ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL
Pengembangan Metode Regenerasi dan Kestabilan Sistem Adsorben Surfaktan Kationik Berpenyangga Montmorilonit Lokal untuk Menanggulangi Polutan Organik dan Logam Berat
Tim Peneliti: Dra. Kus Sri Martini, M.Si. Dr. Ashadi Drs. Sulistyo Saputro, M.Si.
1. DIPA UNS No. 0162.0/023-04.2/XIII/2009, tanggal 31 Des 2009 2. Surat Persetujuan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 231/D3/PL/2009, tanggal 24 Maret 2009
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA NOPEMBER 2009
PENGEMBANGAN METODE REGENERASI DAN KESTABILAN SISTEM ADSORBEN SURFAKTAN KATIONIK BERPENYANGGA MONTMORILONIT LOKAL UNTUK MENANGGULANGI POLUTAN ORGANIK DAN LOGAM BERAT 1) Kus Sri Martini, Ashadi, dan Sulistyo Saputro Program Studi Kimia FKIP UNS, Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57162 Telp. 0271-648939, Fax. 0271 – 648939 email:
[email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini mengembangkan sistem adsorben surfaktan kationik dengan penyangga montmorilonit lokal untuk menanggulangi limbah logam berat. Berbeda dengan adsorben konvensional berbahan tunggal (zeolit dan arang aktif) yang memiliki respon sangat rendah terhadap polutan bermuatan negatif dan non polar, sistem adsorben yang dikembangkan memiliki keunggulan kompetitif karena berdaya serap tinggi terhadap jenis tersebut. Disamping itu, sistem adsorben surfaktan kationik-montmorilonit juga memiliki sisi positif antara lain tidak beracun, tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (lower toxicity, less environmental impact), ketersediaan bahan baku yang melimpah (abundance of raw material), serta prospek pengembangan ke arah komersial yang sangat terbuka (commercially feasible). Penelitian diusulkan selama 2 tahun. Fokus kajian tahun pertama meliputi sintesis sistem adsorben serta pengembangan cara-cara regenerasi adsorben menggunakan H2O2 5%, KH2PO4 0,01 M dan, NaOH 0,1 M dan Na2CO3 0,28 M. Morfologi permukaan adsorben sebelum dan sesudah regenerasi dikaji dengan SEM, serapan surfaktan oleh montmorilonit secara kuantitatif ditentukan melalui isoterm adsorpsi, sedangkan kuantitas logam berat ditentukan dengan AAS-GF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Sistem adsorben surfaktan kationik berpenyangga montmorillonit Boyolali mampu meremediasi anion logam berat kromat dalam limbah, daya adsorpsi adsorben surfaktan terhadap ion kromat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi adsorbat dalam larutan, 2) Reagen-reagen H2O2 5%, KH2PO4 0,01 M dan, NaOH 0,1 M dan Na2CO3 0,28 M dapat digunakan dalam regenerasi adsorben-surfaktan dengan teknik pencucian, serta Reagen KH2PO4 0,01M merupakan reagen terbaik untuk regenerasi kromat dari adsorben – surfaktan, bersifat ramah lingkungan dan memiliki daya regenerasi yang cukup besar yaitu sebesar 26,8%. Kata
kunci: Metode regenerasi, montmorilonit, kromat.
