ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN PELAJARAN SAINS MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS IV SDN 6/V LUBUK KAMBING
Oleh ARMI LATIFAH NIM GJA10D111147
PROGRAM PENDIDIKAN GURU DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2015
1
2
Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Struktur Dan Fungsi Bagian Tumbuhan Pelajaran Sains Menggunakan Model Group Investigation Siswa Kelas Iv Sdn 6/V Lubuk Kambing
Oleh:
ARMI LATIFAH Program Kependidikan Guru dalam Jabatan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Jambi
ABSTRAK
Rendahnya Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Sains menjadi perhatian utama penelitian tindakan kelas ini.faktor penyebabnya antara lain, 1)kurangnya pemerataan pemahaman pada siswa, 2). kurangnya perhatian siswa dalam pembelajaran, 3). Kurangnya media yang di gunakan oleh guru 4). siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran yang diadakan oleh guru. salah satu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan, mengunakan model group investigation kelompok. Model pembelajaran investigasi kelompok ini dilakukan secara kelompok dan melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topic yang dipelajari dan bagaimana kesimpulannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menumbuhkan minat belajar siswa ,bekerja secara bebas,berinisiatif,kreatif dan aktif , menumbuhkan rasa percaya diri serta dapat meningkatkan belajar bekerja sama,berkomunikasi baik dengan teman maupun guru.. Penelitian ini dilaksanakan di SD negeri No.06/V Lubuk Kambing dengan jumlah siswa 20 orang,pada tanggal 6 Oktober 2014 sampai dengan 22 Oktober 2014 Adapun prosedur dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan melalui 3 siklus, dimana setiap siklusnya terdiri atas tiga kali tatap muka ,perencanaan pada masing-masing siklus dalam PTK ini dibagi dalam empat kegiatan yakni : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Pengamatan tindakan, (4) Refleksi, selanjutnya menganalisis data hasil pengamatan dan mengadakan Refisi-refisi pada siklus berikutnya. Dari hasil pengamatan kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman siswa pada siklus I diperoleh nilai Rata-rata sebesar 58,3% dan pada siklus II meningkat menjadi 71,28 % dan pada siklus III mencapai rata-rata pemahaman belajar siswa secara klasikal sebesar 80,5 %. hal ini menunjukan bahwa persentase ketuntasan pemahaman belajar sudah baik. Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan mengunakan motode pembelajaran koooperatif model group investigation dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa pada kelas IVB SD Negeri No.06/V Lubuk Kambing Kecamatan Renah Mendaluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kata Kunci : Meningkatkan Pemahaman siswa ,mengunakan Model GI.
3
1.Pendahuluan
1. 2. 3. 4.
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kelangsungan hidup suatu bangsa baik dimasa kini maupun dimasa datang. oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan menjadi perhatian utama bagi guru,orang tua, masyarakat,pemerintah maupun siswa itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk mem peroleh manusia yang maju ,kreatif, dan mandiri,serta dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningakatan kualitas guru, perbaikkan, dan pengembangan kurikulum serta peningkatan sarana dan prasarana. semua permasalahan tersebut adalah peningkatan mutu yang terlihat dari meningkatkan pemahaman siswa setelah pembelajaran berlangsung. Salah satu upaya meningkatkan kualitas pen didikan adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang efektif dan efesien, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk itu guru dalam proses interaksi belajar sudah seharusnya mencari informasi tentang bagaimana kondisi pebelajaran mana yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar. Mata pelajaran Sains adalah ilmu yang dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atau pertanyaan apa,mengapa dan bagaimana keadaan alam beserta isinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya khususnya yang berkaitan dengan kompetensi struktur dan fungsinya. Metode pembelajaran sains di SD termasuk salah satu yang sulit disesuaikan dengan metode pembelajaran yang ada karena pola pikir anak SD belum bisa mandiri khususnya di SD No.06/V Lubuk kambing merupakan salah satu jenjang pendidikan yang tidak terlepas dari masalah kurangnya pemahaman siswa dalam pembelajaran yang berlangsung. kurangnya pemerataan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Sebagian di atas rata-rata, sebagian lagi masih berada pada tarap nilai kurang dari standar pemahaman materi pembelajaran. Melalui diskusi dengan guru yang berada di SD Negeri 06/V Lubuk Kambing Kecamatan Renah Medaluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat, diketahui bahwa faktor-faktor penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan adalah Kurangnya media dalam pembelajaran yang berlangsung. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran yang diadakan oleh guru Kurangnya pemerataan dalam pemahaman belajar, siswa kurang antusias dalam pembelajaran berlangsung. Sejalan dengan apa yang dikemukakan diatas, maka perlu kiranya bagaimana sebaiknya mengatur urutan kegiatan pembelajarannya sehingga relevan dengan tujuan pembelajaran, dan dikuasai dengan baik oleh siswa yang diajarkan, serta kegiatan pembelajarannya kontekstual, menarik, bervariasi, dan melibatkan peran serta siswa. Salah satu upaya guru untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah menggunakan media dan metode pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa dan karakteristik siswa dan materi pembelajaran.
