KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah diatur dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan diatur dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
8.1. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 35, disebutkan bahwa : “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi”. Dengan demikian fungsi pengendalian pemanfaatan ruang akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kedetailan rencana yang ada, dan selanjutnya digunakan menciptakan tertib tata ruang.
8.1.1 Pengaturan Zonasi Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36, disebutkan bahwa : 1. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. 2. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. 3. Peraturan zonasi ditetapkan dengan : a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional; b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan c. Peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.
VIII - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 36, disebutkan bahwa peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang
d. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi
e. kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan harus
berisi ketentuan yang harus, yang boleh, atau yang tidak boleh dilaksanakan pada zona
tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak boleh dilakukan alih
pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar
fungsi;
ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan
f. pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama permukiman padat harus
bangunan), penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk
menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai dengan kemungkinan timbulnya bencana
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Ketentuan lain yang
yang dapat muncul;
dibutuhkan, antara lain, adalah ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi.
g. pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak mengganggu fungsi jalan; h. pada kawasan lindung yang ada di perkotaan diarahkan untuk tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk kepentingan lain selama masih menunjang fungsi
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem wilayah meliputi indikasi arahan ketentuan umum peraturan zonasi , meliputi:
lindung; i. pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi, dan dapat dilakukan nilai tambah;
a.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pengembangan Kawasan Perkotaan;
b.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pengembangan Kawasan Kawasan Perdesaan;
c.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasi;
menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah
d.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan energi;
ditetapkan;
e.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan telekomunikasi;
f.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan sumber daya air;
dari RTH di kawasan perkotaan boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun
g.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang
h.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya;
terbuka hijau tidak berubah sesuai RDTR Kawasan Perkotaan masing-masing;
i.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pesisir; dan
j.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis
dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama zona harus tetap maksimum 25%
Wilayah.
dari luasan zona yang ditetapkan;
j. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu boleh dilakukan sepanjang saling
k. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau tetapi bukan sebagai bagian
l. perubahan fungsi lahan boleh dilakukan secara terbatas pada zona yang tidak termasuk
m. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi 1. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pengembangan Kawasan Perkotaan, meliputi: a. pada setiap rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya, maka harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;
dasarnya; n. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan; o. khusus pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar
b. pada setiap kawasan perkotaan harus mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk
area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau ruwasja, termasuk melebihi
kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-masing ibu
ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan khusus
kota kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi intensitas ruang yang ada;
sesuai dengan kaidah desain kawasanyang disepakati oleh stakeholder terkait;
c. pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing;
p. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau perkotaan terutama bagian dari RTH kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;dan VIII - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
q. pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.
atau perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai RDTR Kawasan Perdesaan masing-masing; m. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya, sesuai RDTR Kawasan perdesaan masing-masing;
2. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pengembangan Kawasan Perdesaan, meliputi: a. kawasan perdesaan umumnya terdiri atas kawasan terbangun tetapi bagian terbesar merupakan ruang terbuka dengan fungsi utama pertanian; b. pada rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya di perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi yang masih saling bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut; c. pada kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang produktif harus dilakukan pengamanan tidak dialihfungsikan non pertanian; d. pengembangan kawasan perdesaan dengan kegiatan agropolitan dan minapolitan untuk
n. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan; o. pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya terpencar dalam jumlah kecil tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan intensitas tinggi yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya; p. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau produktif di perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;dan q. pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.
mendukung agroindustri yang berdaya saing; e. pada setiap kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang yang berfungsi untuk pertanian dan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun hanya dilakukan secara infitratif pada permukiman yang ada dan harus menggunakan lahan yang kurang produktif; f. pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing; g. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
3. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan bebas hambatan disusun dengan memperhatikan: a. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan
bebas hambatan; b. bangunan
dengan fungsi penunjang yang diijinkan hanya berkaitan dengan
pemanfaatan ruas jalan; dan c. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan bebas hambatan yang memenuhi
ketentuan ruang pengawas jalan.
h. kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak boleh dilakukan alih fungsi; i. pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan untuk tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain selama masih menunjang fungsi lindung; j. pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi; k. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan terbangun di perdesaan boleh dilakukan sepanjang saling menunjang dan tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan; l. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau produktif di perdesaan pada
4. Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
untuk
jaringan
jalan
arteri,
disusun
dengan
memperhatikan : a. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan arteri primer; b. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan arteri dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi; c. pengembangan fungsi kawasan sepanjang jalan arteri untuk kegiatan utama yang berskala regional, meliputi kegiatan industri, permukiman, perdagangan jasa dan fasilitas umum;
dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun secara terbatas dan hanya
d. penyedian lahan parkir bagi kawasan fungsional;
dilakukan pada lahan yang produktivitasnya kurang tinggi, dengan catatan komposisi
e. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan VIII - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
arteri; f. ketentuan pelarangan bagi kegiatan berskala kecil; dan
f.
penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan kolektor primer yang memenuhi ketentuan ruang pengawas jalan.
g. penetapan garis sempadan di sesuaikan dengan peruntukan. 7. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasi jaringan jalur kereta api 5. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer disusun dengan memperhatikan: a. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan kolektor primer; b. bangunan dengan fungsi penunjang yang diijinkan hanya berkaitan dengan pemanfaatan ruas jalan; dan c. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan kolektor primer yang memenuhi ketentuan ruang pengawas jalan; d. Jumlah jalan masuk/akses dibatasi dan direncanakan dengan jarak tertentu sehingga memenuhi kecepatan rencana dan kapasitas serta sesuai dengan peraturan
disusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi dan pengembangannya ruangnya dibatasi; b. ketentuan pelanggaran pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian; c. pembatasan pemanfaatan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan; dan d. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalankereta api.
perundang-undangan; e. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, antara lain rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain;
8. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan energi disusun dengan memperhatikan: a. keberadaan
untuk
pembangkit
tenaga
listrik
disusun
dengan
memperhatikan
f. Mengembangkan sistem drainase di sepanjang sisi jalan;
pemanfaatan ruang disekitar pembangkit listrik harus memperhatikan jarak aman dari
g. Mempertahankan garis sempadan bangunan di sisi jalan sekurang-kurangnya setengah
kegiatan lain;
dari lebar ruang milik jalan; dan h. Mengembangkan struktur penahan kebisingan pada sisi jalan yang mewakili kawasan permukiman, pendidikan, dan pelayanan kesehatan.
b. ketentuan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan memperhatikan ketentuan pelanggaran pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. di bawah jaringan tegangan tinggi tidak boleh ada fungsi bengunan yang langsung
6. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan lokal primer disusun dengan memperhatikan: a. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan lokal primer; b. bangunan dengan fungsi penunjang yang diijinkan hanya berkaitan dengan pemanfaatan ruas jalan; dan c. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan kolektor primer yang memenuhi ketentuan ruang pengawas jalan;
digunakan masyarakat; d. membatasi kegiatan pengembangan di sekitar lokasi SUTT dan SUTET; e. menetapkan areal konservasi di sekitar lokasi SUTT dan SUTET yaitu 20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat; f. dalam kondisi dibawah jaringan tinggi terdapat bangunan maka harus disediakan jaringan pengaman; dan g. pemanfaatanruangdiataslintasanjaringangasharusmemperhatikan ketentuan teknis dan keamanan.
