PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
MODUL PELATIHAN UNTUK JENJANG JABATAN PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PERTAMA
Penulisan Artikel Ilmiah Penulis: Sudirman Siahaan Pengkaji: Dr. Purwanto Drs. Waldopo, M.Pd
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, 2011 0
PRAKATA Dengan telah ditetapkannya Jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) nomor PER/2/M.PAN/3/2009 tertanggal 10 Maret 2009, maka salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan berkiprah sebagai tenaga fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran adalah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penjenjangan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (JF-PTP) untuk calon Pengembang Teknologi Pembelajaran. Berdasarkan kurikulum Diklat Penjenjangan JF-PTP, salah satu topik materi pelatihan dari unsur utama “Pengembangan Profesi” adalah penulisan karya ilmiah atau karya tulis ilmiah. Karya ilmiah/karya tulis ilmiah yang ditulis haruslah dipublikasikan di dalam jurnal ilmiah agar mendapatkan angka kredit yang lebih besar. Untuk dapat dimuat di dalam jurnal ilmiah, tulisan haruslah memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan oleh pengelola jurnal ilmiah. Sekalipun demikian, ada kriteria tertentu yang bersifat universal untuk semua jurnal ilmiah. Karya ilmiah/karya tulis ilmiah yang dimaksudkan di dalam Modul ini dibatasi pada artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah. Penulisan artikel ilmiah merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai konsekuensi angka kredit. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan modul ini adalah untuk membekali calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran mengembangkan kariernya melalui penulisan artikel ilmiah. Setelah selesai mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek mengenai penulisan artikel ilmiah. Pengetahuan yang telah dimiliki peserta pelatihan akan lebih dimantapkan lagi melalui kegiatan lanjutan (berlatih menulis) yang berupa pembelajaran secara tatap muka. Melalui kegiatan pembelajaran secara tatap muka, peserta pelatihan diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya dalam berlatih menulis artikel ilmiah. Pada akhir kegiatan pelatihan secara tatap muka, peserta pelatihan diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan untuk menulis artikel ilmiah. Selama kegiatan pelatihan secara tatap muka berlangsung, peserta pelatihan akan dibimbing secara bertahap untuk belajar menulis artikel ilmiah. Latihan menulis dimulai dari kegiatan mengidentifikasi dan merumuskan topik yang akan ditulis sampai dengan penulisan konsep artikelnya sendiri termasuk penulisan Daftar Acuan (Referensi). Untuk mencapai tujuan ini, porsi waktu yang relatif memadai akan disediakan bagi peserta pelatihan untuk melakukan kegiatan praktek penulisan artikel ilmiah. Satu hal yang ingin ditekankan di dalam Modul ini adalah bahwa setiap permulaan itu memang terasa sulit (every beginning is difficult) termasuk menulis artikel ilmiah. Namun, apabila penulisan artikel ilmiah disertai dengan semangat yang tinggi dan prinsip “saya pasti mampu”, maka perasaan yang semula sulit berangsur-angsur akan berubah menjadi kegiatan yang menyenangkan. Terima kasih. Jakarta, Nopember 2011 Penulis, Sudirman Siahaan Peneliti Utama bidang Pendidikan 1
KATA PENGANTAR Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk merampingkan jabatan struktural dan sekaligus juga memperkaya jabatan fungsional, maka pemerintah membuka peluang yang luas untuk pembentukan berbagai jabatan fungsional yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan birokrasi pemerintahan. Memperhatikan pesatnya perkembangan/kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara, maka berbagai upaya dilakukan untuk memanfaatkan TIK bagi peningkatan kualitas hidup bangsa. Salah satu bidang yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup adalah pendidikan. Melalui pemanfaatan TIK dalam bidang pendidikan/pembelajaran diharapkan kesempatan memperoleh layanan pendidikan yang terjangkau masyarakat akan semakin terbuka luas. Pada tahun 2009, usulan Kementerian Pendidikan Nasional tentang satu jabatan fungsional yang baru untuk tingkat keahlian, yaitu Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (JF-PTP), telah berhasil disetujui dan ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran ini ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) nomor PER/2/M.PAN/3/2009 tertanggal 10 Maret 2009. Sebagai suatu jabatan fungsional yang baru, institusi pembinanya dituntut untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang ditujukan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berminat menjadi pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP). Seorang PNS akan diterima sebagai pejabat fungsional PTP setelah yang bersangkutan mengikuti Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan dinyatakan lulus. Materi pelatihan yang akan dipelajari peserta Diklat disusun dalam bentuk modul (bahan belajar mandiri) dan salah satu topik di antaranya adalah “Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh”. Besar harapan, modul ini dapat dipelajari dengan seksama sehingga peserta pelatihan dapat memahami berbagai aspek mengenai jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran. Terima kasih.
