PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR KABUPATEN TAKALAR Abdul Rachman Rasyid Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 589707/(0411) 589707 e-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan dan tipologi pantai di wilayah pesisir serta arahan pemanfaatan ruang pesisir dan laut Kabupaten Takalar. Penelitian ini berlokasi di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Takalar, dengan metode pendekatan deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan mengkompilasi data, kemudian dianalisis SIG untuk analisis spasial. Variabel yang digunakan adalah kesesuaian lahan, tipologi pantai dan tekanan penduduk atas lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arahan pemanfaatan ruang terutama pada analisis kesesuaian lahan menunjukkan tingkat kesesuian lahannya adalah sesuai, serta mempunyai tekanan penduduk atas lahan di wilayah tersebut kurang, dan didukung oleh tipe tipologi pantainyaakan diarahkan sebagai pengembangan budidaya pertanian dimana lokasinya tersebar di wilayah bagian selatan yaitu Kecamatan Mangarabombang sebesar 22,20 % dari total luas wilayah pesisir Kabupaten Takalar, sedangkan yang lain tersebar di Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Sanrobone. Pada bagian utara diarahkan pada pemanfaatan ruang wilayah perairan seperti pelabuhan, wisata pantai dan budidaya perairan serta perikanan tangkap. Kata Kunci: kesesuaian lahan,tipologi pantai,arahan pemanfaatan ruang
PENDAHULUAN Wujud ruang dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat‐ pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pemerintah dalam menata pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau kecil telah mengadopsi perencanaan dan pengelolaan terpadu seperti yang termaktub dalam UU No. 27 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil yang salah satu tujuannya adalah melindungi mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan. Dalam pemanfaatan ruang, penetapan lokasi atau peruntukan lahan harus bercermin dari tujuan penataan ruang yaitu mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan serta aspek pertahanan keamanan. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut dapat mengacu pada kesesuaian lahan, penentuan tipologi pantai, dan penetapan zonasi peruntukan ruang [1]. Pada hasil analisis tekanan penduduk dengan penggunaan lahan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Takalar tahun 2010, ditemukan bahwa pola pemanfaatan ruang di dominasi oleh pemanfaatan ruang kawasan budidaya dan juga terdapat kawasan lindung yang diwakili oleh adanya kawasan hutan mangrove/payau terutama di Pulau Tanakeke. Pemanfaatan pada kawasan budidaya daratan terutama adalah budidaya pertanian yaitu sawah dan tambak serta struktur mata pencaharian sebagian besar penduduk di kawasan ini adalah sektor agrikultur. Pemanfaatan ruang di pesisir sebagian besar tidak lagi mendukung pengembangan usaha pertanian di daratan terutama pada bagian utara, akibat ketersediaan lahan sehingga alternatif usaha perikanan dan usaha non perikanan yang tidak menggunakan lahan daratan perlu dipertimbangkan. Usaha itu antara lain menggunakan wilayah perairan di pesisir sebagai lahan pengembangan rumput laut dan karamba, selain tentunya adalah pengembangan usaha perikanan tangkap. [2].