d. pergerakan mengikuti peraturan lalu lintas dalam kota; e. daerah sekitar jalan kolektor primer tidak diperkenankan untuk kegiatan dengan aktivitas tinggi; dan
9. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan telekomunikasi disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan disekitarnya. VIII - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
10. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan sumber daya air meliputi wilayah sungai,
d. peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
mata air dan jaringan irigasi disusun dengan memperhatikan:
pengembangan vegetasi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan
a. pemanfaatan ruang pada kawasan disekitar wilayah sungai, mata air dan jaringan
tanah dan mampu meresapkan air;
prasarana irigasi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung
e. pengembalian berbagai rona awal sehingga terjaga perlindungan dan kelestarian
kawasan; b. perlindungan sekitar saluran irigasi atau sebagai sempadan saluran irigasi dilarang
mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air irigasi;
ekosistem kawasan lindung; f.
g. kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang bertujuan untuk mengambil bahan galian yang
dilakukan di dalam kawasan hutan, dilakukan oleh instansi yang berwenang setelah
c. saluran irigasi yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan
perkotaan yang tidak langsung mengairi sawah maka keberadaannya dilestarikan dan dilarang untuk digunakan sebagai fungsi drainase;
percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
mendapat persetujuan menteri; dan h. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan yang tidak
d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksud untuk
mengurangi fungsi lindung serta dibawah pengawasan ketat.
pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; e. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; f.
13. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
pemanfaatan ruang di atas jaringan perpipaan bawah tanah air bersih harus
kawasan bawahannya disusun dengan memperhatikan:
memperhatikan aspek keamanan dan kemudahan pemeliharaan; dan
a. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun yang
g. penetapan lebar sempadan sungai dan mata air sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan; b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; c. diperbolehkan untuk dialokasikan sebagai kebun campuran dengan tanaman tegakan
tinggi, tanaman tahunan, hutan produksi terbatas ataupun hutan lindung;
11. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, meliputi : a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung;
d. kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
lindung kawasan; e. kegiatan yang masih boleh dilaksanakan adalah pertanian tanaman semusim atau
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat; d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
tahunan yang disertai tindakan konservasi dan ekowisata; f.
cagar budaya;
kegiatan yang tidak mengolah tanah secara intensif, kecuali dipandang memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi kepentingan regional dan nasional;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam; dan
g. pembangunan sarana dan prasarana dibatasi agar lestari;
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung geologi;
h. bangunan yang sudah ada dan tidak mengganggu fungsi lindung diperkenankan selama
memenuhi ketentuan tata bangunan dan tetap melakukan tindakan konservasi; 12. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung disusun dengan
i.
memperhatikan: a. kegiatan yang diperbolehkan untuk perlindungan kawasan resapan air dan berfungsi
dilarang menyelenggarakan kegiatan yang bersifat menutup kemungkinan adanya infiltrasi air ke dalam tanah; dan
j.
pertambangan dan perindustrian yang bersifat membuka hutan tidak diperkenankan.
sebagai daerah tangkapan air; b. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam; c. pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan
14. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan pantai disusun dengan memperhatikan : a. prioritas pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau dan fungsi konservasi lainnya;
tutupan vegetasi; VIII - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
b. kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat
perlindungan kawasan sempadan pantai dari abrasi dan infiltrasi air laut ke dalam tanah;
17. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan waduk/danau disusun dengan memperhatikan :
c. kegiatan prasarana dan sarana yang mendukung transportasi laut;
a. pemanfaatan untuk kegiatan preservasi dan konservasi seperti reboisasi lahan;
d. kegiatan perikanan dan budidaya laut yang tidak merusak lingkungan;
b. pelarangan semua kegiatan yang dapat menimbulkan pengalih fungsian lindung dan
e. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi; f.
perusakan kualitas air;
pengembangan sempadan pantai sepanjang 100 m dari pasang tertinggi akan diarahkan untuk fungsi RTH;
c. pelarangan untuk kegiatan pariwisata dan budidaya lain dengan syarat tidak menyebabkan kerusakan kualitas air;
g. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan perikanan dan
d. perlu prasarana bangunan konservasi waduk.
rekreasi pantai; h. tanah oloran, yang dimaksud dengan tanah oloran disini adalah pantai atau laut yang
i.
j.
18. Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
untuk
kawasan
suaka
alam
disusun
dengan
dijadikan daratan atau reklamasi ;
memperhatikan :
ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c kecuali
a. pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
bangunan penunjang perikanan; dan
b. ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;
ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis,
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud
dan estetika kawasan.
pada huruf a; d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan
15. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai disusun dengan memperhatikan : a. prioritas pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau dan fungsi konservasi lainnya;
e. ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan
merupakan flora dan satwa endemik kawasan.
b. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; c. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk
pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
19. Ketentuan umum peraturan zonasiuntuk kawasan kawasan pantai berhutan bakau disusun dengan memperhatikan :
d. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi maupun
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam;
fasilitas pendukungnya serta bangunan rumah tinggal, dengan memperhatikan dan
b. ketentuan pelarangan pemanfaatan kayu bakau; dan
mempertimbangkan kualitas dan daya dukung-daya tampung sungai dan atau danau yang
c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah mengurangi luas dan/atau
ada serta keamanan dari masyarakat secara umum yang memanfaatkan ruang tersebut;
mencemari ekosistem bakau.
dan e. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
20. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan disusun dengan memperhatikan :
16. Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
untuk
sempadan
mata
air
disusun
dengan
memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan.
b. kegiatan yang diperbolehkan adalah penghutanan untuk menjaga ketersediaan air tanah; c. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap mata air; dan d. pelarangan kegiatan penggalian yang mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air.
VIII - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
21. Ketentuan umum peraturan zonasiuntuk kawasan rawan bencana alam rawan banjir dan
c. konservasi sungai sebagai kawasan pertanian lahan basah dengan mempertimbangkan
kawasan rawan gelombang pasang disusun dengan memperhatikan :
daya dukung lingkungan; dan
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman
d. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian
bencana;
sebagaimana diuraikan pada huruf a dan b diatas, yang termasuk sebagai lahan
b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
pertanian abadi atau yang ditetapkan oleh sebagai sentra lahan pertanian basah.
c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana dan kepentingan umum;
25. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian lahan kering disusun
d.
penetapan batas dataran banjir dan rawan gelombang;
dengan memperhatikan :
e.
pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum
a. pemanfaatan lahan untuk kegiatan agropolitan yang tidak merusak lingkungan;
dengan kepadatan rendah; dan f.
b. penyediaan infrastruktur yang tidak menurunkan daya dukung kawasan pertanian;
ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas
c. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali
umum penting lainnya.
terbatas untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama, dan fasilitas pendukung pertanian yang sangat mempengaruhi pada upaya peningkatan produktivitas dan
22. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi disusun dengan memperhatikan:
pengolahan hasil panen sesuai ketentuan yang berlaku; d. dilarang menyelenggarakan pemanfaatan lahan untuk fungsi yang berdampak negatif
a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya
kehutanan;
terhadap keseimbangan ekologis; e. dilarang pengembangan agroindustri dengan mesin berat dan limbah berbahaya;dan
b. pengembangan infrastruktur yang diijinkan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil
hutan dan fungsi sosial;
f.
ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. dilarang menyelenggarakan pemanfaatan lahan untuk fungsi yang berdampak negatif
terhadap keseimbangan ekologis; dan
26. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian holtikultura disusun
d. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan.
dengan memperhatikan : a. pemanfaatanruanguntukpermukimanpetanidengankepadatan rendah; dan
23. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan hutan
rakyat disusun
dengan
memperhatikan :
b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali
untuk pembangunan system jaringan prasarana utama.
a. pemanfaatan hasil hutan dengan memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan; dan b. perubahan alih fungsi agar dikordinasikan dengan pemerintah daerah.
27. Ketentuan umum peraturan zonasiuntuk kawasan peruntukan perkebunan disusun dengan memperhatikan :
24. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian lahan basah disusun dengan memperhatikan : a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah; b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali
a. diijinkan untuk penanaman tanaman perkebunan secara terus menerus sesuai dengan pola tanam tertentu dan kesesuaian daya dukung lahannya; b. diijinkan untuk pengembangan komoditas baru yang potensial dan memiliki kesesuaian lahan dengan kategori sesuai;
terbatas untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama, dan fasilitas pendukung
c. pemanfaatan lahan untuk infrastruktur penunjang perkebunan dan fasilitas sosial;
pertanian yang sangat mempengaruhi pada upaya peningkatan produktivitas dan
d. kawasan perkebunan yang dikembangkan tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang
pengolahan hasil panen sesuai ketentuan yang berlaku;
lain, dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian; VIII - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
e. peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran
memperhatikan :
serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; f. penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan
pemanfaatan
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan kawasan industri (KI), industri rumah tangga, serta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM); b. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan
keindahan/estetika; dan g. dilarang
30. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industry disusun dengan
lahan
untuk
fungsi
yang
berdampak
negatif
terhadap
keseimbangan ekologis.
penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; c. pembatasan pembangunan rumah tinggal di dalam lokasi Kawasan Peruntukan Industri
28. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan disusun dengan memperhatikan : a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan minapolitan, permukiman petani atau nelayan
dengan kepadatan rendah, untuk kawasan pemijahan dan kawasan sabuk hijau; b. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari; dan c. pelarangan bagi pemanfaatan lahan untuk fungsi non perikanan yang berdampak negatif
terhadap keseimbangan ekologis.
(KPI) untuk mengurangi dampak negatif pengaruh dari keberadaan industri terhadap permukiman yang ada; d. ketentuan pelarangan peruntukkan lain selain industri maupun fasilitas pendukungnya dalam kawasan yang ditetapkan sebagai KI sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali Kawasan Peruntukan Industri, industri rumah tangga serta KI untuk UMKM; e. pemanfaatan ruang KI untuk UMKM, diarahkan untuk pemanfaatan rumah tinggal, kegiatan produksi, tempat proses produksi, fasilitas pendukung permukiman maupun industri akan diatur tersendiri secara khusus berdasarkan peraturan perundangan;
29. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan disusun dengan
f. pemanfaatan ruang untuk industri rumah tangga, diijinkan pemanfaatannya dalam
memperhatikan :
kawasan permukiman dengan pembatasan pada luasan lahan, dan dampak yang
a. ketentuan pelarangan pemanfaatan pertambangan pada kawasan dengan fungsi lindung,
ditimbulkan sesuai peraturan perundangan; dan
kawasan pertanian lahan basah dan lahan pertanian berkelanjutan, serta kawasan budidaya terbangun; b. ketentuan pemanfaatan pertambangan pada kawasan yang telah diarahkan sebagai rencana pengembangan penambangan, dengan memperhatikan keseimbangan antara
g. pemanfaatan ruang untuk pergudangan antara lain berupa gudang untuk industri, perdagangan,
stasiun
pengisian
bahan
bakar
dan
kegiatan
sejenis
diijinkan
pemanfaatannya dalam kawasan permukiman dengan pembatasan pada luasan lahan, dan dampak yang ditimbulkan sesuai peraturan perundangan.
biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan manfaat, termasuk pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan, berdasarkan analisa teknis dari instansi teknis yang terkait; c. ketentuan pelarangan bagi kegiatan pertambangan yang tidak bernilai ekonomi tinggi dan mengabaikan kelestarian lingkungan; dan d. ketentuan Wilayah Usaha Petambangan (WUP), Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Usaha Pertambangan Khusus (WUPK).
31. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan memperhatikan : a.pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya
tampung lingkungan; b. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau; c. pembatasan pendirian bangunan kecuali permukiman penduduk pada koridor jalur wisata
utama maupun kawasan atau obyek wisata hanya untuk kegiatan atau peruntukan lahan yang menunjang kegiatan pariwisata; d. ketentuan pelarangan bagi kegiatan yang dapat mengurangi nilai obyek wisata serta
dapat mencemari lingkungan; dan
VIII - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
e. ketentuan pelarangan bagi kegiatan pariwisata yang bertentangan dengan fungsi
c. mendorong pelestarian adat dan budaya melalui dukungan penyelenggaraan ritual
kawasan, terutama pada kawasan lindung.
keagamaan budaya dan adat.
32. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman disusun dengan memperhatikan :
36. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis penunjang ekonomi meliputi :
a. program perbaikan kawasan permukiman dengan pemenuhan persyaratan kualitas fisik
a. penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kawasan
rumah layak huni;
perkotaan, yang memiliki fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri, transportasi
b. penataan kawasan pedesaan dan perkotaan dengan mempertimbangkan keseimbangan
dan berbagai peruntukan lainnya yang menunjang ekonomi wilayah sehingga
fungsi antara pengembangan permukiman dengan pengembangan fungsi lainnya; c. penyediaan sarana dan prasarana permukiman yang tersebar merata;
menimbulkan minat investasi yang besar; b. pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi ini harus diupayakan untuk
d. pemenuhan kebutuhan perumahan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;
mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui arahan
e. memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan permukiman baru; dan
bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-masing;
f. memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas atau prasarana
c. pada kawasan strategis secara ekonomi ini harus dialokasikan ruang atau zona secara
yang dibutuhkan.
khusus untuk industri, perdagangan - jasa dan jasa wisata perkotaan sehingga secara keseluruhan menjadi kawasan yang menarik.
33. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Rencana Tata Ruang Kawasan Pesisir zona
d. ketentuan pemanfaatan ruang harus dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk
konservasi atau lindung, disusun dengan memperhatikan :
memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya tinggi serta zona
a. penetapan fungsi kawasan konservasi atau lindung ;
tersebut harus tetap dipertahankan;
b . perlindungan terhadap ekosistem pesisir; dan
e. pada kawasan strategis ekonomi ini boleh diadakan perubahan ruang pada zona yang
c. pengaturan terhadap pemanfaatan kawasan lindung untuk kegiatan penelitian dan
bukan zona inti, tetapi harus tetap mendukung fungsi utama kawasan sebagai
pendidikan.
penggerak ekonomi dan boleh dilakukan tanpa merubah fungsi zona utama yang telah ditetapkan;
34. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Rencana Tata Ruang Kawasan Pesisir zona
f.
pengembangan, disusun dengan memperhatikan :
perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang terbuka di kawasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas ambang penyediaan ruang terbuka;
a. penjagaan, pencegahan dan pembatasan kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan
g. dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi ini zona yang dinilai penting tidak boleh
perubahan fungsi kawasan pesisir; dan
dilakukan perubahan fungsi dasarnya;
b. pemanfaatan kegiatan perikanan dan pariwisata yang ramah lingkungan.
h. pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila didekatnya akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan akan mengganggu permukiman harus
35. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Rencana Tata Ruang Kawasan Pesisir zona
disediakan fungsi penyangga sehingga fungsi zona tidak boleh bertentangan secara
pengembangandi darat, disusun dengan memperhatikan : a. pemberian
akses
pemanfaatan
sumber
daya
langsung pada zona yang berdekatan; ikan
dan
ekosistemnya
dengan
i.
untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada kawasan terbangun
memperhatikan aspek kemitraan, keterpaduan, keberlanjutan, dan kelestarian serta
tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar area yang telah ditetapkan
dalam pelaksanaannya tidak mengubah fungsi kawasan;
sebagai bagian dari rumija atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan
b. pemberdayaan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam melakukan perlindungan di
seperti yang telah ditetapkan; dan
wilayah pesisir; dan VIII - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
j.
pengaturan zonasi dan pengelolaan kawasan terbagi dalam pengaturan zonasi dan
f.
pengelolaan kawasan lindung atau konservasi dan pengaturan zonasi dan pengelolaan
untuk kegiatan pertambangan; dan
kawasan budidaya berdasarkan fungsi dan aspek pengelolaannya.
37. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis social budaya meliputi : a. kawasan sosial budaya terdiri atas kawasan peninggalan sejarah yakni wisata religi harus dilindungi dan salah satu fungsi yang ditingkatkan adalah wisata budaya.
pengoptimalan lahan penambangan yang sudah ada agar tidak terjadi perluasan lahan
g. pengembangan sarana penunjang untuk kegiatan pertambangan. Fungsi peraturan zonasi antara lain : a. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan. Peraturan zoning yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya. b. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional. Ketentuan zoning dapat menjadi
b. penetapan radius tertentu untuk melindungi kawasan wisata religi dari perubahan
jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat
fungsi yang tidak mendukung keberadaan wisata budaya atau dari kegiatan yang
ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana
intensitasnya tinggi sehingga menggagu estetika dan fungsi wisata religi tersebut;
yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci, yang terdiri dari : •
Indikasi arahan pengaturan jaringan transportasi;
•
Indikasi jaringan energi/listrik;
•
indikasi jaringan telekomunikasi;
•
Indikasi jaringan pengairan;
e. pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan
•
Indikasi arahan pengaturan zonasi untuk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan;
atau perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi
•
Indikasi arahan pengaturan zonasi untuk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan;
dasarnya;
•
Indikasi arahan pengaturan zonasi Kawasan Lindung;
penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak boleh dilakukan untuk fungsi
•
Indikasi arahan pengaturan zonasi Kawasan Budidaya;
yang bertentangan, misalnya perdagangan dan jasa yang tidak terkait pariwisata
•
Indikasi arahan pengaturan zonasi untuk Rencana Tata Ruang Kawasan Pesisir;
religi; dan
•
Indikasi arahan pengaturan zonasi untuk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis;
c. bila sekitar kawasan ini sudah terdapat bangunan permukiman, harus dibatasi pengembanganya; d. untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi penunjang yang saling menunjang kegiatan pariwisata tanpa menghilangkan identitas dan karakter kawasan;
f.
g. pada sekitar zona ini bangunan tidak boleh melebihi ketinggian duapertiga dari wisata
c. Sebagai panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan.
religi. Dasar penerapan zoning adalah : 38. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis yang memiliki fungsi lingkungan meliputi: a. pada kawasan harus ada pengendalian yang ketat agar tidak merusak lingkungan b. pemanfaatan bahan galian mineral batuan secara optimal dengan tetap menjaga
a. Kewenangan police power (kewenangan pemerintah membuat peraturan untuk melindungi kesehatan masyarakat, keselamatan dan kesejahteraan umum). b. Mengintervensi kehidupan private masyarakat bagi perlindungan kesehatan masyarakat, keselamatan dan kesejahteraan.
kelestarian lingkungan hidup; c. pada kawasan bekas penambangan dimanfaatkan sebagai hutan lindung dengan cara dilakukan pengurukan terlebih dahulu;
Hak membangun masyarakat dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang rasional, yang tidak mengandung niat buruk, diskriminasi, tidak beralasan atau tidak pasti.
d. pada sekitar zona penambangan tidak boleh ada permukiman karena rawan terjadi kelongsoran; e. dilakukan kerjasama antara pihak swasta, masyarakat dan pemerintah mengenai kegiatan penambangan; VIII - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
8.1.2 Ketentuan Perizinan Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
Izin pemanfaatan ruang yang diberikan dalam rangka mewujudkan pembangunan secara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam Undang-undang No. 26 Tahun
terpadu, pemanfaatan ruang secara lestari, optimal, seimbang dan serasi serta berhak diperoleh
2007 pasal 37 disebutkan bahwa :
oleh setiap warga negara dan badan hukum.
1. Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai
Syarat-syarat izin pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, adalah : 1. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai
3. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan
prosedur yang benar, batal demi hukum. 3. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah
5. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. 4. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat dimintakan
6. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan
penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin. 5. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata
ganti kerugian yang layak.
ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
7. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
memberikan ganti kerugian yang layak. 6. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan peraturan
dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang
pemerintah.
layak diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 37 dijelaskan bahwa, yang dimaksud dengan
A. Dasar Hukum Izin Pemanfaatan Ruang
perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan
Dasar hukum setiap orang/Badan Hukum untuk memperoleh izin pemanfaatan ruang, antara
peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin
lain:
dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang dan kualitas ruang.
1. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 2. UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
8.1.2.1 Izin Pemanfaatan Ruang
3. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
Izin pemanfaatan ruang di Kabupaten Lamongan telah tertuang dalam Undang-undang No. 26
4. PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundandang-undangan. VIII - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
B. Latar Belakang Izin Pemanfaatan Ruang
9. Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak dan
Latar belakang penyusunan izin pemanfaatan ruang antara lain :
Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi.
1. Dengan semakin pesatnya perkembangan kota sesuai laju perkembangan yang beraneka
10. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah diperlukan adanya pelaksanaan pembangunan dengan
ragam budaya dan sifat penghidupan perkotaan disusunnya perencanaan tata kota Yang
pengaturan keserasian penataan lokasi bagi pentingnya pembangunan yang disesuaikan
seimbang, sehingga perlu pengarahan, penelitian, perencanaan dan pengembangan.
dengan RTRK.
Untuk menciptakan tertib pembangunan dan pengembangan kota sebagai unsur Pembangunan Nasional yang sesuai dengan kebijaksanaan secara Terpadu, Optimal,
Jenis-jenis perizinan terkait dengan pemanfaatan ruang antara lain meliputi :
Seimbang dan Serasi sangat diperlukan agar pembangunan sesuai dengan keinginan
a.
Izin prinsip;
masyarakat yang dinamis dan harmonis. Untuk itu langkah awal adalah pengetrapan
b.
Izin Lokasi;
perencanaan tata kota yang seimbang.
c.
Izin pemanfaatan ruang;
2. Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dijelaskan bahwa
d.
Izin pendirikan bangunan; dan
untuk menjamin tercapainya tujuan penataan ruang harus mempunyai satu kesatuan
e.
