ARTIKEL ILMIAH BAGIAN DARI TESIS
BENTUK DAN FUNGSI TARI KUDA LUMPING DALAM RITUAL UPACARA KHITANAN PADA MASYARAKAT SUKU JAWA DI DESA CIALAM JAYA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN
Marinem¹, Zalili Sailan², I Ketut Suardika³ 1. Mahasiwa program studi pendidikan seni program pascasarjana 2. Dosen program studi pendidikan seni program pascasarjana UHO 3. Dosen program studi pendidikan seni program pascasarjana UHO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
2
BENTUK DAN FUNGSI TARI KUDA LUMPING DALAM RITUAL UPACARA KHITANAN PADA MASYARAKAT SUKU JAWA DI DESA CIALAM JAYA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN Marinem¹, Zalili Sailan², I Ketut Suardika³ 1. Mahasiwa Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana 2. Dosen program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO 3. Dosen Program Studi Pendidikan seni Program Pascasarjana UHO Penulis menyatakan bahwa artikel ini merupakan bagian dari tesisi yang telah diseminarkan dan telah diperiksa kebenarannya oleh komisi pembimbing. Artikel ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti ujian tesis dan sebagai bahan publikasi ilmiah pada JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN SENI yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana Univeritas Halu Oleo Kendari.
Kendari,
Juni 2016
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Zalili Sailan, M. Pd NIP. 19521213 198103 1 026
Dr. I Ketut Suardika, S.Pd., M. Si NIP. 19610315 1986 01 1001
Mengetahui: Kordinator Program Studi Magister Pendidikan Seni
Dr. I Ketut Suardika, S.Pd., M. Si NIP. 19610315 1986 01 1001
3
BENTUK DAN FUNGSI TARI KUDA LUMPING DALAM RITUAL UPACARA KHITANAN PADA MASYARAKAT SUKU JAWA DI DESA CIALAM JAYA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN Marinem¹, Zalili Sailan², I Ketut Suardika³ Program Studi Pendidikan Seni Program Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo ABSTRAK Kesenian tradisional Kuda lumping merupakan jenis kesenian rakyat. Kesenian tradisional Kuda lumping merupakan kesenian sudah ada di desa Cialam jaya sejak tahun 1978. Kesenian kuda lumping di desa Cialam jaya berawal dari penduduk jawa yang mengikuti program trasmingrasi dari pemerintah Indonesia pada tahun 1973. Kesenian kuda lumping tersebut harus dijaga kelestariannya. Usaha pelestarian kesenian kuda lumping di Desa Cialam jaya adalah dengan adanya sangar tari kuda lumping. setiap kali ada pementasan selalu dipadati oleh penonton. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Bentuk Tari Kuda Lumping dalam Ritual Upacara Khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan? (2) Bagaimana Fungsi Tari Kuda Lumping dalam Ritual Upacara Khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan? Dengan tujuan (1) Untuk menjelaskan tentang bentuk tari kuda lumping dalam ritual upacara Khitanan pada masyarakat suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, (2) Untuk menjelaskan tentang fungsi tari kuda lumping dalam ritual upacara Khitanan pada masyarakat suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Berdasarkan Tesisi dapat diketahui bahwa bentuk kesenian kuda lumping di dalam ritual upacara khitanan terbagi menjadi dua yaitu pertunjukan pada siang hari dan pertunjukan pada malam hari dengan pertunjukan yang berbeda. Fungsi kesenian kuda lumping bagi masyarakat tersebut adalah sebagai sarana upacara ritual, sebagai sarana hiburan dan sebagai sarana estetika. Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan Tesisi adalah agar kesenian kuda lumping harus terus dipertahankan keberadaannya karena merupakan salah satu aset kebudayaan nasional, kepada Dinas Pariwisata perlu adanya langkah nyata untuk melestarikan kesenian tradisional kuda lumping dengan melakukan pembinaan-pembinaan dan kegiatan-kegiatan secara rutin yang melibatkan kesenian tradisional kuda lumping. Kata Kunci
