dan Analisis Pembiayaan BMT Pembiayaan yang diberikan BMT kepada pengusaha mikro dan kecil diberikan dalam rangka untuk : 1. Upaya memaksimalkan laba Artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertentu, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal.
16
2. Upaya meminimalkan resiko Artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. 3. Pendayagunaan sumber ekonomi Artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. 4. Penyaluran kelebihan dana Artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan.
2.1.2.4. Produk Pembiayaan BMT Dalam pembiayaan produktif, baik yang diperuntukkan sebagai modal kerja maupun investasi, masyarakat dapat memilih empat model pembiayaan BMT. Pola pembiayaan ini merupakan kontrak yang mendasari berbagai produk layanan masyarakat BMT dalam usahanya. Dan secara umum pembiayaan BMT tersebut dapat diklasifikasikan kepada empat kategori umum, yaitu: 1. Prinsip bagi hasil (syirkah) Syirkah dalam bahasa Arab berarti pencampuran atau interaksi atau membagi sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum kebiasaan yang ada. Prinsip syirkah untuk produk pembiayaan BMT dapat dioperasikan dengan pola-pola sebagai berikut :
17
a. Musyarakah Merupakan kerjasama dalam usaha oleh dua pihak. Ketentuan umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut : 1) Semua modal disatukan untuk menjadi modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. 2) Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana usaha. 3) Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dengan tidak boleh melakukan tindakan. 4) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain. 5) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama bila ; menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap hukum. Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek jangka waktu proyek harus diketahui bersama dan proyek dijalankan harus disebutkan dalam akad. b. Mudharabah Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak pertama menyediakan dana (shahibul maal) dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (mudharib) (Kautsar Riza Salaman, 2012:74). Dalam kegiatan penyaluran dana dengan bentuk pembiayaan mudharabah berlaku persyaratan adanya kesepakatan kerjasama yang jelas antara pihak perbankan dengan mudhorib.
18
2. Prinsip jual beli (tijarah) Jual beli secara entimologi berarti menukar harta dengan harta, sedangkan secara terminologis artinya adalah transaksi penukaran selain fasilitas dan kenikmatan. Sedangkan prinsip jual beli dapat dikembangkan menjadi bentuk-bentuk pembiayaan sebagai berikut : a. Pembiayaan Murabahah Menjual dengan modal asli bersama tambahan keuntungan yang jelas. Dalam penerapannya BMT bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual barang halal tertentu yang dibutuhkan anggota. Besarnya keuntungan yang diambil oleh BMT atas transaksi murabahah bersifat konstan. Keadaan ini berlangsung sampai akhir pelunasan utang oleh anggota kepada BMT. Secara umum murabahah memiliki syarat-syarat: 1) BMT memberitahu biaya modal (harga pokok) kepada anggota. 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba. 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang. 6) Bai ‘As Salam Akad pembelian barang yang mana barang yang dibeli diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai di muka. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang kualitas, kuantitas,
19
harga dan waktu penyerahan. Ketentuan umum dalam bai ’as salam adalah : 1) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. 2) Apabila hasil produksi diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, anggota harus bertanggungjawab. 3) Mengingat BMT tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai
persediaan,
maka
BMT
dimungkinkan
melakukan akad salam dengan pihak ketiga. 3. Bai’i Al Istishna’ Istishna’ menurut Muhammad (2005) adalah akad penjualan antara pembeli dan produsen (yang juga bertindak sebagai penjual) (Osmad Muthaher, 2012: 104). 4. Prinsip sewa (ijarah) Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Objek transaksi dalam ijarah adalah jasa. Pada akhir masa sewa, BMT dapat saja menjual barang yang disewakan kepada anggota. 5. Prinsip jasa Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah ta’awuni atau tolong menolong. Berbagai pengembangan dalam akad ini meliputi:
20
a. Al Wakalah Wakalah berarti BMT menerima amanah dari investor yang akan menanam modalnya kepada anggota, investor menjadi percaya kepada anggota karena adanya BMT yang akan mewakilinya dalam penanaman investasi. b. Kafalah Kafalah berarti pengalihan tanggung jawab sesorang yang dijamin kepada orang lain yang menjamin. c. Hawalah Hawalah atau hiwalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penangung. Hawalah dapat terjadi kepada : 1) Factoring atau anjak piutang, yaitu anggota yang mempunyai piutang mengalihkan piutang tersebut kepada BMT dan BMT membayarnya kepada nasabah, lalu BMT akan menagih kepada orang yang berhutang. 2) Post date check, yaitu BMT bertindak sebagai juru tagih atas piutang nasabah tanpa harus mengganti terlebih dahulu. 3) Bill discounting, secara prinsip transaksi ini sama dengan hawalah pada umumnya. d. Rahn Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.
21
2.1.3. Pembiayaan Mudharabah 2.1.3.1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah Muhammad Syafi’i Antonio (2001:95) mengemukakan bahwa alMudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, sipengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Menurut UU No.21 Tahun 2008, Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atas tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Selanjutnya menurut Muhammad (2002;102), pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayan antara Bank Islam dan nasabah dimana bank Islam menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya. Jenis usaha yang dimungkinkan untuk diberikan pembiayaan adalah usaha-usaha kecil seperti pertanian, industri rumah tangga dan perdagangan.
22
2.1.3.2. Jenis-jenis Al-Mudharabah Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudarabah muthalaqah dan mudharabah muqayyadah 1. Mudharabah Muthlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. 2. Mudrabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat
usaha.
Adanya
pembatasan
ini
seringkali
mencerminkan
kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. 2.1.3.3. Rukun Dan Ketentuan Umum Akad Mudharabah Rukun yang terdapat pada akad mudharabah terdiri dari: 1. Malik, atau Shohibul maal ialah yang mempunyai modal. 2. Amil, atau Mudhorib ialah yang akan menjalankan modal 3. Amal, ialah usahanya. 4. Maal, ialah harta pokok atau modal. 5. Shighot, atau perintah atau usaha dari yang menyuruh berusaha.
