Pemanfaatan Prezi Desktop Sebagai Media Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus : SMK Negeri 1 Pabelan Kelas X)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh : Seno Dwi Cahyo NIM : 702010051 Dr. Dharmaputra Palekahelu M.Pd
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016
Pemanfaatan Prezi Desktop Sebagai Media Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus : SMK Negeri 1 Pabelan Kelas X)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh : Seno Dwi Cahyo NIM : 702010051 Dr. Dharmaputra Palekahelu M.Pd
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016
ii
iii
iv
v
vi
vii
Pemanfaatan Prezi Desktop Sebagai Media Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus : SMK Negeri 1 Pabelan Kelas X) 1
Seno Dwi Cahyo 2Dr. Dharmaputra Palekahelu M.Pd. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia 1) Email :
[email protected], 2)
[email protected] Abstract Lack of teacher knowledge about the use of media and teaching methods in class X SMK Negeri 1 Pabelan, be a factor in causing learning students undertake other activities such as talking with a partner, HP plays and the students are less active when learning takes place. The purpose of this study to determine the result of the utilization of desktop Prezi as a medium in student learning model Achievent Team Division (STAD) to improve the learning activity at matapelajaran KKPI Class X SMK Negeri 1 Pabelan. This research uses descriptive and quantitative methods using an experimental model. The results showed an increase in activity in the experimental class, the students listen to the teacher's explanation, while in the classroom, students are actively involved. Data from the questionnaire showed students agree with the use of a desktop Prezi in STAD learning model. Keyword: Prezi desktop, STAD, Student activity Abstrak Kurangnya pengetahuan guru tentang pemanfaatan media dan metode pembelajaran di kelas X SMK Negeri 1 Pabelan, menjadi faktor dalam pembelajaran yang menyebabkan siswa melakukan aktifitas lain seperti berbicara dengan teman sebangku, bermain HP dan siswa kurang aktif saat pembelajaran berlangsung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hasil dari pemanfaatan prezi destop sebagai media dalam model pembelajaran student Team Achievent Division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas belajar pada matapelajaran KKPI Kelas X SMK Negeri 1 Pabelan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dan menggunakan model eksperimen. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan aktivitas didalam kelas eksperimen, seluruh siswa mendengarkan penjelasan guru, ketika di dalam kelas, siswa terlibat aktif. Data hasil angket menunjukkan siswa setuju dengan pemanfaatan prezi desktop dalam model pembelajaran STAD. Kata kunci: Prezi desktop, STAD, aktivitas siswa 1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
viii
1. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia belum dapat dikatakan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi yang ada. Berdasar hasil observasi dan wawancara di Kelas X SMK Pabelan dapat diketahui guru mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran, hanya menggunakan model konvensional dalam proses pembelajaran. Paradigma pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teachers centered) menyebabkan siswa cenderung pasif di dalam kelas [1]. Sehingga Siswa kehilangan kesempatan mengeksplorasi materi ajar dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Tak jarang siswa kehilangan minat sehingga merasa bosan atau jenuh dalam proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari siswa berbicara dengan teman sebangku, bermain HP dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru berperan sebagai pendidik untuk mentransformasikan pengetahuan melalui media dan model pembelajaran agar suasana pembelajaran kondusif dan menyenangkan, sehingga proses pembelajaran mencapai tujuan yang diiginkan. Selain permasalahan dari tenaga pendidiknya, permasalahan juga timbul dari diri siswa. Sifat kompetitif yang berlebihan menyebabkan siswa cenderung individual dan kehilangan nilai sosial. Dalam kelompok besar terjadi persaingan, masing–masing bersaing tampil menonjol untuk memperlihatkan dan mempertegas keberadaannya. Perpecahan dalam kelompok sering terjadi karena menonjolnya kepentingan pribadi setiap orang [2]. Dari pernyataan diatas sifat kompetitif dapat menghambat pembelajaran. Sebenarnya sifat kompetitif dapat memacu siswa untuk terus bersaing dalam prestasi belajar. Apabila berlebihan hal ini akan menjadi bumerang bagi siswa, karena selain prestasi belajar ada nilai-nilai sosial yang dapat dipelajari siswa melalui interaksi saat berada di lingkungan sekolah. Sifat kompetitif berlebihan menimbulkan rasa individualisme antara siswa pandai dengan siswa yang berkemampuan kurang. Ketika observasi berlangsung dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan buku LKS sebagai buku panduan mengajar, guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran. Ketika diberikan tugas latihan oleh guru, siswa pandai yang telah menyelesaikan tugas cenderung asik dengan kegiatannya sendiri. Tak jarang jika diajak untuk berdiskusi oleh siswa yang kurang, siswa pandai lebih memilih untuk diam dan tidak mau diganggu. Contoh lain berdasarkan observasi, selama pembelajaran berlangsung terdapat dominasi di dalam kelas oleh siswa pandai. Ketika menjawab pertanyaan dari guru ataupun siswa lain saat presentasi, siswa pandai yang langsung dan terus menerus menjawab untuk memperoleh nilai tambahan dari guru. Hal ini membuat siswa lain dalam satu kelas menjadi pasif dan kehilangan minat belajar. Siswa pasif akhirnya lebih memilih untuk bermain HP, ngobrol dengan teman sebangku, dan sibuk sendiri sehingga pemerataan pemahaman materi tidak dapat tercapai.
