ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK R UMUR 3 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS TANGEN SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
RINA CANDRAWATI NIM B12 151
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT ANAK R UMUR 3 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS TANGEN SRAGEN
Diajukan Oleh :
RINA CANDRAWATI NIM B12 151
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal
Pembimbing
ARISTA APRIANI S.ST, M.Kes NIK.201188069
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT ANAK R UMUR 3 TAHUN DENGAN SAKIT DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS TANGEN SRAGEN
Diajukan Oleh: RINA CANDRAWATI NIM B12 151
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Program D III Kebidanan Pada Tanggal
PENGUJI I
PENGUJI II
Ika Budi Wijayanti, SST.,M.Sc NIK 200680024
Arista Apriani, S.ST.,M.Kes NIK.201188069
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST NIK 200985034
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit Anak R umur 3 tahun dengan Demam Tifoid Di Puskesmas Tangen Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2.
Ibu Retno Wulandari SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Arista Apriani, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.
Bapak Dr. Dedi Ari Saputro, selaku Kepala Puskesmas Tangen Sragen yang telah bersedia memberi ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5.
Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, April 2015
Penulis
iv
Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Nama : Rina Candrawati NIM : B12151 ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK R UMUR 3 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS TANGEN SRAGEN xii + 83 halaman + 13 lampiran INTISARI Latar Belakang: Jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya (WHO, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Tangen, jumlah balita yang sakit dari bulan Januari sampai bulan September 2014 yang diperoleh dari catatan rekam medik (RM) didapatkan 90 kasus balita sakit, yang dikategorikan balita sakit dengan Sakit demam tifoid 25 orang (27,7 %), sakit Febris sebanyak 23 orang (25,5 %), sakit influenza sebanyak 21 orang (23,3 %), sakit diare 17 orang (18,8 %) dan sakit radang tenggorokan sebanyak 4 orang (0,04%). Tujuan: Melakukan pengkajian pada balita dengan Demam Tifoid dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut Varney, menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan, memberikan alternatif pemecahan masalah. Metodologi: Jenis studi yang digunakan adalah deskriptif, studi kasus dilakukan di Puskesmas Tangen Sragen pada balita dengan Demam Tifoid dan dilaksanakan tanggal 11 – 16 Mei 2015. Subyek studi kasus ini dilakukan pada balita sakit Anak R umur 3 Tahun dengan demam tifoid. Hasil Studi Kasus: Asuhan kebidanan yang dilakukan meliputi pemenuhan kebutuhan makan, istirahat, kebersihan lingkungan dengan pemberian obat-obatan secara mandiri yaitu Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam. Dalam memberikan asuhan kebidanan ini diperlukan dukungan dari keluarga khususnya ibu agar bersedia melaksanakan anjuran petugas kesehatan. Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari keadaan umum baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak disertai ampas. Kesimpulan: Dari kasus ini masalah pada anak dengan Demam Tifoid dapat diatasi dan komplikasi yang sering terjadi dapat dihindari setelah diberikan asuhan kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut Varney. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktik, di lahan pada pengkajian data di pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan pemeriksaan feses karena keterbatasan tempat dan alat. Pada diagnosa potensial yaitu tidak terjadi komplikasi apapun. Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Balita, Demam Tifoid Kepustakaan : 32 Literatur (2005 s/d 2015)
v
MOTTO v
Terus berusaha meskipun semakin sulit
v
Tiada do’a paling indah selain do’a tugas akhir cepat selesai
v
Saya datang, saya bimbingan, saya revisi dan saya menang
v
Kesuksesan tidak akan datang tanpa ada usaha dan do’a
v
Mulailah dengan hal-hal yang baik, supaya berakhir dengan baik
v
Seberat apapun masalah kalau dihadapi dengan senyuman pasti akan terpecahkan
PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan : 1.
Allah SWT, yang selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2.
Ayah dan Bunda tercinta, yang telah memberikan kasih sayang serta doa dan dukungan di setiap prosesnya yang telah susah payah kerja keras dalam menggapai keberhasilanku serta adikku tercinta.
3.
Untuk teman-teman terdekatku (Retno, Elma, Sundari, Rafika, Yana, Diyas dan semua teman se angkatan D III Kebidanan Stikes kusuma Husada yang selalu memberikan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai harapan.
4.
Untuk seseorang yang selalu
mendukungku, memberikan
support, mengajariku tentang arti kedewasaan dan arti hidup (Apri JR). 5.
Almamaterku tercinta, terima kasih selama tiga tahun ini menjadi tempat ku untuk menimba ilmu, dan akan selalu terkenang semua hal yang ada di sini.
vi
CURICULUM VITAE
Nama
: Rina Candrawati
Tempat/Tanggal lahir
: Sragen/23 juni 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sanggrahan, Ngrombo,Tangen, Sragen
Riwayat Pendidikan 1. SD N Ngrombo I Ngrombo, Tangen, Sragen
LULUS TAHUN 2006
2. SMP N 01 Katelan, Tangen, Sragen
LULUS TAHUN 2009
3. SMA N 01 Tangen
LULUS TAHUN 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Angkatan 2012
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Perumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan Studi kasus ...........................................................................
4
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................
5
E. Keaslian Studi Kasus .......................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauaan Pustaka ............................................................................
8
1. Balita ...........................................................................................
8
2. Demam Tifoid ......................................................................... .
11
B. Teori Managemen kebidana ..............................................................
21
C. Landasan Hukum ..............................................................................
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi ........................................................................................
44
B. Lokasi Studi Kasus ...........................................................................
44
C. Subyek Studi Kasus .........................................................................
45
D. Waktu Studi kasus ............................................................................
45
E. Instrumen Studi Kasus .....................................................................
45
F. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
45
G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan .............................................................
48
H. Jadwal Penelitian ..............................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB) Lampiran 9. Lembar Observasi Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 13. Lembar Konsultasi
ix
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) di ketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid atau tifus abdominalis banyak di temukan di negara kita. di indonesia sendiri,demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan (R Aden, 2010). Jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang di alami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semuan daerah endemik, insidiensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia kurang dari 19 tahun (WHO, 2009). Di Indonesia, diperkirakan antara 700 – 900.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 6 tahun. Anak usia sekolah yang sudah bisa jajan sendiri merupakan yang paling rentan terinfeksi demam tifoid. Anak dibawah usia 6 tahun biasanya yang memberikan
1
2
makanan adalah ibunya, tentunya ibunya memberikan yang bersih, tidak sembarangan membeli makanan (Algerina, 2009). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid juga menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41. 081 kasus, dengan jumlah orang yang meninggal sebesar 274 orang (Pramitasari, 2013). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0–5 tahun per 1000
kelahiran
hidup
dalam
kurun
waktu
satu
tahun.
AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 11,50/1. Penyebab kematian balita disebabkan oleh diare, demam berdarah dengue dan demam tifoid. Demam tifoid mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak balita dan diperkirakan 10%-20% per tahun balita yang meninggal karena Perdarahan usus yang merupakan komplikasi dari demam tifoid (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012) . Dalam hal ini, seorang bidan berperan dalam melakukan deteksi dini serta memberikan asuhan pada bayi dan balita sesuai kebutuhan dengan melakukan kolaborasi dengan dokter anak. Selain itu, pentingnya seorang bidan untuk memahami asuhan yang harus di berikan kepada balita dengan demam tifoid. Dalam penegakan diagnosa penyakit demam tifoid, dokter
3
akan
melakukan
beberapa
pemeriksaan
laboratorium
diantaranya
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan widal dan biakan empedu. Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sampel urine dan feses dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (Carrier). Bila terdapat demam lebih dari 5 hari. Dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis) dan infeksi paru (Pneumonia) (Utami, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Tangen, jumlah balita yang sakit dari bulan Januari sampai bulan September 2014 yang diperoleh dari catatan rekam medik (RM) didapatkan 90 kasus balita sakit, yang dikategorikan balita sakit dengan Sakit demam tifoid 25 orang (27,7 %), sakit Febris sebanyak 23 orang (25,5 %), sakit influenza sebanyak 21 orang (23,3 %), sakit diare 17 orang (18,8 %) dan sakit radang tenggorokan sebanyak 4 orang (0,04%). Berdasarkan data-data diatas diketahui bahwa kasus demam tifoid masih tinggi dan banyak dijumpai di kalangan masyarakat terutama pada balita sakit di Puskesmas Tangen Sragen. Maka penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit Anak R umur 3 tahun dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen Tahun 2015”.
4
B. Perumusan Masalah ”Bagaimanakah Penerapan Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit anak R umur 3 tahun dengan Demam Tifoid di Puskesmas Tangen tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus 1.
Tujuan umum Di perolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada anak R dengan sakit demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen dengan
menggunakan
pendekatan
proses
manajemen
kebidanan
7 langkah Varney. 2.
Tujuan khusus a.
Penulis mampu: 1) Melaksanakan pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif pada kasus balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen. 2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada kasus balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen. 3) Merumuskan diagnosa potensial pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen.
5
4) Mengantisipasi serta melakukan penanganan segera pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen. 5) Merencanakan asuhan kebidanan pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen. 6) Melaksanakan perencanaan secara evisien asuhan kebidanan pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Pyskesmas Tangen Sragen. 7) Mengevaluasi asuhan yang di berikan pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen. b.
Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan serta memberikan alternatif pemecahan masalah pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen.
D. Manfaat Studi Kasus 1.
Bagi peneliti a.
Dapat menerapkan teori yang di dapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam, masalah memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
b.
Asuhan kebidanan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penatalaksanaan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
6
2.