: Bentuk, Fungsi, Tari Kuda Lumping, Ritual Upacara Khitanan, dan Masyarakat Jawa
4
PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama, dan kepercayaan. Hal ini yang mendasari terciptanya jati diri bangsa Indonesia yang dapat terlihat dari simbol Garuda Pancasila yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu”. Dari berbagai macam Suku bangsa dan adat istiadat yang berada di Indonesia tercipta pula kebudayaan dan kesenian yang beranekaragam disetiap daerahnya yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda pula. Seni sebagai salah satu unsur kebudayaan tidak semata-mata menyentuh matra kesenian saja, melainkan juga masalah keseluruhan kebudayaan. Permasalahan kebudayaan menyakut cara berpikir, suasana cita rasa, diafragma pandangan semesta, politik mengelolah hidup, serta seluruhnya melekat pada gugusan nilai-nilai, makna-makna, keyakinan dan kepercayaan serta pengetahuan (Rohidi, 2000: 207). Kabupaten Konawe Selatan merupakan wilayah yang di dalamnya terdapat kelompok masyarakat yang memiliki corak khas dalam pola kehidupan sosial budaya. Kehidupan berkesenian masyarakat konawe selatan terlihat dari berbagai jenis kesenian yang masih dilestarikan diataranya seni
pertunjukan, seni tari dan ritualritual adat. Cialam Jaya adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Konda Kabupaten Konawae selatan yang masih melestarikan budaya dan tradisi upacara khitanan. Upacara yang bernuansa sakral ini masih tetap dilaksanakan sampai saat ini. Dalam upacara khitanan ini terdapat kesenian tari yang biasa dikenal dengan sebutan tari kuda lumping. Tari kuda lumping merupakan salah satu kesenian tradisional yang kaya akan nilai-nilai budaya yang tumbuh berkembang sejak dulu hingga sekarang. Tari kuda lumping merupakan salah satu rangkaian acara yang dihadirkan pada ritual upacara khitanan pada masyarakat suku Jawa di Desa Cialam Jaya. Dalam upacara Khitanan, tari kuda lumping masuk dalam rangkaian pra acara sebelum anak yang dikhitan oleh seorang dokter atau mantri dan merupakan tontonan atau hiburan menarik yang dinanti-nanti para penonton. Mekispun Kesenian kuda lumping masih tetap dilestarikan di desa Cialamjaya, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan tidak menuntut kemungkinan suatu saat kesenian kuda lumping akan dilupakan. Melihat semakin derasnya arus gelobalisasi yang melanda seluruh daerah yang ada di Indonesia. Hal ini dapat berdampak pada bergesernya kebudayaan yang
5
ada dan dapat menghilangkan jati diri bangsa Indonesia. Melihat akan dampak globalisasi yang dapat menghilangkan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia, maka kiranya perlu perhatian terhadap seni pertunjukan tradisional perlu ditingkatkan. Salah satu bentuk pelestarian seni pertunjukan tradisional adalah melalui pengidentifikasian dan pengkajian seni. Melalui pengidentifikasian dengan cermat akan diperoleh data tentang jenis pertunjukan yang ada di daerah-daerah dengan melihat eksistensimya. Eksistensi seni pertunjukan tradisional akan semakin lengkap jika dikaji unsurunsur yang ada dalam seni pertujukan tradisional. Dalam mengamati sebuah tari ada dua sasaran pengamatan yaitu segi yang bersifat kewujudan dan segi yang bersifat isi atau makna. Segi-segi tari yang bersifat kewujudan akan menyangkut teknik tari dan tradisi penampilan, sedang segi-segi tari yang bersifat isi atau makna akan mengena pada wilayah konsep keindahan serta fungsi dan peranan tari dalam konteks yang lebih besar (Sedyawati, 1981:161162). Bedasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Bentuk dan Fungsi Tari Kuda Lumping dalam Ritual Upacara Khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa
Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan” METODE Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti melakukan pengamatan, wawancara atau penelaah dokumen, yang mana hal tersebut termasuk dalam metode kualitatif. Jenis penelitian ini, penulis menggunakan Penelitian Etnografi (Budaya) karena Penelitian Kuda Lumping ini berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan yang kental, sehingga penulis menggunakan penelitian etnografi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti tanpa ada perantara, dengan cara menggali sumber asli secara langsung melalui informan. Sumber data sekunder merupakan sumber data tidak langsung diperoleh dari sumber penelitian yang mampu memberikan data tambahan serta penguatan terhadap data penelitian. Sumber data sekunder diperoleh dari mengumpulkan referensi dari kajian kepustakaan dan dokumentasi dari kegiatan objek penelitian yang sedang dilaksanakan dalam kegiatan penelitian. Data dikumpulkan melelui Teknik Observasi, Teknik
6
Wawancara dan Teknik Dokumentasi. Setelah data terkumpul data dianalisis dengan menggunakan teknik Reduksi data, Display data dan Penarikan Kesimpulan setelah itu diuji dengan teknik Triangulasi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Tari Kuda Lumping dalam Ritual Upacara khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Dari segi bentuk tari kuda lumping dalam ritual upacara khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat dari proses pertunjukan kesenian kuda lumping, gerakan tari kuda lumping, busana dan properti pendukung, musik pengiring tari kuda lumping dan perlengkapan pentas. Adapun bentuk tarian kuda lumping pada masyarakat suku Jawa di desa Cialam jaya kecamatan Konda kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai berikut : Pertama, mempersiapkan alatalat gamelan seperti, bonang, kendang, gedemung, gong, saron, selentem dan selompret yang akan digunakan untuk pertunjukan; kedua, pengrawit menepati alat musik masing-masing dan mulai memainkan; ketiga, menata/menyiapkan perlengkapan
seperti kuda, barongan, babian; keempat, menyiapakan bunga setaman, wangi-wangian fambo, dupa dan kemenyan; kelima, menyiapkan kostum yang akan dipakai para penari; keenam, para pemain dan sinden bersiap-siap dengan kostum dan make up; ketujuh, pertunjukan siap dimulai dengan tarian yang dibawakan oleh para penari. Sebelum pertunjukan kesenian kuda lumping berlangsung, para pemain khususnya penari memerlukan make up, sebagai berikut: Waktu make up yang digunakan kurang lebih 1 jam menjelang pertunjukan dan yang diperlukan antara lain: bedak, minyak wangi, kostum, jarit, dan lain-lain. Proses pertunjukan kuda lumping selalu diwarnai adanya kesurupan atau kerasukan karena kesenian kuda lumping selalu identik dengan pemanggilan roh halus yang sengaja dipanggil untuk meramaikan pertunjukan, namun tetap didampingi pawang. Pawang adalah orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju yang dikenakan serba hitam. Pawang ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih. Sebelum pertunjukan kuda lumping pawang juga melakukan persiapan agar pertunjukan berjalan dengan lancar, biasanya seorang pawang melakukan suatu ritual.