23
6. Hasil Ketentuan umum yang berlaku dalam akad mudharabah adalah: 1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama. 2. Hasil
dari
pengelolaan
modal
pembiayaan
mudharabah
dapat
diperhitungkan dengan dua cara: a. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan . b. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cidera janji maka dengan sengaja misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan sanksi administrasi. Adapun Empat fungsi pengusaha/pelaksana dalam aqad mudharabah, yaitu: 1. Mudharib: pengelola dana, melakukan dhorb ialah perjalanan dan pengelolaan usaha. Dhorb ini dapat dianggap sebagai saham-penyertaannya. 2. Pemegang amanah: mudharib menjaga dan mengusahakannya dalam investasi dan mengembalikannya sesuai dengan akad dan kesepakatan bersama.
24
3. Wakil: mewakili shohibul maal untuk melakukan kegiatan usaha 4. Syarik: sebagai partner penyerta yang berhak menerima keuntungan dengan yang telah disepakati bersama. Mekanisme operasional mudharabah dapat di gambarkan pada gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Skema Kerja Prinsip Al – Mudharabah Perjanjian Bagi Hasil Nasabah (Mudharib)
Bank Syariah (Shahibul maal) Keahlian
Modal 100%
Proyek/Usaha
Pengembalian Modal Pokok
Keuntungan
Nisbah Y%
Bagi hasil sesuai dengan nisbah
Nisbah Y%
Modal
Sumber: Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, 2005.
25
2.1.4. Manfaat Dan Resiko Mudharabah 2.1.4.1. Manfaat Mudharabah Manfaat Akad mudharabah yang dapat dirasakan oleh pihak bank sebagai pihak shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib, yaitu sebagai berikut: 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spred. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas (cash flow) usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah atau al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank
akan menagih penerima
pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.1.4.2. Risiko Mudharabah Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi. Diantaranya:
26
1. Side streming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur
2.2.
Hasil Penelitian Terdahulu Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksukan untuk menggali informasi tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan penelusuran penelitian ini akan dapat dipastikan sisi ruang yang akan diteliti, yang dapat diteliti dalam ruangan ini, dengan harapan penelitian ini tidak tumpang tindih dan tidak terjadi penelitian ulang dengan penelitian terdahulu. Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
27
Tabel 2. Penelitian terdahulu No
Nama Peneliti
Judul
1.
Analisis peran kredit mikro dari Cahyo Trio PD BPR BKK Utomo, Kebumen cabang Achma Kutowinangun Hendra dalam upaya Setiawan mengembangkan 2013 usaha mikro di wilayah kerjanya
2.
Peran kredit dari koperasi serba usaha (ksu) “artha sukses” terhadap perkembangan usaha mikro yang menjadi anggotanya di kota Semarang
Pipit Mustofa, Achma Hendra Setiawan, 2013
Metode
Hasil Penelitian
Variabel modal meningkat 250%,diikuti variabel Uji keuntungan meningkat Statistik 140%, dan variabel Pangkat pendapatan meningkat 139% Wilcoxon setelah adanya kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kredit yang diberikan oleh Koperasi Wilcoxon Serba Usaha (KSU) Artha sukses terhadap usaha mikro yang menjadi anggotanya di Kota Semarang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya
Sri Peran keuangan Hasil analisis perkembangan Murwanti lembaga mikro Metode usaha pedagang setelah dan Mu syariah analisis memperoleh pembiayaan 3. hammad untuk usaha regresi BMT, baik keuntungan Shola mikro di sederhana ataupun keuntungan nasabah huddin, Wonogiri meningkat. 2013 Sumber: Cahyo Trio Utomo, Achma Hendra Setiawan 2013, Pipit Mustofa, Achma Hendra S 2013 dan Sri Murwanti dan Muhammad Sholahuddin, 2013. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian Cahyo Trio Utomo dan Achma Hendra Setiawan, 2013 menganalisis peran kredit mikro dalam mengembangkan usaha mikro yang hasilnya untuk mengetahui peningkatan modal sebesar 250%, diikuti variabel keuntungan yang meningkat 140%, dan variabel pendapatan meningkat 139% setelah adanya kredit PD. Sementara penelitian oleh Pipit
28
Mustofa, Achma Hendra Setiawan, 2013 meneliti pengaruh lembaga keuangan KSU terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil. Penelitian Sri Murwanti dan Muhammad Shola huddin, 2013 meneliti peran keuangan lembaga mikro syariah untuk usaha mikro secara kuantitatif. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah analisis perkembangan Usaha Mikro Kecil setelah mendapat pembiayaan dengan lebih fokus pada bentuk pembiayaan mudharabah BMT Aman Utama Jepara terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil nasabahnya. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif dengan metode uji beda t menggunakan paired sample T-test dan menggambarkan perkembangan Usaha Mikro Kecil setelah mendapat pembiayaan mudharabah. Sementara penelitian terdahulu ada yang menggunakan regresi.
2.3.
Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usaha mikro di Kota Jepara sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama. Analisis tersebut akan dapat dilihat perbedaan besarnya modal usaha, omzet penjualan, dan keuntungan pada usaha mikro sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama di Kota Jepara. Berdasarkan uraian teori maka, kerangka penelitian dalam penulisan skripsi ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
29
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pembiayaan Mudharabah BMT Aman Utama Perkembangan Usaha
Sebelum mendapatkan pembiayaan Mudharabah 1. Modal Usaha 2. Omset Penjualan 3. Keuntungan
Sesudah mendapatkan pembiayaan Mudharabah 1. Modal Usaha 2. Omset Penjualan 3. Keuntungan
Analisis Perbandingan Perkembagan usaha Penelitian ini lebih ditujukan untuk menganalisis bagaimana Usaha Mikro Kecil sebelum mendapat pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama. Dan bagaimana peran pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama terhadap perkembangan usaha mikro yang dilihat dari perbedaan modal usaha, omzet penjualan, dan keuntungan antara sebelum dan sesudah memperoleh kredit. Berdasarkan perumusan masalah dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
2.4.