1
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa sebenarnya permasalahan pada proses pembelajaran tidak hanya disebabkan oleh siswa tetapi juga oleh guru. Maka dari itu dibutuhkan suatu pembaharuan dalam mengajar sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Dalam penelitian ini, digunakan prezi desktop sebagai media dalam model pembelajaran STAD. Penggunaan metode kooperatif tipe STAD akan menjadikan pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif dikarenakan siswa akan belajar dengan berdiskusi di dalam kelompok. Pembelajaran STAD lebih menuntut siswa untuk belajar secara berkelompok, sehingga akan menuntut terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa atau dengan guru dengan siswa atau sebaliknya. penggunaan prezi desktop sebagai media pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan sebuah metode penyampaian materi pelajaran yang berbeda dengan metode konvensional menggunakan papan tulis dan informasi verbal. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah pemanfaatan prezi desktop sebagai media pembelajaran dalam metode Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran KKPI kelas X SMK Negeri 1 Pabelan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pemanfaatan prezi desktop sebagai media pembelajaran dalam metode Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas pada mata pelajaran KKPI kelas X SMK Negeri 1 Pabelan. 2. Tinjauan Pustaka Penelitian Penerapan Media Pembelajaran Dengan Penggunaan Software Prezi dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Mata Diklat Komunikasi. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas XI AP 2 SMK Murni 2 Surakarta dilakukan dalam 2 siklus. Hasil dari penelitian ini menyimpulakn beberapa hal yaitu (1) Perasaan senang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata diklat komunikasi meningkat. (2) Ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata diklat komunikasi meningkat. (3) Perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata diklat komunikasi meningkat. (4) Keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata diklat komunikasi meningkat. Hal ini dilihat dari sebelum dan sesudah tindakan di setiap siklus dan mendapatkan hasil dari keseluruhan aspek berada di kualifikasi sangat baik [3]. Penelitian yang dilakukan Djoko Santoso dan Umi Rochayati (2008) tentang “Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Rangkaian Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD”. Hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Tanggapan mahasiswa terhadap implementasi pembelajaran kooperatif STAD 10,81% menyatakan sangat setuju dan 89,19% menyatakan setuju [4]. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terbukti bahwa dengan penerapan prezi maupun model pembelajaran STAD dapat meningkatkan seluruh aspek ketertarikan siswa sehingga aktivitas siswa di dalam kelas meningkat. Penelitian ini bermaksud untuk menggabungkan
2
Prezi desktop sebagai media dalam model pembelajaran STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Pabelan. Aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajarguna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaatdari kegiatan tersebut.Jenisjenisaktivitas yang dimaksud dapat digolongkan menjadi: (1) Visual Activities; (2) Oral Activities,; (3) Listening Activities ; (4) Motor Activities [5]. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa dalah satu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran ini mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembel ajaran [6]. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD memiliki beberapa komponen utama yang menjadi dasar dalam setiap pembelajaran yang menggunakan tipe ini. Komponen STAD adalah sebagai berikut [7]: 1) Presentasi kelas. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Kelompok lain memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran. 2) Tim. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Tim terdiri dari empat atau lima orang siswa yang mewakili seluruh bagian dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. 3) Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode guru memberikan presentasi dan siswa sudah melakukan satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. 4) Skor kemajuan individu. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini. 5) Penghargaan tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu No 1 2 3 4 5
Tabel 1. Perhitungan Perkembangan Skor Individu [8] Nilai Tes Skor Perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 poin 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar 10 poin Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin Pekerjaan sempurna (tanpa melihat skor dasar) 30 poin
No 1 2 3 4