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA2 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah... Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Abdul Rachman Rasyid Perkapalan Sipil
Untuk itu maka pengelolaan pemanfaatan wilayah pesisir perlu dikembangkan melalui perencanaan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai langkah dalam pencapaian hasil yang optimal. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan keuntungan-keuntungan yang disediakan oleh kawasan pesisir dan untuk meminimalkan konflik serta berbagai perusakan yang dilakukan oleh manusia di dalam wilayah pesisir. Selain itu sebagai daerah yang ditunjuk sebagai sentra pengembangan rumput laut, maka Kabupaten Takalar perlu menata pemanfaatan ruang wilayah pesisir sehingga potensi-potensi usaha yang lain juga dapat lebih berkembang. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kesesuaian lahan wilayah pesisir dan tipologinya serta arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir di Kabupaten Takalar. Salah satu kesepakatan internasional bahwa wilayah pantai didefinisikan sebagai daerah peralihan antara darat dan laut, dimana ke arah darat masih terpengaruh oleh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi paparan benua. Dalam proyek Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya Kelautan, batas wilayah pantai ke arah laut sesuai dalam Peta Lingkungan pantai Indonesia (LPI) yang diterbitkan oleh Bakosurtanal, sedangkan ke arah darat meliputi batas administrasi seluruh desa pantai berdasarkan Departemen Dalam Negeri [3]. Alokasi Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Dalam pemanfaatan ruang, penetapan lokasi atau peruntukan lahan harus bercermin dari tujuan penataan ruang yaitu mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan serta aspek pertahanan keamanan. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut dapat mengacu pada kesesuaian lahan dan penentuan tipologi pantai. Kesesuaian lahan Kesesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan hasil analisis evaluasi lahan, dimana evaluasi sumberdaya lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan menjadi suatu dasar bagi tahap-tahap selanjutnya dalam perencanaan dan strategi pengembangan wilayah. Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaanya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilhan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi sumbedaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu [4]. Analisis kelas kesesuaian lahan dapat ditentukan dengan cara melaksanakan pemandanan (matching) antara kriteria kelas kelsesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh komoditas yang dievaluasi pada tingkat pengelolaan tertentu dengan kualitas/karakteristik lahan dari masing-masing unit lahan. Tipologi pesisir Wilayah pesisir menyatakan wilayah transisi antara ekosistem darat dan eksosistem laut. Konsep tipologi pesisir dapat dijadikan acuan dalam menentukan pemanfaatan ruang karena didalamnya telah memenuhi kebutuhan perencanaan, pemeliharaan, dan evaluasi berbagai kegiatan di wilayah pesisir. Dengan memperhatikan profil fisik pesisir/pantai, maka tipe wilayah pantai berdasarkan morofologi dan dinamika perairannya secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis [1]. Adapun keterkaitan tipologi pesisir dengan pemanfaatannya adalah sebagai berikut : Pantai dengan Tipe-A pada umumnya dimanfaatkan untuk pembangunan pelabuhan dengan tambahan fasilitas-fasilitas pelayanan jasa dan perdagangan; kota tepian pantai (water front city); pengembangan ekoturisme yang sesuai seperti ski air, naik perahu layar atau motor, dan lainnya. Pantai dengan Tipe-B pada umumnya dimanfaatkan untuk water front city; kawasan industri; permukiman; ekoturisme; dapat pula dimanfaatkan untuk pelabuhan, tetapi memerlukan dermaga yang panjang untuk menjangkau kedalaman laut yang cukup untuk kapal bertambat; dan marikultur. Pantai dengan Tipe-C umumnya dimanfaatkan untuk konservasi hutan bakau atau hutan pantai, pengembangan ekoturisme berupa penikmatan penjelajahan hutan konservasi dan melihat flora dan fauna; pengembangan budidaya air payau di belakang jalur hijau; pengembangan permukiman di belakang usaha budidaya, dan pengembangan budidaya laut. Pantai dengan Tipe-D pada umumnya dimanfaatkan untuk budidaya air payau; hutan rawa pantai; pengembangan ekoturisme penikmatan penjelajahan hutan pantai dan melihat flora fauna langka; pengembangan permukiman di belakang kegiatan ekoturisme
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA2 - 2
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Pantai dengan Tipe-E pada umumnya dimanfaatkan untuk pelabuhan tetapi dengan rekayasa penahan air (break water) yang lebih panjang untuk membuat kolam pelabuhan yang lebih luas; pengembangan ekoturisme memancing, berselancar angin, naik perahu layar, dan lainnya; pengembangan permukiman di belakang kegiatan ekoturisme.
Land use atau penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi manusia baik yang berbentuk permanen atau periodik terhadap lahan untuk memenuhi kebutuhannya atau penerapan kontrol manusia terhadap lingkungan alam dalam bentuk yang sistematis untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dari sumberdaya tersebut. Penggunaan lahan akan selalu terkait dengan suatu areal dipermukaan bumi atau lahan yang selalu berkaitan dengan konsep geografi. Dengan demikian setiap perubahan tata ruang wilayah akan mempengaruhi penggunaan lahan dan sebaliknya.[5] Penggunaan sumberdaya lahan yang optimal hanya dapat dilakukan atau dicapai dengan menggunakan lahan sesuai dengan fungsi dan karakteristiknya. Suatu sumberdaya lahan yang sama dapat saja mempunyai kelas kesesuaian yang sama untuk beberapa komoditi yang berbeda. Pada kasus seperti ini maka penggunaan lahan yang optimal adalah sangat ditentukan oleh nilai ekonomi komoditas tersebut sepanjang memungkinkan dari segi sosial budaya dan sejalan dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu untuk dapat mengetahui apakah sumberdaya lahan tersebut untuk suatu komoditas harus diketahui melalui penilaian kelas lahan atau evaluasi lahan.