Perumusan Hipotesis Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
30
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut : Ha 1
: Diduga ada perbedaan modal Usaha Mikro Kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama.
Ho 1
: Diduga tidak ada perbedaan modal Usaha Mikro Kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama.
Ha 2
: Diduga ada perbedaan omzet penjualan Usaha Mikro Kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama.
Ho 2
: Diduga tidak ada perbedaan omzet penjualan Usaha Mikro Kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama.
Ha 3
: Diduga ada perbedaan keuntungan Usaha Mikro Kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama.
Ho 3
: Diduga tidak ada perbedaan keuntungan Usaha Mikro Kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama.
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi operasional Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2009). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan Usaha Mikro Kecil antara sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama. Perkembangan usaha adalah tugas dan proses persiapan analitis tentang peluang perumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang pertumbuhan usaha tetapi tidak termasuk keputusan tentang strategi dan implementasi dari peluang pertumbuhan usaha. Adapun hal yang perlu diamati dalam penelitian ini untuk mengetahui perkembangan Usaha Mikro Kecil dalam pembiayaan mudharabah di BMT Aman Utama adalah : a. Modal Usaha Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Listyawan Ardi Nugraha (2009 : 11) “Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu 31
32
yang menambah kekayaan.” Modal dalam penelitian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan
bisnis.
Banyak
kalangan
yang
memandang bahwa modal uang bukan segala-galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. (Singgih Santoso, 2000). Dengan adanya pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama dapat membantu modal usaha UMK, disamping itu dengan adanya modal pinjaman biasanya timbul motivasi untuk mengerjakan usahanya dengan sungguh-sungguh. Modal usaha dilihat dari seluruh modal atau dana yang dimiliki UMK untuk kegiatan operasional perusahaan. Indikator modal usaha menurut Singgih Santoso, 2000 adalah: Kemampuan finansial perusahaan dalam menjalankan operasional usaha untuk memproduksi barang dan jasa. Adapun satuan yang digunakan untuk mengukur modal usaha yaitu dalam bentuk nominal uang setiap tahunnya (Rupiah). b. Omzet Penjualan Omzet penjualan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 626) adalah jumlah hasil penjualan (dagangan), omzet penjualan total jumlah penjualan barang/ jasa dari laporan laba rugi perusahaan (laporan operasi) selama periode penjualan tertentu. Dari definisi diatas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan omzet penjualan
33
adalah total jumlah barang dan jasa yang dihitung berdasarkan jumlah laba bersih dari laporan laba-rugi perusahaan (laporan operasi) selama suatu masa jual. Omset penjualan ini dilihat berdasarkan seluruh hasil pendapatan yang diperoleh UMK selama satu bulan. Omset menurut (Cahyo Trio Utomo,2013) adalah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam sebulan penjualan yang dihasilkan oleh pengusaha mikro. Adapun pendapatan ini dapat dihitung dengan mengalikan total jumlah yang terjual dengan harga. Indikator dalam penelitian ini adalah naik atau menurunnya pendapatan apabila pendapatan yang dimiliki usaha mikro kurang dari jumlah sebelum dan sesudah adanya pembiayaan. c. Keuntungan Keuntungan menurut Henry Simamora (2002:45) adalah perbandingan antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih. Keuntungan berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada usaha dan akan mempengaruhi kegiatan usaha pada periode tertentu dan keuntungan didapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari beban maka peruashaan akan mendapatkan kentungan apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi. Keuntungan ini dilihat berdasarkan laba yang diperoleh Usaha Mikro Kecil selama kegiatan satu bulan.
34
Keuntungan menurut (Cahyo Trio Utomo,2013) adalah jumlah produk yang telah laku terjual, dibeli konsumen dan hasil penjualan di kurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Indikator keuntungan adalah: berkembang atau menurunnya keuntungan yang dimiliki usaha mikro dilihat dari jumlah keuntungan sebelum dan sesudah adanya pembiayaan.
3.2. Jenis dan Sumber Data Adapun data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer Menurut Burhan Bungin (2005: 132) data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil dari penyebaran kuisioner kepada nasabah untuk dijadikan sampel dalam penelitian dan keterangan-keterangan dari pihak BMT Aman Utama dan nasabah yang memiliki Usaha Mikro dan kecil (UMK) yang telah mendapatkan pembiayaan mudharabah dari BMT Aman Utama. b. Data Sekunder Menurut Burhan Bungin (2005: 132) data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder dapat berupa bukti
35
dokumen, catatan, atau laporan historis, buku-buku teks literatur mengenai pembiayaan mudharabah kepada Usaha Mikro Kecil. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah yang bersumber dari kantor BMT Aman Utama Jepara. Data yang digunakan tersebut berupa: jumlah nasabah, data Usaha Mikro Kecil kreditur mudharabah dan data pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT Aman Utama Jepara kepada nasabah.
3.3. Metode Pengumpulan data a. Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. (Arikunto 2005: 140) Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari responden. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala yaitu merupakan kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tanda silang (X) pada tempat yang sudah disediakan dengan alternatif jawaban yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. (Arikunto 2005: 105). b. Dokumentasi Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari catatan-catatan yang dimiliki UMK dan BMT Aman Utama. Adapun data yang dikumpulkan berupa :
36
jumlah nasabah, data UMK kreditur mudharabah dan data pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT kepada nasabah. c. Kepustakaan Pengumpulan data dengan metode studi pustaka ini dilakukan melalui kepustakaan dari berbagai macam sumber guna mendukung penyusunan karya tulis.
