1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mampu menyelaraskan,
menyerasikan
dan
menyeimbangkan
berbagai
unsur
pembangunan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berdasarkan asas demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Peranan lembaga perbankan yang strategis dalam mencapai tujuan pembangunan
nasional
mengharuskan
perlu
adanya
pembinaan
dan
pengawasan yang efektif, sehingga lembaga perbankan indonesia mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar dan mampu melindungi secara baik dana masyarakat yang dititipkan kepadanya serta mampu menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan. Keberadaan sektor perbankan sebagai sub sistem perekonomian suatu negara memiliki peranan yang cukup penting, bahkan masyarakat modern dalam kehidupan sehari-hari hampir melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal demikian kiranya dapat dipahami karena sektor perbankan mengemban
1
2
suatu fungsi utama sebagai perantara keuangan antara unit ekonomi masyarakat yang surplus dana dengan unit ekonomi yang defisit dana. Di Indonesia terdapat dua jenis perbankan yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dan bank yang melakukan usaha secara syariah. Bank yang melakukan usaha secara konvensional pasti sudah biasa di dengar oleh masyarakat, yang pada kegiatan usahanya berdasarkan pada pembayaran bunga dan lebih dulu muncul dan berkembang di indonesia. Sedangkan bank syariah1 adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasar prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perbankan syariah di Indonesia sendiri muncul pada tanggal 1 Mei 1992 yaitu sejak berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI). Pada awalnya bank yang menggunakan prinsip syariah masih belum mendapatkan perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional, tetapi hingga saat ini perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga cukup menggembirakan. Perbankan syariah memasuki sepuluh tahun terakhir pasca perubahan UU Perbankan yang di di tandai dengan terbitnya UU Nomor 10 tahun 1998 mengalami peningkatan pertumbuhan yang amat pesat. Perkembangan yang pesat itu terutama tercatat sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin untuk pembukaan Bank Syariah yang baru maupun pendirian Unit Usaha Syariah (UUS).
1
Undang-Undang Republik Indonesia No.21 BAB I Pasal 1 Ayat 7 Tahun 2008
3
Beberapa bukti pesatnya perkembangan bank umum syariah dapat diketahui banyaknya jumlah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang semakin bertambah mulai dari awal munculnya pada tahun 1992 hingga tahun 2013 tercatat ada 11 Bank Umum Syariah dan 24 Unit Usaha Syariah dengan banyak jaringan individual dari masing-masing bank yang tersebar diseluruh Indonesia, mulai dari Kantor Pusat, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu sampai Kantor Kas. Bank umum syariah tersebut diantaranya ada PT Bank Muamalat Indonesia, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Syariah Mega, PT Bank Syariah BRI, PT Bank Syariah Bukopin, PT Bank Syariah Panin, PT Bank Victoria Syariah, PT BCA Syariah, PT Bank Jabar dan Banten, PT Bank BNI Syariah dan yang terakhir adalah PT Maybank Indonesia Syariah. Dengan demikian bisa dilihat bahwa keberadaan akan sektor perbankan syariah di Indonesia membantu meningkatkan kebutuhan dari masyarakat luas yang berbasis pada prinsip ekonomi nasional yang bersamasama dengan negara untuk membangun pertumbuhan perekonomian bangsa. Ini pula yang menjadi salah satu alasan peneliti dalam mengambil judul skripsi dengan memanfaatkan keberadaan dari Bank Besar yang dipilih yaitu PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia dengan melihat dan menganilis laporan keuangan masing-masing bank. PT Bank Syariah Mandiri berdiri pada tanggal 25 Oktober 1999 Berdasarkan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.1/1/KEP.DGS/1999 dimana perusahaan yang pada mulanya bernama
4
PT.Bank Susila Bakti yang kemudian berganti nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Tepat pada hari senin tanggal 1 November 1999, PT Bank Syariah Mandiri mulai beroperasi dibawah nauangan Perbankan Syariah di Indonesia. PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai Bank yang mengkombinasi idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya dimana prinsip ini yang dijadikan sebagai keunggulan dari PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan syariah di Indonesia. Selanjutnya, PT Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tanggal 1 November 1991 yang secara langsung diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, sekaligus memulai operasinya pada 1 Mei 1992. Berdirinya bank ini banyak mendapatkan dukungan dari banyak kalangan yaitu Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan sekaligus mendapat dukungan dari masyarakat indonesia. Sebagai bank pertama
yang
murni
syariah,
bank
muamalat
berkomitmen
untuk
menghadirkan pelayanan perbankan tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakata hingga kepelosok nusantara. PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia merupakan dua contoh Perusahaan yang bergerak dibidang jasa dalam bentuk Bank Umum Syariah yang jika dilihat dari perkembangannya bisa dikatakan sehat dan memimpin pangsa pasar sektor ekonomi perbankan di Indonesia khususnya perbankan syariah. Keefektifan serta operasional manajemen yang baik akan menciptakan suatu kondisi dimana antara kinerja yang dilakukan
5
dengan hasil yang diperoleh akan setara, bahkan melebihi target yang dicanangkan. Inilah yang dinamkan untung atau laba. Namun anggapan tersebut tidak akan bisa dipertanggungjawabkan jika tanpa adanya bukti yang mengikutinya. Dalam penelitian ini penulis tertarik membandingkan dua bank besar di atas karena jika dilihat dari jumlah Laba Bersihnya, kedua bank tersebut cenderung hampir sepadan. Meskipun tidak selalu beriringan, namun tingkat naik dan turunnya laba bersih setiap 3bulan sekali cukup membuktikan eksistensi kedua bank atas usaha yang dilakukan. Mengingat setiap usaha belum pasti selalu sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada rentang tahun 2003 hingga 2013 misalnya, terlihat peningkatan atas Earning After Tax (Laba Bersih Setelah Pajak) yang dimiliki dari kedua bank tersebut. Alasan penulis memilih tahun 2003 hingga 2013 karena pada tahun tersebutlah fluktuasi atas laba bersih mulai dipublikasikan dari masingmasing bank. Sekalipun naik-turun, tapi inilah yang menarik dan penulis anggap perlu diteliti. Itu terbukti dari laporan keuangan yang penulis dapatkan dari website masing-masing bank bahwa laba bersih yang semakin meningkat menunjukkan kinerja dari bank tersebut baik, dan begitupun sebaliknya. Fluktuasi dari laba bersih yang di dapatkan juga cukup mewakili baiknya kinerja bank tersebut, seperti gambar grafik di bawah ini :
6
Gambar 1.1 Grafik Data Triwulan Laba Bersih PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia Tahun 2003 hingga 2013 (Dalam Jutaan Rupiah) 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 EAT BSM 1.500.000
EAT BMI
1.000.000 500.000 0 I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III
Sumber data : Statistik Bank Indonesia2 Berdasarkan grafik 1.1 diatas, dapat diketahui fluktuasi laba bersih dari PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia nampak berbeda di setiap triwulannya, mulai dari tahun 2003 hingga 2013 banyak terjadi naik-turun nilai laba bersih dari kedua bank tersebut. Untuk PT Bank Syariah Mandiri, jumlah laba bersih dari triwulan pertama tahun 2003 (I,2003) hingga triwulan terakhir di tahun 2013 cenderung naik secara konsisten. Terlihat dari grafik bahwa garis naiknya angka laba bersih lebih konsisten dibandingkan dengan PT Bank Muamalat Indonesia, yaitu mulai dari
2
www.bi.go.id
7
Rp.80Miliar naik secara konsisten hingga pada akhir triwulan tahun 2013 nilai laba bersih sebesar Rp.3,2 Trilliun. Berbeda dengan PT Bank Syariah Mandiri, nilai laba bersih pada PT Bank Muamalat Indonesia mulai dari triwulan pertama tahun 2003 hingga triwulan terakhir tahun 2013 cenderung lebih fluktuatif. Hal tersebut nampak pada grafik 1.1 bahwa garis yang ada tidak selalu menggambarkan konsistensi nilai laba bersih yang ada. Pada awal triwulan tahun 2003, nilai laba bersih sebesar Rp.31 Milliar. Namun untuk triwulan selanjutnya (II,2003) nilai laba bersihnya tidak sebesar nilai laba bersih pada triwulan pertama, yaitu sebesar Rp.22 Milliar. Kondisi naik turunnya nilai laba bersih seperti ini terjadi secara berulang kali pada triwulan selanjutnya. Jika dilihat dari laporan laba rugi triwulanannya, alasan turunnya nilai laba bersih pada triwulan tertentu dikarenakan beberapa kondisi. Seperti menurunnya tingkat laba non operasional dan meningkatnya nilai beban lainnya pada triwulan tersebut. Hanya saja untuk triwulan selanjutnya pada tahun 2010, PT Bank Muamalat Indonesia mulai mampu mendompleng kembali nilai laba bersihnya secara konsisten hingga akhir tahun 2013. Ini sudah cukup membuktikan bahwa usaha yang dilakukan oleh pihak manajemen semakin membaik. Terlihat peningkatan nilai laba bersih yang cukup baik dari awal triwulan tahun 2006 hingga akhir triwulan tahun 2013 yaitu sebesar Rp.31 Milliar menjadi Rp.1.5 Trilliun.
8
Selain grafik laba bersih diatas, hal lain yang juga semakin meyakinkan penulis mengambil objek kedua bank ini adalah adanya fluktuasi total aset yang tertera pada laporan keuangan masing-masing bank yang terdapat pada data statistik Bank Indonesia . Pada Bank Syariah Mandiri peningkatan angka aset tahun 2003 hingga 2013 sebesar Rp.8 T hingga Rp.58,48 T. Angka tersebut jelas menunjukkan bahwa peningkatan aset nya rentang Rp.5 Trilliun Hingga Rp.10 Trilliun per tahunnya. Berbeda dengan BSM, pada Bank Muamalat kenaikan total juga tampak besar. Meskipun tidak sebesar Bank Syariah Mandiri, namun angka tersebut tetap menunjukkan bahwa kinerja manajemen dalam mengelola aset cukup baik, yaitu total aset Rp.6 T pada tahun 2003, meningkat drastis pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp.47,9 T. Dengan terus meningkatnya total aset yang ada dari tahun ke tahunnya maka akan semakin efektif pula kegiatan operasional yang dilakukan masingmasing bank, selama pengelolaan manajemennya juga berjalan dengan baik dan sesuai dengan hukum positif maupun hukum islam dari perbankan syariah. Laporan keuangan merupakan sumber informasi penting yang digunakan oleh pengelola organisasi dalam pengambilan keputusan. Namun, karena laporan keuangan mempunyai sifat dasar historis maka sering terjadi kesenjangan kebutuhan informasi. Untuk itu perlu dilakukan cara untuk mengatasi kesenjangan tersebut yaitu melalui Analisis Laporan Keuangan. Dimana Analisis Laporan keuangan dikerjakan dengan cara mengelola
9
kembali komponen-komponen dari masing-masing pernyataan yang terdapat pada neraca ataupun laporan rugi laba. Arti pentingnya analisis laporan keuangan dapat dijelaskan dengan melihat karakteristik dari laporan keuangan itu sendiri dan mengkitkannya dengan kebutuhan atau fokus perhatian para pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Tanpa mempermasalahkan bagaimana cermatnya suatu laporan keuangan disusun, semua laporan keuangan pada dasarnya adalah dokumen historis dan statis. Ini berarti bahwa laporan keuangan melaporkan “apa yang terjadi selama periode tertentu atau rangkaian periode tertentu”. Sementara itu, informasi yang paling berharga bagi kebanyakan pemakai laporan keuangan adalah informasi mengenai “apa yang mungkin akan terjadi pada masa mendatang”. Dalam menganalisis laporan keuangan ada berbagai macam tehnik yang dapat digunakan, diantaranya adalah analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsusr-unsur neraca dan laporan laba rugi, yang dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan menilai posisinya pada saat
ini.
Analisis
laporan
keuangan
juga
dapat
digunakan
untuk
memperkirakan reaksi para kreditor dan investor serta memberikan pandangan kepada manajemen mengenai bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. Laporan keuangan pada perbankan menunjukkan kinerja keuangan yang telah dicapai perbankan pada suatu waktu. “Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan yang sangat
10
membantu dan menilai prestasi kinerja keuangan di masa lalu dan prospeknya di masa yang akan datang”.3 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan analisis keuangan yang mencakup analisis rasio-rasio keuangan yang sangat membantu dan menilai prestasi kinerja keuangan masa lalu dan prospeknya dimasa yang akan datang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ukuran-ukuran kinerja keuangan mencerminkan keputusankeputusan strategi, operasi pembiayaan dan implementasinya. Kinerja masa lalu merupakan indikator baik untuk kinerja yang akan datang. Dalam menganalisa kinerja keuangan melibatkan peniliaian terhadap keadaan masa lau, sekarang dan dimasa yang akan datang. Tujuan menganalisa kinerja keuangan perusahaan untuk menemukan kelemahankelemahan dalam kinerja keuangan perusahaan serta menentukan kekuatan yang dapat diandalkan sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan yang penting bagi kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. Kinerja keuangan yang dicapai suatu perusahaan selama periode tertentu merupakan hal terpenting dalam memberikan sebuah gambaran tentang sehat dan tidaknya suatu perusahaan. Perusahaan yang sehat selain mempunyai kemampuan untuk memberikan laba bagi pemilik dan pemodal, juga memiliki kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangutangnya tepat pada saat jatuh tempo.
Kinerja suatu perusahaan bisa
ditentukan dengan analisis rasio keuangan sebagai indikatornya.
3
R.Agus Sartono.Manajemen Keuangan Teori & Aplikasi.BPFE.Yogyakarta:2000
11
Melalui rasio keuangan ini dibuat perbandingan yaitu dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang sedang terjadi. Untuk melakukaan analisis rasio keuangan perusahaan di perlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu, seperti aspek solvabilitas, aspek rentabilitas, aspek efisiensi dan aspek likuiditas. Dalam menilai kinerja suatu perusahaan terdapat beberapa tehnik yang bisa dilakukan, namun untuk penelitian ini penulis menggunakan rasio keungan sebagai alat atau tehnik penilaian kinerja bank dengan dasar analisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan laba rugi sehingga dapat diperoleh gambaran posisi keuangan perusahaan serta dapat menilai seberapa jauh tingkat efektifitas dan efisiensi yang telah dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui analisis rasio keuangan juga dapat diukur apakah perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendeknya, apakah besarnya piutang cukup rasional, sejauh mana efektifitas dan efisiensi pendayagunaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan serta bagaimana kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah Capital Adequecy Ratio (CAR), Net Profit Margin, Return On Asset, Biaya Operasional dan pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio. Alasan penentuan variabel-variabel tersebut diambil karena keidealan dalam penghitungan atau penilaian kinerja keuangan
12
bank adalah terdiri dari rasio di atas dengan penjambaran dari rasio permodalan atau solvabilitas, rasio rentabilitas, rasio efisiensi serta rasio likuiditas. Untuk Rasio Solvabilitas, indikator yang penulis pilih adalah CAR (Capital Adequecy Ratio) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah keseluruhan aset yang dimiliki bank yang mengandung risiko( kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dan modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank. Bank Indonesia mewajibkan setiap bank Umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam membayar kewajiban jangka panjangnya dan bisa dikatakan mumpuni untuk menilai dan mengetahui tingkat pengelolaan dana terhadap kewajiban bank. Ada dua indikator yang dipilih oleh penulis sebagai variabel penelitian dalam skripsi ini terkait dengan Rasio Rentabilitas. Yaitu Net Profit Margin dan Return On Asset. Rasio Net Profit Margin (NPM) mengukur seberapa keuntungan bersih suatu bank dari setiap proses transaksi yang dilakukan. Semakin tinggi nilai profit Margin, maka semakin baik kemampuan bank dalam mendapatkan laba dengan angka tinggi. Pengaruh rasio ini terhadap kinerja keuangan adalah semakin tinggi NPM maka semakin baik kinerja bank tersebut. Keuntungan bersih dari bank disini merupakan keuntungan yang siap dibagikan menjadi deviden dan laba yang ditahan.