METODA PENELITIAN Penelitian ini berupa penentuan arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut ditinjau dari aspek pola pemanfaatan ruang dan kesesuaian lahan dan tipologinya di wilayah pesisir Kabupaten Takalar dilakukan dengan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan mengkompilasi data tabular, yang disandingkan dengan analisis SIG dalam analisis spasial sebagai proses evaluasi kesesuaian lahan. Lokasi Penelitian dibatasi pada wilayah administratif yang berbatasan langsung dengan garis pantai di Kabupaten Takalar. Variabel Penelitian didasarkan oleh kombinasi penyesuaian pola pemanfaatan ruang dengan kesesuaian lahan wilayah pesisir sehingga variabel penelitian secara garis besar terdiri atas dua yaitu pola pemanfaatan ruang hasil analisis tekanan penduduk terhadap ruang di pesisir dan evaluasi kesesuaian lahan dan tipologi pantai sehingga akan dihasilkan arahan pemanfaatan ruang yang lebih optimal. Teknik Pengumpulan Data berupa data sekunder terutama data fisik lahan sebagai bahagian dari evaluasi sumberdaya lahan dan pola pemanfaatan ruang hasil analisis tekanan penduduk terhadap kemampuan penggunaan lahan. Teknik Analisis Data dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Identifikasi kesesuaian lahan menggunakan proses analisis GIS yaitu digitasi, pembuatan topologi,editing dan verifikasi, penyusunan data tabular, serta overlay peta-peta tematik. Selanjutnya analisis kesesuaian didasarkan atas kriteria pemanfaatan lahan yang disesuaikan dengan kebutuhan budidaya dan ketersediaan kondisi fisik lahan. Arahan Pemanfaatan ruang diidentifkasi berdasarkan analisis pola pemanfaatan ruang dan analisis kesesuaian lahan baik daratan maupun perairan sehingga pemanfaatan ruang optimal dapat dicapai. Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Darat Untuk Tambak Budidaya Bandeng (DKP, 2002) Tingkat Kesesuaian Lahan No. Parameter Sesuai Tidak Sesuai 1. Lereng (%) 0–2 >8 2. Tekstur Tanah Lempung berdebu Kasar (pasir) 3. Salinitas (ppt) 15 -25 >35 atau <10 4. PH air 7 – 8,5 >8,5 atau <6,5 Cepat 5. Drainase Terhambat Tergenang 6. Erosi Rendah Tinggi 7. Jarak dari sungai 0 - 500 >2000 8. Jarak dari laut 0 - 2000 >4000 >3600 9. Curah Hujan Tahunan (mm) 2000-3000 atau <1000
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA2 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah... Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Abdul Rachman Rasyid Perkapalan Sipil
Tabel 2. Kriteria kesesuaian lokasi budidaya perairan rumput laut Euchema sp (DKP,2002) Tingkat Kesesuaian No Parameter Sesuai Tidak Sesuai Keterlindungan Terlindung Tidak terlindung 1 Arus (gerakan air) 0-30 cm/dtk 30-40 cm/dtk 2 Dasar perairan Pasir berbatu Pasir berlumpur 3 Kedalaman 30-60 cm 0-30 cm 4 Kejernihan/kecerahan Lebih dari 5 m 3-5 m 5 Salinitas 32-34 ppt 28-32 ppt 6 Cemaran Tidak ada Ada 7 Hewan herbivora Tidak ada Ikan dan bulu babi 8 Kemudahan Mudah dijangkau Tidak mudah dijangkau 9 Tenaga kerja Banyak Kurang 10
Asumsi-asumsi dalam penelitian ini terutama digunakan untuk menyederhanakan proses analisis yaitu : Tambak termasuk budidaya ikan bandeng dan rumput laut jenis Gracillaria sp. Arahan juga banyak didasari oleh penggunaan lahan yang telah ada termasuk mempertahanakan keberadaan kawasan konservasi atau lindung seperti hutan mangrove dan rawa.
