i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PROGRAM LINIER KELAS X TKJ-2 SMK NEGERI 6 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh AYUDYA DWI YULIANTI NIM. E1R012004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI ..................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii ABSTRAK ......................................................................................................................... iv ABSTARCT .........................................................................................................................
v
PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1
METODE PENELITIAN ...................................................................................................
2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................................
4
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
7
iv
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PROGRAM LINIER KELAS X TKJ-2 SMK NEGERI 6 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016”
OLEH AYUDYA DWI YULIANTI NIM. E1R 012 004 ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di kelas X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram diperoleh bahwa aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan skor aktivitas belajar siswa mencapai 7,9 dan prestasi belajar siswa secara klasikal sebesar 39,29% dengan nilai rata-rata 58,57 pada ulangan akhir semester (UAS) ganjil matematika tahun pelajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa pada materi program linier kelas X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I dengan rata-rata skor 15,33 poin dan berkategori aktif menjadi 17,67 poin dan berkategori sangat aktif pada siklus II. Selain itu, prestasi belajar siswa meningkat dari siklus I dengan rata-rata hasil evaluasi belajar siswa sebesar 61,64 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 60,71% menjadi 78,04 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71% pada siklus II. Adapun saran yang dapat diberikan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diterapkan pada materi dan kelas yang lain dengan lebih mengoptimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan yang ada dalam model pembelajaran tersebut. Kata
kunci:
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT), Aktivitas Belajar, Prestasi Belajar.
Teams
Game
Tournament
v
“THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TGT TO IMPROVE STUDENT LEARNING ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT IN LINEAR PROGRAM MATERIAL IN X TKJ-2 GRADE OF SMKN 6 MATARAM ACADEMIC YEAR OF 2015/2016”
AYUDYA DWI YULIANTI NIM. E1R012004
ABSTRACT
Based on the result of preliminary observations which have been done in X TKJ-2 grade in SMKN 6 Mataram found that the activity and mathematics achievement of students was still low. This was indicated by a score of student activity learning reached 7,9 and student achievement in classical completeness percentage to 39,29% with an average value of 58,57 at the mathematic final examination (UAS) odd semester in academic year of 2015/2016. The purpose of this study was to determine how the implementation of cooperative learning model type Teams Game Tournament (TGT) toward the activity and student achievement on a linear program material in X TKJ-2 grade in SMKN 6 Mataram academic year of 2015/2016. The conclusion of this study was student learning activities improved from the first cycle with an average score 15,33 point and active categorized to 17,67 point and very active categorized in the second cycle. In the other hand, student learning achievement improved from the first cycle with the average result of the evaluation 61,43 with the classical completeness percentage of 60,71% to 78,04 with the classical completeness percentage of 85,71% in the second cycle. The advice can be given that cooperative learning model TGT can be applied to the other material and to the another grade by optimizing the advantages and minimize the deficiencies that exist in that lesson model.
Keyword: cooperative learning, Teams Game Tournament (TGT), student learning activities, learning achievement
16