7
Mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka biasanya seorang pawang akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah. Bentuk gerak tari dalam kesenian kuda lumping sangat sederhana dan tidak mengutamakan bentuk gerak yang dikandungnya, melainkan penampilan dan keluwesan dari penari yang menjadi perhatian utama. Pada dasarnya, gerak-gerak diungkapkan lebih berpijak pada tari gaya Surakarta seperti gerak lumaksono, kebyak kebyok sampur, ukel karno, ulapulap. Untuk mempermudah dalam pendeskripsiannya, maka perlu dikemukakan unsur-unsur gerak dari dalam anggota tubuh manusia. Tubuh manusia terbagi menjadi empat yaitu kepala, badan, tangan dan kaki. Masing-masing mempunyai gerak tersendiri yang berdiri sebagai unsur. Sedang unsurunsur yang dimaksud adalah sebagai berikut : Unsur gerak kepala, unsur gerak badan, unsur gerak tangan dan unsur gerak kaki. Tarian kuda lumping memiliki pola lantai panjer papat, prapatan, puteran dan lanjar. Yang bermakna; panjer papat adalah pola lantai dengan posisi penari berada pada empat sudut yang menggambarkan empat sudut mata angin yang diibaratkan panjer atau pusat kehidupan. pemaknaan dari pola lantai panjar papat adalah
kemampuan manusia berjalan dalam kehidupan ini harus tetap ingat pada sang pencipta; pola lantai parapatan yang dilakukan dengan penari kuda lumping bergerak saling bertukar tempat merupakan simbol bahwa manusia akan selalu bergerak dalam kehidupan ini dan makna dari pergerakan ini adalah bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan manusia harus saling membantu untuk memperoleh ketentraman hidup; pola lantai puteran dilakukan penari berputar seolah memutari kiblat yang menjadi simbol dunia. Hal ini mengandung makna bahwa manusia harus menyeimbangkan kehidupannya; pola lantai lanjaran atau posisi penari dalam satu garis menyimbolkan sebuah kesatuan yang bermakna bahwa manusia harus menyatu dalam wujud batiniah dan rohaniah. Pementasan kesenian kuda lumping pada upacara khitanan didukung dengan tata busana dalalm penampilannya. Busana yang digunakana pada pertujukan kesenian kuda lumping memiliki perbedaan antara pertunjukan disiang hari dan malam hari. Busana yang digunakan penari kuda lumping pada pertunjukan disiang hari cukup sederhana. Penari kuda lumping pada pertunjukan siang hari hanya memakai celana kolor berwarna hitam bermotif merah dan baju kaos berwarna hitam dan motif merah juga. Sedangkan
8
busana penari kuda lumping pada malam hari terlihat lebih tradisional dan gagah bagaikan perajurit kerajaan. Alat musik merupakan salah satu bagian penting dari sebuah tari begitupun dalam tari kuda lumping. Adapun alat musik yang digunakan dalam kesenian tari kuda lumping di desa Cialam jaya kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai berikut : Bonang, Kendang, Gedemung, Gong, Saron, Selentem dan Selompret. Kesuksesan dalam pementasan kesenian tari kuda lumping diperlukan beberapa unsur pelengkap. Unsur-unsur pelengkap tersebut adaIah beberapa macam seperti sesaji, tata lampu dan tata suara (sound system). Adapun fungsi dari penggunaan sesaji tersebut adalah agar di dalam melaksanakan pementasan semua diberi keselamatan, baik itu para pemain, tuan rumah, penonton, serta lingkungan yang digunakan untuk mengadakan pementasan. Selain itu, juga digunakan untuk menyembuhkan pemain yang mengalami kesurupan atau kemasukan roh. Fungsi dari penggunaan tata lampu di dalam pementasan kesenian kuda lumping adalah hanya untuk penerangan saja dan penggunaan tata suara ini sangat penting untuk membantu agar suara yang dihasilkan oleh instrumen
gamelan lebih bagus dan dapat didengar dari jarak yang cukup jauh. Hal ini dimaksudkan untuk menarik penonton supaya berdatangan untuk menyaksikan jalannya pementasan kesenian kuda lumping. Fungsi Tari Kuda Lumping dalam Ritual Upacara Khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Dari segi fungsi tari kuda lumping dalam ritual upacara khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Kuda Lumping sebagai Sarana Ritual bersih desa merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat di daerah dimana kesenian itu hidup dan berkembang. Kuda lumping akan tampil sebagai simbol energi positif desa yang akan memerangi dan menjaga desa dari segala marabahaya dan kuda lumping juga menjadi sebagai simbol pemersatu masyarakat baik masyarakat penonton maupun pelaku seninya. Di dalam pertunjukan kuda lumping juga terdapat sesaji yang berguna sebagai pelengkap dari pertunjukan tersebut. Hal ini dimaksudkan agara dalam proses pertunjukan kuda lumping para pemain, penonton dan orang yang mempunyai hajatan diberikan