3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan katakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto 2005: 115). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua nasabah BMT Aman Utama Jepara yang berjumlah nasabah BMT ada 2021 orang. (Bagian Administrasi BMT Aman Utama Jepara, 2014) 3.4.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Bannyaknya nasabah sebagai populasi di BMT Aman Utama Jepara, maka akan difokuskan untuk mendapatkan sampel yang akurat yang dapat mewakili semua nasabah BMT Aman Utama Jepara.
37
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 95 responden. Jumlah nasabah BMT Aman Utama Jepara yang berjumlah nasabah BMT ada 2021 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: n =
N
Dimana:
1+ Ne =
2
n = Responden
2.021
N = Jumlah Populasi 2
1 + 2.021 (10 % ) =
e = Tingkat kesalahan
2.021 1 + 2.021 ( 0,01 )
=
2.021 21,21
= 95,28 (dibulatkan 95) Untuk mengambil sampel penelitian sebanyak 95 responden dalam penelitian ini menggunakan tehnik Random sampling. Menurut Sugiyono (2009:77) adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan urutan angka yang terstruktur, yaitu pengambilan sampel dengan cara memilih sampel dengan kriteria tertentu dengan memilih secara acak orang yang cocok dan bersedia menjadi sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto:2005).
38
3.5.
Metode Pengolahan Data Analisis yang digunakan untuk mengolah data yang berjumlah besar dan
bisa di klasifikasikan serta diukur. Dalam penelitian ini akan digunakan alat analisis yaitu. Regresi linier untuk mengukur pengaruh modal usaha, omset penjualan dan keuntungan terhadap perkembangan usaha nasabah. Untuk melakukan analisis tersebut ada beberapa tahap yang akan dilaksanakan yaitu: 1. Editing, Proses yang dilakukan setelah data terkumpul untuk melihat apakah jawaban-jawaban pada kuesioner telah berisi lengkap atau belum. 2. Coding, Proses pemberian kode tertentu terhadap aneka ragam jawaban kuesioner untuk di kelompokkan dalam kategori yang sama. 3. Tabulasi, pengelompokan data diatas jawaban responden dengan teliti dan teratur, kemudian dihitung dan di jumlahkan sampai terwujut dalam bentuk tabel. Sehingga didapatkan hubungan antara variabel-variabel yang ada.
3.6. Metode Analisis Data. Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar kesimpulan yang di peroleh dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah sebagai berikut: Analisis yang digunakan untuk mengolah data yang berjumlah besar dan bisa di klasifikasikan serta diukur. Dalam penelitian ini akan digunakan alat analisis yaitu uji beda T dengan bantuan SPSS 18.
39
Dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan mudharabah dengan diterapkannya Aplikasi SPSS 18, Uji Beda (Paired Sample T-test). Paired Sample T-test digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel bebas yang berpasangan (Imam Ghozali, 2009). Uji statistik untuk pengujian hipotesis data berpasangan dinyatakan sebagai berikut : Dan standar deviasi (sd) dirumuskan sebagai berikut : = ∑ D n
Dimana: t
: Nilai distribusi t : Perbedaan nilai rata-rata dua sampel
SD
: Perbedaan deviasi standar dua sampel
n
: Jumlah observasi didalam sampel ke 1 atau sampel ke 2.
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah KJKS BMT Aman Utama Jepara Koperasi BMT Aman Utama Jepara Didirikan oleh oleh dewan pendiri dengan tujuan mendukung kegiatan dakwah dan memperjuangkan system
syari’ah dalam bermu’amalah dimasyarakat. Sehingga sesuai
dengan perkembangan kedepan bahwa lembaga Koperasi BMT Aman Utama Jepara ini tetap konsisten mendukung kegiatan da’wah Islamiah. BMT Aman Utama Jepara didirikan atas dasar bahwa iklim usaha tidak menguntungkan bagi pengusaha kecil bisa berkembang menjadi besar. Selain itu pengusaha kecil jumlahnya mendominasi dan menjadi tumpuan perekonomian tetapi dari sisi kualitas tidak mempunyai kekuatan yang dapat mendukung perekonomian secara makro. Perputaran ekonomi yang dominan didaerah perkotaan, sementara masyarakat pedesaan yang jumlahnya mayoritas dari penduduk Jepara belum mendapat perhatian yang signifikan baik dari pemerintah maupun dari investor. Kondisi semacam ini membuat perkembangan ekonomi didaerah pedesaan cenderung lamban bahkan tidak berkembang, akibatnya terjadi urbanisasi besar-besaran. Perhatian para anggota BMT Aman Utama Jepara adalah bahwa pengusaha mikro harus tumbuh menjadi kekuatan ekonomi sehingga bisa mensejahterakan masyarakat.
40
41
Menyadari adanya hal tersebut maka, timbulah kesadaran untuk memencahkan persoalan perekonomian ditingkat pedesaan sebagai bentuk perwujudan peran serta dalam pembangunan dibidang ekonomi. Akhirnya disepakati pembentukan BMT Aman Utama Jepara yang bekedudukan di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Pada tangga 13 Mei 2007 BMT Aman Utama Jepara berdiri dengan modal awal Rp. 9.700.000 dari 27 pendiri. Pada tanggal 29 Agustus 2008 BMT Aman Utama Jepara secara resmi mendapatkan ijin usaha dengan berbadan hukum Koperasi.
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan BMT 1. Visi, Mewujudkan lembaga keuangan profesional yang tangguh, aman (dapat dipercaya) dan barokah bagi kebutuhan masyarakat. 2. Misi a. Memberdayakan ekonomi dan mewujudkan maslahat baik secara individu maupun masyarakat secara luas terutama yang memiliki usaha kecil melaluio skim pembiayaan yang mudah, murah dan terjangkau agar berkembang maju. b. Mendorong masyarakat untuk menabung agar dapat merencanakan masa depan yang lebih baik. 3. Tujuan a. Mewujudkan kesejahteraan anggota. b. Memberikan pelayanan simpanan. c. Melayani pembiayaan modal usaha, pembiayaan jual beli, pembiayaan kebajikan (Qordhul hasan) dan pinjaman murni (Qiroth).