sistem
adsorben,
surfaktan
kationik,
Artikel Ilmiah
1
PENDAHULUAN Di antara pencemaran udara, air dan tanah, pencemaran air merupakan salah satu bentuk pencemaran yang perlu diwaspadai, dan diantara parameter pencemar air, parameter pencemlogam berat dan polutan organik adalah yang paling berbahaya. Isu pencemaran oleh polutan organik dan logam berat akhirakhir ini semakin mengemuka. Kasus pencemaran limbah tailing di Teluk Buyat oleh PT. Newmont Minahasa Raya (Agustus 2004) serta kasus ribuan ekor ikan mati di Teluk Jakarta (tahun 2003) merupakan ilustrasi nyata betapa berbahayanya akibat yang ditimbulkan polutan organik dan logam berat. US-EPA (U.S. Environmental Agency) mendata ada 13 elemen logam berat dan polutan organik yang merupakan elemen utama pencemaran air. Logam berat dan polutan organik, semisal polychlorinated biphenyl (PCB) dan polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) merupakan dua jenis polutan yang banyak mencemari perairan, tanah dan sedimen (Shin, 2004; Riley dan Zachara, 1992). Sedangkan Jaffe et al. (2003) menemukan berbagai jenis logam berat dalam konsentrasi renik, mencakup krom (Cr), seng (Zn), timbal (Pb), kadmium (Cd) dan kobal (Co) yang berasal dari limbah industri dan pertanian. Oleh karena itu sangat mendesak diperlukan pengembangan sistem pengolah limbah yang efektif dan efisien. Beberapa riset yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa sangat sukar melakukan remediasi terhadap polutan organik yang bersifat non polar dan logam berat yang berada dalam bentuk anion, misalnya kromat (CrO42-) dan selenat (SeO42-) (Sun, 2001; Tuin, 1990; Wasay, 2001). Aplikasi beberapa adsorben tunggal (karbon aktif dan berbagai jenis clay) kurang efektif, karena afinitasnya yang rendah terhadap anion dan molekul organik (Pierzynski, et al., 2000). Sedangkan aplikasi metode lain, misalnya penggunaan asam kuat dan chelating agent justru menimbulkan dampak samping adanya pencemaran lebih lanjut (Fillipi et al., 1998; Hong, 1996). Berdasarkan fakta tersebut, riset lanjut untuk mengembangkan metode pengolah limbah organik dan logam berat memiliki nilai yang sangat strategis. Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi bahan alam yang bisa dimanfaatkan dalam proses pengolahan limbah cair, antara lain montmorillonit. Ketersediaan montmorillonit lokal di daerah Boyolali dan Pacitan yang sangat melimpah Artikel Ilmiah
2
mendorong upaya-upaya pemanfaatan sekaligus sebagai langkah memberi nilai tambah. Montmorillonit yang tersusun dari hidrat aluminosilikat memiliki luas permukaan yang amat besar (Newsom, 1986). Rintisan penelitian dengan menggabungkan sistem surfaktan/ligan yang dilakukan oleh Shin (2004) telah berhasil meremediasi sedimen tanah yang tercemar. Penelitian ini mengambil sisi positif surfaktan dan menerapkannya dalam sistem baru, yaitu adsorben montmorillonit/surfaktan. Perlakuan montmorillonit dengan surfaktan kationik akan melipatgandakan kemampuan serapan terhadap molekul organik non polar dan anion. Anion akan diserap melalui mekanisme penukaran ion (ion exchange), sedangkan molekul organik non polar terikat melalui antaraksi gugus hidrofobik dari surfaktan.
METODE PENELITIAN 1. Alat dan Bahan Alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari: SEM-EDS merk Jeol seri JSM-6360, spektrofotometer UV-Tampak Shimadzu 1601 PC, AAS, Sentrifuge H-107 OSK 6474 B Ogawa Seiki, pH meter, shaker universal OSK 6445 Ogawa Seiki, penyaring vakum, oven listrik, ayakan 200 mesh, kertas saring Whatman 42, aluminium foil, neraca analitik, desikator, krus porselen, termometer, penjepit besi, alu dan mortir, labu semprot, wadah plastik, karet penghisap dan alat-alat gelas. Bahan-bahan
yang
diperlukan
dalam
penelitian
ini
terdiri
dari:
montmorillonit (lokal, dari Wonosegoro Boyolali), dodecyltrimethyl ammonium bromide,
DDTMA-Br
(Aldrich),
tetradecyltrimethyl
ammonium
bromide,
TDTMA-Br (Aldrich), octadecyltrimethyl ammonium bromide, ODTMA-Br (Aldrich), dodecylethldimethil ammonium bromide, DDEDMA-Br (Aldrich), dimethyldioctadecyl ammonium bromide, DMDODA-Br (Aldrich), K2CrO4 (Sigma), Na2SeO4(Sigma).