9
keselamatan dari gangguan yang tak kasat mata. Kuda Lumping sebagai Sarana Hiburan Selain melakukan gerakangerakan yang sangat dinamis mengikuti suara gamelan pengiring, para penari itu juga melakukan atraksi-atraksi berbahaya yang tidak dapat dinalar oleh akal sehat. Di antaranya adalah tidak merasa sakit ketika badan penari di pecut dengan cambuk. Kuda Lumping sebagai Estetika hal ini dapat dilihat dari semua unsur pendukung tarinya mulai dari gerak, pola lantai, busana dan rias tarinya, iringan musik dan ekspresi penarinya. Penataan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan estetika pertunjukan dimana penonton akan puas melihat pertunjukan yang tertata dengan baik. Kesenian kuda lumping sebagai media pendidikan Selain fungsi-fungsi sebagaimana tersebut di atas, pertunjukan kesenian kuda lumping dalam ritual upacara khitanan juga memiliki fungsi sebagai media pendidikan. Dimana seperti yang terdapat pada pertunjukan tari wayang orang yang terdapat di dalam pertunjukan kesenian kuda lumping kejahatan melawan kebaikan dan di menagkan oleh kebaikan. Hal ini dapat mengajarkan anak agar selalu berbuat baik dan untuk tidak takut apabila dia merasa benar. Dan terdapat juga di dalam pementasan
tari babian yang mana mengajarkan kepada anak bahwa babi adalah hama bagi Petani sekitar dan harus dibasmi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) dilihat dari bentuk pertunjukan kuda lumping dalam Ritual Upacara Khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan secara umum ditampilkan sangat menarik dan menghibur bagi penonton, baik dari segi koreografinya, busananya maupun iringannya. Tetapi mengigat waktu pertunjukan yang sangat panjang yaitu, dari siang hingga malam. Pertunjukan tari kuda lumping dalam Ritual Upacara Khitanan dibagi menjadi dua yaitu, pertunjukan kesenian kuda lumping pada siang hari dan pertunjukan tari kuda lumping pada malam hari. pertunjukan kesenian kuda lumping yang begitu panjang dikarenakan mayoritas penduduk di Desa Cialam jaya berkerja sebagai petani sehingga bagi tamu yang tidak sempat datang untuk menghadiri hajatan pada siang hari bisa datang pada malam hari dan tetap mendapatkan suguhan hiburan dalam hajatan tersebut; (2) Dilihat dari segi fungsinya, pertunjukan tari kuda lumping dalam Ritual Upacara Khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya
10
Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai sarana ritual bersih desa, sebagai media hiburan bagi masyarakat Desa Cialam jaya dan sebagai ungkapan estetika bagi pelaku dan penikmat seni. Sesuai dengan hasil penelitian terhadap bentuk dan fungsi tari kuda lumping dalam ritual upacara khitanan pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Cialam Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, disarankan agar pemerintah daerah Konawe Selatan dan instansi terkait tidak berhenti dalam upaya pelestarian budaya tradisi yang ada maupun seni yang ada di dalamnya yaitu mulai : (1) memberi bantuan dana bagi kelompok kesenian yang memerlukannya, sebagai sarana untuk motivasi pengembangan; (2) mengadakan pelatihan bagi tokoh seniman daerah maupun peraga, sebagai upaya untuk peningkatan kualitas penyajian; (3) memberi wadah untuk kesempatan bagi generasi penerus untuk memajukan kemampuannya dibidang seni dengan mengadakan lomba atau festival, juga sebagai salah satu upaya untuk pelestarian kesenian tradisi yang kita miliki. Selain bagai pemerintah daerah dan instansi terkait, bagi peneliti lanjutan yang berminat terhadap masalah ini, disarankan untuk memperhatikan hal-hal yang lebih dapat mengungkap aspek-
aspek lain yang mempengaruhi, sehingga kekurangan dalam penelitian ini dapat lebih disempurnakan. DAFTAR PUSTAKA Rohidi, Rohendi. Tjetjep. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan, Bamdung : STISI Perss. Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.