HASIL DAN BAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Secara geografis Kabupaten Takalar terletak pada koordinat 05003’ sampai 05038’ LS dan 119022’ sampai 119039’ BT. Kabupaten Takalar terletak pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan, berhadapan dengan Selat Makassar dan sebagian wilayah, utamanya pada ujung selatan berhadapan dengan Laut Flores. Kabupaten Takalar terdiri atas 9 Wilayah Kecamatan dan 81 wilayah desa/kelurahan. Selain itu wilayah pesisir dan laut Kab. Takalar termasuk gugusan pulau yaitu Pulau Tana Keke, Pulau Bauluang, Pulau Satangnga, dan Pulau Dayang-dayang yang termasuk dalam gugusan Kepulauan Spermonde dan Pulau Sanrobone. Untuk wilayah yang termasuk pesisir dan berhadapan langsung dengan Laut/Selat Makassar di Kab. Takalar terdiri atas 6 wilayah kecamatan dan 27 desa/kelurahan dengan luas sekitar 15.554 Ha. Adapun wilayah kecamatan itu adalah Kec. Galesong, Kec. Galesong Utara, Kec. Galesong Selatan, Kec. Mangarabombang, Kec. Mappakasunggu dan Kec. Sanrobone. Selain itu juga termasuk Pulau Tanakeke yang terletak di bagian barat Kab. Takalar yang merupakan bagian dari Kec. Mappakasunggu dan terdiri atas 2 desa yaitu Mattirobaji dan Maccinibaji dan Pulau Sanrobone, sebuah pulau kecil dan tak berpenghuni yang termasuk dalam wilayah Kec. Sanrobone.
Gambar 1. Peta Administrasi Kab. Takalar
ISBN : 978-979-127255-0-6
Gambar 2. Peta Wilayah Pesisis Kab. Takalar
Group Teknik Arsitektur TA2 - 4
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Kondisi Fisik Lahan Hasil analisis data peta ReppRot data kemiringan lahan terlihat bahwa pada wilayah pesisir Kabupaten Takalar cukup datar. Hal in terllihat dari data kemiringan lahan yang menunjukkan hanya terdapat 2 kelas kemiringan yaitu < 2 % dan 2 – 8%. Untuk kelas kemiringan lahan < 2 % luasnya mencapai 10.840,23 Ha sedangkan 2 – 8 % mencapai luas 4.711,34 Ha. Hasil pengamatan di lapangan terlihat bahwa untuk pulau-pulau umumnya tersusun atas jenis batuan batu karang dan endapan dari muara sungai, begitupun untuk wilayah pesisir bagian selatan, sehingga hamparan pasirnya didominasi oleh pasir putih akibat pengaruh sedimentasi oleh organisme laut (sedimen biogenik). Sedangkan wilayah pesisir bagian utara didominasi oleh endapan muara sungai dan aluvium sehingga hamparan pasirnya berupa pasir hitam yang banyak dipengaruhi oleh sedimen sungai. Dari data jumlah curah hujan terlihat untuk wilayah pesisir berkisar pada 1.890 mm/thn sampai 2.989 mm/tahun. Jumlah curah hujan ini sudah sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tambak seperti yang disyaratkan dalam pertambakan. Rata-rata debit air DAS di Kabupaten Takalar berdasarkan data MCRMP tahun 2004 adalah berkisar antara 4,75 – 13,50 m3/dtk pada musim hujan dengan potensi air 12,31 – 69,02 juta m3 dan 0,00 – 0,58 m3/dtk pada musim kemarau dengan potensi air 0,00 – 1,55 juta m3. Selain itu, unsur drainase dalam penyusunan kesesuaian lahan pertambakan, juga memegang peranan penting karena mengatur sifat air permukaan terhadap permukaan tanah. Semakin baik drainase, maka pergantian air di kolam tambak, jadi lebih mudah, begitupun sebaliknya, sehingga drainase yang baik dan lancar merupakan parameter sesuai dalam tambak. Kondisi Fisik & Kimia Perairan Keadaan bathimetri perairan Kabupaten Takalar berdasarkan Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) lembar 2010-1, 2010-2, dan 2010-3, memperlihatkan dasar perairan sepanjang pantai relatif landai, dimana jarak antara garis pantai sampai pada kedalaman 15 m bisa mencapai 2,5 km, kecuali di wilayah utara yaitu di Kecamatan Galesong Utara dan bagian selatan Pulau Tanakeke yang terlihat adanya kedalaman laut yang agak dalam. Untuk tipe pasang surutnya adalah tipe pasut campuran condong ke harian. Dari data sekuder yang dikumpulan [6] terlihat bahwa di sepanjang perairan pesisir Kabupaten Takalar, tidak terlihat adanya kecepatan arus yang cukup besar. Kecepatannya berkisar dari 0,3 – 0,17 m/dtk. Kecepatan ini sangat cocok untuk beberapa peruntukan usaha budidaya di perairan. Sedangkan nilai kecerahan berkisar pada 15 –100 % pada lokasi dan kedalaman yang berbeda. Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan itu adalah lokasi dan keadaan cuaca padda saat pengambilan sampel, dimana beberapa titik pengambilan berada di muara/dekat sungai serta cuaca pada saat pengambilan sampel mendung dan hujan. Tetapi secara umum hasil kecerahan yang didapatkan temasuk dalam kategori cukup baik, karena kelangsungan hidup ikan adalah di atas 45 cm. Adapun suhu berada pada kisaran 28 – 31,5 -C, sedangkan nilai salinitas yang diperoleh berkisar antara 26 36 o/oo. Berdasarkan nilai suhu dan salinitas yang diperoleh, merupakan nilai yang masih berada dalam rentang toleransi hingga optimum. Nilai pH yang ditemukan disetiap lokasi pengamatan relatif seragam, dengan kisaran rata-rata yang diperoleh adalah 6,8 – 8. Kisaran ini merupakan kisaran yang baik dalam suatu perairan, sehingga dapat disimpulkan hasil yang diperoleh menunjukkan kelayakan kualitas air untuk budidaya laut, jika ditinjau dari nilai pHnya, merupakan perairan yang produktif. Selain itu sebagai indikator pencemaran, dapat digunakan data pengukuran BOD atau Biological Oxygen Demand . BOD adalah jumlah pemakaian oksigen terlarut oleh mikroba untuk penguraian bahan organik. Nilai BOD di pesisir Kabupaten Takalar hasil pengukuran MCRMP (2004) menunjukkan nilai kisaran 1,00 ppm sampai 4,00 ppm yang berarti masih belum tercemar. Analisis Tipologi Pesisir Kabupaten Takalar Beberapa parameter dalam menentukan tipe topologi pesisir Kabupaten Takalar memiliki kesamaan sifat dan bentuk yaitu tinggi gelombang, frekuensi badai, pasang surut, serta kecepatan arus. Selain frekuensi badai, ketiga parameter yang lain telah terukur, sedangkan informasi tentang frekuensi badai berdasarkan hasil wawancara informal dengan beberapa orang warga yang berdiam disekitar pesisir, yang menyebutkan bahwa belum pernah terjadi badai dekstruktif kecuali kecepatan angin berhembus lebih kencang pada saat musim barat, tetapi tidak sampai merusak. Kemudian ditambah dengan pengamatan lapangan yang menunjukkan tidak
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA2 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah... Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Abdul Rachman Rasyid Perkapalan Sipil
ada bekas pernah terjadi badai, seperti letak lokasi permukiman yang berdekatan dengan garis pantai serta struktur bangunan kebanyakan rumah penduduk berupa rumah panggung dan berbahan kayu. Untuk wilayah pesisir Kabupaten Takalar dalam analisis tipologinya dan berdasarkan morofologi dan dinamika perairannya dapat dibagi atas 2 bagian besar yaitu pesisir bagian utara dan selatan. Hasil analisis tipologi wilayah pesisir Kabupaten Takalar dapat diuraikan sebagai berikut : Wilayah pesisir bagian utara terdiri dari Kecamatan Galaesong Utara dan Galesong Selatan. Wilayah ini didominasi oleh pantai berpasir dengan bentuk garis pantai merupakan laut semi terbuka khususnya wilayah Kec. Galesong Utara yang diperairannya terdapat P. Sanrobengi. Untuk kemiringan pantai yaitu tipe sedang serta dan hampir tidak ditemukan habitat pada daratannya kecuali beberapa pohon kelapa. Berdasarkan