PERSETUJUAN ARTIKEL ILMIAH Artikel ilmiah hasil penelitian mahasiswa: Nama
: Sri Ainun Karim
NIM
: 291410034
Program Studi
: S1-Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial
Judul Artikel Ilmiah
: Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Artikel ilmiah di atas disarikan dari Skripsi berjudul:
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Telah diperiksa sesuai dengan pedoman penulisan artikel ilmiah pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo dan disetujui untuk dipublikasikan.
Gorontalo, 14 Januari 2015 Pembimbing 1,
Pembimbing 2,
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Sri Ainun Karim, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom 1Sri
Ainun Karim, 2Sumarjo, 3Noval Sufriyanto Talani
1
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, 2,3Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo 1 e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Peristiwa penyerangan gedung WTC di Amerika Serikat telah membangkitkan gejala ‘Islamophobia’ atau fenomena ketakutan warga non-muslim kepada Islam dan umat Muslim yang pada akhirnya memicu gerakan anti terorisme di seluruh dunia. Amerika menjadi motor utama dan aktif melakukan kampanye anti terorisme baik melalui hubungan luar negerinya atau melalui film yang diproduksi Hollywood. The Kingdom adalah salah satu film box office produksi Hollywood yang mengampanyekan anti terorisme sekaligus membentuk citra Islam dan Amerika dikonstruksi melalui film The Kingdom. Analisis semiotika yang digunakan sebagai perangkat analisis dalam penelitian difokuskan untuk membongkar tanda-tanda berupa teks, simbol, dan visual yang digunakan dan ideologi yang bermain dibalik munculnya tanda-tanda itu sebagai unsur pembentuk citra Islam dan Amerika dalam film The Kingdom. Hasil kajian menunjukkan bahwa film The Kingdom banyak menggunakan tanda-tanda Islam sebagai penanda teroris sehingga terbangun citra negatif terhadap Islam dan umat Muslim. Sementara ideologi superioritas Amerika menjadi ideologi dominan dalam film The Kingdom. Kesimpulannya, melalui tanda-tanda yang digunakan dalam film The Kingdom telah membangun citra Islam secara negatif dan citra Amerika menjadi negara superior yang mampu membasmi terorisme dan Islam sebagai teroris yang perlu dilawan dan dihabisi. Kata Kunci : citra, ideologi, film, tanda, Islam, Amerika
Abstract The attack on the World Trade Center in the United States has raised the symptoms of 'Islamophobia' or residents fear phenomenon of non-Muslims to Islam and Muslims, which in turn triggers the antiterrorism around the world . America became the first and active anti-terrorism campaign through its foreign relations or through films produced in Hollywood. The Kingdom is one of the movie box office Hollywood production of anti-terrorism campaign as well as forming the image of Islam and America are constructed through that film. Semiotic analysis is used as a knife in the analysis focused research to uncover the signs in the form as teks, symbol, and visual are used and ideology play behind the emergence of signs as elements forming the image of Islam and America in the movie. The results showed that the movie (The Kingdom) are using the signs of Islam as a terrorist marker thereby building a negative image of Islam and Muslims . While the ideology of superiority of America became the dominant ideology in that movie. In conclusion , through the signs used in the movie has built up a negative image of Islam and America's image into a superior state that is able to eradicate terrorism and Islam as a terrorist who need to be confronted and eliminated. Keywords : image, ideology, film, sign, Islam, America
52 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
Pendahuluan Pasca penyerangan 11 September 2001 yang meruntuhkan gedung kembar World Terade Center (WTC) di Amerika Serikat telah membawa perubahan besar pada sudut pandang non-muslim terhadap Islam dan umat muslim. Tak pelak peta politik dunia pun ikut berubah. Dimotori Amerika sebagai negara adidaya, anti terorisme mulai gencar dilakukan dengan stigma pelaku adalah Islam atau umat Muslim. Setidaknya lebih dari 12.000 serangan teroris telah mengakibatkan ribuan nyawa melayang di seluruh dunia. Para pelakunya bukanlah drakula, tetapi orang-orang yang mengaku muslim dan melakukan pengeboman sadis berdasarkan penafsiran sempit terhadap Al Quran. Akibat tragedi itu, para jurnalis, politis, dan intelektual