2. Prosedur Kerja 2.1.
Preparasi Adsorben Montmorillonit Artikel Ilmiah
3
Montmorillonit lokal diperoleh dari pertambangan montmorillonit rakyat di Desa Bandung, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. Bongkahan montmorillonit sebanyak kurang lebih 250g dipotong kecil-kecil menjadi serpihan. Serpihan montmorillonit tersebut dicuci dengan mendispersikannya dalam + 1 L akuades dan memisahkan pengotornya. Montmorillonit yang telah dicuci dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama + 3 jam (sampai kering), setelah itu didinginkan dalam desikator yang berisi silika gel. Serpihan montmorillonit yang telah dingin (suhu kamar) dihaluskan dengan menggunakan mortir dan diayak dengan ayakan berukuran 200 mesh. Hasil akhir berupa adsorben serbuk montmorillonit dengan ukuran < 200 mesh. 2.2. Sintesis Sistem Adsorben Montmorillonit/Surfaktan Sebanyak 25 gram serbuk montmorillonit kering oven (105oC) dengan ukuran < 200 mesh dimasukkan ke dalam gelas beker 200 mL, dicampurkan ke dalamnya 100 mL larutan 0,056 M surfaktan kationik (DDTMA-Br, TDTMA-Br ODTMA-Br, DDEDMA-Br dan DMDODA-Br). Campuran diaduk menggunakan shaker selama + 4 jam dengan kecepatan + 400 goyangan/ menit. Setelah selesai pengocokan dan memastikan campuran sudah benar-benar homogen, menuangkan campuran tersebut ke dalam wadah plastik. Campuran selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar, waktu pengeringan + 10 - 15 jam. Campuran yang sudah kering dibuat serbuk dan diangin-anginkan lagi pada suhu kamar untuk memastikan serbuk benar-benar kering. 2.3. Uji Serapan Logam Berat Larutan anion logam berat (kromat (CrO42-)) divariasikan konsentrasinya berkisar antara 10 sampai 80 mgL-1, masing-masing dibuat duplo ditambah blanko berupa akuades deionisasi. Untuk setiap kondisi awal disiapkan 20 mL larutan yang berisi anion logam berat yang telah diatur pH-nya pada pH kerja optimum ke dalam erlenmeyer dan ditambah 5 g adsorben montmorillonit/surfaktan. Semua campuran kemudian di-shaking dengan kecepatan 100 goyangan/menit selama 2 jam pada suhu 25C. Campuran diendapkan dengan alat sentrifuge dengan kecepatan +
Artikel Ilmiah
4
3000 rpm selama + 30 menit. Filtrat diambil dan dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Tampak dan AAS.
2.4. Teknik Regenerasi Adsorben terhadap Logam Berat Untuk regenerasi adsorben terhadap anion logam berat, akan diujicobakan menggunakan dasar-dasar literatur (James et al., 1995; Osokov and Bozzelli, 1994; Puls et al., 1994; James and Bartlett, 1983). Disiapkan 7 (tujuh) reagen sebagaimana terdapat dalam Tabel 4. Untuk setiap kondisi awal disiapkan 20 mL reagen tersebut dan ditambah 5 g adsorben montmorilonit/surfaktan. Semua campuran kemudian di-shaking selama 12 jam pada suhu 25C. Konsentrasi surfaktan yang masih terdapat dalam montmorilonit dibandingkan sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel 1. Reagen ekstraksi untuk regenerasi adsorben terhadap logam berat Perlakuan A C D E F G H J
Reagen Ekstraksi Akuades H2O2 5% K2HPO4/KH2PO4 0.01 M K2HPO4/KH2PO4 0.1 M NaOH 0.01 M NaOH 0.1 M 0.28 M Na2CO3/0.5 M NaOH Sodium dodecyl sulfate 5%
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.. Isoterm Adsorpsi Ion Kromat (CrO42-) 1.1. Sistem Adsorben Montmorillonit/Surfaktan dengan Variasi Panjang Rantai Gugus Hidrofobik Pengaruh panjang rantai gugus hidrofobik atau gugus ekor dari surfaktan dalam sistem adsorben montmorillonit/surfaktan diperoleh dengan menguji 3 macam surfaktan, yaitu dodecyltrimethyl ammonium bromide (DDTMA-Br), tetradecyltrimethyl ammonium bromide (TDTMA-Br) dan octadecyltrimethyl ammonium bromide (ODTMA-Br). Kurva isoterm ketiga sistem adsorben montmorillonit/surfaktan tersebut diberikan dalam gambar di bawah ini.