Bagi profesi a.
Dapat meningkatkan upaya dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
b.
Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
3.
Bagi Instansi Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan meningkatkan pelayanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
4.
Bagi Institusi Di gunakan untuk menambah sumber bacaan atau referensi tentang penatalaksanaan pada balita sakit dengan demam tifoid.
E. Keaslian Studi Kasus Karya Tulis Ilimiah tentang asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid pernah di lakukan oleh: 1.
Rita Maharani (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita sakit an. D dengan sakit demam Tifoid Di BPS Kiran Klaten Tengah”Asuhan yang di berikan adalah pemberian terapi obat penurun panas (parasetamol) secara teratur,setelah di berikan asuhan selama 5 hari keadaan umum balita baik kelopak mata sudah tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
7
2.
Eni Sugiyanti (2005), dengan judul ˝ Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit dengan Demam Tifoid di Puskesmas Gajahan Pasar Kliwon Surakarta”. Dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh langkah Varney (1997), pada Balita Ny.S Asuhan yang diberikan yaitu dengan pemberian cairan rumah tangga yaitu seperti (sup dan air bersih), nutrisi yang cukup dan pemberian gizi yang sesering mungkin maka anak dapat kembali dalam keadaan baik. Setelah diberikan asuhan selama 3 hari keadaan
umum balita baik, panas sudah turun, kesadaran
composmentis, kelopak mata sudah tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan BAB normal 1kali sehari. Perbedaannya terdapat pada subyek studi kasus, lokasi studi kasus, waktu studi kasus dan terapi yang di berikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis 1.
Balita a.
Pengertian Balita Balita oleh Departemen Kesehatan (2006) di definisikan sebagai anak usia 12-59 bulan. Sementara Hocken berry dan Wilson (2007) menyebutkan usia 0-1 tahun di sebut fase bayi, 1-3 tahun di sebut fase todler dan usia 3-6 tahun di sebut fase pra sekolah. Menurut Haryatiningsih (2014), menggunakan istilah balita untuk anak di bawah lima tahun yang di mulai dari 0-59 bulan. Menurut Hockenberry dan Wilson (2007), dapat di lihat bahwa fase balita sebenarnya melibatkan fase usia bayi, todler dan prasekolah.
b.
Tahap Perkembangan Balita Tahap perkembangan balita menurut Depkes RI (2006), meliputi: 1)
Umur 12-18 bulan a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali c) Berjalan mundur lima langkah
8
9
d) Memanggil ayah dengan kata”papa”, memanggil ibu dengan kata “mama” e) Menumpuk dua kubus f)
Memasukkan kubus di kotak
g) Menunjuk apa yang di inginkan tanpa menangis atau merengek,
anak
bisa
mengeluarkan
suara
yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu. 2)
Umur 18-24 bulan a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung c) Bertepuk tangan, melambai-lambai d) Menumpuk 4 buah kubus e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk f)
3)
Menggelindingkan bola ke arah sasaran
Umur 24-36 bulan a) Jalan naik tangga sendiri b) Dapat bermain dan menendang bola kecil c) Mencoret-coret pensil pada kertas d) Bicara dengan baik menggunakan dua kata e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika di minta f)
Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
10
4)
Umur 36-48 bulan a) Berdiri satu kaki dua detik b) Melompat kedua kaki di angkat c) Mengayuh sepeda roda tiga d) Mengggambar garis lurus e) Menumpuk 8 buah kubus f)
5)
Mengenal 2-4 warna
Umur 48-60 bulan a) Berdiri 1 kaki 6 detik b) Melompat-lompat 1 kaki c) Menari d) Menggambar tanda silang e) Menggambar lingkaran f)
c.
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
Tahap Pertumbuhan Fisik Balita 1) Lingkar Kepala Pengukuran lingkar kepala di lakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otaklingkaran kepala di pengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan (Matondang, 2009). 2) Panjang Badan Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan
11
indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2013). 3) Berat Badan Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah di ukur dan di ulang, dan merupakan indeks untuk
status
nutrisi
sesaat.
dapat
mempengaruhi
berat
oedema,
hidrosefalus
dll.
beberapa badan
keadaan seperti
Perubahan
klinis terdapat
berat
badan
(berkurang atau bertambah) perlu mendapat perhatian karena merupakan
petunjuk
adanya
masalah
nutrisi
akut
(Iskandar, 2009). d.
Penyakit yang biasanya di derita oleh balita Berikut penyakit infeksi yang sering di alami oleh balita (Swasanti, 2013) : 1) Kejang Demam Kejang demam banyak di alami bayi hingga anak balita. Kejang demam terjadi ketika anak mengalami peningkatan suhu tubuh hingga melewati ambang batas. Kejang demam pada dasarnya bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi kejang yang berkepanjangan dan berulang-
12
ulang dapat menyebabkan gangguan serius pada otak anak hingga anak mengalami kecacatan mental. 2) Diare Diare adalah keadaan dimana sering buang air besar, paling tidak terjadi 3 kali dalam sehari serta tinja cair. diare sring terjadi pada anak. Diare pada dasarnya di sebabkan
oleh
kegagalan
atau
adanya
gangguan
penyerapan sejumlah besar kandungan air pada usus besar. 3) Demam tifoid atau sering disebut tipes adalah penyakit infeksi saluran cerna yang di sebabkan oleh bakteri salmonella typhosa. Bakteri ini di tularkan melalui makanan dan minuman. Bakteri salmonella di temukan dalam tinja dan air kemih penderita. mencuci tangan tidak bersih setelah buang air besar atau kecil meningkatkan resiko tertularnya penyakit ini. Selain itu, lalat merupakan carrier (pembawa) yang dapat memindahkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. 2.
Demam tifoid a.
Pengertian Menurut Winkanda (2013) Demam tifoid atau yang lebih sering disebut tipes adalah penyakit infeksi saluran cerna yang di sebabkan oleh bakteri Salmonella Typhosa. penyakit ini dapat di
13
tularkan
melalui
mulut,
makanan
atau
minuman
yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella typhi. Menurut Hassan Tifus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran. b.
Etiologi Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam tifoid dan mereka yang di ketahui sebagai carrier (pembawa) demam tifoid. Di beberapa negara berkembang yang masih menjadi daerah endemik demam tifoid, Kasus yang terjadi umumnya di sebabkan pencemaran air minum dan sanitasi yang buruk. Infeksi terjadi jika mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh penderita demam tifoid yang tidak mencuci tangan dengan baik setelah ke toilet. Infeksi dapat juga terjadi dengan meminum air yang telah tercemar bakteri Salmonella. Walaupun telah di obati dengan antibiotik , sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam tifoid akan tetap menyimpan bakteri Salmonella di dalam usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-tahun. Orang ini di sebut sebagai carrier kronis
14
yang dapat menyebarkan bakteri melalui tinja mereka dan dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai bahwa seorang carrier tidak memiliki gejala demam tifoid (R Aden, 2010). c.
Gejala klinis Demam Tifoid Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, mulai dari gejala yang ringan sekali sehingga tidak terdiagnosis, dengan gejala yang khas (sindrom demam tifoid), sampai dengan gejala klinis berat yang di sertai komplikasi. Gejala klinis demam tifoid pada anak cenderung tidak khas. Makin muda umur anak, gejala klinis demam tifoid makin tidak khas. Umumnya perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu. Beberapa gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid adalah sebagai berikut: 1) Demam Demam lebih dari seminggu, siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi sekitar 39 sampai 40 C. 2) Gangguan saluran pencernaan Sering di temukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan terkadang pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan di tututpi selaput kecoklatan dengan ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, pada penderita
15
anak jarang ditemukan. Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara dewasa cenderung konstipasi. 3) Gangguan Kesadaran Umumnya
terdapat
gangguan
kesadaran
berupa
penururnan kesadaran ringan. Sering di temui kesadaran apatis. Bila gejala klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis. 4) Hepatosplenomegali Pada penderita demam tifoid, hati atau limpa sering di temukan membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri bila di tekan. (R Aden, 2010) d.
Patofisiologi Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai hati, limpa dan organorgan lainnya (Yuliani, 2010). Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
16
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Yuliani, 2010). e.
Komplikasi Pada akhir minggu ke-2 sampai masuk minggu ke-3 merupakan masa yang berbahaya. Pada minggu ke-2 atau lebih, sering timbul komplikasi demam tifoid mulai dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Dengan terapi yang tepat, banyak penderita yang sembuh dari demam tifoid. namun tanpa terapi yang tepat, beberapa penderita mungkin tidak selamat dari komplikasi demam tifoid (R Aden, 2010)
f.
Pencegahan 1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar dan buang air kecil. 2) Makan makanan yang bersih dan higienis. 3) Membuang sampah pada tempatnya. 4) Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang kotor.
17
5) Makan secara teratur dan tepat waktu 6) Istirahat dan olahraga yang cukup untuk menjaga vitalitas dan daya tahan tubuh 7) Untuk pencegahan, dapat di lakukan pemberian vaksin tipes : oral maupun injeksi (suntik), terutama bila berada cukup lama pada daerah yang terjangkit (endemik) (Swasanti, 2013). g.
Penatalaksanaan Apabila ditemukan data-data yang mengarah pada demam tifoid, maka
anak
harus
segera
dirujuk.
Untuk
mengatasi
permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah : (Nursalam, 2013). 1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit Perawatan Umum a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas. b) Jika kesadaran pasien baik, berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra. c) Berikan makanan cair per sonde jika kesadarannya menurun dan berikan
kalori
sesuai kebutuhannya.
Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan
18
ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak. d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, di samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya
merupakan
setengah
dari
jumlah
kalori,
sementara setengahnya lagi masih per infuse. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa. e) Observasi intake / output. 2) Gangguan suhu tubuh a) Kolaborasi dengan tim medis intuk pemberian obat secara mencukupi. b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuh turun dan diteruskan 2 minggu lagi. c) Atur ruangan agar cukup ventilasi. d) Berikan kompres dingin dengan air kran. e) Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis atau apa yang disukai anak) f)
Berikan pakaian yang tipis.
g) Observasi suhu tubuh.
19
3) Gangguan rasa aman a) Lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan minum. b) Jika pasien dipasangkan sonde, perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lendir mulut dan tenggorokan tidak kering. c) Selain itu, karena lama berbaring maka ketika pasien mulai berjalan mula-mula akan terasa seperti kesemutan. Oleh karena itu, sebelum mulai berjalan pasien harus mulai dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur sambil berpegangan. Bisa dikatakan bahwa gangguan itu akan menghilang setelah 23 hari mobilisasi. 4) Resiko terjadi komplikasi a) Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat diberikan adalah Kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kg BB/hari yng diberikan 4 kali sehari. Agar berhasil dengan baik, obat harus diberikan setiap 6 jam. Buatkan daftar yang mudah diingat, misalnya pukul 6, 12, 18, 24 dan berikan
tanda
bila
obat
telah
diberikan.
Selain
kloramfenikol, alternatif obat lain yang mungkin adalah :
20
(1). Amoksisilin 100 mg/kg BB/ hari secara oral 3x sehari selama 14 hari. (2). Kotrimoksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 23x/hari selama 10-14 hari. b) Istirahat Pasien yang menderita tifus abdominalis perlu istirahat mutlak selama demam, kemudian diteruskan 2 minggu lagi setelah suhu turun menjadi normal. Setelah 1 minggu suhu normal, 3 hari kemudian pasien dilatih duduk di pinggir tempat tidur sambil kakinya digoyanggoyangkan. Pada akhir minggu kedua jika tidak timbul demam, pasien boleh mulai belajar jalan mengelilingi tempat tidur. Selama masa istirahat, pengawasan tanda vital mutlak dilakukan 3 kali sehari. Jika terdapat suhu tinggi yang melebihi suhu biasanya, maka ukur suhu ekstra dan catat pada catatan perawatan. Berikan kompres dingin intensif kemudian periksa lagi 1 jam kemudian. Apabila panas tidak turun, hubungi dokter.
21
B. Teori Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2007)
2.
Manajemen kebidanan menurut Hallen Varney terdiri dari 7 (tujuh) langkah: LANGKAH I : PENGKAJIAN Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data objektif serta data penunjang (Varney, 2007). a.
Biodata atau identitas Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Menurut Matondang (2009) Identitas terdiri dari: 1) Nama balita
: Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, Nama harus jelas dan lengkap serta disertai
22
nama
panggilan
akrabnya
(Matondang, 2009). 2) Umur
: Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan apakah tersebut
untuk
data
menginterpretasikan
pemeriksaan
normal
klinis
sesuai
anak
umurnya
(Matondang, 2009). 3) Jenis Kelamin
: Dikaji untuk membedakan dengan balita lain (Matondang, 2009).
4) Anak ke
: Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien (Matondang, 2009).
5) Nama orang tua
: Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar tidak
banyak
nama
yang
sama
(Matondang, 2009). 6) Umur orang tua
: Dikaji untuk mengetahui umur orang tua (Nursalam, 2013).
7) Agama
: Berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianutnya (Varney, 2007).
8) Pendidikan
: Dikaji untuk mengetahui keakuratan data yang diperolah serta dapat di tentukan pola
23
pendekatan
dalam
anamnesis.
pendidikan
orang
tua
dalam
pemeriksaan
juga
Tingkat berperan
penunjang
dan
penentuan tatalaksana pasien selanjutnya (Matondang, 2009). 9) Alamat
: Untuk
mengetahui
dimana
lingkungan
tempat tinggalnya. Pada kasus yang terjadi pada demam tifoid dapat dipastikan bahwa lingkungan, sumber air dan sanitasi masih buruk
dan
belum
memenuhi
standar
higienitas (Kamar, 2008). b.
Anamnesa (Data Subyektif) Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2013). 1) Alasan datang atau keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa berobat (Matondang, 2009). Pada pasien demam tifoid pasien mengeluh demam lebih dari seminggu, diare atau mencret (Khomsah, 2008). 2) Riwayat kesehatan, meliputi : a) Imunisasi Status imunisasi klien dinyatakan khususnya yang imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan hepatitis B. Hal-hal tersebut
24
selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik
yang diperoleh, juga membantu
diagnosis
(Matondang, 2009). b) Riwayat penyakit lalu Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita,
apabila
balita
menderita
suatu
penyakit
(Varney, 2007). Walaupun telah diobati dengan anti biotik, sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam tifoid akan tetap menyimpan bakteri Salmonella didalam usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-tahun. Orang ini disebut
carrier
kronis
yang
membawa
dan
dapat
menyebarkan bakteri yang melalui tinja mereka dan dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai bahwa seorang carrier tidak memiliki gejala demam tifoid (R Aden, 2010). c) Riwayat penyakit sekarang Dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien saat ini. Pada pasien demam tifoid pasien mengeluh demam lebih dari seminggu, diare atau mencret (R Aden, 2010). d) Riwayat penyakit keluarga Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat penyakit hipertensi, stroke, TBC, hepatitis, jantung dan lainlain Riwayat penyakit demam tifoid karena bakteri Salmonella
typhi
ini
hanya
menginfeksi
manusia.
25
Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita. demam tifoid dan mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam tifoid (Swasanti 2013). 3) Riwayat sosial a) Siapa yang mengasuh balita b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu dengan ibu, ayah, serta anggota keluarga yang lain. c) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar rumah. Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitive, hingga diperlukan kebijakan dan kearifan tersendiri dalam pendekatannya (Matondang, 2009). 4) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari dalam segi pola makan, personal higiene, pola istirahat dan aktifitas (Varney, 2007). a) Pola Nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita yang frekuensi, komposisi, kwantitas serta jenis dan jumlah minuman. Pada penderita demam tifoid merasakan mual muntah dan tidak ada nafsu makan (Yuliani, 2010).
26
b) Pola istirahat atau tidur Mengkaji pola istirahat dan pola tidur, berapa jam klien tidur malam, sehari apakah ada gangguan (Saifuddin, 2006). Pada balita sakit demam tifoid pola tidurnya tidak teratur, keadaan bayi gelisah (Nursalam, 2005). c) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. Kebersihan pada anak seperti mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah (Mufdlilah, 2009). d) Eliminasi : Dikaji untuk mengetahui frekuensi BAK dan BAB, Adakah kaitannya dengan konstipasi atau tidak (Hellen, 2007). Biasanya balita sakit dengan demam tifoid mengalami menyerang
diare atau saluran
mencret. Sifat
cerna
bakteri
menyebabkan
yang
gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar) (Khomsah, 2008). c.
Pemeriksaan fisik (Data objektif) Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2005).
27
1) Keadaan umum Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk menilai kondisi pasien secara umum. Keadaan umum anak dengan demam tifoid mengeluh tidak enak badan, lesu, kurang baik (Saifuddin, 2012). 2) Kesadaran Penilaian kesadaran yang dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen (Matondang, 2009). Compos Mentis
: Kesadaran penuh.
Apatis:Kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah dibangunkan dan reaksi penglihatan, pendengaran serta perabaan normal Somnolen :Kesadaran dapat dibangunkan bila dirangsang, dapat disuruh dan menjawab pertanyaan. Bila rangsangan berhenti pasien tidur lagi. Pada balita yang sakit demam tifoid terjadi gangguan kesadaran apatis (R Aden, 2010). 3) Tanda-tanda vital Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi (Varney, 2007). a) Denyut nadi
: Menilai kecepatan irama, suara jantung jelas
dan
teratur.
Denyut
jantung
normal adalah 70-110 kali per menit (Varney, 2007). Pada balita yang sakit
28
demam tifoid denyut nadinya 78 x/menit dan
tidak
menunjukkan
adanya
peningkatan (Saifuddin, 2006). b) Pernafasan
: Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi minimal 30-40 kali permenit (Hellen, 2007). Pada balita yang sakit demam tifoid mengalami penurunan (Sudoyo, 2006).
4) Suhu
: Untuk
mengetahui
temperature
kulit,
temperature kulit normal adalah 36, 5˚ C. Balita sakit demam tifoid biasanya demam lebih dari seminggu, siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi sekitar 38, 8 ˚C – 40 ˚C (Swasanti, 2013). 5) Pemeriksaan Sistematis Pemeriksaan sistematis pada anak biasanya terdapat perut kembung pada abdomen, dan pada hati dan limpa terdapat nyeri perabaan (R Aden, 2010). Pemeriksaan sistematis meliputi : a) Kepala
: Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala. Pada balita sakit demam
29
tifoid
biasanya
ubun-ubunnya
cekung
(Khomsah, 2008). (1) Muka
: Bagaimana
bentuk
wajah,
kulit
wajah
pucat/tidak. Pada balita sakit demam tifoid agak pucat karena dehidrasi/kekurangan cairan
dan
kekurangan
nutirsi
(Khomsah, 2008). (2) Mata
: Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau tidak, warna sklera ikterus atau tidak. Periksa bagian sklera dan conjungtiva apakah pucat atau kuning (Matondang, 2009). Pada balita sakit demam tifoid Kelopak mata cekung dikarenakan terjadi dehidrasi, conjungtiva pucat (Khomsah, 2008).