mengidentifikasi menguatnya gejala ‘islamophobia’, sebuah fenomena non-muslim terhadap Islam dan umat Muslim (Masduqi, 2011:1). Kampanye anti teroris yang gencar dilakukan Amerika bukan hanya melalui politik luar negerinya, tetapi juga melalui film. Melalui raksasa perfilman dunia Hollywood, Amerika juga mengampanyekan gerakan anti terorisme lewat film-film yang diproduksi Hollywood. Film menjadi medium komunikasi massa yang digunakan Amerika untuk menyebarkan tujuannya dan memengaruhi sudut pandang orang terhadap terorisme dan Islam. Sebagaimana ditulis Effendy (1986:220) “film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali.” Pengaruh film sangat besar terhadap jiwa manusia. Penonton tidak hanya terpengaruh saat menonton tapi sampai waktu yang cukup lama. Kalau saja pengaruh film itu hanya terbatas pada cara berpakaian dan cara bergaya tidak akan menimbulkan hal yang negatif. Pengaruh film sering menimbulkan akibat yang lebih jauh, misalnya, teror dan teroris. Pesan yang disampaikan terus-menerus lewat film atau saluran komuikasi massa, cepat atau lambat akan memberikan pengaruh, orang akan mengkonsepsi kembali pemahaman mereka tentang isi film yang ditayangkan. Film-film yang bergenre teroris ramai dirilis Hollywood pasca peristiwa 11 September, salah satu diantaranya adalah The Kingdom. Film The Kingdom bercerita tentang aktivitas Agen FBI yang datang ke Riyadh, Arab Saudi untuk melakukan investigasi terhadap peristiwa pengeboman yang terjadi di kompleks pemukiman warga Amerika di Al Rahmah. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian berupaya mengkaji permasalahan yang terkait dengan bagaimana tanda-tanda yang digunakan untuk mengonstruksi citra Islam dan Amerika di film The Kingdom dan bagaimana ideologi yang bermain dibalik munculnya tanda-tanda tersebut. Dari kedua masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda yang digunakan dan ideologi yang dimainkan dalam mengonstruksi citra Islam dan Amerika di film The Kingdom. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretatif eksplanasi dan menggunakan teknik penelitian teks, yaitu analisis semiotika. Secara sederhana semiotika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda. Mengutip Ferdinand De Saussure dalam pengantarnya Yasraf A. Piliang (dalam Sobur, 2009: vii) menuliskan bahwa semiotika sebagai “ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial” atau “persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial” (Sobur, 2009: 87). Di sini dapat dipahami bahwa tandatanda yang digunakan pada film The Kingdom merupakan hasil konstruksi realitas yang terbangun melalui cerita dalam film dan tanda-tanda itu dikenali secara sosial. Film The Kingdom menjadi media yang digunakan Amerika untuk mengonstruksi citra Islam dan citra Amerika. Isi media termasuk konten film The Kingdom adalah hasil konstruksi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 53
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Sri Ainun Karim, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
realitas yang menggunakan berbagai tanda untuk mendukung cerita yang dibangun dalam film. Tentu pesan dalam film bisa mengalami amplifikasi atau distorsi tergantung bagaimana ideologi dimainkan. Jadi, film merupakan realitas media yang dihasilkan dari konstruksi realitas yang menggunakan berbagai tanda dan juga digunakan secara sosial. Dalam konstruksi sosial media massa Burhan Bungin mengemukakan bahwa realitas sosial media dikonstruksi ke dalam tiga lapisan realitas, yaitu “lapisan realitas teknologi, realitas ikonik atau realitas pencitraan, dan realitas verbal atau bahasa” (Bungin, 2008: vii). Merujuk pada Bungin, lapisan realitas teknologi dalam film The Kingdom dapat diamati melalui teknik shoot, angle, lighting, kostum, atau efek yang mendramatisisr suatu situasi. Pada realitas ikonik dan realitas verbal dapat dilihat melalui gambar (visual) yang ditampilkan dan dialog yang terjadi dalam film. Ketiga realiats itu kemudian dan memiliki relasi dalam tanda yang membentuk sesuatu yang bermakana. Citra Islam dan Amerika dalam film merupakan hasil konstruksi tanda yang saling berkaitan dan membentuk makna. Sebuah film terdiri dari seperangkat tanda yang difungsikan untuk membawa makna atau menggambarkan sebuah cerita. Alur cerita di film The Kingdom menggunakan bahasa inggris dan memiliki terjemahan dalam bahasa indonesia. Dalam teori tanda, Saussure (dalam Sobur, 2009: 46) memandang bahasa sebagai