Izin lain berdasarkan paraturan perundang-undangan.
sebagai proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian ruang.
Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang yang menjadi wewenang pemerintah
3. Tata Ruang merupakan bagian dari suatu obyek perkembangan kota yang dapat
kabupaten mencakup pengaturan keterlibatan masing-masing instansi perangkat daerah terkait
mengendalikan penataan ruang dan lingkungan serta fasilitas pendukung perkotaan,
dalam setiap perizinan yang diterbitkan;
kemudian perencanaan juga mempunyai sifat yang berkelanjutan dan fleksibel, atau bisa
Ketentuan teknis procedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruang maupun forum
bertambah sesuai dengan keadaan yang ada.
pengambilan keputusan atas izin yang akan dikeluarkan, yang akan menjadi dasar
4. Tujuan Rencana Perkotaan dan Perdesaan, yaitu :
pengembangan standar operasional prosedur (SOP) perizinan; dan
Rencana pengembangan desa-kota yang disiapkan secara teknis maupun non teknis yang
Ketentuan pengambilan keputusan apabila dalam dokumen RTRW kabupaten belum memberikan
akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya, antara lain meliputi rencana peruntukan
ketentuan yang cukup tentang perizinan yang dimohonkan oleh masyarakat, individual maupun
tanah, sistem jaringan jalan, fasilitas (fasilitas sosial/ fasilitas umum) dan utilitas.
organisasi.
5. Maksud Rencana Perkotaan dan Perdesaan, yaitu : Rencana pengembangan desa-kota yang disiapkan secara teknis maupun non teknis yang
8.1.2.2 Izin Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Pengendalian Ketat
akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penataan desa-kota, antara lain meliputi
Kawasan pengendalian ketat (high control zone) merupakan kawasan yang memerlukan
rencana peruntukan tanah, sistem jaringan jalan, fasilitas (fasilitas sosial/fasilitas umum)
pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung,
dan utilitas.
mencegah dampak negatif, menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan.
6. Dalam pemanfaatan peruntukan penggunaan tanah harus mencerminkan pertumbuhan ekonomi daerah dan harus dapat dikendalikan serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat maupun PAD serta tidak mengganggu ketertiban dan keamanan. 7. Rencana Tata Ruang mempunyai sifat dinamis dan terbuka untuk umum sehingga dapat menampung dan mengantisipasi pertumbuhan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. 8. Seseorang atau warga dapat memperoleh informasi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, pada Instansi yang berwenang di Kabupaten Lamongan.
Kawasan pengendalian ketat meliputi pemanfaatan ruang di sekitar : a. Kawasan perdagangan regional Kawasan perdagangan regional merupakan tempat yang dipergunakan untuk aktivitas perdagangan antar wilayah yang didorong untuk memenuhi kebutuhan regional bahkan nasional, yang dapat menampung kegiatan perdagangan dari semua komoditas seperti pertanian, industri pengolahan dan jasa dalam jumlah besar serta merupakan pusat koleksi dan distribusi barang dengan jaminan kualitas dan harga yang ditunjang oleh infrastruktur transportasi yang memadai.
VIII - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
• Jalan lokal primer;
b. Kawasan tertentu/fair ground, interchange jalan akses dan/atau rencana reklamasi pantai.
• Jalan kolektor sekunder.
Kawasan tertentu/fair ground, interchange jalan akses dan/atau rencana reklamasi pantai
merupakan kawasan yang memiliki kesatuan fungsional yang pengembangannya diarahkan
c)
• Ruang manfaat jalan, selain peruntukan untuk badan jalan, saluran tepi jalan dan
untuk kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, serta pengembangan kawasan industri. c. Wilayah aliran sungai, sumber air dan stren kali dengan sempadannya.
•
•
Kawasan yang berdasarkan bagian-bagian jalan merupakan:
ambang pengaman jalan;
Wilayah aliran sungai dan sumber air merupakan kawasan yang terkait dengan upaya
• Ruang milik jalan selain diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan dan pelebaran
menjaga fungsi tanah serta kualitas dan kuantitas air dalam rangka pemenuhan
jalan maupun penambahan jalur lalu Iintas dikemudian hari serta kebutuhan
kebutuhan air yang bersifat Iintas wilayah.
ruangan untuk pengamanan jalan;
Stren kali dengan sempadannya merupakan kawasan perlindungan setempat sekitar
• Ruang pengawasan jalan;
sempadan sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai ditetapkan sesuai
• Daerah diluar ruang pengawasan jalan;
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Area pengendalian ketat pada kawasan sekitar jalan tol yang termasuk
d. Kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian Iingkungan hidup meliputi kawasan
dalam Iingkup ini adalah daerah diluar daerah manfaat jalan, daerah milik jalan
resapan air atau sumber daya air, kawasan konservasi hutan bakau/mangrove. Kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian lingkungan hidup yang
dan daerah ruang pengawasan jalan tol. meliputi
d)
Prasarana wilayah dalam skala regional lainnya seperti area di sekitar jaringan pipa
kawasan resapan air atau sumber daya air, kawasan konservasi hutan bakau/mangrove
gas, jaringan SUTET dan TPA terpadu.
merupakan kawasan lindung yang terkait dengan fungsi kelestarian lingkungan hidup.
Kawasan sekitar prasarana wilayah dalam skala regional seperti area di sekitar
e. Transportasi terkait kawasan jaringan jalan, perkeretaapian, area/lingkup kepentingan
jaringan pipa gas, Jaringan SUTET dan TPA terpadu merupakan kawasan yang dapat
pelabuhan, kawasan di sekitar jalan arteri/tol.
dipergunakan untuk pembangunan fasilitas penunjang keberadaan prasarana
Transportasi terkait kawasan jaringan jalan, perkeretaapian, areal lingkup kepentingan
tersebut serta untuk pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan Ruang Terbuka
pelabuhan, kawasan di sekitar jalan arteri/tol merupakan kawasan di sekitar prasarana
Hijau dengan tidak membahayakan dan mengganggu kinerja prasarana wilayah.
transportasi regional yang memiliki aksesiblitas tinggi dan bersifat regional. •
• • •
e)
Kawasan rawan bencana.
Kawasan jaringan perkeretaapian adalah daerah ruang di luar daerah manfaat jalan,
• Kawasan rawan bencana alam merupakan kawasan yang memiliki kecenderungan
daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan kereta api termasuk bagian bawahnya
untuk mengalami peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
serta ruang bebas di atasnya.
alam. • Kawasan rawan bencana alam meliputi:
Kawasan/lingkup kepentingan pelabuhan, meliputi daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan.
-
Rawan letusan gunung api;
Kawasan/lingkup sekitar jalan arteri/tol meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan
-
Rawan banjir;
dan ruang pengawasan jalan.
-
Rawan gempa, gerakan tanah, longsor dan banjir bandang;
Area pengendalian ketat pada kawasan sekitar jalan yang termasuk dalam lingkup ini
-
Rawan tsunami.
• Pemanfaatan ruang di sekitar kawasan rawan bencana alam dapat dilakukan
adalah: a)
Kawasan yang berdasarkan status jalan merupakan jalan nasional dan jalan propinsi
b)
Kawasan yang berdasarkan fungsi jalan merupakan: • Jalan arteri primer; • Jalan kolektor primer;
pengembangan kawasan Iindung maupun ruang terbuka hijau. f)
Kawasan Iindung prioritas dan pertambangan skala regional. • Kawasan Iindung prioritas merupakan kawasan yang diutamakan dalam upaya mengembangkan dan membudidayakan tanaman keras.