42
d. Melayani dan menyalurkan ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) serta hewan Qurban
4.1.3. Keyakinan Dasar dan Nilai Dasar Keyakinan dasar dari seluruh personil yang senantiasa ditumbuh kembangkan dan di integrasikan pada manajemen perusahaan (tim kerja), sehingga menjadi kekuatan dan motivasi dalam mencapai visi dan misi. 1. Pengabdian/ Worship Kami meyakini dan mendasari bahwa yang dilakukan seluruh personel BMT Aman Utama Jepara dalam rangka memperjuangkan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan adalah untuk ibadah kepada Allah. Agar dalam menjalankan tugas dapat mengemban amanah sebagai ibadah maka seluruh personel BMT mempunyai kepribadian sebagai berikut: a. Bersih/ fitrah Yaitu pribadi yang mengekpresikan seluruh sikap dan tindakan apa adanya, bebas dari kepentingan pribadi, prasangka dan bentuk-bentuk kepribadian yang menyimpang yang dapat menodai fitrah fitrah manusia. b. Beriman Semua personel BMT Aman Utama Jepara ditarbiah dengan pengajian tiap-tiap pekan agar menjadi pribadi yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang benar akan membuahkan amal yang sholih. Iman yang kokoh akan mampu
merubah kepribadian seseorang menjadi tangguh
sehingga dalam menjalankan tugas tidak lemah dan gampang berputus
43
asa. Bahkan iman yang tangguh dalam pribadi seseorang dapat mendatangkan pertolongan Allah, sehingga hal-hal yang kadang tidak mungkin bagi kebanyakan orang akan mampu dilakukan oleh orang-orang yang mendapat pertolongan Allah. c. Istiqomah/ Konsisten Pribadi yang istiqomah yang akan mampu memikul beban yang berat dan akan mampu mengantarkan pada tujuan yang dikehendaki oleh perusahaan, menjalankan tugas dengan baik, sabar dan penuh ketelitian. Tidak gampang terkena pengaruh luar yang akan membelokan pada arah yang telah ditentukan sebelumnya. d. Orientasi Mencari ridho Allah Dengan ridho Allah yang menjadi tujuan maka setiap personel akan dapat bekerja dengan ikhlas.
Bekerja dengan maksimal untuk mendapatkan
karya yang terbaik bukan semata ingin mendapatkan materi duniawi. Pribadi yang ikhlas tidak akan mungkin melakukan tidakan yang merugikan pihak lain atau mementingkan kepentingan pribadi merugikan
perusahaan maupun orang lain.
yang dapt
Tidak akan ada korupsi,
manipulasi dan hal-hal yang menyimpang. 2. Berbagi Konsep berbagi / Shodaqoh akan mampu mengikis kesenjangan yang terjadi antara pimpinan dan karyawan disegala jajaran. Dengan berbagi maka tidak akan mengurangi tetapi justru akan bertambah berlipat ganda. Kaitan dengan konsep berbagi dalam manajemen BMT Aman Utama Jepara adalah:
44
a. Power Seorang pimpinan tidak akan mungkin mampu menjalankan tugas perusahaan secara keseluruhan karena keterbatasan.
Dengan
konsep
berbagi wewenang (power) maka kerja perusahaan akan menjadi efektif. Segala keputusan akan dapat direalisasikan dengan cepat dan terpat sesui dengan kebutuhan. Kinerja akan menjadi efisien dan efektif. b. Informasi Informasi yang didominasi oleh orang- orang tertentu dalam perusahaan akan mendatangkan kecemburuan, kecurigaan dan hal hal yang dapat mengundang ketidak harmonisan antar karyawan. Kondisi yang tidak harmonis akan mempengaruhi kinerja perusahaan menjadi tidak stabil, oleh karena berbagi informasi sangat dibutuhkan dalam perusahaan. c. Ilmu/ Knowledge Berbagi ilmu akan menambah kemampuan skil seluruh personel karyawan BMT Aman Utama Jepara sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja dan out put yang dihasilkan,
meningkatkan daya saing ditengah
competitor yang ada. d. Penghargaan/ Rewards Seluruh personel disemua jajaran akan mendapatkan rewards dari hasil karyanya sesuai dengan
prestasinya masing-masing. Semakin tinggi
prestasi yang dihasilkan akan semakin tinggi penghargaan yang diperoleh. Dengan konsep ini akan selalu memicu semua karyawan untuk berlomba menghasilkan kinerja yang terbaik.
45
3. Perang Dalam persaingan berlaku hukum perang yaitu
yang paling kuat
merekalah pemenangnya. Dalam konsep bisnis tentunya bukan perang dalam artian pertempuran senjata tetapi pertempuran merebut hati pelanggan sehingga pemenangnya adalah mereka yang mampu memberikan pelayanan terbaik ataupun yang mempunyai ikatan kuat dengan para pelanggan. Dalam hal ini BMT Aman Utama Jepara mempersiapkan empat bekal untuk memenangkan pertempuran tersebut. a. Militan seluruh personel b. Intelektual. c. Kompetitif d. Regeneratif.
4.1.4. Program Kerja Dalam rangka mencapai visi dam misi perusahaan maka BMT Aman Utama Jepara telah merumuskan program kerjanya sebagai berikut: 1. Program jangka pendek a. Memberikan pelayanan penguatan permodalan dan menyediakan fasilitas peningkatan
taraf hidup dengan program pembiayaan
murobahah dan mudharobah. b. Melakukan standarisasi manajmen sehingga menjadi lembaga yang tangguh mampu bersaing dengan lembaga lain.
