Pengembangan Model Mitigasi Bencana Alam Menggunakan Sistem Damages And Losses Assesment (DaLA) (Studi Kasus Erupsi Gunung Merapi 2010 di Kab. Boyolali)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Peneliti: Farisa Oetari (682010006)
Dr. Sri Yulianto JP, S.Si., M.Kom Adi Nugroho, ST., MMSI.
Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Maret 2014
1
2
3
4
5
6
Pengembangan Model Mitigasi Bencana Alam Menggunakan Sistem Damages And Losses Assessment (DaLA) (Studi Kasus Erupsi Gunung Merapi 2010 di Kab. Boyolali) 1
Farisa Oetari, 2Sri Yulianto JP,3Adi Nugroho
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro no. 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email:1)
[email protected],2)
[email protected], 3)
[email protected] Abstract In 2010 Merupi erupted terribly. This eruption caused destruction and disadvantages in many sectors also caused many victims especially in Boyolali. When the disaster happened. The estimations of the destruction and disadvantages will be done. This estimations uses DaLA ECLAC method. The estimation of the disaster cause will be used for the rehabilitation fase and reconstruction after disaster. By the rapid growing of technology, the observer try to apply DaLA ECLAC method on the information system based on website using Oracle database in this observation. The research produced a web-based information system that can be used to perform calculations of the destruction and disadvantages caused disaster for helping BPBD’s officers to make andamage and loss assessment due to the eruption of Merapi. Keyword: damage and loss assessment, DaLA, ECLAC Abstrak Pada tahun 2010 Merapi mengalami erupsi yang sangat dahsyat.Erupsi Merapi di tahun 2010 mengakibatkan kerusakan dan kerugian diberbagai sektor serta banyak korban jiwa yang berjatuhankhususnya di Kabupaten Boyolali.Setiap terjadi bencana akan dilakukan penilaian kerusakan dan kerugian. Penilaian kerusakan dan kerugian (DaLA) menggunakan metode ECLAC.Penilaian dampak bencana nantinya akan digunakan pada fase rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan metode DaLA ECLAC pada suatu sistem informasi berbasis web dengan menggunakan database Oracle. Penelitian ini menghasilkan suatu sistem informasi berbasis web yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan kerusakan dan kerugian akibat bencana sehingga dapat membantu petugas BPBD untuk melakukan penilaian kerusakan dan kerugian (DaLA) khususnya dari erupsi Merapi. Kata kunci : penilaian kerusakan dan kerugian, DaLA, ECLAC
1
Mahasiswi Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
7
1.
Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara yang struktur geologinya didominasi oleh gunung berapi. Gunung Merapi (2968m dpl) terletak di Jawa Tengah pada posisi geografis 110º 26' 30'' Bujur Timur dan 7º 32' 30'' Lintang Selatan, adalah gunung api tipe strato paling giat di Indonesia. Sejak tahun 1672 hingga 2010 tercatat lebih dari 80 kali erupsi, dengan selang waktu istirahat antara 1 - 18 tahun atau rata-rata 4 tahun. Gunung ini berada di Kabupaten Sleman yang secara geografis memiliki wilayah terbentang mulai 110º 15’ 13” sampai dengan 110º 33’ 00” Bujur Timur dan 7º 34’ 51” sampai dengan 7 º 47’ 03” Lintang Selatan. Selain berada di wilayah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Propinsi JawaTengah juga memiliki wilayah Gunung Merapi [1]. Gunung Merapi mengalami letusan-letusan kecil setiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar 10-15 tahun sekali [2]. Pada tahun 2010, gunung Merapi mengeluarkan letusan dahsyat yang mengejutkan banyak pihak. Pada tanggal 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya berturut-turut hingga November 2010. Kejadian erupsi Merapi ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian yang tidak sedikit. Letusan ini menyebabkan 37 korban meninggal dan 46 luka-luka akibat awan panas. Setelah letusan tersebut, terjadi hal yang di luar kebiasaan Merapi, masih terdapat energi di dalam dapur magma yang besar. Akibatnya pada tanggal 5 November 2010 terjadi letusan yang lebih kuat dengan menimbulkan lontaran material vulkanik setinggi 6,5 km dari puncak Merapi dan hembusan awan panas sejauh 14 km ke arah selatan. Letusan kedua ini menimbulkan kerusakan yang hebatdan menyebabkan bertambahnya korban meninggal hingga mencapai total 196 orang [3]. Kejadian bencana menuntut upaya tanggap darurat secara cepat dan menyeluruh bagi korban dan wilayah yang terkena dampak bencana, serta upaya pemulihan kehidupan masyarakat dan daerah pasca bencana. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Setiap terjadi bencana, Bappenas ditugaskan untuk melakukan penilaian kerusakan dan kerugian yang terjadi. Kegiatan penilaian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran sampai berapa besar kerusakan dan kerugian yang ditanggung oleh semua pihak, pemerintah, masyarakat dan swasta, serta seberapa besar dampak bencana mempengaruhi ekonomi makro, baik di tingkat regional maupun di tingkat nasional. Sesuai dengan strategi di dalam rehabilitasi dan rekonstruksi maka ada tiga tahapan di dalamnya yaitu kajian penilaian kerusakan dan kerugian (damage and losses assessment), kajian penilaian kebutuhan pasca bencana (human recovery needs assessment) dan penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi [4].