Tabel 2. Menghitung skor kelompok [8] Rata-rata skor Kualifikasi 0< N < 5 6< N < 15 Tim baik (Good Team) 16 < N < 20 Tim baik sekali (Great Team) 21< N < 30 Tim istimewa (Super Team)
3
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali [9]. Prezi dapat digunakan untuk membuat presentasi linier maupun non-linier [10]. Program ini menggunakan Zooming User Interface (ZUI), yang memungkinkan pengguna untuk memperbesar dan memperkecil tampilan media presentasi. kelebihan prezi adalah dapat menampung keberagaman gaya belajar, karena prezi diprogram agar dapat menampilkan media visual, audio, maupun animasi [11]. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dan menggunakan model quasi experiment research atau penelitian semu untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari pemanfaatan prezi desktop sebagai media pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Rancangan yang digunakan adalah nonequivalent control group design dimana kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat dalam populasi yang sama namun pada kelompok yang berbeda. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pabelan, Jl Salatiga – Dadapayam Km. 08, Desa Sumberejo, Kec. Pabelan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Februari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dari SMK Negeri 1 Pabelan tahun ajaran 2015/2016. Kemudian dipilih kelas X RPL1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X RPL2 sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain (X). 2. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas (Y). Secara garis besar, penelitian dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap pengolahan dan analisis data. Dapat dilihat pada tabel 4 No 1
2
3
Tabel 3. Tahapan penelitian Keterangan - Observasi - Wawancara - Menentukan populasi dan sampel - Menyiapkan materi - Menyusun angket Tahap pelaksanaan - Memberikan perlakuan (treatment) - Melakukan observasi - Memberikan angket di kelas eksperimen Pengolahan dan analisis data - Mengolah hasil observasi - Mengolah hasil angket Tahapan Penelitian Tahap persiapan
4
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi observasi awal dan wawancara untuk melaksanakan studi pendahuluan melalui pengamatan terhadap proses pembelajaran di sekolah tempat penelitian akan di laksanakan. Menentukan populasi dan sampel dimana nantinya akan di salah satu kelas akan diberikan treatment. Menyiapkan materi dan menyiapkan media dengan prezi desktop, menyusun instrument berupa observasi, angket kemudian menganalisa instrument penelitian yang nantinya akan di terapkan pada saat penelitian. Pada saat pemberian treatment, dilakukan observasi untuk mengukur peningkatan aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Masing-masing indikator observasi terpecah dalam 4 deskriptor, sedangkan satu deskriptor mempunyai bobot nilai 1, sehingga satu indikator mempunyai skala nilai 1 hingga 4. Kemudian jumlah keseluruhan indikator dari masing-masing deskriptor dijumlahkan dan didapat skala nilai tertinggi adalah 32 dan nilai terendahnya adalah 8. Skala nilai 8-13 mempunyai kriteria nilai kurang, skala nilai 14-19 mempunyai skala nilai cukup, skala nilai 20-25 mempunyai kategori baik, sedangkan skala 26-32 adalah skala nilai sangat baik. Berikut adalah indikator observasi pada kedua kelas: Indikator Mendengarkan penjelasan guru
Antusiasme siswa mengikuti pembelajaran
Keaktifan siswa dalam bertanya selama pembelajaran
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru
Keaktifan siswa dalam kelompok
Kerjasama antar teman
Tabel 4. Indikator observasi Deskripsi - Siswa tidak gaduh di kelas - Siswa mampu menjawab pertanyaan guru - Siswa menunjukkan antusiasme dan perhatian - Siswa mematuhi peraturan guru dengan tertib dan penuh kesadaran - Siswa sering bertanya kepada guru - Siswa selalu menjawab pertanyaan dari guru - Siswa terlihat senang dengan materi pelajaran - Siswa terlibat aktif dalam penetapan aturan serta dalam pembelajaran - Siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami kepada guru - Siswa menanyakan materi kepada siswa lain - Siswa sering bertanya dalam diskusi dengan mengangkat tangan lebih dulu - Siswa berinteraksi aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung - Siswa menjawab pertanyaan guru - Siswa menjawab pertanyaan siswa lain - Pertanyaan dan jawaban siswa berkaitan dengan pelajaran - Siswa menjawab pertanyaan secara sportif - Siswa bersedia membentuk kelompok sesuai dengan arahan dari guru - Siswa aktif bertanya dalam diskusi dengan etika berdiskusi yang baik - Siswa bersedia mewakili kelompok untuk presentasi di depan kelas - Terdapat kerjasama antar anggota dalam kelompok - Siswa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
