BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary artinya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat (Murni, 2009:121). Dana yang dimiliki oleh bank adalah berasal dari dana bank itu sendiri, dana dari masyarakat dan dana pinjaman. Bank juga dibebani suatu misi dalam perekonomian Indonesia, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dengan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit agar daya beli atau usaha masyarakat dapat meningkat, sehingga akan meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Pasal 5 Undang -Undang No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum adalah suatu lembaga keuangan yang komersial dan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan konvensi (kesepakatan) yang berlaku umum dan bersifat tradisional. Sedangkan bank syariah adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (Murni, 2009:125). Perbedaan utama kedua sistem perbankan tersebut adalah: bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, dan bank syariah beroperasi berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Menurut pandangan Islam, bunga mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama. Bunga pada sistem bank konvensional merupakan unsur yang tidak adil, karena pemilik dana mewajibkan peminjam untuk membayar lebih daripada yang dipinjam tanpa memperhatikan apakah peminjam menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Sementara bagi hasil pada sistem bank syariah merupakan sistem berbagi resiko dan keuntungan antara peminjam dengan yang meminjamkan sesuai kesepakatan. Dalam hal ini tidak ada pihak yang dirugikan pihak lain (Murni, 2009:125). Tabel 1.1 Perbedaan prinsip antara sistem bunga dan sistem bagi hasil Sistem Bunga
Sistem Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad
dengan
harus selalu untung
asumsi
a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
Sistem Bunga
Sistem Bagi Hasil
b. Besarnya
persentase
b. Besarnya
rasio
bagi
berdasarkan pada jumlah uang
berdasarkan
(modal) yang dipinjamkan.
keuntungan yang diperoleh
c. Pembayaran bunga tetap seperti yagn
dijanjikan
petimbangan yang
apakah
dijalankan
keadaan
pada
proyek
dijalankan. Bila usaha merugi,
pihak
kerugian
akan
ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak
keuntungan
bergantung
keuntungan proyek yang akan
oleh
sekalipun
hasil
jumlah
tanpa
nasabah untung atau rugi.
meningkat
c. Bagi
pada
hasil
jumlah
berlipat ekonomi
atau
d. Jumlah
pembagian
meningkat
sesuai
laba dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
sedang
“booming”
e. Eksistensi (kalau
bunga
tidak
diragukan
dikecam)
oleh
semua agama, termasuk Islam Sumber : Antonio (2001:61)
e. Tidak
ada
yang
keabsahan bagi hasil.
meragukan
Menurut pasal 1 ayat (7) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Berdasarkan status pendirian sistem Syariahnya bank Syariah dibedakan atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Pada BUS statusnya independen dan tidak bernaung dibawah sistem perbankan konvensional. Sementara UUS statusnya tidak independen dan masih bernaung di bawah aturan manajemen perbankan konvensional. Tabel 1.2 Perkembangan Bank Syariah 2010
2011
2012
2013
Jumlah BUS
11
11
11
11
Jumlah Kantor
1.215
1.401
1.745
1.998
Jumlah UUS
23
24
24
23
Jumlah Kantor
262
336
517
590
Jumlah BPRS
150
155
158
163
Jumlah Kantor
286
364
401
402
Total Kantor
1.763
2.101
2.663
2.990
Total Aset
97,519
145,467
195,018
242,276
BUS dan UUS (triliun)
Total Aset
2010
2011
2012
2013
2,739
3,520
4,698
5,833
BPRS (triliun) Sumber : BI diolah kembali
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sampai dengan bulan Desember 2013, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 33 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.872 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara. Total aset perbankan syariah pada tahun 2012 mencapai Rp. 199,716 triliun (BUS & UUS Rp 195,018 triliun dan BPRS Rp 4,698 triliun) atau tumbuh sebesar 51,8% dari posisi tahun sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu menunjukkan pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2% pertahun dalam lima tahun terakhir (2007-2011), sementara rata-rata pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 16,7% pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai ‘the fastest growing industry’. (Bank Indonesia). Tetapi total aset perbankan syariah pada Tahun 2013 mencapai Rp. 248,109 triliun (BUS & UUS Rp242,276 triliun dan BPRS Rp 5,833 triliun) yang menunjukan adanya perlambatan pertumbuhan aset sebesar 17,7% dari posisi tahun sebelumnya menjadi 34,1%. (Bank Indonesia) Hal ini diperkuat dengan lahirnya undang-undang syariah dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah menyatakan Perbankan
Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Mengingat begitu pesatnya pertumbuhan dan ketatnya persaingan perbankan syariah di Indonesia, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Ada banyak jenis transaksi di perbankan syariah yang berlandaskan hukum Islam, salah satunya adalah Pembiayaan Murabahah. Bai’ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al-murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (Antonio, 2001:101). Berdasarkan data statistik perbankan syariah per Desember 2013, porsi pembiayaan murabahah (jual beli), masih mendominasi pembiayaan yang diberikan Bank Syariah di Indonesia. Berikut ini adalah porsi pembiayaan syariah berdasarkan akad yang digunakan yang diberikan oleh bank syariah kepada para nasabah pembiayaannya sampai dengan Desember 2013.