8
Penilaian Kerusakan dan Kerugian (Damage and Loss Assessment) menggunakan metode ECLAC (UN-Economic Commission for Latin America and Caribbean, atau Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Negara-Negara Karibia) yang sudah umum digunakan untuk menilai dampak pasca bencana secara internasional. Metode perhitungan ini telah digunakan di Indonesia untuk menilai dampak bencana Tsunami Aceh tahun 2004 dan Gempa Jogja pada tahun 2006. Selama ini proses penilaian kerusakan dan kerugian pasca bencana di Kabupaten Boyolali memiliki beberapa kekurangan. Penilaian kerusakan dan kerugian erupsi Merapi yang dilakukan belum menerapkan stadarisasi yang ada pada metode ECLAC. Selain itu petugas kurang memperhatikan manajemen file dengan baik yang mengakibatkan kehilangan data sehingga pada saat data dibutuhkan petugas kebingungan dalam mencari data atau file. Hasil penilaian kerusakan dan kerugian bencana nantinya akan digunakan pada fase rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.Mengingat pentingnya data-data tersebut dan didukung oleh kemajuan teknologi yang pesat, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan metode ECLAC pada suatu sistem informasi berbasis websiteuntuk melakukan penilaian kerusakan dan kerugian (DaLA) dengan menggunakan database Oracle. Pembuatan sistem damages and losses assessment (DaLA)diharapkan dapat membantu petugas dalam melakukan proses penilaian kerusakan dan kerugian pasca bencana khususnya pada erupsi Merapi di Kab. Boyolali.Peneliti mengambil data sample dari 3 kecamatan di Kab. Boyolali yaitu Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk dan Kecamatan Cepogo, karena menurut Peta Daerah Rawan Bencana Erupsi Merapi Kab.Boyolali yang dibuat oleh BPBD Kab.Boyolali ketiga kecamatan ini merupakan wilayah yang dekat dengan puncak Merapi. 2.
Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang penilaian kerusakan dan kerugian bencana telah banyak dilakukan, misalnya penelitian yang pertama dilakukan oleh BAPPENAS pada tahun 2006, yang bertujuan untuk menilai dampak dari becana gempa bumi tahun 2006 dengan menggunakan metode DaLA ECLAC.Hasil dari penelitian ini adalah hasil perhitungan kerusakan dan kerugian becana gempa Jogja pada tahun 2006 di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta [5]. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan Dhelistya Liza pada tahun 2013, yang bertujuan menerapkan metode DaLA ECLAC pada sistem informasi berbasis internet dan SIG. Penelitian ini melakukan penilaian kerusakan rumah di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman pasca erupsi Merapi pada tahun 2010. Hasil dari penelitian ini adalah prototype sistem informasi penilaian kerusakan rumah berbasis internet dan SIG, nilai kerusakan rumah di Desa Kepuharjo, dan hasil evaluasi nilai kerusakan dan sistem informasi [6]. Sedangkan penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menerapkan metode DaLAECLAC pada sistem informasi berbasis web untuk menghitung kerusakan dan kerugian pasca erupsi Merapi 2010 di semua sektor yang terkena dampak erupsi menggunakan database Oracle 11g. Hasil dari penelitian ini adalah 9