5
-
Berani mengemukakan pendapat
-
Menyampaikan hasil kerja kelompok
-
dalam kelompok sesuai porsi Siswa saling memotivasi teman dalam 1 kelompok Siswa menghindari pertengkaran/ keributan dengan sesama anggota dari kelompok yang berbeda Siswa mengemukakan pendapat dengan bebas tanpa paksaan dan tekanan Siswa mengemukakan pendapat dengan kalimat yang sederhana dan jelas Kesopanan dalam berpendapat tetap dijaga Berani menyanggah pendapat dari kelompok lain atau guru namun dengan alasan yang jelas Siswa menyusun hasil kerja dalam masing-masing kelompok Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada guru Bahasa yang digunakan dalam laporan hasil kerja kelompok mudah dipahami dan jelas Laporan hasil kerja kelompok dibuat secara runtut
Pada pertemuan terakhir, siswa pada kelas eksperimen diberikan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pemanfaatan media prezi desktop dalam model pembelajaran STAD. Berikut adalah indikator angket yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen: NO 1 2 3 4
Tabel 5. Indikator angket Indikator Ketertarikan siswa terhadap media dan model pembelajaran Media dapat membantu siswa Model pembelajaran dapat membantu siswa Evaluasi Guru
No angket 1, 7 2, 3 4, 5, 6, 8, 9 10
Perhitungan angket menggunakan skala likert. Angket terdiri dari 10 butir pernyataan, masing-masing pernyataan memiliki bobot 5 dengan rincian sebagai berikut: SS = Sangat Setuju =5 S = Setuju =4 R = Ragu-ragu =3 TS = Tidak Setuju =2 STS = Sangat Tidak Setuju =1 Perhitungan hasil angket dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut: Skor Kriterium = Nilai Tertinggi x Jumlah Soal x Responden
Tahapan ketiga yaitu menghitung hasil observasi siswa di kelas untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas pada masing-masing kelas, serta menghitung hasil angket untuk mengetahui ketertarikan siswa terhadap media dan metode pembelajaran yang telah di terapkan pada kelas eksperimen, apakah siswa setuju dengan pembelajaran 6
ataukah tidak. Hasil perhitungan seluruh data yang di analisis kemudian di ambil kesimpulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu 1) metode observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa di dalam kelas saat kegiatan belajar berlangsung, metode yang digunakan guru saat mengajar, materi yang diberikan kepada siswa. 2) metode angket digunakan untuk mengukur tanggapan siswa terhadap pemanfaatan media Prezi desktop dalam model pembelajaran STAD. 4. Hasil dan Pembahasan Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model eksperimen. Alasan pemilihan model eksperimen adalah untuk mengetahui tentang keberhasilan penggunaan metode STAD menggunakan prezi desktop sebagai media pembelajaran dan membandingkan hasilnya dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) di SMK Negeri 1 Pabelan. Di dalam model pembelajaran STAD, terdapat lima tahapan dalam proses pembelajaran yaitu : 1) persentasi kelas, Persentasi kelas di sajikan oleh guru dengan menggunakan prezi desktop yang berisi materi awal. Persentasi kelas bertujuan agar siswa dapat memahami materi sebelum siswa melanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu diskusi kelompok. Hasil dari persentasi kelas pada pertemuan pertama dan kedua adalah siswa sangat antusias memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru. Selama proses pembelajaran berlangsung, tidak ada siswa yang sibuk sendiri dan mengobrol dengan teman lain nya, seluruh siswa fokus memperhatikan pelajaran. Ketika guru melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa secara acak, hampir seluruh siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut. Pada saat penyajian kelas, ketika siswa ingin bertanya, mereka langsung bertanya kepada guru kelas. Tidak ada siswa yang malu bertanya ketika pembelajaran berlangsung. Berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional, masih terdapat siswa yang asik menggambar, ngobrol dengan teman sebangku ketika guru sedang menjelaskan materi. Dan ketika di tegur, siswa hanya terdiam beberapa menit, kemudian kembali gaduh. 2) TIM, Pembagian kelompok atau Tim dalam penelitian ini dibagi berdasarkan hasil nilai UAS semester 1. Jumlah kelompok terdiri dari 6 kelompok yang jumlahnya berbeda. dalam satu kelompok terdapat 4 hingga 5 orang siswa dan di dalam nya ada siswa yang pandai, sedang dan kurang. Tidak ada predikat kelompok pandai karena pembagian kelompok dibagi secara merata. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat membagi ilmu nya kepada siswa yang kurang, sehingga nanti nya materi dapat tersebar secara merata kepada semua siswa di kelas. Berbeda dengan kelas kontrol masih terdapat dominasi tertentu dari masing-masing siswa, terdapat siswa aktif dan pasif.