Artikel Ilmiah
5
1,6
Mont/DDTMA-Br
Kromat Teradsorpsi (mg/g adsorben)
1,4 1,2
Mont/TDTMA-Br
1,0 0,8
Mont/ODTMA-Br
0,6 0,4 0,2 0,0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Konsentrasi Larutan Kromat Setimbang (ppm) Montmorrillonit/T DT MA-Br
Montmorrillonit/DDT MA-Br
Montmorrillonit/ODT MA-Br
Gambar 1. Isoterm adsorpsi sistem adsorben montmorillonit/surfaktan dengan variasi panjang rantai gugus hidrofobik terhadap kromat Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa daya adsorpsi montmorillonit terhadap ion kromat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ion kromat (CrO42-) di dalam larutan. Ini disebabkan karena semakin banyak ion kromat (CrO42-) yang terdapat dalam larutan maka perpindahan ion kromat (CrO42-) ke permukaan montmorillonit juga semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi ion logam yang akan diserap, maka daya adsorpsi montmorillonit akan semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena semakin semakin banyak ion logam yang terdapat di dalam larutan maka perpindahan ion logam ke permukaan montmorillonit akan semakin banyak. Secara umum daya adsorpsi adsorben montmorillonit meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ion kromat (CrO42-) yang terdapat dalam larutan. Selanjutnya dengan mengamati kurva isoterm adsorpsi di atas, menunjukkan bahwa slope (kemiringan) menurun saat konsentrasi ion kromat (CrO42-) meningkat karena jumlah permukaan adsorpsi menurun akibat terisi oleh ion kromat (adsorbat). Perilaku adsorpsi ini berkaitan dengan tingginya afinitas adsorben untuk
Artikel Ilmiah
6
mengadsorpsi ion kromat (CrO42-) pada konsentrasi rendah, kemudian afinitas adsorben untuk mengadsorpsi ion kromat (CrO42-) mengalami penurunan saat konsentrasi ion kromat (CrO42-) mengalami kenaikan. Afinitas dari suatu adsorben menunjukkan besarnya energi yang dihasilkan atau dilepaskan atom-atom penyusun adsorben untuk menarik sebuah elektron dari ion kromat (CrO42-). Afinitas dari adsorben ini dapat digunakan sebagai ukuran mudah atau tidaknya suatu atom penyusun adsorben untuk menangkap elektron dari adsorbat. Urutan efektivitas daya adsorpsi dari ketiga sistem surfaktan di atas adalah mont/ODTMA-Br < mont/TDTMA-Br < mont/DDTMA-Br. Hal ini menunjukkan bahwa semakin pendek rantai gugus hidrofobik semakin besar daya adsorpsi terhadap kromat. Perbandingan panjang rantai dari ketiga jenis surfaktan tersebut adalah, Br-
N+
Dodecyltrimethyl ammonium bromide (DDTMA-Br) BrN+
Tetradecyltrimethyl ammonium bromide (TDTMA-Br)
Br-
N+
Octadecyltrimethyl ammonium bromide (ODTMA-Br)
Temuan bahwa semakin pendek rantai hidrofobik sangat berpengaruh pada daya adsorpsi adsorben montmorillonit-surfaktan dapat dijelaskan dari sisi struktur kimia yang dimiliki surfaktan. Surfaktan dengan rantai pendek (DDTMA-Br) mempunyai massa molekul lebih kecil, sehingga lebih mudah teradsorpsi ke dalam rongga-rongga montmorillonit. Akibatnya molekul surfaktan yang teradsorpsi oleh montmorillonit semakin banyak, sehingga ion kromat yang teradsorpsi menjadi lebih besar. Pada konsentrasi larutan kromat setimbang 40 ppm, sistem adsorben montmorillonit/DDTMA-Br memiliki angka adsorbat kromat teradsorpsi sebesar 1,44
mg/g
adsorben,
lebih
besar
daripada
sistem
adsorben
Artikel Ilmiah
7
montmorillonit/TDTMA-Br (1,08 mg/g adsorben) dan montmorillonit/ ODTMABr (0,97 mg/g adsorben). 1.2. Sistem Adsorben Montmorillonit/Surfaktan dengan Variasi Gugus Samping Pengaruh gugus