8.995 0
10.481
Desember 2013 0% 13.625 Akad Mudharabah
0
Akad Musyarakah Akad Murabahah 39.874
Akad Salam Akad Istishna Akad Ijarah
110.565
Akad Qardh Akad Lainnya
Sumber: data BI diolah kembali Gambar 1.1. Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia (dalam miliar rupiah) Berdasarkan gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa pembiayaan murabahah mengambil peranan yang sangat signifikan dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank umum syariah di Indonesia. Sampai dengan Desember 2013 dari total pembiayaan sebesar Rp. 184.122 miliar rupiah, porsi dari pembiayaan murabahah adalah sebesar Rp. 110.565 miliar rupiah. Sedangkan porsi pembiayaan dengan skema mudharabah
hanya sebesar Rp. 13.625 miliar dan untuk pembiayaan
musyarakah mencapai angka Rp. 39.874 miliar rupiah. Sisanya terbagi ke dalam pembiayaan qardh, ijarah, dan istishna dengan total sebesar Rp. 19.476 miliar.
Akad murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun, dst). Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory). Harga jual yang disetujui, tidak akan berubah selama jangka waktu pembiayaan walaupun dalam masa tersebut terjadi devaluasi, inflasi, maupun perubahan tingkat suku bunga bank konvensional di pasar (Perwataatmadja dan Antonio, 1999:26). Dari definisi di atas muncul sedikit kekhawatiran bagi pihak bank. Karena margin murabahah bersifat fixed sampai akhir periode, maka dari tahun pertama ia membayar, hingga berakhirnya jangka waktu pembiayaan. Ini berarti selain risiko persaingan usaha yang dihadapi oleh bank syariah, mereka juga menghadapi resiko potensial loss yang mungkin akan diterima jika ternyata tingkat suku bunga di kemudian hari lebih besar daripada tingkat margin yang sudah ditetapkan di awal masa pembiayaan. Selain itu, lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan. Variabel ekonomi makro yang dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya perbankan syariah di Indonesia, yaitu Inflasi (Sahara, 2013). Inflasi merupakan presentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu. Atau dengan kata lain adanya penurunan dari nilai mata uang yang berlaku (Stiawan, 2009). Jika inflasi sedang meningkat maka harga-harga barang kebutuhan masyarakat akan ikut meningkat dan akan menurunkan tingkat konsumsi masyarakat. Menurunnya tingat konsumsi masyarakat akan membuat para investor tidak mau untuk berinvestasi di sektor riil. Sebagian besar dana investasi untuk sektor
riil adalah dibiayai oleh bank. Dimana hal ini mungkin terjadi jika ternyata di kemudian hari terjadi kenaikan inflasi yang tajam, sedangkan bank sudah menetapkan tingkat margin di awal pembiayaan yang sudah ditandatangani oleh nasabah, sehingga bank syariah tidak bisa merubah secara sepihak perihal tingkat margin antara bank dengan nasabahnya. Selain masalah tersebut, hal yang menjadi pertimbangan untuk menetapkan margin murabahah adalah beban operasional. Menurut Sinungan (2004), beban operasional adalah semua jenis beban yang berkaitan dengan bidang usaha bank. Secara umum, beban operasional diartikan sebagai biaya yang terjadi dalam kaitannya dengan operasi yang dilakukan perusahaan dan diukur dalam satuan uang. Beban-beban dalam laporan ini adalah beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai institusi keuangan syariah sendiri, tidak ada kaitannya dengan pengelolaan dana bagi hasil, baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya. Dalam penelitian Asmita (2004), Heykal (2004), dan Nugroho (2005) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara beban operasional terhadap penetapan margin murabahah. Gejala terebut mengindikasikan bahwa objek yang diteliti oleh mereka mempertimbangkan besarnya beban operasional dalam menentukan margin murabahah yang akan diberikan kepada para nasabah pembiayaannya. Sedangkan Chumsoni (2006) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara besarnya beban operasional yang dikeluarkan oleh bank syariah dengan penetapan margin pembiayaan murabahah.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Beban Operasional Terhadap Margin Murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia”.
