ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN DI RSUD KOTA SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Ratih Chandra Dewi NIM B13082
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
HALAMAN PERSETUJUAN
KaryaTulisIlmiah
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN DI RSUD KOTA SURAKARTA
Diajukan Oleh: Ratih Chandra Dewi NIM B13 082
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal 9 Juni 2016
Pembimbing
Wahyu Dwi Agussafutri, SST, MPH NIK 201286112
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN DI RSUD KOTA SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah
DisusunOleh: Ratih Chandra Dewi NIM B13 082
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Padatanggal :
Penguji I
Penguji II
Siti Nurjanah, SST ., M.Keb
Wahyu Dwi Agussafutri, SST, MPH
NIK 201188093
NIK 201286112
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui Ka. Prodi DIII Kebidanan
Siti Nurjanah,SST., M.keb NIK 201188093
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berjudul : “Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit pada Balita An. A Umur 3 Tahun dengan Diare Dehidrasi Ringan di RSUD Kota Surakarta Tahun 2016”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Wahyu Dwi Agussafutri, SST,M.PH, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.
Dr. Willy Handoko Widjaja, MARS, Direktur RSUD Kota Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam pengambilan data.
5.
Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh
karena
itu
penulis
membuka
saran
demi
kemajuan
penelitian
selanjutnya.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, 2016
Penulis
iv
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016 Ratih Chandra Dewi B13 082 ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA BALITA ANAK A UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN DI RSUD KOTA SURAKARTA xi + 74 halaman + 13 lampiran + 2 tabel INTISARI Latar Belakang:Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan progam KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. Penyebab AKB maupun AKABA tersering adalah diare (25,5%). Angka kejadian diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta sebanyak 75 anak (70,09%). Anak sakit diare dengan dehidrasi ringan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang intensif agar angka kesakitan dan kematian menurun. Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada An. A umur 3 tahun dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta menurut Varney. Metode Penelitian : Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Lokasi di RSUD Kota Surakarta. Waktu bulan oktober 2015 – mei 2016. Subjek adalah An. A umur 3 tahun dengan diare dehidrasi ringan. Instrumen yang digunakan format asuhan kebidanan pada balita sakit dan SOAP. Teknik pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder. Hasil Studi Kasus : Setelah diberikan asuhan selama 5 hari di dapatkan hasil bahwa anak tidak rewel lagi, keadaan umum baik, ubun-ubun dan mata tidak cekung, muka tidak pucat, mulut tidak kering, perut tidak kembung, turgor normal dan BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak di sertai ampas. Kesimpulan :Asuhan kebidanan pada balita sakit An. A umur 3 tahun dengan diare dehidrasi ringan yang dilaksanakan dengan cepat dan benar sehingga dapat mencegah terjadinya diare dehidrasi berat. Dalam tindakan segera asuhan kebidanan terdapat kesenjangan teori dan kenyataan lapangan yaitu Tindakan antisipasi pada balita sakit An. A dengan dehidrasi ringan adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak berupa pemberian infus RL 500cc/6 jam, terapi injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam. : Asuhan kebidanan, bayi balita sakit, diare dengan dehidrasi ringan Kepustakaan : 31 literatur ( Tahun 2005 - 2015 ) Kata Kunci
v
MOTTO 1.
Kebahagiaan yang sederhana itu, membuat orang tersenyum dan kembali bersemangat untuk masa depan (penulis)
2.
Berlarilah dan kejarlah mimpimu yang kamu inginkan, kerja kerasmu dan usahamu akan tuhan bayar dengan harga yang pantas suatu saat nanti (penulis)
3.
Allah merahasiakan masa depan, agar kita terus berusaha dan terus bersabar (penulis)
4.
Allah selalu memberikan kelebihan di balik kekurangan, dan allah selalu memberikan kekuatan di balik kelemahan (penulis)
5.
Man jadda wa jadda (penulis) PERSEMBAHAN Dengan segela rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan : 1.
Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancarandi setiap kesulitan yang saya hadapi.
2.
Kepada Alm. Bapakku tercinta yang selalu saya rindukan kehadirannya dan kasih sayangnya.
3.
Kepada ibuku yang amat saya cintai dan yang selalu memberi segalanya untukku, terima kasih buat kasih sayangmu, pengorbananmu, dan supportmu terhadap anakmu, ibu harta terindah yang saya miliki.
4.
Kepada adikku tersayang Hermawan Yulianto Prabowo yang selalu menjadi penghibur dikala rasa jenuh dan letih melandaku.
5.
Kepada semua sahabatku tercinta, yang mungkin tak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih buat semua supportnya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, dan terima kasih selalu menghadirkan pelangi dalam kehidupanku.
6.
Almamater tercinta. vi
CURICULUM VITAE
Nama
: Ratih Chandra Dewi
Tempat / Tanggal Lahir
: Boyolali, 8 Maret 1995
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Kenteng, RT 02 / RW 09, Sidomulyo, Ampel, Boyolali
Riwayat Pendidikan
:
1.
SD NEGERI SIDOMULYO 1 BOYOLALI
LULUS TAHUN 2007
2.
SMP NEGERI 1 AMPEL
LULUS TAHUN 2010
3.
SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI
LULUS TAHUN 2013
4.
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2013
vii
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
INTISARI .......................................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................
vi
CURICULUM VITAE ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL. .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
3
C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................
3
D. Manfaat Studi Kasus.................................................................
5
E. Keaslian Studi Kasus ...............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis .............................................................................
8
1.
Balita .................................................................................
8
2.
Diare ..................................................................................
13
3.
Diare Dehidrasi Ringan. ....................................................
17
B. Teori Manajemen Kebidanan ...................................................
19
C. Landasan Hukum .....................................................................
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus .....................................................................
38
B. Lokasi Studi Kasus ..................................................................
38
C. Subjek Studi Kasus ..................................................................
38
D. Waktu Studi Kasus ..................................................................
39
vii
viii
E. Instrumen Studi Kasus .............................................................
39
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
39
G. Alat- alat Yang Digunakan ......................................................
43
H. Jadwal Penelitian .....................................................................
43
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus. .........................................................................
44
B. Pembahasan. ..............................................................................
66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ...............................................................................
71
B. Saran ..........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pemberian oralit berdasarkan usia ................................................... 18 Tabel 2.2 Pemberian oralit berdasarkan usia ................................................... 33
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dari RSUD Kota Surakarta
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6.
Lembar Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7.
Lembar Persetujuan Pasien dalam Pengambilan Kasus
Lampiran 8.
Lembar Format Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit
Lampiran 9
Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Lampiran 11. Leaflet Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Lampiran 12 Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 13. Lembar Konsultasi
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (AKN) Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 40/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).Angka tersebut lima kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia, Filipina, dan Thailand. Data Kementrian Kesehatan menyebutkan, terjadi disparitas AKB yang cukup besar antar provinsi di Indonesia.AKB terbesar adalah di Sulawesi Barat dengan AKB sebanyak 74 per 1.000 kelahiran hidup dan AK Balita 96 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut empat kali lebih besar dibanding daerah lain yang jumlah AKB dan AK Balitanya paling rendah, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan AKB 19 per 1.000 kelahiran hidup dan AK balita 22 per 1.000 kelahiran hidup (Suryani dan Tiurna, 2014). Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan
tingkat
permasalahan
balita,
tingkat
pelayanan
KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan progam KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2012). Sedangkan di seluruh
1
2
negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25/1000 kelahiran hidup (SDGs 2015). Penyebab AKB maupun AKABA tersering adalah diare (25,5%) pneumonia(15,5%), Necroticans Entero Colitis (NEC) (10,7%),TB dan malaria (9,7%), meningitis (8,8%), DBD (6,8%), Campak (5,8%),dan juga tenggelam (4,9%) (Riskesdes, 2007). Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.Balita dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah dari empat kali buang air besar
(Sudarti
dan Fauziah, 2012). Balita mudah terserang penyakit diare disebabkan oleh perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan cara penyiapan makanan yang tidak semestinya. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius, karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air dan daging, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi, bila dehidrasi tidak diatasi bisa mengakibatkan kematian. Dehidrasi merupakan penyebab kematian kedua pada balita diseluruh dunia, satu dari lima balita setiap tahunnya meninggal karena mengalami dehidrasi, Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare dengan dehidrasi pada bayi dan balita di Indonesia, salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan
3
air,
dan
kondisi
rumah
(Adisasmito,
2007;
Evayanti
dkk,
2014;
Lapolisa dan Pakasi, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Oktober 2015 di RSUD Kota Surakarta angka kejadian diare 107 kasus dengan rincian kasus diare dehidrasi ringan 75 anak (70,09%), kasus diare dehidrasi sedang 27 anak (25,23%) dan kasus diare dehidrasi berat5anak (4,67%). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit Pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan di RSUD Kota Surakarta”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit Pada An. A dengan Diare Dehidrasi Ringan di RSUD Kota Surakarta dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Hellen Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus 1.