7
3) Kuis, Kuis terdiri dari sepuluh pertanyaan pilihan ganda yang dikerjakan secara individu. Dari nilai kuis dapat dilihat skor perkembangan individu, yang kemudian hasil skor perkembangan individu dijadikan dasar untuk menghitung total skor kelompok. Adapun perkembangan nilai dari setiap individu untuk menentukan skor kelompok dihitung berdasarkan tes individu berupa nilai kuis 1 dan kuis 2 dengan nilai pretest sebagai acuan/ nilai dasar. Total skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor perkembangan individu yang kemudian dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Pada kelas kontrol, tidak ada kuis, hanya Tanya jawab dari guru ke siswa sehingga yang menjawab adalah siswa yang mendapat predikat aktif dan pandai. 4) Skor kemajuan individual. No
Kel om pok
Nilai Dasar
Kuis 1
3 17 19 20 22 8 10 12 13 23 1 2 4 9 27 5 7 14 18 6 11 16 25 21 15 24 26
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6
50 70 55 45 55 65 60 55 45 55 70 55 50 65 60 60 65 50 70 70 60 60 60 65 70 65 55
70 90 80 70 80 80 90 70 70 80 90 70 60 70 80 80 70 70 80 90 80 70 80 70 90 80 70
Tabel 6. Skor perkembangan individu Skor Total Ket. Kuis Skor Kuis skor 2 kuis 2 1 kelo mpok 30 80 30 30 90 30 Super 30 30 90 30 Team 30 80 30 30 90 30 30 70 20 30 80 30 30 Super 80 30 Team 30 70 30 30 30 70 30 30 80 30 30 80 30 30 28 Super 70 30 Team 20 90 30 30 70 30 30 90 30 20 80 30 Super 27.5 Team 30 80 30 30 100 30 30 100 30 30 80 30 Super 30 Team 30 80 30 30 70 30 20 80 30 30 90 30 Super 27.5 Team 30 100 30 30 60 20
Total Skor Kelo mpok
Ket.
30
Super Team
28
Super Team
30
Super Team
30
Super Team
30
Super Team
27.5
Super Team
Keseluruhan anggota pada masing-masing kelompok mengalami perkembangan hasil belajar yang terlihat dari perbandingan nilai kuis dengan skor dasar (nilai pretest). Total skor kelompok menunjukkan bahwa seluruh team masuk kategori super team karena hasil pada keseluruhan kelompok
8
menunjukkan rata-rata lebih besar dari skor 21. Artinya setiap anggota kelompok mengalami kenaikan lebih dari 10 poin dari nilai tes nya. penghargaan untuk tim dilihat dari nilai rata-rata keseluruhan nilai yang di dapat oleh anggota setiap kelompok. Kelompok 1, 4 dan 5 mendapatkan penghargaan kelompok terbaik karena memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi di antara kelompok lain. 5) Rekognisi tim. Tabel 7. Perbandingan nilai rata-rata dari 6 kelompok Descriptive Statistics N
Mean
kelompok_1
5
82.00
kelompok_2
5
76.00
kelompok_3
5
76.00
kelompok_4
4
81.25
kelompok_5
4
81.25
kelompok_6
4
80.00
Valid N (listwise)
4
Dilihat dari perbandingan skor rata-rata 6 kelompok, kelompok 1 mendapatkan predikat kelompok terbaik karena memiliki nilai rata-rata tertinggi dari pada kelompok lain. Nilai rata-rata kelompok 1 adalah 82,00 sehingga kelompok 1 berhak untuk memperoleh hadiah penghargaan berupa pujian dari kelompok lain. Walaupun setiap kelompok bersaing untuk mendapatkan penghargaan diakhir pembelajaran, pada saat presentasi mereka saling menghargai pendapat dari kelompok lain. Ditunjukkan dengan sikap siswa saat menyanggah atau memberi saran dilakukan dengan sopan dan tidak memaksakan pendapat. Kerjasama antar anggota kelompok dan sikap saling menghargai antar kelompok menunjukkan bahwa suasana pembelajaran tidak terdominasi oleh siswa tertentu. Pada tahapan penelitian terdapat perbedaan penyampaian materi dalam proses pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, proses pembelajaran berdasarkan tahapan-tahapan STAD. Sedangkan pada kelas kontrol, hanya menggunakan metode konvensional atau yang biasa digunakan oleh guru mata pelajaran KKPI. Berikut adalah perbedaan proses belajar pada kelas kontrol dan eksperimen : Tabel 8. Perbedaan proses pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas Eksperimen Guru Siswa
Guru
9
Kelas Kontrol Siswa
Membuka pembelajaran dengan salam dan mempresensi siswa Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran hari ini Menginformasikan model STAD dan memberikan motivasi akan ada penghargaan kelompok diakhir pertemuan Menyampaikan fungsi menu dan ikon dan cara cara pengoperasian Excel dengan memanfaatkan prezi desktop
Menjawab salam dan mengangkat tangan
Mengabsen siswa
Memperhatikan penjelasan guru
Menyampaikan tujuan Siswa mendengarkan pembelajaran penjelasan dari guru
Memperhatikan Menanyakan tentang informasi model operasi dasar STAD Microsoft Excel
Memperhatikan penjelasan tentang fungsi menu dan ikon dan cara cara pengoperasian Excel.