sebuah sistem tanda (sign) yang masing-masing tanda tersusun dari penanda (signifier) dan petanda (signifield). Meskipun signifier dan signified terlihat seperti terpisah, tetapi keduanya “merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas” kata Saussure. Dialog dalam film berjalan sesuai dengan cerita yang dikonstruksi di dalamnya. Namun, visualitas yang tampak menjadi satu kesatuan tanda yang hadir pada sebuah film dan membentuk makna keseluruhan dari film itu. Menurut Roland Barthes (Piliang dalam Sobur, 2009: viii) mengungkapkan bahwa makna memiliki dua tingkatan, yaitu makna tingkat pertama (denotasi) dan makan tingkat kedua (konotasi). Makna denotasi adalah makna yang eksplisit, langsung, dan pasti yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas. Sedangkan konotasi adalah makna yang tidak eksplisit, tidak pasti, atau tidak langsung yang beroperasi pada hubungan penanda dan petanda. Selain itu, istilah mitos juga digunakan Barthes untuk menjelaskan tentang pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. Secara khusus penelitian ini mengkaji seluruh tanda yang terdapat dalam film The Kingdom baik itu tanda visual maupun tanda verbal yang dihadirkan dalam konten film. Teori Ferdinand De Saussure dan Roland Barthes digunakan sebagai pisau bedah analisis semotik pada film The Kingdom. Teori tanda Saussure difokuskan untuk menelaah dialog dan teks dalam film. Sedangkan teori Barthes mengenai mitos, makna denotatif, dan makna konotatif digunakan untuk menelaah tanda-tanda visual yang hadir. Kemudian kedua tanda (visual dan verbal) direlasikan untuk mengungkap citra dan ideologi yang terkonstruksi dalam film The Kingdom. Hasil dan Pembahasan The Kingdom dirilis pada tanggal 28 September 2007 yang diproduksi oleh Universal Studio. Film ini menceritakan empat orang Agen FBI yang mendatangi Ibukota Arab Saudi, Riyadh untuk menginvestigasi peristiwa pengeboman yang terjadi di kompleks Al Rahmah yaitu pemukiman khusus warga Amerika yang bekerja mengolah minyak di kota itu. Film ini mengusung dua kebudayaan yang sangat jauh berbeda baik dari sisi adat istiadat, politik maupun ritual keagamaan. Yang menarik dalam film ini adalah menyatunya Amerika yang dalam hal ini diwakili oleh empat anggota FBI dengan warga pribumi Arab Saudi yang diwakili oleh kepolisian Arab Saudi untuk menemukan dalang dari aksi terorisme 54 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
yang telah menghancurkan kompleks Al Rahmah tersebut. Didukung oleh aktor-aktor penerima penghargaan, film ini tentu lebih menarik perhatian. Film yang menghabiskan dana kurang lebih US$ 70.000.000 ini tentu dibuat dengan memperhatikan setiap detail baik dari shoot, angle, lighting hingga pemilihan aktor dan kostum, menarik untuk diketahui bahwa setiap film tidak akan pernah lepas dari ideologi film maker, tentunya dalam hal ini adalah Peter Berg, sang sutradara yang diibaratkan sebagai koki dari film ini, dialah yang meramu setiap detik demi detik frame dan scene yang disajikan di dalam film bertema teroris ini, terlebih karena Peter Berg juga harus menempatkan dua kebudayaan berbeda antara ‘timur’ dan ‘barat’, antara ‘Islam’ dan ‘Amerika’ dan antara kedua ideologi yang membentuknya. Bertemunya dua kebudayaan berbeda ini tentu akan menjadi pembahasan menarik terlebih genre film ini adalah film action yang dapat ditandai dengan konflik antara pihak baik dan pihak jahat, pahlawan ataukah penjahat. Penempatan dua kubu seperti ini akan menjadi titik penentu ideologi manakah yang dominan, konsepsi citra apa yang dibangun dan bagaimana sutradara mengemasnya dalam sebuah film, semuanya akan dibedah menggunakan pisau analisis semiotika dengan dibantu oleh beberapa penjelasan tentang semantik bahasa baik metonimi maupun metafora. Untuk membedah sebuah film menggunakan analisa denotasi konotasi Roland Barthes, terlebih dahulu film ini akan diuraikan melalui sebuah tabel yang akan memperlihatkan frame per frame dari potongan teks, dialog maupun visual dalam film ini, sehingga akan diketahui konsep citra dan ideologi apa yang dibangun oleh sutradara. Berikut adalah tabel teks, dialog dan visual. Tabel 1. Denotasi dan Konotasi Teks dan Dialog No. Teks dan Dialog 1. 00:09 (Teks) Seorang pria berseragam polisi, di tengah lapangan : “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad rasulNya.” (Ashadu ‘alaa illaha ilAllah wa ashadu anna Muhammadan rasullullah) Abu Hamza : “Allah Maha Besar.” (Allahu Akbar)
2.