Tujuan Umum Dapat memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit Pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan menurut manajemen kebidanan 7 langkah hellen varney.
4
2.
Tujuan Khusus a.
Diharapkan penulis mampu : 1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada An. A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. 2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada An. A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. 3) Mengidentifikasimasalah/diagnosis
potensial
dan
penanganan pada An. A dengan siare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. 4) Menerapkan tindakan segera pada An. A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada An. A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. 6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada An. A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dicapai pada kasus An. A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada An. A dengan diare dehidrasi ringan.
5
D. Manfaat studi kasus 1.
Bagi penulis Dapat menerapkan teori yang didapat dibangku kuliah dalam praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman langsung dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan.
2.
Bagi Profesi Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan sehingga angka kesakitan dan kematian dapat turun.
3.
Bagi Institusi a.
Rumah Sakit Dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Kebidanan pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan.
b.
Pendidikan Menambah kepustakaan tentang Asuhan Kebidanan pada An.A dengan Diare Dehidrasi ringan.
E. Keaslian studi kasus Karya tulis ilmiah ini tentang asuhan kebidanan pada kasus balita sakit dengan diare dehidrasi ringan pernah dilaksanakan oleh : 1.
Warsiti (2009), dengan judul ”Asuhan Kebidanan pada Balita An. M Sakit Diare Dehidrasi Ringan di RSUD Kota Surakarta”. Dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh langkahVarney. Pada tinjauan kasus penulis ditemukan diagnosa anak M umur 4 tahun dengan
6
diare dehidrasi ringan, gejala awal anak tersebut rewel, nafsu makan menurun, BAB lebih dari tiga kali dengan tinja cair, nadi cepat, anak terlihat lemas dan demam. Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan terapi obat menurut advis dokter, memberikan oralit atau cairan yang mengandung elektrolit, jika peroral tidak dapat diberikan maka memasang infuse RL atau NaCl, memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diare serta perawatan dirumah, kebersihan perorangan dan lingkungan agar ibu dapat memberikan pertolongan pertama pada anaknya. 2.
Anjani Nauormaary (2014), dengan judul ”Asuhan kebidanan pada Balita An.A umur 9 bulan 22 hari Sakit Diare Dehidrasi Ringan di Puskesmas Umbulharjo Yogyakarta”. Dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh langkah Varney. Pada tinjauan kasus penulis ditemukan diagnosa anak A umur 9 bulan 22 hari dengan diare dehidrasi ringan, gejala awal anak tersebut malas menyusu, rewel, BAB lebih dari empat kali
dan
mengalami
demam.
Tindakan
yang
dilakukan
yaitu
mengobservasi pasien selama 3 jam dan memberikan oralit atau cairan yang mengandung elektrolit,meminta ibunya untuk tetap menyusui bayinya, jika peroral tidak dapat diberikan maka memasang infuse RL atau NaCl, memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu cara membuat oralit di rumah, menjaga kebersihan anaknya, dan juga menjaga kebersihan lingkungan agar ibu dapat mencegah terjadinya penyakit pada anaknya.
7
Persamaan dalam studi kasus diatas yaitu, instrumen studi kasus dengan
menggunakan
manajemen
kebidanan
7
langkah
varney.Sedangkan perbedaan dalam studi kasus diatas yaitu subjek studi kasus, lokasi studi kasus, waktu pelaksanaan studi kasus, dan juga penatalaksanaan dalam pemberian asuhan.
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Teori Medis 1.
Balita a.
Pengertian Balita Menurut Susilaningrum dkk (2013), pada masa ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 1-3 tahun (masa kanakkanak/toddler) dan usia 3-5 tahun.Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya (Kemenkes RI, 2011).
b.
Tahapan perkembangan Balita Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI 2011). Menurut Kemenkes RI (2011), tahapan perkembangan balita meliputi : 1) Umur 12-18 bulan a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
8
9
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali c) Berjalan mundur 5 langkah d) Menumpuk 2 kubus e) Memasukkan kubus dikotak f)
Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menanggis
g) Memperlihakan rasa cemburu 2) Umur 18-24 bulan a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung c) Bertepuk tangan, melambai-lambai d) Menumpuk 4 kubus e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk f)
Menggelindingkan bola kearah sasaran
g) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti h) Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga i)
Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
3) Umur 24-36 bulan a) Jalan naik tangga sendiri b) Dapat bermain dan menendang bola kecil c) Mencoret-coret pensil pada kertas d) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata e) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
10
f)
Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
g) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah i)
Melepas pakaiannya sendiri
4) Umur 36-48 bulan a) Berdiri 1 kaki 2 detik b) Melompat kedua kaki diangkat c) Mengayuh sepeda roda tiga d) Menggambar garis lurus e) Menumpuk 8 buah kubus f)
Mengenal 2-4 warna
g) Menyebut nama, umur, tempat h) Mengerti arti kata diatas, dibawah, didepan i)
Mendengarkan cerita
j)
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan l)
Mengenakan sepatu sendiri
m) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju 5) Umur 48-60 bulan a) Berdiri 1 kaki 6 detik b) Melompat-lompat 1 kaki
11
c) Menari d) Menggambar tanda silang e) Menggambar lingkaran f)
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g) Mengancing baju atau pakaian boneka h) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu i)
Senang menyebut kata-kata baru
j)
Senang bertanya tentang sesuatu
k) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar l)
Bicaranya mudah dimengerti
m) Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya n) Menyebut angka, menghitung jari o) Menyebut nama-nama hari p) Berpakaian sendiri tanpa dibantu q) Menggosok gigi tanpa dibantu r)
Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
c. Pertumbuhan fisik Balita Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes RI, 2011).
12
1) Berat badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting untuk mengetahui keadaan status gizi anak.Selain itu, dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur, misalnya, apakah anak dalam keadaan normal dan sehat.Keuntungan lainnya adalah pengkurannya mudah, sederhana dan murah (Susilaningrum dkk, 2013). 2) Tinggi badan Tinggi badan untuk anak kurang dari dua tahun sering diistilahkan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata ± 50cm. Pada tahun pertama pertambahannya 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir). Penambahan tersebut berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup cepat, yaitu pada wanita 525 cm/tahun, sedangkan laki-laki sekitar 10-30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Susilaningrum dkk, 2013). 3) Lingkar kepala Ukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan otak.Pertumbuhan ukuran lingkar kepala umumnya mengikuti
pertumbuhan
otak,
sehingga
bila
ada
hambatan/gangguan pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan
13
otak biasanya juga terhambat. Berat otak janin saat kehamilan 20 minggu diperkirakan 100 gram, waktu lahir sekitar 350 gram, pada usia 1 tahun hampir mencapai 3 kali lipat, yaitu 925 gram atau mencapai 75% dari berat seluruhnya. Pada usia 3 tahun sekitar 1.100 gram dan pada 6 tahun pertumbuhan otak telah mencapai 90% (1.260 gram). pada usia dewasa, berat otak mencapai 1.400 gram (Susilaningrum dkk, 2013). 2. Diare a. Pengertian Diare Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar. Komplikasi diare antara lain, dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, rejatan hipovolemik, hipokalemika (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah dan bradikardi), intolenransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase, hipoglikemi, kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik, malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik biasanya penderita mengalami kelaparan). (Sudarti, 2010).