2
KEGIATAN BELAJAR-1: MEMAHAMI KARYA TULIS ILMIAH 1. Petunjuk Belajar Materi pelajaran yang akan ANDA pelajari dalam Kegiatan Belajar-1 ini mencakup: (a) pengertian karya ilmiah/karya tulis ilmiah, (b) ragam/jenis karya ilmiah/karya tulis ilmiah, (c) sistematika/struktur artikel imiah, (d) prinsip-prinsip penulisan artikel ilmiah, dan (e) pentingnya penulisan artikel ilmiah. Pelajarilah secara seksama materi pelajaran yanlg diuraikan pada masing-masing topik berikut ini. Satu hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi pelajaran yang sulit ANDA pahami. Cobalah mendiskusikan materi pelajaran yang sulit dengan sesama peserta pelatihan terlebih dahulu. Apabila memang masih dibutuhkan, ANDA dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan nara sumber pelatihan pada saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Dalam mempelajari materi pelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajaran-1 ini, ANDA akan menjumpai soal-soal latihan. Usahakanlah semaksimal mungkin untuk mengerjakan semua soal latihan tanpa terlebih dahulu melihat Kunci Jawaban yang disediakan pada bagian akhir modul ini. ANDA barulah diperkenankan untuk mempelajari materi pelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2 setelah ANDA berhasil mengerjakan 80% benar soal-soal latihan mengenai Kegiatan Belajar1. Seandainya setelah mengerjakan soal-soal latihan, ANDA masih belum berhasil menjawab 80% benar, janganlah berkecil hati. Cobalah pelajari kembali dengan lebih cermat materi pelajaran yang masih belum ANDA pahami. Kemudian, kerjakan kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini ANDA lebih berhasil. Ingatlah bahwa dengan penuh semangat disertai rasa percaya diri, ANDA pasti dapat menyelesaikan materi pelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat belajar dan sukses. 2. Uraian Materi Pelajaran a. Pengertian dan Ciri-ciri Artikel Ilmiah 1) Pengertian Pengertian karya ilmiah/karya tulis ilmiah (KTI) menurut Parlindungan Pardede adalah tulisan yang mengungkapkan buah pikiran, yang diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, atau peninjauan terhadap sesuatu yang disusun menurut metode dan sistematika tertentu, dan yang isi dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. (http://fkip.uki.ac.id/ index.php?view=article&catid=41:artikel&id=68 Diakses tanggal 25 Pebruari 2011). Tidak jauh berbeda dengan Parlindungan Pardede, Halda Aditya mengemukakan bahwa artikel ilmiah merupakan tulisan yang berisi laporan sistematis mengenai hasil kajian atau hasil penelitian yang disajikan bagi masyarakat ilmiah tertentu, yang merupakan audiens khusus dengan tujuan menyampaikan hasil kajian dan kontribusi penulis artikel kepada mereka untuk dipikirkan, dikaji kembali, dan diperdebatkan, baik secara lisan ataupun secara tertulis 3
(http://haldaaditya.blogspot.com/2007/11/menulis-artikel-ilmiah-episode-1.html Diakses tanggal 24 Maret 2011). Kemudian, Anne Ahira memberikan pengertian tentang artikel ilmiah sebagai karangan (atau karya tulis, penulis) yang memuat data dan fakta yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan, peninjauan dan disampaikan secara runtut sesuai dengan metode penulisan karya ilmiah yang baku (http://www.anneahira.com/menulis-artikel-ilmiah.htm diakses tanggal 24 Maret 2011). Pengertian karya ilmiah atau karya tulis ilmiah (KTI) dapat berupa hasil penelitian, pengkajian atau pengamatan, survei dan atau evaluasi di bidang tertentu. KTI dapat berupa: (a) buku pelajaran, diktat, (b) skripsi, tesis, disertasi, (c) tinjauan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah (http://jeperis. wordpress.com2009/02/05/ penulisan-karya-tulis-ilmiah/ diakses tanggal 25 Pebruari 2011). Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal ilmiah atau buku kumpulan artikel ilmiah yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah. Artikel ilmiah dapat berupa hasil penelitian maupun gagasan ilmiah (review). Hasil penelitian ataupun gagasan/pemikiran ilmiah akan lebih bermanfaat apabila telah diaplikasikan ataupun disampaikan kepada publik. Jurnal ilmiah merupakan suatu sarana yang efektif untuk mempublikasikan hasil penelitian bagi kalangan yang lebih luas atau publik (http://s2biounsoed.edublogs.org/files/ 2009/08/Pedoman-Penulisan-Usul-Penelitian-Tesisdan-Artikel-Ilmiah-final-2009.pdf diakses tanggal 24 Maret 2011). Batasan lain tentang artikel ilmiah (scientific paper) sebagaimana yang terdapat pada Panduan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jenderal Soedirman adalah sebagai laporan tertulis dan dipublikasikan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Data, simpulan, dan informasi yang terkandung dalam artikel ilmiah dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya (http:// s2biounsoed.edublogs.org/files/2009/08/PedomanPenulisan-Usul-Penelitian-Tesis-dan-Artikel-Ilmiah-final-2009.pdf diakses tanggal 24 Maret 2011). . Berdasarkan berbagai pemikiran yang telah dikemukakan di atas, sebuah karya tulis ilmiah atau artikel ilmiah pada dasarnya ditandai setidak-tidaknya oleh (a) hasil penelitian atau kajian, (b) dilakukan oleh seorang atau tim, (c) penulisannya mengikuti kaidah atau tata cara ilmiah, dan (d) disajikan kepada publik melalui jurnal atau pertemuan ilmiah. Apabila artikel ilmiah yang ditulis akan diterbitkan melalui jurnal ilmiah, maka penulis artikel haruslah mengikuti format atau pedoman penulisan yang ditetapkan oleh pengelola jurnal ilmiah (http://s2biounsoed.edublogs.org/files/2009/ 08/Pedoman-Penulisan-Usul-Penelitian-Tesisdan-Artikel-Ilmiah-final-2009.pdf. diaksea tanggal 24 Maret 2011). 2) Ciri-ciri Karya Ilmiah (Artikel Ilmiah) Secara singkat dikemukakan Parlindungan Pardede bahwa sekalipun karya ilmiah berragam jenisnya namun secara umum mempunyai ciri-ciri: (a) accurate (keterangan yang diberikan didasarkan pada data faktual dan dapat diuji kebenarannya), (b) brief (ringkas dan tidak boleh 4