Menjelaskan cara membuat, menyimpan, membuka, dan menutup Workbook. Istilah yang ada dalam Worksheet Memberi kesempatan Menanyakan tentang Guru dan siswa tanya pada siswa untuk materi pada guru bila jawab tentang hal-hal bertanya mengenai materi ada yang belum jelas. yang belum diketahui yang telah disampaikan siswa. Membagi siswa ke dalam Berkumpul sesuai Melakukan refleksi beberapa kelompok dengan kelompoknya terhadap pembelajaran berdasarkan nilai pretest yang dilakukan Membimbing mendiskusikan kelompok 1
Mengangkat tangan
Menjawab dari guru
pertanyaan
Siswa menyimak penjelasan menggunakan buku LKS Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan,penyimpulan Menarik kesimpulan
siswa Mendiskusikan tugas Menghimbau siswa Memperhatikan tugas kelompok 1 bersama mempelajari materi penjelasan guru teman satu kelompok ada pertemuan selanjutnya Memantau jalannya Menanyakan pada Menutup pembelajaran Menjawab salam diskusi kelompok dan guru bila mengalami dengan salam membimbing kelompok kesulitan jika mengalami kesulitan Menunjuk salah satu Kelompok yang perwakilan kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan mempresentasikan hasil diskusinya hasil diskusi kelompok Memberikan kuis 1 untuk Mengerjakan kuis 1 dikerjakan secara secara Individual individual Membimbing siswa Menyimpulkan materi menyimpulkan materi yang telah dipelajari yang telah dipelajari Menghimbau siswa mempelajari materi selanjutnya
Memperhatikan penjelasan guru
Menutup pembelajaran Menjawab salam dengan salam Pada treatment ke dua diakhir pembelajaran guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki peningkatan skor tertinggi
10
Hasil observasi pertemuan pertama pada kelas eksperimen adalah mendapatkan skor 20 dan mendapatkan kategori baik, dengan rincian indikator mendengarkan penjelasan guru = 3, antusiasme siswa mengikuti pembelajaran = 2, keaktifan siswa dalam bertanya selama pembelajaran = 1, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru = 3, keaktifan siswa dalam kelompok = 3, kerjasama antar teman = 3, berani mengemukakan pendapat = 2, menyampaikan hasil kerja kelompok = 3. Sedangkan pada pertemuan kedua pada kelas eksperimen mendapatkan skor 30 dan berada pada kategori sangat baik dengan rincian indikator mendengarkan penjelasan guru = 4, antusiasme siswa mengikuti pembelajaran = 4, keaktifan siswa dalam bertanya selama pembelajaran = 3, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru = 3, keaktifan siswa dalam kelompok = 4, kerjasama antar teman = 4, berani mengemukakan pendapat = 4, menyampaikan hasil kerja kelompok = 4. Kenaikan jumlah skor aktivitas belajar siswa di pertemuan pertama dan kedua adalah sebesar 10. Hasil observasi pertemuan pertama pada kelas kontrol mendapatkan skor 13 dan berada pada kriteria kurang, dengan rincian indikator mendengarkan penjelasan guru = 3, antusiasme siswa mengikuti pembelajaran = 4, keaktifan siswa dalam bertanya selama pembelajaran = 3, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru = 3, keaktifan siswa dalam kelompok = 0, kerjasama antar teman = 0, berani mengemukakan pendapat = 0, menyampaikan hasil kerja kelompok = 0. Sedangkan pada pertemuan kedua kelas kontrol, skor aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 16 masuk dalam kriteria cukup dengan rincian indikator dengan rincian indikator mendengarkan penjelasan guru = 4, antusiasme siswa mengikuti pembelajaran = 4, keaktifan siswa dalam bertanya selama pembelajaran = 4, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru = 4, keaktifan siswa dalam kelompok = 0, kerjasama antar teman = 0, berani mengemukakan pendapat = 0, menyampaikan hasil kerja kelompok = 0 dengan demikian, kenaikan aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol hanya sebesar 6. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan prezi desktop sebagai media pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada kelas eksperimen pertemuan pertama mendapat kriteria baik menjadi sangat baik. Berbeda dengan kelas kontrol yang hanya menggunakan metode konvensional dan teacher centered, aktivitas belajar siswa mendapat kriteria kurang pada pertemuan pertama dan cukup pada pertemuan kedua terlihat jelas pada pertemuan pertama kelas eksperimen, total skor yang di dapat dari hasil observasi adalah 20 sedangkan pada kelas kontrol pada pertemuan pertama hanya mendapat skor 13. Sedangkan pada pertemuan kedua kelas eksperimen mendapat skor yang hampir sempurna yaitu 30 sedangkan pada kelas kontrol hanya mendapatkan skor 16. Perbandingan peningkatan aktivitas belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah 10 pada kelas kontrol dan 6 pada kelas eksperimen, sehingga dapat di simpulkan bahwa peningkatan aktivitas belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dan