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi selama melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMKN 6 Mataram, khususnya di kelas X TKR-1 dan X TKJ-2, dapat diketahui bahwa kelas X TKJ-2 memiliki prestasi belajar yang lebih rendah pada mata pelajaran matematika jika dibandingkan dengan kelas X TKR-1. Hal ini bisa dilihat dari hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) Ganjil pada mata pelajaran Matematika yang disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ulangan Akhir Semester (UAS) Ganjil dan Ketuntasan Klasikal Kelas X TKR-1 dan X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016. No. Kelas Nilai Rata-rata 1 X TKR 1 67,09 2 X TKJ 2 58,57 (Sumber: Guru Matematika)
Ketuntasan Klasikal 67,5% 39,29%
Dari Tabel 1.1 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas X TKJ-2 lebih rendah yaitu 58,57 dan memiliki ketuntasan klasikal 39,29%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat masalah dalam proses belajar mengajar (PBM) yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas X di SMK Negeri 6 Mataram diketahui bahwa masalah terjadi tidak hanya dalam PBM, namun pada aktivitas siswa di kelas. Pada umumnya siswa memiliki minat belajar yang rendah. Siswa cenderung kurang memperhatikan penjelasan guru terkait materi yang diajarkan. Namun, berdasarkan hasil wawacara tersebut juga diketahui bahwa adanya antusiasme belajar yang ditunjukkan siswa jika pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok karena siswa dikelompokkan secara heterogen sehingga siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi dapat membantu teman satu kelompoknya yang berkemampuan lebih rendah. Lebih-lebih jika kelompok pemenang diberikan hadiah di akhir proses pembelajaran. Di sisi lain, berdasarkan lembar hasil observasi awal diketahui bahwa nilai rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal 7,9 yang termasuk dalam kategori tidak aktif. Siswa yang tidak aktif ini dapat dilihat dari tidak nampaknya keaktifan siswa dalam beberapa indikator seperti antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, interaksi siswa dengan guru, aktivitas siswa saat mengerjakan soal latihan sebagai pengembangan individu, dan partisipasi siswa dalam mengakhiri pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan berbagai macam strategi, metode, teknik, maupun model pembelajaran agar siswa merasa bahwa belajar itu
27
menyenangkan, lebih-lebih pada mata pelajaran matematika. Tapi dalam kenyataannya tetap saja saat PBM berlangsung siswa merasa jenuh karena penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran yang menyenangkan. Mengingat karakteristik siswa yang senang bermain-main, peneliti menawarkan satu model pembelajaran yang peneliti anggap cocok dengan hal tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik, kuis-kuis, dan sistem skor kemajuan individu. Karena model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengandung unsur permainan dan penghargaan yang menuntut setiap peserta didik berperan aktif untuk menyumbangkan skor kepada kelompoknya, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan pada semua mata pelajaran termasuk matematika. Salah satu materi yang dipelajari pada semester genap ini adalah materi program linier. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Program Linier Kelas X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan secara bersiklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan alokasi waktu 10 jam pelajaran atau 4 kali pertemuan. Prosedur PTK pada penelitian kali ini mencakup: penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dibarengi observasi dan interpretasi, analisis dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut (bila diperlukan). Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 6 Mataram, Jl. Lalu Mesir Babakan, Kec. Sandubaya, Mataram dari tanggal 19 Februari sampai dengan 29 Maret 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ-2 dengan jumlah siswa 28 orang. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari siswa dan guru matematika kelas X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Jenis data dari penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas data hasil observasi aktivitas belajar siswa, data hasil observasi aktivitas guru, dan data prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) digunakan lembar observasi aktivitas belajar