14
b. Tanda klinis Menurut MTBS (2008), tanda klinis diare yaitu : 1)
Gelisah
2)
Rewel
3)
Mudah marah
4)
Haus, minum dengan lahab
5)
Mata cekung
6)
Cubitan kulit perut kembali lambat
c. Etiologi Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu : 1.
Faktor Infeksi a.
Infeksi enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi : 1) Infeksi bakteri
: vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. 2) Infeksi virus Enterovirus (virus ECHO) Coxsaekre, Polomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan sebagainya. 3) Infeksi parasit cacing (Ascaris Irichiuris, Oxyuris, Strongylodies)
Protozoa
(Entamoeba
Histolytica,
15
Giardia
Lamblia,
Trochomonas
homisis),
jamur
(Candida Albicans). 2.
Malabsorbsi a) Karbohidrat
: disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). Monosakarida ( intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa. b) Lemak c) Protein 3.
Makanan, misalnya basi, beracun, alergi.
4.
Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas.
d. Patogenesis Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah
:
1) Gangguan ostimotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare. 2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan
16
terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare. 3) Gangguan molititas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga. e. Komplikasi Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), komplikasi diare yaitu
:
1) Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah, apabila penurunan volume darah mencapai 15% BB – 25% BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah 2) Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meterismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada pemeriksaan EKG 3) Hipoglikemia 4) Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena vili mukosa usus halus 5) Kejang
17
6) Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan 7) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, dehidrasi mempunyai klasifikasi sebagai berikut : 1) Diare dengan dehidrasi berat 2) Diare dengan dehidrasi sedang 3) Diare dengan dehidrasi ringan
3. Diare Dehidrasi Ringan Menurut
Saputra
(2013),
dehidrasi
adalah
kondisi
ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstraselular, tetapi proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Dehidrasi dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kekurangan asupan cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium), kelebihan asupan zat terlarut dapat menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan serta pengeluaran keringan yang banyak dalam waktu lama. Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut. a) Dehidrasi isotonik jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang b) Dehidrasi hipertonik jumlah cairan yang hilang lebih besar daripada jumlah elektrolit yang hilang .
18
c) Dehidrasi hipotonik jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan volume ekstrasel (hipovolume) dan perubahan hematokrit. Pada diare dengan dehidrasi ringan balita akan kehilangan cairan sebanyak 5% dari berat badan atau sekitar 1,5 – 2 liter. Balita juga mengalami penurunan berat badan sekitar 3% (30 ml/kg), keadaan umum balita juga mengalami penurunan, balita sering rewel, penurunan nafsu makan dan mulutnya terlihat kering (Susilaningrum dkk, 2013). Menurut MTBS (2008), tindakan yang di perlukan untuk menangani diare dengan dehidrasi ringan adalah sebagai berikut : 1. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B). a. Berikan oralit dan observasi diklinik selam tiga jam dengan sekitar 75 ml/kgBB atau berdasar usia anak. Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan dalam tiga jam pertama adalah sebagai berikut : Tabel 2. 1 Pemberian oralit berdasarkan usia Sampai 4 bulan (< 6 kg) 200 – 400 ml
4-12 bulan (6-< 10 kg) 400 – 700 ml
Sumber : Susilaningrum dkk (2013).
12-24 bulan (10-<12 kg) 700 – 900 ml
2-5 tahun (12-19 kg) 900 – 1400 ml
19
Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan.Anak dibawah enam bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air matang sekitar 100 – 200 ml selama periode ini. b. Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas (ukuran 200 ml) air matang. c. Lakukan penilaian setelah anak diobservasi tiga jam. Bila membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk, segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera.
B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Estiwidani dkk, 2008). 2. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan Proses manajemen kebidanan menurut (Estiwidani dkk, 2008), terdiri
dari
7
menginterpretasi
langkah data,
yaitu:
mengumpulkan
mengidentifikasi
diagnosa,
semua
data,
menetapkan
20
tindakan segera, menyusun rencana asuhan, pelaksanaan dan mengevaluasi. Manajemen kebidanan 7 langkah varney, meliputi : Langkah I : Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan kebidanan pada pasien (Varney, 2007). Pada analisis untuk mengevaluasi keadaan meliputi
:
Identitas Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). Identitas tersebut meliputi : 1) Nama Balita
: diperlakukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar – benar anak yang dimaksud. Nama harus jelas dan lengkap juga nama panggilan akrabnya.
2) Umur
: perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai
kekhasannya
sendiri
dalam
morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan
untuk
menginterprestasikan
apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya. 3) Jenis kelamin
: jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk penilaian data pemeriksaan klinis.
21
4) Nama orang tua
: agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain mengingat banyak nama anak yang sama.
5) Agama
: berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianutnya.
6) Pendidikan
: selain sebagai tambahan identitas informasi tentang pendidikan orang tua baik ayah maupun
ibu,
dapat
menggambarkan
keakuratan data yang diperoleh serta dapat ditentukan
pola
pendekatan
dalam
anamnesis. 7) Pekerjaan
: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi.
8) Alamat
: untuk mengetahui di mana lingkungan tempat tinggalnya.
a.
Anamnesa (Data Subjektif) Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). 1) Keluhan utama Diperiksa untuk mengetahui masalah yang dihadapi, berkaitan
dengan
yang
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
dirasakan
pasien
22
Keluhan utama balita dengan diare dehidrasi ringan yaitu ibu mengatakan anaknya mengalami BAB 4-10 kali dengan konsistensi cair(Susilaningrum dkk, 2013). a) Riwayat Kesehatan (1) Imunisasi Suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukkan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral (Dewi, 2012). (2) Riwayat Penyakit Lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat
atau
penyakit
akut,
kronis
sebelumnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (3) Riwayat Penyakit Sekarang Data-data ini diperlakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini (Ambarwati dan Wulandari 2010). (4) Riwayat Penyakit Keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya gangguan
pengaruh
penyakit
kesehatan
Wulandari, 2010).
pasien
keluarga
terhadap
(Ambarwati
dan
23
b.
Riwayat Sosial Dikaji untuk mengetahui siapa yang mengasuh balita, hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu dengan ibu, ayah serta anggota keluarga yang lain, hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar rumah serta untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c.
Riwayat Kebiasaan Sehari-hari 1) Pola Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan Wulandari,2010). Balita harus mendapat nutrisi yang cukup, baik secara oral maupun parenteral (Susilaningrum dkk, 2013). 2) Pola istirahat/tidur Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur dalam sehari apakah ada gangguan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada balita dengan diare dehidrasi
ringan
cenderung
mengantuk
dan
gelisah
(Sudarti, 2010). 3) Pola personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah anak selalu menjaga kebersihan tubuhnya, dalam sehari anak mandi berapa kali
24
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada balita dengan diare dehidrasi ringan mandi tetap sehari dua kali. 4) Pola aktivitas Menggambarkan
pola
aktivitas
pasien
sehari-
hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada balita dengan diare dehidrasi ringan tidak banyak aktivitasnya karena
balita
cenderung
lemas
dan
gelisah
dengan
keadaannya (Sudarti, 2010). 5) Pola eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi,warna dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada balita dengan diare dehidrasi ringan buang air besarnya dengan frekuensi yang tidak normal yaitu frekuensinya meningkat dan
konsistensi
tinja
yang lebih
lembek
atau
cair
(Suharyono, 2008). a. Pemeriksaan Fisik Balita (Data Objektif) Data objektif adalah data yang didapat pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). Data objektif tersebut meliputi :
25
1) Status Generalis a) Keadaan umum Untuk mengetahui respon pasien terhadap lingkungan dan orang lain (Sulistyawati, 2009).Pada anak dengan diare dehidrasi ringan keadaan umumnya lemah, gelisah, rewel (Sudarti, 2010). b) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien (Sulistyawati, 2009). c) Tanda-tanda vital Diperiksa untuk mengkaji suhu, nadi, dan pernafasan (Sulistyawati, 2009). (1)
Suhu Untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 36,5 °C sampai 37,2°C. Bila suhu tubuh lebih dari 37,2°C disebut demam atau febris (Astuti, 2012). Pada balita dengan diare dehidrasi ringan suhunya naik lebih dari 37,2 °C (Sudarti,2010).