11
hampir mendekati skor sempurna dibandingkan kelas kontrol yang hanya mendapatkan predikat cukup pada pertemuan kedua. Berdasarkan pemaparan dari hasil observasi kelas setelah treatment, aktivitas siswa kelas eksperimen lebih meningkat dibandingkan dengan kelas kontrol yang berarti bahwa hasil pemanfaatan prezi desktop dalam model pembelajaran STAD untuk meningkatkan aktivitas siswa berhasil. Ini dapat dilihat pada saat observasi, aktivitas siswa pada kelas eksperimen meningkat lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Selain itu, data angket membuktikan bahwa siswa sangat antusias dan tertarik dengan model pembelajaran yang telah di terapkan. persentase tingkat persetujuan siswa terhadap treatment atau perlakuan lebih besar di bandingkan dengan siswa yang tidak setuju. Berikut adalah rekapitulasi hasil angket :
No
Tabel 9. Rekapitulasi hasil angket kelas eksperimen Kategori SS
S
R
TS
STS
1
5
22
0
0
0
2
21
4
2
0
0
3
14
13
0
0
0
4
16
8
3
0
0
5
11
14
2
0
0
6
17
9
1
0
0
7
15
10
2
0
0
8
11
13
3
0
0
9
18
4
5
0
0
10
7
18
2
0
0
Jumlah
135
115
20
0
0
Skor
675
460
60
0
0
56.49%
38.49%
5.02%
0%
0%
Persentase Total skor
1195
Skor ideal
1350
Keterangan : Jumlah = skor keseluruhan responden Skor : SS = 5 x jumlah S = 4 x jumlah R = 3 x jumlah TS = 2 x jumlah STS = 1 x jumlah Total skor = jumlah keseluruhan skor Persentase =
Jika di tulis dengan persentase, sebanyak 56.49 % siswa yang menjawab SS dan 38.49% siswa yang menjawab S dengan jumlah skor
12
keduanya 94.98 % sedangkan persentase siswa yang menjawab ragu-ragu sebanyak 5.02%. dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju. Berdasarkan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah siswa yang setuju setelah diberikan treatment atau perlakuan sebesar 88,51% atau dapat digambarkan sebagai berikut:
Setuju
1195 270
540
810
1080
1350
STS
TS
R
S
SS
Gambar 1. Skala Likert
Hasil skala tersebut diperoleh dari jumlah skor kriteria angket yaitu dengan skor SS 675, S 460, R 60, TS 0, dan STS 0 dengan jumlah skor keseluruhan 1195. Berdasarkan data yang diperoleh dari 27 responden, maka rata – rata 1195 terletak pada daerah setuju. Dapat juga digambarkan dengan diagram presentase sebagai berikut : SS
S 5%
R
TS 0%
STS 0%
39% 56%
Gambar 2. Diagram persentase
Dari diagram persentase pada gambar 2, tingkat persetujuan siswa pada kelas eksperimen terhadap treatmen sebesar 56% menjawab sangat setuju dengan di tandai diagram warna biru, 39% siswa menjawab setuju yang di tandai diagram berwarna merah, dan 5% menjawab ragu-ragu yang ditandai dengan diagram warna hijau. Tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah siswa yang setuju setelah diberikan treatment atau perlakuan pada kelas eksperimen sebesar 88,51% sehingga model pembelajaran STAD berhasil di terapkan dan dapat menjawab permasalahan dimana seluruh siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas, selain itu guru juga berhasil memanfaatkan media pembelajaran, terlihat saat guru menjelaskan materi pembelajaran menggunakan prezi desktop, seluruh siswa memperhatikan materi pelajaran dan tidak terdapat siswa yang asik mengobrol dengan teman sebangku seperti yang terjadi pada kelas kontrol. 13
Pemilihan STAD sebagai model pembelajaran sangat sesuai untuk mengatasi permasalahan yang timbul setelah observasi dan wawancara dilakukan. Model pembelajaran STAD membantu siswa dalam memahami materi secara merata dengan memanfaatkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran STAD. Selain mengatasi masalah yang timbul ketika observasi, Penggunaan model pembelajaran STAD juga disesuaikan dengan materi yang di pelajari siswa. Pada penelitian ini, materi yang diajarkan yaitu mengenai pengoprasian Microsoft excel dan siswa harus benar-benar memahami materi tentang Microsoft excel agar siswa dapat melanjutkan ke tahap STAD yang selanjutnya yaitu diskusi kelompok. Selama proses pembelajaran, terlihat jelas perbedaan sikap siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sikap