bertele-tele, bahasanya lugas atau denotatif, mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, kata dan ungkapan yang bermakna ganda harus dihindarkan), (c) clear (jelas dan tuntas serta berbagai aspek yang berkaitan dengan masalah dipaparkan secara proporsional), (d) ethical (ditulis secara etis, mengikuti notasi ilmiah secara ajeg/konsisten, seperti: pencantuman sumber informasi apabila dikutip dari sumber lain dengan menyebutkan nama sumber data atau informasi secara jujur, dan (e) logical (logis dengan menggunakan cara berpikir analitik, deduktif, atau induktif; semua keterangan yang digunakan mempunyai alasan yang masuk akal). Suatu tulisan dapat dikatakan sebagai karya Ilmiah menurut Sardy S. (http:// uai.ac.id/public/lp5m/Penulisan%20Karya%20Ilmiah%20&%20Etika%20Riset.pdf di-akses tanggal 25 Pebruari 2011) apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) menyajikan fakta atau fenomena secara objektif tentang alam, teknologi, sosial, dan seni/budaya secara sistematis dan logis, b) bersifat orisinil, kreatif, dan handal, c) menggunakan metode ilmiah sesuai dengan konsensus ilmu pengetahuan selingkungbidang, d) teruji melalui verifikasi dan falsifikasi, baik untuk hasil penelitian eksperimental, maupun non-eksperimental, e) menghasilkan temuan/model/terminologi/koreksi baru/tesis atau teori, dan f) bermanfaat bagi kesejahteraan dan peradaban manusia (Penulisan Karya ilmiah & Etika Riset dlm bentuk ppt.). Dari berbagai pengertian dan ragam karya ilmiah/karya tulis ilmiah yang dikemukakan di dalam Modul ini, maka yang dimaksudkan adalah terbatas pada artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah. Mengapa? Pembatasan pembahasan karya ilmiah/ karya tulis ilmiah hanya pada artikel ilmiah dimaksudkan agar para peserta pelatihan yang akan menjadi tenaga fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran Pertama, memfokuskan dirinya untuk belajar menulis artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui jurnal ilmiah. Sedangkan untuk mengetahui atau mendalami berbagai ragam/jenis karya ilmiah/ karya tulis ilmiah lainnya, peserta pelatihan dapat mempelajarinya secara tersendiri melalui berbagai sumber. Oleh karena itu, penggunaan istilah karya ilmiah/karya tulis ilmiah dalam uraian selanjutnya hendaknya diartikan secara terbatas sebagai artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah. b. Ragam/Jenis Karya Ilmiah Berbicara tentang ragam/jenis karya ilmiah/karya tulis ilmiah, maka setidak-tidaknya di dalam alam pikiran akan terlintas berbagai hasil karya ilmiah/karya tulis ilmiah, seperti: buku teks, modul, makalah seminar/simposium, makalah pelatihan, artikel ilmiah, jurnal, paper, pidato ilmiah, diktat, skripsi, tesis, dan disertasi. Masing-masing jenis karya ilmiah/karya tulis ilmiah ini mempunyai pengertian tersendiri. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, karya ilmiah menurut Parlindungan Pardede ada 10 jenis, yaitu: 1) Laporan atau tulisan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati dan mengandung saran-saran untuk dilaksanakan. 2) Makalah atau tulisan yang dibuat mahasiswa sehubungan dengan tugas dalam bidang studi tertentu, seperti hasil pembahasan buku atau hasil suatu pengamatan. 5
3) Kertas kerja yang berisi prasaran, usulan, atau pendapat yang berkaitan dengan pembahasan suatu pokok persoalan untuk dibacakan dalam rapat kerja, seminar atau simposium. 4) Skripsi atau karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana yang membahas suatu masalah dengan memaparkan data dan konsep dari studi literatur yang relevan untuk menghasilkan kesimpulan (mendeskripsikan suatu ilmu). 5) Tesis atau karya tulis ilmiah yang tingkat pembahasannya lebih dalam daripada skripsi yang tujuannya adalah mensintesiskan ilmu yang telah diperoleh dengan temuan dalam penelitian guna memperluas khazanah ilmu yang ditekuni, 6) Disertasi atau karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar doktor (gelar yang tertinggi yang diberikan perguruan tinggi) didasarkan pada data yang diperoleh melalui penelitian lapangan, penelitian laboratorium, dan hasil kajian pustaka. 7) Resensi atau karya ilmiah yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku (resensi buku atau book review) yang disajikan kepada pembaca melalui surat kabar, majalah, jurnal untuk memberikan pertimbangan dan penilaian secara obyektif sehingga masyarakat mengetahui apakah buku yang diulas patut dibaca atau tidak. 8) Kritik yaitu karya ilmiah yang berisikan penilaian baik-buruknya suatu karya secara obyektif, tidak hanya untuk mencari kesalahan atau catat suatu karya tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya ilmiah itu seperti apa adanya. 9) Esai atau karya tulis yang relatif pendek dan membahas suatu subyek (masalah) dari sudut pandang penulisnya; opini penulis berperan sentral dalam sebuah esai. 10) Artikel ilmiah atau karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati (http://fkip.uki.ac.id/index.php?view=article &catid=41:artikel&id=68 tentang “Penulisan Karya Ilmiah” yang diakses pada tanggal 25 Pebruari 2011). c. Sistematika/Struktur Artikel Ilmiah Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa ada 2 jenis artikel ilmiah, yaitu (1) yang didasarkan atas hasil penelitian dan (2) yang didasarkan atas hasil pengkajian. Untuk membantu mempermudah penulisan artikel ilmiah diperlukan adanya sistematika penulisan atau kerangka tulisan (outline) yang berfungsi sebagai panduan. Sistematika penulisan artikel ilmiah yang dikemukakan berikut ini didasarkan atas pedoman yang dikemukakan di beberapa jurnal ilmiah dan tampak cukup memadai untuk dijadikan sebagai acuan penulisan artikel ilmiah. Sekalipun demikian, pedoman penulisan artikel ilmiah ini masih terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan tuntutan Jurnal Ilmiah yang akan mempublikasikan artikel yang ditulis. 1) Artikel Ilmiah yang Didasarkan atas Hasil Penelitian Artikel ilmiah yang didasarkan atas hasil penelitian mempunyai sistematika sebagai berikut: a) Judul/topik dari artikel ilmiah yang akan dipublikasikan ditulis dengan huruf tebal; langsung di bawah judul artikel dituliskan nama penulisnya (tanpa huruf tebal) disertai dengan tanda*) setelah huruf terakhir nama penulis, b) Abstrak ditulis 1 spasi dengan jumlah kata sekitar 150-350 kata yang dirumuskan dalam satu alinea dan di bawahnya dituliskan dikemukakan kata-kata kunci (key words) serta di bagian akhir bawah dari halaman yang sama dituliskan identitas penulis; ada jurnal ilmiah yang mempersyaratkan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris jika artikelnya berbahasa 6
c) d) e) f) g) f)
Indonesia atau sebaliknya, ada juga jurnal yang menuntut agar abstrak ditulis dalam 2 bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia), Pendahuluan yang di dalamnya dicakup uraian tentang latar belakang (rasional mengajukan dan membahas topik atau masalah yang akan dibahas, kedalaman dan keluasannya), perumusan masalah, dan apa tujuan penelitian (10%), Kajian Literatur yang mencakup: kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (15%), Metodologi yang berisikan rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan dan analisis data (10%), Hasil dan Pembahasan yang mencakup uraian tentang hasil analisis data dan implikasinya (disesuaikan dengan variabel penelitian yang diteliti) (50%), Penutup yang berisikan tentang beberapa kesimpulan (didasarkan atas hasil analisis data) dan saran-saran (haruslah terkait dengan kesimpulan yang diajukan) (15%), dan Pustaka Acuan (Referensi) yang berisikan semua rujukan atau sumber acuan yang digunakan di dalam tulisan (harus dihindarkan memasukkan acuan yang sama sekali tidak digunakan di dalam uraian materi). Sedangkan penggunaan istilah Daftar Pustaka (Kepustakaan) ditujukan sebagai saran/usul kepada para pembaca untuk memperluas wawasannya melalui berbagai acuan yang dikemukakan penulis. haruslah dihindarkan sebab kecuali memang dikandung memasukkan yang sama sekali tidak digunakan di dalam uraian materi).
2) Artikel Ilmiah yang Didasarkan atas Hasil Pengkajian Artikel ilmiah yang didasarkan atas hasil pengkajian mempunyai sistematika sebagai berikut: a) Judul/topik dari artikel ilmiah yang akan dipublikasikan ditulis dengan huruf tebal; langsung di bawah judul artikel dituliskan nama penulisnya (tanpa huruf tebal) disertai dengan tanda*) setelah huruf terakhir nama penulis. b) Abstrak ditulis 1 spasi dengan jumlah kata sekitar 150-350 kata yang dirumuskan dalam satu alinea dan di bawahnya dituliskan dikemukakan kata-kata kunci (key words) serta di bagian akhir bawah dari halaman yang sama dituliskan identitas penulis; ada jurnal ilmiah yang mempersyaratkan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris jika artikelnya berbahasa Indonesia atau sebaliknya, ada juga jurnal yang menuntut agar abstrak ditulis dalam 2 bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia). c) Pendahuluan yang di dalamnya dicakup uraian materi tentang mengapa memilih judul/topik tulisan untuk dibahas, kedalaman dan keluasan materi yang akan dibahas, dan apa tujuannya. d) Kajian Literatur dan Bahasan yang uraian materi mencakup: pembahasan tentang pokokpokok pikiran yang terkandung di dalam topik/judul artikel. e) Penutup yang berisikan tentang beberapa kesimpulan (didasarkan atas materi yang dibahas) dan saran-saran (haruslah terkait dengan kesimpulan yang diajukan). f) Pustaka Acuan (Referensi) yang berisikan semua rujukan atau sumber acuan yang digunakan di dalam tulisan. Sedangkan penggunaan istilah Daftar Pustaka (Kepustakaan) ditujukan sebagai saran/usul kepada para pembaca untuk memperluas wawasannya melalui berbagai acuan yang dikemukakan penulis. haruslah dihindarkan sebab kecuali memang dikandung memasukkan yang sama sekali tidak digunakan di dalam uraian materi). 7
d. Prinsip-prinsip Penulisan Artikel Ilmiah Untuk dapat menulis sebuah karya tulis, terlebih lagi karya tulis ilmiah (artikel ilmiah) tentunya diperlukan pemahaman penulis mengenai prinsip-prinsip penulisannya. Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip penulisan artikel ilmiah, yaitu: 1) Penerapan Etika Penulis artikel ilmiah haruslah menjunjung tinggi Hak Akan Kekayaan Intelektual (HAKI) dalam penulisan karya ilmiahnya. Haruslah senantiasa dijadikan penulis sebagai prinsip bahwa artikel ilmiah yang ditulis adalah benar-benar hasil pemikirannya (orisinalitas). Keadaan yang demikian ini tidaklah berarti bahwa seorang penulis artikel ilmiah tidak boleh mengutip pendapat dari berbagai ahli lainnya. Sejauh menyebutkan sumber informasi yang dijadikan sebagai rujukan dalam mengutip pendapat berbagai ahli lain dan disesuaikan dengan tata cara yang ditentukan, tidaklah menjadi masalah. Penulis artikel ilmiah akan dipermasalahkan apabila mengutip berbagai pendapat para ahli tetapi tidak menyebutkan sumber informasinya. Selain orisinalitas, penulis artikel ilmiah juga harus menerapkan prinsip obyektivitas. Artinya, penulis harus berupaya untuk menyajikan fakta dan data sebagaimana adanya, tanpa disertai dengan kepentingan diri pribadi atau vested interest. Dengan menjunjung tinggi prinsip obyektivitas, maka penulis telah menerapkan etika ilmiah dalam penulisan artikel ilmiahnya. Manakala artikel ilmiah yang ditulis adalah berdasarkan hasil penelitian, maka proses pengumpulan, pengolahan, analisis data dan interpretasinya hendaknya benar-benar dilaksanakan secara jujur. 2) Penggunaan Bahasa a) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar apabila artikel ilmiah yang ditulis akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah berbahasa Indonesia. Misalnya dengan menggunakan (1) struktur kalimat yang baku, (2) bahasa tulis, (3) tanda baca yang benar, dan (4) cara pemenggalan kata. b) Penggunaan kalimat hendaknya diupayakan sesederhana mungkin tetapi jelas dan lengkap (subyek, predikat, obyek, dan/atau keterangan, SPOK). Contoh penggunaan yang salah: - “Menurut Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan Demokratisasi” (rumusan yang salah). Contoh penggunaan yang benar: - Menurut Ichlasul Amal (1994), pemerintah Indonesia menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan demokratisasi. - Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan demokratisasi (http://www.pin.or.id/ dat/doc/02_bag1_penulisan_karya_ilmiah.pdf diakses tgl 16 Maret 2011). 8
c) Satu paragraf terdiri dari minimal dua kalimat, yakni kalimat inti dan kalimat penjelas. Contoh: Siaran televisi dari belahan dunia mana pun dapat disaksikan setiap saat tanpa ada batasan waktu dengan menggunakan perangkat parabola maupun melalui televisi kabel. Televisi dapat menyiarkan kejadian atau peristiwa, baik secara langsung maupun tunda (penggunaan rekaman). Televisi juga dapat menyiarkan secara luas berbagai ragam materi siaran yang sudah dikemas atau direkam dalam bentuk hiburan, berita, atau lainnya. Dengan keberagaman acara yang disiarkan secara luas memungkinkan masyarakat (dari balita sampai manula) dapat menyaksikannya. d) Menggunakan istilah Indonesia atau istilah yang sudah di-Indonesia-kan. Contoh: - Peserta seminar mengakomodasikan berbagai pemikiran yang berkembang selama seminar (mengakomodasikan berasal dari kata “to accommodate”). - Sekretariat pengelola jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dituntut untuk mengembangkan database (pangkalan data) guna memfasilitasi kelancaran proses pemberkasan dokumen pejabat fungsional PTP (memfasilitasi berasal dari kata “to facilitate”). - Penulis artikel ilmiah dapat menggunakan berbagai rujukan termasuk rujukan yang diunduh (di-download) dari internet (istilah internet sudah memasyarakat atau sudah menjadi kosa kata publik). e) Penggunaan istilah (terminologi) asing di dalam artikel ilmiah haruslah diupayakan padanannya dalam bahasa Indonesia namun untuk lebih memperjelas makna istilah asing tersebut, penulis dapat menggunakannya di antara tanda kurung dengan menggunakan huruf miring. Contoh: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 merupakan landasan konstitusional pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu argumentasi yang mendasari penerapan otonomi daerah menurut Azfar, dkk. (Azfar, dkk., 1999) adalah karena Pemerintah Daerah lebih dekat dengan masyarakat, dan masyaralat dinilai lebih memperhatikan program Pemerintah Daerah dibandingkan dengan program Pemerintah Pusat (subnational governments are closer to the people, citizens are considered to be more aware of subnational governments’ actions than they are of actions of central government). f) Penulis boleh menggunakan kutipan tertentu dalam bahasa aslinya tetapi haruslah disajikan juga terjemahannya. Kutipan dalam bahasa asing ditulis dengan huruf miring (italic). Contoh: 9
Ros Morpeth (Morpeth, 2004) mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan pendidikan terbuka (open learning) adalah suatu istilah yang memayungi setiap skema pendidikan atau pelatihan yang secara sistematis mengatasi berbagai kendala terhadap belajar, seperti: usia, waktu, tempat atau ruang. Dengan pendidikan terbuka, setiap individu bertanggung jawab terhadap apa yang akan dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, di mana akan mempelajarinya, seberapa cepat akan mempelajarinya, siapa yang akan membantunya belajar, dan kapan hasil belajarnya dikehendaki untuk dinilai ("an umbrella term for any scheme of education or training that seeks systematically to remove barriers to learning, whether they are concerned with age, time, place or space. With open learning, individuals take responsibility for what they learn, how they learn, where they learn, how quickly they learn, who helps them and when they have their learning assessed"). g) Pemakaian tanda baca yang sering kurang mendapat perhatian. Tata cara penulisan tanda baca, seperti: koma (,), titik (.), titik dua (:), titik koma (;), tanda tanya (?), tanda petik (“….”), tanda seru (!), dilakukan dengan merapatkan tanda baca dengan huruf dari kata yang dimaksudkan. Contoh cara penulisan tanda tanya yang salah: - Bagaimanakah hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour dalam pemilihan umum ? - Bagaimanakah hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour dalam pemilihan umum?. Contoh cara penulisan tanda tanya yang benar: - Bagaimanakan hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour dalam pemilihan umum? (catatan: tanpa spasi sebelum tanda tanya dan tanpa titik setelah tanda tanya). Contoh cara penulisan tanda kurung yang salah: - Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI ) telah direorganisasi menjadi Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) dan Kepolisian Republik Indonesia ( Polri ). Contoh cara penulisan tanda kurung yang benar: - Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) telah direorganisasi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). (catatan: tanpa spasi antara tanda kurung dan huruf). h) Penggunaan kata depan (preposisi) “di” dan “ke” yang rancu dengan fungsinya sebagai awalan. Contoh cara penulisan yang salah: - Sistem pemerintahan ditingkat desa telah di sempurnakan. Di lihat dari perspektif politik, Kepala Desa yang di pilih langsung memiliki posisi tawar yang lebih di banding Kepala Desa yang di tunjuk. Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah keatas mengalir deras. 10
Contoh cara penulisan yang benar: - Sistem pemerintahan di tingkat desa telah disempurnakan. Dilihat dari perspektif politik, Kepala Desa yang dipilih langsung memiliki posisi tawar yang lebih besar dibanding Kepala Desa yang ditunjuk. Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah ke atas mengalir deras. Penjelasan: Cara penulisan kata “di” yang digabung dengan “tingkat” pada kata “ditingkat’ adalah tidak tepat karena fungsi kata “di” adalah sebagai kata depan. Sedangkan penggunaan kata “di” yang terpisah pada kata “di sempurnakan”, “Di lihat”, “di pilih”, “di banding”, dan “di tunjuk” adalah berfungsi sebagai awalan sehingga penggunaan yang benar haruslah digabung. i)
Penggunaan huruf besar dan kecil Contoh cara penulisan yang salah: - Propinsi Sumatera Utara terdiri atas 33 Kabupaten/Kecamatan. - Kecamatan long iram terdiri dari beberapa Desa, yang sebagian di antaranya tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat. Contoh cara penulisan yang benar: - Propinsi Sumatera Utara terdiri atas 33 kabupaten/kota. - Kecamatan Long Iram terdiri dari beberapa desa, yang sebagian di antaranya tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat.
j)
Penggunaan pasangan kata “baik …… maupun”, “jika ……..maka” dan “tidak hanya ….tetapi juga” Contoh penggunaan yang salah: - Jika pejabat fungsional ingin berkembang lebih pesat kariernya, produktivitasnya harus terus ditingkatkan. - Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga otonomi polittik. Maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam menyelesaikan persolanpersoalan di daerahnya (salah). - Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, para pahlawan kusuma bangsa tidak hanya mengorbankan jiwa-raganya. Tetapi mereka juga mengorbankan harta bendanya. - Pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan perangkat keras. Tetapi kesiapan perangkat lunaknya juga penting. - Orang tua maupun guru haruslah menjalin kerjasama yang erat dalam proses pendidikan anak-anak. Contoh penggunaan yang benar: - Jika pejabat fungsional ingin berkembang lebih pesat kariernya, maka produktivitasnya harus terus ditingkatkan. 11
- Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga otonomi politik, maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam penyelesaikan persoalanpersoalan di daerahnya. - Dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, para pahlawan kusuma bangsa tidak hanya mengorbankan jiwa-raganya tetapi juga harta bendanya. - Pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan perangkat keras tetapi juga perangkat lunaknya. - Baik orang tua maupun guru haruslah menjalin kerjasama yang erat dalam proses pendidikan anak-anak. e. Pentingnya Penulisan Artikel Ilmiah Di lingkungan pejabat fungsional, pentingnya penulisan artikel ilmiah tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap PNS yang berkiprah sebagai pejabat fungsional telah memahami bahwa melalui artikel ilmiah yang dipublikasikan di dalam jurnal ilmiah, terlebih-lebih lagi jurnal ilmiah yang terakreditasi, maka angka kredit yang akan diperoleh relatif besar. Bahkan banyak tenaga fungsional yang mengakui bahwa kariernya dapat berkembang lebih cepat atau pangkatnya naik relatif lebih cepat yaitu rata-rata sekitar 2 tahun sekali dikarenakan produktivitasnya menulis artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang dihasilkan secara teratur ini dipublikasikan melalui jurnal ilmiah atau melalui bentuk publikasi karya ilmiah lainnya (seperti: buku, prosiding seminar, makalah pelatihan). Pengakuan pejabat fungsional tersebut di atas patut dijadikan sebagai dorongan (motivasi) di kalangan para calon pejabat fungsional. Artinya, pejabat fungsional pemula haruslah mempersiapkan dirinya untuk belajar menulis dan menjadikan kegiatan penulisan artikel ilmiah sebagai suatu kebutuhan/tuntutan dalam pengembangan kariernya. Di samping sebagai sarana untuk percepatan pengembangan karier, penulisan artikel ilmiah juga memberikan berbagai dampak bagi pejabat fungsional. Tampaklah betapa pentingnya penulisan artikel ilmiah dalam pengembangan karier seorang pejabat fungsional. Beberapa dampak yang dapat dinikmati oleh pejabat fungsio-nal melalui penulisan artikel ilmiah adalah (1) khasanah pengetahuan yang dimiliki terus mengalami pemutakhiran (continuously updated) dan pendalamannya, (2) kepuasan psikologis karena dapat berbagi pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat, (3) adanya pengakuan professional dari kalangan profesinya, dan (4) meningkatnya penghasilan, baik melalui tunjangan fungsional yang diterima maupun melalui jasa ekspertis sebagai nara sumber dalam berbagai pertemuan karena masyarakat telah mengenal dan mengundang sebagai nara sumber dalam berbagai pertemuan (http://beriheriyantho.blogspot.com/2009/ 03/langkah-langkah-penulisan-artikel.html diakses tanggal 24 Maret 2011). f.
Tips Penulisan Artikel Ilmiah Setiap orang mempunyai kiat tersendiri dalam menulis artikel ilmiah. Belum tentu kiat menulis artikel ilmiah yang diterapkan seseorang cocok/pas (applicable) untuk orang lain. Sekalipun demikian, tidak ada jeleknya untuk mengetahui atau mempelajari berbagai kiat menulis artikel ilmiah yang dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, kiat menulis yang akan diterapkan setiap orang adalah sepenuhnya tergantung pada masing-masing penulis. 12
Kiat menulis yang akan diuraikan berikut ini adalah lebih bersifat individual sehingga dapat saja kemungkinan sangat pas atau cocok pada orang-orang tertentu tetapi belum tentu atau tidak pas untuk diterapkan oleh penulis lainnya. 1) Inspirasi/gagasan Tumbuh Karena Banyak Membaca Jurnal Ilmiah Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan berkiprah sebagai pejabat fungsional pada umumnya dan tenaga fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran pada khususnya, dituntut untuk mulai membiasakan diri banyak membaca secara teratur. Sebagai PNS, kegiatan membaca (tentunya membaca yang relevan dengan tugas dan fungsi lembaga tempat bekerja) adalah juga pekerjaan. Ungkapan orang bijak yang mengatakan “Untuk dapat menulis haruslah banyak membaca” adalah sangat tepat karena melalui kegiatan membaca, seseorang secara akumulatif akan memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Selain kosa kata yang dikuasai semakin banyak, gagasan/inspirasi atau ide juga dapat tumbuh/mencuat melalui kegiatan membaca. Dengan banyak membaca artikel di berbagai jurnal ilmiah setidak-tidaknya akan dapat menginspirasi seseorang tentang topik, tema atau masalah yang menarik perhatiannya untuk ditulis. Demikian juga dengan gaya bahasa yang diterapkan oleh para penulis artikel ilmiah secara tidak langsung sebenarnya sudah menjadi pengalaman belajar pembaca. Manakala sulit mendapatkan jurnal ilmiah dalam bentuk cetak, maka banyak jurnal ilmiah yang dapat diakses secara online. Memang ada beberapa pengelola jurnal ilmiah online yang mempersyaratkan untuk menjadi pelanggan (subscriber), mengajukan email untuk mendapatkan artikel yang lengkap, atau bahkan yang mempersyaratkan sejumlah biaya tertentu untuk dapat mengakses berbagai artikel ilmiah yang dimiliki. Tetapi ada juga pengelola jurnal ilmiah yang sama sekali tidak mempersyaratkan apa-apa alias bebas mengunduh (men-download) berbagai artikel ilmiah yang tersedia. Yang terpenting pada dasarnya adalah semangat dan kemauan yang besar/tinggi untuk menulis sebagaimana dikatakan pepatah “Where there is a will, there is always a away”. 2) Penulisan Dimulai Dengan Penataan/Pengorganisasian Informasi Memang berbeda-beda cara orang untuk menulis. Ada sebagian orang yang mengawali tulisannya dengan terlebih dahulu membuat kerangka artikel yang akan ditulis (outline), tetapi tidak demikian halnya dengan orang lain. Sebagian orang lagi justru menulis saja yang dipikirkannya dan setelah itu, barulah melakukan penataan atau peng-organisasian dengan menggunakan kerangka berdasarkan materi tulisan yang telah ditulisnya. Terlepas dari proses penulisan yang digunakan, yang perlu mendapat perhatian adalah penataan dan pengorganisasian (http://abacus.bates.edu/~ganderso/ biology/resources/writing/HTWgeneral.html diakses tanggal 24 April 2011). 3) Menulis Tentang Topik Yang Telah Dipilih Setelah mendapatkan suatu ide dan kemudian mengembangkannya menjadi sebuah rumusan topik/judul artikel ilmiah yang akan ditulis, maka seseorang menuliskan apa yang ada di dalam 13
pikirannya tanpa terlebih dahulu memikirkan bagaimana kerangka artikel yang akan ditulisnya. Dalam kaitan ini, ada istilah yang sering digunakan, yaitu “selagi lagi masih in the mood, janganlah berhenti menulis”; tetapi teruslah menulis (keep on writing) agar apa yang berkembang di dalam alam pikiran dapat dituangkan (dituliskan) seoptimal mungkin. Bahkan apabila seandainya kemudian tidak lagi in the mood, maka konsep tulisan yang telah dihasilkan, disimpan saja di dalam komputer. Tidak perlu memaksakan diri untuk menyelesaikan konsep tulisannya pada waktu yang singkat tetapi konsep tulisan yang sudah dapat saja sewaktu-waktu dilanjutkan penulisannya manakala mood muncul kembali. Atau, ada juga penulisan tidak berlanjut untuk sementara waktu setelah sebuah topik/judul artikel telah berhasil dirumuskan. Kelanjutannya dapat saja dilakukan apabila telah muncul kembali mood untuk menulis. 4) Menuliskan Apa Yang Ada di Pikiran “Menuliskan apa yang ada di pikiran” kedengarannya janggal dan cenderung sering diabaikan. Namun, apabila benar-benar diterapkan, maka manfaatnya sangat besar. Oleh karena itu, cobalah usahakan untuk memulai menuliskan apa yang sedang berkembang di dalam pikiran tanpa harus membelenggu diri dengan berbagai aspek, seperti: kebahasaan, keruntutan pola pikir, atau rujukan yang mendukung. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “selagi in the mood, janganlah berhenti menuliskan apa yang berkembang di dalam pikiran”. Setelah “tidak in the mood” lagi misalnya, simpanlah tulisan yang telah dihasilkan tersebut di dalam komputer dengan nama file tertentu yang sewaktu-waktu tentunya dapat dikembangkan atau dilanjutkan lagi. Tidak perlu terlalu memaksakan diri kalau memang sudah tidak “mood” lagi. Sekalipun yang telah dihasilkan hanyalah berupa berbagai alternatif judul artikel atau hanya berupa satu alinea yang berisikan pokok pikiran tertentu, atau bahkan sebuah abstrak dari artikel yang akan ditulis, hendaknya dikompilasi secara baik di dalam komputer. Dokumen ini dapat dibuka kembali sewaktu-waktu apabila membaca publikasi tentang artikel yang berkaitan sehingga dapat dilakukan pengembangan terhadap konsep atau dokumen yang telah tersimpan di dalam komputer. Dalam kaitan ini, membiasakan diri untuk menyimpan berbagai artikel ilmiah atau pokok-pokok pikiran dari artikel ilmiah yang berkaitan dengan tugas dan fungsi dari berbagai sumber akan sangat membantu dalam proses penulisan artikel ilmiah. 5) Janganlah Hanya Membaca untuk Sekedar Membaca Ada kebiasaan bagi sebagian orang yang hanya melakukan kegiatan membaca untuk kepentingan membaca (reading for the sake of reading). Kebiasaan yang demikian inilah yang perlu diubah di kalangan para pejabat fungsional termasuk Pengembang Teknologi Pembelajaran apabila memang menghendaki pengembangan karier yang lebih cepat. Bentuk perubahan yang dimaksudkan adalah bahwa setelah selesai membaca berbagai artikel ilmiah setidak-tidaknya haruslah membuat catatan tentang esensi dari artikel yang dibaca dan apabila memungkinkan menyimpan artikelnya secara utuh. Dalam pencatatan esensi materi artikel ilmiah yang dibaca, hendaknya dicatat juga nama penulis, sumber (buku, jurnal, prosiding, atau web), tanggal diakses (untuk sumber Web), tahun dan penerbit untuk sumber yang berupa media cetak (buku, jurnal, atau prosiding). 14
Acuan yang dihimpun dari waktu ke waktu akan sangat bermanfaat dalam menulis artikel. Terlebih-lebih lagi apabila penyimpanan catatan dilakukan secara sistematis yang memudahkan untuk pencarian. Memang yang diperlukan adalah kemauan dan disiplin diri untuk tidak lagi hanya membaca untuk sekedar membaca tetapi membaca untuk dapat menghasilkan bacaan bagi peningkatan potensi diri sendiri dan orang lain. 3. Soal-soal Latihan Setelah selesai mempelajari materi pelatihan yang diuraikan/dibahas pada Kegiatan Belajar-1 dan sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran yang berikutnya pada Kegiatan Belajar-2, ANDA diharuskan untuk mengerjakan soal-soal latihan berikut ini. Dengan mengerjakan soal-soal latihan berikut ini, ANDA akan dapat mengetahui sampai sejauh mana tingkat penguasaan ANDA terhadap materi pelatihan yang telah ANDA pelajari pada Kegiatan Belajar-1. 1. Menurut ANDA, mengapa banyak PNS yang berlatar belakang pendidikan S-1 tidak dapat atau tidak pernah menulis karya ilmiah/karya tulis ilmiah (artikel ilmiah) yang dipublikasikan? 2. Apakah menurut ANDA, hanya PNS berlatar belakang pendidikan S-1 tertentu saja yang memiliki kemampuan menulis karya ilmiah/karya tulis ilmiah (artikel ilmiah)? Apapun pilihan jawaban ANDA, mohon diberikan penjelasannya! 3. Agar seorang PNS yang berkiprah sebagai pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dapat menulis karya ilmiah/karya tulis ilmiah (artikel ilmiah) yang dipublikasikan, menurut ANDA, apa yang seyogianya dilakukan? 4. Mengapa menurut ANDA seorang pejabat fungsional PTP “harus banyak membaca” artikel ilmiah? 5. Menurut ANDA, mengapa dikatakan bahwa penulisan karya ilmiah/karya tulis ilmiah (artikel ilmiah) yang dipublikasikan itu penting bagi pejabat fungsional PTP? 6. Menurut ANDA, apakah untuk dapat menulis karya ilmiah/karya tulis ilmiah (artikel ilmiah) seorang harus mengikuti kegiatan pelatihan penulisan karya ilmiah/karya tulis ilmiah (artikel ilmiah)? Apapun jawabannya, haruslah ANDA berikan penjelasannya. 7. Cobalah kemukakan beberapa prinsip penulisan karya ilmiah/karya tulis ilmiah (artikel ilmiah)? Bagaimana menurut ANDA? Apakah ANDA sudah selesai mengerjakan soal-soal latihan tersebut di atas? Jika seandainya belum, cobalah lanjutkan sampai semua soal selesai ANDA kerjakan. Manakala sudah semua soal selesai ANDA kerjakan, cobalah periksa jawaban ANDA dengan menggunakan Kunci Jawaban Soal-soal Latihan yang tersedia pada bagian akhir Modul ini. Setidak-tidaknya ANDA diharapkan dapat menyelesaikan 80% soal-soal latihan Kegiatan Belajar-1 dengan benar. Manakala hasil mengerjakan soal-soal latihan belum mencapai 80% benar, sebaiknya ANDA disarankan untuk mempelajari kembali materi pelatihan Kegiatan Belajar-1 terutama bagian-bagian tertentu yang memang belum sepenuhnya ANDA pahami. Apabila memang ANDA sudah berhasil menjawab 80% benar soal-soal latihan atau bahkan semua soal dapat ANDA selesaikan dengan benar, maka ANDA diperkenankan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran ke materi pelatihan yang diuraikan/dibahas pada Kegiatan Belajar-2.
15