(2)
Nadi Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri. Frekuensi nadi normal 60-100 kali per menit (Astuti, 2012). Pada balita dengan diare
26
dehidrasi
ringan
nadi
cepat
dan
melemah
(Sudarti, 2010). (3) Pernafasan Pernafasan dinilai dari sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit, pernafasan normal 4060x/menit (Dewi, 2011). Pada balita dengan diare dehidrasi ringan pernafasannya lebih cepat, lebih dari 60 kali per menit (Sudarti, 2010). d. Berat badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting untuk mengetahui keadaan status gizi anak. Selain itu, dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur, misalnya, apakah anak dalam keadaan normal dan sehat. Keuntungan lainnya adalah pengkurannya mudah,sederhana dan murah (Susilaningrum dkk 2013). Pada balita dengan diare dehidrasi ringan biasanya berat badannya menurun,karena kehilangan cairan dalam tubuh (Sudarti, 2010). e. Tinggi badan Tinggi badan untuk anak kurang dari dua tahun sering diistilahkan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan
normalnya
48-52
cm
pada
tahun
pertama
pertambahannya 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir).
27
Penambahan tersebut berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup cepat, yaitu pada wanita 5-25 cm/tahun, sedangkan laki-laki sekitar 10-30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Susilaningrum dkk, 2013). 2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala Pemeriksaan kepala menurut Sulistyawati (2009) meliputi: (1) Rambut Dikaji untuk mengetahui warna rambut klien, kebersihan rambut dan rambut mudah rontok atau tidak. (2) Muka Meliputi pemeriksaan oedema (Astuti, 2012). (3) Mata Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sklera, kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan. Pada balita dengan diare dehidrasi ringan mata mengantuk dan cekung (Sudarti, 2010).
28
(4) Hidung Dikaji untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau tidak, apakah
klien alergi terhadap
debu atau tidak.Pada balita dengan diare dehidrasi ringan tampak hidung bernafas cepat (Sudarti, 2010). (5) Telinga Dikaji
kebersihan
dan
ada
tidak
gangguan
pendengaran. (6) Mulut Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien. Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-pecah), mengkaji lidah klien tentang warna dan kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan, caries atau gangguan pada mulut (bau mulut).Pada balita dengan diare dehidrasi ringan mulut tampak kering (Sudarti, 2010). b) Leher Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena atau tumor (Astuti, 2012).
29
c) Dada Dikaji untuk menentukan terdapat tumor atau tidak, simetris atau tidak. Pemeriksaan retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri tekan (Astuti, 2012). d) Abdomen Adakah pembesaran hati dan limfe (Jenny dkk, 2013). e) Genetalia Pada laki-laki apakah testis sudah turun, pada perempuan apakah labia mayora menutupi labia minora. f) Anus Apakah anus berlubang, adakah kelainan. g) Ekstremitas Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Atas dikaji ada atau tidak gangguan/ kelainan dan bentuk. Bawah dikaji bentuk, oedema dan varices (Sulistyawati, 2009).
3. Pemeriksaan Antropometri Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antropometri meliputi : 1) Lingkar kepala
: tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
30
2) Lingkar dada
: tujuan pengukuran lingkar dada anak adalah untuk
mengetahui
anak
mengalami
keterlambatan pertumbuhan atau tidak. 3) Panjang badan
: tujuan pengukuran
panjang badan anak
adalah untuk mengetahui tinggi badan anak. 4. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik
yang
meliputi
pemeriksaan
laboratorium
serta
terapi
(Nursalam, 2008). Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan laboratorium meliputi : 1) Darah (Hb, leukosit, trombosit) 2) Feses
Langkah II : Interpretasi Data Mengidentifikasi masalah dari data yang ada untuk menentukan diagnose yang akurat. Yang terdiri dari diagnosa, masalah dan kebutuhan (Varney, 2007). a.
Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur diagnosa kebidanan (Estiwidani dkk, 2008).Dalam kasus ini adalah Balita An. X umur X tahun dengan diare dehidrasi ringan.
31
Data Dasar : 1) Data Subjektif Data subjektif adalah didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu system interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).Ibu mengatakan anaknya BAB lebih dari 3 kali/hari, merasa haus terus menerus, rewel, gelisah, kadangkadang muntah serta nafsu makan menurun (MTBS 2008). 2) Data objektif Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).Pada pasien balita dengan diare dehidrasi ringan keadaan umumnya rewel, gelisah, lemah.Sedangkan tanda-tandi vital meliputi suhunya meningkat, nadi cepat dan melemah, pernafasannya cepat, dan berat badannya menurun (Sudarti, 2010). b.
Masalah Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh klien yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa (Estiwidani dkk, 2008).Masalah yang umum muncul pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan adalah gelisah, rewel, mudah marah, haus minum
32
dengan lahab, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat (MTBS, 2008). c.
Kebutuhan Kebutuhanadalah hal-hal yang dibutuhkan pasien berdasarkan keadaan
dan
masalahnya
(Sulistyawati,
2009).Balita
harus
mendapat nutrisi yang cukup,baik secara oral maupun parenteral (Susilaningrum dkk, 2013).
Langkah III : Diagnosa Potensial Langkah ini merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya dan bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Varney, 2007) Pada kasus balita dengan diare dehidrasi ringan potensial terjadi diare dehidrasi sedang bahkan bisa ke diare dehidrasi berat (Sudarti, 2010).
Langkah IV : Tindakan Segera Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan bidan atau konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan yang abnormal (Varney, 2007). Menurut MTBS (2008), tindakan yang dapat dilakukan pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan adalah : 1.
Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B).
33
a. Berikan oralit dan observasi diklinik selam tiga jam dengan sekitar 75 ml/kgBB atau berdasar usia anak. Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan dalam tiga jam pertama adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Pemberian oralit berdasarkan usia Sampai 4 bulan (< 6 kg) 200 – 400 ml
4-12 bulan (6-< 10 kg) 400 – 700 ml
12-24 bulan (10-<12 kg) 700 – 900 ml
2-5 tahun (12-19 kg) 900 – 1400 ml
Sumber : Susilaningrum dkk (2013).
Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan.Anak dibawah enam bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air matang sekitar 100 – 200 ml selama periode ini. b. Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas (ukuran 200 ml) air matang. c. Lakukan penilaian setelah anak diobservasi tiga jam. Bila membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk, segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera.
34
Langkah V : Rencana Tindakan Direncanakan
asuhan
yang
menyeluruh
berdasarkan
langkah
sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuatkan harus berdasarkan pertimbangan yang tepat (Varney, 2007). Rencana tindakan yang dilakukan pada balita dengan diare dehidrasi ringan menurut Susilaningrum dkk (2013), meliputi : 1. Berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak. 2. Mengobservasi vital sign. 3. Memonitor pemeriksaan laborat (elektrolit dan berat jenis urin). 4. Mengobservasi muntah dan berak tiap empat jam. 5. Memberikan minum tidak terlalu dingin maupun panas sesering mungkin. 6. Pasang infuse RL atau Nacl jika berkelanjutan.
Langkah VI : Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan (Wildan dan Hidayat, 2008). Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Menurut Susilaningrum dkk (2013), langkah yang perlu dilaksanakan meliputi : 1.
Berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
35
2. Mengobservasi vital sign meliputi, suhu pasien, pernafasan pasien, dan juga nadi pada pasien. 3. Memonitor pemeriksaan laborat (elektrolit dan berat jenis urin). 4. Mengobservasi muntah dan berak tiap empat jam. 5. Memberikan minum tidak terlalu dingin maupun panas sesering mungkin, biasanya teh yang encer. 6. Pasang infuse RL atau Nacl jika berkelanjutan.
Langkah VII : Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2008). Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai
dengan
diidentifikasi dalam diagnosa
kebutuhan
sebagaimana
telah
36
DATA PERKEMBANGAN
Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP. Menurut Rukiyah (2014), antara lain : S
: Subjektif Subjektif menggambarkan pendokumentasian
hanya pengumpulan data
klien melalui anamnesa. O
: Objektif Objektif menggambarkan dokumentasi hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment, diagnosa dan masalah serta kebutuhan.
