Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
AUDIT BERBASIS RISIKO DALAM PENGUJIAN ATAS PENGENDALIAN INTERN PADA SIKLUS PENDAPATAN Studi Kasus pada Fakultas Psikologi – Universitas Surabaya
Ita Megasari
[email protected]
Sutjipto Ngumar Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of the research is to find out how the implementation of Audit Berbasis Risiko (ABR) in examining internal control especially in the revenue cycle. This research is a qualitative research that uses case study approach. This research focuses on the implementation of ABR at Faculty of Psychology – University of Surabaya, exactly “Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi (PKLP)”. The revenue of activity consists of the stages of acceptance of the order, the credit approval stage, the stage of billing, receipts, and invoices, shipment and delivery stages of psychological test result report, collection, cash receipts. The result of this research shows that internal auditor should prioritize testing and observation in an activity that has a significant risk. This risk can appear from external and internal factors. In this research is found 10 (ten) risks appear on revenue cycle – PKLP, and risks that affect most of the risk is transactional risk. The critical problem area of research is the stages of acceptance of the order, collection, and , cash receipts. Thereore, it is necessary to further improvement and monitoring of the improvement activities for both the CPA. Keywords: risk-based audit, critical problem areas, risk management ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi audit berbasis risiko (ABR) dalam menguji pengendalian intern khususnya pada siklus pendapatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian ini diarahkan pada penerapan ABR di Fakultas Psikologi – Universitas Surabaya, tepatnya di Unit Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi (PKLP). Aktivitas pendapatan PKLP terdiri dari tahap penerimaan order, tahap penyetujuan kredit, tahap pembuatan nota tagihan, tanda terima, dan kuitansi, tahap pengiriman dan penyerahan laporan hasil psikotes, dan tahap penagihan dan penerimaan kas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa auditor internal harus mendahulukan pengujian dan observasi pada aktivitas yang mempunyai risiko signifikan. Risiko ini dapat timbul dari faktor eksternal maupun internal. Dalam penelitian ini ditemukan 10 (sepuluh) risiko yang muncul pada siklus pendapatan di PKLP, dan risiko yang pengaruhnya paling besar adalah risiko transaksional. Peneliti juga menemukan critical problem area (CPA) pada tahap penerimaan order dan tahap penagihan dan penerimaan kas. Oleh karena itu perlu adanya pembenahan lebih lanjut dan kegiatan pemantauan atas hasil pembenahan untuk kedua CPA tersebut. Kata Kunci : audit berbasis risiko, critical problem area, pengelolaan risiko
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
2
PENDAHULUAN Pada dasarnya, audit internal menyediakan jasa yang berhubungan dengan pemeriksaan dan penilaian dari pengendalian, risiko, dan tata kelola organisasi. Audit internal dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan yang sistematis dalam mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko dan pengendalian. Dalam mengevaluasi efektivitas pengendalian, auditor tidak hanya menekankan pada bagaimana pengendalian tersebut disusun, tetapi juga penerapan atas pengendalian dalam praktek untuk mencapai tujuan pengendalian yang ditetapkan. Hal ini sejalan dengan definisi dari audit internal dalam Standar Profesi Audit Internal (2004) adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Widarsono (2006: 3) menyatakan bahwa, perkembangan kegiatan organisasi ternyata mampu mempengaruhi dan membawa perubahan paradigma pelaksanaan audit dari pendekatan dengan pengendalian ke pendekatan audit berbasis risiko. Pergeseran fokus audit dari pengendalian ke risiko telah membuat suatu revolusi yang besar dalam pendekatan audit masa kini. Sebagai contoh, The Institute of Internal Auditor (IIA) dalam standarnya telah menyatakan dengan tegas bahwa fokus utama pelaksanaan pemeriksaan bukan lagi pada pengendalian (control) tetapi pada risiko. Auditor internal diharapkan dapat mengambil kesimpulan apakah risidual risk (sisa risiko) yang diterima oleh manajemen telah memadai. Disamping itu, IIA juga mengharuskan pengendalian internal suatu organisasi harus memiliki suatu perangkat pengelolaan risiko (risk management). Terdapat tiga aspek dalam Audit Berbasis Risiko (ABR), yaitu penggunaan faktor risiko (risk factor) dalam perencanaan audit (audit planning), identifikasi independent risk & assesment dan partisipasi dalam inisiatif management & processes risk. Cakupan dari ABR termasuk dilakukannya identifikasi atas inherent business risk (risiko bawaan bisnis) dan control risk (risiko pengendalian) yang potensial. ABR telah banyak digunakan di perusahaan di Eropa, Castanheira et al. (2010) melaporkan hasil survey pada 100 perusahaan teratas yang terdaftar pada Italian Stock Exchange juga menunjukkan bahwa hanya 25 persen dari mereka yang masih melakukan audit kepatuhan secara tradisional sedangkan 67 persen lainnya telah mengadopsi konsep COSO dalam melakukan audit operasional berdasarkan pendekatan risk based pada tingkat makro, 8 persen perusahaan lainnya menggunakan pendekatan risk based, baik pada tingkat makro maupun tingkat mikro. Penelitian lainnya pada tahun 2005 tentang perkembangan praktik audit internal di Irlandia oleh IIA – Inggris, Irlandia, dan KPMG Irlandia menyimpulkan bahwa 89 persen dari kepala audit internal menggunakan metode risk based ketiga menyiapkan rencana audit internal tahunan dan 93 persen menggunakan metode risk based dalam melaksanakan tugas-tugas audit internal mereka. Universitas Surabaya merupakan salah satu dari banyak lembaga nirlaba yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dalam bidang pendidikan tinggi. Dalam melaksanakan aktivitasnya, Universitas Surabaya selalu berusaha untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma pertama yaitu pendidikan, tercermin secara jelas dalam aktivitas rutin pendidikan tinggi. Sedangkan Tri Dharma yang kedua dan ketiga berupa penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk penerapan praktis/aplikatif setiap ilmu pengetahuan yang ada. Menurut Siahaan dan Purnomo (1999: 131) menyatakan bahwa, meski disadari pada dasarnya mengelola Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tidak berbeda dengan pengelolaan lembaga bisnis. Namun semua pendapatan yang diperoleh harus diinvestasikan kembali kepada pengelolaan dan pengembangan pendidikan. Universitas Surabaya mengharapkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