(3) Telinga : Dikaji untuk mengetahui adanya kotoran atau cairan
dan
bagaimana
keadaan
tulang
rawannya (Priharjo, 2007). (4) (Hidung : Dikaji untuk mengetahui nafas dan kotoran yang
menyumbat
jalan
nafas
(Nursalam, 2005). (5) Mulut
: Dikaji untuk mengetahui dan menilai ada tidaknya bibir sumbing, trismus (kesukaran membuka mulut), serta kelainan pada gusi,
30
lidah dan gigi. Pada balita sakit demam tifoid Lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah (Nursalam, 2005). b) Leher
: Adakah
pembesaran
kelenjar
tiroid
(Matondang, 2009). c) Dada
: Dikaji untuk mengetahui retraksi atau tidak, simetris atau tidak (Priharjo, 2007). Pada kasus ini ada retraksi. Kulit tampak kering dan panas yang mungkin juga didapatkan bercak Rose didaerah abdomen, dada atau punggung. Bercak Rose merupakan ruam macular atau makulopapular dengan garis tengah 1-6 mm yang akan menghilang dalam 2-3 hari.
d) Perut
: Dikaji untuk mengetahui kembung, turgor baik sampai dengan buruk, cubitan kulit kembali lambat (Matondang, 2007). Pada balita sakit demam tifoid mengalami sakit perut. Terjadi pembengkakan hati dan limfa menimbulkan
rasa
sakit
di
perut
(Nursalam, 2005). e) Anogenital : Adakah varices pada alat genetalia. Apakah anus ada haemoroid (Saifuddin, 2006).
31
f)
Ekstremitas : Adakah oedema tanda sianosis, apakah kuku melebihi jari-jari (Hellen, 2007).
6) Pemeriksaan Antropometri Menurut Hellen, (2007), pemeriksaan antropometri meliputi a) Lingkar Kepala : untuk mengetahui pertumbuhan otak (Normal 33-35 cm). b) Lingkar Dada
: untuk
mengetahui
keterlambatan
pertumbuhan (Normal 30, 5-33 cm). c) Panjang Badan
: untuk
mengetahui
tinggi
badan
(Normal 48-53). 7) Data penunjang Menurut Kepmenkes No. 364, (2006), dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya tifoid, yaitu : a) Pemeriksaan bakteriologis Widal Adalah reaksi antara antigen (suspensi Salmonella yang telah dimatikan) dengan aglutinin yang merupakan antibodi spesifik terhadap komponen basil Salmonella didalam darah manusia. Jumlah titer O sebanyak 1/320 sudah didiagnosis demam tifoid. b) Gambaran Darah tepi Pada pemeriksaan hitung leukosit total terdapat gambaran leukopeni (±3000-8000 per mm³), limfositosis relatif, monositosis dan trombositopenia ringan.
32
c) Biakan bekuan darah Bekuan darah dibiakkan pada botol berisi 15 ml kaldu empedu (mengandung 0, 5% garam-garam empedu).
LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2007). a.
Diagnosa kebidanan Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007), meliputi: Balita An. X umur... Tahun, dengan demam tifoid Data dasar Data Subyektif : 1) Ibu mengatakan umur balita.... tahun. 2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin perempuan 3) Ibu mengatakan demam lebih dari seminggu 4) Ibu mengatakan anaknya mual berat dan tidak ada nafsu makan 5) Ibu mengatakan anaknya diare atau mencret, 6) Ibu mengatakan anaknya lemas, pusing dan sakit perut
33
Data Objektif : 1) Keadaan umum
: Keadaan umum kurang baik.
2) Kesadaran
: Gangguan kesadaran
3) Tanda-tanda Vital a) Denyut nadinya : Denyut nadinya 78 x/menit dan tidak menunjukkan adanya peningkatan b) Pernafasan
: Mengalami penurunan
c) Suhu
: Demam tinggi sekitar 39 ˚C – 40 ˚C
4) Kepala
: Ubun-ubun cekung.
5) Muka
: Pucat.
6) Mulut
: Lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
7) Mata
: Kelopak
mata
cekung,
conjungtiva
pucat. 8) Kulit
: Kering
dan
terdapat
Bercak
Rose
didaerah abdomen. 9) Abdomen
: Terjadi pembengkakan hati dan limfa.
10) Pemeriksaan penunjang a) Widal
: Jumlah titer O sebanyak 1/320 Titer
b) Darah tepi
: Terdapat
gambaran
leukopeni
(±3000-8000 per mm³), limfositosis relatif,
monositosis
trombositopenia ringan.
dan
34
c) Biakan bekuan darah : Mengandung 0, 5% garam-garam empedu. b.
Masalah Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai data objektif (Varney, 2007). Masalah yang sering terjadi pada anak dengan demam tifoid adalah kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit (Nursalam, 2013).
c.
Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan muncul setelah dilakukan pengkajian (Varney, 2007). Pada kasus bayi sakit dengan demam tifoid kebutuhannya adalah penggantian cairan tubuh, pencegahan kenaikan suhu, edukasi emosi pada orang tua (Nursalam, 2013).
LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL Mengidentifikasi dengan hati-hati gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi dan mencegah masalahmasalah yang spesifik (Varney, 2007).
35
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit dengan demam tifoid adalah terjadinya komplikasi yang berupa : 1) Perdarahan usus 2) Perforasi 3) Peritonitis (Nursalam, 2013)
LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA ATAU ANTISIPASI Langkah IV ini mengidentifikasikan situasi yang gawat, agar diambil tindakan untuk kepentingan keselamatan jiwa balita (Varney, 2007). Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus balita sulit dengan demam tifoid maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah : 1) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak (Widagdo, 2012). 2) Berkolaborasi
dengan
tim
laboratorium
diperlukan
dalam
menegakkan diagnosis yang tepat. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi dan juga merupakan pengembangan perencanaan Asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya setiap rencana haruslah mencerminkan rasional yang valid berdasarkan pengetahuan (Varney, 2007). Dalam kasus balita sakit dengan demam tifoid, rencana asuhan yang diperlukan adalah :
36
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit Perawatan Umum a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas. b)
Jika kesadaran pasien baik, berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra.
c) Berikan makanan cair per sonde jika kesadarannya menurun dan berikan kalori sesuai kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak. d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, di samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, sementara setengahnya lagi masih per infuse. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa. e) Observasi intake / output.
37
2) Gangguan suhu tubuh a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi. b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuh turun dan diteruskan 2 minggu lagi. c) Atur ruangan agar cukup ventilasi. d) Berikan kompres dingin dengan air kran. e) Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis atau apa yang disukai anak) f)
Berikan pakaian yang tipis.
g) Observasi suhu tubuh. 3) Gangguan rasa aman a) Lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan minum. b) Jika pasien dipasangkan sonde, perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lender mulut dan tenggorokan tidak kering. c) Selain itu, karena lama berbaring maka ketika pasien mulai berjalan mula-mula akan terasa seperti kesemutan. Oleh karena itu, sebelum mulai berjalan pasien harus mulai dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur
38
sambiln berpegangan. Katakan bahwa gangguan itu akan menghilang setelah 2-3 hari mobilisasi. 4) Resiko terjadi komplikasi a) Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat diberikan adalah Kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kg BB/hari yng diberikan 4 kali sehari. Agar berhasil dengan baik, obat harus diberikan setiap 6 jam. Buatkan daftar yang mudah diingat, misalnya pukul 6, 12, 18, 24 dan berikan tanda bila obat telah diberikan. Selain kloramfenikol, alternatif obat lain yang mungkin adalah : (1). Amoksisilin 100 mg/kg BB/ hari secara oral 3x sehari selama 14 hari. (2). Kotrimoksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 2-3x/hari selama 10-14 hari. b) Istirahat Pasien yang menderita tifus abdominalis perlu istirahat mutlak selama demam, kemudian diteruskan 2 minggu lagi setelah suhu turun menjadi normal. Setelah 1 minggu suhu normal, 3 hari kemudian pasien dilatih duduk di pinggir tempat tidur sambil kakinya digoyang-goyangkan. Pada akhir minggu kedua jika tidak timbul demam, pasien boleh mulai belajar jalan mengelilingi tempat tidur. Selama masa istirahat, pengawasan tanda vital mutlak dilakukan 3 kali sehari. Jika terdapat suhu
39
tinggi yang melebihi suhu biasanya, maka ukur suhu ekstra dan catat pada catatan perawatan. Berikan kompres dingin intensif kemudian periksa lagi 1 jam kemudian. Apabila panas tidak turun, hubungi dokter (Nursalam, 2005).
LANGKAH VI : PELAKSANAAN Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana Asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Pada manajemen Asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya Asuhan yang menyeluruh. Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit demam tifoid disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2007).
LANGKAH VII : EVALUASI Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana Asuhan tersebut benar-benar terpenuhi sesuai dengan asuhan kebidanan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Menurut Ngastiyah (2005), umumnya prognosis demam tifoid pada anak adalah baik, asal pasien cepat berobat. Mortalitas demam tifoid yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi baik apabila :
40
1) Demam menurun 2) Kesadaran pulih kembali 3) Tidak terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi, asidosis dan Perforasi
Data Perkembangan Kondisi Klien Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan menurut Varney (2007), pada balita dengan demam tifoid adalah SOAP, adalah sebagai berikut: S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney. Untuk data subyektif dikaji keluhan-keluhan yang dirasakan, biasanya anak mengeluh tidak enak badan, lesu, kurang bersemangat, demam dan nafsu makan berkurang (Yuliani, 2010). O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium uji widal (Yuliani, 2010).