A
: Assessment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam satu identifikasi berupa diagnosa atau masalah.
P
: Planning Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P), pelaksanaan (P), dan evaluasi (E) berdasarkan analisis.
37
C. Landasan Hukum Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang terhadap hukum (mal praktik), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan pada balita, landasan hukum yang digunakan yaitu : 1. Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. ASUHAN PADA BAYI DAN BALITA Kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun). a. Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak. b. Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaanya. c. Menjelaskan kepada orang tua tentang tindakan yang di lakukan. d. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan. 2. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia,
No.
1464/MENKES/PER/X/2010, pasal 11, pelayanan kesehatan anak meliputi : a.
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
b.
Pemberian konseling dan penyuluhan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan studi kasus yaitu laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal, pada kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan bayi balita sakit pada balita anak A umur 3 tahun dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. Dengan manajemen 7 langkah Varney dan data perkembangan dengan SOAP (Notoatmodjo, 2012).
B. Lokasi Studi Kasus Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut akan dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang akan digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di RSUD Kota Surakarta.
C. Subjek Studi Kasus Subjek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah balita sakit anak A dengan Diare Dehidrasi Ringan.
38
39
D. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan oktober 2015 - mei 2016.
E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang akan digunakan dalam melakukan studi kasus ini adalah format asuhan kebidanan pada bayi balita sakit 7 langkah varney dan data perkembangan SOAP, lembar dokumentasi pasien atau lembar status pasien.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
mengumpulkan
data
(Notoatmodjo, 2012).
data
yang
merupakan akan
cara
dilakukan
penelitian dalam
untuk
penelitian
40
Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu : 1.
Data Primer Data primer adalah secara langsung diambil dari subjek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini meliputi : a.
Pemeriksaan fisik Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan pasien secara sistematis, antara lain : 1) Inspeksi Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik
dengan
menggunakan
indra
penglihatan,
pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi pada kasus ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki. 2) Palpasi Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba tangan, jari, adalah suatu instrument yang sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran. Pada kasus ini dilakukan palpasi pada turgor dan perut. 3) Auskultasi Auskultasi
adalah
pemeriksaan
dengan
jalan
mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan
41
menggunakan stetoskop. Pada kasus ini auskultasi dilakukan untuk memerisa frekuensi jantung dan untuk mengetahui bising usus. 4) Perkusi Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi yang bertujuan untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada kasus ini perkusi dilakukan pemeriksaan perut untuk mengetahui perut balita kembung atau tidak. b.
Observasi Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pada kasus Diare Dehidrasi Ringan observasi akan dilakukan dengan mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital (nadi, respirasi, suhu), dan pola BAB. Observasi pada studi kasus ini direncanakan dilakukan secara teratur setiap hari dari pasien masuk hingga pulang.
42
c.
Wawancara Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan secara langsung kepada pasien dan keluarga pasien.
2.
Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh dengan cara : a.
Dokumentasi Dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak resmi
(Notoatmodjo,
2012).
Pengambilan
studi
kasus
ini
menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di RSUD Kota Surakarta berupa nomor registrasi pasien, riwayat kesehatan. b.
Studi kepustakaan Bahan pustaka merupakan hal yang pentingdalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2013).
43
Studi kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang Diare Dehidrasi Ringan tahun 2005 – 2015.
G. Alat yang Digunakan Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain: 1.
Alat dan bahan untuk wawancara: a.
Format asuhan kebidanan pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan.
2.
b.
Alat tulis (buku dan bolpoint).
c.
Buku register di RSUD Kota Surakarta.
Alat dan bahan untuk observasi a.
Termometer.
b.
Stetoskop.
c.
Jam tangan.
H. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian adalah dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian terlampir.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS Tanggal
: 25 Februari 2016
Tempat
: RSUD Kota Surakarta
Pukul
: 14.00 WIB
I. PENGKAJIAN Tanggal
: 25 Februari 2016
pukul : 14.00 WIB
A. IDENTITAS 1. IDENTITAS ANAK a. Nama
: An. A
b. Umur
:3 tahun
c. Anak ke
: Kedua
d. Jenis kelamin
: Perempuan
e. Alamat
: Tegalasri 5/22 Banjarsari, Surakarta
2. IDENTITAS IBU
IDENTITAS AYAH
a. Nama
: Ny. U
Nama
:Tn. A
b. Umur
: 33 tahun
Umur
: 34 tahun
c. Agama
: Islam
Agama
: Islam
d. Sukubangsa
: Indonesia
Sukubangsa
: Indonesia
e. Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
f. Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
g. Alamat
:Tegalasri 5/22 Banjarsari, Surakarta 44
45
B. ANAMNESA(DATA SUBJEKTIF) 1. Alasan datang ke rumah sakit: ibu mengatakan anaknya buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi cair, ada lendir, dan sedikit ampas, badannya lemes, gelisah, nafsu makan dan aktifitas menurun, tidak mau minum, dan muntah 2 kali di sertai demam. 2. Riwayat Kesehatan a. Imunisasi • BCG
:Tanggal20 - 05 – 2013
• DPT 1
:Tanggal 20 - 06 – 2013
• DPT 2
:Tanggal 20 - 07 – 2013
• DPT 3
:Tanggal 20 - 08 – 2013
• Polio 1
:Tanggal 20 - 05 – 2013
• Polio 2
:Tanggal 20 - 06 – 2013
• Polio 3
:Tanggal 20 - 07 – 2013
• Polio 4
:Tanggal 20 - 08 – 2013
• Hepatitis B1
:Tanggal 20 - 04 – 2013
• Hepatitis B2
:Tanggal 20 - 07 – 2013
• Hepatitis B3
:Tanggal 20 - 01 – 2014
• Campak
:Tanggal 24 - 12 – 2013
• Imunisasi lain
: tidak ada.
b. Riwayat penyakit lalu: ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit berat, pernah menderita sakit batuk, pilek dan demam tetapi dapat sembuh setelah diberi obat dari bidan.
46
c. Riwayat penyakit sekarang: ibu mengatakan anaknya sudah 2 hari buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi cair. Sebelumnya sudah di bawa ke tempat bidan dan sudah di berikan obat tetapi tidak ada perubahan kemudian di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. d. Riwayat penyakit keluarga: ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun seperti asma, hipertensi, DM, dan jantung, kemudian penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS. 3. Riwayat sosial, ibu mengatakan : a. Yang mengasuh Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri bersama suaminya. b. Hubungan dengan anggota keluarga Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya baik. c. Hubungan dengan teman sebaya Ibu mengatakan anaknya senang bermain dengan teman sebayanya. d. Lingkungan rumah Ibu mengatakan lingkungan di sekitar rumahnya sehat, dan terjaga kebersihannya.
47
4. Pola kebiasaan sehari-hari (sebelumsakitdanselamasakit) a. Nutrisi 1) Sebelum sakit Ibu mengatakan anaknya makan 3 kali sehari dengan porsi sedang yaitu nasi/ bubur, sup dan kadang buah serta susu. 2) Selama sakit Ibu mengatakan anaknya makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit yaitu nasi/ bubur, dan susu tetapi makannya agak susah. 3) Pola makan yang di gunakan
:
a) Pagi (1) Sebelumsakit : jam 07.30 WIB, berupa nasi 1 porsi piring kecil,
sayur
dan
lauk
daging
1
buah,minum susu dan air putih ½ gelas. (2) Selama sakit :
jam 07.30 WIB, berupa nasi setengah porsi piring kecil dan lauk sup dan telur. Minum teh ½ gelas, tetapi agak susah untuk makan dan minumnya.
b) Siang (1) Sebelum sakit
: jam 12.00 WIB, berupa nasi 1 porsipiring kecil dan sayur dan lauk tempe,
telur.