prototype DaLA sistem berbasis internet untuk menghitung nilai kerusakan dan kerugian akibat erupsi Merapi. Penilaian dampak bencana di Indonesia menggunakan metode yang dikembangkan oleh Economic Commision for Latin America and the Caribbean(ECLAC) yang dikenal dengan istilah Damages and Losses Assessment (DaLA). Metodologi ECLAC (Economic Commission for Latin America and the Caribbean) diperkenalkan kepada Pemerintah Indonesia oleh komunitas donor internasional sebagai salah satu instrumen analisa yang telah dikembangkan untuk menghitung jumlah kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh berbagai jenis bencana (bencana alam maupun bencana yang terjadi akibat ulah manusia) [5]. Metoda ECLAC menganalisis tiga aspek utama, yaitu kerusakan, kerugian dan dampak ekonomi. Kerusakan (dampak langsung), merupakan dampak terhadap asset, saham, properti yang dinilai dengan harga unit penggantian (bukan rekonstruksi) yang disepakati. Kerugian (dampak tidak langsung), merupakan proyeksi hambatan produktivitas akibat asset yang rusak atau hilang akibat bencana, seperti potensi pendapatan yang berkurang, pengeluaran yang bertambah dan lain-lain selama beberapa waktu hingga aset dipulihkan berdasarkan nilai saat ini. Sedangkan dampak ekonomi (kadang disebut dampak sekunder) meliputi dampak fiskal, dampak pertumbuhan PDB, dan lain-lain [7]. Metode ini dimaksudkan menyediakan sebuah penilaian awal mengenai kerusakan dan kehilangan setelah terjadi suatu bencana untuk mengidentifikasi kebutuhan pemulihan yang segera harus dilakukan ataupun kebutuhan pembangunan kembali (rekonstruksi) dalam jangka panjang [7]. Penilaian kerusakan dan kerugian (Damage and Loss Assessment) merupakan tahap awal dari upaya pemulihan pasca bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang berjangka menengah sampai panjang [7]. Pada dasarnya, tujuan utama penilaian seberapa besar kerusakan dan kerugian adalah untuk sesegera mungkin mengukur skala dampak bencana sehingga dapat ditentukan prioritas penanganan dan pada akhirnya menentukan strategi rekonstruksi dan rehabilitasi. Selain itu, tujuan lain penilaian kerusakan dan kerugian adalah memperkirakan apakah investasi yang akan dialokasikan dapat memberikan manfaat atau tidak bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan daerah yang terkena dampak bencana [7]. Secara spesifik tujuan dari penilaian kerusakan dan kerugian yaitu menilai kerusakan yang terjadi pada prasarana dan sarana publik dan non-publik, menilai kerugian yang terjadi dan dampaknya terhadap masyarakat, daerah dan Negara serta menilai pengaruh kerusakan terhadap kelembagaan pemerintahan, sekaligus mengantisipasi resiko terjadinya konflik, pelanggaran hukum dan penyimpangan. Manfaat dari perkiraan dampak pasca bencana pada dasarnya adalah untuk: a) bahan masukan kebijakan program rekonstruksi, b)bahan masukan bagi kebijakan pemulihan sosial dan ekonomi, c) tolok ukur pemantauan kegiatan pemulihan pasca bencana, d) bahan masukan bagi manajemen risiko bencana [7]. Proses penilaian kerusakan dan kerugian terbagi dalam lima tahapan seperti pada gambar 1 [7].
10
Gambar 1 proses penilaian kerusakan dan kerugian
Tahap pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data primer dan sekunder. Berdasarkan Metoda ECLAC, data primer yang perlu dikumpulkan adalah data sektor berdasarkan pengelompokan yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat wilayah yang terkena dampak bencana dapat dilihat pada tabel 1 [7]. Sektor Perumahan
Prasarana Publik
Sosial
Ekonomi
Subsektor Perumahan Prasarana Lingkungan Perumahan Transpotasi darat Transportasi Laut Energi Pos dan Telekomunikasi Air dan Sanitasi Infrastruktur Pertanian Kesehatan Pendidikan Agama Panti social Budaya dan Bangunan Bersejarah Lembaga Sosial Pertanian Perikanan Industri Kecil dan Menengah Perdagangan (Pasar)