samping
dari surfaktan dalam sistem adsorben
montmorillonit/surfaktan diperoleh dengan membandingkan 2 macam surfaktan, yaitu
dodecylethyldimethyl
ammonium
bromide
(DDEDMA-Br)
dan
dimethyldioctadecyl ammonium bromide (DMDODA-Br). Kurva isoterm kedua sistem adsorben montmorillonit/surfaktan tersebut diberikan dalam gambar di bawah ini. 1,8
Kromat Teradsorpsi (mg/g adsorben)
1,6
Mont/DMDODA-Br 1,4
Mont/DDEDMA-Br 1,2 1,0
Montmorillonit
0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Konsentrasi Larutan Kromat Setimbang (ppm) Montmorillonit
Montmorrillonit/DMDODA-Br
Montmorrillonit/DDEDMA-Br
Gambar 2. Isoterm adsorpsi sistem adsorben montmorillonit/surfaktan dengan variasi gugus samping terhadap kromat Dari gambar di atas terlihat bahwa sistem adsorben montmorillonit/ DMDODA-Br
memiliki
daya
adsorpsi
yang
lebih
tinggi
daripada
montmorillonit/DDEDMA-Br. Apabila dilihat dari struktur kimia, kedua jenis surfaktan tersebut memiliki perbedaan struktur pada gugus samping, DMDODABr memiliki 2 rantai hidrofobik pada gugus samping yang lebih panjang (18 atom
Artikel Ilmiah
8
C), sedangkan DMDODA-Br kedua rantai hidrofobik tersebut berukuran 12 atom C dan 2 atom C. N+ Br
-
Dodecylethyldimethyl ammonium bromide (DDEDMAN+ Br-
Dimethyldioctadecyl ammonium bromide (DMDODAHasil tersebut mengindikasikan bahwa bukan faktor sterik yang berpengaruh terhadap daya adsorpsi, namun lebih disebabkan oleh antaraksi gugus-gugus non polar yang lebih kuat antara surfaktan dengan montmorillonit. Gugus samping berupa rantai hidrofobik yang lebih panjang sebagaimana dimiliki oleh DMDODABr bersifat lebih non polar, terikat lebih kuat pada molekul SiO2 yang terdapat dalam montmorillonit, sehingga lebih sukar lepas dari matrik lempung dan secara keseluruhan jumlah yang terikat menjadi lebih banyak. Fakta ini dikuatkan dengan hasil analisis SEM-EDS yang menunjukkan kandungan SiO2 dalam montmorillonit yang cukup besar (69,21%). Akibat surfaktan yang masuk dalam montmorillonit lebih banyak, maka daya adsorpsi sistem surfaktan montmorillonit/DMDODA-Br lebih besar dari montmorillonit/DDEDMA-Br dan montmorillonit tanpa surfaktan. Bahkan
apabila
dibandingkan
dengan
semua
sistem
adsorben,
sistem
montmorillonit/DMDODA-Br memiliki daya adsorpsi yang paling besar. Pada konsentrasi
larutan
kromat
setimbang
40
ppm,
sistem
adsorben
montmorillonit/DDODA-Br memiliki angka adsorbat kromat teradsorpsi sebesar 1,62 mg/g adsorben. D. Teknik Regenerasi Adsorben Montmorillonit/Surfaktan Untuk mengetahui efektivitas regenerasi adsorben montmorillonit/ surfaktan, dilakukan pengembangan teknik regenerasi dengan cara pencucian menggunakan 4 (empat) macam reagen aktif, yaitu: H2O2 5%, KH2PO4 0,01 M dan, NaOH 0,1 M dan Na2CO3 0,28 M terhadap adsorben dengan surfaktan
Artikel Ilmiah
9
ODTMA-Br yang telah jenuh kromat. Hubungan antara massa adsorben surfaktan dengan kromat teradsorpsi (Cr adsorpsi) dan kromat ter-regererasi (Cr reg) menggunakan berbagai reagen aktif ditunjukkan dalam Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kromat teradsorpsi dan kromat ter-regenerasi sebagi fungsi massa adsorben surfaktan, makin besar massa adsorben surfaktan makin besar pula kromat teradsorpsi dalam pori-pori adsorben. Demikian pula makin besar kromat terdapat dalam adsorben, makin besar pula yang dapat di regenerasi apabila digunakan reagen-reagen aktif tersebut.