Minum
air
putih
sebanyak 1 gelas dan makan buah pisang
48
(2) Selama sakit
: jam 13.30 WIB, berupa nasi setengah porsi piring kecil, sup dan lauk tahu dan daging. Minum teh hangat 1 gelas, tetapi agak susah untuk makan dan minumnya.
c) Sore (1) Sebelum sakit
: jam 16.00 WIB, berupa nasi 1 porsi piring kecil, sayur, lauk telur. Minum susu 1 gelas.
(2) Selama sakit
: 17.00 WIB, berupa nasi setengah porsi piring kecil,sup dan lauk daging. Minum 1 gelas teh hangat, tetapi agak susah untuk makan dan minumnya.
b. Istirahat/tidur 1) Sebelum sakit Tidur siang
: Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 12.30 WIB lamanya ± 2 jam per hari.
Tidur malam
: ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul 20.00 WIB lamanya ± 8 jam per hari.
2) Selama sakit
: Ibu mengatakan anaknya sering rewel dan tidurnya kurang nyenyak.
49
c. Mandi 1) Sebelum sakit Mandi pagi
: ibu mengatakan anaknya mandi pagi pukul 08.00 WIB, dan selalu ganti pakaian.
Mandi sore
: ibu mengatakan anaknya mandi sore pukul 16.30 WIB, dan selalu ganti pakaian.
2) Selama sakit Mandi pagi
: ibu mengatakan anaknya hanya disibinpukul 09.00 WIB dan ganti pakaian.
Mandi sore
: ibu mengatakan anaknya hanya disibin pukul 15.00 WIB dan ganti pakaian.
d. Aktivitas 1) Sebelum sakit Ibu mengatakan anaknya sangat aktif ketika diajak bermain. 2) Selama sakit Ibu mengatakan selama sakit aktivitas anaknya menurun, sering rewel dan gelisah. e. Eliminasi 1) Sebelum sakit BAK
: ibu mengatakan anaknya BAK 4 – 5 kali per hari, warna kuning jernih.
BAB
: ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali per hari dengan konsistensi lunak.
50
2) Selama sakit BAK
: ibu mengatakan anaknya BAK 3 – 4 kali per hari, warna kuning dan lancar.
BAB
: ibu mengatakan anaknya BAB 5 kali per hari dengan konsistensi cair, ada lendir dan sedikit ampas.
C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status generalis a. Keadaan umum
: sedang
b. Kesadaran
: composmentis
c. TTV
: nadi = 132x/ menit, respirasi = 24x/ menit, suhu = 39 ºC
d. BB/TB
: 10 kg/ -
2. Pemeriksaan sistematis a. Kepala
: ubun-ubun agak cekung.
b. Muka
: muka agak pucat.
c. Mata
: kanan kiri simetris, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, mata sedikit cekung.
d. Telinga
: bersih, kanan kiri simetris, tidak ada serumen.
e. Hidung
: kanan dan kiri simetris terdapat cairan/ lendir berwarna bening dan encer.
51
f. Mulut
: bibir dan lidah tampak kering.
g. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
h. Dada
: simetris, tidak ada tarikan dinding dada waktu bernafas, suara terdengar serak.
i. Perut
: tidak kembung, turgor pada perut jika di cubit kembalinya dalam waktu dua detik.
j. Ekstremitas
: tidak oedema, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada kelainan.
k. Genetalia
: labia mayora sudah menutupi labia minora
l. Anus
: berlubang
3. Pemeriksaan tingkat perkembangan a. Kemampuan gerak kasar
:
1) Bermain bola 2) Berjalan mengikuti garis lurus 3) Berlari, melompat 4) Melempar benda-benda kecil ke atas 5) Berjalan dengan baik b. Kemampuan gerak halus 1) Menyusun balok-balok 2) Mencoret-coret 3) MenggambarMakan pakai sendok 4) Ambil manik-manik di tunjukkan
52
4. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan darah 1) Hb
: 13,3 gr/dl
2) Leukosit
:10,60 ribu/mm^3
3) Trombosit
: 433 ribu/mm^3
b. Pemeriksaan feses 1) Warna
: coklat
2) Konsistensi
: cair
3) Lendir
: positif
4) Darah
: negatif
II. INTERPRETASI DATA Tanggal
: 25 Februari 2016
pukul : 15.30 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN Anak A umur 3 tahun, sakit diare dengan dehidrasi ringan. Data Dasar DS
:
Ibu mengatakan anaknya buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi cair,ada lendir, dan sedikit ampas, badannya lemas, rewel, gelisah, nafsu makan danaktifitas menurun dan muntah 2 kali sehari di sertai demam. DO
:
1.
KU
: sedang
2.
Kesadaran
: composmentis
53
3.
Vital sign
: nadi = 132x/ menit, respirasi = 24x/ menit, suhu = 39 ºC
4.
BB
: 10 kg
5.
Ubun-ubun agak cekung
6.
Muka agak pucat.
7.
Mata kanan kiri simetris, konjungtiva merah muda,sklera berwarna putih, mata sedikit cekung.
8.
Mulut, bibir dan lidah tampak kering.
9.
Perut tidak kembung, turgor pada perut jika di cubit kembalinya dalam waktu dua detik.
B. MASALAH Ibu mengatakan anaknya gelisah, nafsu makan dan aktivitasnya menurun.
C. KEBUTUHAN 1. Pemberian cairan dan elektrolit, 2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal. 3. Pemberian terapi sesuai advis dokter.
III. DIAGNOSA POTENSIAL Potensial terjadi diare dengan dehidrasi sedang.
54
IV. TINDAKAN SEGERA Tidak ada
V. PERENCANAAN Tanggal
: 25 Februari 2016
pukul : 15.30 WIB
1. Observasi keadaan umum dan vital sign pasien. 2. Observasi pola BAB dalam sehari. 3. Anjurkan ibu untuk memberi nutrisi cukup. 4. Anjurkan ibu memberi asupan cairan cukup dengan tetap memberikan minum. 5. Anjurkan ibu tetap menjaga personal hygiene dengan mandi/sibin, ganti pakaian bila basah dan juga mengajarkan ibu kompres air dingin pada daerah lekukan. 6. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi. 7. Dokumentasi tindakan pada rekam medik pasien.
VI. PELAKSANAAN Tanggal
: 25 Februari 2016
pukul : 17.30 WIB
1.
Mengobservasi keadaan umum dan vital sign pasien.
2.
Mengobservasi pola BAB dalam sehari.
3.
Menganjurkan ibu untuk memberikan nutrisi cukup.
4.
Menganjurkan
ibu
untuk
tetapmemberikan minum.
memeberi
asupan
nutrisi
dengan
55
5.
Menganjurkan ibu tetap menjaga personal hygiene dengan mandi/ sibin, ganti pakaian bila basah dan menganjurkan ibu melakukan kompres air dingin pada anaknya di daerah lekukan meliputi ketiak dan leher.
6.
Memberikan terapi sesuai advis dokter spesialis anak yaitu infuse RL 500cc/6 jam, terapi injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C.
7.
Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien.
VII. EVALUASI Tanggal
: 25 Februari 2016
pukul : 17.30 WIB
1.
Keadaan umum pasien : sedang, kesadaran : composmentis.
2.
BAB 5 kali dengan konsistensi cair, warna kuning kecoklatan.
3.
Ibu bersedia memberikan kebutuhan nutrisi pada anaknya.
4.
Ibu bersedia memberikan asupan minum yang banyak.
5.
Ibu bersedia menjaga personal hygiene pada anaknya dengan di sibin danselalu ganti pakaian bila basah dan anaknya sudah di kompres dengan air dingin di daerah lekukan di bagian leher dan ketiak.
6.
Terapi yang di berikan sudah di minumkan.
7.
Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien.
56
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal S
: 26 Februari 2016
Pukul
:08.00 WIB
: Subjektif 1.
Ibu mengatakan anaknya buang air besar 4 kali sehari, konsistensi cair dan sedikit ampas.
O
2.
Ibu mengatakan anaknya masih lemes dan rewel.
3.
Ibu mengatakan anaknya susah makan dan susah minum.
4.
Ibu mengatakan anaknya masih demam.
: Objektif 1.
keadaan umum sedang, kesadaran composentis, TTV: suhu= 38ºC, nadi= 110x/menit, respirasi= 26x/ menit.