VIII - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
• Kawasan Iindung prioritas tidak dapat dialihfungsikan dan digunakan sebagai pelestarian sumberdaya alam yang sekaligus menjadi kawasan perlindungan
Pencabutan Izin dilakukan setelah pemegang izin mendapatkan surat peringatan sebanyak 3
bawahan.
(tiga) kali berturut-turut masing-masing dengan tenggang waktu 14 (empat belas) hari.
• Kawasan pertambangan skala regional dalam luasan dan jenis tertentu yang merupakan kewenangan provinsi untuk mengaturnya dalam rangka penanganan yang berkelanjutan. g)
Kawasan konservasi alami, budaya dan yang bersifat unik dan khas. Kawasan konservasi alami, budaya dan yang bersifat unik dan khas merupakan kawasan yang diupayakan untuk melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, manusia dan buatan.
Pemanfaatan Ruang di kawasan pengendalian ketat harus mendapatkan izin dari Gubernur. Permohonan izin dilaksanakan sebelum pelaksanaan pembangunan fisik. Permohonan izin pemanfaatan ruang dilampiri dengan : a. Gambar teknis arsitektural (site plan, denah, tampak, potongan dan situasi); b. Gambar teknis konstruksi sipil ; c. Data pendukung berupa penguasaan tanah, lokasi bangunan berupa sertifikat hak milik atau bukti perjanjian sewa. Pemanfaatan ruang yang dimohonkan harus memenuhi syarat zoning yang akan diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri. Izin pemanfaatan ruang diberikan Gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dari Tim Asistensi. Tim Asistensi akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. Izin pemanfaatan ruang berlaku selama bangunan masih berdiri dan tidak terjadi perubahan bentuk fisik dan fungsi bangunan.
Izin yang telah diberikan dapat dicabut apabila : a. Tidak memenuhi ketentuan teknis; b. Melanggar ketentuan-ketentuan yang disyaratkan daiam surat izin dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; c. Pemegang izin mengembalikan izin yang telah diperolehnya.
VIII - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Tabel 8.1 Pengaturan Zonasi Kawasan Lindung/Konservasi Berdasarkan Fungsi dan Aspek Pengelolaannya ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
PENGELOLAAN DAN
FUNGSI TAMBAHAN
PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
KAWASAN 1
Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan
1. Pembagian status zona/penetapan batas lapangan secara jelas :
Zona perlindungan inti, merupakan
1. Inventarisasi potensi kawasan 2. Pengelolan potensi
1. Pengelolaan bersama
1. Pengembangan kegiatan
antara pihak pemerintah,
pengamanan oleh
swasta dan masyarakat,
masayarakat
bangunan/lingkungan cagar budaya
kawasan (sebagai wisata,
mengingat berbagai
dan IP yang dilindungi
penelitian dan
kepentingan dalam
masyarakat sekitar
Zona pemanfaatan, lingkungan di
pengembangan ilmu
pengelolaan. Karena cagar
kawasan sehingga tujuan
sekitar cagar budaya yang
pengetahuan)
budaya ini merupakan
konservasi dan
obyek wisata yang dapat
perlindungan lebih
dikembangkan bersama.
optimum
dimanfaatkan, baik sebagai permukiman masyarakat, maupun pariwisata 2. Pengukuhan status kawasan
3. Pengelolan penelitian dan pendidikan 4. Pembangunan sarana dan prasarana, meliputi : • Pemagaran untuk
2. Pengembangan integrasi dan koordinasi :
2. Sosialisasi dengan
3. Penyiapan instrumen hukum/peraturan dan
Pola pemanfaatan
sanksi yang tegas bagi
perlindungan
sarana dan prasarana
pelanggar.
mutlak/kawasan inti
antara masyarkat dan
• Pusat informasi, dimaksudkan sebagai
pemerintah
Mekanisme koordinasi
sarana pengembangan
dan integrasi antar
ilmu pengetahuan dan
pemerintah daerah
penelitian
terutama pengelolan pendanaan
5. Pada kawasan benda cagar budaya yang dijadikan
Mengembangkan
obyek wisata maka
kekuatan pengamanan
prasarana saran penunjang
kawasan oleh
harus terletak di kawasan
masyarakat melalui
inti.
pola kerjasama antara
6. Pada kawasan situs/cagar budaya tidak diperbolehkan adanya kegiatan dan bangunan
masyarakat dan pengusaha/swasta 3. Pengembangan institusi dan sumberdaya
VIII - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
PENGELOLAAN DAN
FUNGSI TAMBAHAN
PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
KAWASAN yang mengurangi nilai dan fungsi kawasan. 2
Kawasan perlindungan
1. Pengelolaan hutan lindung dimulai dari
bawahan yang meliputi
pembatasan zona lindung mutlak dan
hutan lindung dan
zona pemanfaatan
kawasan resapan air.
1. inventarisasi potensi
• Perlindungan dan
wilayah dan kerja sama
pengawasan kawasan,
pengelolaan antara
salah satunya dengan
lembaga/dinas terkait
pelibatan masyarakat
Kerjasama/kemitraan
dalam upaya konservasi
ilmu pengetahuan dan
dengan masyarakat dalam
sehingga dapat
pendidikan
pengelolaan hutan
meminimalkan upaya
perkebunan tanaman tahunan/tanaman 3. Penataan kawasan
lindung serta kawasan
perambahan hutan
keras. Jenis komoditas yang ditanam
penyangga dengan
resapan air
hingga ke zona inti oleh
disesuiakan dengan komoditas andalan
melakukan reboisasi pada
Kerjasama dalam
masyarakat. Upaya ini
wilayah tersebut.
kawasan perlindungan yang
tindakan penyelamatan
diikuti pelatihan –
rusak
dan reboisasi hutan
pelatihan kegiatan
lindung
perekonomian produktif
Pengembangan kerja
kepada masyarakat yang
2. Pengembalian kawasan sesuai fungsinya/alih fungsi lahan 3. Kawasan resapan air yang diusulkan dapat dibudidayakan sebagai
4. Kawasan resapan air perlahan-lahan fungsinya ditingkatkan menjadi hutan
kawasan
Pembagian kewenangan
2. pengelolan potensi kawasan khususnya pariwisata, pengembangan
4. Untuk kawasan resapan air
lindung khususnya pada wilayah-wilayah
yang dibudidayakan
dengan kelerengan > 25 %. Pada zona ini
pengembangan hasil hutan
sama khususnya kawasan
masih menggantungkan
dapat dikukuhkan sebagai hutan lindung
non kayu, dan potensi
resapan air yang
perekonomian dari
dan tidak dibudidayakan.
lainnya tanpa
dibudidayakan khususnya
perambahan hutan.
mengakibatkan penurunan
pendanaan dan hasil
fungsi.
panenan.
Regulasi khususnya pengembangan obyek pariwisata di kawasan hutan lindung.