13
Pembagian deviden sangat berkaitan dengan investor menempatkan dananya di bank, karena keuntungan dari melakukan kegiatan di pasar modal salah satunya adalah investor memperoleh deviden perusahaan. Sedangkan laba ditahan mengisyaratkan kegiatan bank yang terus berkembang, karena laba yang ditahan nantinya akan digunakan untuk melakukan pengembangan perusahaan. Sedangkan Rasio Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui laba bersih yang diperoleh dari opersional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaan yang dimiliki. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan aset manajemen yang menggambarkan efisiensi dan operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin menunjukkan efektifitas dalam menghasilkan laba dengan pemanfaatan modal sendiri, dan sebaliknya jika rasio ini rendah maka pengelolaan akan modal sendiri masih kurang. Untuk menilai efisiensi pengelolaan operasional manajemen, penulis memilih Rasio BOPO sebagai indikator dari Rasio Efisiensi. Dimana BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa baik kegiatan operasional bank dengan mengatur biaya operasional serendah mungkin dan mendapat pengembalian dari pendapatan operasional sebanyak mungkiin. Sedangkan rasio yang terakhir yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan indikator dari Rasio Likuiditas dimana LDR mnerupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank
14
ndalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya ke bank dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin tinggi tingkat likuiditas bank. Dari pemaparan diatas, alasan penulis membandingkan dua bank tersebut untuk dijadikan sebagai objek penelitian adalah (1) Sama-sama memimpin pangsa pasar perbankan syariah dilihat dari Total asset dan laba bersihnya; (2) Sama-sama memiliki jaringan individual yang besar yang tersebar di seluruh Indonesia; (3) Bank Muamalat Indonesia merupakan pioner bank syariah di Indonesia. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti kinerja keuangan kedua bank melalui rasio keuangan tersebut dari periode 2003 hingga 2013 yang akan dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah berupa Skripsi dengan judul : “PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN PT BANK MUAMALAT INDONESIA”.
B. Rumusan masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan Rasio CAR PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan Rasio NPM PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia?
15
3. Apakah terdapat perbedaan Rasio ROA PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia? 4. Apakah terdapat perbedaan Rasio BOPO PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia? 5. Apakah terdapat perbedaan Rasio LDR PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia? C. Tujuan Penilitian Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka peneliti bertujuan : 1. Untuk menguji dan menganalisis Rasio CAR dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia 2. Untuk menguji dan menganalisis Rasio NPM dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia 3. Untuk menguji dan menganalisis Rasio ROA dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia 4. Untuk menguji dan menganalisis Rasio BOPO dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia 5. Untuk menguji dan menganalisis Rasio LDR dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Ada perbedaan Rasio CAR pada PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia.
16
2. Ada perbedaan Rasio NPM pada PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. 3. Ada perbedaan Rasio ROA pada PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. 4. Ada perbedaan Rasio BOPO pada PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. 5. Ada perbedaan Rasio LDR pada PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi dunia Akademik Sebagai sumber informasi yang dapat dipakai sebagai data penunjang dan sebagai sumbangan pemikiran tentang peran dan fungsi manajemen keuangan, khususnya untuk mengetahui kinerja bank.. 2. Bagi Dunia praktik Dapat dijadikan rekomendasi dan informasi kepada kreditur dan investor maupun calon investor mengenai kinerja keuangan kedua bank tersebut. Selain itu, diharapkan penelitian ini berguna memberikan masukan dan informasi bagi manajemen untuk dapat menilai kinerja keuangan dua bank tersebut. 3. Bagi Penelitian yang akan datang Dapat dijadikan tambahan referensi dan koleksi bahan bacaan khususnya untuk peneliti yang akan datang. Dan diharapkan mampu meningkatkan
17
kualitas penelitian yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. F. Ruang lingkup dan Batasan Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini terdapat pada Laporan Keuangan yang dipublikasikan oleh objek penelitian selama 11periode (2003-2013) yaitu oleh PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia dengan rasio keuangan yang menjadi variabel-variabel penelitian. Rasio tersebut diantaranya Rasio Solvabilitas, Rentabilitas, Efisiensi dan Likuiditas. Pada penelitian ini yang menjadi keterbatasan adalah : a. Meneliti Laporan Keuangan selama 8 periode (2006-2013) pada masingmasing bank dengan menggunakan analisis rasio solvabilitas, rentabilitas, efisiensi dan likuiditas.. b. Karena penelitian ini statistiknya menggunakan parametrik, sehingga penulis harus memecah laporan keuangan menjadi sama dengan 30 atau lebih (n≥30) dengan menggunakan laporan keuangan triwulan untuk semua analisis rasionya. G. Definisi Operasional a. Analisis rasio keuangan merupakan tehnik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. b. Kinerja Keuangan Bank Syariah Tingkat prestasi atau hasil karya yang dicapai oleh bank syariah dalam periode tertentu yang mencerminkan suatu hasil positif atau tingkat
18
kesehatan
perusahaan
secara
terus-menerus
dilihat
dari
laporan
keuangannya, yaitu neraca dan laporan laba rugi. c. Rasio keuangan Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos dengan pos bank lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. H. Sistematika Skripsi Untuk memberikan gambaran penelitian ini, maka penulis menunjukkan sistematika skripsi sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bagian ini merupakan bagian awal penulisan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan secara singkat teori yang berhubungan dengan objek penelitian melalui teori-teori yang mendukung serta relevan dari buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga sebagai sumber informasi dan referensi media lain. Adapun landasan teori ini berisi tentang Pengertian penilaian kinerja keuangan perusahaan, pengukuran kinerja keuangan, manfaat kinerja keuangan, pengukuran kinerja keuangan menurut perspektif islam, pengertian analisis keuangan, keunggulan analisis rasio keuangan, jenis-jenis rasio keuangan,Pengertian Bank, pengertian perbankan syariah, kegiatan bank umum syariah, prinsip perbankan syariah, prinsip dasar
19
perbankan syariah, sistem operasional perbankan syariah,
kelebihan dan
kelemahan perbankan syariah, pengertian laporan keuangan, jenis-jenis laporan keuangan, analisis kinerja bank, dan juga disajikan penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini,serta kerangka pikir yang menjadi acuan penulis mengambil penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan secara detail tentang metode penelitian yang digunakan.yang berisikan waktu pelaksanaan penelitian,objek penelitian ,desain penelitian,jenis dan sumber data. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAAHAAN Bab ini berisi tentang gambaran umum dari Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia termasuk sejarah perkembangan perusahaan,visi misi ,budaya perusahaan,struktur organisasi perusahaan dan produk produk perusahaan. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis data dan hasil analisis serta pembahasan yang di sesuaikan dengan metode penelitian pada bab tiga,sehingga akan memberikan perbandingan hasil penelitian dengan kriteria yang ada dan pembuktian kebenaran dari hipotesis serta jawaban-jawaban dari pertanyann yang telah di sebutkan dalam rumusan masalah BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini memuat kesimpulan dari keseluruhan pembahasan,refleksi untuk memberikan saran bedasarkan kesimpulan
20
penelitian untuk mengkaji kebenaran hipotesis yang sudah ada,yang kemudian perlu disanpaikan sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan untuk kebijakan perusahaan selanjutnya.
21
BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Keuangan 1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan a. Kinerja Perusahaan Kinerja (performance) adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi atau perusahaan berdasarkan sasaran, standart dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.4 Lain halnya dengan Djarwanto yang berpendapat bahwa Kinerja adalah tingkat prestasi (karya) hasil nyata yang dicapai yang kadang-kadang digunakan untuk tercapainya suatu hasil positif atau hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.5 Sedangkan menurut Pabundu, mengidentifikasikan “kinerja sebagai hasil fungsi kegiatan atau pekerjaan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu”.6 Fungsi kegiatan yang dimaksud disini adalah pelaksanaan hasil kerja seseorang atau kelompok yang menjadi 4
Mulyadi. Akuntansi manajemen Edisi 3,Cetakan Ke-3.Salemba Empat. Jakarta:2001,hal:415 5 Djarwanto Ps.Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan,Edisi Ke-2,Cetakan Ke2.BPFE_YOGYAKARTA.Yogyakarta:2004 6 Tika Pabundu.Budaya Organisasi dan Peningkat Kinerja Perusahaan.PT Bumi Aksara.Jakarta:2006,hal:121
21 0
22
wewenang atau tanggung jawabnya dalam suatu organisasi, sedangkan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap hasil pekerjaan/prestasi kerja terdiri dari faktor intern dan ekstern. Pelaksanaan hasil pekerjaan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyaknya keputusan yang dibuat dengan cara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Efektif merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tetap untuk tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisien merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Pencapaian kinerja perusahaan yang baik dan kemampuan dalam mempertahankan hidup perusahaan dalam jangka panjang tergantung pada banyaknya keputusan individualdan keputusan kolektif yang terus menerus yang dibuat oleh manajemen. Sebuah keputusan yang diambil akan mendapatkan dampak ekonomis yang akan menyebabkan kondisi perusahaan menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk. b. Kinerja Keuangan Perusahaan Organisasi pada umumnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian akan kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia itu sendiri dalam melaksanakan perannya dalam organisasi. Oleh karena itu adanya informasi akuntansi digunakan sebagai salah satu dasar penilaian.
23
Menurut Sartono, Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan yang sangat membantu dalam menilai prestasi kinerja keuangan dimasa yang lalu dan prospeknya di masa yang akan datang. Ukuran-ukuran kinerja keuangan mencerminkan keputusan-keputusan strategi, operasi pembiayaan dan implementasinya. Kinerja masa lalu merupakan indikator baik untuk kinerja yang akan datang. Dalam menganalisa kinerja keuangan melibatkan penilaian terhadap keadaan masa lalu, sekarang dan dimasa yang akan datang. Tujuan dasar menganalisa kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu untuk menemukan kelemahankelemahan dalam kinerja keuangan perusahaan serta menentukan kekuatankekuatan yang dapat diandalkan sehingga dapat dibuat banyak keputusan yang penting bagi kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. 2. Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Dalam rangka menilai tercapai tidaknya tujuan perusahaan, maka diperlukan penilaian yang menyeluruh, salah satunya dengan mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan. Sebagaimana pendapat Warsono:” mengemukakan bahwa kinerja perusahaan dapat dirumuskan sebagai suatu perbandingan antara nilai yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang dicapai dengan memanfaatkan aset produktifnya dengan nilai-nilai yang diharapkan oleh pemilik aset tersebut”.7
7
Warsono M.Manajemen Malang:2002,hal:231
Keuangan
Perusahaan.
Banyu
Media
Publishing.
24
Keefektifan dan keefisienan operasional perusahaan dipengaruhi oleh ketepatan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, tetapi perlu diingat bahwa pihak manjemen hanya dapat mengendalikan tindakan yang didasari oleh informasi, hasil evaluasi kinerja dan juga prediksi yang diperolehnya. Tetapi mereka tidak mengendalikan kondisi ketidakpastian yang terjadi sehingga dengan informasi keuangan saja akan kurang dapat merefleksikan kinerja manajerial. Pengukuran kinerja keuangan melalui laporan keuangan perusahaan bertujuan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan, sehingga untuk selanjutnya kekurangan-kekurangan yang ada dapat diperbaiki. Hal ini tentunya dapat mengambil informasi bagi pengambil keputusan, sehingga kinerja perusahaan dapat terus ditingkatkan. Mulyadi mengemukakan: “bahwa tujuan pokok penilaian kinerja adalah memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam standar perilaku yang telah diterapkan sebelumnya agar menghasilkan tindakan dan hasil yang diinginkan”.8 3. Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Setelah mengetahui pengertian tentang kinerja perusahaan diatas maka dapat diketahui manfaat dari pengukuran kinerja menurut Munawir sebagai berikut:9 (1) Memberikan kontribusi kepada pihak manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan; (2) Dapat digunakan untuk mengukur suatu prestasi yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau 8
Mulyadi, Akuntansi Manajemen..., hal.416 Munawir, S.Analisis Laporan Keuangan Edisi 4. Penerbit Liberty. Yogyakarta: 2002,hal:28 9
25
perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya; (3) Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan untuk mengevaluasi kinerja manajemen; (4) Dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanam modalnya agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas perusahaan. Pencapaian kinerja keuangan yang baik dan kemampuan dalam mempertahankan hidup perusahaan dalam jangka panjang tergantung pada banyak keputusan individual dan kelompok kolektif yang terus-menerus dibuat oleh manajemen. Setiap keputusan yang diambil akan menimbulkan dampak keuangan yang menyebabkan semakin membaik atau memburuknya suatu kinerja perusahaan tersebut. 4. Pengukuran Kinerja Keuangan Menurut Perspektif Islam Pengukuran kinerja menurut perspektif syariah yaitu proses dimana sebuah organisasi mengevaluasi kinerja individunya berlandaskan prinsipprinsip syariah. Islam mengajarkan bahwa setiap muslim perlu melakukan pengukuran atau penilaian. Setiap diri diharapkan memiliki kemauan dan kemampuan secara objektif untuk “membaca kitab” hasil kerja sendiri. Ini yang dikenal dengan istilah Muhasabah. Hal ini sejalan dengan perintah Allah SWT yang artinya:10"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu".
10
QS.Al Isra’ Ayat:14
26
Pentingnya penilaian adalah untuk mengetahui kinerja pegawai di lingkungan kerja. Seorang pemimpin membutuhkan informasi tentang siapa pegawai yang memiliki kinerja baik atau kurang baik. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah yang artinya :11“Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. Ayat ini memberikan gambaran bahwa kinerja pegawai sangat variatif. Ada yang baik dan ada yang buruk. Hasil penilaian bertujuan untuk mengetahui siapa diantara para pegawai kita, umat kita, yang memiliki kualitas kerja yang baik. Oleh karena itu, penilaian kinerja pegawai sangat diperlukan sehingga pemimpin perusahaan mengetahui kondisi para pegawai dan kondisi perusahaannya. Terlebih penilaian akan kinerja keuangan yang sangat rentan akan terjadinya hal-hal buruk jida tidak diperkuat dengan prinsip-prinsip syariah sebagai fondasinya. Larangan spekulasi dan hal yang dianggap haram pun masih menjadi halo yang ditakutkan dalam pengelolaan kinerja keuangan perusahaan. Untuk itu perlunya penilaian kinerja keuangan berdasar prinsip syariah perlu menjadi pertimbangan yang baik agar seluruh perusahaan atau lembaga yang berkaitan dengan keuangan bisa dinilai dengan baik dan mendapatkan manfaat yang lebih barakah.