11
Lintas Sektor
Pariwisata Lingkungan Hidup Pemerintahan Sektor Keuangan/Perbankan Ketertiban Dan Keamanan
Tabel 1 Tabel Daftar Sektor [7] Tahapkedua yaitu konfirmasi dan verifikasi data. Pada tahap ini akan dilakukan konfirmasi terhadap sumber data kerusakan, konfirmasi lokasi dan jenis kerusakan, memverifikasi nilai kerusakan serta memastikan data yang diperoleh sudah mencakup semua wilayah.Mengkorfirmasikan data kerusakan dengan Kementerian/Lembaga dan SKPD yang terkena dampak bencana merupakan bagian yang penting dalam proses penyusunan perkiraan kerusakan dan kerugian [7]. Tahap ketiga yaitu vilidasi dan valuasi kerusakan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengelompokan data berdasarkan sektor dan menghitung nilai kerusakan berdasarkan rumus yang sudah ditetapkan pada tabel 2 [7]. Sektor Perumahan
Subsektor Perumahan Prasarana Lingkungan Perumahan
Prasarana Publik
Sosial
Ekonomi
Lintas
Transpotasi darat Transportasi Laut Energi Pos dan Telekomunikasi Air dan Sanitasi Infrastruktur Pertanian Kesehatan Pendidikan Agama Panti sosial Budaya dan Bangunan Bersejarah Lembaga Sosial Pertanian Perikanan Industri Kecil dan Menengah Perdagangan (Pasar) Pariwisata Lingkungan
Rusak Total
Rusak Sedang
Rusak Ringan
KET
Rp. 20.000.000,Tidak Ada
Rp. 10.000.000,Tidak Ada
Rp. 2.500.000,Tidak Ada
unit x harga satuan x 6070% (depresiasi aset)
unit x harga satuan x 4050% (depresiasi aset)
unit x harga satuan x 20-30% (depresiasi aset)
Mengacu ke pernyataan pemda Mengacu pada pengalaman Rehab Rekon D.I.Y Mengacu pada standar rata-rata dari Dep. PU,
unit x harga satuan x 6070% (depresiasi aset)
unit x harga satuan x 4050% (depresiasi aset)
unit x harga satuan x 20-30% (depresiasi aset)
Bila tidak ada data dari instansi terkait atau untuk cek nilai
unit x harga satuan x 6070% (depresiasi aset)
unit x harga satuan x 4050% (depresiasi aset)
unit x harga satuan x 20-30% (depresiasi aset)
Bila tidak ada data dari instansi terkait atau untuk cek nila
unit x harga
unit x harga
unit x
Bila
12
tidak
ada
Sektor
Hidup Pemerintahan Sektor Keuangan/Perban kan Ketertiban Dan Keamanan
satuan x 6070% (depresiasi aset)
satuan x 4050% (depresiasi aset)
harga satuan x 20-30% (depresiasi aset)
data dari instansi terkait atau untuk cek nilai
Tabel 2 Tabel Satuan (unit) harga dan estimasi kerusakan [7] Tahap keempat adalah valuasi nilai kerugian. Hal yang dilakukan pada tahapan ini menggunakan pengelompokan data sektor untuk menghitung kerugian akibat bencana. Penilaian terhadap kerugian menggunakan asumsi dan pendekatan yang ditunjukan pada tabel 3 [7]. Sektor Perumahan dan Prasarana Permukiman PrasaranaPublik
Sosial
Ekonomi
Lintas Sektor
Nilai Kerugian Tidak Dihitung Dihitung terhadap potensi berkurangnya pendapatan dan atau hilang/berkurangnya produktivitas dalam jangka waktu tertentu Dihitung dengan pendekatan bertambahnya biaya operasional dalam jangka waktu tertentu Dihitung terhadap potensi berkurangnya pendapatan dan atau hilang/berkurangnya produktivitas dalam jangka waktu tertentu. Dihitung terhadap potensi berkurangnya pendapatan dan atau hilang/berkurangnya produktivitas dalam jangka waktu tertentu
Tabel 3 Tabel Pendekatan perhitungan nilai kerugian [7] Tahap kelima adalah memeriksa rasionalitas kerusakan dan kerugian.Pada tahap ini melakukan penjumlahan terhadap kerusakan dan kerugian serta memeriksa rasionalitasnya [7]. 3.