4
1. 2. 3. 4.
Dalam pembelajaran Sains pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan . para guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman belajar dan mencapai ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai minimal 85%. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan kegiatan peserta didik dalam kelompok kecil sehingga peserta didik dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain. Menurut Lie (2004)dalam Isriani & Dewi (2011:144) Elemen – elemen pembelajaran Kooperatif adalah sebagai berikut: Saling ketergantungan positif Interaksi tatap muka Angkuntabilitas individual Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan peserta didik untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mengutamakan kebersamaan kelompok .Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kesuksesan dari sebuah kelompok bergantung pada kesuksesan masing-masing anggota kelompok. Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik) adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap peserta didik terjadi secara optimal. Dalam pembelajarannya peserta didik diharapkan saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain. Ciri-ciri tersebut dapat memberikan dampak positif kepada peserta didik antara lain: membangun sikap belajar kelompok/bersosialisasi, membangun kemampuan bekerjasama, melatih kecakapan berkomunikasi, melatih keterlibatan emosi peserta didik, mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar, meningkatkan prestasi akademiknya secara individu dan kelompok, meningkatkan motivasi belajar dan memperoleh kepuasan belajar. Tinggi rendahnya tingkat keberhasilan model pembelajaran kooperatif di atas, bergantung pada aspek: interdependensi ganjaran, interdependensi tugas, tanggung jawab atau akuntabilitas individual, struktur yang dipaksakan oleh guru, ada atau tidak adanya kompetisi kelompok. Termasuk dalam model pembelajaran kooperatif adalah tipe group Investigation. Winataputra (2001) dalam Ekawarna dkk,(2012:6) mengatakan :”Kelompok model sosial (social models) termasuk kedalamnya adalah: investigasi kelompok (group investigation)”.Menurut Sugandi(2002:14), karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe group investigation,sebagai berikut :
5
1. 2. 3. 4. 5.
Siswa belajar dalam kelompok Siswa memiliki rasa saling ketergantungan Siswa belajar berinteraksi secara kerja sama Siswa dilatih untuk bertanggung jawab terhadap tugas Siswa memiliki keterampilan komunikasi interpersonal Group Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipelajari. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Penelitian Oleh : Tya Anisa Devi. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Gaya Magnet Pada Pembelajaran IPA Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wanaraja Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan pemahaman gaya magnet . Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes gaya magnet siswa yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pra tindakan nilai ratarata kelas 64,89 dengan ketuntasan klasikal 34,78%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 67,32 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 56,52%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,08 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 91,30%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan pemahaman gaya magnet pada pembelajaran IPA Secara spesifik tujuan dari penelitian ini, untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sains pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan melalui model group investigation di SDN 06/V Lubuk Kambing . jika tujuan dapat tercapai maka hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam belajar,dan dapat menerapkan konsep Sains dalam kehidupan sehari-hari b. Bagi Guru,Memberikan alternatif upaya menigkatkan kemampuan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar Sains. c. Bagi Sekolah,Meningkatakan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.