parameter tersebut, wilayah pesisir bagian utara merupakan pantai dengan tipe B yang pada umumnya dapat dimanfaatkan untuk kota tepian pantai (water front city), kawasan industri dan permukiman, ekoturisme, pembangunan pelabuhan khususnya pelabuhan perikanan (TPI), tetapi memerlukan dermaga yang agak panjang untuk mencapai kedalaman laut yang cukup untuk bertambat, serta dapat pula dikembangkan olahraga ekoturisme yang sesuai seperti ski air. Wilayah pesisir bagian selatan yaitu wilayah pesisir di Kecamatan Mappakasunggu dan Kecamatan Mangarabombang serta Kecamatan Sanrobone yang terletak dibagian tengah. Di Wilayah Kecamatan Mappakasunggu ini berbahan dasar lumpur dan pasir dengan bentuk garis pantai berupa laut semi terbuka dan diperairannya terdapat beberapa pulau yaitu P. Tanakeke, P. Satanga dan P. Bauluang. Kemiringan pantai landai dengan habitat adalah estuari. Untuk wilayah Kecamatan Mangarabombang berbahan dasar pasir, lumpur dan batuan terutama di dekat Teluk Laikang. Kemiringan pantai landai dan bentuk garis pantai berupa teluk laut serta habitat daratan berupa estuari dan dataran pantai berbukit. Berdasarkan parameter tersebut, tipe tipologi untuk wilayah pesisir bagian selatan adalah tipe C, yang pada umumnya dimanfaatkan untuk konservasi hutan bakau atau hutan pantai, pengembangan ekoturisme berupa penikmatan penjelajahan hutan konservasi dan melihat flora dan fauna; pengembangan budidaya air payau di belakang jalur hijau; pengembangan permukiman di belakang usaha budidaya, dan pengembangan budidaya laut. Tabel 3. Hasil klasifikasi tipologi pesisir No.
Parameter Geografis
1 2 3 4 5 6 7 8
Bentuk Garis Pantai Kemiringan Pantai Bahan Dasar laut Habitat Daratan Tinggi Gelombang (H) Frekuensi Badai (T) Tipologi Pasang Surut Arus Pantai (V)
Jenis Tipologi Wilayah Pesisir Pesisir Bagian Utara Pesisir Bagian Selatan B,D,E B,D B C B,C,D B,C,D A,B,D,E B,D A,B,C A,B,C A,B,C A,B,C D D A,C A,C
Analisis Kesesuaian Lahan Prosedur analisis kesesuaian lahan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), dengan memadukan beberapa peta melalui proses tumpang susun (overlay) sehingga akan ditemukan sebuah peta akhir berupa peta unit lahan. Selanjutnya dengan bantuan kriteria kesesuaian lahan akan menjadi sebuah peta kesesuaian lahan untuk pertambakan. Analisis kesesuaian lahan terbagi atas 2 bagian yaitu daratan utama dan Pulau Tanakeke. Di daratan utama, hasil kesesuaian lahan menunjukkan bahwa 36,68 % atau seluas 5,703,8 Ha sesuai untuk pertambakan dan 38,97 % atau 6.060,16 Ha tidak sesuai. Lahan yang sesuai tersebar di bagian selatan terutama Kecamatan Mangarabombang, sebagian di Kecamatan Sanrobone dan Kecamatan Galesong. Untuk Pulau Tanakeke yang terdiri dari dua desa yaitu Desa Maccinibaji dan Desa Mattirobaji, kesesuaian lahannya didasarkan atas penggunaan lahan yang telah ada yaitu tambak, mangrove dan rawa, juga substratnya sendiri didominasi oleh lumpur sehingga pada dasarnya sesuai untuk pertambakan tetapi terkendala oleh ketersediaan air tawar yang dapat digunakan sebagai pengatur tingkat salinitas air tambak. Di Pulau Tanakeke, lahan yang telah digunakan sebagai lahan budidaya pertanian tambak sebesar 8 % dan non pertanian seperti rawa dan mangrove sebesar 16 %.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA2 - 6
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Tabel 4. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kab. Takalar Kesesuaian Lahan Luas (Ha) % Luas 5.703,80 36,68 Sesuai 6.060,16 38,97 Tidak Sesuai 3.787,25 24,35 Pulau Tanakeke Desa Maccini Baji Non Pertanian 1139,603 7,33 Pertanian 842,38 5,42 Desa Mattiro baji Non Pertanian 1397,215 8,98 Pertanian 403,983 2,60 Total Luas 15.551,20 100,00