41
A : Analisa Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif pada an. R dalam suatu identifikasi dan masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney. P : Penatalaksanaan Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan
segera,
tindakan
secara
komprehensif,
penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi dari rujukan, sebagai langkah 3, 4, 5, 6, dan 7 Varney (KepMenKes RI No:938/Menkes/SKVII/2007).
C. Landasan hukum Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit demam tifoid, landasan hukum yang digunakan di antaranya : 1.
UU Kesehatan RI No. 23, 1992 pasal 15 yang berisi : a.
Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b.
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan : 1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
42
2) Oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai
keahlian dan
kewenangan untuk dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli. 3) Dengan peraturan keluarga yang bersangkutan 4) Pada sarana kesehatan tertentu. Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus melakukan tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien. 2.
Permenkes Ri Nomor 1464/Menkes /Per/X/2010 Pasal 9 (b) tentang pelayanan kesehatan anak. menurut pasal 11 ayat (1) bidan mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dalam pasal 11 ayat (2) bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk : a.
Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
b.
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c.
Penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan dengan perujukan.
d.
Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
43
e.
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
f.
Pemberian konseling dan penyuluhan
g.
Pemberian surat keteranagn kelahiran.
h.
Pemberian surat keterangan kematian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Jenis studi yang digunakan penulis adalah metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional adalah suatu prosedur berencana yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney dari pengkajian sampai dengan data perkembangannya menggunakan SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus Merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus penelitian ini, lokasi studi kasus dilakukan di Puskesmas Tangen, Sragen.
44
45
C. Subyek Studi Kasus Subjek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akan dikenai kegiatan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek studi kasus ini akan dilakukan pada balita sakit Anak A dengan demam tifoid.
D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Laporan studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan September 2014- Juni 2015.
E. Instrumen Studi Kasus Merupakan penjelasan tentang alat yang akan dipergunakan untuk melakukan pengambilan data yaitu dengan menggunakan format asuhan kebidanan. Pada studi kasus ini penulis menggunakan instrument format asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada bayi balita sakit untuk pengumpulan data dan data perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah : 1.
Data Primer
2.
Adalah data yang diambil secara langsung dari obyek-obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2007).
46
Data primer diperoleh dengan cara : a.
Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi Merupakan proses yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2007). Inspeksi ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki (Notoatmodjo, 2010). 2) Palpasi Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Tangan dari jari-jari adalah instrument yang sensitif (Nursalam, 2007). Dalam hal ini palpasi digunakan untuk mengetahui temperature kulit, kelembapan, vibrasi dan ukuran. Dalam hal ini palpasi dilakukan untuk mengetahui temperature kulit, kelembapan kulit serta memastikan perut jika dicubit kembalinya lambat atau cepat. 3) Perkusi Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetukngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan, perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsisten jaringan (Nursalam, 2007). Pada kasus ini perkusi
47
dilakukan pemeriksaan perut untuk mengetahui perut balita kembung atau tidak. 4) Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2007). Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa frekuensi jantung dan untuk mengetahui bising usus. b.
Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (respon) atau bercakap-cakap
berhadapan
muka
dengan
orang
tersebut
(face to face) (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan pada tenaga medis dengan orang tua balita sakit Anak X dengan demam tifoid dan keluarga dengan menggunakan pedoman manajemen asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney. c.
Observasi Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang berencana, antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada balita sakit dengan demam tifoid ini yang diobservasi adalah tanda tanda vital, keadaan umum, suhu
48
tubuh, intake, outake serta terapi tanda dehidrasi meliputi mata dan turgor kulit. 3. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya. Mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam keadaan dan studi (Notoatmodjo, 2012). a.
Studi kepustakaan Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan dengan demam tifoid terbaru yaitu tahun 2004 – 2012.
b.
Studi dokumentasi Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam studi kasus ini diperoleh didapatkan dari buku catatan rekam medik di Puskesmas Tangen.
49
G. Alat-alat yang dibutuhkan 1.
2.
3.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain a.
Format pengkajian pada balita sakit
b.
Buku tulis
c.
Bolpoint
Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi a.
Alat dan pengukur tinggi badan
b.
Timbangan berat badan
c.
Pita LILA
d.
Stetoskop
e.
Jam tangan
f.
Metlin
g.
Tough spatel
h.
Thermometer
Alat untuk pendokumentasian yang berupa buku catatan Rekam medik di puskesmas.
H. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian adalah jadwal yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian studi kasus yang akan dilengkapi dalam bentuk tabel yang masuk ke dalam lampiran.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus 1. PENGKAJIAN Tanggal
:11 Mei 2015
Pukul : 07.00 WIB
a. Identitas 1) Identitas Pasien a) Nama
: An. R
b) Umur
: 3 Tahun
c) Jenis Kelamin
: Laki-laki
d) Anak Ke
: 1 (Pertama)
2) Identitas Ibu
Identitas Ayah
a) Nama
: Ny. R
Nama
: Tn.A
b) Umur
: 25 Tahun
Umur
: 27 Tahun
c) Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia d) Agama
: Islam
Agama
: Islam
e) Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMA
f)
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
g) Alamat
: Ngrombo RT 05 RW 01 Tangen,Sragen
50
51
b. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Alasan Data ke Puskesmas Pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 06.00 WIB klien di bawa ke IGD Puskesmas Tangen Sragen dengan keluhan panas, pusing, mual, lemes sejak 9 hari yang lalu dan buang air besar 4-5 kali sehari dengan konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu. Ibu mengatakan anaknya sudah pernah periksa di Bidan tanggal 02 Mei 2015 tetapi belum sembuh. Pasien dibawa ke bangsal Puskesmas sekitar jam 08.00 WIB. 2) Riwayat Kesehatan a) Imunisasi (1) BCG
: Tanggal 18 Juli 2012
(2) DPT 1
: Tanggal 18 Agustus 2012
(3) DPT 2
: Tanggal 18 September 2012
(4) DPT 3
: Tanggal 19 Oktober 2012
(5) Polio 1 : Tanggal 18 Juli 2012 (6) Polio 2 : Tanggal 18 Agustus 2012 (7) Polio 3 : Tanggal 18 September 2012 (8) Polio 4 : Tanggal 19 Oktober 2012 (9) Campak : Tanggal 20 April 2013 b) Riwayat Penyakit lalu Ibu mengatakan anaknya pernah menderita sakit panas, batuk, pilek dan diperiksakan ke bidan dan sembuh.
52
c) Riwayat Penyakit sekarang Ibu mengatakan saat ini badan anaknya panas, pusing, mual, lemes sejak 10 hari yang lalu dan BAB 4 kali sehari konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu d) Riwayat Penyakit keluarga/menurun Ibu mengatakan keluarga nya baik dari pihak ibu maupun ayah tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi, stroke, TBC, Hepatitis, Jantung dan tidak ada riwayat penyakit demam tifoid 3) Riwayat Sosial a) Yang mengasuh Ibu mengatakan anaknya diasuh kedua orang tua kandungnya b) Hubungan dengan anggota keluarga Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga baik. c) Hubungan dengan teman sebaya Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebaya baik dan sering bermain. d) Lingkungan rumah Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, kandang ternak berada didalam rumah. jendela tidak pernah dibuka setiap hari.
53
4) Pola Kebiasaan sehari-hari a) Nutrisi (1) Makanan yang disuka Ibu mengatakan makanan yang disukai adalah nasi dengan sayur bayam, dan tempe. (2) Makanan yang tidak disuka Ibu mengatakan anaknya tidak ada makanan yang tidak disukai (3) Pola makan yang digunakan (a) Sebelum Sakit Ibu mengatakan anaknya makan sehari 3 kali, jenis Nasi, Sayur, lauk, porsi banyak dan minum air putih 8 gelas per hari dan susu 2 gelas per hari. (b) Selama sakit Ibu mengatakan anaknya makan dengan porsi sedikit sehari 3 kali, jenis nasi, sayur, lauk dan habis ¼ porsi, minum air putih 4 gelas per hari dan susu 1 gelas perhari b) Istirahat/Tidur (a) Sebelum sakit Pagi
: Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 12.30 WIB lamanya 2 jam
Malam
:
Ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul 20.35 WIB lamanya 8 jam
54
(b) Selama sakit Pagi
: Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 11.00 WIB lamanya 1 jam dan rewel, sering terbangun, susah tidur dan harus digendong ibu.
Malam :
Ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul 21.00 WIB lamanya 6 jam, anaknya sering terbangun di tengah malam karena rewel.
c) Personal Hygiene (1) Sebelum sakit Mandi pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi pukul 07.00 WIB. Mandi sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore pukul 16.00 WIB. (2) Selama sakit Mandi pagi : Ibu mengatakan anaknya hanya disibin dengan air hangat pukul 07.30 WIB Mandi sore : Ibu mengatakan anaknya hanya disibin dengan air hangat pukul 16.00 WIB d) Aktivitas (1) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dalam bermain.
55
(2) Selama sakit
: Ibu mengatakan anaknya tampak lemah dan tidak mau bermain, sering rewel dan gelisah.
e) Eliminasi (1) Sebelum sakit BAB
:
Ibu mengatakan anaknya BAB sehari konsistensi
BAK
1-2 kali
lembek.
: Ibu mengatakan anaknya BAK 3 kali sehari, berwarna kuning pekat, lancar.