2. Metode penelitian Menurut Ismail (2011:11) model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu, yaitu :
6
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya 2. Tujuan permbelajaran yang akan dicapai 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dapat dilaksanakan secara berhasil dan 4. Lingkungan belajar yanng diperlukan agar tujuan pmbelajaran itu bisa tercapai. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil yang heterogen (Suyitno, 2004:9). Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. menurut Holubec (Nurhadi, 2003:59) pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mencerdaskan sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Sedangkan menurut Abdurrahman (Nurhadi, 2003:60) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih asih (saling menyayang), dan silih asuh (saling tenggang rasa) antar sesama siswa sebagai latihan hidup dan dalam masyarakat nyata. Kemampuan pemahaman adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Dalam hal ini test tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi dapat memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Tujuan dari pemahaman adalah berkenaan dengan kemampuan memahami arti dari suatu bahan pelajaran, hanya masih dalam tingkat rendah, misalnya mampu mengubah suatu informasi lain yang lebih bermakna dan memberi interprestasi. untuk meningkatkan pemahaman konsep ada empat prinsif yaitu : 1. Perhatian: menarik dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, menggunakan media yang relevan, tidak monoton dan tegang serta melibatkan seluruh siswa dalam bertanya jawab; 2. Relevansi: mengemukakan relevansi pelajaran dengan kebutuhan dan manfaat setelah mengikuti pelajaran dalam hal ini kita menjelaskan terlebih dahulu tujuan instruksional; 3. Percaya diri: menumbuhkan dan menguatkan rasa percaya diri pada siswa, hal ini dapat disiasati dengan menyampaikan pelajaran
7
secara runtut dari yang mudah ke sukar. Tumbuh kembangkan kepercayaan siswa dengan pujian atas keberhasilannya; 4.
Kepuasan: memberi kepercayaan kepada siswa yang telah menguasai ketrampilan tertentu untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil dan gunakan pujian secara verbal dan umpan balik atas prestasinya tersebut; Muhibin syah (2010:145)Secara global,factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni : 1. Factor internal (factor dari dalam siswa ),yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2. Factor eksternal (paktor dari luar siswa ),yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3. Paktor pendekatan belajar (Approach to learning ),yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategis dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran. Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Winaputra, 2001: 75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Maesaroh (2005: 28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah: 1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2. Rencana Kooperatif Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3. Peran Guru Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007: 59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik ter tentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang men dalam atas topik yang telah dipilih, ke mudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Jodian Siburian dan Asrial: 2012: 120), dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Seleksi topik Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru.Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-Ke lompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan kerjasama Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas. 3. Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah dua Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4. Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 1
9
5. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. 6. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Langkah – langkah : 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. 3. Guru memangil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain. 4. Masing masing kelompok membaahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan. 5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok. 6. Guru member penjelasan singkat sekaligus member kesimpulan. 7. Evaluasi 8. Penutup Pembelajaran dengan model kooperatif tipe group investigation diberikan kepada siswa sebagai upaya membantu siswa untuk dapat mengatasi kesulitan dalam pembelajaran Sains pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan. Diharapkan dengan model kooperatif tipe group investigation, keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Sains pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan meningkat. Selain itu juga, dengan model kooperatif tipe group investigation tersebut maka setiap siswa dapat belajar secara mandiri. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dengan menggunakan siklus dan siklus –siklus berikutnya. penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe group investigation. Hasil setiap siklus diamati kemudian dievaluasi dan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Dengan penelitian ini diharapkan keaktifan dan pemahaman belajar siswa pada pembelajaran Sains pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan meningkat secara merata pada semua siswa. Hipotesis yang akan digunakan untuk arahan pada penelitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pelajaran Sains pokok bahasan Struktur daun dan fungsinya dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan ditandai meningkatkan belajar bekerja sama,belajar berkomunikasi baik dengan teman maupun gurudan memberikan semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif di SDN 06/V Lubuk Kambing. Kecamatan Renah Mendaluh kabupaten Tanjung Jabung Barat. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IVb SD Negeri 06/V Lubuk Kambing.tahun ajaran 2014/2015,dengan Jumlah siswa 20 orang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 4 (empat) bulan mulai dari tahap persiapan pada bulan Agustus sampai dengan tahap pengiriman Laporan Akhir pada bulan November 2014.