3
setiap fakultas untuk menciptakan alternatif profit center bagi pemasukan dana secara terlembaga, selain dana yang diperoleh dari mahasiswa. Krisdinanto (2008) menyatakan bahwa, Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas yang berada di Universitas Surabaya dan makin disegani, karena banyaknya gelar karya dan aktivitas pengabdian masyarakat yang dimiliki. Fakultas ini bukan fakultas tertua di Universitas Surabaya, tetapi fakultas ini sudah mampu mendudukkan dirinya sebagai salah satu fakultas yang kontributif bagi Universitas Surabaya. Aktivitas pengabdian kepada masyarakat fakultas ini diwadahi dalam 1 (satu) lembaga tunggal, yakni Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi (PKLP). PKLP memberikan pelayanan jasa konsultasi, playgroup dan tempat penitipan anak (TPA). Saat ini klien perusahaan dari PKLP sudah mencapai 400-an, meliputi perusahaan kecil, sedang, dan besar. Untuk klien perusahaan besar diantaranya PLN, BCA, BNI, BRI, BII, Auto 2000, Adira, FIF, Daihatsu dan lain-lain. Tidak dimaksudkan sebagai profit center, namun pendapatan PKLP tergolong besar. Berdasarkan data PKLP tahun 2012 dan 2013, rata-rata pendapatan yang diperoleh PKLP mencapai sekitar Rp2,7 miliar. Mengingat pendapatan yang diperoleh PKLP cukup besar, tentunya semakin mendorong PKLP untuk mempunyai siklus pendapatan yang lebih baik. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekeliruan, kesalahan, dan kecurangan yang berkaitan dengan siklus pendapatannya. Dalam hal ini aktivitas pendapatan PKLP sangat memerlukan adanya audit internal berbasis risiko untuk mengetahui, mengantisipasi, dan menanggulangi risiko. Sehingga rekomendasi yang diberikan oleh auditor dapat membantu PKLP dalam mencapai tujuannya dan khususnya informasi pendapatan dapat disajikan secara tepat waktu, tepat guna, dan sesuai dengan kebutuhan (Budiman, 2011: 3). Penelitian ini membahas mengenai audit berbasis risiko (ABR) dapat menguji pengendalian intern pada siklus pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengendalian intern yang telah diterapkan pada siklus pendapatan, untuk mengetahui pemetaan terhadap risiko dan critical problem area (CPA) yang ada. Serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan atas risiko yang dapat menghambat tercapainya tujuan pengendalian intern, khususnya siklus pendapatan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Obyek dari penelitian ini penulis menggunakan salah satu fakultas di Universitas Surabaya, yaitu Fakultas Psikologi (FP), tepatnya di Unit Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi (PKLP). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya terkait dengan obyek penelitian dimana pada penelitian ini akan dilakukan pada salah satu fakultas di universitas. Tujuan primer universitas adalah pendidikan, keilmuan, penelitian, dan pengamalan ilmu. Universitas dikelola dan dikembangkan dengan orientasi non-profit, artinya pengelolaan universitas tidak berbeda dengan pengelolaan lembaga bisnis. Namun dengan syarat absolut, keuntungan tidak boleh masuk ke kantong pengelola. TINJAUAN TEORITIS Konsep Audit Berbasis Risiko (ABR) Penerapan ABR dapat memberikan keyakinan kepada manajer bahwa risiko telah dikelola dengan baik, dan merangking dari risiko tertinggi sampai terendah, kemudian memfokuskan sumber daya audit internal pada risiko-risiko yang tinggi sehingga efektivitas dan efisiensi internal audit dapat meningkat. Griffiths (2013:45) menyatakan bahwa, ada beberapa manfaat yang akan diperoleh internal audit apabila menerapkan pendekatan ABR, diantaranya (1) ABR adalah konsep sederhana; (2) Kesatuan; (3) Organisasi dilibatkan dalam proses audit; (4) Sumber daya dapat dialokasikan secara optimal; (5) Proses audit lebih menantang dan menarik bagi para
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
4
staf; (6) ABR lebih efisien; (7) Rekomendasi dapat diurutkan ; (8) ABR menandai risiko yang over-controlled. Manajemen Risiko dalam ABR Organisasi menghadapi berbagai risiko yang dapat mengancam penghasilan dan modal badan usaha (Tampubolon, 2005; Sawyer et al., 2005), yaitu (1) Risiko strategis; (2) Risiko kredit; (3) Risiko suku bunga; (4) Risiko likuiditas; (5) Risiko transaksional; (6) Risiko Kepatuhan; (7) Risiko reputasi Manajemen risiko diperlukan untuk mengelola risiko agar tujuan organisasi dapat tercapai dan nilai organisasi dapat ditingkatkan. Proses manajemen risiko dimulai dengan pengenalan terhadap berbagai risiko yang dihadapi, atau disebut juga identifikasi risiko, kemudian risiko tersebut harus diukur, dianalisis dan dievaluasi dalam ukuran frekuensi, keparahan, dan variabilitasnya. Selanjutnya keputusan harus diambil seperti memilih dan menggunakan metode-metode menangani masing-masing risiko yang telah diindentifikasi. Lima langkah dalam proses manajemen risiko (Siahaan, 2009; Hanafi, 2009) meliputi (1) Identifikasi Risiko; (2) Evaluasi Risiko; (3) Memilih Teknik Manajemen Risiko; (4) Pengelolaan Risiko; (5) Implementasi dan Kaji Ulang Keputusan Manajemen Risiko. Konsep Pengendalian Internal Pengendalian internal dianggap efektif jika memberi dampak terhadap peningkatan pendapatan organisasi. Sawyer et al. (2005: 62) menyatakan bahwa, keberhasilan pengendalian internal ditentukan oleh lima komponen yang dikembangkan oleh COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission) yaitu (1) Lingkungan pengendalian (control environment); (2)Penentuan risiko (risk assessment); (3) Kegiatan kontrol dan pemisahan tugas (control activities); (4) Informasi dan komunikasi (information and communications); (5) Kegiatan pemantauan dan perbaikan control yang lemah (montoring). Tuanakotta (2013:127) menyatakan bahwa, pengendalian internal dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh TCWG (those charged with governance), manajemen, dan karyawan lain untuk menangani risiko bisnis dan risiko kecurangan yang diketahui (identified business and fraud risks) mengancam pencapaian tujuan entitas, seperti pelaporan keuangan yang andal. Adapun prosedur pengendalian dapat digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu (1) Pemisahan fungsi yang memadai; (2) Prosedur otorisasi yang memadai; (3)Perancangan dan Penggunaan dokumen dan catatan yang cukup; (4)Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan; (5) Pemeriksaan