00:18 (Teks) Ellis Leach (Asst. Deplu) : “Bukankah timmu di negeri itu sangat mewakili
Denotasi Pria berseragam polisi meminta warga Amerika di lapangan agar jangan panik dan ikut dengannya, tepat sebelum pria tersebut meledakkan bom bunuh diri, dia mengatakan “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad rasul-Nya.” Dan Abu Hamza yang sedang berdiri di atas gedung menyaksikan aksi itu dan berkata “Allah Maha Besar”
Dalam rapat bersama Jaksa Agung dan Direktur FBI, Ellis Leach menerangkan situasi agar tidak
Konotasi Pernyataan ini dikenal dalam Islam sebagai kalimat Syahadat, setiap muslim barulah dikatakan Muslim ketika dia mengucapkan kalimat syahadat ini. Penampilan pria yang menggunakan bom bunuh diri dan mengucapkan dua kalimat Syahadat ini membawa simbol yang jelas sebagai seorang Muslim sekaligus teroris yang meledakan bom bunuh diri, kalimat syahadat digunakan oleh pelaku penyerangan sesaat sebelum meledakan dirinya, seolah kalimat ini menjadi syarat untuk diridhoinya tindakan mereka dalam penyerangan ini Kalimat ini menandakan bahwa para penyerang, mengincar otoritas dan pasukan Amerika (FBI) dan para penyerang ini bahkan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 55
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Sri Ainun Karim, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
sebagai target yang diinginkan teroris itu? Mereka rela menukar 10 personelnya untuk 1 orangmu.”
3.
4.
5.
00:25 (Dialog) Agen Leavitt : “Seperti apa di Arab Saudi?” Agen Sykes : “Agak mirip dengan Mars.”
menerjunkan tim tanggap atas kejadian pengeboman tersebut. Alasannya akan memperkeruh keadaan dan ditakutkan tim tanggap tersebut akan menjadi target serangan berikutnya. Agen Leavitt menanyakan keadaan secara umum tentang seperti apa Arab Saudi, Agen Sykes menjawab bahwa Arab Saudi seolah-olah seperti Planet Mars.
rela menukarkan nyawa 10 anggotanya dengan nyawa 1 anggota FBI. Ini seperti gambaran kekuatan bahwa 1 orang Amerika lebih baik dari 10 orang teroris
Metafora dalam dialog ini mencoba merepresentasikan Arab Saudi seperti Planet Mars, sebuah planet dalam gugusan matahari yang memiliki kondisi tandus dan kering. Metafora ini menunjukkan bahwa Arab Saudi mewakili sebuah wilayah yang kering, tandus, purba, panas dan terbelakang. 00:29 (Teks) Rekaman Abu Hamza Jelas dalam teks ini Abu Hamza : "Operasi terkait insiden penggunaan label Islam untuk di kompleks Al peledakan, dalam teks memperkuat propaganda Rahmah adalah invasi ini Abu Hamza negatif terlihat. Dalam teks yang diberkati dan meyakini bahwa apa ini terdapat unsur penjelas jihad yang luar biasa. yang dia lakukan adalah seperti kata-kata ‘Jihad’ Ini baru awal. tindakan yang benar, ‘kafir’ ‘Muslim’ ‘Insya Allah’ Jika Tuhan berkenan Abu Hamza meyakini ‘BarakAllah fikum’ ‘Allahu (Insya Allah), kita bahwa segala Akbar’ ‘Assalamualaikum akan mendepak semua tindakannya adalah atas Warahmatullah orang kafir nama Agama dan wabarakatuh’ seolah dari semua wilayah bahwa Tuhan meridhoi mengizinkan mengidentikan Muslim. Tuhan apa yang dia lakukan pelaku penyerangan dan memberkati kalian Islam, perangkat teks yang (BarakAllah fikum), melekat pada pernyataan Nak. Allah akan pembenaran penyerang dalam memberi kita film ini sama dengan kejayaan. Allah Maha perangkat identitas Islam Besar (Allahu Akbar) yang digunakan oleh umat Kedamaian bagi Muslim diseluruh dunia. kalian semua. Keagungan bagi Allah (Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh) 00:34 (Dialog) Agen Sykes keberatan Rimba di sini adalah metafora Agen Sykes : dengan perlakuan yang untuk Arab Saudi, “Bertentangan dengan tidak sesuai prosedur, sebelumnya dalam film ini aturan kemudian Agen Mayes juga Agen Sykes mengatakan perlindungan pada menyela dengan bahwa Arab sama seperti
56 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
kebakaran.” Agen Mayes : “Mereka tak punya aturan itu di sini. Kau sekarang di dalam rimba.” 6.