11
QS.Al Kahfi:7
27
B. Analisis Rasio keuangan 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, pihak manajemen harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan terlebih dahulu. Alat yang bisa digunakan dalam pemeriksaan ini antara lain adalah rasio keuangan yang menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya. Sedangkan rasio keuangan sendiri memiliki beberapa pengertian. Menurut Munawir, “rasio menggambarkan suatu hubungan atau perkembangan antara jumlah tertentu dengan jumlah lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio”.12 Ini aikan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Ini pula yang akan penulis lakukan dengan membandingkan dua perusahaan untuk mengetahui bagaimana kinerjanya jika dilihat dan dianalisis menggunakan rasio-rasio yang ada. Sedangkan menurut Prastowo dan Juliaty menjelaskan “ bahwa suatu rasio mengungkapkan hubungan matematika antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara pos dengan pos lainnya”. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar kecenderungan
12
Munawir, Analisis Laporan..., hal.64
28
yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen itu sendiri. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan pedoman yang bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan kegiatan keuangan perusahaan melakukan perbandingan atas hasil-hasil tahun sebelumnya atau perusahaan yang sejenis. Seperti halnya yang penulis lakukan pada penelitian ini yaitu membandingkan dua kinerja dari perusahaan yang sejenis. Setelah mengetahui arti dari rasio keuangan kita dapat melakukan analisis terhadap rasio-rasio tersebut. Analisis rasio keuangan mempunyai banyak pengertian. Menurut Hanafi “analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu laporan dengan laporan yang lain, yang memberikan gambaran mengenai posisi
atau
keadaan
keuangan
perusahaan”.13
Sedangkan
menurut
Syamsuddin “....perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan pada masa lalu, saat ini dan kemungkinan masa depan”. Terdapat anggapan berbeda antara investor dan manajemen dalam hal peramalan manfaat riil dari laporan keuangan. Dari sudut pandang investor, peramalan masa depan adalah inti dari analisis keuangan yang sebenarnya. Sedangkan dari sudut pandang manajemen analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan. Terpenting lagi
13
Mamduh M YKPN.Yogyakarta:2003
Hanafi&Abdul Halim.Analisis Laporan
Keuangan.UPP STIM
29
adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang memperbaiki kinerja di masa depan.14 Dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan salah satu tehnik analisis laporan keuangan yang tersedia. Data yang digunakan untuk menghitung rasio keuangan adalah neraca dan laporan laba rugi. Dan dalam menyimpulkan kondisi untung atau tidaknya suatu perusahaan, perlu adanya suatu standar rasio lain yang layak dijadikan dasar pembanding. Bila tidak ada standar pembanding yang di gunakan dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisisan tidak bisa menunjukkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.15 2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknis analisis lainnya.16 Keunggulan tersebut adalah : (1) Rasio merupakan angkaangka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.; (2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan.; (3) Mengetahui posisi di tengah industri lain.; (4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan prediksi.; (5) Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik time atau “time series”.
14
Brigham, Houston.Dasar-dasar Manajemen Keuangan:Edisi 11 Buku 1.Salemba Empat.Jakarta:2010,hal:133 15 Djarwanto, Ps.Pokok-pokok Analisis Laporan...,hal:146 16 Sofyan Harahap.Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan:Edisi Satu,Cetakan Empat.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta:2004,hal:298
30
Perusahaan akan lebih mudah dalam menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan berbagai tehnik analisis khususnya analisis rasio untuk menentukan bagaimana keadaan keuangan perusahaan pada suatu saat tetentu, dan dapat membandingkan keadaan perusahaan yang satu dengan yang lain. 3. Jenis Rasio Keuangan Analisis Rasio (ratio analysis) merupakan salah satu tehnik analisis keuangan
yang
paling
banyak
digunakan.
Analisis
rasio
dapat
mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang berbentuk rasio. Di luar aktivitas operasi internal faktor-faktor yang mempengaruhi rasio adalah dampak peristiwa ekonomi, faktor industri, kebijakan manajemen, dan metode akuntansi. Rasio bermanfaat bila diinterpretasikan dalam perbandingaan dengan (a) rasio tahun sebelumnya, (b) standar yang ditentukan sebelumnya, (c) rasio pesaing. a. Rasio Solvabilitas (Permodalan) Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital. Untuk komponen modal inti perinciannya sebagai berikut :17(1)Modal disetor atau modal yang telah disetor oleh pemiliknya secara efektif.; (2) Agio saham atau selisih lebih setoran modal yang diterima oleh
17
Muhamad.Manajemen Bank Syariah.UPP AMP YKPN.Yogyakarta:2002, hal:215
31
bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.; (3) Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.; (4) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.; (5)Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang tidak akan dibagikan hasilnya.; (6) Laba tahun lalu, yaitu laba tahun lalu setelah pajak yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS. Jumlah laba tahun lalu hanya diperhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti. Bila tahun lalu rugi maka harus dikurangi modal inti.;(7) Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan.; (8) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Untuk modal pelengkap,18 terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal, sebagai berikut: (1) Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.; (2) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan laba adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani rugi tahun berjalan.; (3) Modal Kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang sifatnya seperti modal.;(4) Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi
18
Muhamad.Manajemen Bank,,,., hal.216
32
pinjaman, mendapat persetujuan dari BI minimal berjangka waktu 5 tahun, dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan BI. Bank Indonesia mewajibkan setiap Bank Umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Presentase kebutuhan minimum ini dinamakan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Pengertian dari CARadalah rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko. Perhitungan penyediaan modal bank didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki Bank dan Jumlah aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Tata cara perhitungan penyediaan modal minimum Bank adalah didasarkan pada aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam penghitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau didasarkan pada penggolongan nasabah, penjamin atau sifat
33
barang jaminan. Sehingga untuk mendapat nilai dari ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal item neraca dengan bobot risiko dalam formulir penghitungan penyediaan modal minimum. Sedangkan untuk ATMR aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal dengan bobot risiko aktiva administratif tersebut. Setelah angka ATMR diperoleh maka kebutuhan modal minimum atau CAR bank paling sedikit adalah 8% dari ATMR. Dengan membandingkan rasio modal dengan kewajiban penyediaan modal minimum, maka akan diketahui apakah bank telah memenuhi ketentuan CAR atau tidak. Sehingga nilai CAR bisa didapat dengan rumus : Modal Bank
Capital Adequecy Ratio = ATMR Jika hasil perbandingan antara
perhitungan
kewajiban penyediaan modal minimum sama
rasio
modal
dan
dengan 100% atau lebih,
maka modal bank yang bersangkutan memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya jika hasilnya kurang dari 100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR. b. Rasio Rentabilitas Pada penelitian ini, penulis memakai Return On Asset (ROA) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai alat menganalisis laporan keuangan dari kedua objek penelitian, yakni Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia. Analisis Return on asset (ROA) atau sering diterjemahkan
34
kedalam bahasa indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian di proyeksikan ke masa yang akan datang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang.19 Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan. Semakin besar nilai ROA maka akan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik pula posisi bank dalam penggunaan aset. Berdasarkan standart Bank Indonesia, ROA terbaik adalah sebesar 1,5%. Satuan ukurannya adalah menggunakan presentase dan untuk mengukurnya digunakan rumus sebagai berikut : Laba Setelah Pajak Return On Asset = Total Aktiva
Sedangkan Net Profit Margin(NPM) adalah rasio yang menunjukkan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi nilai profit margin, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tinggi. Karena secara umum rasio yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen dalam melakukan pengelolaan. Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut :
19
Mamduh M Hanafi &Abdul Halim.Analisis Laporan...,hal:159
35
Laba Bersih
Net Profit Margin = Pendapatan Operasional Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat kegiatan operasional tertentu. Profit margin yang rendah menunjukkan kegiatan operasional yang rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat kegiatan operasional tetentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. c. Rasio Efisiensi Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank. Rasio ini juga biasa disebut dengan Rasio Biaya. Penentuan rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Biaya Operasional Rasio Biaya (BOPO) = Pendapatan Operasional
Biaya Operasional (BOPO) adalah rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Biaya Operasional yaitu hasil perbandingan antara total biaya operasional dengan total pendapatan operasional. Satuan ukurannya adalah persentase. Berdasar ketentuan BI BOPO dikatakan baik jika berada dibawah 92%. Tingginya nilai presentase menunjukkan bahwa bank memiliki biaya operasional yang lebih besar dari pada pendapatan operasional yang
36
diperoleh, sehingga angka beban operasionalnya pun juga tinggi dan bank mampu menambah laba dari hasil kegiatan operasionalnya. d. Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para kreditur guna menilai keadaan suatu perusahaan atau badan usaha. Karena dengan menggunakan alat analisa berupa likuiditas, kreditur akan tahu seberapa besar tingkat keamanan uang yang telah diinvestasikan. Karena perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan dikatakan mampu memenuhi kewajiban tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut memiliki alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti hutang lancar lebih besar dari pada aset lancar. Munawir menjelaskan bahwa “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih.20 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban keuangan jangka pendeknya dan dalam hal ini dapat mengetahui posisi keuangan
20
Munawir, S.Analisis Informasi Keuangan.Liberty.Yogyakarta:2004
37
perusahaan dalam kondisi likuid atau tidak likuid. Dengan demikian perusahaan dapat lebih mudah untuk menarik para investor. Sedangkan pengertian Rasio Likuiditas menurut Harahap adalah “ Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo”.21 atau bisa juga diartikan bahwa Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya.22 Pada umumnya perhatian pertama para analisis keuangan tertuju pada rasio likuiditas perusahaan. Rasio likuiditas yang umum digambarkan adalah Current Ratio, Quick Ratio dan Loan to Deposite Ratio (LDR). Dalam penelitian ini penulis menilih LDR sebagai variabel penelitian yang akan dilakukan dan diterapkan pada analisis laporan keuangan kedua objek penelitian. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, artinya bank memiliki rasio yang besar untuk terjadinya kredit tidak lancar dengan banyaknya kredit yang disalurkan. Namun semakin rendah rasio ini juga mengindikasikan belum optimalnya bank dalam menyalurkan kredit.
21
Sofyan S Harahap.Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta:2008 22 Brigham & Houston.Dasar-dasar Manajemen Keuangan...,hal:134
38
Dari ketentuan Bank Indonesia, rasio LDR ≥ 110%. Diberi nilai kredit 0 artinya bank tersebut dinilai tidak sehat, sedangkan apabila nilai rasio LDR <110% diberi nilai kredit 100 artinya bank tersebut likuiditasnya dinilai sehat. Oleh karena itu perlu adanya batas toleransi yang sesuai dengan paket deregulasi 29 Mei 1993, Bank Indonesia memberikan batas toleransi pada LDR yaitu 80% dan juga batas toleransi antara 85%-100%. LDR yaitu hasil perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Satuan ukurannya adalah presentase dan untuk mengukurnya digunakan rumus : Total Pembiayaan Loan to Deposit Ratio = Total DPK
C. Bank Konvensional Dan Bank Syariah 1. Pengertian Bank Konvensional Dalam pembicaraan sehari-hari,bank di kenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang(kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk penukaran uang,memindahkan uang atau menerima segala macambentuk pembayaran dan setoran,seperti pembayaran listrik,telepon,air,pajak,uang kuliah dan pembayaran lainnya.
39
Menurut undang undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “ Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam beentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak lepas dari masalah keuangan. a. Tugas dan Fungsi Bank Pada dasarnya tugas pokok bank menurut UU No.19 Tahun 1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup raskyat banyak. Sedangkan fungsi bank pada umumnya adalah: (1) Menyedikan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.; (2) Menciptakan Uang.; (3) Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.; (4) Menawarkan jasa-jasa keuangan lain. b. Jenis-jenis Bank
40
Adapun jenis-jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain :23 1. Dilihat dari segi fungsinya Menurut UU Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan kembali dengan keluarnya UU RI nomor 10 tahun 1998, maka jenis perbankan adalah : a. Bank Umum Adalah Bank yang melaksanakan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Adalah Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional atau syariah yang tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran dalam kegiatannya.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya Jenisnya adalah : a. Bank milik pemerintah adalah dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan yang naik juga akan dimiliki pemerintah.
23
Kasmir.Manajemen Perbankan:Teori dan Praktek.BPFE.Yogyakarta:2002
41
b. Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional secara akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk swasta itu sendiri. c. Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. d. Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. e. Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional dan mayoritas kepemilikan sahamnya milik Warga Negara Indonesia. 3. Dilihat dari segi status Status bank yang dimaksud adalah : a. Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank non-devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
42
transaksi seperti bank devisa,dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara. 4. Dilihat dari segi menentukan harga a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lain. 2. Perbankan Syariah a. Pengertian Bank Syariah Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah 24adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang operasional produknya berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Sedangkan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari’ah Islam adalah Bank yang operasinya mengikuti ketentuan prinsip syariah, khususnya menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. b. Kegiatan Bank Umum Syariah
24
Muhamad.Manajaemen Bank Syariah.UPP AMP YKPN.Yogyakarta:2002,hal:13
43
Berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia Tahun 2011 kegiatan usaha bank umum syariah terdiri atas: 1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; 2. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk
lainnya
yang
dipersamakan
dengan
itu
berdasarkan
akadmudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; 3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah; 4. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad murabahah, salam dan istishna’ atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; 5. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad qard atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; 6. Serta menjalankan kegiatan yang telah menjadi kewajiban Bank Umum Syariah dalam pemenuhan kebutuhannya berdasarkan prinsip syariah. c. Prinsip Perbankan Syariah
44
Prinsip mendasar sesuai hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Beberapa dalil yang mengharamkan Riba adalah:25 1. Perintah awal dari Allah adalah sekedar mengingatkan manusia bahwa riba itu tidak akan menambah kekayaan individu maupun Negara, namun sebaliknya akan mengurangi kekayaan. “dan sesuatu riba (tambahan) kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan Allah maka (yang berbuat
demikian)
itulah
orang-orang
yang
melipatgandakan
(pahalanya).”26 2. Perintah selanjutnya yang melarang kaum Muslim memakan Riba. Selain itu, ayat ini juga menjelaskan bahwa sifat umum riba adalah berlipat ganda. “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepadsa Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.27 3. Sedangkan Sabda Rasulullah SAW yang shahih untuk melarang riba adalah : “..Allah melaknat pemakan riba, orang yang makan dengan riba, dua orang saksinya danb penulisnya”. (diriwayatkan semua penulis Sunan At tirmidzi menshahihkan hadits ini). Kesimpulannya dalam Islam memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba adalah haram. Pandangan inilah yang juga
25
Syafi’i Antonio.Riba Multimedia.Jakarta:2002 26 QS.Ar Rum:39 27 QS.Ali Imran : 130
dan
Bunga
Bank.Pro
LM
Center
&
Tazkia
45
mendorong eksistensi dari perbankan syariah mulai marak dibutuhkan oleh orang dimana keuntungan bagi hasil penabung didapat dari sistem bagi hasil, bukan bunga. d. Prinsip Dasar Perbankan Syariah Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasarkan pada syariat islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat islam.28 Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1. Prinsip Titipan atau simpanan (Al-wadi’ah) Merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Ada dua macam Al-wadi’ah : a. Wadi’ah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) Contoh : safe Deposit box b. Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah (Guarantee Depository) Contoh : Giro dan Tabungan 2. Prinsip Bagi Hasil (profit Sharing) Adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk dari prinsip ini adalah :
28
Syafi’i Antonio.Bank Syariah:dari Teori ke praktek.Pro LM Center Tazkia Multimedia.Jakarta:2001
46
a. Al-Mudharabah Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama(shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak yang lainnya sebagai pengelola (mudharib). Akad ini terbagi atas Mudharabah mutlaqah dan Mudharabah Muqayyadah. b. Al-Musyarakah Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanbggung bersama sesuai kesepakatan. Dua jenis Al-Musyarakah yaitu Musyarakah pemilikan dan Musyarakah Akad. 3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah) Merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen pembelian bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah dengan keuntungan (margin). Implikasinya berupa : a. Al-Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli. b. Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu.