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kab. Takalar Pada penelitian Identifikasi Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Takalar Tahun 2010 [2] disimpulkan bahwa sebagian besar telah terjadi tekanan penduduk pada bagian utara sehingga sudah tidak lagi mendukung usaha pengembangannya sedang di Kecamatan Galesong Selatan yaitu pada Desa Barangmammase tekanan penduduk atas lahan pertanian masih mendukung dengan nilai 0,6 dimana lahan pertanian yang tersedia masih mampu untuk dikembangkan. Pada bagian tengah wilayah pesisir juga terdapat wilayah yang masih mendukung pengembangan usaha pertanian daratan yaitu pada Kec. Sanrobone khususnya di Kelurahan Lagaruda. Kawasan pesisir yang mempunyai tekanan penduduknya relatif kurang adalah pada bagian selatan Kab. Takalar yaitu pada Kec. Mangarabombang
Gambar 3. Peta Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kab. Takalar
Gambar 4. Peta Tekanan Penduduk Wil. Pesisir Kab. Takalar
Dari hasil analisis Tipologi Pesisir, Kesesuaian lahan, dan Tekanan penduduk di wilayah pesisir Kabupaten Takalar, menghasilkan arahan pemanfaatan ruang yaitu budidaya pertanian non tambak seperti padi sawah sebesar 35,34 %, Pengembangan budidaya pertanian sepeti tambak sebesar 23,49 %, budidaya tambak sebesar 16,80 % dan mangrove sebagai kawasan konservasi sebesar 12,13 %, selebihnya merupakan budidaya non pertanian seperti wisata pantai dan permukiman serta semak belukar
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA2 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah... Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Abdul Rachman Rasyid Perkapalan Sipil
Gambar 5. Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Wil. PesisirKab. Takalar Tabel 5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Takalar Arahan Luas (Ha) % Luas Budidaya Non Pertanian 829,80 5,34 Budidaya Pertanian Non Tambak 5.495,79 35,34 Budidaya Pertanian Tambak 2.612,34 16,80 Hutan Mangrove 1.886,81 12,13 Pengembangan Budidaya Pertanian 3.653,01 23,49 Permukiman 272,19 1,75 Rawa 8,89 0,06 Semak Belukar 792,39 5,10 Total 15.551,20 100,00
Khusus pengembangan budidaya pertanian dimana analisis kesesuaian lahan menunjukkan tingkat kesesuian lahannya adalah sesuai, serta mempunyai tekanan penduduk atas lahan di wilayah tersebut kurang, dan didukung oleh tipe tipologi pantainya tersebar di wilayah selatan yaitu Kecamatan Mangarabombang sebesar 22,20 dari total luas wilayah pesisir Kabupaten Takalar, sedangkan yang lain tersebar di Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Sanrobone masing-masing kurang dari 1 % dari total luas. Pada bagian utara diarahkan pada pemanfaatan ruang wilayah perairan seperti pelabuhan, wisata pantai dan budidaya perairan serta perikanan tangkap. Arahan pemanfaatan yang juga penting adalah tetap mempertahankan wilayah konservasi dan lindung seperti keberadaan hutan mangrove dan rawa yang banyak tersebar di Kepulauan Tanakeke, sehingga fungsi lindung tetap terjaga. Berdasarkan data kualitas perairan dan bathimetri, juga menunjukkan adanya potensi yang besar terhadap budidaya perairan seperti budidaya rumput laut jenis Euchema sp dan konservasi seperti penanaman bakau atau mangrove utamanya di bagian selatan sebagai pelindung dari abrasi pantai dan penyedia nutrien bagi budidaya tambak
SIMPULAN
Tingkat kesesuaian lahan darat untuk budidaya tambak di pesisir Kabupaten Takalar, menunjukkan luas yang nilai persentase yang hampir sama antara sesuai dan tidak sesuai untuk dijadikan lahan pertambakan. Lahan yang sesuai tersebar di bagian selatan terutama Kecamatan Mangarabombang, sebagian di