00:44 (Teks) Saksi : “Apa begini nabi Muhamad...” Agen Fluery : “Ayolah, jangan bertengkar.” Saksi : “Apa ini yang diinginkan Tuhan (Allah)?
7.
00:48 (Dialog) Agen Leavitt : “Berapa banyak perawan disediakan di alam baka jika kau percaya pada kepercayaan kaum fanatik?” Agen Mayes : “70.”
8.
01:43 (Dialog) Agen Leavitt : “Fleury, Katakan apa yang kau bisikkan kepada Janet agar dia berhenti menangisi Fran. Sebelum ini semua. Apa yang kau katakan kepadanya? Seorang Wanita Arab : “Katakan, apa yang dibisikkan kakekmu sebelum dia wafat? Kau ingat? Agen Fluery : “Kubilang padanya
mengatakan bahwa mereka tidak memiliki aturan sesuai prosedur dan mengatakan bahwa sekarang mereka seperti berada dalam hutan ini adalah sebuah metafora Agen Fluery sedang melakukan investigasi dan menanyai seorang saksi yang istrinya terbunuh dalam penyerangan itu. Saksi marah dan berteriak kepada Kolonel Ghazi yang berada di depan Agen Fluery Dalam frame dialog ini Agen Leavitt sedang membaca sebuah buku tuntunan agama Islam bagi pemula dan kemudian bertanya tentang topik alam baka untuk mengetes pengetahuan temanteman Agennya, hal ini dilakukan sebagai bagian dari memahami seperti apa musuh yang mereka hadapi
Saat semua masalah insiden penyerangan selesai dan para Agen FBI telah kembali ke Amerika, Agen Leavitt bertanya kepada Agen Fluery tentang apa yang dia bisikkan kepada Agen Mayes pada saat rapat FBI sebelum mereka berangkat ke Riyadh, dalam frame yang lain seorang wanita Arab yang mengenakan jilbab menanyakan kepada seorang anak tentang
Mars, hal ini menandakan bahwa Arab benar-benar terbelakang dan kuno
Lagi, penggunaan simbol Islam sebagai pengganti untuk mengutuk tindakan para pelaku penyerangan, digunakan dalam tekanan teks yang emotional, memperlihatkan bahwa dia kecewa dengan ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Lagi, penggunaan simbol Islam, kali ini merupakan pembahasan yang ada dalam Al Quran, jelas sekali tendensi bahwa umat Islam adalah umat yang mengedepankan nafsu syahwat dan hanya mengejar nafsu syahwat sebagai motivasi untuk memasuki surga. Pemahaman awam ini ditampilkan dan menambah semakin banyak potonganpotongan teks dan dialog yang mengarahkan pencitraan Islam yang buruk Jawaban yang sama dari Agen Fluery yang mewakili Amerika dan FBI, dan seorang anak laki-laki yang mewakili Generasi penerus dari Abu Hamza, Arab dan Islam yang mengenakan Sorban dan gamis, menandakan bahwa permasalahan ini akan terus berlanjut, Amerika dan Islam akan terus berperang, saling meniadakan dan akan melakukan segala upaya untuk mengibarkan bendera perang. Penutupan film ini dibuat dramatik dan ini
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 57
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Sri Ainun Karim, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
kita akan membunuh mereka semua.” Seorang anak laki-laki bersorban : “Jangan takut pada mereka, cucuku. Kita akan membunuh mereka semua.”