47
c. Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual dimana barang yang diperjualbelikan jelas karakteristiknya dan kualitasnya. Akad ini cara pembayarannya bisa pembayaran dimuka, cicilan atau di tangguhkan hingga waktu tertentu. 4. Prinsip Sewa (Al-ijarah) Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. 5. Prinsip Jasa Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasar prinsip ini antara lain : a. Al-wakalah merupakan satu akad dimana nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. b. Al-kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yang ditanggung. c. Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Seperti factoring (anjak piutang), post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan piutang tersebut. d. Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dimana barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
48
e. Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah. e.Sistem Operasional Bank Syariah 1. Sistem penghimpunan dana Bank
syariah
tidak
melakukan
pendekatan
tunggal
dalam
menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Karena pada dasarnya, jika dilihat dari sumbernya dana bank syariah terdiriatas beberapa elemen sebagai berikut: a. Modal Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik(owner).dana modal dapat
digunakan
untuk
pembelian
gedung,tanah,perlengkapan,dan
sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan(fixed asset/non earning asset)selain itu modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif,yaitu di salurkan menjadi pembiayaan. b. Titipan (wadi`ah) Dalam prinsip ini,bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut.nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saaat,sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Investasi (mudharabah) Dalam hal ini,pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return
49
dari bank.deposan,dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional. 2. Sistem Penyaluran Dana (financing) Produk penyaluran dana pada bank syariah dapat di kembangkan dengan tiga model,yaitu: a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.prinsip ini di kembangkan menjadi bentuk pembiayaan murabahah.salam dan istishna. b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (ijarah).transaksi ijarah dilandasi dengan adanya pemindahan manfaat.dan pada dasarnya prinsip ini sama dengan prinsip jual beli.yang membedakan hanya pada obyek transaksinya. c. Transaksi pembiayaan yang ditujukkan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah. f. Kelebihan dan Kelemahan Bank Syariah a. Kelebihan : a.1. Menekankan pada aspek transparansi dan nilai-nilai kejujuran serta kepercayaan kepada nasabahnya yang mengedepankan aspek legalitas secara duniawi maupun ukhurawi, dan nasabah dianggap sebagai mitra bank syariah
50
a.2. Bank syariah rupanya dapat mengungguli bank konvensional dalam hal Net Performing Financing (NPF) alias kredit macet. Kredit macet di bank syariah hanya sekitar 4%, dan di bank konvensional mencapai 810%. a.3. Tingkat bagi hasil bank syariah yang nilainya lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku. Saat ini prosentase bagi hasil bank syariah mencapai kisaran delapan hiungga sembilan persen, dan itu masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan suku bunga yang mencapai lima hingga enam persen saja. b. Kelemahan : b.1. Jasa pinjaman tinggi, dan bagi hasil orientasinya sama dengan bunga. Untuk posisi aman bank syariah memang terpaksa mengutip jasa yang tinggi. Lalu, bagi hasil sama dengan bunga, orientasinya sama dengan bunga. Bagi kalangan bisnis, apa bedanya, bagi hasil segitu dengan bunga sekian? Bagi kalangan bisnis, bunga dan bagi hasil dianggap sama. b.2. Masih terbatasnya SDM yang memiliki keterampilan dalam hal jasa keuangan syariah. Karyawan eksisting pun kurang islami. Pada prakteknya banyak karyawannya yang belum paham perbankan syariah. Ia hanya berpakaian islami tapi sisitem syariah seperti apa, mereka tidak paham. b.3. Bank syariah masih kurang dalam melakukan riset pasar maupun riset perilaku konsumen, sehingga akan sangat sulit memahami kebutuhan riil dari nasabah.
51
D. Kajian Penelitian Terdahulu Untuk kelengkapan data dalam penyusunan skripsi ini diperlukan sumber dari penelitian yang relevan seperti diantaranya yang pertama pada penelitian Andi Dahlia29menyatakan tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia sekaligus mendeskripsikan perbedaan tingkat keuangan dari kedua bank tersebut. Desain penelitian ini adalah menggunakan studi deskriptif dan menggunakan tehnik statistik uji beda dua rata-rata (Independent Simple ttest) dalam pengujian hipotesisnya. Selain itu, peneliti juga menyatakan hasil temuannya bahwa “ terdapat perbedaan yang signifikan untuk rasio NPM, BOPO dan LDR. Sedangkan untuk rasio CAR dan ROA tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kinerja keuangan PT bank Syariah Mandiri lebih baik dari segi permodalan terhadap CAR dan rasio efisiensi terhadap BOPO, sedangkan PT Bank Muamalat Indonesia lebih baik kinerjanya dari segi rasio rentabilitas terhadap ROA dan NPM, dan rasio likuiditas terhadap LDR”. Selanjutnya Ahmad Khoirul Anwar30 menyatakan tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui perbandingan kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, Untuk mengetahui sudah sesuai standart BI atau belum kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, sekaligus untuk menunjukkan ada atau tidak perbedaan
29
Andi Dahlia.Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia,(Makasar, Skripsi Tidak Diterbitakan,2012) 30 Ahmad Khoirul Anwar.Kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, (Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan,2009)
52
yang signifikan dari kedua bank. Desain penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan data sekunder dan menggunakan Uji Independent Sample ttest sebagai alat analisisnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Quick Ratio, Cash Ratio, FDR dan ROE terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, sedangkan variabel ROA dan BOPO tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Yang ketiga adalah penelitian milik Muhammad Arif Setyawan31 menyatakan tujuan penelitiannya adalah untuk meneliti dan membuktikan secara empiris tentang perbedaan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan Bank Syariah Mandiri selama periode 2008-2012. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparasi dan menggunakan tehnik analisis berupa Uji Independent Sample t-test. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua bank, dimana untuk rasio CAR, BOPO, ROA, dan NPF Bank Syariah Mandiri lebih baik dari pada Bank Muamalat Indonesia dan untuk rasio FDR menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari Bank Syariah Mandiri. Selanjutnya Erna Rindawati32pada penelitiannya yang bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional pada periode 2001-2007. Alat analisis yang digunakan adalah Uji Independent Sample t-test untuk menguji hipotesisnya. Hasil dari 31
Muhammad Arif Setyawan.Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri periode 2008-2012, (Yogyakarta, Skripsi tidak diterbitkan,2013) 32 Erna Rindawati.Analaisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional,(Yogyakarta, Skripsi tidak diterbitkan,2007)
53
penelitian ini menyatakan bahwa untuk perbankan syariah lebih baik dibandingkan perbankan konvensional jika dilihat dari rasio LDR dan NPL. Sedangkan untuk rasio CAR, ROA, ROE, dan BOPO perbankan konvensional lebih baik dibandingkan perbankan syariah. Namun, secara keseluruhan menunjukkan bahwa Perbankan syariah lebih baik dari pada perbankan konvensional. Dan pada Penelitian milik Widya Wahyu Ningsih33 menyatakan tujuan penelitiannya untuk membandingkan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia. Penelitian ini menggunakan sample bertujuan (Purpossive Sample) dan menggunakan tehnik analisis data berupa Uji Independent Sample t-test. Hasil akhir dari penelitian ini menyatakan bahwa Bank Syariah Lebih Baik dari pada Bank Konvensional dilihat dari rasio LDR dan ROA, sedangkan untuk rasio BOPO, NPL, dan CAR Bank Konvensional lebih unggul daripada Bank Umum Syariah. Dari beberapa penelitian diatas jika dihubungkan dengan penelitian ini maka akan dijumpai beberapa hal terkait dengan persamaan dan perbedaannya. Letak persamaan penelitian ini dengan kelima penelitian diatas adalah sama-sama menggunakan objek PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia, dan sama-sama menggunakan data sekunder berdasar laporan keuangan yang di publikasikan oleh masing-masing bank. Namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya 33
Widya Wahyu Ningsih.Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia, (Makasar, Skripsi tidak diterbitkan,2012)
54
adalah pada data yang diolah menggunakan laporan keuangan triwulan dengan memakai seluruh populasi yaitu laporan keuangan triwulan mulai periode 2003 hingga 2013 dimana penelitian populasi semacam ini mampu menunjukkan hasil yang lebih akurat. Selain itu juga hal terpenting yang berbeda dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini selalu mengkaitkan semua hasil penelitiannya dengan prinsip syariah. Hal ini di pilih peneliti apakah selain untuk menguji dan membuktikan adanya perbedaan kinerja keuangan dari masing-masing bank, penelitian ini secara tidak langsung menguji hasil penelitiannya dari kacamata prinsip islam. Sehingga ini yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
55
E. Kerangka Berfikir Penelitian Gambar 2.1 Perbandingan Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia
Bank Syariah
PT Bank Syariah Mandiri
PT Bank Muamalat Indonesia Kinerja Keuangan
CAR
NPM
ROA
Berbeda Atau Sama
BOPO
LDR
56
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan suatu rancangan penelitian yang akan menjelaskan secara logis hubungan antara rumusan masalah dengan metode yang akan diterapkan, sehingga metode penelitian yang akan dipilih penulis akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah dalam bab 1, maka pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alasan digunakannya pendekatan kuantitatif adalah karena penulis menggunakan data berupa angka-angka dari laporan keuangan pada PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia yang kemudian di analisis menggunakan rasio keuangan untuk dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menguji rasio-rasio keuangan serta mengetahui adanya perbedaan dari kelima rasio yang digunakan yaitu CAR, NPM, ROA, BOPO dan LDR pada masing-masing bank dengan cara membandingkan, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian komparatif. B. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti, baik berupa manusia, hewan, tumbuhan maupun benda. Menurut Arikunto ”Populasi
56
57
adalah34keseluruhan Objek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono “Populasi adalah35 wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/sujek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang akan menjadi objek penelitian ini adalah Laporan Keuangan dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia periode 20032013. 2. Sampel Menurut Arikunto “Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti”.36Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah Laporan Keuangan Triwulan lengkap dari masing-masing bank pada periode triwulan I tahun 2003 hingga triwulan ke III tahun 2013. 3. Tehnik Sampling Menurut Sugiyono Tehnik Sampling37 adalah tehnik pengumpulan sampel. Agar penentuan sampel benar-benar representatif (mewakili) dan sesuai dengan tujuan penelitian. Tehnik/cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling38adalah tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan sampel yang dipilih penulis pada penelitian ini adalah pada Laporan Keuangan Triwulan dari PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank 34
Arikunto.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.PT Rineka Cipta.Jakrta:2006,
hal:130 35
Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif R&D.ALFABETA.Bandung.2011, hal:80 36 Arikunto. Prosedur Penelitian..., hal.131 37 Sugiyono.Metode Penelitian..., hal.81 38 Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif ..., hal.85
Kualitatif
dan
58
Muamalat Indonesia Periode triwulan I tahun 2003 hingga triwulan ke III tahun 2013 yang didapatkan secara lengkap dari website resmi Bank Indonesia. C. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran 1. Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan yang dipublikasikan masing-masing bank dari tahun 2003 hingga 2013 (time series) dan didaftarkan resmi pada website ank Indonesia. 2. Variabel Agar dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas terhadap judul penelitiandan untuk menghindari salah tafsir dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan mengenai variabel yang digunakan : a.
Capital Adequecy Ratio (CAR), merupakan indikator mengukur
seberapa besar kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Nilai CAR dapat diperoleh dengan rumus:
Modal Bank Capital Adequecy Ratio = ATMR
59
b.
Net
Profit
Margin
(NPM),
merupakan
ukuran
untuk
menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasionalnya. NPM dapat dihitung dengan rumus : Laba Bersih Net Profit Margin = Pendapatan Operasional
c.
Return On Asset (ROA), merupakan indikator mengukur seberapa
besar tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba atas aktiva yang dipergunakan. Nilai ROA dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : Laba Setelah Pajak Return On Asset = Total Aktiva
d.
Biaya
Operasional
dan
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
merupakan indikator yang mengukur tingkat efisiensi bank dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rumus untuk memperoleh nilai BOPO adalah : Biaya Operasional BOPO = Pendapatan Operasional
60
e.
Loan to Deposit Ratio (LDR), merupakan indikator untuk
menyatakan seberapa jauh kemampuan dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rumus LDR adalah : Total Pembiayaan Loan to Deposit Ratio = Total DPK
3. Skala Pengukuran Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Data rasio adalah data yang memiliki titik nol absolut. Dengan kata lain rasio memiliki semua ciri dari data interval dan ditambah dengan memiliki titik nol absolut sebagai titik pemulaan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas CAR, NPM, ROA, BOPO dan LDR. D. Tehnik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua tehnik pengumpulan data, yaitu : a. Studi Pustaka Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur-literatur, majalah ilmiah maupun tulisan yang berhubungan dengan kinerja keuangan, analisa laporan keuangan, dan
61
perkembangan PT.Bank Syariah Mandiri dan PT.Bank Muamalat Indonesia. b. Studi Dokumentasi Menurut Arikunto39“Dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagainya”. Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah, lokasi perusahaan, struktur organisasi serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. E. Analisis Data Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan oleh penulis terkait dengan variabel penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Analisis Uji Normalitas Data Uji distribusi normal40 adalah uji untuk mengukur apakah data yang kita miliki berdistribusi normal, sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah suatu variabel berdistribusi normal atau tidak. MenurutSantoso41, normalitas data dapat dideteksi dengan beberapa rasio yang salah satunya menggunakan Kolmogrov-Smirnov, dimana rasio tersebut merupakan uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui distribusi suatu data yang minimal bertipe ordinal.
39
Arikunto. Prosedur Penelitian..., hal.236 Agus Eko Sujianto.Aplikasi Statistik Dengan SPSS 16.0.Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta:2009.,hal.77 41 Agus Eko Sujianto.Aplikasi Statistik..., hal.78 40
62
Karena data yang digunakan dalam penelitian ini pada masing-masing variabel berjumlah lebih dari 30 (n≥30), maka data dianggap normal dan bisa dianalisis menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov. 2. Uji beda (Uji t) Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia adalah menggunakan uji beda dua rata-rata atau Uji Independent Sample t-test dengan harapan mampu menunjukkan perbedaan kinerja keuangan dari masing-masing bank secara rinci. 3. Uji Hipotesis Pembuktian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji statistikpada rasio CAR, NPM, ROA, BOPO dan LDR dalam menilai kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia menggunakan tehnik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Tujuan dari uji hipotesis beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah ditentukan. Sehingga hipotesis yang dibuat adalah sebagai berikut : Jika F hitung dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) memiliki nilai sig.> 0,05 maka sinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varian sama, maka sebaiknya menggunakan Equals varians assumed (diasumsi kedua varian sama) untuk t hitung. Jika t hitung sig.< 0,05, maka dikatakan kinerja keuangan yang dianalisis menggunakan rasio CAR, NPM, ROA, BOPO dan LDR pada PT Bank
63
Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia terdapat perbedaan yang signifikan. Sebaliknya jika t hitung sig.> 0,05 maka dinyatakan kinerja keuangan yang dianalisis menggunakan rasio CAR, NPM, ROA, BOPO dan LDR pada PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum mencantumkan hasil analisis dari rasio PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan bahwa pada bagian awal penelitian ini yaitu pada Bab I, Bab II dan Bab III menggunakan data laporan keuangan triwulan masingmasing bank mulai periode 2003 hingga 2013. Namun karena dalam suatu penelitian diperlukan data yang berdistribusi normal, maka selanjutnya perlu diuji terlebih dahulu apakah data pada periode tersebut berdistribusi normal. Setelah peneliti membuktikan melalui uji statistik normalitas data, hasil analisa menunjukkan bahwa data dari masing-masing bank pada periode 2003-2013 tidak berdistribusi normal. Sehingga agar penelitian ini dapat dilanjutkan, maka dilakukan langkah untuk menormalkan data yang tidak normal yaitu dengan cara menggunakan uji outlier atau membuang beberapa data yang mengakibatkan data secara keseluruhan tidak normal yang selanjutnya kembali diuji dengan uji normalitas data. Dari hasil kedua menunjukkan bahwa data pada variabel tertentu masih belum normal sekalipun outlier telah dihilangkan. Untuk itu, peneliti mengambil langkah membuang data secara acak (random) pada data yang ada yaitu dengan menghilangkan data periode 2003-2005. Sehingga data akhir yang selanjutnya dijadikan sebagai data penelitian adalah data triwulan periode 2006-2013 64
65
1. Analisis Rasio PT Bank Syariah Mandiri Hasil
perhitungan
rasio-rasio
keuangan
yang
meliputi
rasio
solvabilitas, rentabilitas, efisiensi dan likuiditas pada PT Bank Syariah Mandiri mulai dari triwulan I tahun 2006 hingga triwulan ke III tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1.1. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas dihitung dengan membandingkan Total Modal Bank dengan Aktiva tertimbang menurut rasio (ATMR). Dilihat dari perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada bank. Perhitungan merupakan rasio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito, dan tabungan). Berdasar analisa perhitungan diatas, dapat diketahui besarnya nilai CAR PT Bank Syariah Mandiri pada Triwulan I tahun 2006 hingga pada Triwulan III tahun 2013. Pertumbuhan nilai CAR setiap tahunnya cenderung konsisten dan stagnan, terbukti bahwa nilai CAR selama periode tersebut berkisar antara 10% hingga 16%. Nilai CAR yang menunjukkan angka minimum yaitu pada Triwulan ke IV tahun 2010 yaitu sebesar 10% saja, jika dibandingkan dengan nilai pada triwulan lain ditahun sebelumnya nilai tersebut termasuk dalam angka minimum selama periode 2006 hingga 2013. Hal ini disebabkan bahwa pada akhir tahun 2010 terjadi penurunan jumlah modal bank, sehingga kecukupan akan penyediaan modal nya juga cenderung menurun.