(2) Selama Sakit BAB
: Ibu mengatakan anaknya BAB 4 kali sehari, konsistensi cair.
BAK
: Ibu mengatakan anaknya BAK 5-6 kali sehari warna kuning pekat, bau khas urine.
c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) 1) Status Generalis a)
Keadaan umum
: Sedang
b) Kesadaran
: Composmentis
c)
: Suhu
TTV
: 39,5˚C
Nadi
: 110 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
56
2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala (1) Rambut
: Hitam, bersih tidak rontok, Ubun-ubun cekung, tidak ada kelainan
(2) Mata
: Kelopak mata cekung
Conjungtiva
: Pucat
sklera
: Putih
b) Telinga
: Bersih, tidak ada serumen
c) Hidung
: Bersih, tidak ada cuping hidung
d) Mulut
: Bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis.
e) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
f)
: Simetris tidak ada tarikan dinding dada ke dalam,
Dada
tidak ada bercak rose pada abdomen g) Perut
: Turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat (± 5 detik), sedikit kembung, bising usus normal 10 x/menit.
h) Genetalia
: Normal, tidak ada varises dan anus tidak ada haemoroid.
i)
Ekstremitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak oedem, terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan.
57
3) Pemeriksaan Antropometri BB / TB
: 13 Kg / 80 cm
4) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan feses dengan cara Inspeksi : Warna
: Coklat
Bau
: Khas Feses
Konsistensi
: Cair
Lendir
: Negatif, Darah : Positif
2. INTERPRETASI DATA Tanggal
: 11 Mei 2015
Pukul : 08.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan Anak R umur 3 tahun jenis kelamin laki-laki dengan demam tifoid Data Dasar Data Subjektif 1) Ibu mengatakan anaknya umur 3 tahun. 2) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin Laki-laki 3) Ibu mengatakan anaknya panas, pusing, mual, lemes sejak 10 hari yang lalu dan buang air besar 4-5 kali sehari konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu Data Objektif 1) Keadaan umum
: Sedang
2) Kesadaran
: Composmentis
58
3) TTV: a) Suhu: 39,5˚C b) Respirasi: 22 x/menit c) Nadi:110 x/menit Pemeriksaan sistematis 1) Mata
: Kelopak mata Cekung, Conjungtiva : Pucat, sklera Putih
2) Muka
: Pucat
3) Mulut
: Bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis.
4) Perut
: Turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat (±5 detik), sedikit kembung, bising usus normal 10x/menit.
5) Ekstremitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak oedema, akral hangat, terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan. 6) Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan feses) secara Inspeksi. Warna
: Coklat
Darah
: Negatif
Bau
: Khas Feses
Konsistensi
: Cair
Lendir
: Negatif
b. Masalah Gelisah, nafsu makan dan aktivitas menurun, anaknya rewel dan hanya mau digendong ibunya dan susah tidur apabila ibunya tidak disampingnya
59
c. Kebutuhan 1) Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya 2) Mencukupi nutrisi anak yang optimal 3. DIAGNOSA POTENSIAL Tidak ada 4. ANTISIPASI Berkolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas untuk pemberian terapi obat 5. PERENCANAAN Tanggal
: 11 Mei2015
Pukul : 09.00 WIB
a. Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya b. Kaji pola BAB c. Atur ruangan agar cukup ventilasi. d. Anjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak e. Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat f. Pemberian terapi sesuai program dokter. 6. PELAKSANAAN Tanggal a.
: 11 Mei 2015
pukul : 10.00 WIB
Pukul 10.00 Wib memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya bahwa anaknya menderita penyakit tifus yaitu penyakit yang disebabkan oleh masuknya bakteri ke tubuh anaknya yang berasal dari
60
makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri tersebut dari kotoran orang yang sebelumnya terkena tifus yang ditandai dengan gejala panas/demam, mencret, mual, sakit perut dan perlu mendapatkan penanganan yang intensif untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat. Karena penyakit ini bisa menular untuk itu bagi anaknya kalau habis BAB harus mencuci tangan hingga bersih. b.
Pukul 11.00 Wib mengkaji pola BAB dengan cara memberitahu keorang tua apabila anaknya BAB harus menghubungi perawat di ruangan agar bisa dikaji BAB anaknya.
c.
Pukul 12.00 Wib mengatur ruangan agar cukup ventilasi dengan cara membuka jendela setiap pagi hari dan memberi kipas angin diruangan anaknya agar anaknya merasa nyaman dan tidak kepanasan dan agar udara diruangan segar.
d.
Pukul 13.00 Wib menganjurkan ibu agar anaknya minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak sedikit-sedikit tapi sering sampai habis dan diberikan menggunakan sendok atau sedotan dan harus habis.
e.
Pukul 14.00 Wib memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat yaitu bubur, telur ayam kampung, sayur bayam dan tempe.
f.
Pukul 15.00 Wib Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat diberikan adalah : 1)
Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan
61
setiap 6 jam 2)
Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari
3)
Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam
7. EVALUASI Tanggal
: 11 Mei 2015
Pukul : 16.20 WIB
a. Orang tua sudah mengerti tentang penyakit anaknya b. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.20 Wib BAB 2 kali, konsistensi encer, berwarna coklat c. Ruangan sudah cukup ventilasi. d. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.20 Wib Anak sudah minum 3 gelas air putih e. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.20 Wib Anak sudah makan bubur setengah mangkok kecil, 2 telur ayam kampung habis setengah dengan porsi sedang dan anak tidak muntah f. Terapi obat sudah diberikan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan, Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi
62
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal
: 12 Mei 2015
Pukul : 06.30 WIB
S : Data Subjektif 1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 2 kali pada pukul 24.00 – 06.30 WIB , konsistensi encer, berwarna coklat dan sedikit berampas dan buang air kecil 2 kali warna kuning jernih 2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan bubur sebanyak 5 kali suapan dan minum 1 gelas air putih 3. Ibu mengatakan anaknya semalam rewel, mudah terbangun dan tidak bisa tidur O : Data Objektif 1. Keadaan umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
: Suhu : 38,5 ˚C, Respirasi
4. Bising usus
: 8 x/menit
: 32 x/menit
5. Mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya pelan-pelan, bibir dan lidah kering dan kotor 6. Ekstremitas
: Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan
A : Assasment An. R umur 3 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari kedua
63
P : Planning 1. Pukul 07.00 Wib mengkaji pola BAB 2. Pukul 07.15 Wib menjelaskan Keadaan umum dan vital sign 3. Pukul 08.20 Wib memberi kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan temporal 4. Pukul 08.30 WIB menganjurkan ibu anak untuk memakai pakaian yg dapat menyerap keringat pada anaknya 5. Pukul 09.30 WIB meneruskan terapi pengobatan yaitu Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam 6. Pukul 11.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya agar tidak terjadi dehidrasi minum 5-6 gelas/ 24 jam 7. Pukul 12.00 WIB memberi nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat yaitu bubur ayam, sayur bayam, telur kampung, tahu dan susu Evaluasi Tanggal
: 12 Mei 2015
Pukul 13.30 WIB
1. Pukul 06.00 WIB - Pukul 13.30 WIB Pola BAB 2 kali, konsistensi encer, warna coklat 2. Keadaan umum sedang, vital sign pasien: suhu 38,5 ˚C, Nadi : 78 x/menit, respirasi 32 x/menit.
64
3. Anak sudah diberikan kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan temporal 4. Anak memakai pakaian yg dapat menyerap keringat yang berbahan katun 5. Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan, Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi 6. Anak mau untuk banyak minum air putih sebanyak 5 gelas 8. Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat sudah diberikan, yaitu bubur ayam, sayur bayam, telur kampung, tahu dan susu.
DATA PERKEMBANGAN II Tanggal : 13 Mei 2015
Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif 1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 2 kali pada pukul 24.00 – 06.00 WIB , konsistensi encer dan sedikit berampas dan buang air kecil 2 kali warna kuning jernih 2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 5 kali suapan dan minum 2 gelas air putih 3. Ibu mengatakan anaknya semalam rewel, mudah terbangun dan tidak bisa tidur
65
O : Data Objektif 1. Keadaan umum
: Sedang
2.
Kesadaran
: Composmentis
3.
TTV : Suhu : 38˚C, N : 100 x/menit, Respirasi
4.
Bising usus
5.
Mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya masih pelan-pelan, bibir
: 32 x/menit
: 8 x/menit
dan lidah kering dan kotor, kelopak mata terlihat cekung 6.
Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kiri
A : Assasment An. R umur 3 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari ketiga P : Planning 1. Pukul 06.00 WIB Mengkaji pola BAB 2. Pukul 07.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan anaknya banyak minum 5-6 gelas/hari 3. Pukul 08.00 WIB Menganjurkan keluarga untuk tetap mengompres hangat pada axilla dan temporal dan ibu klien tampak mengganti kapas kompres sekali dalam 10 menit 4. Pukul 08.40 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memakaikan pakaian pada anaknya yang bahannya dapat menyerap keringat seperti katun dan kaos 5. Pukul 09.00 WIB Meneruskan terapi pengobatan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer
66
paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam 6. Pukul 12.20 WIB Memberi nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat Evaluasi Tanggal
: 13 Mei 2015
Pukul 13.00 WIB
1. Pukul 06.00 - Pukul 13.00 WIB Pola BAB 2 kali sehari, konsistensi encer, warna coklat 2. Anak sudah banyak minum air putih 6 gelas dan tidak dehidrasi lagi 3. Kompres hangat sudah diberikan 4. Anak sudah memakai baju berbahan katun 5. Obat sudah diberikan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan , Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi 6. Anak sudah makan-makanan yang diberikan, yaitu nasi 1 piring, telur ayam kampung, sayur sop, tempe dan susu
DATA PERKEMBANGAN III Tanggal
: 14 Mei 2015
Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif 1.
Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 1 kali pada pukul 24.00 – 06.00 WIB , konsistensi lunak, berwarna coklat dan buang air kecil 1 kali warna kuning jernih
67
2.
Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 6 kali suapan dan minum 2 gelas air putih
3.
Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, anaknya sudah bisa tidur nyenyak
O : Objektif 1. Keadaan umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV : Suhu
: 37,5˚C, Respirasi : 30 x/menit, Nadi
4. Bising usus
: 8 x/menit
: 95 x/menit
5. Turgor normal, bibir dan lidah normal, kelopak mata sudah tidak cekung 6. Ekstremitas A
: Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan
: Assasment An. R umur 3 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari keempat
P : Planning 1. Pukul 06.00 WIB Mengkaji pola BAB 2. Pukul 07.00 WIB Memantau intake dan output cairan dalam 24 jam 3. Pukul 08.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan minum banyak 5-6 gelas / hari 4. Pukul 08.30 WIB Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk anaknya 5. Pukul 09.00 WIB Meneruskan terapi pengobatan, Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer
68
paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg 6. Pukul 12.00 WIB Memberi nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat yaitu nasi, telur ayam kampung, ikan, sayur serta susu dan buah semangka Evaluasi Tanggal
: 14 Mei 2015
Pukul 13.00 WIB
1. Pukul 06.00 - Pukul 13.00 WIB Pola BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, disertai ampas, warna coklat 2. Makan porsi banyak, Minum 6 gelas/ hari, BAK 3 kali/hari 3. Pasien mau untuk banyak minum air putih sebanyak 6 gelas 4. Kebutuhan cairan yang optimal akan membantu penyembuhan anaknya 5. Terapi obat sudah diberikan yaitu Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan, Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi. 6. Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat sudah diberikan, yaitu nasi, telur ayam kampung, ikan, sayur serta susu dan buah semangka.
69
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal
: 15 Mei 2015
Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif 1.
Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 1 kali pada pukul 24.00 – 06.00 WIB , konsistensi lunak warna hitam kecoklatan dan buang air kecil 1 kali warna kuning jernih
2.
Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 6 kali suapan dan minum 2 gelas air putih
3.
Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, sudah bisa tidur nyenyak
O : Data Objektif 1. Keadaan umum
: Baik
2.
Kesadaran
: Composmentis
3.
TTV : Suhu
: 36,5˚C, Respirasi : 24 x/menit, Nadi: 88 x/menit
4.
Bising usus 9x/menit
5.
Turgor normal, bibir dan lidah normal, kelopak mata sudah tidak cekung
6.
Ekstremitas
: Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan
A : Assasment An. R umur 3 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari kelima post demam tifoid P : Planning 1. Pukul 06.00 WIB Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi ibu anak untuk mempercepat proses penyembuhan. 2. Pukul 07.00 WIB Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah disediakan.
70
3. Pukul 08.00 WIB Menanyakan kepada ibu anak makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya. 4. Pukul 09.00 WIB Meneruskan terapi pengobatan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg dan melepas infuse 5. Pukul 10.00 WIB Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan anak dengan membujuk klien supaya mau makan dan menyuapi klien saat makan. 6. Pukul 11.00 WIB menganjurkan ibu untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar anak mau menghabiskan makanan yang disajikan. 7. Pukul 21.00 WIB Menganjurkan ibu anak agar anak makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga anak tercukupi kebutuhan nutrisinya 8. Pukul 12.20 WIB Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan. 9.
Pukul 14.00 WIB Memberikan pendidikan kebersihan dan lingkungan
10. Pukul 15.00 WIB Memberi obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari 11. Pukul 15.30 WIB Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya kontrol ulang pada tanggal 20 Mei 2015
71
Evaluasi Tanggal : 15 Mei 2015 1.
Pukul 15.00 WIB
Ibu sudah mengerti pentingnya nutrisi bagi ibu anak untuk mempercepat proses penyembuhan.
2.
Anak sudah banyak makan dan sudah menghabiskan makanan sesuai porsi makan yang disediakan
3.
Anak suka makan nasi sayur, bubur kacang ijo dan minum susu dan tidak ada makanan yang tidak disukainya
4.
Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan , Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi dan infuse sudah dilepas
5.
Ibu sudah menyuapi anak saat makan
6.
Ibu bersedia menyajikan makanan yang hangat supaya anak mau makan dan menghabiskan makanannya
7.
Ibu bersedia memberikan anaknya makanan dalam porsi sedikit tapi sering
8.
Ibu dan keluarga bersedia menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan
9.
Ibu sudah mengerti tentang pendidikan kesehatan tentang perawatan penyakit demam tifoid dirumah
10. Obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari sudah diberikan dan Pasien sudah pulang
72
11. Ibu bersedia kontrol ulang pada tanggal 20 Mei 2015 B. PEMBAHASAN KASUS Pada langkah ini akan membahas teori dengan praktek yang penulis ambil yaitu balita sakit pada An. R umur 3 Tahun dengan demam tifoid menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari tujuh langkah yaitu Pengkajian, Interpretasi data, Diagnosa potensial, Tindakan segera / Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Pengkajian Menurut khomsah (2008), tanda dan gejala tifoid antara lain : demam lebih dari seminggu, lidah kotor, kelopak mata cekung, mual berat, sampai muntah, diare atau mencret, lemas, pusing, dan sakit perut. Menurut Kepmenkes No. 364, (2006), pada pasien sakit demam tifoid dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis, dan pemeriksaan widal. Pada kasus ini setelah dilakukan pengkajian berdasarkan data subjektif Ibu mengatakan anaknya umur 3 tahun, panas, pusing, mual, lemes sejak 10 hari yang lalu dan buang air besar 4-5 kali sehari konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu, makan dengan porsi sedikit sehari 3 kali, jenis nasi, sayur, lauk dan habis ¼ porsi, minum air putih 4 gelas per hari dan susu 1 gelas perhari. Data objektif didapatkan Keadaan umum Sedang, kesadaran composmentis, TTV: suhu : 39,5˚C, respirasi : 20 x/menit, Nadi : 100 x/menit, kelopak mata cekung, conjungtiva :
73
pucat, sklera putih, muka pucat, mulut : bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis, dada: simetris tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada bercak rose pada abdomen, perut : turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat (±5 detik), sedikit kembung, bising usus normal :10x/menit, tidak ada varises dan anus tidak ada haemoroid, ekstremitas : jari tangan dan kaki lengkap, tidak oedema, akral hangat, terpasang infus RL 12 tpm di tangan kanan. pemeriksaan penunjang (pemeriksaan feses), warna : coklat, darah : negatif, bau : khas feses, konsistensi : cair, lendir : negatif Pada langkah ini terdapat kesenjangan antar teori dan praktek yaitu pada teori, menurut Kepmenkes No. 364, (2006) melakukan pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis, dan pemeriksaan widal, sedangkan pada kasus ini hanya dilakukan pemeriksaan feses dengan cara inspeksi 2. Interpretasi Data Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007). Masalah yang sering terjadi pada anak dengan demam tifoid adalah kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit (Nursalam, 2013). Pada kasus balita sakit dengan demam tifoid kebutuhannya adalah penggantian cairan tubuh, pencegahan kenaikan suhu, edukasi emosi pada orang tua (Nursalam, 2013).
74
Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah balita An. R umur 3 tahun dengan demam tifoid. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah balita gelisah dan rewel, nafsu makan dan aktivitas menurun. Kebutuhan yang diperlukan adalah Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya, Mencukupi nutrisi anak yang optimal Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antar teori dan praktek. 3. Diagnosa Potensial Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit dengan demam tifoid adalah terjadinya komplikasi yang berupa : Perdarahan usus, Perforasi, Peritonitis (Nursalam, 2013) Pada kasus balita sakit An. R dengan demam tifoid diagnosa potensial nya tidak ada karena tim medis di puskesmas telah memberikan asuhan segera sehingga tidak sampai terjadi diagnosa potensial. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan kasus yang ada di lahan. 4. Antisipasi Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus balita sakit dengan demam tifoid maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah : 1) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak (Widagdo, 2012). 2) Berkolaborasi dengan tim laboratorium diperlukan dalam menegakkan diagnosis yang tepat.