apa yang dibisikkan oleh kakeknya Abu Hamza kepadanya sebelum Abu Hamza terbunuh dan keduanya memiliki jawaban yang sama “kita akan membunuh mereka semua” kata-kata ini sebagai penutup dari film ini
adalah simbol yang mewakili pandangan sutradara dalam film ini yang merepresentasikan pandangan Amerika dan Islam
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitan
Dari hasil pengolahan teks dan dialog diatas dapat disimpulkan bahwa banyak tandatanda yang dibangun untuk mengindentikan teroris dan islam, tabel di atas meskipun merupakan perwakilan dari banyaknya teks dan dialog yang tertuang dalam film namun diambil tanda-tanda yang paling mewakili sebagai pengkontruksi citra dan ideologi yang mendasarinya. Teks atau dialog yang merupakan pembangun citra dalam film ini berupa kata dalam bahasa Arab yang dikenal sebagai identitas Muslim di dunia, penggunaan tanda tersebut juga disebutkan sebagai citra negatif tentang Islam, secara objektif dalam film ini menggunakan banyak aktor berbahasa Arab, namun dialog bahasa Arab mereka tidak lebih menonjol dibandingkan kalimat, teks atau tanda verbal yang dikenal secara luas sebagai penanda Islam seperti penggunaan syahadat, kata Allahu Akbar, Barakallah, InsyaAllah dan berbagai penanda kehadiran teroris selalu dimunculkan sesuai konteks ketaatan dalam Islam sehingga seolah digambarkan bahwa Islam merestui teroris dan terorisme asalkan dilakukan karena membela Islam. Di dalam menganalisa sebuah film, tentu tidak dapat begitu saja memisahkan antara teks, dialog dan visual, karena selalu ada kaitan yang ikut membantu terbentuknya tanda atau ideologi yang mendasari tanda tersebut, maka penjelasan mengenai teks dan dialog pada tabel sebelumnya tidak dapat dilepaskan juga dari penjelasan visual pada tabel dibawah ini, sehingga dalam memahami sebuah konsep citra dalam film ini didapatkan informasi yang lebih luas dan mendalam. Berikut adalah tabel dari penjabaran denotasi dan konotasi visual dalam film The Kingdom. Tabel 2. Denotasi dan Konotasi Visual. No. Visual 1.
Denotasi Osama bin Laden, terlihat sedang memegang senjata bersama tentaranya
00.02.18
58 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
Konotasi Osama Bin Laden adalah teroris paling dicari pada saat itu, kemunculan frame wajah dan tentaranya mewakili kaum Islam Wahabi garis keras, sutradara mencoba menggambarkan Islam Wahabi dan kaitannya dengan aksi teroris yang dilakukan oleh Osama bin Laden, beberapa detik kemudian terlihat frame jemaah haji yang sedang melakukan tawaf di Kabah,
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
00.03.23 2.
Pasukan Osama bin Laden terlihat memegang senjata dan Al Quran 00.03.49
3.
Istana Kerajaan Arab di Riyadh
00.26.19
00.57.38
seketika frame ini akan dikaitkan dengan Osama bin Laden – Islam Wahabi – dan akhirnya mengarah ke Islam secara keseluruhan, karena Kabah dan ibadah haji adalah simbol dan penanda yang jelas bagi umat muslim di seluruh dunia Gambaran frame ini dengan tegas memperlihatkan lembaran Al Quran yang sedang di buka di sandingkan dengan banyak senjata, ini menjadi simbol bahwa Islam melalui Kitab Sucinya Al Quran mengajarkan dan menghalalkan teroris dan terorisme. Kemewahan dan eksklusivisme bangsawan dan keturunan para Raja di Arab digambarkan dengan kemegahan Istana Kerajaan Arab, di frame lain justru banyak digambarkan kehidupan warga Arab di tempat kumuh yang berbeda jauh dengan kehidupan para Raja dan Pangeran Arab, perbandingan ini seolah sengaja dibenturkan untuk mengarahkan pemahaman kita tentang kesenjangan ekonomi di Arab, secara umum kesenjangan ekonomi terjadi di seluruh dunia bahkan di Amerika, namun dalam film ini tidak di tunjukan bagaimana kesenjangan ekonomi di Amerika, jika mengingat film ini memang berlatar belakang Negeri Arab maka sutradara lebih banyak menggambarkan situasi dan kondisi di Arab
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 59
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Sri Ainun Karim, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
4.
Mesjid di Arab, dalam film ini scene ini beberapa kali ditampakkan.
Penggambaran mesjid secara berulang kali dalam film ini, disertai dengan potongan lantunan azan seolah mempertegas ideologi sutradara yang ingin mengidentikan segala hal yang berhubungan dengan Arab adalah Islam, jika kita hubungkan dengan beberapa frame yang mengidentikan Islam dan Arab, mulai dari surban, Kabah, cara ibadah, maka dapat digambarkan arah representasinya adalah : Teroris = Arab = Islam.