66
Lain halnya dengan yang terjadi pada tahun 2010, pada tahun sebelumnya yaitu pada triwulan I tahun 2007, nilai CAR menunjukkan kenaikan yang cukup drastis yaitu menjadi sebesar 16%. Kenaikan sebesar 6% merupakan pencapainan yang bisa dikatakan baik dan perlu dipertahankan. Kenaikan ini juga disebabkan oleh meningkatnya jumlah modal bank pada tahun 2013 sehingga bank mampu memenuhi kecukupan modal terhadap kewajian persediaan modal bank. Untuk lebih jelas pertumbuhan nilai CAR pada periode 2006 hingga 2013 ditunjukkan dari trend sebagai berikut : Gambar 4.1.1 Trend Pertumbuhan Capital Adequecy Ratio (CAR) Dalam (%) 18 16 14 12
Triwulan 1
10
Triwulan 2
8
Triwulan 3
6
Triwulan 4
4 2 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Laporan Keuangan Diolah Peneliti Dari tren diatas dapat diketahui bahwa terjadi naik-turun yang sangat bervariasi dari garis yang ditunjukkan pada tren tersebut. Berawal dari titik 12% pada Triwulan I tahun 2006, nilai CAR Bank Syariah Mandiri sangat
67
menunjukkan eksistensinya bahwa kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktiva beresiko nya terhadap modal sangat baik. Namun untuk triwulan berikutnya di tahun 2006, nilai CAR cenderung fluktuatif dan menurun. Dari angka 12%, nilai CAR pada triwulan selanjutnya menurun hingga sebesar 1% di tahun 2006. Penurunan ini menunjukkan bahwa belum konsistennya perusahaan dalam mengelola aktiva beresikonya terhadap modal yang dimiliki sehingga nilai CAR yang diperoleh pun cenderung menurun. Lain hal nya dengan tahun 2006, pada data triwulan I tahun 2007 nilai CAR menunjukkan pada titik terbesarnya yaitu 16%. Nilai ini merupakan kepuasan tersendiri bagi manajemen bank karena pencapaian nilai CAR yang bisa dikatakan dua kali lipat dari batasan minimum yang di tetapkan oleh BI yaitu sebesar 8%. Namun, pada triwulan berikutnya nilai CAR melemah dan mulai turun secara perlahan pada triwulan ke II, III hingga ke IV yaitu 14%, 13% dan 12%. Selanjutnya pada triwulan I tahun 2008 nilai CAR masih bertahan pada angka 12% hingga pada triwulan terakhirnya dan mulai meningkat 2% pada awal triwulan I tahun 2009 yaitu menjadi sebesar 14%. Kestabilan dari nilai CAR juga nampak pada triwulan II tahun 2009 hingga pada triwulan terakhir di tahun 2013 yang menunjukkan nilai berkisar antara 11% hingga 15%, kecuali yang terjadi pada triwulan IV tahun 2010 yang nilai CAR nya menurun menjadi sebesar 10%. Sekalipun tetap terdapat penurunan nilai CAR pada setiap triwulannya, namun di triwulan berikutnya nilai CAR cenderung fluktuatif.
68
Tidak selalu dalam keadaan menurun dan tidak selalu berada dalam keadaan yang selalu meningkat. Namun ini sudah bisa dinyatakan keadaan yang cukup baik dan stabil. Kestabilan nilai ini menunjukkan bahwa kinerja bank dalam pengelolaan modal sendiri terhadap kemungkinan penutupan aktiva beresiko dengan cukup baik. Karena semua nilai CAR yang terdapat pada Bank Syariah Mandiri masih berada diatas skala minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8% dalam hal persediaan modal. 1.2. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan. Rasio rentabilias terdiri atas : NPM
: membandingkan laba bersih dengan pendapatan operasional
ROA
: membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva Berikut ini adalah tren dari NPM triwulan I tahun 2006 hingga
triwulan III tahun 2013 pada PT Bank Syariah Mandiri:
69
Gambar 4.1.2 Trend Pertumbuhan Net Profit Margin (NPM) Dalam (%) 8 7 6 5
Triwulan 1
4
Triwulan 2
3
Triwulan 3 Triwulan 4
2 1 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Laporan Keuangan Diolah Peneliti Berdasar gambar diatas, dapat diketahui bahwa model dari garis yang menunjukkan angka dari NPM cenderung konsisten yaitu antara 4% hingga 7%. Berawal pada triwulan I tahun 2006, nilai dari NPM adalah sebesar 4% yang kemudian terus meningkat hingga menjadi sebesar 5% pada akhir triwulan tahun 2006. Pada tahun berikutnya di triwulan I tahun 2007, nilai NPM semakin naik 1% diatas nilai sebelumnya yaitu sebesar 6% mulai awal triwulan hingga akhir triwulan tahun 2007. Kenaikan serupa juga terjadi pada awal triwulan tahun 2008 yang nilai NPM nya menjadi sebesar 7%. Kenaikan yang konsisten, menunjukkan pula bahwa kinerja dari bank juga semakin baik dari tahun ke tahunnya. Namun pada triwulan berikutnya, yaitu triwulan II tahun 2008 nilai NPM kembali
70
turun 1% menjadi 6% dan bertahan secara flat hingga triwulan IV tahun 2010. Angka yang cukup monoton dan tidak menunjukkan variasi nilai terjadi selama 2 tahun berturut-turut, yaitu stagnan pada nilai 6%. Ini menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan pada tingkat kegiatan operasionalnya masih belum mampu mengangkat nilai NPM pada nilai yang lebih tinggi, namun hal ini juga bukan merupakan sesuatu yang buruk karena konsistensi nilai ini menunjukkan pula bahwa kinerja pada tahun 2008 hingga 2010 adalah stabil. Pada awal triwulan tahun 2011, keadaan cenderung berbeda dari keadaan sebelumnya. Pada triwulan I dan II pada tahun 2011 nilai NPM menurun lagi menjadi sebesar 5%. Dan di tahun ini pula hingga pertengahan tahun 2012, nilai dari NPM cenderung naik-turun secara berkala yaitu 6%, 7%, 6%, 6% dan meningkat kembali menjadi 7% hingga akhir triwulan tahun 2013. Sekalipun terjadi kenaikan atau penurunan dari nilai NPM tersebut, namun tidak bisa dipungkiri bahwa usaha yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri juga selalu menuju kearah maksimal terlebih kemampuan bank dalam mendapat keuntungan dari tingkat kegiatan operasionalnya. Nilai NPM yang telah ditunjukkan diatas adalah bukti nyata yang baik selama kinerja yang telah dilakukan, fluktuasi nilai NPM pun tidak menjadi permasalahan yang besar. Bank Indonesia pun juga tidak membatasi batasan minimum untuk rasio NPM atau bisa dikatakan sebanyak-banyaknya.
71
Selain rasio NPM, pada rasio rentabilitas juga terdapat rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aset yang dimiliki untuk mendapat keuntungan yang semakin bertambah. Rasio ini biasa disebut dengan Return On Asset (ROA). Pada penelitian ini nilai ROA PT Bank Syariah Mandiri akan ditunjukkan melalui gambar dibawah ini : Gambar 4.1.3 Diagram Return On Asset (ROA) (Dalam %) 2,5 2 Triwulan 1
1,5
Triwulan 2 Triwulan 3
1
Triwulan 4 0,5 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Laporan Keuangan Diolah Peneliti Nilai ROA berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa posisi nilai ROA nya berada pada dua titik saja, yaitu 1% dan 2%. Pada tahun 2006, tampak jelas bahwa nilai ROA mulai triwulan I hingga triwulan IV berada pada posisi angka 1%. Diawal tahun 2007, nilai ROA meningkat dua kali lipat menjadi 2% dan kembali menurun hingga akhir triwulan menjadi 1%. Posisi yang sama juga nampak terjadi pada tahun 2008 yang dimulai pada
72
triwulan I sebesar 2% dan menurun pada triwulan II,III,IV menjadi masing sebesar 1%. Namun kemampuan bank dalam menggunakan aset yang dimiliki mulai menunjukkan posisi yang baik dan konsisten hingga tahun 2013. Terbukti bahwa nilai ROA stag pada angka 2% pada semua triwulan, kecuali pada triwulan ke IV tahun 2011 dan pada triwulan ke II dan III pada akhir 2013 yang nilai ROA nya hanya 1%. Secara keseluruhan, nilai ROA yang telah ditunjukkan oleh Bank Syariah Mandiri dikatakan cukup baik. Karena terlihat banyaknya nilai yang menunjukkan pada posisi 2% yang menunjukkan pula bahwa nilai tersebut berada diatas batasan minimum dari BI bahwa ROA yang baik adalah sebesar 1,5%. 1.3. Rasio Efisiensi Rasio ini digunakan untuk menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank. Rasio ini sering disebut dengan BOPO atau Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional. Pada periode 2006 hingga 2013, BOPO pada Bank Syariah Mandiri sangat fluktuatif. Angka yang muncul sangat bervariasi nilainya, ini pula yang menunjukkan bahwa kinerja dari bank terhadap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasionalnya juga berbeda-beda setiap triwulannya. Perbedaan seperti ini juga yang sangat terlihat dari besarnya presentase nilai BOPO dari PT Bank Syariah Mandiri dari Triwulan I tahun 2006 hingga triwulan ke III tahun 2013. Seperti yang terlihat pada diagram batang dibawah ini :
73
Gambar 4.1.4 Diagram BOPO (Dalam %) 100 90 80 70 60
Triwulan 1
50
Triwulan 2
40
Triwulan 3
30
Triwulan 4
20 10 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Laporan Keuangan Diolah Peneliti Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui banyak terdapat angka yang nilainya bervariasi dan cenderung naik-turun (fluktuatif). Dimulai dari Triwulan I tahun 2006 yang semula sangat tinggi dengan 90%, pada triwulan selanjutnya nilai BOPO sedikit demi sedikit menurun yaitu sebesar 80% pada triwulan II, dan sebesar 85% dan 83% pada triwulan III dan IV. Masuk pada triwulan I tahun 2007, nilai BOPO berada pada posisi 84% dimana nilai ini menunjukkan kenaikan sebesar 1% dibanding sebelumnya. Namun kondisi ini tidak berlaku pada triwulan II tahun 2007, nilai BOPO cenderung merosot sebesar 5% menjadi sebesar 79%. Ini sedikit membuktikan bahwa pengelolaan biaya pada periode ini sebanding dengan pendapatan operasional yang didapatkan oleh bank, sehingga rasio BOPO
74
pun juga tampak cukup baik sekalipun pada triwulan III dan IV ada peningkatan menjadi 80% dan 81%. Untuk tahun berikutnya, mulai dari triwulan I tahun 2008 hingga pada akhir triwulan tahun 2012 nilai dari BOPO mengalami fluktuasi yang sangat beragam. Nilai tersebut berkisar dari 70% hingga 78% dimana angka tersebut cukup jauh dibawah posisi pada triwulan sebelumnya. Hingga terjadi pula nilai BOPO paling rendah pada awal triwulan tahun 2013 yaitu sebesar 69% saja. Menurunnya nilai ini tentu membuktikan pada awal tahun 2013 bank mampu menekan besarnya beban operasionalnya terhadap biaya operasional dan pendapatan operasional yang diperoleh. Penurunan nilai BOPO membuktikan bahwa semakin efisien usaha yang dilakukan, karena dengan biaya yang dikeluarkan mampu mendapatkan penghasilan yang memadai. Dari semua nilai BOPO dari Bank Syariah Mandiri diatas, bisa dikatakan
bahwa
kemampuan
bank
dalam
melakukan
kegiatan
operasionalnya cukup baik. Nilai yang tertera pada laporan keuangan pada tahun 2006 hingga 2013 tidak menunjukkan nilai lebih dari 92%. Nilai tersebut merupakan batasan yang ditentukan oleh Bank Indonesia bahwa BOPO suatu bank di katakan pada posisis terbaik apabila berada pada nilai 92%. Dengan demikian BOPO Bank Syariah Mandiri dikatakan belum ideal namun sudah cukup efisien. 1.4. Rasio Likuiditas Menganalisis rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhin kewajiban jangka pendeknya melalui Loan to
75
Deposit Ratio (LDR). Pada Bank Syariah Mandiri, nilai LDR sangat fluktuatif. Keberagaman nilai yang ada menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya juga bervariasi. Variasi nilai LDR dapat dilihat melalui trend dibawah ini : Gambar 4.1.5 Trend Loan to Deposit Ratio (Dalam %) 45 40 35 30
Triwulan 1
25
Triwulan 2
20
Triwulan 3
15
Triwulan 4
10 5 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber: Laporan Keuangan Diolah Peneliti Berdasarkan trend diatas, dapat dengan jelas diketahui bahwa fluktuasi dari LDR Bank Syariah Mandiri sangat beragam. Nilai dari masingmasing triwulan cenderung berbeda-beda dan tampak terjadi penurunan dan peningkatan nilai LDR yang tidak stabil. Pada triwulan I tahun 2006, posisi LDR berada pada angka 37%, dan meningkat sebanyak 2% menjadi sebesar 39% pada triwulan II. Angka ini merupakan angka LDR terbesar di Bank
76
Syariah Mandiri pada periode 2006 hingga 2013. Namun untuk akhir triwulan tahun 2006, terjadi penurunan kembali menjadi sebesar 33% saja. Pada tahun berikutnya, mulai dari triwulan I tahun 2007 hingga triwulan II tahun 2009, nilai LDR berada pada angka antara 30%- 37% dengan terjadi pula kenaikan dan penurunan angka LDR yang fluktuatif. Penurunan nampak terjadi pula pada triwulan II tahun 2009 hingga akhir triwulan tahun 2013 yang nilai LDR hanya berada pada posisi 20% hingga 29% saja. LDR minimum terjadi pada awal tahun 2012 dimana hanya berada pada posisi 20% saja, hal ini terjadi karena adanya kenaikan dana yang disalurkan bank pada pembiayaan. Dari analisis diatas, dapat dikatakan bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri masih jauh dari kata ideal. Karena batas ideal LDR menurut BI adalah sebesar 85%-110%, sehingga perlu adanya perbaikan dari manajemen untuk mengoptimalkan kembali besarnya total pembiayaan yang dikeluarkan dengan total himpunan dana dari pihak ketiga agar likuiditas bank mampu meningkat secara berkala dan bank juga bisa dikatakan sehat. Namun perlu adanya garis bawah bahwa angka LDR yang terlalu tinggi juga akan berakibat fatal dalam jangka panjangnya, karena likuiditasnya akan terancam dan berakibat buruk pada kesehatan bank. Disinilah perlunya BI memberikan standar khusus agar lembaga perbankan diseluruh indonesia mampu memperkirakan seberapa jauh kinerja dilakukan.