Metode Penelitian
Metode penelitian berisi proses yang dilalui untuk membuat perancangan aplikasi yaitu dari tahap pertama melakukan identifikasi kebutuhan user sampai kedalam tahap terakhir yaitu testing aplikasi pada BPBD Boyolali. Setiap proses memiliki beberapa bagian yaitu terdiri dari tujuan yang ingin dicapai pada proses tersebut, metode/alat/bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, serta 13
output yang akan dihasilkan dari tiap tahap.Tahap – tahap yang ada di dalam metode penelitian dapat dlihat pada gambar 2. Tahap 1 Tujuan Metode/alat/bahan Output
: Identifikasi kebutuhan user dan pencarian data lapangan : Wawancara, Observasi : Kebutuhan user teridentifikasi dan data terkumpul
Tahap II Tujuan Metode/alat/bahan Output
: Pengolahan data lapangan : Metode DaLA ECLAC : Hasil perhitungan kerugian dan kerusakan
Tahap III Tujuan Metode/alat/bahan Output
: Desain Perancangan sistem : UML, Ms. Visio : Diagram UML, User Interface
Tujuan Metode/alat/bahan Output
:Pengkodean rancangan sistem : PHP, Oracle : Sistem DaLA
Tujuan Metode/alat/bahan Output
Tahap V : Pengujian sistem : Pengujian ke user : Hasil pengujian sistem
Tahap IV
Gambar 2 Metode Penelitian
Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan identifikasi kebutuhan user dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Pada tahap ini metode yang dilakukan yaitu wawancara dan obeservasi. Wawancara dilakukan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali. Data yang didapatkan pada penelitian ini yaitu berupa data sekunder yang ada di BPBD dan Pemda Kabupaten Boyolali. Data yang dihasilkan berupa data kerusakan yang disebabkan karena erupsi Merapi tahun 2010 di wilayah Kabupaten Boyolali. Tahap kedua adalah pengolahan data lapangan. Data-data yang telah diperoleh pada tahap pertama selanjutnya diolah menggunakan metode DaLA ECLAC. Tahap ketiga adalah membuat desain aplikasi atau perancangan sistem sesuai kebutuhan user. Metode perancangan sistem yang digunakan untuk membangun aplikasi ini adalah metode prototyping. Prototyping adalah proses yang digunakan untuk membantu pengembangan perangkat lunak dalam membentuk model dari perangkat lunak yang harus dibuat [8]. 14
Gambar 3 Metode Prototyping
Gambar 3 merupakan tahap-tahap di dalam prototyping model yang akan diimplementasikan di dalam perancangan DaLA system ini antara lain pengumpulan kebutuhan. Sistem yang akan dibangun memiliki dua aktor yaitu user dan admin. Kedua aktor tersebut memiliki hak akses yang berbeda. Aktor admin memiliki hak akses penuh terhadap aplikasi DaLA, seperti melakukan manage terhadap data-data yang berkaitan dengan penilaian bencana. Sedangkan aktifitas yang dapat dilakukan oleh aktor user adalah hanya sebatas dapat melihat hasil pemrosesan data oleh sistem dari apa yang telah diinputkan admin. Sistem aplikasi dirancang dengan menggunakan Unified Modelling Language (UML), meliputi usecase diagram yang menggambarkan fugsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Sebuah usecase mereprentasikan sebuah interaksi antara aktor dan sistem.
Gambar 4 Usecase diagram
15
Gambar 3.3 adalah gambar diagram usecase yang menggambarkan keterlibatan aktor dalam pemakaian sistem beserta peran yang dimiliki seorang aktor dalam sistem tersebut. Tiap aktor memiliki peran masing-masing, misalnya seorang admin mempunyai peran dalam manage semua data yang dibutuhkan pada sistem DaLA meliputi manage data sektor, data subsektor, data wilayah bencana, data infrastruktur, data harga, dan data bencana. Diagram kelas (class diagram) adalah diagram yang digunakan untuk menampilkan beberapa kelas serta paket-paket yang ada dalam sistem perangkat lunak yang sedang dikembangkan.
Gambar 5 Class Diagram
Gambar 5 adalah class diagram dari aplikasi DaLA yang dibuat. Dalam membuat class diagram, dari satu usecase terpecah menjadi dari tiga class yang saling berhubungan yaitu boundary, controller dan entity. Boundary dapat diartikan sebagai user interface dimana disini terlihat apa-apa saja yang ada
16
ditampilan user. Controller berisi operation-operation yang digunakan, misalnya insert, update, delete, dan view. Sedangkan entity menggambarkan hubungan antar entitas yang ada pada sistem DaLA. Pada tahap keempat dilakukan implementasi dari desain yang telah dibuat kedalam pengkodean menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database Oracle 11g. Tahap kelima adalah pengujian terhadap aplikasi oleh sample useryang ada di BPBD Boyolali. 4.