secara independen atas kinerja; (6)Review atas kinerja oleh manajemen; (7) Hubungan antara ukuran badan usaha dengan sistem pengendalian. Konsep Siklus Pendapatan Siklus pendapatan menurut Romney dan Steibart (2006: 354) adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa ke para pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan. Fungsi siklus pendapatan menurut Bodnar dan Hopwood (2004: 265) terdiri dari “Creditgranting, order taking and processing, shipment of goods, billing, and account receivable” Dalam siklus pendapatan terkait dengan kejadian-kejadian pendistribusian barang atau jasa kepada pihak lain hingga penagihan pembayaran. Sistem dan Prosedur Penerimaan Pendapatan Sistem akuntansi yang terkait dengan siklus pendapatan meliputi sistem akuntansi penjualan tunai dan sistem akuntansi penjualan kredit. Kelemahan dalam siklus pendapatan meliputi proses aktivitas : (1) Entry order permintaan jasa konsultasi, terkait dalam hal legitimasi klien; (2) Pengiriman, terkait dalam hal kesalahan pengiriman hasil laporan; (3)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
5
Penagihan dan piutang, terkait dalam hal kegagalan untuk menagih klien, kesalahan dalam penagihan, kesalahan dalam memasukkan data ketika memperbarui piutang; (4) Penagihan kas, terkait dengan penggelapan kas; (5) Masalah-masalah pengendalian umum, terkait dalam hal kehilangan data, kinerja yang buruk. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Andreas G. Koutoupis dan Anastasios Tsamis (2008) menyatakan, bahwa penerapan metodologi ABR dapat membantu fungsi audit internal bank Yunani, dalam memberikan rekomendasi perbaikan dan perencanaan audit yang memadai dan efektif. Adapun kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mempelajari tentang penerapan ABR. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada obyek penelitiannya. Dalam penelitian Andreas G. Koutoupis dan Anastasios Tsamis lebih menekankan pada perencanaan audit dengan menggunakan konsep ABR, sedangkan penelitian ini lebih menekankan penerapan ABR pada siklus pendapatan. Salehi dan Khatiri (2011) menunjukkan bahwa tidak adanya waktu perencanaan, tidak adanya standar yang memadai, tidak adanya metode statistik yang mendukung, dan tidak adanya pelatihan bagi karyawan atas penerapan ABR dapat mengancam efektivitas penerapan ABR. Persamaan pada penelitian Salehi dan Khatiri (2011) adalah sama-sama meneliti mengenai penerapan ABR, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penerapan ABR dalam meningkatkan pengujian atas pengendalian intern pada siklus pendapatan. Steffy Kurniawan (2011) mengungkapkan bahwa organisasi kurang dapat berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan karena organisasi belum menerapkan manajemen risiko sehingga risiko-risiko yang ada belum dikelola dengan baik. Penelitian Steffy Kurniawan memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu mempelajari tentang penerapan ABR pada siklus pendapatan. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terkait dengan obyek penelitian, dimana pada penelitian ini akan dilakukan pada salah satu fakultas di universitas. Tujuan primer universitas adalah pendidikan, keilmuan, penelitian, dan pengamalan ilmu. Universitas dikelola dan dikembangkan dengan orientasi non-profit, artinya pengelolaan universitas tidak berbeda dengan pengelolaan lembaga bisnis. Namun dengan syarat absolut, keuntungan tidak boleh masuk ke kantong pengelola. Muhammad Fajar (2012) berpendapat bahwa kesadaran tinggi oleh para pemeriksa dalam menganalisa risiko audit, BPK RI belum sepenuhnya dapat mengimplementasikan ABR, dan adanya kendala dalam penerapan ABR. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh. Fajar S. adalah menerapkan ABR, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada obyek penelitiannya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa, pengetahuan atau obyek studi melalui pengamatan di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Penelitian dilakukan pada salah satu fakultas di Universitas Surabaya, yaitu Fakultas Psikologi (FP). Krisdinanto (2008: 240) menyatakan bahwa dari segi usia, Fakultas Psikologi memang bukan fakultas tertua di Universitas Surabaya. Namun fakultas ini sudah mampu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
6
mendudukkan dirinya sebagai salah satu fakultas yang kontributif bagi Universitas Surabaya. Satuan Kajian Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi satuan kajian yang akan diteliti adalah implementasi audit berbasis risiko (ABR) yang merupakan suatu metodologi audit yang dijalankan oleh departemen audit internal, dimana fokus audit ditekankan untuk mengukur dan memprioritaskan risiko sebagai dasar pengujian dan evaluasi keandalan dan sistem pengendalian intern yang efektif, untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Tahapan ABR dimulai dari perencanaan dengan penekanan pada pengidentifikasian risiko-risiko yang mungkin terjadi, penaksiran (risk asessment) dan pemetaan risiko. Tahap berikutnya pembuatan audit program sebagai jembatan untuk pelaksanaan audit lapangan (field work). Hasil akhir field work berupa temuan audit akan dikomunikasikan kepada manajemen dalam bentuk laporan audit. Sistem pengendalian intern siklus pendapatan dilihat pada proses penerimaan order pengguna jasa/klien, penyetujuan kredit, pembuatan nota tagihan, tanda terima dan kuitansi, pengiriman dan penyerahan laporan hasil psikotes, serta penagihan dan penerimaan kas. Metode Pengumpulan Data Metode yang dilakukan pada saat pengumpulan data yakni melalui Pertama, survey pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang keadaan dan segala aktifitas perusahaan secara umum. Setelah mengetahui gambaran umum tersebut penulis dapat mencari penyebab-penyebab yang mengakibatkan adanya masalah dalam perusahaan yang berhubungan dengan siklus pendapatan. Kedua, survey lapangan yang dilakukan dengan peninjauan secara langsung ke perusahaan sebagai suatu obyek penelitian. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik snowball sampling. Snowball sampling merupakan metode yang mengharuskan peneliti memulai dari keterangan seorang informan pangkal, yaitu bagian keuangan. Selanjutnya, informasi diperoleh dari informan pokok atau key informant yaitu direktur, wakil direktur, dan manajer keuangan, serta staf administrasi dan humas. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap yaitu (1) mengumpulkan data internal dari PKLP – FP Universitas Surabaya di Surabaya, misalnya: visi dan misi, bagan dan struktur organisasi, kebijakan-kebijakan pimpinan, dan laporan keuangan tahun 2013. (2) Mempelajari sistem dan prosedur organisasi yang terkait dengan siklus pendapatan. (3) Mengevaluasi pengendalian internal yang terkait dengan siklus pendapatan berdasarkan hasil wawancara kepada pihak yang berwenang. (4) Mengaitkan hasil evaluasi dengan landasan teori yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Entitas Fakultas Psikologi merupakan entitas nir-laba dan dibuka oleh Universitas Surabaya pada tahun akademik 1982-1983, tepatnya pada tanggal 02 September 1982. Pertama kali mahasiswa baru yang diterima oleh fakultas psikologi sebanyak 119 orang. Berdasarkan No. SK-BAN PT Depdikbud RI Nomor 002/BAN-PT/Ak-III/XII/1998 tanggal 22 Desember 1998, Fakultas Psikologi – Universitas Surabaya terakreditasi A dan dapat mempertahankan akreditasinya sampai sekarang ini.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