Remaja Arab sedang bermain game online di sebuah warnet yang dikelola oleh mantan pasukan Osama bin Laden
Sekilas terlihat dalam scene ini remaja-remaja Arab yang sedang asyik bermain game online (call of duty) yang game ini termasuk game bergenre action yang memerlukan keahlian tembak menembak dari penikmat game. Secara makna bahwa remaja-remaja Arab di sini di tanamkan sifat keras dan tidak takut akan hal apapun. Game ini juga sebagai langkah pemerintah Arab Saudi untuk menurunkan penanaman ideologi Anti Amerika oleh Islam Wahabi Frame ini menggambarkan bahwa anak remaja telah dilatih menjadi seorang pembunuh, teroris dengan ditanamkan ideologi yang salah, lagi penampilan kostum peci beserta gamis sebagai atribut yang digunakan
00.36.47
00.51.17
00.59.51 5.
01.09.07
6.
01.36.35
01.09.17
Seorang remaja membawa senjata kemudian menembak Kolonel Ghazi yang akan menangkap Abu Hamza
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitan
60 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
Tabel diatas telah mewakili keseluruhan scene yang di dalamnya mengandung pencitraan dan dimotivasi oleh ideologi tertentu baik tentang Amerika maupun Islam. Dari hasil pengolahan tabel konotasi dan denotasi visual, didapatkan hasil bahwa film ini banyak menempatkan tanda dan simbol-simbol Islam sebagai penanda kehadiran teroris, penanda ini sangat jelas jika diperhatikan secara teliti pada beberapa bagian film misalnya pada scene dimana terdapat bom mobil disandingkan dengan lafadz tulisan Arab ‘Allahu Akbar’, kemudian penggunaan simbol Islam seperti mesjid, Ka’bah, sholat, berhaji, maupun sajaddah ditampilkan sebagai penanda teroris dalam film ini. Terdapat juga beberapa gambar visual dalam scene yang memperlihatkan bahwa remaja dan anak-anak di Arab dididik menjadi seorang teroris dengan dilatih untuk merakit bom, memegang senjata hingga menembak. Dalam tabel visual juga ditampakkan gaya superior Amerika yang begitu dominan, modern dan efektif, hal ini menunjukkan dominasi ideologi Amerika dan mencitrakan negatif ideologi Islam. Berikut ini perbandingan antara Islam dan Amerika dalam film The Kingdom disajikan dalam bentuk tabel komparasi. Tabel 4. Komparasi Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Islam (diwakili oleh Arab) Identik dengan kekerasan Banyak menggunakan simbol-simbol keagamaan Pendidikan terhadap anak: kekerasan, merakit bom, bermain game, fasilitas minim Gaya interogasi dan negosiasi cenderung kasar dan menggunakan unsur kekerasan Kemewahan dan kemegahan kerajaan Arab kontras dengan kondisi kumuh yang ditampilkan bagi masyarakat Arab (kesenjangan sosial) Sisi keluarga ditampilkan harmonis dalam ketaatan beragama
Amerika Identik dengan kasih sayang, kelembutan Tidak terlihat simbol keagamaan Pendidikan anak: sains, teknologi, elegan, fasilitas lengkap dan modern Gaya diplomasi dan negosiasi dilakukan dengan diskusi dengan sarana dan prasarana lengkap serta terkordinasi dengan baik Amerika tidak ditampakan status ekonomi, lebih ditampakan keahlian dan kecerdasan.