10
Sedangkan tempat pelaksanaan Penelitiaan ini dilaksanakan di SD Negeri 06/V Lubuk Kambing Kecamatan Renah Medaluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sesuai dengan jadwal pembelajaran .Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) ini di rencanakan untuk 3 siklus , dimana tiap – tiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali tatap muka . rencana tindakan pada masing – masing siklus dalam PTK ini di bagi dalam 4 kegiatan yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Pengamatan (4)Refleksi (1) Perencanaan, pada tahap Perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan–persiapan yang terdiri dari : 1. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan struktur daun tumbuhan dan fungsinya 2. Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang Bagian– bagian Daun . 3. Guru menyiapkan lembar Observasi kegiatan belajar peserta didik dengan peserta didik 4. Guru menyiapkan lembar Observasi kegiatan belajar-mengajar peserta didik dengan guru. 5. Guru Membuat lembar test dan penilaian (2)Tahap pelaksanaan ,merupakan pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang telah disiapkan pada tahap perencanaan. 1. Guru menyapa siswa dan menanyakan kabar mereka 2. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa 3. Guru melakukan apersepsi sebagai awal sebelum melakukan pembelajaran inti 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan yang akan di lakukan hari ini dan tujuan yang akan dicapai dengan bahasa yang sederhana dan mudah di pahami 5. Guru membagi kelas menjadi empat kelompok secara heterogen dan masing – masing kelompok berjumlah 4 – 5 orang. 6. Guru menjelaskan model pembelajaran dan langkah – langkah yang akan di lakukan saat kerja kelompok. 7. Guru menyajikan empat bahan ( sub topik) berbeda mengenai empat jenis tulang daun yaitu Menyirip, Melengkung, Menjari dan Sejajar dan setiap kelompok memiliki bahan berdasarkan minat masing – masing. 8. Siswa melalui perwakilan ketua kelompoknya mengambil bahan dan alat serta LKS yang akan digunakan dalam kelompok sesuai dengan bahan yang telah dipilih oleh masing – masing kelompok dan setiap kelompok mendapatkan bahan yang berbeda dari kelompok lain. 9. Siswa dalam kelompoknya mengerjakan tugas berdasarkan LKS yang diberikan. 10. Masing – masing kelompok membagi tugas kepada anggotanya untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan sub pokok bahasan kelompok mereka. 11. Siswa dalam kelompoknya melaksanakan tahap investigation yaitu dengan melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Siswa mengumpulkan informasi , menganalisisdata dan membuat kesimpulan terkait dengan permasalahan yang diselidiki. b. Masing – masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompoknya. c. Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi dan mempersatukan ide serta pendapat. 12. Siswa dalam kelompoknya melaksanakan tahap pengorganisasian yaitu :
11
Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikan nya kedepan kelas . siswa membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis, dalam presentasi investigation. 13. Siswa melakukan tahap presentasi , masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan anggota kelompok lain mendengar, mencatat sajian dan memberikan tanggapan untuk kelompok penyaji. 14. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dan kompak . 15. Siswa dengan bimbingan guru melakukan tahap evaluasi dengan menggabungkan tiap topik yang di ivestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain. 16. Guru melakukan tahap evaluasi terhadap kontribusi tiap kelompok dengan memberikan soal secara individual. 17. Guru mendiskusikan dengan teman sejawat mengenai tindakan yang dilakukan dan kelemahan dan kekurangan dari tindakan tersebut. 18. Guru mempelajari hasil pengamatan terhadap siswa selama pelaksanaan tindakan. 19. Guru membandingkan hasil pengamatan terhadap siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sains, dan membandingkannya dengan kondisi pada siklus sebelumnya. (3) Observasi & Evaluasi,Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, setiap siklus diamati oleh kolaborator untuk mengetahui pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang di inginkan. Pemantauan dilaksanakan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan. observer memantau kegiatan siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui perubahan siswa setelah dilakukan tindakan dapat diperoleh melalui hasil pengamatan/observasi sesuai dengan instrumen observasi. Sedangkan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sains, dilihat dari hasil tes yang diadakan setiap akhir siklus. Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil apabila persentase tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sains pembelajar siswa telah mencapai persentase minimal 85% atau telah tergolong dalam kategori baik. Adapun kriteria tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sains siswa dapat dilihat berikut : hasil penilaian dikualifikasikan dengan berpedoman pada sekala penilaian yang di ambil dari Arikunto (2007:245) yaitu seperti digambarkan pada tabel berikut : Tabel 3.2.Tabel Skala Penilaian Interval Penguasaan 80 – 100 66 – 79 56 – 65 40 – 55 0 – 39