46
c. Memperbaiki system pelayanan sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan. d. Meningkatkan SDM seluruh personel. 2. Program Jangka Menengah a. Mengembangkan kerjasama dengan akses permodalan
dengan lembaga-lembaga yang terkait sehingga dapat meningkatkan kapasitas
pelayanan yang lebih luas kepada seluruh anggota. b. Mengembangkan
dan
memperluas
daerah
pelayanan
dengan
memperbanyak kantor pelayanan sehingga mempu memberikan manfa’at yang lebih luas lagi kepada masyarakat. 3. Program Jangka Panjang a. Menjadikan lembaga yang mengakar dimasyarakat, sebagai lembaga pilihan
yang dicintai serta mampu memberikan pelayanan dan
manfa’at yang terbaik bagi masyarakat b. Menjadikan BMT Aman Utama sebagai perusahaan yang kuat dan diperhitungkan ditingkat nasional. c. Mendirikan
jaringan perusahaan pendukung di sektor riel
yang
mampu memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan kemakmuran masyarakat lokal. Dalam melaksanakn program kerja akan selalu disesuaikan dengan perkembangan aset yang dimiliki BMT Aman Utama Jepara. Berikut data perkembangan aset BMT Aman Utama Jepara.
47
4.1.5. Struktur Organisasi BMT Aman Utama Jepara Jumlah pengelola KJKS BMT Aman Utama Jepara sampai sa’at ini 67 orang ditambah dengan penjaga 2 orang. Adapun struktur organisasi pengelola dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini. Gambar 4.1. Struktur Organisasi KSU BMT Aman Utama Jepara Rapat Anggota
1. 2. 3. 4.
Dewan Pengawas M. Kholil, Sag H. Ahmad Ju’far, S.Ag Sukardi, M.Pd Drs. H. Mustaqim Umar, MM
Dewan Syariah 1. H. Ali Irfan Muhtar, BA 2. H. Nur Rohman Fauzan,B.Ed, M.A
Pengurus Ketua: H. Noor Arifin, SE, M.Si Wakil Ketua: M.Rifqi Rosdhani, MM Sekretaris: Arif Mustofa, ST Wakil Sekretaris: H. Jazeri, S.Ag Bendahara: H. Edi. S. Wiyanto
Komite Pembiayaan Pengelola
Sumber: Profil KJKS BMT Aman Utama Jepara.
48
4.2. Deskripsi Responden 4.2.1. Usia Data mengenai usia responden bisa dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No
Usia (tahun)
1. 2. 3. 4.
Jumlah
Kurang dari 17 2 17 – 25 Tahun 22 25 – 35 Tahun 49 Lebih dari 35 22 Jumlah 95 Sumber: Data primer yang diolah, 2014.
Percent 2,1 % 23,2 % 51,6 % 23,2 % 100 %
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa yang terbanyak yang menjadi nasabah kreditur BMT Aman Utama Jepara adalah berusia antara 25 – 35 tahun yaitu 49, dan hal ini menunjukkan bahwa BMT mempertimbangkan pemberian pembiayaan bagi keluarga baru yang memulai usahanya agar dapat berkembang dengan baik. 4.2.2. Pendidikan Terakhir Klasifikasi terhadap 95 responden yang diambil sebagai sampel berdasarkan tingkat pendidikan terakhir bisa dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan terakhir Jumlah Percent 2,1 % 2 1. SD 35,8 % 34 2. SLTP 52,6 % 50 3. SLTA 9,5 % 9 4. Perguruan Tinggi Jumlah 95 100 % Sumber: Data primer yang diolah, 2014. Dari tabel tersebut pendidikan responden terbanyak yang menjadi nasabah kreditur di BMT Aman Utama Jepara adalah yang tingkat
49
pendidikannya SLTA yaitu sebesar 50, Hal ini juga menunjukkan bahwa para pengusaha kecil kebanyakan berpendidikan di tingkat SLTA, hal ini dikarenakan masyarakatnya yang kurang perhatian terhadap pendidikan terutama berpendidikan SD dan SLTP dan yang lebih diutamakan adalah mendapat pekerjaan yang cepat menghasilkan uang, yakni sebagai karyawan atau buruh. 4.2.3. Jenis Usaha Data mengenai jenis Pekerjaan responden bisa dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan No
Pekerjaan
Jumlah
1. 2. 3. 4.
Industri/ Produksi 36 Pertanian 12 Dagang 39 Jasa 8 Jumlah 95 Sumber: Data primer yang diolah, 2014.
Percent 37,9 % 12,6 % 41,1 % 8,4 % 100 %
Berdasarkan data di atas menunjukkan sebagian besar nasabah adalah yang menjadi Pedagang atau 39 orang. Sementara industri/ produksi yang di kerjakan masyarakat Jepara kebanyakan pada skala rumah tangga dan kecil yakni memiliki 1-5 orang karyawan pada bidang furniture dan yang mengambil pembiayaan di BMT Aman Utama Jepara ada 36 orang.
50
4.3. Analisis dan Pembahasan Paired Samples T Test 4.3.1. Analisis perbedaan Modal usaha sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan di BMT Aman Utama Jepara. Data ini akan menganalisis terdapat tidaknya perubahan/ perbedaan modal usaha sendiri antara sebelum dengan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara hasilnya dapat dilihat dalam rangkaian tabel 4.4. paired test berikut ini:
Pair 1
Tabel 4.4 Paired Test Modal usaha nasabah Paired Samples Statistics Std. Std. Error Mean N Deviation Mean Modal Usaha sebelum 10029473.68 95 2485184.7 254974.57 mendapat pembiayaaan 69 7 Mudharabah
Modal Usaha setelah 23115789.47 95 4600793.5 mendapat pembiayaaan 44 Mudharabah Sumber: Data primer yang diolah menggunakan SPSS 18 tahun 2014.
