B A B II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah. Darah merupakan bagian
penting dari sistem transport dan bagian penting
dari tubuh yang jumlahnya 6 – 8 % dari berat badan total. Darah merupakan jaringan berbentuk cairan yang
terdiri
dari
dua
bagian besar yaitu : plasma darah yang
merupakan bagian cair, bagian korpuskuli yaitu benda-benda darah yang terdiri dari sel darah putih atau lekosit, sel darah merah atau eritrosit dan sel pembeku darah atau trombosit ( Dep Kes RI., 1989 ). 2. Fungsi Darah Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengatur suhu dan pemelihara keseimbangan cairan asam dan basa. Eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah dan cabang-cabangnya. Sebaliknya lekosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan. Sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus ( Widman, FK.,1995 ).
B. Sel Darah Putih ( Lekosit ) Pengertian lekosit adalah kelompok sel-sel berinti yang terdiri dari granulosit dan non granulosit ( limfosit dan monosit ). Sedangkan granulosit dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu netrofil, eosinofil dan basofil ( Widman, FK., 1995 ).
1. Fungsi Lekosit Fungsi sel-sel darah putih, dalam garis besarnya di bagi 2 (dua) yaitu : a. Fungsi Defensip Fungsi defensip
ialah
fungsi
mempertahankan
tubuh terhadap
benda-
benda asing ( Foreign Agents ) termasuk kuman-kuman penyebab penyakit infeksi. Lekosit yang memang berperan dalam hal ini adalah monosit yang memakan benda -benda asing yang berukuran besar (Macrophage), netrofil yang
memakan
benda-
benda asing yang berukuran kecil (Microphage), limfosit yang membentuk antibodi, disamping plasma sel. b. Fungsi Reparatip Fungsi reparatip
ialah
fungsi
yang
memperbaiki
atau
mencegah
terjadinya kerusakan, terutama kerusakan vaskuler. Lekosit yang memegang peranan utama dalam hal ini ialah basofil yang menghasilkan heparin. Dengan heparin ini, pembentukan
thrombus pembuluh - pembuluh darah dapat dicegah. Adapun fungsi
eosinofil belum diketahui secara
pasti
dan
jumlahnya
akan
meninggi
pada
keadaan – keadaan alergis dan helmintiasis ( Dep Kes RI., 1989 ). 2. Pembentukan lekosit Sel-sel polimorfonuklear dan monosit dalam keadaan normal hanya dibentuk di dalam sumsum tulang. Sebaliknya sel-sel limfosit dan sel-sel plasma diproduksi dalam bermacam-macam organ-organ limfoid termasuk kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan bermacam-macam sel-sel limfoid yang lain didalam sumsum tulang, usus dan sebagainya. Sel-sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, terutama granulosit akan disimpan didalam sistem sirkulasi. Kemudian bila kebutuhannya
meningkat,
maka granulosit akan dilepas. Dalam keadaan normal granulosit yang bersirkulasi di dalam seluruh aliran darah kira-kira tiga kali daripada jumlah granulosit yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari ( Guyton., 1993 ).
C. Pemeriksaan Jumlah Lekosit. 1. Secara Manual ( Pengenceran dengan menggunakan tabung ). Pemeriksaan jumlah lekosit dengan pengenceran menggunakan tabung adalah darah diencerkan dengan larutan Turk, jumlah sel dalam volume pengenceran tersebut dihitung
dengan
menggunakan
kamar
hitung
(Modul
PelatihanTeknis.,1995).