Keterangan Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal
Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pada siklus pertama dengan siklus- siklus selanjutnya. Hasil pengamatan setiap siklus di analisis secara kualitatif dan kuantitatif.analisis deskriftif kualitatif digunakan
12
untuk memaparkan pelaksanaan kegiatan PTK dengan mengambarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator selama pembelajaran berlangsung. Analisis deskriftif digunakan untuk mengambarkan selembaran data hasil PTK dengan mengunakan teknik presentase dan rata- rata terhadap hasil evaluasi yang di lakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir materi pelajaran. Penilaian proses pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya sampai selesai di pelajarinya satu kompetensi dasar oleh siswa. Penilaian proses pada setiap pertemuan dilakukan pada akhir pertemuan. hasil penilaian proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap akhir pertemuan memberi gambaran tentang hasil (sementara) dari siswa pada pertemuan itu.hasil penilaian itu menjadi acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran pada pertemuan berikutnya.Dengan hasil itu guru dapat memutuskan apakah rencana pembelajaran yang telah diangankan dan dibuat dapat diteruskan pelaksanaanya atau dilakukan pen yesuaian atau bahkan pengubahan. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan setelah kompetensi dasar dipelajari.Teknik penilaian hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan test pengamatan (observasi) dan Evaluasi. 1) Observasi Dalam hal ini peneliti mengunakan statistic deskriftif dengan mencari nilai rata – rata dan prosentase kegiatan belajar Siswa ,dengan rumusan 1. Menghitung keaktifan peserta didik a. Menghitung rata –rata keaktifan peserta didik (x).
𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒇𝒊𝒕𝒂𝒔(𝒙) =
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘
b. Menghitung Presentase seluruh peserta didik
𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 % =
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑋 100 % 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
c. Criteria penapsiran variable penelitian ini sebagai berikut: 80 – 100 = Baik Sekali 66 – 79 = Baik 56 – 65 = Cukup 40 – 55 = Kurang 0 – 39 = Gagal d. Criteria penapsiran variable penelitian dan penskoran 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang 2. Evaluasi Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran struktur daun dan fungsinya ,
13
langkah selanjutnya adalah dengan menghitung nilai rata – rata hasil test pada tiap siklus dengan rumus : 𝑋 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒕𝒆𝒔𝒕 𝑿 = 𝑁 Keterangan: X = rata-rata hasil test 𝑋 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 N = banyaknya siswa
3.Hasil Penelitian Dan Pembahasan Dari keseluruhan hasil pengamatan pada Siklus I sebesar 58,3 % dan Siklus II meningkat menjadi 71,28 % dan Siklus III meningkat menjadi 80, 5 % dapat disimpulkan dari ketiga siklus di atas pada tabel berikut ini : Tabel 4.38 Rekapitulasi Hasil Observasi kegiatan pembelajaran meningkatkan pemahaman Siswa pada materi Struktur daun tumbuhan dan fungsinya melalui Siklus I,II,III Di kelas IVb SDN 06/V Lubuk Kambing. SIKLUS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kode Siswa
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 Jumlah Rata-rata
I
II
55% 56% 60% 53% 51% 63% 68% 52% 56% 79% 68% 55% 52% 58% 60% 64% 59% 54% 58% 56% 1166 58,3 %
68% 69% 73% 71% 69% 73% 84% 75% 67% 89% 79% 64% 72% 65% 70% 67% 71% 60% 67% 72% 1426 71,28 %
III
Kriteria Ketuntasan
79% 79% 86% 77% 80% 84% 90% 80% 78% 93% 84% 78% 85% 80% 79% 81% 83% 73% 74% 82% 1610 80,5 %
Baik Baik Baik sekali Baik Baik Baik Baik sekali Baik Baik Baik sekali Baik sekali Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Baik Sekali
Tabel 4.38 Menunjukan bahwa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata pemahaman belajar sebesar 58,3 % terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 71,28 % dan pada siklus III tingkat pemahaman siswa mencapai 80,5 % dapat di simpulkan bahwa dari 20 siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Group
14
Investigation membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan
Pembahasan Berdasarkan data Penelitian di peroleh data sebagai berikut : Tabel .