Hasil dan Pembahasan
Sistem penilaian kerusakan dan kerugian pasca bencana yang dilakukan selama ini masih bersifat konvensional. Petugas sudah menggunkan bantuan komputer namun admin masih sering melakukan perhitungan secara manual.Selain itu mengingat pentingnya data ini, petugas sering lalai dalam menyimpan data bencana sehingga saat mau dipergunakan kembali data yang dicari sudah hilang atau petugas harus membuka satu per satu file yang ada didalam komputer. Dengan adanya sistem DaLA, data-data bencana dapat terorganisir dengan baik dan proses penialaian kerusakan dan kerugian bencana dapat dilakukan secara lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya. Data sektor, subsektor, harga, wilayah dll sudah tersimpan dalam suatu database. Ketika terjadi bencana petugas melakukan input data kerusakan yang didapat dari lapangan kedalam aplikasi ini. Selanjutnya proses perhitungan dilakukan didalam system sehingga pada akhirnya menghasilkan output berupa hasil perihitungan kerusakan dan kerugian. Proses Penilaian Kerusakan dan Kerugian Proses yang dilakukan dalam melakukan penilaian kerusakan dan kerugian terbagi menjadi lima tahap, yaitu : Tahap 1 Mengumpulkan data primer (kerusakan) dan data sekunder. Berikut adalah contoh data sekunder yang diperoleh dari pemda Kab. Boyolali berupa data korban meninggal, data kerusakan rumah dan data kerusakan jalan. Nama Wilayah Kecamatan Musuk Kecamatan Cepogo Kecamatan Selo Total
Jumlah Korban Meninggal 25 7 7 39
Tabel 4 Tabel pendataan korban meninggal Tabel 4 merupakan tabel pendataan korban meninggal akibat erupsi Merapi. Data korban meninggal dari 3 kecamatan yang ada di wilayah Kab. Boyolali yaitu Kecamatan Musuk, Cepogo dan Selo.
17
No 1
Program/Kegiatan Perumahan Rusak Berat Perumahan Rusak Sedang Perumahan Rusak Ringan
Lokasi (Kabupaten)
Volume 551 950 2204
Kab. Boyolali a. Rumah Rusak Berat b. Rumah Rusak Sedang c. Rumah Rusak Ringan Kab. Boyolali a. Rumah Rusak Berat b. Rumah Rusak Sedang c. Rumah Rusak Ringan Kab. Boyolali a. Rumah Rusak Berat b. Rumah Rusak Sedang c. Rumah Rusak Ringan
61 163 81 342 733 2111 148 54 12
Tabel 5 Tabel pendataan sektor perumahan Tabel 5 merupakan tabel pendataan kerusakan akibat erupsi Merapi di sektor perumahan. Tabel 5 berisi jumlah rumah rusak berdasarkan kategori kerusakan masing-masing. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jalan Perbaikan Ruas jalan sumbung - Wonodoyo Perbaikan Ruas jalan Dragan - Musuk Perbaikan Ruas jalan Samiran – Selo Perbaikan Ruas jalan Tumut – Lencoh Perbaikan Ruas jalan Tlogolele - Sawangan Perbaikan Ruas Jalan Kedung - Cangko Kec. Selo Perbaikan Jalan Jalur Evakuasi Suroteleng Kec. Cepogo Perbaikan Jalan Jalur Evakuasi Ampel - Selo Perbaikan Ruas Jalan Taman Nasional Gunung Merbabu Perbaikan Jalan Alternatif Senden - Glagah ombo Perbaikan Ruas Jalan Candisari - Kemantren
Kecamatan Musuk Musuk Selo Selo Selo Selo
Kabupaten Boyolali Boyolali Boyolali Boyolali Boyolali Boyolali
Volume 1,2 km 1,0 km 1,53 km 1,35 km 3,69 km 0,4 km
Cepogo
Boyolali
0,2 km
Selo Kab. Boyolali Kab. Boyolali Kab. Boyolali
Boyolali Boyolali
8 km 0,4 km
Boyolali
0,4 km
Boyolali
1 km
Tabel 6 Tabel pendataan kerusakan jalan Tabel 6 merupakan tabel yang menggambarkan data kerusakan jalan akibat erupsi Merapi di wilayah Kab. Boyolali. 18
Tahap 2 Melakukan konfirmasi dan verifikasi data dengan sumbernya. Mengkorfirmasikan data kerusakan dengan Kementerian atau Lembaga dan SKPD yang terkena dampak bencana. Mengelompokan kategori kerusakan fisik secara sederhana agar proses valuasi menjadi lebih mudah. Tahap 3 Melakukan validasi data dan memperkirakan nilai kerusakan. Pada tahap ini dilakukan perhitungan nilai kerusakan dengan rumus yang ada pada metode ECLAC. Contoh perhitungan kerusakan rumah : Erupsi Merapi 2010 mengakibatkan kerusakan pada sektor perumahan antara lain, rumah rusak besar berjumlah 61 unit, rumah rusak sedang berjumlah 163 unit dan rumah rusak ringan berjumlah 81 unit. Harga satuan kerusakan yang ditetapkan untuk rumah rusak berat sebesar Rp. 30.000.000, rumah