Gambar 3. Kromat teradsorpsi dan kromat ter-regenerasi sebagai fungi mass adsorben surfaktan Untuk membedakan efektifitas reagen-reagen dalam proses pencucian, dilakukan konversi kromat yang ter-regenerasi dalam satuan persen dengan cara menentukan fraksi kromat teradsorpsi per kromat ter-regenerasi, gambarnya ditampilan dalam Gambar 4. Hasil penelitian ini menunjukkan kuantitas efisiensi berbagai reagen untuk mengekstraksi kromat dari adorben-surfaktan yang telah jenuh oleh kromat. Dari gambar tersebut terlihat bahwa secara umum semua reagen mampu berfungsi sebagai reagen pencuci. Diantara beberapa reagen yang digunakan, Artikel Ilmiah 10
terdapat variasi perbedaan dalam efisiensi ekstraksi kromat dari adsorbensurfaktan. Kemampuan reagen NaOH 0,1 M dan Na2CO3 0,28 M dalam meregenerasi adsorben tergolong rendah, keduanya berturut-turut hanya mampu mengekstrak sebanyak 6,9 dan 6,2% dari kromat yang teradsorbsi dalam adsorben – surfaktan. Reagen regenerasi yang paling efektif dalam proses regenerasi kromat dari adsorben-surfaktan jenuh adalah H2O2 5%, dengan daya regenerasi sebesar 30,7%.
Gambar 4. Kromat teradsorpsi dan kromat ter-regenerasi sebagai fungi mass adsorben surfaktan. Dari aspek lingkungan, dua reagen yang tergolong relatif ramah lingkungan adalah KH2PO4 0,01M dan Na2CO3 0,28 M. Keduanya termasuk dalam golongan garam yang terhidrolisis parsial dalam air dan bersifat sedikit basa. Dua reagen lain menyebabkan dampak lingkungan yang kurang baik, H2O2 5% bersifat oksidator sedangkan NaOH 0,1 M bersifat basa kuat. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa KH2PO4 0,01M merupakan reagen terbaik untuk regenerasi kromat dari adsorben – surfaktan, bersifat ramah lingkungan dan memiliki daya regenerasi yang cukup besar yaitu sebesar 26,8%.
Artikel Ilmiah 11
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: 1) Sistem adsorben surfaktan kationik berpenyangga montmorillonit Boyolali mampu meremediasi anion logam berat kromat dalam limbah, daya adsorpsi adsorben surfaktan terhadap ion kromat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi adsorbat dalam larutan. 2) Reagen-reagen H2O2 5%, KH2PO4 0,01 M dan, NaOH 0,1 M dan Na2CO3 0,28 M dapat digunakan dalam regenerasi adsorben-surfaktan dengan teknik pencucian. 3) Reagen KH2PO4 0,01M merupakan reagen terbaik untuk regenerasi kromat dari adsorben – surfaktan, bersifat ramah lingkungan dan memiliki daya regenerasi yang cukup besar yaitu sebesar 26,8%.. Sistem adsorben montmorillonit/surfaktan menggunakan montmorillonit lokal dari Boyolali telah berhasil disintesis. Pada tahap kedua penelitian (tahun kedua) akan dilakukan pengujian kinerja sistem adsorben untuk meremediasi limbah logam berat dalam sampel lapangan, yaitu limbah Kampung Batik Laweyan Surakarta. Penelitian lain yang bisa dikembangkan mencakup eksplorasi sifat-sifat fisik dan kimia sistem adsorben secara lebih mendalam, pemanfaatan bahan-bahan alam lain dari lokal Indonesia sebagai substituen bahan kimia untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan nilai ekonomi bahan lokal, serta penggunaan surfaktan baru yang memiliki gugus fungsi untukmeningkatkan daya adsorpsi. Dari sisi pemanfaatan sistem adsorben montmorillonit/surfaktan, pengembangan dapat diarahkan untuk meremediasi berbagai jenis polutan limbah cair, baik yang bersifat non polar, anionik maupun kationik.. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi DP3M Dirjen Dikti atas dukungan dana sehingga terlaksananya penelitian ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ketua Laboratorium Program Kimia FKIP UNS,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelauatan (PPPGL), serta semua pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini.