3
Kawasan Perlindungan setempat meliputi kawasan sekitar mata air, sekitar waduk/danau, sekitar rawa, sempadan sungai, sempadan pantai, pantai berhutan bakau Sempadan
Rawan bencana laut
pantai/kawasan pesisir
pasang
1. Penentuan zona atau kawasan budidaya dan sempadan daerah pesisir pantai. 2. Penentuan zona kawasan lindung/budidaya
1. Pengelolaan dan
1. Koordunasi secara
1. Pengawasan terhadap
pengembangan masing-
menyeluruh terhadap
guna lahan yang tidak
masing zona berdasarkan
semua komponen yang
sesuai fungsinya
potensi yang ada pada
terkait dalam pengelolaan
khususnya untuk daerah
VIII - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
PENGELOLAAN DAN
FUNGSI TAMBAHAN
PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
KAWASAN 3. Kawasan sempadan pesisir pantai sepanjang tepian yang lebarnya
masing-masing wilayah. 2. Pengembangan zona
proporsional dengan bentuk dan kondisi
mangrove sebagai
fisik pantai minimal 100 meter dari titik
perlindungan dari abrasi
pasang tertinggi ke arah darat
dan habitat untuk
4. Untuk kawasan pantai, sempadan pantai
dan penatan wilayah
pesisir rawan laut
peisir.
pasang tinggi.
2. Penataan kawasan tambak dengan dinas terkait 3. Penatan kawasan
pemijahan ikan dan biota
pariwisata bahari oleh
ditetapkan minimal 100 meter dari
lainnya. Pantai berhutan
dinas pariwisata
pasang tertinggi
bakau dikembangkan
5. Untuk kawasan pantai yang merupakan kawasan rawan bencana tsunami (resiko
sebagai obyek wisata 3. Zona tambak/perikanan
besar dan sedang) ditetapkan kawasan
darat. Pengembangan
bahaya 1 Tsunami, jarak dari pasang
budidaya perikanan
tertinggi adalah 3500 m, kawasan ini
dilengkapi dengan
terbagi beberapa zona:
pengadaan sarana dan
Zona mangrove
prasarana penunjang
Zona perikanan
industri perikanan
Zona perkebunan
4. Penataan kawasan permukiman
2. Pelibatan masyarakat nelayan dalam gerakan penanaman mangrove di wilayah pesisir. 3. Penyiapan instrumen hukum/peraturan dan sanksi yang tegas bagi pelanggar.
4. Zona perkebunan,
Zona permukiman
dikembangkan budidaya
Zona industri
tanaman yang cocok berada pada ketinggian cukup rendah dan jenis yang potensial dikembangkan di wilayah masing-masing. 5. Zona permukiman dan wisata bahari. Dari garis pasang tertinggi sejauh 3500 m. Pengembangan sarana pariwisata bahari dan permukiman 6. Zona pengembangan
VIII - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
PENGELOLAAN DAN
FUNGSI TAMBAHAN
PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
KAWASAN pelabuhan 4
Sempadan sungai
1. Penentuan kawasan sempadan bagi
Arahan kegiatan daerah hulu
Integrasi
antar pelaku
Pengawasan
daerah
perlindungan DAS dan zonasi
sungai :
khususnya dinas pengelola
bantaran sungai dari
pemanfaatan DAS berdasarkan daya
1. Pengaturan eksploitasi dan
baik di tingkat daerah
kegiatan budidaya
maupun propinsi.
khususnya di wilayah
dukung lingkungannya terutama untuk daerah tangkapannya.
pemeliharaan hutan 2. Pengaturan tanah-tanah
2. Penentuan kawasan sempadan sungai bagi perlindungan DAS yaitu sekurang-
perkebunan 3. Pengaturan tanah-tanah
kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan 50 meter di kiri kanan
pertanian 4. Pengaturan terhadap
Mekanisme
pengelolaan
yang jelas antar pelaku
perkotaan. Pengawasan
kualitas air
pemanfaat diantaranya
khususnya untuk wilayah
PDAM dan pengelola irigasi.
intake/pengambilan air
Dinas lingkungan hidup
PDAM. Untuk
anak sungai yang berada di luar
maraknya permukiman
khususnya untuk sungai
permukiman.
mewah dan industri
yang dimanfaatkan sebagai
dimana terdapat industri
agrobisnis
outlet pembuangan air
berat di sepanjang sungai
limbah.
diperlukan pengawasan
3. Pengelolaan zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi
5. Arahan kegiatan daerah
DAS. Berdasarkan tipologinya, DAS
sepanjang aliran sungai
Melibatkan
masyarakat
wilayah perkotaan
kuallitas efluent limbah
terbagi menjadi daerah hulu sungai,
6. Pengembangan irigasi
yang terdapat di sepanjang
yang dibuang ke badan
daerah sepanjang aliran sungai, daerah
7. Pengembangan drainase
sungai dalam kegiatan
air.
irigasi, daerah perkotaan dan industri,
8. Pembangunan sarana dan
konservasi sungai dan
serta daerah muara sungai dan pantai.
prasarana pengembangan
kegiatan pengawasan dan
limbah cair ini
sumber daya air.
pengendalian.
dikoordinasikan dengan
Pengawasan
pembuangan
(pengendalian banjir,
Badan Lingkungan Hidup
pengendalian sedimen,
setempat.
pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku)
9.
Bantaran sungai harus bebas dari bangunan
VIII - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
FUNGSI TAMBAHAN
PENGELOLAAN DAN PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
kecuali bangunan inspeksi sungai. 10. Pemanfaatan sempadan sungai sebagai wisata olah raga sebatas tidak mengganggu fungsi kelestarian sungai. 11. Untuk bantaran sungai dimana terjadi pemanfaatan diluar wisata & bang.inpeksi (mis : industri dan permukiman) dilakukan pembatasan dan diarahkan relokasi secara bertahap. 12. Pengembangan perikanan/tambak/perik anan darat 13. Pengembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis. 14. Khususnya untuk sungai klasifikasi I dimana airnya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk keperluan air minum diperlukan pengendalian ketat untuk
VIII - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN FUNGSI DASAR
NO
KAWASAN
PENGELOLAAN DAN
FUNGSI TAMBAHAN
PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
KAWASAN menjaga kualitasnya. 5
Kawasan sekitar mata
Penetapan
air
kawasan perlindungan
setempat radius 150 m dari mata air.
Kawasan
dengan radius 15 m
Integrasi
pengelolaan
Perlindungan dan
daerah mata air harus bebas
khususnya untuk wilayah
pengawasan pada sumber
dari bangunan kecuali
mata air yang dijadikan
air potensial. Kawasan
bangunan penyaluran air
objek wisata.
tersebut harus
Pengembangan
potensi
dikendalikan ketat
pariwisata di kawasan mata
mengingat kebutuhan air
air.
digunakan sebagai sumber air bersih regional.
Penyiapan peraturan dan sanksi yang tegas bagi pelanggar (pendirian bangunan secara permanen).
6
Kawasan Rawan Bencana Alam meliputi : rawan gerakan tanah dan longsor, rawan banjir dan rawan naiknya laut pasang Rawan gerakan tanah
Hutan lindung
Pemantapan zona dengan
dan longsor
1. Pengendalian dan
Pelatihan masyarakat
Pengawasan terhadap
mengembalikan kawasan sesuai fungsi,
penanggulangan tanah
yang berada di lokasi rawan
pembangunan rumah
karena wilayah rawan longsor sebagaian
longsor:
bencana dalam menghadapi
tinggal dan budi daya
kejadian bencana untuk
lainnya yang dapat
diatas lereng dan
menghindari korban pada
memicu gerakan tanah di
pemotongan di kaki lereng
saat terjadi bencana
kawasan rawan longsor
besar termasuk dalam kawasan hutan lindung dan resapan air. Pembatasan permukiman di wilayah
2. Menghindari penimbunan
rawan longsor khususnya pada kelerengan 3. Mencegah terjadinya > 25 % Pembatasan budidaya khususnya
pariwisata dan permukiman.