38
siswa dan guru sedangkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan instrumen berupa tes dalam bentuk essay. Data aktivitas belajar siswa dianalisis dengan menggunkan 𝑀𝑖 (Mean ideal) dan 𝑆𝐷𝑖 (Standar Deviasi ideal). 𝑀𝑖 diperoleh dengan rumus
1 × (𝑠𝑘𝑜𝑟 2
𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 +
1
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) dan 𝑆𝐷𝑖 diperoleh dengan rumus 3 × 𝑀𝑖 . Sedangkan untuk menentukan ̅= skor rata-rata indikator aktivitas belajar siswa digunakan rumus 𝑋
∑ 𝑋𝑖
𝑛
̅ merupakan , dimana 𝑋
skor rata-rata aktivitas belajar siswa, ∑ 𝑋𝑖 merupakan jumlah rata-rata skor indikator aktivitas belajar siswa dan 𝑛 menyatakan banyaknya pertemuan yang dilakukan (Nurkancana, 1990: 173). Setelah itu, untuk dapat menentukan kriteria aktivitas belajar siswa digunakan modifikasi skor standar seperti yang tertera pada tabel berikut ini (Nurkancana, 1990: 103): Tabel 2.1 Pedoman Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Interval Skor
Interval skor
Kategori
̅ ≥ 𝑀𝑖 + 1,5 𝑆𝐷𝑖 𝑋
̅ ≥ 15,75 𝑋
Sangat Aktif
̅ < 𝑀𝑖 + 1,5 𝑆𝐷𝑖 𝑀𝑖 + 0,5 𝑆𝐷𝑖 ≤ 𝑋
12,25 ≤ 𝑋̅ < 15,75
Aktif
̅ < 𝑀𝑖 + 0,5 𝑆𝐷𝑖 𝑀𝑖 − 0,5 𝑆𝐷𝑖 ≤ 𝑋
8,75 ≤ 𝑋̅ < 12,25
Kurang Aktif
̅ < 𝑀𝑖 − 0,5 𝑆𝐷𝑖 𝑋
̅ < 8,75 𝑋
Tidak Aktif
Selain itu, untuk menentukan skor rata-rata indikator aktivitas guru digunakan rumus ̅= 𝑌
∑ 𝑌𝑖
𝑛
̅ merupakan skor rata-rata aktivitas guru, ∑ 𝑌𝑖 merupakan jumlah rata-rata , dimana 𝑌
skor indikator aktivitas guru dan 𝑛 menyatakan banyaknya pertemuan yang dilakukan (Nurkancana, 1990: 173). Untuk menentukan kriteria aktivitas guru digunakan modifikasi skor standar seperti yang tertera pada tabel berikut ini (Nurkancana, 1990): Tabel 2.2 Pedoman Kriteria aktivitas guru ̅ ≥ 𝑀𝑖 + 1,5 𝑆𝐷𝑖 𝑌 ̅ < 𝑀𝑖 + 0,5 𝑆𝐷𝑖 𝑀𝑖 + 0,5 𝑆𝐷𝑖 ≤ 𝑌
Interval Skor
Interval skor ̅ ≥ 13,5 𝑌 10,5 ≤ 𝑌̅ < 13,5
̅ < 𝑀𝑖 + 0,5 𝑆𝐷𝑖 𝑀𝑖 − 0,5 𝑆𝐷𝑖 ≤ 𝑌
7,5 ≤ 𝑌̅ < 10,5
̅ < 𝑀𝑖 − 0,5 𝑆𝐷𝑖 𝑌
̅ < 7,5 𝑌
Kategori Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik
49
̅= Data prestasi belajar siswa dianalisis menggunakan rumus 𝑅
∑𝑅
𝑁
̅ dimana 𝑅
merupakan nilai rata-rata skor siswa, 𝑅 merupakan nilai skor masing-masing siswa, dan 𝑁 merupakan jumlah siswa. Sedangkan analisis untuk mengetahui ketuntasan belajar secara 𝑥
klasikal gunakan rumus 𝐾𝐵 = 𝑁 𝑥100%, dengan KB adalah persentase ketuntasan belajar klasikal, 𝑥 merupakan banyak siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 dan 𝑁 menyatakan jumlah seluruh siswa. Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila berkategori aktif, dan prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila prestasi belajar siswa ≥ 75 dan ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Secara keseluruhan, ringkasan hasil penelitian siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut: Tabel 3.1 Ringkasan hasil penelitian siklus I dan siklus II Rata-rata Skor Siklus prestasi belajar I 61,43
% ketuntasan 60,71%
Kategori II
78,04 Kategori
85,71%
Aktivitas Belajar Siswa P1
P2
14,99
15,66
Ratarata 15,33
Aktif
Aktif
Aktif
15,99 19,35 17,67 Sangat Sangat Sangat Aktif Aktif Aktif
Aktivitas Guru Ratarata 18 18 18 Sangat Sangat Sangat Baik Baik Baik 18 18 18 Sangat Sangat Sangat Baik Baik Baik P1
P2
Keterangan: P1 : Pertemuan 1 P2 : Pertemuan 2 Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa dari penelitian yang dilakukan pada siklus I, diperoleh hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan guru. Jumlah skor aktivitas belajar siswa sebesar 14,99 dengan kategori aktif pada pertemuan pertama dan 15,66 dengan kategori aktif pada pertemuan kedua sehingga rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 15,33 dengan kategori aktif. Sedangkan rata-rata skor prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 61,43 poin. Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian, maka kriteria aktivitas belajar tersebut sudah tercapai namun prestasi belajar siswa masih < 75 dan ketuntasan klasikalnya juga di bawah 85% sehingga penelitian harus dilanjutkan ke siklus II.