77
2. Analisis Rasio PT Bank Muamalat Indonesia Hasil
perhitungan
rasio-rasio
keuangan
yang
meliputi
rasio
solvabilitas, rentabilitas, efisiensi dan likuiditas pada PT Bank Muamalat Indonesia pada Triwulan I tahun 2006 hingga triwulan III tahun 2013 adalah sebagai berikut : 2.1. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas dihitung dengan membandingkan Total Modal Bank dengan Aktiva tertimbang menurut rasio (ATMR). Dilihat dari perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada bank. Perhitungan merupakan rasio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito, dan tabungan). Berdasar analisa perhitungan diatas, dapat diketahui besarnya nilai CAR PT Bank Muamalat Indonesia pada Triwulan I tahun 2006 hingga pada Triwulan III tahun 2013. Pertumbuhan akan kecukupan modal yang dimiliki bank menunjukkan hasil perhitungan rasio yang fluktuatif, nilai CAR yang dihasilkan berdasarkan pada laporan keuangan menunjukkan kenaikan dan penurunan secara berkala dan dalam jumlah yang relatif kecil atau berkisar 1% hingga 4%. Kenaikan dan penurunan nilai CAR terjadi berdasarkan kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Rasio (ATMR). Seperti yang terdapat pada trend dibawah ini :
78
Gambar 4.2.1 Trend Capital Adequecy Ratio (CAR) (Dalam %) 18 16 14 12
Triwulan 1
10
Triwulan 2
8
Triwulan 3
6
Triwulan 4
4 2 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Laporan Keuangan Diolah Peneliti Berdasarkan trend diatas, dapat diketahui bahwa nilai CAR pada Bank Muamalat Indonesia sangat bervariasi. Terbukti pada gambar garis yang menunjukkan pada titik-titik yang tidak beraturan (naik-turun). Pada tahun 2006 misalnya, triwulan I menunjukkan posisi teratas dari CAR adalah pada titik 16% dan terus mengalami penurunan mulai triwulan II, III dan IV yaitu sebesar 15%, 14% dan 14%. Pada tahun selanjutnya, di awal triwulan bank kembali mampu meningkatkan kecukupan modalnya sehingga nilai CAR juga naik pada posisi 15%. Kenaikan sebesar berapa persen pun mampu membuktikan bahwa selalu ada evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki suatu usaha secara keseluruhan. Namun penurunan nilai CAR semakin tampak jelas terlihat mulai dari triwulan II tahun 2007 hingga akhir triwulan tahun 2013.
79
Posisi CAR cenderung naik-turun dalam keadaan yang tidak stabil, meski kenaikan dan penurunannya tidak begitu besar namun ini sedikit menunjukkan bahwa terdapat kelalaian kecil dalam penyediaan modal yang mungkin kurang mencukupi terhadap ATMR nya. Posisi nilai CAR berada pada angka terendah 9%, yaitu yang terjadi pada triwulan II tahun 2008. Jika bank terus menerus menurun nilai CARnya, maka yang akan terjadi adalah modal yang dimiliki tidak mampu memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum berdasar Bank Indonesia yaitu sebesar 8% sebagai batas minimumnya. Pada triwulan selanjutnya, Bank Muamalat Indonesia membuktikan dengan kenaikan angka CAR setahap demi setahap hingga pada akhir triwulan tahun 2013 mencapai pada titik 13% atau meningkat sekitar 4% dari triwulan yang sebelumnya. Meskipun demikian, kemampuan Bank Muamalat Indonesia dalam penyediaan kecukupan modal bisa dikatakan ideal dan cukup baik karena dari hasil CAR yang diperoleh, semua berada diatas batasan yang ditentukan BI yaitu sebesar 8%. 2.2. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan. Rasio rentabilias terdiri atas : NPM
: membandingkan laba bersih dengan pendapatan operasional
ROA
: membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva Berikut ini adalah tren dari NPM triwulan I tahun 2006 hingga
triwulan III tahun 2013:
80
Gambar 4.2.2 Tren NPM Dalam persen (%) 14 12 10 Triwulan 1
8
Triwulan 2
6
Triwulan 3
4
Triwulan 4
2 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Laporan Keuangan Diolah Peneliti Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
besar
presentase
pendapatan
bersih
dari
setiap
kegiatan
operasionalnya. Semakin tinggi nilai profit margin maka akan semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam memperoleh lab yang tinggi. Berdasarkan trend diatas, pada triwulan I tahun 2006 posisi NPM berada pada angka 7% dimana angka ini merupakan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai selanjutnya, yaitu pada triwulan II dimana posisi NPM berada 1% dibawah nilai pada triwulan I yaitu sebesar 6%. Jika dilihat kembali, nilai NPM pada tahun 2006 hingga 2010 cukup stabil, yaitu antara 5% hingga 13%. Sekalipun terjadi penurunan namun tidak dalam nilai yang mencolok, begitu pula dengan kenaikannya yang berada pada kisaran 1% hingga 5% saja. Nilai maksimum terjadi pada triwulan II
81
tahun 2007 dimana nilai NPM menunjukkan titik tertingginya yaitu sebesar 13%. Ini menggambarkan bahwa semakin tinggi pula profit margin yang didapatkan dari setiap kegiatan operasional yang dilakukan oleh bank. Namun memasuki tahun 2011 hingga 2013 posisi NPM cenderung menurun secara perlahan, angka terbaik hanya pada titik 6% yaitu pada triwulan II tahun 2011. Selanjutnya posisi NPM semakin menurun hingga pada akhir triwulan tahun 2013 nilai NPM berada pada titik 4%. Hal semacam ini yang m,enunjukkan bahwa kemampuan usaha bank dalam memperoleh profit margin dari hasil kegiatan operasional yang dilakukan belum stabil dan perlu evaluasi lebih. Karena profit margin yang rendah menunjukkan kegiatan operasional yang dilakukan rendah pada tingkat biaya tertentu ataupun biaya yang terlalu tinggi pada tingkat kegiatan operasional tertentu. Selain NPM, terdapat satu lagi jenis rasio Rentabilitas yang mampu menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mendapat keuntungan bersih dari segi pemanfaatan aset yang dimiliki oleh bank. Rasio ini adalah Return
On
Asset
(ROA)
dimana
cara
menghitungnya
dengan
membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pada Bank Muamalat Indonesia, nilai ROA cenderung stagnan dan konsisten mulai dari triwulan I tahun 2006 hingga triwulan II tahun 2009. Nilainya berada pada titik 2%-3% dimana naik-turun angkanya juga tidak mencolok, hanya terdapat selisih pada angka dibelakang koma.
82
Berbeda dengan periode tersebut, pada triwulan III tahun 2009, nilai ROA justru meningkat drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5%. Angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan standar yang ditentukan BI dimana ROA terbaik jika berada pada posisi 1,5%. Pada periode ini bisa dipastikan bahwa penggunaan aset yang dilakukan bank sangat baik sehingga tingkat keuntungan yang didapatkan juga mampu meningkat secara tajam. Untuk memperjelas bisa dilihat pada trend seperti berikut ini : Gambar 4.2.3 Trend Return On Asset (Dalam %) 6 5 4
Triwulan 1 Triwulan 2
3
Triwulan 3 2
Triwulan 4
1 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jika diatas tadi telah dijelaskan posisi tertinggi terletak pada triwulan III tahun 2009, maka setelah itu terjadi keadaan yang sangat mencolok penurunannya, yaitu pada triwulan IV tahun 2009 dan triwulan III tahun 2010 dimana nilai ROA menurun hingga nilainya hanya sebesar 0.45% dan 0.81% saja. Penurunan yang sangat drastis ini dipengaruhi banyak sekali faktor
83
intern maupun ekstern, seperti salah satunya adalah kelalaian dan keteledoran dari manajemen. Melihat keadaan tersebut, Bank Muamalat Indonesia mulai menapaki kembali sedikit demi sedikit kelancaran usaha yang dilakukan sebelumnya. Terbukti mulai stabil kembali nilai ROA hingga akhir triwulan yaitu sebesar 1% hingga 1.64%. angka ini sudah cukup membuktikan bahwa Bank mampu mengIdealkan kembali nilai ROA sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia. 2.3. Rasio Efisiensi Rasio efisiensi mampu menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional melalui alatnya yaitu BOPO atau Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional. Semakin tinggi presentase dari rasio ini maka angka beban operasional yang ditanggung bank juga tinggi, karena bank memiliki biaya operasional yang lebih besar dari pada pendapatan operasionalnya. Sehingga yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan adalah bagaimana menjalankan kegiatan operasional dengan efisien dengan biaya operasional seminimal mungkin dan mendapat pendapatan operasional setinggi mungkin. Untuk Bank Muamalat Indonesia, nilai BOPO sangat baik dan konsisten. Hanya saja pada triwulan III dan IV tahun 2009, terjadi over hingga sebesar 95%. Angka ini menunjukkan semakin tidak efisiennya usaha yang dilakukan, karena berdasar standart BI nilai BOPO terbaik berada pada angka dibawah 92%. Untuk lebih jelas disajikan diagram berikut ini :
84
Gambar 4.2.4 Diagram BOPO (Dalam %) 100 90 80 70 60
Triwulan 1
50
Triwulan 2
40
Triwulan 3
30
Triwulan 4
20 10 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Laporan Keuangan Diolah Peneliti Berdasarkan gambar diatas, jelas terlihat bahwa stabilitas dari BOPO Bank Muamalat Indonesia sangat baik. Kenaikan dan penurunan angka hanya berada pada kisaran 1%-2% di masing-masing triwulannya. Penurunan terjadi tidak terlalu drastis, dan kenaikan pun juga terjadi secara bverkala dibawah angka 92%. Dari sini jelas bisa dikatakan bahwa Bank Muamalat Indonesia secara keseluruhan mampu menyeimbangkan dan memadukan antara besarnya biaya operasional yang dikeluarkan dengan kegiatan operasional yang dilakukan sehingga angka pendapatan operasional secara berkala mampu dalam keadaan stabil. 2.4. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya saat ditagih. Keadaan ini yang merupakan
85
salah satu alasan mengapa perusahaan yang likuid banyak diminati oleh para kreditur. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya adalah perusahaan yang mempunyai jumlah aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya. Dalam hal ini, Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai likuiditas kurang dari standart yang ditentukan oleh BI yaitu sebesar 85%-110%. Nilai LDR yang dihasilkan selama periode 2006 hingga 2013 hanya berada pada posisi minimum 25% dan posisi maksimum 38% saja, dan sangat jauh bila dibandingkan dengan standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia terkait dengan LDR yang baik. Untuk memperjelas diberikan trend dibawah ini: Gambar 4.2.5 Trend LDR (Dalam %) 40 35 30 25
Triwulan 1
20
Triwulan 2
15
Triwulan 3 Triwulan 4
10 5 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Dari trend diatas dapat diketahui bahwa semua nilai LDR dari Bank Muamalat Indonesia berada pada titik stabil disetiap triwulannya. Terjadinya kenaikan dan penurunan tidak dalam keadaan yang mencolok. Rata-rata dari
86
LDR ini adalah 32%, dimana nilai terkecilnya terjadi pada triwulan II tahun 2008 yaitu sebesar 25% dan nilai terbesar terjadi pada triwulan I tahun 2013. Namun nilai LDR ini masih belum menunjukkan keidealan akan rasio likuiditas dari Bank Muamalat Indonesia, karena nilai yang dihasilkan jauh berada dibawah standar yang ditetapkan oleh BI. Sekalipun usaha yang dilakukan sudah maksimal, tapi tetap perlu adanya evaluasi manajemen terutama dalam hal pengelolaan aktiva lancar agar tidak berada jauh dibawah hutang lancar. Karena perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang sangat mampu memenuhi kewajiban keuangannya saat ditagih dan mampu menjaga dana yang telah diinvestasikan oleh kreditur kepada bank. 3. Uji Normalitas Data PT Bank Syariah Mandiri 1.
Uji Normalitas Data dengan Kolmogrov-Smirnov Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR
N Normal Parametersa
NPM
ROA
BOPO
LDR
32
32
32
32
32
Mean
12.5000
6.3125
1.6309
76.8438
28.9375
Std. Deviation
1.36783
.85901
.34544
5.47787
5.74140
.205
.236
.159
.198
.163
Positive
.205
.236
.076
.198
.163
Negative
-.114
-.202
-.159
-.076
-.107
1.160
1.334
.899
1.121
.924
.135
.057
.394
.162
.360
Most Extreme Differences Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Test distribution is Normal.
b.
Calculated From data
87
Dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asym. Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi atau = 5%) untuk pengambilan keputusan dengan pedoman: a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak normal. b. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal. Tabel 4.2 Keputusan Uji Normalitas Data Nilai Asymp. Sig. Nama Variabel
Taraf signifikansi
Keputusan
(2-tailed) CAR
0,135
0,05
Normal
NPM
0,057
0,05
Normal
ROA
0,394
0,05
Normal
BOPO
0,162
0,05
Normal
LDR
0,360
0,05
Normal
2.
Uji Normalitas Data dengan Normal P-P Plots Pada normalitas data dengan Normal P-P Plots, dinyatakan
terdistribusi normal atau mendekati normal. Suatu variabel dinyatakan normal
88
jika gambar distribusi dengan titik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. 4. Uji Normalitas Data PT Bank Muamalat Indonesia 1.
Uji Normalitas Data dengan Kolmogrov-Smirnov Berdasarkan hasil analisa data dari semua rasio, maka peneliti
melanjutkan pengolahan data dengan menggunakan Uji Normalitas Data dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Uji Normalitas Dengan Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N
NPM
ROA
BOPO
LDR
32
32
32
32
32
Mean
12.2188
5.9062
1.4037
83.4688
31.9688
Std. Deviation
1.80919
1.46704
.69988
4.62800
3.01057
Absolute
.173
.162
.175
.120
.183
Positive
.173
.162
.175
.120
.183
Negative
-.094
-.150
-.117
-.094
-.100
Kolmogorov-Smirnov Z
.979
.917
.988
.681
1.037
Asymp. Sig. (2-tailed)
.293
.370
.283
.743
.232
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
a.
Test distribution is Normal.
b.
Calculated From Data
Dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asym. Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi atau = 5%) untuk pengambilan keputusan dengan pedoman:
89
c. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak normal. d. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal. Tabel 4.4 Keputusan Uji Normalitas Data Nilai Asymp. Sig. Nama Variabel
Taraf signifikansi
Keputusan
(2-tailed) CAR
0,293
0,05
Normal
NPM
0,370
0,05
Normal
ROA
0,283
0,05
Normal
BOPO
0,743
0,05
Normal
LDR
0,232
0,05
Normal
Sumber : Data SPSS Diolah Penulis 2.
Uji Normalitas Dengan Normal P-P Plots Pada normalitas data dengan Normal P-P Plots (gambar 4.4.1 hingga
4.4.5), dinyatakan terdistribusi normal atau mendekati normal. Suatu variabel dinyatakan normal jika gambar distribusi dengan titik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. 5. Uji beda (Uji t) untuk Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Selanjutnya diuraikan hasil penelitian yang merupakan pengamatan terhadap obyek penelitian dua bank syariah yaitu PT Bank Syariah Mandiri
90
dan Bank Muamalat Indonesia berdasarkan laporan keuangan triwulanan periode 2006-2013. Dengan menggunakan uji statistic independent sample ttest, diperoleh hasil perbandingan kinerja keuangan tampak pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Perbandingan Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri Dengan PT Bank Muamalat Indonesia PT Bank Syariah Mandiri
PT Bank Muamalat Indonesia
Ratio Mean
Std Dev
Mean
Std Dev
Statistical Test Levene's Test For Equality of Variance F
12.50 1.36 12.21 1.81 2.209 CAR 6.31 0.86 5.90 1.47 8.109 NPM 1.63 0.34 1.40 0.70 18.761 ROA 2.392 BOPO 76.84 5.47 83.46 4.62 28.93 5.74 31.97 3.01 17.647 LDR Sumber : Data SPSS yang telah Diolah Peneliti 5.1.1.
t-test for equality of mean df=70 confidence interval=95%
Sig
T
Sig 2Tailed
Mean Diff
0.142 0.006 0.000 0.127 0.000
0.701 1.352 1.647 -5.22 -2.64
0.486 0.181 0.105 0.000 0.010
0.281 0.406 0.227 -6.625 -3.031
Analisis Rasio CAR Pada tabel diatas terlihat bahwa PT Bank Syariah Mandiri mempunyai
rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 12.50% yang lebih besar dibandingkan dengan rasio mean CAR PT Bank Muamalat Indonesia yaitu sebesar 12.21%. hal tersebut menunjukkan bahwa selama periode 2006 hingga 2013 PT Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Muamalat Indonesia, karena semakin tinggi nilai CAR maka semakin baik pula kualitas permodalan bank tersebut.