7
PKLP didirikan pada tahun 1983 dan dipimpin oleh seorang Direktur. Pembentukan PKLP berdasarkan Surat Keputusan (SK) Dekan Fakultas Psikologi - Universitas Surabaya Nomor: 01/SK/GAS/DEK/FP/IX/1995 yang ditetapkan tanggal 02 September 1995. Pembentukan PKLP Fakultas Psikologi - Universitas Surabaya sebagai wadah untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada Fakultas Psikologi, agar terwujud kontribusi nyata kepada masyarakat luas dan secara khusus kepada masyarakat yang sadar akan penting dan perlunya seleksi, evaluasi potensi, promosi karyawan; pelatihan; konsultasi organisasi; riset pemasaran; konseling pribadi/karyawan; dan pendidikan anak. Visi PKLP adalah menjadi mitra terpercaya bagi pelanggan (customers) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh pelanggan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan, keunggulan, dan kemajuan. Sedangkan Misi PKLP adalah memberikan kualitas layanan yang berbasis psikologi, dengan berpegang pada rangkaian instrumen dan metode pendekatan yang andal, berhasil guna, objektif, dan terbuka terhadap perbaikan secara berkelanjutan. Pembahasan Pengendalian intern merupakan salah satu aspek yang dapat membantu PKLP dalam memitigasi risiko yang ada dan kemungkinan akan terjadi dalam PKLP. Berikut ini merupakan hasil pengujian terhadap pengendalian intern di PKLP – Fakultas Psikologi Universitas Surabaya berdasarkan pengendalian COSO adalah sebagai berikut: 1. Integritas dan Nilai Etika Kelebihan : kode etik sudah diterapkan secara langsung oleh karyawan. Kelemahan : 2. Komitmen terhadap kompetensi Kelebihan : PKLP telah mengetahui keahlian yang dimiliki oleh masing-masing karyawan. Kelemahan : Adanya karyawan yang kurang berkompeten sehingga tidak sesuai dengan kompetensi yang sudah distandarkan. 3. Partisipasi Direktur dan Komite Audit Kelebihan : (a) Direktur selalu berkoordinasi dengan karyawannya untuk memotivasi peningkatan kinerjanya; (b) Pemantauan terhadap kinerja PKLP tidak hanya dilakukan oleh direktur tetapi oleh audit internal universitas Kelemahan : 4. Filosofi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan Kelebihan : (a) Direktur mengkonsultasikan kepada para manajer terkait dengan masalah yang sedang terjadi di PKLP, dan mencari solusi untuk meningkatkan pendapatan. (b) Menjalin kerjasama dengan pengguna jasa/klien untuk mendapatkan informasi yang tepat dan bermanfaat bagi kemajuan PKLP. Kelemahan : Pihak manajemen hanya menyelesaikan masalah yang terjadi saat ini, tanpa melakukan prediksi terhadap timbulnya masalah karena faktor lain. 5. Struktur Organisasi Kelebihan : Adanya struktur organisasi yang sederhana dan sesuai dengan kebutuhan. Kelemahan : (a) Tidak semua job description tersampaikan kepada karyawan, sehingga menyebabkan karyawan tidak memahami tanggung jawabnya secara jelas. (b) Bagian keuangan tidak dijabarkan secara terperinci. 6. Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab Kelebihan : Adanya struktur organisasi yang tertulis dapat mengetahui responsibility centre masing-masing divisi. Kelemahan : -
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
8
7. Aturan Sumber Daya Manusia (SDM) Kelebihan : Adanya program pelatihan untuk karyawan tetap PKLP yang diselenggarakan oleh universitas. Kelemahan : (a) Penilaian kinerja tidak untuk semua karyawan PKLP, sehingga karyawan menjadi kurang termotivasi dalam melakukan pekerjaannya; (b) Keahlian dan kompetensi karyawan berkurang, karena tidak adanya program pelatihan. Penerapan Audit Berbasis Risiko (ABR) pada PKLP – Fakultas Psikologi Universitas Surabaya 1.
Tahap Perencanaan atau Survey Pendahuluan (Planning Phase) Tahap awal yang dilakukan yaitu mereview tujuan yang telah dinyatakan dalam visi dan misi PKLP – Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. a. Identifikasi Risiko Potensial Setelah melakukan review terhadap tujuan PKLP – Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, maka tahap selanjutnya mengidentifikasi risiko potensial yang dapat menghambat tercapainya tujuan organisasi. Berikut ini tabel mengenai berbagai risiko yang ada dan mungkin terjadi dalam siklus pendapatan beserta dampaknya. Tabel 1 Identifikasi Risiko TAHAPAN PROSES A.
Penerimaan Pengguna Klien
Order Jasa/
RISIKO 1.
2.
JENIS RISIKO
Pendapatan menurun yang disebabkan beberapa faktor eksternal dan internal
Risiko Strategi
Psikolog tidak ada di tempat/tidak mencukupi
Risiko Transaksional
DAMPAK a. Menurunnya pendapatan b
Pengguna Jasa/Klien PKLP semakin berkurang
a. Pengguna Jasa/Klien membatalkan konsultasi karena psikolog tidak ada ditempat sehingga turunnya pendapatan b
Pengguna Jasa/Klien berpindah ke jasa psikologi lainnya.
B.
Penyetujuan Kredit
3.
Penyetujuan kredit yang tidak tepat.
Risiko Strategi dan Risiko Kredit
a. Meningkatnya piutang organisasi pada pengguna jasa/klien yang telah melebihi batas credit limitnya sehingga ada kemungkinan tidak tertagihnya piutang organisasi pada pengguna jasa/klien tersebut.
C.
Pembuatan Nota Tagihan, Tanda Terima, dan Kuitansi
4.
Kesalahan menginput nomor dokumen, jenis layanan, dan jumlah klien
Risiko Transaksional
a. Meningkatnya kesalahan dalam proses pembuatan nota tagihan, tanda terima, dan kuitansi. b
Mempengaruhi pendapatan organisasi jika jenis layanan dan jumlah klien yang tercantum pada dokumen salah, karena otomatis harga yang dicatat juga salah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
9 Tabel 1 (Lanjutan) Identifikasi Risiko 5.
D.
E.
Pengiriman dan Penyerahan Laporan Hasil Psikotes
Penagihan dan Penerimaan Kas
6.