472031.45 8
Hasil rata-rata model uji beda modal usaha sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 10.029.473,68 dan Modal Usaha setelah mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 23.115.789,47. Melihat hasil tersebut dapat diketahui ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan mudharabah di BMT Aman Utama Jepara. Perbedaannya terletak pada jumlah rata-rata modal yang meningkat dari awal sebelum mendapat pembiayaaan mudharabah adalah sebesar Rp.
51
10.029.473,68 dan rata-rata modal usaha setelah mendapat pembiayaaan mudharabah di BMT Aman Utama adalah 23.115.789,47. Tabel 4.5 Paired Test Modal usaha nasabah Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error Mean
n
Mean
Lower
Upper
Pair Modal Usaha sebelum - 4157193.4 426519.05 -1.393E7 -1.224E7 1 mendapat pembiayaaan 1.309E 71 1 Mudharabah - Modal 7 Usaha setelah mendapat pembiayaaan Mudharabah Sumber: Data primer yang diolah menggunakan SPSS 18 tahun 2014.
t
df -
30.6 82
Artinya dengan nilai signifikansi Sig. = 0,000 modal usaha sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara adalah terdapat perbedaan yang signifikan. Uji Hipotesis: Sig. (2-tailed) = 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan modal usaha sendiri antara periode sebelum mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama dibandingkan dengan periode sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama. Nilai ini sama dengan penelitian Cahyo Trio Utomo dkk (2013) bahwa Berdasarkan perhitungan pangkat tanda wilcoxon, terjadi peningkatan modal usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 4.717.400 sebelum kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun menjadi rata-rata sebesar Rp 16.552.440 atau meningakat
250%
setelah
kredit
PD
BPR
BKK
Kebumen
cabang
94
Sig. (2taile d) .000
52
Kutowinangun. Berdasarkan uji pangkat tanda wilcoxon didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000<0,05) atau nilai Zhitung sebesar -7,870 (Z tabel<-1,96). Hal ini berarti bahwa Ho ditolak artinya Ha diterima, yaitu ada beda variabel modal pada usaha mikro antara sebelum dan sesudah kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun.
4.3.2. Analisis perbedaan omset usaha sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara Data ini akan menganalisis terdapat tidaknya perubahan/ perbedaan omset usaha antara sebelum dengan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara hasilnya dapat dilihat dalam rangkaian tabel 4.6. paired test berikut ini: Tabel 4.6 Paired Test Omset usaha nasabah Paired Samples Statistics
Pair 1
Mean 1643684.21
N
Std. Deviation 95 417963.789
Omset Usaha sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah Omset Usaha setelah 2954210.53 95 530889.617 mendapat pembiayaaan Mudharabah Sumber: Data primer yang diolah menggunakan SPSS 18 tahun 2014.
Std. Error Mean 42882.180
Hasil rata-rata model uji beda omset usaha sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 1.643.684,21 dan omset Usaha setelah mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 2.954.210,53. Melihat hasil tersebut dapat diketahui ada perbedaan yang signifikan omset usaha antara sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan mudharabah di BMT
54468.125
53
Aman Utama Jepara. Perbedaannya terletak pada jumlah rata-rata omset usaha yang meningkat dari awal sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 1.643.684,21 dan rata-rata omset usaha setelah mendapat pembiayaaan mudharabah di BMT Aman Utama adalah Rp. 2.954.210,53. Tabel 4.7 Paired Test Omset usaha nasabah
Pair 1
Omset Usaha sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah - Omset Usaha setelah mendapat pembiayaaan Mudharabah
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Deviati Std. Error Mean on Mean Lower Upper - 577314 59231.239 1310526. .709 1428131.3 1192921 316 30 .302
t 22.1 26
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan SPSS 18 tahun 2014. Artinya dengan nilai signifikansi Sig. = 0,000 artinya Omset usaha sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara mempunyai perbedaan yang signifikan. Dari Uji Hipotesis: = 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan omset usaha sendiri antara periode sebelum mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama dibandingkan dengan periode sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama. Hasil ini sama dengan penelitian Cahyo Trio Utomo (2013) bahwa berdasarkan perhitungan pangkat tanda wilcoxon,
terjadi peningkatan
pendapatan usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 4.221.650 sebelum kredit menjadi rata-rata sebesar Rp 10.089.020 setelah kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun atau meningkat sebesar 139% setelah adanya kredit PD
Sig. (2taile df d) 94 .000
54
BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun. Berdasarkan uji pangkat tanda wilcoxon didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000<0,05) atau nilai Zhitung adalah -7,868 (Z tabel<-1,96). Hal ini berarti bahwa Ho ditolak artinya Ha diterima, yaitu ada beda variabel pendapatan pada usaha mikro antara sebelum dan sesudah kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun.
4.3.3. Analisis Keuntungan Usaha sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara Data ini akan menganalisis terdapat tidaknya perubahan/ perbedaan keuntungan usaha antara sebelum dengan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara hasilnya dapat dilihat dalam rangkaian tabel 4.8. paired test berikut ini: Tabel 4.8 Paired Test Keuntungan usaha nasabah Paired Samples Statistics
Pair 1
Keuntungan sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah Keuntungan setelah mendapat pembiayaaan Mudharabah
Mean 493105.26
886263.16
N
Std. Deviation 95 125389.137
95
159266.885
Std. Error Mean 12864.654
16340.438
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan SPSS 18 tahun 2014. Hasil rata-rata model uji beda keuntungan sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 493.105,26 dan omset Usaha setelah mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 886.263,16 Melihat hasil tersebut dapat diketahui ada perbedaan yang signifikan
55
keuntungan antara sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan mudharabah di BMT Aman Utama Jepara. Perbedaannya terletak pada jumlah rata-rata keuntungan yang meningkat dari awal sebelum mendapat pembiayaaan Mudharabah adalah sebesar Rp. 493.105,26 dan rata-rata keuntungan usaha setelah mendapat pembiayaaan mudharabah di BMT Aman Utama adalah Rp. 886.263,16.