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA2 - 8
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Kecamatan Sanrobone dan Kecamatan Galesong. Berdasarkan analisis tipologi pesisir menunjukkan bahwa wilayah pesisir bagian utara merupakan pantai dengan tipe B yang pada umumnya dapat dimanfaatkan untuk kota tepian pantai (water front city), kawasan industri dan permukiman, ekoturisme, pembangunan pelabuhan khususnya pelabuhan perikanan (TPI), tetapi memerlukan dermaga yang agak panjang untuk mencapai kedalaman laut yang cukup untuk bertambat, serta dapat pula dikembangkan olahraga ekoturisme yang sesuai seperti ski air. Wilayah pesisir bagian selatan yaitu wilayah pesisir di Kecamatan Mappakasunggu dan Kecamatan Mangarabombang serta Kecamatan Sanrobone yang terletak dibagian tengah berada pada tipe tipologi tipe C, yang pada umumnya dimanfaatkan untuk konservasi hutan bakau atau hutan pantai, pengembangan ekoturisme berupa penikmatan penjelajahan hutan konservasi dan melihat flora dan fauna; pengembangan budidaya air payau di belakang jalur hijau; pengembangan permukiman di belakang usaha budidaya, dan pengembangan budidaya laut. Sedangkan di perairan laut, parameter fisik dan kimia sangat menunjang untuk pengembangan budidaya perairan seperti pengembangan rumput laut jenis Euchema sp. Arahan pemanfaatan ruang terutama pada analisis kesesuaian lahan menunjukkan tingkat kesesuian lahannya adalah sesuai, serta mempunyai tekanan penduduk atas lahan di wilayah tersebut kurang, dan didukung oleh tipe tipologi pantainya akan diarahakan sebagai pengembangan budidaya pertanian dimana lokasinya tersebar di wilayah selatan yaitu Kecamatan Mangarabombang sebesar 22,20 % dari total luas wilayah pesisir Kabupaten Takalar, sedangkan yang lain tersebar di Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Sanrobone masing-masing kurang dari 1 % dari total luas. Pada bagian utara diarahkan pada pemanfaatan ruang wilayah perairan seperti pelabuhan, wisata pantai dan budidaya perairan serta perikanan tangkap
SARAN Berdasarkan simulasi dari banguan baru Jurusan Arsitektur, disarankan untuk mempertahankan elemen pembayangan vertikal (vertical shading) untuk mengurangi silau pada saat matahari berada pada garis balik Utara (22 Juni) dan garis balik Selatan (22 Desember), mendisain ulang partisi yang digunakan, misalnya dengan menggunakan material transparan pada bagian atas. Selain itu disarankan pula untuk menggunakan dinding dalam ruangan (termasuk partisi) yang berwarna muda dan memilih kaca yang memiliki tingkat transmisi cahaya tinggi.
DAFTAR PUSTAKA [1] Amien, 1996. Penyusunan Konsep Tata Ruang Kawasan Pantai Kerjasama Ditjen Cipta Karya dengan PSDAL Unhas. LP Unhas. Makassar [2. Rasyid,Abdul Rachman 2010. Identifikasi Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Takalar. Prosiding Fakultas Teknik UNHAS.Makassar [3] Dahuri dkk., 2000. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta [4]. Sitorus,Santun, 1985. Evaluasi Lahan Sumberdaya Lahan. PT Tarsito. Bandung [5] Suradi, 2002. Pola Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Yang Masuk Ke Teluk Kendari. Tesis. PPW PPS UNHAS. Makassar [6] MCRMP, 2004. Laporan Akhir Supplay of Coastal Zone Thematic Spatial Data Set Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA2 - 9
ISBN : 978-979-127255-0-6
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah... Arsitektur Elektro
ISBN : 978-979-127255-0-6
Geologi
Mesin
Group Teknik Arsitektur TA2 - 10
Abdul Rachman Rasyid Perkapalan Sipil
Volume 5 : Desember 2011