Nota Tagihan, Tanda Terima, dan Kuitansi tidak memuat data yang benar
Isi laporan hasil psikotes tidak sesuai dengan keinginan pengguna jasa/klien
Risiko Transaksional
a
Berpengaruh pada omset organisasi jika harga yang ditulis dapat mengurangi pendapatan yang seharusnya diterima.
b
Menerima komplain dari pengguna jasa/klien yang dapat berakibat pada menurunnya kepuasan dan loyalitas pengguna jasa/klien terhadap organisasi.
c
Kesalahan pembuatan Nota Tagihan, Tanda Terima, penginputan pendapatan, piutang, dan penerimaan kas meningkat.
d
Berpengaruh pada visi, misi, dan tujuan organisasi.
a
Menerima komplain dari pengguna jasa/klien yang dapat berakibat pada menurunnya kepuasan dan loyalitas pengguna jasa/klien terhadap organisasi.
Risiko Transaksional dan Risiko Reputasi
7.
Pengiriman Laporan Hasil Psikotes terlambat
Risiko Reputasi
b
Menerima komplain pengguna jasa/klien yang dapat berakibat pada menurunnya kepuasan dan loyalitas pengguna jasa/klien terhadap organisasi.
8.
Karyawan tidak melakukan penagihan pada waktu yang sudah ditetapkan
Risiko Transaksional
a
Menyebabkan organisasi tidak memperoleh pandapatan yang seharusnya diterima, sehingga organisasi menjadi rugi.
b
Dapat menimbulkan piutang tak tertagih
a
Menyebabkan kerugian organisasi karena kehilangan kesempatan atas pendapatan yang seharusnya diterima, sehingga dapat menghambat kelancaran arus kas organisasi. Kemungkinan terjadi piutang tak tertagih dan dapat mempengaruhi omzet organisasi.
9.
Pengguna Jasa/Klien tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo
Risiko Kredit
b
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
10 Tabel 1 (Lanjutan) Identifikasi Risiko 10.
Kas yang diterima tidak sesuai dengan catatan pendapatan tunai dan penerimaan piutang
Risiko Transaksional
a
Ketidaksesuaian antara uang kas yang diterima dengan transaksi yang terjadi, dapat menyebabkan kerugian organisasi.
Sumber : Data yang telah diolah
Risiko yang terjadi pada setiap tahapan proses siklus pendapatan dapat timbul dari faktor eksternal maupun internal. Dalam penelitian ini ditemukan 10 (sepuluh) risiko yang muncul pada siklus pendapatan di PKLP, dan risiko yang pengaruhnya paling besar adalah risiko transaksional. b. Penilaian risiko pada siklus pendapatan didasarkan pada laba kotor organisasi tahun 2013: 1) Proses penilaian risiko meliputi proses analisis evaluasi risiko, yaitu dengan penaksiran terhadap risiko yang ada berdasarkan frekuensi terjadinya (likehood), dan estimasi besarnya dampak risiko tersebut terjadi (consequences). 2) Penggolongan materialitas dibagi menjadi 3 golongan, yaitu tidak material (< 5% dari laba kotor), cukup material (5% - 20% dari laba kotor), dan sangat material (>20% dari laba kotor). c. Pemetaan Risiko pada Siklus Pendapatan Berdasarkan penilaian risiko yang telah dilakukan, kemudian tahap selanjutnya dilakukan pemetaan risiko. Pemetaan risiko dilakukan dengan cara menggolongkan risiko dan memberi warna yang berbeda kedalam setiap kategori risiko. Berikut ini hasil pemetaan risiko dengan menggunakan dasar COSO. Tabel 2 Pemetaan Risiko RISIKO
LIKELIHOOD
CONSEQUENCES
SIGNIFICANCE
A. Penerimaan Order Pengguna Jasa/Klien 1.
Pendapatan menurun yang disebabkan beberapa faktor eksternal dan internal
Medium
High
High
2.
Psikolog tidak ada di tempat
Low
Low
Low
Low
Low
B.
Penyetujuan Kredit 3. Penyetujuan kredit yang Medium tidak tepat. C. Pembuatan Nota Tagihan, Tanda Terima, dan Kuitansi 4.
Kesalahan menginput nomor dokumen, jenis layanan, dan jumlah klien
Low
Low
Low
5.
Nota Tagihan, Tanda Terima, dan Kuitansi tidak memuat data yang benar
Low
Low
Low
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
11 Tabel 2 (Lanjutan) Pemetaan Risiko D. Pengiriman dan Penyerahan Laporan Hasil Psikotes 6.
7. E.
Isi laporan hasil psikotes tidak sesuai dengan keinginan pengguna jasa/klien Pengiriman Laporan Hasil Psikotes terlambat
Low
Low
Low
Medium
Medium
Medium
Penagihan dan Penerimaan Kas 8.
Karyawan tidak melakukan penagihan pada waktu yang sudah ditetapkan
Low
Low
Low
9.
Pengguna Jasa/Klien tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo
High
High
High
Low
Low
Low
10.
Kas yang diterima tidak sesuai dengan catatan penerimaan tunai dan penerimaan piutang Sumber : Data yang telah diolah
Dari hasil penilaian dan pemetaan risiko yang telah dilakukan, dapat terlihat 10 risiko yaitu 2 risiko yang tergolong tinggi (high risk), 1 risiko yang tergolong sedang (medium risk), dan 7 risko yang tergolong rendah (low risk). Tidak semua risiko yang ada akan diaudit, tetapi risiko-risiko yang mempunyai dampak signifikan terhadap organisasi yang akan diaudit. Penentuan area yang akan diaudit adalah risiko-risiko yang ada pada skala medium atau high atau keduanya, yang jumlahnya melebihi jumlah risiko-risiko yang berada di skala low dalam satu tahapan proses. Biasanya masing-masing risiko diberi warna yang berbeda, yaitu untuk risiko yang tinggi (high) diberi warna merah, untuk risiko yang sedang (medium) diberi warna kuning, sedangkan untuk risiko yang rendah (low) diberi warna hijau. c. Identifikasi Critical Problem Area (CPA) Berikut ini adalah uraian penilaian risiko untuk menentukan critical problem area. Tabel 3 Identifikasi CPA TAHAPAN PROSES
LOW
MEDIUM
HIGH
CPA (Ya/Tidak)
Penerimaan Order Pengguna Jasa/Klien
1
-
1
Ya
Penyetujuan Kredit
1
-
-
Tidak
2
-
-
Tidak
1
1
-
Ya
2
-
1
Ya
Pembuatan Nota Tagihan, Tanda Terima, dan Kuitansi Pengiriman dan Penyerahan Laporan Hasil Psikotes Penagihan dan Penerimaan Kas Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi Critical Problem Area (CPA) dalam siklus pendapatan PKLP – Fakultas Psikologi Universitas Surabaya adalah penerimaan order pengguna jasa/klien, pengiriman dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
12
penyerahan laporan hasil psikotes, dan penagihan dan penerimaan kas. Dengan demikian audit akan dilaksanakan pada ketiga tahapan ini. 2. Tahap Audit Program (Work Program Phase) Tahap audit program merupakan tahap auditor dalam mengembangkan langkah kerja yang spesifik untuk audit yang akan dilakukan. Dalam audit berbasis risiko ini, pemeriksaan akan dilakukan pada risiko-risiko yang berada pada skala medium dan high. 3. Tahap Pekerjaan Lapangan (Field Work Phase) Tahap pekerjaan lapangan (field work phase) merupakan tahap kelanjutan dari tahap audit program (work program phase), yaitu tahap untuk membuktikan critical problem area (CPA) yang terdapat pada siklus pendapatan. 4. Tahap Temuan Audit (Audit Finding Phase) Setelah tahapan pekerjaan lapangan (field work phase) dilakukan, maka temuan-temuan yang diperoleh akan dikembangkan untuk kemudian diinformasikan kepada manajemen. Berikut ini tabel hasil analisis mengenai pekerjaan lapangan yang telah dilakukan sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Analisis Temuan Audit NO 1.