2.
Muka pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, ubunubun agak cekung, mata sedikit cekung, mulut tampak lembab, perut tidak kembung, turgor pada perut jika di cubit kembalinya dalam waktu dua detik.
3.
A
Pada tangan kiri terpasang infus 28 tpm.
: Assesment Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari kedua.
57
P
: Planning Tanggal 1.
: 26 Februari 2016
Pukul
: 08.15 WIB
Mengobservasi keadaan umum dan vital sign. Hasil : Keadaan umum sedang, vital sign pasien dengan suhu = 38ºC, nadi = 110x/ menit, respirasi = 26x/ menit.
2.
Mengobservasi tetesan infus 28 tpm. Hasil : Tetesan infus lancar 28 tpm.
3.
Mengobservasi pola BAB. Hasil : Pola BAB 4 kali sehari dengan konsistensi cair, warna kuning kecoklatan.
4.
Menganjurkan pada ibu untuk memberikan minum oralit apabila anaknya masih muntah dan BAB. Hasil : Ibu bersedia memberikan minum oralit sesuai takaran yang di anjurkan yaitu 100 ml atau ½ gelas sedang.
5.
Memberikan diet ekstra berupa bubur dan tempe. Hasil : Memberikan diet ekstra yaitu bubur dan tempe.
6.
Meneruskan terapi dokter yaitu pemberian injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam, cefotaxim 250 mg/ 8 jam, LBio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C. Hasil : Pemberian injeksi sudah di berikan.
7.
Menganjurkan ibu untuk memberikan minum yang banyak pada anaknya.
58
Hasil : Anak sudah di berikan minum ± 2 gelas sedang. 8.
Menganjurkan ibu melakukan kompres air dingin pada anaknya di daerah lekukan. Hasil : Anak sudah di kompres dengan air dingin di daerah lekukan meliputi daerah ketiak dan leher.
9.
Memonitor tanda dehidrasi apabila masih dehidrasi berikan infuse RL 300cc/ jam. Hasil : Sudah memonitor dehidrasi dan hasilnya sudah tidak dehidrasi.
10. Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien. Hasil : Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien.
59
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal
S
: 27 Februari 2016
Pukul
: 08.00 WIB
: Subjektif 1.
Ibu mengatakan anaknya BAB 3 kali sehari dengan konsistensi cair di sertai ampas.
O
2.
Ibu mengatakan anaknya masih lemes dan rewel.
3.
Ibu mengatakan anaknya masih demam.
4.
Ibu mengatakan makan dan minumnya masih sedikit.
: Objektif 1.
Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, TTV: suhu = 37ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/ menit.
2.
Muka masih pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, ubun-ubun dan mata masih agak cekung, mulut tampak lembab, perut tidak kembung, turgor kulit jika di cubit kembalinya dalam waktu dua detik.
3.
A
Pada tangan kiri masih terpasang infuse 28 tpm.
: Assesment Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari ketiga.
60
P
: Planning Tanggal 1.
: 27 Februari 2016
Pukul
: 08.15 WIB
Mengkaji keadaan umum dan vital sign pasien. Hasil : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, vital sign pasien dengan suhu = 37ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/ menit.
2.
Meneruskan terapi dokter berupa pemberian pemberian injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam, cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C. Hasil : pemberian injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam, cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C sudah di berikan.
3.
Memberikan oralit apabila anak masih BAB. Hasil : Oralit sudah di berikan yaitu 100 ml setelah anak BAB
4.
Memberikan nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat. Hasil : Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat sudah di berikan yaitu nasi, sayur, dan telur.
5.
Mengkaji pola BAB. Hasil : Anak sudah BAB 3 kali sehari dengan konsistensi cair di sertai ampas sedikit.
61
6.
Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien. Hasil : Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien.
62
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal S
: 28 Februari 2016
Pukul
: 09.00 WIB
: Subjektif 1.
Ibu mengatakan anaknya BAB 2 kali sehari dengan konsistensi lunak dan berwana kuning kecoklatan.
O
2.
Ibu mengatakan anaknya sudah agak membaik, masih rewel.
3.
Anaknya sudah tidak demam lagi.
: Objektif 1.
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: suhu = 36,5ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/menit.
2.
Muka tidak pucat, konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, mata tidak cekung, mulut tampak lembab, perut tidak kembung dan turgor kulit normal.
3.
A
Masih terpasang infus di tangan kiri 28 tpm.
: Assesment Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari keempat.
63
P
: Planning Tanggal 1.
: 28 Februari 2016
Pukul
: 09.30 WIB
Mengakaji keadaan umum dan vital sign pasien. Hasil : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, vital sign pasien dengan suhu = 36,5ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/ menit.
2.
Memberikan terapi cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C. Hasil : cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C sudah di berikan.
3.
Menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya. Hasil : Anak sudah minum air putih 3 gelas.
4.
Memberikan nutrisi yang mengandung energi dan protein dan tinggi serat. Hasil : Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat sudah di berikan yaitu nasi, sayur, tempe, dan ayam.
5.
Mengkaji pola BAB. Hasil : Anak sudah BAB 2 kali sehari dengan konsistensi cair di sertai ampas sedikit.
6.
Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien. Hasil : Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien
64
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal
S
: 29 Februari 2016
Pukul
: 09.00 WIB
: Subjektif 1.
Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak di sertai ampas.
2.
O
Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel dan aktif jika di ajak main.
: Objektif 1.
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: suhu = 36,4ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 24x/ menit.
2.
Muka tidak pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, ubun-ubun dan mata tidak cekung, mulut lembab dan perut tidak kembung serta turgor kulit normal.
3.
A
Infus sudah di lepas.
: Assesment Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari kelima.
65
P
: Planning Tanggal 1.
: 29 Februari 2016
Pukul
: 09.15 WIB
Mengkaji keadaan umum dan vital sign pasien. Hasil : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, vital sign pasien dengan suhu = 36,4ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 24x/ menit.
2.
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu oralit apabila anak masih mengalami BAB / muntah, L-Bio 2x1, paracetamol apabila anak mengalami panas. Hasil : Obat sudah di berikan kepada ibunya untuk di bawa pulang.
3.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diare pada balita serta cara perawatan di rumah agar tumbuh kembang balita tidak terhambat dan memberikan pendidikan kebersihan perorangan dan lingkungan. Hasil : Ibu sudah mengerti tentang penyakit diare pada balita serta cara perawatan di rumah dan kebersihan perorangan serta lingkungan.
4.
Memperbolehkan anak di bawa pulang. Hasil : Anak sudah bisa di ajak pulang.
66
B. PEMBAHASAN Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada balita An. A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta selama 5 hari, penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak melakukan Pengkajian, Interpretasi Data, Diagnosa Potensial, Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut : 1.
Pengkajian Menurut Sudarti (2010), tanda dan gejala diare dengan dehidrasi ringan antara lain : Data Subjektif :BAB lebih dari 3 kali sehari, penderita merasa haus, terlihat gelisah, nafsu makan menurun, mudah marah, dan rewel. Data Objektif :Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali lambat. Pada kasus ini setelah di lakukan pengkajian berdasarkan Data Subjektif : An. A buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi cair, rewel, gelisah, nafsu makan menurun, aktivitasnya menurun dan muntah 2 kali sehari di sertai demam, Data Objektif : Keadaan umum : sedang, mata cekung, mulut kering, dan cubitan kulit perut kembali lambat. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.
67
2.
Interpretasi Data Dalam kasus ini di peroleh diagnosa kebidanan yaitu An. A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan.Masalah yang umum muncul pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan adalah gelisah, rewel, mudah marah, haus minum dengan lahab, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat (MTBS, 2008). Masalah yang muncul dalam kasus ini adalah ibu mengatakan anaknya gelisah, nafsu makan dan aktivitasnya menurun.Kebutuhan pada An. A berupa pemberian cairan dan elektrolit serta meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal.Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.
3.
Diagnosa Potensial Pada kasusbalitadengandiaredehidrasiringanpotensialterjadidiaredehidrasiseda ngbahkanbisakediaredehidrasiberat
(Sudarti,
2010).Pada
kasus
ini
diagnosa potensial tidak terjadi diare dengan dehidrasi berat, karena adanya antisipasi/ tindakan yang cepat dan tepat, sehingga pada langkah ini tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktik. 4.