rusak sedang sebesar Rp. 10.000.000, dan rumah rusak ringan sebesar Rp. 1.000.000. Nilai kerusakan rumah dihitung dengan rumus jumlah unit x harga satuan. Sehingga didapatkan hasil perhitungan rumah rusak berat sebesar Rp. 1.830.000.000, rumah rusak sedang sebesar Rp. 1.630.000.000 dan rumah rusak ringan sebesar Rp. 81.000.000. Jadi total kerusakan rumah sebesar Rp. 3.541.000.000,-. Contoh perhitungan kerusakan jalan : Erupsi Merapi 2010 mengakibatkan kerusakan jalan antara lain jalan rusak berat 1 km dan jalan rusak sedang 23,67 km. Nilai kerusakan dihitung berdasarkan tingkat kerusakan yang dialami dengan cara: skala kerusakan berat adalah satuan kerusakan x harga satuan x 60%-70% (depresiasi aset), skala kerusakan sedang adalah satuan kerusakan x harga satuan x 40%-50% (depresiasi aset), serta skala kerusakan ringan adalah satuan kerusakan x harga satuan x 20%30% (depresiasi aset). Harga satuan kerusakan untuk jalan yaitu sebesar Rp. 1,4 M. Sehingga didapatkan hasil perhitungan untuk jalan rusak berat sebesar Rp. 1.372.000.000 dan jalan rusak ringan sebesar Rp. 16.569.000.000. Jadi total kerusakan jalan sebesar Rp. 17.941.000.000. Tahap 4 Memperkirakan nilai kerugian. Pada tahap 4 dilakukan penilaian nilai kerugian berdsarkan pendekatan metode ECLAC atau perkiraan SKPD wilayah setempat. Contoh kerugian: Data kerusakan sektor perdagangan (kios) yang diakibatkan erupsi Merapi 2010 adalah jumlah kios rusak berat 147 unit dan kios rusak sedang 117 unit. Omset per hari yang dihasilkan tiap kios sebesar Rp. 700.000 - Rp. 800.000. Kios tidak beroperasi selama 7 hari. Nilai kerugian dihitung dengan rumus = omset x hari tdk beropeasi x jumlah kios. Sehingga didapatkan hasil perhitungan kerugian untuk kios rusak berat sebesar Rp. 795.200.000 dan kerugian kios rusak sedang Rp. 655.200.000. Jadi total kerugian kios sebesar Rp. 1.450.400.000. Tahap 5 Memeriksa rasionalitas dan struktur nilai kerusakan dan kerugian
19
berdasarkan tipe bencana. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan rasionalitas dan menjumlahkan nilai kerusakan dan kerugian. Implementasi metode DaLA ECLAC Rumus perhitungan kerusakan dan kerugian metode DaLA ECLAC yang digunakan pada penelitian ini diletakkan pada kode program PHP. Kode Program 1 kode progam insert harga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
$sql = OCIParse ($kon,"insert into TB_HARGA values ('$_POST[kode_harga]', (0.7*'$_POST[harga]'), (0.5*'$_POST[harga]'), (0.3*'$_POST[harga]'), '$_POST[id_jenis]', '$_POST[kode_infrastruktur]')");
Kode program 1 merupakan kode program yang berisi perintah untuk insert atau menambahkan harga satuan bencana. Harga satuan yang ditetapkan pemerintah daerah akan dibagi menjadi tiga kategori harga yaitu harga rusak berat, harga rusak sedang dan harga rusak ringan.Penetuan harga untuk masingmasing kategori berdasarkan metode ECLAC yang telah diuraikan sebelumnya. Output dari kode program 1 ditunjukan pada gambar 6.
Gambar 6 Tampilan daftar harga satuan bencana
Gambar 6 merupakan output dari hasil pehitungan penentuan harga satuan. Harga satuan untuk bencana terbagi dalam tiga kategori yaitu kategori harga kerusakan berat, kategori harga kerusakan sedang dan kategori harga kerusakan ringan. Untuk membedakan antara harga kerugian dan harga kerusakan dapat dilihat pada kolom jenis yang merupakan keterangan dari masing-masing harga satuan. 20
Kode Program 2kode program insert data bencana 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
$sql = OCIParse ($kon,"insert into TB_BENCANA values ('$_POST[nomor]', '$_POST[jumlah_rb]', '$_POST[jumlah_rs]', '$_POST[jumlah_rr]', '$_POST[kode_harga]')");
Kode program 2 adalah kode program yang digunakan untuk menyimpan data-data kerusakan akibat bencana berdasarkan fakta di lapangan.Data-data tersebut diinputkan berdasarkan kategori kerusakan yang telah ditentukan.Output dari kode program insert data bencana ditunjukan pada gambar 7. Jumlah kerusakan tiap infrastruktur ditunjukan pada 3 kolom terakhir dari tampilan website pada gambar 7.