Rekap Nilai keseluruhan kegiatan belajar mengajar tentang struktur daun tumbuhan dan fungsinya mengunakan model group investigation kelas IV SDN No. 06/V Lubuk Kambing. sebagai berikut: SIKLUS
No
1 2 3
Kriteria
Aspek Pengamatan Observasi kegiatan Siswa dengan Siswa Observasi kegiatan Siswa dengan Guru Hasil test formatif
I
II
III
59,27%
72,4%
83,44%
Baik sekali
52,17%
70%
82 %
Baik sekali
61,5%
72,17%
76,75%
Baik
Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap siklus I,II, dan III secara klasikal dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin baik pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat ) .Berdasarkan data analisis , guru telah melakukan pembelajaran dengan baik dan pemahaman siswa menjadi lebih baik . Hal ini terlihat dari Kegiatan guru yang muncul di antaranya Kegiatan membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk kegiatan di atas cukup besar.yang paling dominant dalam pembelajaran kooperatif model group investigation ini adalah siswa bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa Kegiatan siswa dapat dikategorikan aktif 4. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan pada Observasi kegiatan siswa dengan siswa mencapai 83,44 % dan Observasi kegiatan siswa dengan guru sebesar 82% dan hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata sebesar 76,75 % dengan kategori baik. dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan di SD Negeri No.06/V Lubuk Kambing Kecamatan Renah Mendaluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
15
mengajar sains lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang di hadapinya. 2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas IVB SD Negeri No.06/V Lubuk Kambing pada bulan Oktober 2014 di semester Ganjil
DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudijono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ekawarna, dkk,2012,Penelitian Tindakan Kelas 2 (Panduan Untuk Penulisan Skripsi,FKIP Universitas Jambi. Ekawarna,2011, Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta,Gaung Persada Press. Hardini Isriani & Puspita Terpadu,Yogyakarta,Familia.
Sari
Dewi,
2012,Strategi
Pembelajaran
Ismail. 2011. Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik Pembelajaran.. http://ismailbugis.wordpress.com/2011/06/19/pengertian-strategi pendekatanmodel-teknik-dan-metode-pembelajaran/. Diakses 22 Agustus 2014. Model-Model Pembelajaran dan Implimentasi dalam Pembelajaran PKn. Diakses dari http://smpn2rantauselamatatim.wordpress.com Tanggal 22 Agustus 2014. Siburian Jodian & Asrian, 2012,Model Pembelajaran Sains,Universitas Jambi. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Slameto, dkk. 2005. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana.2002. Evaluasi Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Tya Anisa Devi,penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan pemahaman gaya magnet pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Wanaraja wanajasa banjarnegara,http://digilib.fkip.uns.ac.id/contents/skripsi.php?id_skr=1548(online) , tanggal 05 Oktober 2014 jam 01.20 Wib Winata putra Udin. S. Dkk 2008,Teori Belajar dan Pembelajaran,Jakarta, Universitas Terbuka.