91
Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia bahwa standar CAR terbaik adalah 8% maka dari rata-rata CAR yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia yang lebih besar dari standar BI maka kondisi tersebut berada pada taraf ideal. Standar deviasi PT Bank Syariah Mandiri sebesar 1.36 menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, dibandingkan dengan rata-ratanya sebesar 12.50. Standar deviasi PT Bank Muamalat Indonesia sebesar 1.81 juga menunjukkan simpangan data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan rata-ratanya yaitu sebesar 12.21. Dengan kecilnya simpangan data, maka menunjukkan bahwa variabel CAR kedua bank cukup baik. 5.1.2.
Analisis Rasio NPM Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata rasio NPM
PT Bank Syariah Mandiri sebesar 6.31% dimana nilai tersebut lebih besar jika dibandingakan rata-rata PT Bank Muamlat Indonesia yang hanya sebesar 5.90%. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama periode 2006 hingga 2013 PT Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan PT Bank Muamalat Indonesia dilihat dari segi NPM nya, Karena semakin tinggi rasio NPM maka akan lebih baik pula kinerja suatu bank. Standar deviasi dari PT Bank Syariah Mandiri sebesar 0.86, dimana nilai tersebut menunjukkan simpangan data yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-ratanya yang sebesart 6.31. sama halnya dengan Bank Syariah Mandiri, simpangan data yang relatif kecil dibandingkan dengan rata-ratanya juga terdapat pada PT Bank Muamalat Indonesia yang
92
nilainya hanya sebesar 1.47. Dengan kecilnya simpangan data menunjukkan bajhwa variabel NPM cukup baik. 5.1.3.
Analisis Rasio ROA Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa rata-rata rasio ROA pada PT
Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 1.63%, dimana nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata rasio ROA pada PT Bank Muamalat Indonesia yang hanya selisih sedikit yaitu sebesar 1.40%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada periode 2006 hingga 2013 berdasarkan laporan keuangan triwulan, PT Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Muamalat Indonesia dari segi pendapatan keuntungan. Karena berdasarkan standar Bank Indonesia, ROA terbaik berada pada posisi 1.5%. Standar deviasi pada PT Bank Syariah Mandiri sebesar 0.34 menunjukkan simpangan data yang relatif kecil dibandingkan dengan ratarata yang dimiliki yaitu sebesar 1.63. Pada PT Bank Muamalat Indonesia standar deviasinya adalah sebesar 0.70 dimana angka tersebut juga menunjukkan simpangan data yang relatif kecil dibandingkan dengan ratarata rasio ROA yang sebesar 1.40. Dengan kecilnya simpangan data yang ada, maka variabel ROA pada kedua bank cukup baik. 5.1.4.
Analisis Rasio BOPO Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata rasio BOPO
pada PT Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 76.84%, dimana nilai ini lebih kecil dibandingan rata-rata rasio BOPO pada PT Bank Muamalat Indonesia yang sebesar 83.46%. Ini menunjukkan bahwa pada periode 2006 hingga
93
2013, PT Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Mandiri dari segi efisiensi pendapatan operasional dari kegiatan operasional yang dijalankan. Standar deviasi pada PT Bank Syariah Mandiri sebesar 5.47 menunjukkan simpangan data yang sangat kecil dibandingkan dengan ratarata rasio BOPO yang dimiliki yaitu sebesar 76.84. Sama halnya pada PT Bank Muamalat Indonesia yang standart deviasinya hanya sebesar 4.62, dimana angka tersebut juga menunjukkan perbandingan yang sangat kecil dengan rata-rata rasio BOPO sebesar 83.46. Kecilnya simpangan data dari kedua bank tersebut, menunjukkan bahwa cukup baiknya variabel BOPO yang dimiliki. 5.1.5.
Analisis Rasio LDR Berdasarkan tabel diatas mengenai perbandingan kinerja keuangan PT
Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia, dapat terlihat bahwa rata-rata rasio LDR pada PT Bank Syariah Mandiri sebesar 28.93% dimana nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio LDR yang terdapat pada PT Bank Muamalat Indonesia yaitu sebesar 31.97%. Hal ini menunjukkan bahwa PT Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan PT Bank Syariah Mandiri dalam hal likuiditas bank selama periode 2006 hingga 2013. Meskipun nilai rata-rata dari rasio LDR Bank Muamalat masih jauh dari standar yang ditentukan oleh BI yaitu sebesar 85%-110%.
94
Standar deviasi pada PT Bank Syariah Mandiri adalah 5.74 menunjukkan simpangan data yang relatif kecil karena nilainya lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata rasio LDR nya yaitu sebesar 28.93. PT Bank Muamalat Indonesia memiliki standar deviasi 3.01 dimana nilai ini juga menunjukkan simpangan data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan rata-rata rasio LDR nya yang sebesar 31.97. Variabel LDR dari kedua Bank ini telah dikatakan cukup baik, karena nilai simpangan data relatif kecil dibandingkan dengan rata-ratanya. 6. Uji Hipotesis 6.1.1.
Rasio CAR Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan hasil uji hipotesis dari
kedua bank berdasarkan rasio CAR : Tabel 4.6 Hasil Uji Statistic Independent Sampel t-test Rasio CAR
Rasio CAR
Levene's Test For Equality Of Varience F
Sig
Equals 2.209 .142 Variances Assumed Equals Variances Not Assumed Sumber : SPSS diolah Peneliti
t-test for Equality of Means Interval = 95% T
Sig 2-tailed
Mean Difference
.701
.486
.281
.701
.486
.281
Dari tabel dapat diketahui bahwa F hitung untuk CAR dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 2,209 dengan
95
probabilitas 0,142. Oleh karena probabilitas diatas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal Variances Assumed t hitung untuk CAR sebesar 0,701 dengan signifikan sebesar 0,486. Oleh karena nilai sig. thitung> ttabel (0,486 > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 6.1.2.
Rasio NPM Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan hasil uji independent
sample t-test untuk rasio NPM : Tabel 4.7 Hasil Uji Statistic Independent Sampel t-test untuk Rasio NPM
Rasio NPM
Equals Variances Assumed
Levene's Test For Equality Of Varience
t-test for Equality of Means Interval = 95%
F
Sig
T
Sig 2-tailed
Mean Difference
8.109
.006
1.352
.181
.406
1.352
.181
.406
Equals Variances Not Assumed Sumber : Data SPSS Diolah Peneliti
Dari tabel dapat diketahui bahwa F hitung untuk NPM dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 8,109 dengan
96
probabilitas 0,006. Oleh karena probabilitas diatas lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Bila kedua varians berbeda, maka digunakan Equal Variances Assumed t hitung untuk NPM sebesar 1,352 dengan signifikan sebesar 0,183. Oleh karena nilai sig. thitung> ttabel (0,183 > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPM maka kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 6.1.3.
Rasio ROA Berikut ini tabel hasil uji statistik independent sample t-test untuk
rasio ROA : Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Independent Sample t-test
Rasio ROA
Equals Variances Assumed
Levene's Test For Equality Of Varience
t-test for Equality of Means Interval = 95%
F
Sig
T
Sig 2-tailed
Mean Difference
18.761
.000
1.647
.105
.227
1.647
.107
.227
Equals Variances Not Assumed Sumber: Data SPSS Diolah Peneliti
Dari tabel dapat diketahui bahwa F hitung untuk ROA dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 18,761 dengan
97
probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas diatas lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Bila kedua varians berbeda, maka digunakan Equal Variances Assumed t hitung untuk ROA sebesar 1,647 dengan signifikan sebesar 0,107. Oleh karena nilai sig. thitung> ttabel (0,107 > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio ROA maka kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 6.1.4.
Rasio BOPO Berikut tabel hasil uji statistik independent sample t-test untuk rasio
BOPO : Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik Independent Sample t-test Untuk Rasio BOPO
Rasio BOPO
Equals Variances Assumed Equals Variances Not Assumed
Levene's Test For Equality Of Varience
t-test for Equality of Means Interval = 95%
F
Sig
T
Sig 2-tailed
Mean Difference
2.392
.127
-5.226
.000
-6.625
-5.226
.000
-6.625
Sumber : Data SPSS Diolah Peneliti Dari tabel dapat diketahui bahwa F hitung untuk BOPO dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 2,392 dengan
98
probabilitas 0,127. Oleh karena probabilitas diatas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Bila kedua varians berbeda, maka digunakan Equal Variances Assumed t hitung untuk BOPO sebesar -5,226 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai sig. thitung< ttabel (0,000 < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio BOPO maka kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia tersebut terdapat perbedaan yang signifikan. 6.1.5.
Rasio LDR Berikut tabel hasil uji statistik independent sample t-test untuk rasio
LDR : Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik Independent Sample t-test Untuk Rasio LDR
Rasio LDR
Equals Variances Assumed Equals Variances Not Assumed
Levene's Test For Equality Of Varience
t-test for Equality of Means Interval = 95%
F
Sig
T
Sig 2-tailed
Mean Difference
17.647
.000
-2.645
.010
-3.031
-2.645
.011
-3.031
Sumber: Data SPSS Diolah Peneliti
99
Dari tabel dapat diketahui bahwa F hitung untuk LDR dengan equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 17,647 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas diatas lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Bila kedua varians berbeda, maka digunakan Equal Variances Assumed t hitung untuk LDR sebesar -2,645 dengan signifikan sebesar 0,011. Oleh karena nilai sig. thitung< ttabel (0,011 < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio BOPO maka kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia tersebut terdapat perbedaan yang signifikan. B. Pembahasan Perbandingan Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia ditinjau dari : 1. Perbedaan Rasio CAR PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia Capital Adequecy Ratio (CAR) merupakan alat rasio solvabilitas dimana rasio tersebut dihitung dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam mengatur aset atau modalnya, maka Sebelum membahas hasil penelitian terlebih dahulu kita deskripsikan pemanfaatan modal menurut islam. Dalam pandangan Al qur’an, uang merupakan modal serta salah satu faktor produksi yang penting, tapi bukan yang terpenting. Manusia menduduki tempat diatas modal disusul dengan sumber daya alam.
100
Modal tidak boleh diabaikan,manusia berkewajiban menggunakannya agar terus produksif dan tidak habis digunakan. Karena itu seoarang wali yang menguasai harta orang orang yang tidak atau belum mampu mengurus hartanya agar mengembangkan harta yang berada di dalam kekuasaanya dan membiayai kebutuhan pemiliknya yang tidak mampu itu,dari keuntungan perputaran modal, bukan dari pokok modal. Ini di pahami dari firman Allah SWT yang berbunyi :42
َّ َو ََل تُ ْؤتُوا ال ُّسفَهَا َء أَ ْم َوالَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل َّللاُ لَ ُك ْم قِيَا ًما َوارْ ُزقُوهُ ْم فِيهَا َوا ْكسُوهُ ْم َوقُولُوا لَهُ ْم قَوْ ًَل َم ْعرُوفًا Artinya :”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
Berdasar ayat diatas pengelolaan modal yang baik dimana posisi dari pemilik modal harus benar-benar mampu menguasai dan menjalankan perputarannya selama kegitan usaha yang dilakukan. Sehingga ketika perusahaan mempunyai harapan untuk mencapai tujuan yang ingin diperoleh, maka hasilnya pun dapat secara pasti berkelanjutan dalam jangka panjang dan manfaatnya mampu dirasakan secara menyeluruh oleh banyak pihak. Berdasar tafsir al-quran diatas, maka kinerja dari PT Bank Mandiri Syariah dengan PT Bank Muamalat Indonesia dikatakan cukup baik. Karena kemampuan dari pengelolaan aset atupun modalnya dapat diketahui dari nilai CAR yang tinggi. 42
QS. An Nisa : 5
101
Secara keseluruhan berdasarkan penelitian pada kedua bank, dapat diketahui bahwa lebih baiknya kinerja PT Bank Syariah Mandiri dibandingkan dengan PT Bank Muamalat Indonesia untuk rasio CAR. Terbukti bahwa terdapat selisih dari Rata-rata (mean) masing-masing bank yaitu sebesar 12,50% pada CAR Bank Syariah Mandiri, dan 12,21% pada Bank Muamalat Indonesia. Namun, dalam rasio ini Bank Muamalat Indonesia masih dikatakan dalam keadaan yang ideal karena nilai CAR yang dimiliki lebih besar dari batasan minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kedua bank telah mampu menyediakan modal dengan cukup baik dan telah mampu mengelola modal yang dimiliki guna menutupi kerugian-kerugian bank yang mungkin terjadi akibat aktiva beresiko. Selama bank mampu menyeimbangkan antara besarnya rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan atau lebih dari 100% , maka modal bank memenuhi ketentuan CAR. Berdasarkan Normalitas data, dapat dinyatakan bahwa variabelvariabel rasio keuangan semuanya berdistribusi nomal dikarenakan nilai sig. Dari masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Dan berdasarkan Homogenitas (Levene’s test) dapat dinyatakan bahwa populasi memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak ada perbedaan ragam varian CAR dari kedua kelompok bank. Sedangkan berdasarkan t-test, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia.
102
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andi Dahlia43 dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia dari segi rasio CAR. Berbeda dengan penelitian ini, pada penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad Arif Setyawan44 menunjukkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia dimana rasio CAR PT Bank Syariah Mandiri lebih baik. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Menarik dicermati perbedaan yang terjadi dengan peneliti sebelumnya. Dalam hal ini, yang menjadi perbedaan kenapa bertolak belakang dengan penelitian yang diakukan oeh Arif Setyawan adalah data yang diteliti oleh peneliti sebelumnya merupakan data tahunan, sedangkan peneliti selanjutnya memakai data triwulanan. 2. Perbedaan Rasio NPM PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan rata-rata rasio pada hasil penelitian, secara keseluruhan untuk rasio NPM PT Bank Syariah Mandiri lebih baik daripada PT Bank Muamalat Indonesia. Terbukti bahwa terdapat selisih yang cukup besar dari
43
Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia Tahun 2012 44 Skripsi Analisis Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2013
103
nilai rata-rata rasio NPM pada masing-masing bank, yaitu sebesar 6,31% dan 5,90%. Besar atau kecilnya selisih dari rasio ini membuktikan bahwa PT Bank Syariah Mandiri mampu melakukan penjualan dengan baik atas aset yang dimiliki, sehingga laba yang diperoleh besar dan kinerja keuangannya pun juga meningkat. Terjadinya kenaikan nilai NPM suatu bank disebabkan oleh kemampuan manajemen dalam memperoleh seberapa besar persentase pendapatan bersih dari setiap kegiatan operasionalnya. Karena semakin tinggi nilai profit margin, maka semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang besar. Berbicara tentang kemampuan untuk mendapat keuntungan, dalam prinsip syariah menyatakan bahwa keuntungan yang baik dan bermanfaat adalah keuntungan yang diperoleh dengan cara halal dan tanpa adanya unsur riba. Seperti terdapat pada firman Allah SWT yang berbunyi :45
َّ َُم ْن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرض ضا ِعفَهُ لَهُ َولَهُ أَجْ ٌر َك ِريم َ َُّللاَ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي Artinya:” Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”. Berdasarkan ayat diatas, pinjaman yang dimaksud adalah kemauan seseorang dalam menginfakkan hartanya dengan penuh kemurahan hati. Ketika hal itu dilakukan maka Allah SWT akan melipat gandakan dari apa yang telah dikeluarkan, Ini termasuk kemurahan Allah SWT, karena Dia
45
QS Al Hadid :11
104
menamainya pinjaman, padahal semua harta adalah milik-Nya dan semua hamba adalah hamba-Nya, namun Dia menyebutnya pinjaman dan menjanjikan ganti yang berlipat-ganda, sedangkan Dia Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Pelipatgandaan tersebut adalah pada hari Kiamat, hari dimana manusia tampak sekali kefakirannya dan butuh kepada balasan yang baik. Kesesuaian hasil penelitian ini dengan ayat diatas adalah bahwa PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia sangat memperhatikan cara mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha yang dilakukan. terbukti dengan kegiatan yang dilakukan setiap tahunnya oleh PT Bank Syariah Mandiri di mana BSM secara sukarela menyumbangkan sesuatu ke arah masyarakat yang lebih baik dan lingkungan hidup yang lebih bersih. PT Bank Muamalat Indonesia juga memanfaatkan sebagian dari keuntungan yang diperoleh salah satunya dengan wujud CSR Bank Muamalat
Indonesia
berbentuk
pendidikan
dan
modal
sosial.