75
Pada kasus ini antisipasi yang dilakukan pada balita sakit Anak. R sakit demam tifoid yaitu berkolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek yaitu pada kasus di atas hanya berkolaborasi dengan dokter umum saja dan tidak ada pemeriksaan laboratorium. 5. Perencanaan Menurut Varney (2007) perencanaan pada balita sakit demam tifoid meliputi kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit perawatan umum yaitu berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas, gangguan suhu tubuh dengan kolaborasi dengan tim medis intuk pemberian obat secara mencukupi, gangguan rasa aman, dengan lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan minum, resiko terjadi komplikasi yaitu amoksisilin 100 mg/kg bb/ hari secara oral 3x sehari selama 14 hari, kotrimoksasol 8-10 mg/kg bb/hari secara oral 2-3x/hari selama 10-14 hari. Perencanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit Anak. R sakit demam tifoid yaitu Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya, Kaji pola BAB , Atur ruangan agar cukup ventilasi, beri kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan temporal, anjurkan ibu anak untuk memakai pakaian yg dapat menyerap keringat pada anaknya, Anjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh manis
76
atau apa yang disukai anak, Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat, Pemberian terapi sesuai program dokter yaitu kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek 6. Implementasi/ Pelaksanaan Pada manajemen Asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya Asuhan yang menyeluruh. Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit demam tifoid disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2007) yaitu memberikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi dan sering memberikan minum, dan memberikan terapi obat amoksisilin 100 mg/kg bb/ hari secara oral 3x sehari selama 14 hari, kotrimoksasol 8-10 mg/kg bb/hari secara oral 2-3x/hari selama 10-14 hari. Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit An. R Sakit demam tifoid meliputi : Memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya, Mengkaji pola BAB , Mengatur ruangan agar cukup ventilasi, Menganjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak, Memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat, Pemberian terapi
77
sesuai program dokter yaitu Kloramfenikol 1 sendok makan selama 10 hari dan Paracetamol 3x1 sehari selama 10 hari dan Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam, Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi ibu anak untuk mempercepat proses penyembuhan, Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah disediakan, Menanyakan kepada ibu anak makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya, Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan anak dengan membujuk klien supaya mau makan dan menyuapi klien saat makan, menganjurkan ibu untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar anak mau menghabiskan makanan yang disajikan, Menganjurkan ibu anak agar anak makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga anak tercukupi kebutuhan nutrisinya, Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau sewaktu makan, Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam tifoid serta perawatan dirumah agar balita dalam tumbuh kembang tidak terhambat, Memberikan pendidikan kebersihan dan lingkungan, memberi obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari dan pasien pulang Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di puskesmas.
78
7. Evaluasi Menurut Ngastiyah (2005), umumnya prognosis demam tifoid pada anak adalah baik, asal pasien cepat berobat. Mortalitas demam tifoid yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi baik apabila : Demam menurun, Kesadaran pulih kembali, Tidak terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi, asidosis dan Perforasi Pada kasus balita sakit an R dengan sakit demam tifoid semua tindakan dilakukan dengan baik dan berhasil dan pasien sembuh dalam waktu 5 hari. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan umum baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak disertai ampas. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.
BAB V PENUTUP
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit demam tifoid, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan khusunya pada balita sakit demam tifoid. A. Kesimpulan 1. Dari hasil pengkajian pengkajian berdasarkan data subjektif Ibu mengatakan anaknya umur 3 tahun, panas, pusing, mual, lemes sejak 10 hari yang lalu dan buang air besar 4-5 kali sehari konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu, makan dengan porsi sedikit sehari 3 kali, jenis nasi, sayur, lauk dan habis ¼ porsi, minum air putih 4 gelas per hari dan susu 1 gelas perhari. Data objektif didapatkan Keadaan umum Sedang, kesadaran composmentis, TTV: suhu : 39,5˚C, respirasi : 20 x/menit, Nadi : 100 x/menit, kelopak mata cekung, conjungtiva : pucat, sklera putih, muka pucat, mulut : bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis, dada: tidak ada bercak rose pada abdomen, pemeriksaan penunjang (pemeriksaan feses), warna : coklat, darah : negatif, bau : khas feses, konsistensi : cair, lendir : negatif
79
80
2. Dari hasil interpretasi data Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah balita An. R umur 3 tahun dengan demam tifoid. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah balita gelisah dan rewel, nafsu makan dan aktivitas menurun. Kebutuhan yang diperlukan adalah Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya, Mencukupi nutrisi anak yang optimal 3. Pada kasus An. R diagnosa potensialnya tidak ada. 4. Pada kasus ini antisipasi yang dilakukan pada balita sakit An. R sakit demam tifoid yaitu berkolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas. 5. Pada kasus An. R perencanaannya adalah Perencanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit Anak. I sakit demam tifoid yaitu Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya, Kaji pola BAB , Atur ruangan agar cukup ventilasi, beri kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan temporal, anjurkan ibu anak untuk memakai pakaian yg dapat menyerap keringat pada anaknya, Anjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak, Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat, Pemberian terapi sesuai program dokter yaitu kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam. 6. Implementasinya pada An.R disesuaikan dengan rencana tindakan Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit An. R Sakit demam tifoid meliputi : Memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya, Mengkaji pola BAB , Mengatur ruangan agar cukup ventilasi,
81
Menganjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak, Memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat, Pemberian terapi sesuai program dokter yaitu Kloramfenikol 1 sendok makan selama 10 hari dan Paracetamol 3x1 sehari selama 10 hari dan Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam, Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi ibu anak untuk mempercepat proses penyembuhan, Melihat dan memperhatikan seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah disediakan, Menanyakan kepada ibu anak makanan apa yang disukai dan yang tidak disukainya, Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan anak dengan membujuk klien supaya mau makan dan menyuapi klien saat makan, menganjurkan ibu untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat agar anak mau menghabiskan makanan yang disajikan, Menganjurkan ibu anak agar anak makan dalam porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga anak tercukupi kebutuhan nutrisinya, Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan, Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam tifoid serta perawatan dirumah agar balita dalam tumbuh kembang tidak terhambat, Memberikan pendidikan kebersihan dan lingkungan, memberi obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari dan pasien pulang 7. Evaluasi Pada kasus balita sakit An.R dengan sakit demam tifoid yaitu semua tindakan dilakukan dengan baik dan berhasil dan pasien sembuh
82
dalam waktu 5 hari. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan umum baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak disertai ampas. 8. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek, yaitu pada langkah : Pengkajian : Pada langkah ini terdapat kesenjangan antar teori dan praktek yaitu pada teori Kamar (2008), dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis, dan pemeriksaan widal, sedangkan pada kasus ini hanya dilakukan pemeriksaan feses dengan cara inspeksi. Alternatif pemecahan masalahnya yaitu di lahan seharusnya di lengkapi dengan pemeriksaan laboratorium agar dalam mendiagnosa suatu penyakit bisa lebih akurat. Diagnosa potensial: Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada teori Nursalam (2013), pada kasus demam tifoid terdapat ko mplikasi yang berupa: Perdarahan usus, Perforasi, Peritonitis, sedangkan pada kasus ini tidak ada diagnosa potensialnya.Antisipasi: Berdasarkian diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus balita sakit dengan demam tifoid maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah : 1) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak (widagdo, 2012) 2) Berkolaborasi
dengan
tim
laboratorium
diperlukan
dalam
menegakkan diagnosa yang tepat. Pada kasus ini terdapat kesenjangan yaitu antisipasi yang dilakukan
83
hanya berkolaborasi dengan dokter umum saja.
9. Alternatif
pemecahan
masalah
yaitu
dilahan
hanya
menggunakan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan feses dan asuhan kebidanan yang baik dan komprehensif dan dilakukan pemantauan pada pola BAB sehingga pasien dapat sembuh.
C. Saran 1. Bagi Puskesmas Puskesmas untuk lebih ditingkatkan kualitasnya dalam pelayanan kesehatan khususnya pada kasus demam tifoid, dan ditambah fasilitas laboratorium untuk menunjang diagnosa yang lebih akurat dan jika ada kasus tentang penyakit anak bisa berkolaborasi dengan dokter spesialis anak. 2. Pada ibu balita Diharapkan ibu balita dapat mengetahui lebih awal tanda-tanda demam tifoid dengan datang ke tenaga kesehatan sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berlanjut dan bagi ibu untuk memperhatikan kesehatan anaknya untuk mencegah penyakit sejak dini, menjaga pola makan, dan menjaga kebersihan. 3. Bagi Institusi Diharapkan dapat memperbanyak bahan pustaka tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit demam tifoid sesuai dengan perkembangan teori-teori yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Aden R. 2010. Seputar Penyakit dan Gangguan Pada Anak. Yogyakarta: Hanggar Kreator. Alimul, Hidayat. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini tumbuh Kembang AnakDi Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/SK/V/2006. Jakarta: Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:938/SK/VII/2007. Jakarta: Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor PER/X/2010. Jakarta: Depkes RI.
1464/
World Health Organization, 2009. Diagnosis of typhoid fever. Dalam : Background document : The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever.;7-18, 2009 Hadinegoro, S.R. 2008. Demam Tifoid pada Anak: Jakarta: Salemba Medika. Hendri, Algerina. 2009. Diagnosis Demam Tifoid. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Azis. A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Kamar, K. 2008 Metode Diagnostik Tifoid pada Anak.. Jakarta: Salemba Medika. Khomsah, 2008. Penyakit Demam Tifoid. http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html. Diakses tanggal 12 Maret 2012. Matondang. 2009. Imunisasi Pada Anak. Jakarta: EGC. Maryunani, A. 2010. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya.
84
85
Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Pramitasari, Okky, P. 2013. Journal Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid pada Penderita yang Dirawat di RSUD Ungaran. Semarang. Semarang. Priharjo, Robert. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Buku kedokteran: EGC. Purwandari. 2014. Perkembangan Balita. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Riwidikdo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka. Saifuddin, A.B. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Buku Panduan Praktis. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Sodikin. 2012. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Gastrointestinal & Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika. Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI. Swasanti, N. 2013. Pertolongan Pada Anak Sakit. Depok: Kata Hati Sutomo B, Anggraini DY. 2010. Menu Sehat Alami untuk Balita dan Batita. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Varney, H. 2007. Varney’s Midwifery fourth Edition. New York, Jones and Bartlet Publisghers. Widagdo. 2012. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya. Widodo, D. Demam Tifoid. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.p.1752-57. Rita Maharani, 2012. Asuhan kebidanan balita sakit An. D. Stikes Kusuma Husada. Thesis.