Tindakan Segera/ Antisipasi Menurut MTBS (2008), tindakan yang dapat dilakukan pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan/ sedang adalah berikan oralit dan observasi diklinik selama tiga jam dengan sekitar 75 ml/kgBB atau berdasar usia anak. Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan
68
menggunakan sendok.Tindakan antisipasi pada balita sakit An. A dengan dehidrasi ringan adalah tidak dilakukan tindakan segera apapun, karena keadaan anak tidak terjadi diagnosa potensial.Pada langkah ini terdapat kesenjangan teori dan praktik karena perbedaan pada pemberian terapi di teori dan pada tempat praktik tidak dilakukan tindakan segera karena belum terjadi ke diagnosa potensial. 5.
Perencanaan Rencana tindakan yang dilakukan pada balita dengan diare dehidrasi ringan menurut Susilaningrum dkk (2013), meliputi : a.
berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
b.
mengobservasi vital sign.
c.
memonitor pemeriksaan laborat.
d.
mengobservasimuntah dan berak.
e.
memberikan minum tidak terlalu dingin maupun panas sesering mungkin.
f.
pasang infuse RL atau Nacl jika berkelanjutan.
Pada An. Asakit diare dengan dehidrasi ringan perencanaannya berupa : a.
berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
b.
mengobservasi keadaan umum dan vital sign.
c.
memonitor pemeriksaan laborat meliputi darah dan feses.
d.
mengobservasi tetesan infus.
e.
mengobservasi pola BAB.
f.
menganjurkan ibu untuk memberikan banyak air putih padaanaknya.
69
g.
memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi, protein serta tinggi serat.
Pada langkah ini antara teori dan praktik tidak terdapat kesenjangan, karena yang di lakukan sesuai dengan teori. 6.
Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan (WildandanHidayat, 2008). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit diare dengan dehidrasi ringan ini di sesuaikan dengan rencana tindakan. Pelaksanaan yang di lakukan pada kasus balita sakit diare dengan dehidrasi ringan sudah di lakukan berdasarkan perencanaan yang telah di susun penulis.Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.
7.
Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan (WildandanHidayat, 2008).Pada kasus ini semua tindakan yang di lakukan berhasil dengan baik dan pasien sembuh dalam waktu 5 hari. Setelah di lakukan evaluasi di dapatkan hasil bahwa anaknya sudah tidak rewel lagi, keadaan umum baik, ubun-ubun tidak cekung, mulut lembab/ tidak kering, perut tidak kembung, turgor normal dan BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak di sertai dengan
70
ampas, sehingga pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita An. A sakit diare dengan dehidrasi ringan selama 5 hari dengan menerapkan manajemen Varney dapat di ambil kesimpulan : 1.
Berdasarkan pengkajian data yang di peroleh An. A di dapatkan hasil yaitu Data Subjektif : Anak buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi cair, lemas, rewel, gelisah, nafsu makan dan aktivitas menurun dan muntah 2 kali sehari di sertai demam, sedangkan Data Objektif : Nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/ menit, suhu = 39ºC, mukapucat, mata cekung, mulut kering, hidung terdapat cairan jernih dan encer, dan turgor pada perut jika di cubit kembalinya pelan-pelan.
2.
Dalam interpretasi data di peroleh diagnosa kebidanan yaitu anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan terdapat masalah yang muncul yaitu anak gelisah, rewel, nafsu makan dan aktivitas menurun. Kebutuhan yang di berikan yaitu pemberian cairan dan elektrolit dan meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal.
3.
Diagnosa potensial pada An. A sakit diare dengan dehidrasi ringan tidak terjadi karena antisipasi serta tindakan yang cepat dan tepat.
4.
Antisipasi/ tindakan segera yang di berikan pada An. A yaitu tidak ada, karena anak tersebut belum mengarah ke diagnosa potensial.
71
72
5.
Perencanaan yang di berikan pada balita An. A yaitu berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak, observasi keadaan umum dan vital sign, observasi tetesan infus dan pola BAB, anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya, berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein serta tinggi serat dan berikan terapi sesuai advis dokter.
6.
Pelaksanaan dalam pemberian asuhan pada balita An. A dengan perencanaan yang telah di tetapkan sehingga di peroleh hasil yang maksimal.
7.
Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada balita An. A sakit diare dengan dehidrasi ringan selama 5 hari, di dapatkan hasil bahwa anak tidak rewel lagi, keadaan umum baik, ubun-ubun dan mata tidak cekung, muka tidak pucat, mulut tidak kering, perut tidak kembung, turgor normal dan BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak di sertai ampas.
8.
Hasil dari asuhan kebidanan pada balita An. A sakit diare dengan dehidrasi ringan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus di lahan yaitu pada tindakan segera.
73
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa saran yang bermanfaat : 1.
Bagi ibu dan keluarga a.
Perlu peningkatan pemahaman tentang penyakit diare pada balita dengan dehidrasi ringan, bahaya diare dengan dehidrasi ringan dan segera membawa ke petugas kesehatan bila balita mengalami tanda bahaya.
b.
Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan dan penanganan segera pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan.
2.
Bagi bidan/ tenaga kesehatan Bidan atau tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit diare dengan dehidrasi ringan sehingga dapat melakukan antisipasi/ tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan.
3.
Untuk institusi a.
Bagi RSUD Di sarankan agar rumah sakit dapatmempertahankan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan diare dehidrasi ringan secara optimal melalui penanganan yang cepat dan tepat.
74
b.
Pendidikan Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada balita sakit diare dengan dehidrasi ringan dan penanganan yangdapat di jadikan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia: Systematic Reviewpenelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara, Kesehatan, Vol. 11, NO.1, Juni 2007. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok Ambarwati, E. R dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra Cendikia. Anjani Nauormaary, 2014. Asuhan kebidanan pada Balita An.A umur 9 bulan 22 hari Sakit Diare Dehidrasi Ringan di Puskesmas Umbulharjo Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (kehamilan). Yogyakarta : Rohima Press. Diakses tanggal 1 November 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia. 2008 Departemen Kesehatan RI. Dewi, V. N. L. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Kementrian Kesehatan RI. www.kemenkes.go.id Estiwidani, D, Meilani, N, Widyasih, H, dan Widyastuti, Y. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Evayanti, N. K. E, Purna, I. N, dan Aryana, I. K. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Yang Berobat Ke Badan Rumah Sakit Umum Tabanan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 no 2, November 2014. Jurusan kesehatan lingkungan poltekes Denpasar. Denpasar IBI. 2006. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI. Kementrian kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Menkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta. Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2008, Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika. Riskesdes. 2007. Penyebab Kematian Balita.(online). Available:www.digilib.unimus.ac.id/download.Jtpunimus-gdl-afifahnimg7416-2-babi.pdf. Diakses tanggal 5 November 2015. Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. Rukiyah, A. Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : CV. TRANS INFO MEDIA. Saputra, L. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Sudarti dan Fauziah, A. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika. Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi & Anak. Yogyakarta : Nuha Medika. Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik Dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta. Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Suriadi dan Yuliani, R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2 : jakarta. CV. SAGUNG SETO. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012. Angka Kematian Bayi (online). Available : www.bkkbn.go.id/skki%202012/laporan%20 pendahuluan% 20 SDK. Diakses 1 November 2015. Suryani, R dan Tiurna, R. 2014. Prinsip-Prinsip Praktik Kebidanan Paduan Praktis & Mudah Dipahami. Jakarta : Dunia Cerdas. Susilaningrum, R, Nursalam, dan Utami, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan. edisi 2: Jakarta. Salemba Medika. Undang-undang Kementrian Republik Indonesia Nomor.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 : jakarta. EGC. Warsiti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Balita An. M. Sakit diare Dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Wildan, M dan Hidayat, A. A. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. World Health Organization, 2009. Indonesia Country Progress Reaport. (online). Available:www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/5chapter% 201.pdf. Diakses tanggal 1 November 2015.