siswa pada kelas kontrol hampir sama ketika observasi sebelum penelitian berlangsung. Sedangkan sikap siswa pada kelas eksperimen terlihat lebih aktif dan mau mendengarkan guru ketika guru sedang menjelaskan. Jika pada kelas kontrol masih terdapat dominasi dari siswa tertentu, pada kelas eksperimen seluruh siswa bekerjasama menyelesaikan tugas kelompok. Pada kelas eksperimen siswa pandai mau membagikan pengetahuan dan membantu siswa kurang yang mengalami kesulitan mengerjakan bagian tugas kelompok, sedangkan pada kelas kontrol siswa pandai cenderung acuh tak acuh terhadap siswa kurang. Komunikasi pada kelas kontrol hanya berlangsung dua arah, yaitu guru ke siswa dan siswa ke guru, sedangkan pada kelas eksperimen terjadi komunikasi dari berbagai arah. 5. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan prezi desktop sebagai media dalam model pembelajaran STAD terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Selain itu penggunaan prezi desktop sebagai media pembelajaran mendapatkan tanggapan positif dari siswa. Pada saat penjelasan dari guru menggunakan prezi desktop siswa lebih fokus dan memperhatikan materi. Berbeda dengan siswa yang hanya menggunakan metode ceramah dan konvensional, masih terdapat permasalahan seperti ribut sendiri, membuat gaduh bahkan bermain handphone. Ini terlihat dari hasil observasi pertemuan pertama pada kelas eksperimen adalah mendapatkan skor 20 dan mendapatkan kategori baik dan pada pertemuan kedua pada kelas eksperimen mendapatkan skor 30 dan berada pada kategori sangat baik. berbeda dengan kelas kontrol, hasil observasi pertemuan pertama pada kelas kontrol mendapatkan skor 13 dan berada pada kriteria kurang. Sedangkan pada pertemuan kedua kelas kontrol, skor aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 16 masuk dalam kriteria cukup. Hasil angket menunjukkan bahwa penggunaan prezi desktop sebagai media dalam model pembelajaran STAD mendapat tanggapan positif dan dapat diterima siswa dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 88.51% siswa mengatakan setuju dengan treatment yang telah diberikan.
14
6. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, berikut ini beberapa saran yang harapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil sampel penelitian kepada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Pabelan. Untuk itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meneliti pada setiap kelas dan jenjang pendidikan yang berbeda, sehingga gambaran yang di dapatkan cenderung lebih optimal. Pada saat wawancara, peneliti hanya mewawancarai satu orang siswa dan satu orang guru, diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar narasumber yang di wawancarai lebih banyak sehingga peneliti selanjutnya mendapatkan permasalahan yang lebih jelas. 7. Daftar Pustaka [1] [2]
[3] [4]
[5]
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Sinar Baru Bahri, Syaiful. D. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Suharyanto, Sawiji, Susilowati. 2013. Penerapan Media Pembelajaran Dengan Penggunaan Software Prezi dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Mata Diklat Komunikasi Santoso, Djoko dan Rochayati, Umi. 2008. Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Rangkaian Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNY
Trinandita. 1984. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
[6]
Zulhartati, Sri. 2010. Jurnal Pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif STAD Pada Mata Pelajaran IPS Fkip Universitas Tanjungpura Pontianak. [7] Sudarsa, I Made, dan Karyasa, I Wayan. 2013. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA(Volume 3 Tahun 2013) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Terhadap Emahaman Konsep Kimia Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia [8] Rusman, 2011, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers [9] Miarso, Yusufhadi. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. [10] Settle, Q., Katie M. A., Lauri M. B. 2011. Using Prezi in the classroom. Jurnal NACTA vol. 55 No. 4 [11] Aribowo, I. T. 2012. Keefektifan Penggunaan Multimedia Prezi pada Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Jerman di SMAN 2 Banguntapan Bantul. Yogyakarta:UNY. [12] Dimyanti, Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta :
PT RinekaGagne. [13] Sugiyono. 2013. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
15