Simbol keluarga terpisah dari simbol agama dan lebih ditampilkan dalam perhatian terutama kasih sayang terhadap anak Kasus ditangani oleh banyak orang Kasus diselesaikan oleh empat orang Agen (kepolisian Arab hingga Garda Nasional FBI Arab) Ideologi yang dibangun adalah ideologi Ideologi Amerika lebih dominan (liberal, Islam sekuler, emansipasi) Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai tanda melalui film sebagai alat untuk mengkonstruksikan citra Islam dan Amerika, serta ideologi yang memotivasi tanda-tanda tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Tanda-tanda yang digunakan dalam film ini untuk membangun citra baik dipihak Islam dan Amerika sangat jelas mengandung unsur Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 61
Konstruksi Citra Islam dan Amerika dalam Film The Kingdom Sri Ainun Karim, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
pencitraan yang dimotivasi, berbagai tampilan gambar mengarah pada penilaian penonton sepihak tentang citra negatif Islam yang hadir lewat sejumlah teks, dialog dan visual yang disajikan dalam film ini. Sebagai contoh ketika seorang penyerang yang melakukan serangan bom bunuh diri, dengan jelas mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu kalimat pengakuan ke-Islam-an yang berlaku universal bagi seluruh kaum muslim dan sekaligus sebagai penanda bahwa penyerang adalah muslim yang taat. Scene demi scene memperlihatkan bahwa Islam terlibat secara langsung dalam pertumbuhan dan motivasi berkembangnya teroris, Amerika digambarkan sebagai korban dan pada akhirnya memiliki kemampuan sebagai polisi dunia sehingga berhak untuk mengadili dan membela diri. Penggunaan tanda dan identitas Islam secara global disandingkan dengan penampilan teks, dialog dan visual teroris sehingga penonton dapat dengan mudah menilai bahwa Islam berkaitan dengan teroris, pada akhirnya menjebak penonton dengan dilema pilihan berada di pihak Amerika (polisi dunia dan korban) atau berada di pihak teroris (yang sarat dengan identitas Islam), (2) Ideologi yang dominan dalam film ini berdasarkan tanda-tanda dan konsep film ini adalah ideologi emansipasi, liberal dan sekuler khas ke-Amerika-an, sementara ideologi yang represif adalah ideologi ke-Islaman, pengidentikan ideologi Islam sebagai ideologi teroris telah menghantarkan film ini membenturkan dua ideologi terbesar di dunia, antara timur (Islam) dan barat (Amerika), pesan yang sarat akan kemenangan bagi ideologi Amerika ditampilkan sebagai ideologi dominan berpengaruh pada penilaian penonton akan siapa pahlawan dan siapa penjahat dari film ini. Seperti umumnya pada film bergenre action bahwa pertentangan ideologi yang terjadi adalah antara ideologi pahlawan yang kuat dan dominan, dan ideologi penjahat yang represif dan salah. Pada akhirnya film ini diakhiri dengan kemenangan di pihak Amerika dengan ideologi dominan. Berdasarkan penelitian tentang konsepsi citra Islam dan Amerika serta Ideologi yang menjadi dasar film The Kingdom maka setidaknya ada dua saran yaitu : (1) Film sebagai media komunikasi massa tentu mengandung berbagai pemaknaan yang nilai dari pemaknaan tersebut sepenuhnya tergantung dari penonton yang menyaksikan film tersebut, namun demikian kehadiran tanda dan simbol baik dalam dialog, teks dan visual yang termotivasi tidak bisa dihindari oleh penonton, film maker menjadi penentu kehadiran tanda tersebut, sehingga diperlukan kebijakan penonton dan pemahaman tentang pemaknaan. Dengan demikian penonton dapat membedakan antara realitas dalam film dan realitas yang sesungguhnya, (2) Pengetahuan dan pengalaman mengenai penjabaran makna melalui tanda secara global memerlukan pemahaman aspek historis. Analisis semiotika merupakan salah satu cara untuk membongkar tanda dan makna dalam sebuah kontruksi citra, namun demikian tetap diperlukan berbagai disiplin ilmu sebagai pelengkap dan penunjang, melalui pemahaman akan berbagai disiplin ilmu, tentu akan memperdalam pemaknaan dan memperjelas ideologi yang melatar belakangi sebuah film.
62 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
Daftar Pustaka Pustaka Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Kencana Prenda Media Group. Rawamangun-Jakarta. Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 1 : Makna Leksikal dan Gramatikal. PT. Refika Aditama. Bandung. Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dimensi-Dimensi Komunikasi. PT. Alumni. Bandung. Kimball, Charles. 2003. Kala Agama Jadi Bencana. PT. Mizan Pustaka. Bandung. Masduqi, Irwan. 2011. Berislam Secara Toleran. PT. Mizan Pustaka. Bandung. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Shoelhi, Mohammad. 2012. Propaganda Dalam Komunikasi Internasional. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Graha Ilmu. Yogyakarta. Wibowo, Indiwan. 2013. Semotika Komunikasi. Edisi Kedua. Mitra Wacana Media. Jakarta. Internet Internet Movie Database (IMDb). 2007. Rating The Kingdom. http://www.imdb.com/title/tt0431197/ di akses tanggal 18 mei 2014 pukul 16.04. Jurnal Riley, Dylan, J. 2011. Jurnal Antonio Gramsci. https://escholarship.org/uc/item/5x48f0mz di akses 6 desember 2014 pukul 9.03 pm
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 63