TAHAPAN PROSES Pendapatan menurun yang disebabkan beberapa faktor eksternal dan internal
TEMUAN a
Kurangnya sumber daya (psikolog) yang menangani kasuskasus khusus (seperti kasus klinis dan rumah tangga), dan PKLP masih menangani project yang dimulai tahun 2012.
b Kurangnya kedisiplinan psikolog dalam menyerahkan laporan hasil psikotes. 2.
Pengiriman Laporan Hasil Psikotes terlambat
a
Kurangnya kedisiplinan psikolog dalam menyerahkan laporan hasil psikotes.
b Tidak adanya reward untuk karyawan yang berprestasi.
3.
Pengguna Jasa/Klien tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo
a
Karyawan bagian piutang telah resign dan belum ada penggantinya.
b Tidak adanya punishment terhadap pengguna jasa/klien yang terlambat membayar hutangnya.
HASIL ANALISIS Pendapatan PKLP dan loyalitas pengguna jasa/ klien menurun, sehingga tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PKLP yaitu pendapatan PKLP terus meningkat setiap tahunnya sebesar 10%.
Mengakibatkan ketidakpuasan pengguna jasa/klien karena pengiriman laporan hasil psikotes tidak tepat waktu, sehingga dapat mengurangi kepercayaan dan loyalitas pengguna jasa/klien. Sedangkan kebijakan yang telah ditetapkan PKLP terkait dalam hal batas waktu laporan hasil psikotes yang diterima oleh pengguna jasa/klien paling lambat 4 - 5 hari setelah layanan psikotes dilakukan. Mengakibatkan penerimaan kas menurun atau tertunda, dan memungkinkan terjadinya piutang tak tertagih akibat meningkatnya jumlah piutang PKLP. Adapun syarat pembayaran order yang ditetapkan oleh PKLP adalah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
13 Tabel 4 (Lanjutan) Hasil Analisis Temuan Audit c
PKLP belum mempunyai pengelolaan dan pengendalian piutang dengan baik
a
Jika order ≤ Rp2.000.000,00, maka pengguna jasa melunasi pembayaran maksimal 1 (satu) minggu setelah laporan hasil layanan diterima. b Jika order > Rp2.000.000,00, maka pengguna jasa melunasi pembayaran maksimal 2 (dua) minggu setelah laporan hasil layanan diterima.
Sumber : Data yang telah diolah
5. Tahap Pelaporan (Reporting Phase) Tahap pelaporan merupakan tahap akhir dari pelaksanaan audit berbasis risiko (ABR). Laporan audit akan menjelaskan mengenai keseluruhan pelaksanaan, temuan, dan rekomendasi kepada pihak manajemen PKLP. Adapun prosedur audit yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan analisis sistem dan prosedur penerimaan order, dan menguji pengendalian intern terhadap siklus pendapatan tahun 2013. 2. Mengidentifikasi risiko-risiko dan critical problem area (CPA). 3. Melakukan wawancara kepada direktur, manajer operasional, manajer keuangan, staf administrasi dan humas, kasir, dan staf pengiriman. 4. Melakukan analisis dokumen terkait dengan siklus pendapatan, dan observasi langsung terkait dengan aktivitas-aktivitas pendapatan yang dilakukan oleh PKLP. Berikut ini laporan mengenai temuan dan rekomendasi yang diberikan kepada pihak manajemen PKLP : CPA : Penerimaan Order Pengguna Jasa/Klien a. Kondisi yang terjadi: Adanya penurunan laba bersih PKLP dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu sekitar Rp145.000.000,00. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal dilingkungan PKLP. Adanya permintaan dari pengguna jasa yang belum dapat dipenuhi untuk kasus-kasus khusus (seperti kasus klinis dan rumah tangga). b. Kriteria: Pendapatan PKLP meningkat setiap tahunnya sebesar 10%. c. Penyebab: Kurangnya sumber daya (psikolog) yang berpengalaman dalam menangani kasuskasus khusus (seperti kasus klinis dan rumah tangga), dan PKLP masih menangani lanjutan project layanan psikologi yang dimulai tahun 2012, seperti kerjasama dengan PT. Indofood, FIF dan lain-lain. d. Dampak: Jika tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan pendapatan dan loyalitas pengguna jasa/klien terhadap PKLP menjadi menurun. e. Rekomendasi: Sebaiknya PKLP menambah sumber daya (psikolog) untuk menangani kasus-kasus khusus atau PKLP memberikan pelatihan (training) kepada psikolog tersebut.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
14
CPA : Pengiriman Laporan Hasil Psikotes Terlambat a. Kondisi yang terjadi: PKLP mempunyai 2 karyawan bagian pengiriman, dan setiap harinya masingmasing karyawan mengirimkan laporan hasil psikotes kepada 6 – 7 pengguna jasa/klien. Rata-rata keterlambatan pengiriman per bulannya 45 kali yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. b. Kriteria: 1) Kebijakan mengenai batas waktu laporan hasil psikotes diterima oleh pengguna jasa/klien yang telah ditentukan oleh PKLP adalah 4 – 5 hari kerja setelah layanan psikologi dilakukan. 2) Adanya punishment berupa potongan merah atau denda apabila psikolog terlambat menyerahkan laporan hasil layanan psikologi kepada bagian pengiriman c. Penyebab: 1) Psikolog kurang disiplin dalam menyerahkan laporan hasil psikotes kepada bagian pengiriman. 2) Tidak adanya reward untuk karyawan yang berprestasi sebagai motivasi dalam meningkatkan kinerjanya. d. Dampak: 1) Adanya ketidakpuasan pengguna jasa/klien karena pengiriman hasil psikotes tidak tepat waktu, sehingga dapat mengurangi kepercayaan dan loyalitas pengguna jasa/klien terhadap PKLP. 2) Karyawan tidak termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya. e. Rekomendasi: 1) Sebaiknya manajemen PKLP mensosialisasikan kembali mengenai kebijakan batas waktu penyerahan laporan hasil psikotes kepada psikolog, agar tidak terjadi keterlambatan pengiriman. 