Gambar 7 Tampilan hasil inputan data bencana
Gambar 7 merupakan output dari masukan data kerusakan sesuai dengan keadaan dilapangan. Data yang dimasukkan dilengkapi dengan tanggal, nama wilayah, sektor, subsektor dan nama infrastruktur. Data angka yang dimasukkan disesuaikan berdasarkan pembagian sektor. Kode Program 3 kode program perhitungantotal kerusakan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
$sql=oci_parse($conn,"select b.nomor, initcap(s.sektor) sektor, sb.subsektor, initcap(i.keterangan) keterangan,k.kecamatan, b.jumlah_rb, b.jumlah_rs,b.jumlah_rr, h.harga_rb, h.harga_rs,h.harga_rr,j.jenis, ((b.jumlah_rb * h.harga_rb)+(b.jumlah_rs * h.harga_rs)+(b.jumlah_rr * h.harga_rr)) total from tb_bencana b join tb_harga h on (b.kode_harga = h.kode_harga) join tb_infrastruktur i on (i.kode_infrastruktur=h.kode_infrastruktur)
21
7. 8. 9.
join tb_subsektor sb on (sb.id_subsektor = i.id_subsektor) join tb_sektor s on (s.id_sektor = sb.id_sektor) join tb_jenis j on (j.id_jenis=h.id_jenis)join tb_kecamatan (k.id_kecamatan = i.id_kecamatan)");
k
on
Kode program 3 adalah kode program yang digunakan untuk menampilkan jumlah total kerusakan tiap infrastruktur. Rumus untuk menampilkan total rupiah kerusakan terletak pada baris perintah nomor 4. Total rupiah kerusakan dihitung dengan cara mengkalikan harga satuan dan jumlah unit seperti pada baris perintah nomor 4 pada kode program 3.Output dari kode program 3 adalah berupa tampilan yang menampilkan hasil perhitungan kerusakan dan kerugian yang ditunjukan pada gambar 8.
Gambar 8 Tampilan hasil penilaian kerusakan dan kerugian
5.
Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah DaLA system merpakan suatu aplikasi yang digunakan untuk membantu kinerja petugas dalam melakukan penilaian kerusakan dan kerugian (DaLA) akibat bencana alam.Dengan adanya DaLA system, penilaian kerusakan dan kerugian pasca bencana dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.Perhitungan kerusakan dan kerugian dengan menggunakan DaLA systemakan menghasilkan suatu hasil perhitungan kerusakan dan kerugian secara cepat bila dibandingkan dengan perhitungan manual yang sebelumnya. Selain itu dengan adanya sistem berbasis internet maka akan dihasilkan suatu informasi ter-update dan proses pelaporan akan lebih cepat karena dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
22
6. Daftar Pustaka [1] BAPPENAS, BNPB, 2011, Rencana Aksi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana Erupsi Merapi Di Wilayah Provinsi Di Yogyakarta Dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. [2] Harwati, 2010, Analisis Dampak, Bencana Merapi Terhadap Aktifitas Industri di Kawasan Cangkringan.Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. [3] BNPB, 2011, Dari Wasior, Mentawai,Hingga Merapi. GEMA BNPB.2(1). 7- 16. [4] BNPB, 2011, Dampak Letusan Gunung Merapi Mencapai Rp 3,56 Trilyun. GEMA BNPB.2(1). 17- 20. [5] BAPPENAS, 2006, Preliminary Damage and Loss Assessment, Yogyakarta and Central Java Natural Disaster, Jakarta [6] Liza, Dhelistya, 2013, Penerapan DaLA ECLAC Berbasis Internet Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Penilaian Kerusakan Bangunan Rumah Pascabencana, Program Studi Ilmu Lingkungan Minat Studi Geo-Informasi untuk Manajemen Bencana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. [7] BAPPENAS, 2008, Penilaian Kerusakan dan Krugian, Jakarta [8] Pressman, R.S. Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi II.Yogyakarta: Andi, 2004.
23