5 10
Meskipun dalam penelitian pada siklus I dinyatakan bahwa skor aktivitas belajar siswa sudah tercapai berdasarkan indikator keberhasilan penelitian, akan tetapi terdapat kekurangan yang harus diperbaiki seperti kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, adanya siswa yang tidak memperhatikan saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat mempelajari program linier, terganggunya kegiatan penyajian kelas, adanya siswa yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan team, kesulitan siswa dalam memahami materi yang ada dalam LKS, sebagian siswa tidak menyimak penyampaian hasil diskusi kelompok lain, tidak melakukan turnamen sesuai dengan aturan yang berlaku, dan membuat kesimpulan pembelajaran. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, guru melakukan beberapa perbaikan pada siklus II. Perbaikan-perbaikan tersebut antara lain dengan guru memberikan peringatan tegas terkait dengan kedisiplinan serta menginformasikan alokasi waktu yang dibutuhkan dalam setiap tahap kegiatan, memperkuat pemberian motivasi kepada siswa dengan memberikan pandangan-pandangan tentang pentingnya mempelajari materi program linier bagi kehidupan sehari-hari, memberikan pertanyaan kepada siswa yang tidak memperhatikan saat diberikan penjelasan, guru mengawasi pelaksanaan diskusi masingmasing kelompok dan menegaskan bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada kontribusi skor masing-masing anggota kelompok, guru memberikan stimulus atau contoh-contoh yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami oleh siswa, meminta siswa yang tidak memperhatikan presentasi kelompok lain untuk maju mewakili kelompoknya dalam presentasi, menegaskan kembai bahwa siswa ditempatkan di meja turnamen dengan siswa lain yang memiliki kemampuan yang setara, memastikan siswa untuk memahami informasi pada tiap tahapan dan mendampingi kelompok yang mengalami kesulitan dalam menuliskan kesimpulan, serta meminta beberapa siswa untuk menulis hasil pekerjaan rumahnya di papan tulis pada awal pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dan sisanya dikumpulkan. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada siklus II menyebabkan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar siswa yaitu sebesar 15,99 dengan kategori sangat aktif pada pertemuan pertama dan 19,35 dengan kategori sangat aktif pada pertemuan kedua sehingga rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 17,67 dengan kategori sangat aktif. Sedangkan rata-rata skor prestasi belajar siswa pada siklus II sebesar 78,04 poin. Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian, maka kriteria aktivitas dan prestasi belajar siswa tersebut sudah tercapai dimana aktivitas belajar siswa sudah berkategori sangat aktif, prestasi belajar siswa ≥ 75 dan ketuntasan klasikalnya > 85% sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
6 11
Keberhasilan pada penelitian ini didukung oleh beberapa faktor seperti peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya. Siswa sudah terlihat lebih siap memulai pembelajaran, lebih aktif dalam kegiatan team dan game tournament, serta membuat dan menyampaikan kesimpulan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain (Isjoni, 2011: 23). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut berkompetisi dalam turnamen akademik sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Siswa juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan kontribusi skor pada kelompoknya sehingga siswa akan berusaha terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Seperti yang diungkapkan Slavin (dalam Jufri, 2013: 121-122) bahwa secara teoritis turnamen akademik diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar dan kerjasama untuk saling membantu antar sesama anggota kelompok. Turnamen akademik seperti ini memang mengembangkan suasana akademik yang bersifat kompetisi, akan tetapi bukan kompetisi antar individu melainkan antar kelompok. Pada awalnya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini membuat beberapa siswa enggan untuk ikut berkompetisi karena siswa merasa turnamen akademik tersebut tidak adil bagi mereka yang memiliki kemampuan rendah. Namun, setelah diberikan penjelasan kembali oleh guru bahwa dalam turnamen akademik ini siswa yang memiliki kemampuan setara dari masing-masing kelompok kooperatif yang akan berkompetisi, bukan yang mempunyai kemampuan tinggi melawan yang berkemampuan rendah, dan kemudian para pemenang memperoleh pengakuan dan hadiah, maka siswa kelas X TKJ-2 menjadi lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada materi program linier kelas X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
7 12
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi program linier kelas X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata aktivitas siswa dari 7,9 dengan kategori tidak aktif menjadi 17,67 dengan kategori sangat aktif pada siklus II. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dapat
meningkakan prestasi belajar siswa pada materi program linier kelas X TKJ-2 SMK Negeri 6 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata siswa dari 58,57 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 39,29% menjadi 78,04 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 85,71%% pada evaluasi siklus II dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diterapkan juga pada kelas lain dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan mempertimbangkan kendala-kendala dan kekurangan pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT tersebut. 2. Bagi sekolah Pihak
sekolah
diharapkan
dapat
meningkatkan
pemahamannya
terkait
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ini agar dapat mendukung model pembelajaran lain yang ada di sekolah guna meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi peneliti selanjutnya Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat terus diterapkan di berbagai materi maupun mata pelajaran dengan lebih mengoptimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini. DAFTAR PUSTAKA Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jufri, A.W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Nurkancana, W & Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.