Tabel 4.9 Paired Test Keuntungan usaha nasabah Paired Samples Statistics
Paired Differences
Mean Pair Keuntungan 1 sebelum mendapat 3931 pembiayaaan 57.89 Mudharabah 5 Keuntungan setelah mendapat pembiayaaan Mudharabah
95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Uppe Deviation Mean Lower r t 173194.4 17769.3 13 72 42843 3578 22.12 9.399 76.39 6 0
Sig. (2taile df d) 94 .00 0
Sumber: Data primer yang diolah menggunakan SPSS 18 tahun 2014. Artinya dengan nilai signifikansi Sig. = 0,000 artinya keuntungan usaha sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara adalah terdapat perbedaan yang signifikan. Uji Hipotesis: Sig. (2-tailed) = 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan keuntungan usaha sendiri antara periode
56
sebelum mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama dibandingkan dengan periode sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama. Hal ini sama dengan penelitian Cahyo Trio Utomo (2013), bahwa berdasarkan perhitungan pangkat tanda wilcoxon,
terjadi peningkatan
keuntungan usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 1.546.340 sebelum kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun menjadi rata-rata sebesar Rp 3.721.770 setelah kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun atau meningkat sebesar 140% setelah adanya kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun. Berdasarkan uji pangkat tanda wilcoxon didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000<0,05) dan nilai Z hitung adalah -7,509 (Z tabel<-1,96). Hal ini berarti bahwa Ho ditolak artinya Ha diterima, yaitu ada beda variabel keuntungan pada usaha mikro antara sebelum dan sesudah kredit PD BPR BKK Kebumen cabang Kutowinangun.
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari analisis dan pembahasan diatas, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Ada perbedaan yang signifikan antara modal usaha sebelum dan setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara. Hal ini dibuktikan dengan nilai Sig. = 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan modal usaha sebelum mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama dibandingkan dengan periode sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama.
2.
Ada perbedaan yang signifikan antara omset usaha sebelum dan setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara. Hal ini dibuktikan dengan nilai Sig. = 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan omset usaha sendiri antara periode sebelum mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama dibandingkan dengan periode sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama.
3.
Ada perbedaan yang signifikan antara keuntungan sebelum dan setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara. Hal ini dibuktikan dengan nilai Sig. = 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan keuntungan usaha antara periode sebelum mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama dibandingkan dengan periode sesudah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama.
57
58
5.2. Saran 1. Agar BMT Aman Utama Jepara berani mengambil terobosan untuk memberikan pembiayaan yang lebih besar sehingga dapat lebih bermanfaat bagi Usaha Mikro Kecil yang meminjam dananya di BMT. 2. BMT Aman Utama Jepara sebaiknya memberi bimbingan agar omset usaha dapat ditingkatkan setelah mendapat pembiayaan, sehingga kreditur Usaha Mikro Kecil dapat cepat berkembang dan maju. 3. Sebaiknya BMT Aman Utama Jepara memberi pelatihan pengelolaan keuangan bagi usaha, karena kebanyakan keuntungan Usaha Mikro Kecil dipakai untuk prive/ kebutuhan pribadi, sehingga dimasa mendatang Usaha Mikro Kecil yang telah mendapat pembiayaan dari BMT Aman Utama Jepara dapat mendapat keuntungan yang maksimal.
59
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Soehianie. 2008. Analisis Data Statistik. Diakses tanggal 14 Agustus 2014, dari http://www.fi.itb.ac.id/~agoes/statistik/ADS10a.ppt. Arikunto. S, 2005. Prosedur Penelitian Suatu Penfekatan Praktek. Edisi Revisi V. Renika Cipta, Jakarta. Awalil Rizky, 2007. BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal Wat Tamwil, Kreasi Wacana, Yogyakarta. Burhan Bungin, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Prenada Media, Jakarta. Henry Simamora, 2002. Akuntansi Manajemen, edisi 2, UPP AMP YKPN, Jakarta. Imam Ghozali, 2009. Analisis multivariate dengan program SPSS. BP. UNDIP. Semarang. J. Supranto, 2001. Statistik Teori dan Aplikasi, Cetakan Kedua, Penerbit Erlangga. Jakarta. Jonathan Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu, Yogyakarta. Listyawan Ardi Nugraha. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Muhammad, 2005. Manajemen Dana Bank Syariah. Ekonisia, Yogyakarta. Musa Hubeis, 2009. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor. Osmad Muthaher, 2012. Akuntansi Perbankan Syariah, Graha Ilmu. Yogyakarta. Pipit Mustofa, Achma Hendra Setiawan, 2013. Peran kredit dari koperasi serba usaha (ksu) “artha sukses” terhadap perkembangan usaha mikro yang menjadi anggotanya di kota semarang, Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. Purbayu Budi Santoso dan Muliawan hamdani, 2007. Statistika Deskriptif dalam bidang Ekonomi dan Niaga. Erlangga, Jakarta. Purwo Adi Wibowo. 2014. Modul Pelatihan SPSS. FEB UNISNU. Jepara.
60
Soekidjo Notoatmodjo, 2005. Metodologi pewnelitian, Rineke Cipta, Jakarta. Sri Budi Cantika Yuli, 2009. Analisis pembiayaan syariah pada usaha kecil menengah (UKM) di Bank Syariah Mandiri Cabang Malang, Fakultas Ekonomi-UMM, Malang. Sri Murwanti dan Muhammad Sholahuddin, 2013. Peran keuangan lembaga mikro syariah untuk usaha mikro di Wonogiri, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Subiyanto, 1993. Metode penelitian (Akuntansi) edisi ke-2. STIE YKPN. Yogyakarta. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis cetakan kedelapan, Alfabeta, Bandung. Sutojo. 1993. Studi Kelayakan Proyek. Midas Surya Grafindo, Jakarta. Syaf`i’i Antonio, 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, tentang Perbankan Syariah.