Artikel Ilmiah 12
DAFTAR PUSTAKA Callister, W.D. 2003. Materials Science and Engineering: an Introduction. India: John Wiley & Son, 54-56, 108-112. Fillipi, B.R., Scamehorn, J.F., Taylor, R.W., and Christian, S.D.1997. Selective removal of copper from an aqueous solution using ligand-modified micellar-enhanced ultrafiltration using an Alkyl- -diketone ligand. Separ. Sci. Technol. 32, 2401- 2424. Ganjar Labaik. 2006. Kajian terhadap Bentonit di Kabupaten Tasikmalaya dan Kemungkinannya Dijadikan Bahan Pembersih Minyak Kelapa Sawit (CPO). Online. http://www.dim_esdm.go.id/, 30 Desember 2006. Goldstein, J., Newbury D., Joy, D., Lyman, C., Echlin, P., Lifshin, E., Sawyer, L., and Michael, J. 2003. Scanning Electron Microscopy and X-Ray Microanalysis. New York: Kluwer Academic /Plenum Publishers. Hong, A. P. K. , and Chen, T.-C. 1996. Chelating extraction and recovery of cadmium from soil using pyridine-2,6-dicarboxylic acid. Water, Air, Soil Pollut.. 86, 335- 346. Jaffe, R., Gardinali, P.R., Cai, Y., Sudburry, A., Fernandez, A., and Hay, B.J. 2003. Organic compounds and trace metals of anthropogenic origin in sediments from Montego Bay, Jamaica:assessment of sources and distribution pathways. Environ. Pollut. 123, 291-299. Kementerian Lingkungan Hidup, 2002, Laporan Kegiatan Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik Tahun 2002, Jakarta: KLH Kementerian Lingkungan Hidup, 2002, Laporan Kegiatan Asisten Deputi Urusan Kajian Wilayah Tahun 2002, Jakarta: KLH Kim H. Tan. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Muchtar Aziz, dkk. 2007. Pemanfaatan Mineral Al-Silikat untuk Bahan Katalis Hydrocarbon Cracking Minyak Bumi. Litbang Pengolahan Mineral. Online. http://www.tekmira.esdm.go.id/. 1 Januari 2007. Rabek, J.F. 1980. Experimental Methods in Polymer Chemistry. Chicester: a Wiley – Interscience Pub. Riley, R. G., and Zachara, J. M. 1992. Chemical Contaminants on DOE Land and Selection of Contaminant Mixtures for Subsurface Research, DOE/ER-057T, Dept. of Energy, Washington DC, USA. Shin, Mari. 2004. Surfactant/Ligand Systems for the Simultaneous Remediation of Soils Contaminated with Heavy Metals and Polychlorinated Biphenyls. Dissertation. Department of Bioresource Engineering, Macdonald Campus of McGill University, Ste-Anne-de-Bellevue, Quebec, Canada Skoog, D.A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, 3rd ed., Saunders College Publ., Philadelphia, pp. 251-286.
Artikel Ilmiah 13
Tuin, B. J. W., and Tels, M. 1990. Removing heavy metals from contaminated clay soils by extraction with hydrochloric acid, EDTA or hypochlorite solutions. Environ. Technol. 11, 1039-1052. Vaughan, A.S. 1983. Polymer Microscopy, in Polymer Characterization. India: Chapman & Hall, 306-313. Wasay, S.A., Barrington, S., and Tokunaga, S. 2001. Organic acids for the in situ remediation of soils polluted by heavy metals : soil flushing in columns. Water, Air, Soil Pollut. 127, 301-314.
Artikel Ilmiah 14