Pemeriksaan jumlah lekosit secara manual dengan memakai alat-alat yang baik dan dengan teknik yang sempurna, ketelitian tindakan menghitung lekosit kira-kira 10 % ( Gandasoebrata., 2004 ). Peralatan yang digunakan adalah pipet mikro, pipet pasteur, tabung reaksi, counter sel, kamar hitung “ Improved Neubauer “ dan mikroskop. a. Pipet Mikro Pipet mikro merupakan pipet untuk mengambil cairan atau larutan dalam ukuran volume yang kecil tetapi akurat, praktis dan higienis. b. Pipet Pasteur. Pipet Pasteur atau pipet tetes merupakan pipet tanpa skala, berbentuk pendek atau panjang dilengkapi dengan karet penghisap. Pipet Pasteur untuk meneteskan larutan, menambah cairan tetes demi tetes sehingga volume tepat. c. Kamar Hitung
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi“ Improved Neubauer “. Luas seluruh bidang yang dibagi adalah 9 mm2 dan bidang itu dibagi menjadi sembilan bidang besar yang luasnya masing-masing 1 mm2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 bidang sedang yang luasnya masing-masing ¼ x ¼ mm2. Bidang besar yang letaknya ditengah-tengah berlainan pembagiannya : dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang dibagi lagi menjadi 16 bidang kecil. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400 buah, masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca penutup yang terpasang adalah 1/10 mm, maka volume diatas tiap-tiap bidang menjadi sebagai berikut : 1 bidang kecil
: 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm3
1 bidang sedang : ¼ x ¼ x 1/10 1 bidang besar
: 1 x 1 x 1/10
= 1/160 mm3 = 1/10 mm3
Seluruh bidang yang dibagi : 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3 d. Kaca Penutup Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi kamar hitung. Kaca penutup ini lebih tebal dari yang biasanya dan dibuat dengan sangat datar ( Gandasoebrata., 2004 ). e. Hitung Lekosit Cara menghitung lekosit di dalam kamar hitung dapat dilihat pada gambar 2. Mulai menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri, lalu turun ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada ke empat bidang. Sel –sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau
garis atas haruslah dihitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kanan atau bawah tidak turut dihitung.
1
2
E D
C Dihitung
4
tidak dihitung
3 Gambar. 2 Cara menghitung lekosit di dalam kamar hitung .
Gambar. 1 Kamar Hitung Improved Neubauer Untuk menghitung semua lekosit yang ada pada ke 4 bidang besar yang masing-masing luasnya 1 mm2, yaitu bidang 1, 2, 3 dan 4 pada gambar tersebut. ( Riadi Wirawan., 1986 ). 2. Secara Otomatis Menghitung jumlah lekosit secara otomatis menggunakan alat ABX PENTRA 60. ABX PENTRA 60 merupakan alat hematologi full otomatis, untuk pemeriksaan spesimen invitro dan dapat dioperasikan baik untuk 12 parameter atau 26 parameter. Metode yang digunakan adalah impedansi elektrik dan absorbansi cahaya.
Prinsip kerja dari alat ini adalah sel-sel dilewatkan kedalam mikro-aparture berdasarkan ukuran sel, kemudian didalam mikro-aparture tersebut diberi tegangan yang menimbulkan pulsa-pulsa yang dibaca sebagai suatu sel. Pembacaan sel berdasarkan ukuran sel yang dipengaruhi oleh listrik. Jadi listrik harus stabil dengan diberi arde atau graunding. Bahan atau sampel darah yang digunakan adalah darah EDTA. Reagen yang digunakan siap pakai, terdiri dari ABX diluent, ABX cleaner, ABX eosinofik, ABX basolyse dan ABX alphalyse. Kontrol kualitas menggunakan minitrol ( User Manual ABX PENTRA 60 ). Pemeriksaan
lekosit
dengan
alat
penghitung
elektronik
menurut
Bundesaerztekammer, koefisien variasinya masih diijinkan hingga 10 % dan penyimpangan dari nilai target pada pemantapan dapat diterima hingga 20 % (Marsetio., 1995 ). Kedua cara penghitungan jumlah sel secara manual maupun secara otomatis masingmasing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Manual dan Metode Otomatis Metode MANUAL
Kelebihan
Kekurangan
- Biaya lebih murah
- Waktu pemeriksaan lama
- Peralatan sederhana
- Tidak praktis
- Dapat dilakukan dengan mikroskop cahaya / tidak tergantung pada aliran listrik. OTOMATIS
- Waktu pemeriksaan lebih cepat
- Biaya mahal
- Teknik pemeriksaan lebih praktis - Akurasi hasil mudah dievaluasi
- Hasil pemeriksaan yang melebihi linieritas alat
karena alat dapat dikontrol aku-
( 80.000 / mm3 darah )
rasi dan presisinya.
tidak terbaca.