1.2. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ketidakkonsistenan hubungan antara suku bunga, inflasi, dan beban operasional secara parsial dan simultan terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia, menjadi suatu masalah yang perlu dikaji lebih lanjut. Karena akibat terjadinya ketidak konsistenan tersebut, akan menghasilkan kerentanan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pengelola bank syariah, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan penentuan margin murabahah. Oleh karena itu penelitian ini berfokus pada penggunaan variabel suku bunga, inflasi, dan beban operasional untuk mengetahui pengaruhnya terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia pada periode tahun 2010-2013. Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap hal yang berkaitan. Dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Bagaimana pengaruh beban operasional terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia. 4. Bagaimana pengaruh suku bunga, inflasi, dan beban operasional secara simultan terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data, mencari, dan mendapatkan informasi sehubungan dengan pengaruh suku bunga, inflasi dan beban operasional terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2010-2013. 1.3.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan pertanyaan penelitian diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh suku bunga terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia. 2. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh beban operasional terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh suku bunga, inflasi dan beban operasional secara bersama-sama terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.
1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang dilakukan berkaitan dengan margin murabahah pada bank syariah beserta variabel-variabel yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut: 1. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi margin murabahah bank umum syariah sehingga kegiatan perbankan tetap berjalan. 2. Bagi nasabah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ketika memilih produk bank syariah. Sehingga nasabah mempunyai gambaran
tentang
bagaimana
kondisi
perbankan
yang
dapat
menguntungkan mereka. 3. Bagi pembaca akademisi, diharapkan dapat menambah wawasan di bidang perbankan khususnya perbankan syariah dalam hal yang berkaitan dengan margin murabahah bank syariah.
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia selama empat tahun berturut-turut dari triwulan pertama 2010 – triwulan akhir 2013. Sumber data yang digunakan ini diperoleh melalui penelusuran dari media internet dari www.bi.go.id dan website resmi bank yang bersangkutan. Sumber penunjang lainnya berupa jurnal yang diperlukan, dan sumber-sumber lain yang dapat digunakan dalam penelitian ini.
BAB I .......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1 1.1.
Latar Belakang Penelitian.......................................................................................... 1
1.2.
Identifikasi Masalah ................................................................................................ 10
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian................................................................................ 11
1.3.1. Maksud Penelitian................................................................................................. 11 1.3.2. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 11 1.4.
Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 12
1.5.
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................... 13
Tabel 1.1 Perbedaan prinsip antara sistem bunga dan sistem bagi hasil ................................. 2 Tabel 1.2 Perkembangan Bank Syariah ..................................................................................... 4
Gambar 1.1 Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia (dalam miliar rupiah) .................. 7