Adapun yang berbentuk pendidikan berupa pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang memiliki hafalan Qur’an, sedangkan program yang berbentuk modal sosial berupa pemberian santunan kepada masyarakat, bantuan sosial (infaqdan shodaqoh) di masjid, musholla, lembaga pendidikan, dan
lembagapemerintahan,
serta
lingkungan
perusahaan
yang
melibatkan masyarakat sekitar untuk mendapatkan pekerjaan di lingkungan perusahaan.
105
Berdasarkan Normalitas data, dapat dinyatakan bahwa variabelvariabel rasio keuangan semuanya berdistribusi nomal dikarenakan nilai sig. Dari masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Dan berdasarkan Homogenitas (Levene’s test) dapat dinyatakan bahwa populasi tidak memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain ada perbedaan ragam varian NPM dari kedua kelompok bank. Sedangkan berdasarkan t-test, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andi Dahlia46 dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia dari segi rasio NPM. Letak dari perbedaan tersebut berada pada nilai sig. t hitung yang lebih kecil dari nilai sig. t tabel, sehingga hal ini yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. 3. Perbedaan Rasio ROA PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia Untuk rasio ini, berdasarkan nilai rata-ratanya bisa diketahui bahwa PT Bank Syariah Mandiri lebih baik dari PT Bank Muamalat Indonesia. Nilai rata-rata dari masing-masing bank berturut-turut adalah sebesar 1,63% dan 1,40%. Suatu bank dikatakan mempunyai ROA yang baik adalah ketika bank 46
Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia Tahun 2012
106
tersebut mampu mengelola dengan baik aset-aset yang dimiliki, mulai dari aset lancar maupun tidak lancarnya. Karena jika suatu perusahaan memperoleh aset yang sangat rendah, maka perusahaan tersebut tidak mampu mengelola kekayaan yang dimiliki dengan efektif dan efisien sehingga pendapatan yang dihasilkan juga rendah, begitupun sebaliknya. Bank Indonesia memberikan standar untuk bank dengan ROA terbaik yaitu sebesar 1,5%. Dalam penelitian ini, jelas terlihat bahwa nilai rata-rata rasio ROA pada PT Bank Muamalat Indonesia berada dibawah standar yang ditentukan oleh BI. Sehingga, berdasarkan hasil pembahasan tentang rasio ROA dari kedua bank diatas, maka sekaligus menjawab hipotesis yaitu terdapat perbedaan rasio ROA pada PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat Indonesia, dimana dalam hal ini PT Bank Syariah Mandiri memiliki rata-rata ROA yang lebih tinggi. Hasil analisa diatas akan lebih baik jika dikaitkan dengan prinsip syariah, karena mengingat kedua bank diatas masing-masing menjalankan konsep usaha secara syariah. Memperoleh keuntungan adalah tujuan dari setiap kegiatan usaha yang dilakukan. Dalam islam, memperoleh keuntungan dianjurkan dalam kegiatan bermuamalah selama tidak mengandung unsur riba. Karena sesungguhnya Allah memberikan keuntungan dengan berlipat ganda jika seseorang tidak mengaplikasikan riba dalam setiap kegiatan usahanya seperti pada ayat berikut ini :47
47
QS Al Imron :130
107
َّ ضا َعفَةً َواتَّقُوا ََّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َل تَأْ ُكلُوا الرِّ بَا أَضْ َعافًا ُم Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” Sesungguhnya kegiatan usaha yang dilakukan sesuai prinsip syariah akan memberikan kemaslahatan yang akan lebih nyata dirasakan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang sekalipun, seperti halnya PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamalat yang telah melakukan kegiatan usaha dengan memanfaatkan aset yang dimiliki dengan cukup baik sehingga keuntungan yang diperoleh pun juga sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan Normalitas data, dapat dinyatakan bahwa variabelvariabel rasio keuangan semuanya berdistribusi nomal dikarenakan nilai sig. Dari masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Dan berdasarkan Homogenitas (Levene’s test) dapat dinyatakan bahwa populasi memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak ada perbedaan ragam varian ROA dari kedua kelompok bank. Sedangkan berdasarkan t-test, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini sepadan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmad Khoirul Anwar48 dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia dari segi rasio ROA, dimana
48
Skripsi Kinerja Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2009
108
nilai rata-rata rasio ROA dari kedua bank berada pada posisi yang berbeda (tidak sama besar). Namun, penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widya Wahyu Ningsih49 dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA yang menunjukkan pada kinerja keuangan bank. Menarik dicermati dengan penelitian sebelumnya bahwa dalam hal ini yang menjadi alasan bertolak belakangnya adalah terletak pada objek penelitian yang diamati dimana peneliti ini mengamati peneliti ini menggunakan perbandingan langsung antara perbankan konvensional dan syariah, dan data yang digunakan oleh penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu data tahunan dan peneliti selanjutnya menggunakan data triwulan. 4. Perbedaan Rasio BOPO PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia Rasio efisiensi menggambarkan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya dengan menggunakan biaya operasional seefektif mungkin dengan tujuan mendapatkan pendapatan operasional sebesar mungkin. Islam telah mengatur efisiensi sejak dahulu kala melalui firman Allah SWT yang berbunyi :50
َ) إِ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُوا إِ ْخ َوان٦٢( يل َوَل تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذيرًا ِ َوآ ِ ِت َذا ْالقُرْ بَى َحقَّهُ َو ْال ِم ْس ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسب ُ َين َو َكانَ ال َّش ْيط )٦٢( ان لِ َربِّ ِه َكفُورًا ِ َال َّشي ِ اط
49
Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Banki Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia Tahun 2012 50 QS Al Isra’ : 26-27
109
Artinya:”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Ayat diatas menjelaskan agar kita mengatur dan membelanjakan harta kita secara tepat, yaitu dengan membelanjakan di jalan Allah, memberikan bagian harta kita kepada yang berhak dan tidak menghamburkan harta kita atau boros. Makna boros jika dikorelasikan dengan penelitian ini lebih tepat jika disebut dengan efisien. Efisiensi dalam nmelakukan semua kegiatan kehidupan sangat ditekankan dengan tegas melalui ayat diatas, terlebih dalam kegiatan ekonomi. Dalam penelitian ini, efisiensi dihitung dengan alat rasio yaitu BOPO dimana Pengaplikasian rasio efisiensi dari kedua bank sudah menunjukkan kemampuan yang cukup baik. Dalam penelitian ini, untuk rasio BOPO PT Bank Muamalat Indonesia cenderung lebih baik dari pada PT Bank Syariah Mandiri. Terbukti dengan rata-rata rasio BOPO dari masing-masing bank yaitu sebesar 83,46% dan 76,84%. Semakin tinggi rasio BOPO, maka semakin efisien pula manajemen bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya selama tidak melebihi standar yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 92%. Sehingga hal ini sekaligus menjawab hipotesis penelitian ini bahwa terdapat perbedaan rasio BOPO pada PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank
110
Muamalat Indonesia dimana PT Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai rata-rata rasio BOPO yang tinggi. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian terdahulu, dimana posisi rata-rata rasio BOPO PT Bank Muamalat Indonesia berada diatas PT Bank Syariah Mandiri. Ini cukup membuktikan bahwa PT Bank Muamalat mampu mempertahankan kinerjanya dalam hal meminimalkan biaya operasional untuk kegiatan operasional namun tetap mendapatkan pendapatan operasional yang tinggi. Meskipun PT Bank Syariah Mandiri masih lebih kecil rata-rata rasio BOPO nya, namun angka sudah terlihat berbeda jika dilihat dari penelitian terdahulu hingga penelitian ini, yaitu meningkat sebesar kurang lebih 30%. Ini juga membuktikan bahwa PT Bank Syariah Mandiri berusaha memperbaiki efisiensi kinerja operasionalnya untuk semakin baik lagi. Berdasarkan Normalitas data, dapat dinyatakan bahwa variabelvariabel rasio keuangan semuanya berdistribusi nomal dikarenakan nilai sig. Dari masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Dan berdasarkan Homogenitas (Levene’s test) dapat dinyatakan bahwa populasi memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain tidak ada perbedaan ragam varian BOPO dari kedua kelompok bank. Sedangkan berdasarkan t-test, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia.
111
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Erna Rindawati51 dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan bank dilihat dari rasio BOPO dimana Kesamaan ini ditunjukkan berdasar nilai sig. t hitung yang lebih kecil dari pada nilai sig. t tabel. Kesamaan penelitian ini juga terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh Abustan52 dimana hasil penelitiannya juga menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dari uji t yang telah dilakukan. Jika penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini pun juga bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Khoirul Anwar53 dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Menarik untuk diamati bahwa terjadinya perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada ragam rasio yang diamati dan data yang digunakan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan data populasi dimana data triwulan mulai tahun 2003 hingga tahun 2013 sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan data tahunan periode 2003 hingga 2007.
51
Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Tahun 2007 52 Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Tahun 2009 53
Skrispsi Kinerja Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Mandiri Syariah Tahun 2009
112
5. Perbedaan Rasio LDR PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia Dilihat dari Rata-rata rasio LDR, PT Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari PT Bank Syariah Mandiri, terbukti dari rata-rata keduanya yaitu sebesar 31,97% dan 28,93%. Suatu bank dapat dikatakan likuid jika bank mampu menyalurkan dana kredit kepada pihak ketiga sebagai proteksi ketika terjadi kredit tidak lancar dikemudian hari. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin likuid pula bank yang bersangkutan.
Namun
semakin
rendah
rasio
ini,
maka
semakin
mengindikasikan belum optimalnya bank dalam menyalurkan kredit berdasar nilai rata-rata rasio LDR diatas, sebenarnya sama-sama belum bisa dikatakan optimal. Karena Bank Indonesia memiliki standart yang baik untuk LDR yaitu sebesar 85%-110%. Al-qur’an juga telah mengatur tentang aplikasi kredit (hutang) secara jelas, seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT yang berbunyi :54
… ُسمًّى فَا ْكتُبُوه َ يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن إِلَى أَ َج ٍل ُم Artinya:
“Hai
orang-orang
yang
beriman,
apabila
kamu
bermu’amalah tidak secara tunai (seperti berjualbeli, utang-piutang, sewa menyewa dan sebagainya) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” Suatu perusahaan dikatakan likuid jika kredit yang dilakukan lebih besar dari saving yang ada, karena banyaknya jumlah uang yang beredar juga
54
QS Al Baqarah :282
113
menjadi faktor utama untung atau tidaknya suatu usaha yang dilakukan. Pengaplikasian ini telah dilakukan dengan cukup baik oleh PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Muamlat Indonesia jika dilihat secara global, namun untuk lebih memperjelas akan dibahas analisa dibawah. Dari rata-rata yang ada, dapat dikaitkan dengan hipotesis penelitian ini bahwa terdapat perbedaan dari rasio LDR PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia dimana nilai rata-rata PT Bank Syariah Mandiri lebih tinggi. Berdasarkan Normalitas data, dapat dinyatakan bahwa variabelvariabel rasio keuangan semuanya berdistribusi nomal dikarenakan nilai sig. Dari masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Dan berdasarkan Homogenitas (Levene’s test) dapat dinyatakan bahwa populasi memiliki kesamaan ragam atau dengan kata lain ada perbedaan ragam varian LDR dari kedua kelompok bank. Sedangkan berdasarkan t-test, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andi Dahlia55 dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia.
55
Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Dengan Bank Muamalat Indonesia Tahun 2012
114
Kesamaan yang lain juga ditunjukkan oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Erna
Rindawati56
dimana
hasil
penelitiannya juga
mrnunjukkan perbedaan yang signifikan antara kinerja PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia dilihat dari rasio LDR.
56
Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Tahun 2007
115
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut: Hasil uji statistic independent sample t-test menunjukkan rasio CAR dan LDR tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan rasio NPM, ROA dan BOPO PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia terdapat perbedaan yang signifikan sebagaimana terlihat seperti dibawah ini : a.
Nilai rata-rata CAR PT Bank Syariah Mandiri berada diatas PT Bank Muamalat Indonesia. Akan tetapi, nilai CAR PT Bank Muamalat Indonesia masih berada dalam kondisi ideal seperti yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu berada diatas 8%.
b.
Nilai rata-rata NPM antara PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa nilai mean NPM PT bank Muamalat Indonesia berada dibawah nilai mean NPM PT Bank Syariah Mandiri.
c.
Nilai rata-rata ROA antara PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa nilai mean ROA PT Bank Syariah Mandiri berada diatas nilai mean ROA PT Bank Muamalat Indonesia. 115
116
d.
Nilai rata-rata BOPO antara PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa nilai mean BOPO PT Bank Syariah Mandiri berada dibawah nilai mean PT Bank Muamalat Indonesia. Meskipun keduanya dalam kondisi ideal, yaitu tidak lebih dari 92% seperti yang ditetapkan Bank Indonesia.
e.
Nilai rata-rata LDR antara PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa nilai mean LDR PT Bank Syariah Mandiri berada dibawah nilai mean LDR PT Bank Muamalat Indonesia.
B. Saran Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1.
Bagi Dunia Akademik Untuk bisa dijadikan sebagai salah satu referensi dan sumber informasi sekaligus data penunjang tentang fungsi dan peran serta manajemen perbankan syariah.
2.
Bagi Dunia Praktik a. Calon Investor Dengan penelitian ini diharapkan semakin banyak dan bijak investor yang ingin menanamkan modal pada kedua bank besar ini sehingga kerja sama yang baik akan dapat dijalankan dengan efektif.
117
b. PT Bank Syariah Mandiri Secara umum, dari segi permodalan yaitu solvabilitas dan rentabilitas dan dari segi efisiensi PT Bank Syariah Mandiri lebih baik dari pada PT Bank Muamalat Indonesia. Akan tetapi ada beberapa rasio yang nilainya lebih rendah dari PT Bank Muamalat Indonesia, yaitu rasio efisiensi (BOPO) dan rasio Likuiditas (LDR). Untuk meningkatkan rasio-rasio tersebut, maka PT Bank Sayriah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : b.1. Rasio efisinsi (BOPO) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menekan sekecil mungkin biaya operasional yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan operasional. Pemilihan kegiatan operasional pun harus dijalankan sesuai dengan sasaran dan efektif, agar laba yang didapatkan meningkat dan pendapatan operasional juga besar. b.2. Rasio Likuiditas (LDR) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan cara menekan kenaikan dana yang disalurkan oleh bank melalui kredit atau pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah. Sehingga kinerja keuangan pada rasio likuiditas dapat ditingkatkan. c. PT Bank Muamalat Indonesia Pada penelitian ini telah disimpulkan bahwa kinerja dari PT Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Muamalat. Sehingga yang perlu diperhatikan oleh PT Bank Muamalat Indonesia adalah dengan meningkatkan rasio rentabilitas (CAR), rasio solvabilitas (NPM dan ROA) dengan memperhatikan hal-hal berikut :
118
c.1. Rasio Solvabilitas (CAR) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengelola modal yang dimiliki dengan efektif dan efisien sehingga mampu menutupi penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan aktiva beresiko. c.2. Rasio Rentabilitas (NPM) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengoptimalkan pendapatan operasional dalam pembentukan laba bersih sehingga kinerja keuangan pada rasio
NPM
dapat
ditingkatkan. c.3. Rasio Rentabilitas (ROA) dapat ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pengelolaan asetnya sehingga laba yang dihasilkan besar dan kinerja keuangan pada rasio ROA dapat ditingkatkan. d.
Bagi Peneliti Yang Akan Datang Karena dalam penelitian ini menggunakan lima rasio dengan data triwulan dalam mengukur kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan PT Bank Muamalat Indonesia, maka diharapkan peneliti yang akan datang mampu menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya.