ARTIKEL ILMIAH BAGIAN DARI TESIS Bentuk Dan Makna Ragam Hias Toloa Sarungga Mekongga Serta Penerapannya Dalam Seni Lukis Gerabah
Nurlaila AS Wellem1), La Taena2), Amiruddin Rahim3)
1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO 2. Dosen Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO 3. Dosen Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016
Bentuk Dan Makna Ragam Hias Toloa Sarungga Mekongga Serta Penerapannya Dalam Seni Lukis Gerabah Nurlaila AS Wellem*1, La Taena2, Amiruddin Rahim3 *1,2,3 Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana Universita Halu Oleo, Kendari
Masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk ragam hias toloa sarungga Mekongga? (2) Apakah makna yang terkandung dalam ragam hias toloa sarungga Mekongga? (3) Bagaimanakah kreasi ragam hias toloa sarungga Mekongga pada produk gerabah dengan teknik lukis? Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menjelaskan tentang bentuk Ragam Hias Toloa sarungga Mekongga, (2) Menjelaskan makna yang terkandung pada Ragam Hias Toloa sarungga Mekongga, (3) Mendeskripsikan kreasi Ragam Hias Toloa sarungga Mekongga pada produk gerabah dengan teknik lukis. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kolaka. Penelitian ini menggunakan metode Research & Development (R&D) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh digunakan cara uji kredibilitas yaitu dengan melakukan triangulasi dan menggunakan bahan referensi. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan teknik
analisis semiotika model Roland Barthes yang terdiri dari tahapan signifikasi denotasi dan signifikasi konotasi. Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut, pertama bentuk ragam hias toloa sarungga suku mekongga dinamakan mantik sangia, terdiri atas motif pinggiran, motif wunga more dan motif wunga langgai. Kedua makna yang terkandung pada ragam hias yang terdapat pada toloa sarungga, yaitu motif pinggiran adalah gambaran masyarakat Mekongga, wunga langgai mengenai gambaran dari laki-laki yang berwatak gagah berani dan wunga more adalah gambaran dari watak wanita yang bersifat lemah lembut. Ketiga proses kreasi ragam hias toloa sarungga pada produk gerabah dengan teknik lukis yang meliputi: 1) alternative desain ragam hias, 2) Gambar kerja, 3) Proses melukis gerabah. Kesimpulan bahwa seni lukis gerabah dengan menerapkan ragam hias 1
toloa sarungga dapat dikembangkan menjadi produk kerajinan yang berorientasi pada kearifan lokal dan sebagai salah satu produk cinderamata khas Sulawesi Tenggara.
Form and Meaning of Toloa Sarungga Mekongga Decoration and Its Application in Pottery Painting Arts
The Problems addressed in this study were: (1) what is the form of toloa sarungga Mekongga decoration? (2) what are the meanings contained in toloa sarungga Mekongga decoration? (3) What creative process is involved in applying the decorations of Mekongga toloa sarungga in the art of pottery which uses a painting technique? The purposes of this study were: (1) to explain the form of toloa sarungga Mekongga decoration (2) to explain the meanings contained in toloa sarungga Mekongga decoration (3) to describe creative process is involved in applying the decorations of toloa sarungga in the art of pottery which uses a painting technique. The study was conducted in Kolaka regency, using the Research and Development (R&D) method which applied a qualitative approach. Tehniques of data collection included interviews, observation, and study of documents. To test the validity of data obtained, a credibility test was run by conducting a triangulation and using reference materials. Data obtained were then analyzed using Roland Bartes model semiotic analysis, which consisted of two stages, i.e. denotative significance and connotative significance. Results of the study shows that, firstly, the form of toloa sarungga decoration is called mantik sangia, consisting of two patterns namely wunga more and wunga langgai. Secondly, the meanings contained in toloa sarungga decoration are as follows: the adge pattern is a reflection of Mekongga society, wunga langgai is a recflection of brave men, and wunga more is a reflection of graceful women. Thirdly, a creative process involved in the application of toloa sarungga decoration in the art of pottery which uses a painting technique 2
includes: (1) creating alternative designs of decoration; (2) drawing; (3) pottery painting. It is concluded that the application of toloa sarungga decoration in the art of pottery can be developed to become handcrafted products that reflect local wisdom, as well as to become souvenir typical of Southeast Sulawesi. Keywords: form, meaning, design of product, toloa sarungga decoration Sulawesi budaya
Tenggara yang
kaya
diwariskan
akan
dalam sejarahnya menjadi kendaraan
secara
Larumbalangi dan Wekoila
pada
turun-temurun dengan berbagai jenis
saat turun ke bumi. Toloa sarungga
kesenian yang potensial sehingga
mengandung nilai-nilai luhur yang
memperkaya khasanah kebudayaan
penuh akan makna sebagai salah satu
Indonesia. Suku Mekongga, adalah
pembentuk identitas budaya daerah
salah suatu komunitas masyarakat
setempat yang lahir dari sejarah cikal
adat yang berdiam di kabupaten
bakal
Kolaka dan sebagian kecil juga
Mekongga.
berdirinya
Kerajaan
terdapat di Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara.
Saat ini ragam hias toloa sarungga belum diterapkan pada benda-benda
Mekongga memiliki beragam jenis
seni, dengan mengangkat ragam hias
kesenian daerah, diantaranya adalah
ini diharapkan membantu menjaga
seni rupa tradisional dalam bentuk
eksistensi dalam rangka pelestarian
pola motif atau ragam hias, salah
kekayaan budaya warisan leluhur
satunya adalah ragam hias toloa
yang dikhawatirkan akan hilang
sarungga Mekongga yang merupakan
seiring dengan bertambahnya usia
warisan
moyang
toloa sarungga. Pemanfaatan ragam
masyarakat setempat yang memiliki
hias toloa sarungga Mekongga juga
nilai estetik serta makna simbol yang
dapat menjadi salah satu sarana
melekat didalamnya.
promosi kepada wisatawan lokal
budaya
nenek
maupun mancanegara sebagai bentuk Toloa
sarungga
adalah
sarung
edukasi
terbang berusia ±816 tahun yang
Mekongga.
3
sejarah
kebudayaan
Secara umum ragam hias diterapkan
warisan budaya peninggalan leluhur
pada bidang arsitektur dan produk
serta pentingnya menjaga kelestarian
cinderamata biasanya diaplikasikan
ragam
pada kerajinan tenun, kaos dan mug
dikhawatirkan akan hilang seiring
sablon serta gantungan kunci. Untuk
dengan semakin tuanya umur toloa
pengembangan
sangat
sarungga, salah satunya
dengan
produk
menerapkannya
gerabah
diperlukan
kreativitas,
variasi
jenis
hias
tersebut
diatas
yang
cinderamata yang ada di Sulawesi
dengan teknik lukis untuk dijadikan
Tenggara,
produk cinderamata khas Sulawesi
khususnya
dalam
penerapan ragam hias daerah. Salah
Tenggara dengan
maksud untuk
satu yang dapat dijadikan produk
memperkenalkan
cinderamata penerapan ragam hias
daerah kepada pelajar, masyarakat,
daerah adalah keramik atau gerabah.
wisatawan
seni
lokal
tradisional
maupun
mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Tenggara sebagai penghasil
Sulawesi Tenggara.
batu merah daerah ini memiliki potensi
untuk
mengembangkan
Tujuan penelitian ini adalah (1)
produk
gerabah
sebagai
produk
Menjelaskan tentang bentuk Ragam
kerajinan lokal. Dari sisi ekonomi,
Hias Toloa sarungga Mekongga (2)
gerabah polos yang semula memiliki
Menjelaskan makna pada Ragam
harga jual sangat murah setelah
Hias Toloa sarungga Mekongga (3)
dikembangkan dengan menerapkan
Mendeskripsikan kreasi Ragam Hias
berbagai
Toloa sarungga Mekongga pada
aplikasi
seni
dapat
meningkatkan harga jualnya menjadi
produk gerabah dengan teknik lukis.
jauh lebih tinggi. KAJIAN PUSTAKA Berdasarkan uraian di atas maka
Dalam
kehidupan
sangatlah penting untuk meneliti
suku
Mekongga
bentuk dan makna simbol yang
berbagai macam tradisi/ritual budaya
terkandung dalam ragam hias toloa
dan kesenian khas Mekongga, antara
sarungga To Mekongga sebagai
lain : (a) Molulo sangia yaitu suatu 4
bermasyarakat, mempunyai
tarian
sakral
yang
tujuannya
rupa adalah seni yang nampak oleh
memohon kepada dewa/sangia (agar
indra penglihatan dan wujudnya
sang raja dapat segera sembuh dari
terdiri dari unsur rupa berupa titik,
penyakit
(b)
garis, bidang atau ruang, bentuk atau
Mosehe Wonua adalah upacara adat
wujud, warna, gelap terang, dan
yang
tekstur (Suryahadi, 2008: 21).
yang
dideritanya,
dilaksanakan
menyucikan
untuk
negeri/kampong,
(c)
Umoara adalah sebuah tarian perang
Affandi (1994: 134) menyatakan,
yang menggambarkan dua orang
seni lukis adalah salah satu cabang
laki-laki yang berpakaian lengkap
dari
dengan alat perangnya, (d) Molulo
mengapresiasikan
adalah merupakan tarian tradisional
artistik seorang seniman melalui
masyarakat
bidang
Mekongga
yang
seni
dua
rupa,
dimensi,
yang
pengalaman
sekaligus
dilaksanakan pada saat ada acara
sebuah pengembangan yang lebih
pesta keramaian, (e) Dibidang seni
utuh dari menggambar. Seni lukis
rupa, berupa desain arsitektur rumah
mengolah unsur titik, garis, bidang,
adat Bokeo serta bentuk pola motif
tekstur, warna, gelap terang melalui
atau
banyak
pertimbangan yang estetik. Lukisan
terdapat pada ukiran-ukiran kayu
adalah suatu bentuk ungkapan batin
rumah adat, pola ornament hiasan
seseorang dengan ukuran dwi matra
dinding,
pakaian,
(dua dimensi). Selain lukisan, ragam
peralatan-peralatan tradisional dan
hias dan ornament merupakan seni
lain-lain.
rupa dua dimensi.
ragam
hias
kain
yang
adat,
Dibidang
seni
kriya,
Mekongga terkenal akan tenunan adatnya dengan menerapkan motif-
Ragam hias atau ornamen berasal
motif daerah.
dari bahasa Yunani yaitu dari kata ornare yang artinya hiasan atau
Seni rupa dengan jenis seni lain
perhiasan (Soepratno, 1987: 11).
intinya adalah sama yaitu sama-sama
Ragam hias terdiri dari berbagai jenis
buatan manusia yang mengandung
motif dan motif-motif itulah yang
ekspresi dan atau keindahan. Seni
digunakan sebagai penghias sesuatu
5
yang ingin kita hiasi. Ragam hias
dengan pandangan hidup manusia
atau ornamen dimaksudkan untuk
atau
menghias suatu bidang atau benda,
sehingga benda-benda yang dikenai
sehingga benda tersebut menjadi
oleh suatu gambar akan mempunyai
indah. Benda-benda tersebut bias
arti yang lebih jauh dengan disertai
berupa kayu, logam, kain, keramik
harapan-harapan yang tertentu pula.
dan lainnya.
Ornamen sebagai seni hias dalam
masyarakat
penciptanya,
kehidupan masyarakat tidak hanya Kata keramik berasal dari bahasa
memiliki
Yunani keramikos menunjuk pada
untuk
pengertian
benda, melainkan juga
gerabah;
Keramos
fungsi
sebagai
elemen
memperindah barang atau memiliki
menunjuk pada pengertian tanah liat.
fungsi lain, seperti fungsi sacral,
Keramikos terbuat dari mineral non
simbol, dan fungsi social (Guntur,
metal, yaitu tanah liat yang dibentuk,
2004: 53). Karya ornamen yang
kemudian secara permanen menjadi
diciptakan
keras
mempunyai
setelah
melalui
proses
pada
umumnya
tujuan
pembakaran suhu tinggi. Dalam Ilmu
memperindah
Purbakala
istilah
gerabah
namun tidak sedikit ornamen yang
tradisional
ini
kereweng,
diciptakan untuk menyatakan suatu
lain
adalah
suatu
untuk
tertentu
benda
secara
saja,
pottery, terracotta dan tembikar.
nilai
Istilah tersebut dipergunakan untuk
menurut norma-norma tertentu (adat,
menyebut pecahan-pecahan periuk
kepercayaan,
dan alat lainnya yang dibuat dari
lainnya).
dan
simbolis,
sistem
sosial
tanah liat dan ditemukan di tempattempat pemakaman zaman prasejarah
Untuk memperindah ornament, tidak
(Yudosaputro, l983 : 31).
lepas dari pemberian warna. Warna terbagi atas warna objek dan warna
Menurut Gustami (1980: 7), didalam
pigmen. Warna
ornamen sering ditemukan pula nilai-
berupa bubuk halus yang disatukan
nilai simbolis atau maksud-maksud
dengan
tertentu
warna cat yang dikenal luas, seperti
yang
ada
hubungannya
6
zat
pigmen
pengikat
yang
merupakan
cat air, cat poster, cat minyak, cat
Semotika
gouache, cat tempera, cat akrilik, dan
memfokuskan pada gagasan tentang
lain sebagainya (Bangun, 2014: 20).
signifikasi dua tahap, yaitu denotasi dan
Secara
umum
warna
dapat
teori
Roland
konotasi.
definisi
Barthes
Denotasi
objektif
kata
adalah tersebut,
digolongkan menjadi tiga kelompok
sedangkan konotasi adalah makna
utama, yaitu: (a) Warna primer yaitu
subjektif atau emosionalnya (Sobur,
warna ini tidak bisa didapat dengan
2003 : 263).
cara
mencampurnya,
(b)
Warna
sekunder yaitu warna hasil campuran
Produk seni yang dihasilkan identik
yang seimbang antara warna primer
dengan
dengan warna primer, (c) Warna
Estetika
tersier merupakan hasil campuran
mempelajari segala sesuatu yang
warna
berkaitan
sekunder
dengan
warna
primer.
keindahan adalah
atau
estetika.
ilmu
dengan
yang
keindahan,
mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan (Djelantik,
Ornamen tradisional tidak lepas dari
1999: 9). Istilah estetika berasal dari
tanda dan makna. Tanda berasal dari
bahasa Yunani kuno, aistheton, yang
bahasa Yunani yang disebut semion.
berarti “ kemampuan melihat lewat
Kata ini menjadi dasar untuk istilah
penginderaan.
semiotik yang artinya ilmu tanda.
menamakan
Tanda sebenarnya representasi dari
pengetahuan
gejala yang memilikisejumlah kriteria
dibedakan
seperti: nama (sebutan), peran, fungsi,
dinamakannya
tujuan, keinginan. Tanda berada di
intelektual. Tujuan estetika adalah
seluruh kehidupan manusia dan sangat
keindahan, sedang tujuan logika
akrab bahkan melekat pada kehidupan
adalah kebenaran (Sumardjo, 2000:
manusia
25).
(meaningful
yang
penuh action)
makna seperti
Dalam
teraktualisasi pada bahasa, religi, ilmu
seni
itu
sebagai
sensoris,
yang
dengan
logika
yang
pengetahuan
pembuatan
kresativitas
pengetahuan (Budianto, 2001: 16).
Baumgarten
sangat
karya
seni
dibutuhkan.
Djelantik (1999: 80) mengatakan
7
Kreativitas menyangkut penemuan
dan Wekoila dari langit dengan
sesuatu yang “seni” nya belum
mengendarai sarung sakti atau toloa
pernah terwujud sebelumnya. Apa
sarungga.
yang dimaksud dengan “seni” nya tidak mudah di tangkap karena ini
Teknik
menyangkut sesuatu yang prinsipil
dilakukan penulis dengan antara lain
dan konseptual. Yang dimaksudkan
: (a) Wawancara, penelitian ini
bukanlah hanya “wujud” yang baru,
menggunakan jenis wawancara semi
tetapi adanya pembaharuan dalam
terstruktur. yaitu interviwer membuat
konsep-konsep estetikanya sendiri,
garis
atau penemuan konsep yang baru
pembicaraan,
sama sekali.
pelaksanaannya
langsung
atau penelitian dan pengembangan
meliputi (define),
tahap
perancangan
(design),
tahap
(3)
Sulawesi
Tenggara.
pertanyaan
secara
dilakukan
Studi
data-data
dengan
dokumentasi,
studi
serta
foto-foto
atau
gambar-gambar yang terkait dengan ragam hias suku Mekongga.
Lokasi penelitian ini adalah terletak Kolaka
interviwer
dokumen dilakukan untuk mencari
penyebaran (disseminate).
Kabupaten
dalam
arsitektur maupun kain tenunan adat,
pengembangan (develop) dan tahap
di
namun
yang ada baik dari desain ragam hias
tahap
pendefinisian
pokok-pokok
mengamati jenis-jenis ragam hias
digunakan
adalah 4D (four-D model). Adapun 4D
yang
mengunjungi Kabupaten Kolaka dan
dengan pendekatan kualitatif. Model
tahapan
data
bebas, (b) Observasi, pengamatan
Research & Development (R&D)
yang
besar
mengajukan
Penelitian ini menggunakan metode
pengembangan
pengumpulan
Dalam
provinsi
melakukan
peneliti
Kabupaten
analisis
menggunakan
data,
analisis
semiotika model Roland Barthes
Kolaka merupakan tempat kediaman
yang
suku Mekongga. Kabupaten Kolaka
menggunakan
signifikan
adalah lokasi turunnya Larumbalangi
Tahap
dua
tahap
pertama
tahap
signifikasi denotasi dan tahap kedua
8
signifikasi konotasi. Dalam hal ini
merupakan
denotasi lebih diasosiasikan dengan
agung, sehingga mereka dianggap
ketertutupan
sebagai dewa (Sangia).
konotasi
makna.
identik
Sedangkan
dewata
yang
operasi
Dari tradisi yang berkembang pada
ideologi, yang disebutnya sebagai
masyarakat Mekongga bahwa saat
’mitos’
untuk
itu hiduplah seekor burung raksasa
mengungkapkan dan memberikan
yang dinamakan Konggaaha. Istilah
pembenaran bagi nilai-nilai dominan
Konggaha
yang berlaku dalam suatu periode
Kedatangan
tertentu.
Wekoila dengan menggunakan Toloa
dan
dengan
titisan
berfungsi
berarti
elang
besar.
Larumbalangi
dan
Sarungga dalam rangka membantu masyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN
setempat
untuk
membunuh burung Konggaaha. Gambaran Umum Toloa Sarungga Diceritakan bahwa sekitar abad ke-
Pada
XIII di negeri Unenapo kedatangan
Larumbalangi
dua orang bersaudara kandung, lakilaki
bernama
dasar
Larumbalangi
mereka
berdua
selanjutnya
meletakkan
terbentuknya
Mekongga
sedangkan yang perempuan bernama Wekoila,
proses
yang
dasarKerajaan
berpusat
di
Wundulako dan saudaranya Wekoila
datang
melanjutkan
dengan mengendarai toloa sarungga
perjalanannya
ke
Wilayah Konawe dan dipersunting
atau disebut juga sarung sakti yang
oleh Ramandalangi yang selanjutnya
berasal dari khayangan.
pula
meletakkan
dasar-dasar
pemerintahan kerajaan di Konawe, Toloa sarungga merupakan sarung terbang
yang
sebab itulah kedua saudara kandung
digunakan
ini kemudian
Larumbalangi dan Wekoila ketika turun
ke
bumi
dengan
pemimpin negeri
kebumi
Wonua.
mengikuti arah turunnya pelangi. Masyarakat bahwa
Mekongga
mereka
berdua
dianggap sebagai
percaya adalah
9
atau
Anakiano
Bentuk
Ragam
Hias
more berbentuk bunga kipas. Secara
Toloa
Sarungga
keseluruhan
motif
wunga
more
Ragam hias yang terdapat pada
memiliki ukuran tinggi ± 23 cm dan
Toloa sarungga dinamakan Mantik
lebar ± 27 cm. Motif wunga more
Sangia. Mantik sangia yang terdapat
diatas merupakan motif yang telah
pada kain toloa sarungga ini terdiri
distilir dengan bentuk bunga kipas.
atas tiga macam bentuk ragam hias
Bunga kipas ini terdiri atas empat
yang ditempatkan dibagian pinggir
gambar daun, dan keempat daun
dan badan kain, yaitu : motif
menunjuk kearah empat penjuru
pinggiran, motif wunga more dan
mata angin. Diantara empat gambar
motif wunga langgai.
daun ditengahnya
terdapat pusat
perputaran empat penjuru mata angin 1) Motif Pinggiran
(Puheno tepalia omba mata opua).
Dinamakan motif pinggiran sebab
Motif wunga more terdiri atas dua
motif ini merupakan motif yang
macam bentuk gambar yakni, motif
ditempatkan pada pinggiran kain
yang
toloa sarungga. Motif ini memiliki
(motif tawa) dan bentuk pusat
ukuran tinggi motif ±9 cm dan lebar
perputaran
motif ±17 cm. Bentuk ragam hias
angin (Puheno tepalia omba mata
pinggiran mantik sangia kain toloa
opua).
berbentuk
bentuk daun
empat
penjuru
mata
sarungga terdiri atas dua gambar yang bentuk motifnya merupakan
3) Motif Wunga Langgai (Bunga
stirilasi dari bentuk tumbuhan pakis
Laki-Laki)
dinamakan motif buru mbaku / tawa
Motif
lode,
juga motif bunga laki-laki. Motif
bentuk
stirilasi
api
yang
membara dinamakan motif api lelea.
wunga
wunga
langgai
langgai
berbentuk
disebut
bujur
sangkar dan belah ketupat berukuran 2) Motif
Wunga
More
(Bunga
sama yang saling tumpang tindih
Perempuan)
apabila digabungkan dua bentuk ini
Motif wunga more disebut juga motif
kemudian
membentuk
bunga perempuan. Motif wunga
sudut arah
mata angin yang diisi
10
delapan
dengan motif buru mbaku, bunga
bunga kipas dan ditengah motif daun
daun. Ukuran motif wunga
pada wunga more juga terdapat motif
dan
langgai disetiap sisinya adalah ± 9
yang
membentuk
baling-baling.
cm. Selain itu pada motif wunga
Selain angka ganjil pada ukuran
langgai terdapat bentuk delapan arah
toloa sarungga, motif kipas dan
mata angin (hoalu mata opua).
baling-baling tersebut dilambangkan sebagai penggangkat kain agar dapat
Makna Ragam Hias Toloa
terbang, (b) motif daun (tawa) yang
Sarungga
melengkung seperti simbol yang
1). Makna ragam hias pinggiran
terdapat pada masyarakatnya, yaitu
terdiri dari (a) pucuk
pakis (tawa
masyarakat yang ramah, bersahabat
lode) atau lebih dikenal dengan
dan menghormati orang lain. Motif
buru
pucuk daun pakis (tawa lode) yang
kesuburan Tumbuhan
mbaku
melambangkan
dan
kemakmuran.
belum
merupakan
tipikal
pakis
mekar dari
sifat
melambangkan wanita
yang
makanan favorit bagi masyarakat
pemalu dan lemah lembut. Pucuk
mekongga.
pakis
dirawa
Pakis
yang
merupakan
tumbuh lambang
digambarkan
dengan
lengkungan yang lemah gemulai
kesuburan, sehingga apabila suatu
dengan
daerah banyak ditumbuhi pakis maka
wataknya. (c) motif pusat empat
daerah
diartikan
penjuru mata angin (puheno tepalia
sebagai daerah yang subur karena
mata opua) dilambangkan sebagai
memiliki sumber air, (b) Motif api
garis vertical dan horizontal yang
membara (api lelea) melambangkan
menggambarkan hubungan anggota
keberanian,
kekerabatan, yakni garis vertical
tersebut
dapat
kepahlawanan
dan
dipenuhi
kesantunan
semangat.
bermakna hubungan kekeluargaan
2). Makna ragam hias Wunga More,
dari
ragam hias wunga more sebagai
kakek/nenek, ayah/ibu, anak, cucu,
perlambang Wekoila. Ragam hias
cicit. Garis horizontal bermakna
wunga more terdiri dari : (a) Secara
hubungan
keseluruhan wunga more berbentuk
11
atas
kebawah,
contohnya:
kekeluargaan
searah
kesamping, contohnya: kakak, adik,
bermakna hubungan kekeluargaan
sepupu.
arah kesamping, contohnya: kakak,
3).
Makna
ragam
Langgai
hias
sebagai
Wunga
adik, sepupu. Sedangkan hubungan
perlambang
menyilang
merupakan
hubungan
Larumbalangi, motif wunga langgai
kekerabatan dengan paman, bibi,
terdiri dari : (a) Motif pakis pada
kemenakan,
ragam
langgai
kandung dan saudara sepupu mertua,
melambangkan obat-obatan. Getah
saudara kandung dan saudara sepupu
pakis
istri/suami.
hias
wunga
mempunyai
khasiat
yang
mertua,
saudara
sangat luar biasa, sebagai obat daun Proses Kreatif Penerapan Ragam
pakis dapat mengangkat racun-racun
Hias
sejenis bajabu yang ada ditubuh serta mensterilkan
luka-luka
hias toloa sarungga pada gerabah adalah
ketupat dan pohon yang meruncing sebagai
1). Desain Ragam Hias
seperangkat peralatan perang, yang
Desain ragam hias bertujuan untuk
terdiri dari mata tombak (karada)
membuat alternatif desain dengan
dan mata parang (taawu), (c) Motif
konsep mengambil salah satu bagian
delapan penjuru mata angin (hoalu
bentuk dari motif yang terdapat pada
mata opua) dilambangkan sebagai
toloa sarungga, baik itu bentuk dari
empat garis hubungan vertical dan horizontal, hubungan
dan
empat
menyilang.
motif pinggiran, motif wunga more
garis
dan
Delapan
wunga
langgai
atau
motif-motif
tersebut. Berdasarkan hal tersebut
hubungan kekerabatan, yakni garis bermakna
motif
menggabungkan
penjuru mata angin menggambarkan
vertical
pada
Langkah-langkah penerapan ragam
tubuh, (b) Motif berbentuk belah
dilambangkan
sarungga
Gerabah
dan
menghambat darah yang keluar dari
diatasnya
Toloa
maka dibutuhkan beberapa alternatif
hubungan
motif desain yang akan dipilih untuk
kekeluargaan dari atas kebawah,
diterapkan pada produk gerabah
contohnya: kakek/nenek, ayah/ibu,
dengan teknik lukis.
anak, cucu, cicit. Garis horizontal
12
2). Gambar Kerja
3). Proses Pembuatan Produk Lukis
Setelah alternative desain dipilih,
Gerabah
maka
Proses
gambar
tepilih
tersebut
pembuatan
produk
lukis
dibuatkan gambar kerjanya yang
gerabah dilakukan dengan melalui
merupakan gambar teknis lapangan
beberapa
sebagai acuan pelaksanaan suatu
Langkah-langkah pengerjaan produk
pekerjaan yang digunakan untuk
adalah sebagai berikut : (a) Persiapan
merealisasikan ide ke dalam wujud
peralatan dan bahan yang akan
fisik. Secara umum, gambar kerja
digunakan dalam proses lukis, (b)
adalah gambar yang siap untuk
Mempersiapkan gerabah yang akan
diimplementasikan
digunakan
di
produk.
tahapan
pengerjaan.
sebagai
bahan
Gambar kerja dapat memvisualisasi
dalam melukis ragam
rencana
kerja
dapat
Menghaluskan
memberi
arahan
mengenai
menggunakan
urutan
kerja
sehingga jelas
mulai
tahap
awal
Memberikan
hias, (c)
gerabah amplas, warna
utama
dasar
dengan (d) pada
pekerjaan sampai tahap penyelesaian
gerabah dengan cat tembok warna
akhir. Untuk membuat desain ragam
putih. Penggunaan warna dasar ini
hias dan penerapannya pada produk
dimaksudkan agar ketika gerabah
yang akan dibuat, maka dibuat
dilukis hasil pengecatannya warna
gambar kerja dengan menggunakan
yang rata dan warna menjadi lebih
program computer Adobe Photoshop.
terang, (e) Untuk memperkuat warna
Adobe
saja
cat, maka dibutuhkan tambahan lem
program canggih untuk mengolah
putih PVAc yang akan dikuaskan
foto, tetapi juga program yang
pada gerabah setelah diberi dasar cat
mudah dipergunakan untuk melukis.
tembok putih. Lem putih PVAc juga
Melukis secara digital yang tidak
berguna memberi daya rekat yang
kalah
lebih baik pada cat yang disapukan
Photoshop
bagusnya
bukan
dengan
lukisan
manual menggunakan kuas, cat dan
pada
produk
gerabah,
(f)
kanvas (Kusrianto, 2006: 39).
Menggambar ulang atau menciplak ulang desain ragam hias dengan meletakkan
13
kertas roti atau kalkir
diatas gambar, kemudian menyusun gambar
tersebut
sesuai
Kesimpulan
dengan
Berdasarkan
gambar kerja yang telah dibuat
pembahasan,
sebelumnya dengan menggunakan
Toloa sarungga dinamakan Mantik
warna untuk mendapatkan warna
Umumnya seperti
yang
merah,
Sangia yang terdiri atas tiga macam
diinginkan.
warna-warna
bentuk ragam hias, yaitu : 1) Ragam
primer
hias
biru dan kuning
warna
yang terdiri atas motif tawa dan puheno tepalia omba mata opua. 3)
toloa sarungga. Produk gerabah dilukis dengan menggunakan cat warna dengan menggunakan media
memberikan
lapisan
akan
bening
dan
dapat
pada
melakukan
cat
melambangkan
sehingga
pemolesan
yang
terkandung
dalam
lain : 1) Ragam hias pinggiran
mengkilap yang akan memberikan perlindungan
mata angin
ragam hias toloa sarungga antara
lapisan terakhir pengecatan diatas coat
delapan sudut arah
Makna
dengan menggunakan clear coat pada
Clear
membentuk
mata angin (hoalu mata opua).
finishing
dengan menggunakan teknik semprot
cat.
Motif wunga langgai
dan memiliki lambang delapan arah
air sebagai bahan pengencernya, (i)
warna
dua
telah distilir berbentuk bunga kipas,
gerabah dengan desain ragam hias
melakukan
atas
wunga more merupakan motif yang
membuat
lain, (h) Melukis produk
Selanjutnya
terdiri
mbaku dan motif api lelea. 2) Motif
warna inilah yang kemudian akan untuk
pinggiran
gambar, motif tawa lode / buru
dipilih sebagai warna dasar, warna-
dicampurkan
diambil
Ragam hias yang terdapat pada
terjadi kesalahan, (g) Mencampur
dengan
maka
kesimpulan sebagai berikut :
pensil agar mudah dihapus jika
sesuai
hasil penelitian dan
kemakmuran
serta
kepahlawanan
dan
Ragam
cat
hias
melambangkan
tanpa merusak cat.
kesuburan
dan
keberanian, semangat.
2)
wunga
more
masyarakat
yang
ramah, bersahabat dan menghormati orang lain, selain itu melambangkan
14
tipikal
dari
sifat
wanita
Lembaga Penelitan Indonesia (LPUI).
yang
pemalu dan lemah lembut. 3) Secara keseluruhan langgai
ragam
memiliki
hias arti
Universitas
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
wunga sebagai
lambang senjata perang dan obatobatan.
Guntur, 2004. “Ornamen” Sebuah Pengantar. Surakarta: Penerbit P2AI STSI Surakarta dengan STSI Pres Surakarta.
Pembuatan karya seni lukis gerabah dimulai dengan membuat beberapa gambar hias
desain
toloa
membuat pembuatan proses
alternatif
Gustami Sp, 1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: STSRI ”ASRI”
ragam
sarungga. Kemudian
gambar gambar
pembuatan
kerja,
setelah
kerja
maka
produk
lukis
Kusrianto, Adi, 2006. Adobe Creative Suite 2. Jakarta : PT Alex Media Komputindo Soepratno, 2007.Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa I. Semarang: Effhar
gerabah dilakukan dengan melalui beberapa sehingga
tahapan
pengerjaan
menghasilkan
produk Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
dalam wujud fisik.
DAFTAR RUJUKAN
Suryahadi, A. Agung, 2008. Seni Rupa Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif jilid I. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Affandi, 1994. Ekspresi Simbol, Religius dan Estetika dalam Karya Lukis Kaligrafi. Yogyakarta: FPBSIKIP. Bangun, S.C, dkk. 2014. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumardjo, Jakob, 2000. Filsafat Seni. Penerbit ITB: Bandung. Yudosaputro W, l983. Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta: Departemen P dan K.
Budianto, Irmayanti M, 2001. Aplikasi Semiotika pada Tanda Nonverbal. Makalah pada Pelatihan Semiotika, 23-26 September 2001. Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya 15