2) Sebaiknya manajemen PKLP juga memikirkan pemberian reward kepada karyawan yang berprestasi, sehingga dapat meningkatkan motivasi kinerja bagi karyawannya. CPA : Pengguna Jasa/klien tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo a. Kondisi yang terjadi: Menurut catatan yang dibuat oleh PKLP bahwa piutang yang masih belum tertagih hingga 31 Januari 2014 adalah sebesar Rp146.605.697,00 (6% dari total penerimaan proyek selama tahun 2013 sebesar Rp2.528.508.489,00,00). b. Kriteria: Syarat/ketentuan pembayaran order yang ditetapkan oleh PKLP: 1) Jika order ≤ Rp2.000.000,00 maka pengguna jasa/klien melunasi pembayarannya maksimal 1 (satu) minggu setelah hasil laporan layanan psikologi diterima. 2) Jika order > Rp2.000.000,00 maka pengguna jasa/klien melunasi pembayarannya maksimal 2 (dua) minggu setelah hasil laporan layanan psikologi diterima. c. Penyebab: 1) Karyawan bagian piutang telah resign dan belum ada penggantinya. 2) Tidak adanya punishment terhadap pengguna jasa/klien yang terlambat membayar hutangnya. 3) Manajemen PKLP belum mempunyai pengelolaan dan pengendalian piutang dengan baik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
15
d. Dampak: Mengakibatkan penerimaan kas menurun atau tertunda, dan memungkinkan terjadinya piutang tak tertagih akibat meningkatnya jumlah piutang PKLP e. Rekomendasi: 1) Sebaiknya manajemen PKLP segera mencari karyawan baru untuk menempati posisi di bagian piutang, sehingga dapat membantu untuk mengingatkan piutang yang hampir jatuh tempo. 2) Sebaiknya menajemen PKLP membuat kebijakan bagi pengguna jasa/klien yang telat membayar hutangnya, seperti pemberian denda. 3) Sebaiknya manajemen PKLP melakukan pengelolaan dan pengendalian terhadap piutang untuk menjaga loyalitas terhadap pengguna jasa/klien, diantaranya: a) Persyaratan kredit yang meliputi seleksi kredit, standar kredit, dan credit term(persyaratan kredit): a.1. Membuat kebijakan credit limit bagi pengguna jasa/klien yang disesuaikan dengan kondisi pengguna jasa/klien, misalnya teknik seleksi kredit 5C (Character, Capacity, Capital, Colleteral/ Jaminan, dan Condition); melakukan analisa informasi kredit. a.2. Variabel-variabel penting yang perlu dipertimbangkan dalam memperketat standar kredit adalah jumlah order (order volume), investment in accounts receivable (A/R), dan bad-debt expense. a.3. Credit terms adalah persyaratan order untuk pelanggan yang mendapatkan kredit dari PKLP, misalnya cash discount, periode cash discount, credit periode. b) Mengevaluaasi kebijakan penagihan kredit, dengan cara average collection period (ACP) dan umur piutang usaha (aging of accounts receivable). SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan dari implementasi audit berbasis risiko dalam meningkatkan pengujian atas pengendalian intern pada siklus pendapatan yang dilakukan di PKLP – Fakultas Psikologi Universitas Surabaya adalah sebagai berikut: Setiap organisasi perlu mengelola risikonya dengan baik, agar risiko tersebut tidak merugikan dan mengancam kelangsungan hidup (going concern) organisasi. Risiko ini dapat timbul dari faktor eksternal maupun internal. Risiko potensial muncul akibat lemahnya pengendalian intern pada siklus pendapatan yang diterapkan oleh PKLP – Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Terdapat 10 risiko yang muncul pada siklus pendapatan di PKLP dan risiko yang pengaruhnya paling besar adalah risiko transaksional. Berikut ini kesimpulan dari hasil penelitan yang telah dilakukan yaitu: a. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, risiko tinggi (high risk) disebabkan faktor internal dimana kurangnya waktu dan sumber daya terutama psikolog dalam memberikan layanan jasa psikologi. Hal ini disebabkan adanya perangkapan fungsi sebagai psikolog dan pengajar. Selain itu adanya project yang membutuhkan rentang waktu yang lama untuk pelaksanaan layanan jasa konsultasi, serta kurangnya psikolog yang berpengalaman dalam menangani kasus-kasus tertentu. Risiko tinggi (high risk) juga terjadi pada pengguna jasa/klien yang tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo. Risiko yang nantinya dapat berpotensi tinggi juga, apabila tidak dikelola dengan baik adalah risiko keterlambatan pengiriman laporan hasil psikotes. Risiko ini dapat mempengaruhi PKLP dalam mencapai tujuannya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
16
b.
c.
Pemetaan terhadap risiko-risiko dilakukan berdasarkan diagram pemetaan oleh COSO. Signifikasi risiko diukur berdasarkan likelihood dan consequences. Terdapat 2 risiko yang tergolong tinggi (high risk), 1 risiko tergolong sedang (medium risk), dan 7 risiko tergolong rendah (low risk). Risiko dapat dikelola dengan bentuk pengelolaan yang lain, sehingga tidak terpaku dengan pedoman mengenai pemetaan risiko oleh COSO. Risiko yang perlu dikelola tidak hanya risiko tinggi (high risk) saja tetapi risiko sedang (medium risk) juga perlu diperhatikan, agar tidak mengganggu aktivitas operasional jika risiko tersebut dibiarkan terus-menerus. Bentuk pengelolaan untuk risiko yang tinggi (high risk) dilakukan dengan pengendalian mitigasi. Sedangkan untuk risiko sedang (medium risk) dapat dikelola dengan transfer risiko.
Keterbatasan Penelitian ini hanya mengambil situs pada Fakultas Psikologi di Universitas Surabaya, dengan periode penelitian mulai bulan Maret – Mei 2014. Adanya kesulitan dalam menyusun jadwal wawancara atau pertemuan dengan direktur dan wakil direktur. Serta keterbatasan tenaga audit dalam melakukan audit secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA Arens, A.A, R.J. Elder, dan M.S. Beasley. 2008. Auditing an Assurance Service: Integrated Approach.12th ed. Pearson Education, Inc. Upper Saddle River. New Jersey. Avellanet, A.W. 2009. The COSO Guidance on Monitoring Internal Control. Journal of Internal Auditing 24 (2): 3. Boynton, C.W., dan R.N. Johnson. 2006. Modern Auditing: Assurance Services, And The Integrity of Financial Reporting. 8th ed. John Welly and Sons Ltd. United State of America. Budiman, L.M. 2013. Penerapan Risk Based Audit untuk Meningkatkan Efektifitas Siklus Penjualan pada PT “X”di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2(1): 17. Bungin, M.B. 2009. Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga.Prenada Media Group. Jakarta. Burnaby, P. dan S. Hass. 2011. Internal Auditing is in Americans. Journal of Managerial Auditing 26(8): 734-756. Committee on Internal Audit, 2007. Guide on Risk-based Internal Audit. The Institute of Chartered Accountants of India. http://www.caalley.com/icai_pub/20997guide_ risbbasedIA.pdf. Diakses tanggal 30 Mei 2013. Craig, R., N.Castanheira, dan L.L.Rodrigues. 2010. Factors Associated with The Adoption of Risk-based Internal Auditing. Journal of Managerial Auditing 25 (1): 79-98 Dennis, C. dan D. Brown. 2006. Using Internal Audit to Manage Contract Risk. Journal of Internal Auditing 21 (2): 3. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Penghasilan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) 8 (Mei 2009). DSAK-IAI.Jakarta. Dietrich, B., G.A. Paleologo, dan L.Wynter. 2008. Revenue Management in Business Services. Journal of Production and Operation Management Vol. 17(4): 475-480. Fajar, Muhammad. 2012. Implementasi Risk-based Audit pada Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2011 pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur. Tesis. Program S2 Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Felisia. 2010. Risk Based Internal Auditing (RBIA): Suatu Pendekatan dalam Audit Internal. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar 14 (2).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
17
Griffiths, D.M. 2006. Risk Based Internal Auditing: Three Views on Implementation. http://www.internalaudit.biz/files/implementation/Implementing RBIA v1.1.pdf. Diakses tanggal 05 Februari 2014. . 2013. Risk Based Internal Auditing: Three Views on Implementation.http://www.internalaudit.biz/files/implementation/implementing RBIA v1.1.pdf. Diakses tanggal 05 Juni 2013. Hanafi, Munduh M. 2009. Manajemen Risiko, Edisi Kedua. Penerbit STIM YKPN. Yogyakarta Kurniawan, Steffy. 2011. Penerapan Risk-based Audit untuk Mengelola Resiko Pada Siklus Penjualan PT “X” di Surabaya. Skripsi. Universitas Surabaya. Surabaya. Koentjaraningrat. 2004. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi Kelima. PT. Gramedia. Jakarta. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesi Audit Internal. Yayasan Pendidikan Internal Audit. Jakarta. Koutoupis, Andreas G. dan A. Tsamis. 2008. Risk Based Internal Auditing within Greek Banks: A Case Study Approach. http://link.springer.com/article/10.1007/s10997-008-90727. Diakses tanggal 30 Maret 2013. Krisdinanto, N. 2008. Meretas Jalan Internasionalisasi, 40 Tahun Universitas Surabaya 1968-2008. Cetakan Pertama. Universitas Surabaya. Surabaya. McNally, J.S. 2013. The 2013 COSO Framework & SOX Compliance. One Approach to An Effective Transition. http://www.coso.org/documents/COSO McNally Transition Article-Final COSO VersionProof_5-31-13.pdf. Diakses tanggal 17 Juni 2013. Merna T. dan F.F. Al-Thani. 2008. Corporate Risk Management. 2nd ed. John Wiley and Sons, Ltd.England. Moeller, R.R. 2007. COSO Enterprise Risk Management: Understanding the New Integrated ERM Framework. John Wiley and Sons Inc. New Jersey. Moeller, Robert R. 2009. Brink’s Modern Internal Auditing: A Common Body Knowledge. 7th ed. John Wiley and Sons Inc. New Jersey. Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. O'Brien, P. 2006. Reducing SOX Section 404 Compliance Costs Via a Top-Down, Risk-Based Approach. http://nysscpa.org/cpajournal/2006/806/ essentials/p36.htm. Diakses tanggal 22 Juni 2013. Salehi, M. dan M. Khatiri. 2011. A Study of Risk Based Auditing Barriers: Some Iranian Evidence. http://www.academicjournals.org/AJBM. Diakses tanggal 13 Juni 2013. Supono dan Agus Yulianto. 2007. Audit Berpeduli Risiko. Edisi Keempat. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP. http://www.bpkp.go.id. Diakses tanggal 11 Juni 2013. Siahaan, H.M.dan T. Purnomo. 1999. Membangun Paradigma Baru, 30 Tahun Universitas Surabaya 1968-1998. Cetakan Pertama. Universitas Surabaya. Surabaya. Rama, D.V. dan F.L. Jones, 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 2 Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. Romney, M.B. dan P.J. Steinbart. 2009. Accounting Information Systems. 11th ed. Pearson Prentice Hall. United States of America. Sawyer, L.B., M.A.Dittenhofer, dan J.H.Scheiner. 2003. Sawyer’s Internal Auditing. 5th ed.Vol.1.The Institute of Internal Auditors.Altamonte Springs Florida.Terjemahan D. Adhariani.2005. Audit Internal Sawyer. Salemba Empat. Jakarta. Siahaan, H. 2009. Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Syukronali. 2010. Manajemen Piutang. http://syukronali.files.wordpress.com/2010/05/ manajemenpiutang.doc. Diakses tanggal 29 April 2014.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
18
Tampubolon, R. 2005. Risk and Systems-Based Internal Auditing. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Tuanakotta, T.M. 2013. Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Salemba Empat. Jakarta. Windarso, A. 2006. Audit Berpeduli Risiko (Risk Based Audit) dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Audit : (Perubahan Paradigma dalam Melakukan Audit dari Pengendalian ke Risiko, Menuju Audit yang Efektif dan Efisien). http://agusw77.files.wordpress.com/2009/06/audit-berpeduli-resiko.pdf. Diakses tanggal 14 Juni 2013. Zwaan, L. dan J. Stewart. 2011. Internal Audit Involvement in Enterprise Risk Management. Journal of Managerial Auditing 26 (7): 586-604. ●●●