Kesiap siagaan dalam
Pemicu gerakan tanah:
penggerusan sungai yang
memberikan pertolongan
hujan, erosi, pembukan
dapat memicu gerakan
apabila terjadi kejadian
hutan, penanaman pohon
tanah
bencana
yang terlalu rapat,
4. Meratakan lekukan-lekukan yang memungkinkan terjadinya genangan air. 5. Mengendalaikan aliran permukaan pada lereng
pemotongan lereng.
Untuk kawasan yang menjadi objek wisata apabila terjadi hujan deras > 70 mm/jam dan
VIII - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
PENGELOLAAN DAN
FUNGSI TAMBAHAN
PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
sehingga tidak terjadi erosi
lebih dari 2jam disarankan
yang menimbulkan alur
obyek wisata ditutup
semakin dalam
sementara.
6. Melancarkan aliran air tanah 7. Penggunaan bangunan penambat 8. Penghijauan daerah gundul 9. Pengaturan tata guna lahan khususnya permukiman tidak pada kawasan kerentanan tanah yang tinggi/rawan longsor. 10. Untuk kawasan rawan longsor yang menjadi objek wisata harus ada ramburambu peringatan bahaya longsor. Bencana Banjir
• Penentuan kawasan sempadan bagi perlindungan DAS dan zonasi pemanfaatan DAS berdasarkan daya dukung lingkungannya. • Penentuan kawasan sempadan sungai
Arahan kegiatan dalam penanggulangan banjir : 1. Arahan kegiatan daerah
sepanjang aliran sungai 2. Pengaturan terhadap
bagi perlindungan DAS yaitu sekurang-
maraknya permukiman di
kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai
sepadan sungai
besar dan 50 meter di kiri kanan anak
3. Pengembangan irigasi
sungai yang berada di luar permukiman. 4. Pengembangan drainase
Sosialisasi kepada
masyarakat di sepanjang DAS, untuk tidak
Pengawasan terhadap daerah rawan bencana
Pengawasan dan
membangun bangunan semi
pemeliharaan terhadap
permanen atau permanen
sempadan sungai untuk
di sempadan sungai
dimanfaatkan sebagai lahan hijau yang ditanami sehingga dapat untuk memperkuat tanggul.
5. Pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan sumber daya air.
VIII - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
PENGELOLAAN DAN
FUNGSI TAMBAHAN
PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
(pengendalian banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku) 6. Bantaran sungai harus
bebas dari bangunan kecuali bangunan inspeksi sungai. 7. Pemanfaatan sempadan
sungai sebagai wisata olah raga sebatas tidak mengganggu fungsi kelestarian sungai. Rawan naiknya
Sempadan pantai
Penetapan zona rawan naknya laut
1. Mempertahankan bentukan
1. Pelatihan masyarakat
pasang khususnya diwilayah pantai yakni
alami sebagai pelindung
yang berada di lokasi
bentukan alami sebagai
3500 m dari garis pasang tertinggi
alam pada kawasan
rawan bencana dalam
pelindung alam pada
merupakan daerah bahaya 1 gelombang
permukiman di sekitar
menghadapi kejadian
kawasan permukiman di
laut pasang
pantai dari bahaya
bencana untuk
sekitar pantai dari
bencana.
menghindari korban pada
bahaya bencana.
gelombang pasang
Penatan kawasan pesisir dengan
petimbangan mitigasi bencana Penataan ruang pantai sebagai berikut
: -
Zona perikanan tangkap
-
Zona mangrove
-
Zona perikan darat/tambak
-
Zona perkebunan
-
Zona permukiman/wisata bahari.
2. Kawasan hutan mangrove
saat terjadi bencana
dan hutan perkebunan di
2. Kesiap siagaan dalam
daerah bahaya/sempadan
memberikan pertolongan
pantai berfungsi :
apabila terjadi kejadian
• Pemecah gelombang
Mempertahankan
bencana .
pasang • Memperlambat kecepatan gelombang
VIII - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
FUNGSI TAMBAHAN
PENGELOLAAN DAN PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
3. Revitalisasi ekosistem pesisir 4. Kawasan permukiman/wisata bahari diupayakan bentuk bangunan menyudut untuk menghindari hantaman gelombang 5. Pembagian zona kawasan budidaya di pesisir pantai dibagi dalam tiga zona. Zona-zona tersebut adalah: • Zona budidaya laut • Zona wisata • Zona pertambangan 6. Arahan kegiatan zona budidaya laut adalah kegiatan-kegiatan berupa: • Eksplorasi hasil laut dan distribusi hasil laut • Pembudidayaan hasil laut • Pematangan lokasi pertambakan dan distribusi hasil pertambakan 7. Pembangunan sarana dermaga dan pemecah gelombang 8. Peningkatan sarana tempat
VIII - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ASPEK PENGELOLAAN NO
FUNGSI DASAR KAWASAN
FUNGSI TAMBAHAN
PENGELOLAAN DAN PEMANTAPAN ZONA/KAWASAN
PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN
INTEGRASI DAN KOORDINASI
PERLINDUNGAN DAN
PELAKU
PENGAWASAN
pelelangan ikan 9. Peningkatan armada dan alat tangkap 10. Arahan kegiatan zona pariwisata laut adalah kegiatan berupa: • Penentuan lokasi ekowisata dan wisata pantai • Penentuan spot atau fasilitas wisata • Manajemen pemasaran 11. Arahan kegiatan zona pertambangan adalah kegiatan berupa: • Identifikasi lokasi potensi pertambangan
VIII - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Tabel 8.2 Pengaturan Zonasi Kawasan Budidaya AWASAN BUDIDAYA 1. Kawasan Pertanian Lahan Kering
Lahan Basah
KRITERIA KAWASAN
KEGIATAN YANG
UPAYA PENGEMBANGAN
DIREKOMENDASIKAN
Areal sawah tadah hujan juga dapat disebut sebagai Wilayah dengan ketinggian antara 54 – 100 meter dengan karakteristik tanah kering, kawasan pertanian pangan lahan kering dengan tidak maka kegiatan yang dapat dilakukan adalah : adanya sistem pengembangan pengairan. Kawasan Pengembangan jaringan irigasi untuk tersebut terletak di : dialiri air, jika volume waduk/embung yang ada di wilayah atas mencukupi. Ketinggian < 500 meter Pengembangan pola tanaman dengan Kelerengan < 40 % sistem terasiring. Kedalaman efektif tanah > 30cm Pengembangan perkebunan yang produktif.
Pengembangan
tanaman
dengan
sistem
tumpangsari Meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk pertanian Membuka lahan pada kawasan dengan akses tinggi sehingga kegiatan ekonomi juga tinggi. Dapat dikembangkan/dialih fungsikan sebagai lahan perkebunan
Pertanian lahan basah juga dapat disebut dengan Pengembangan sawah irigasi teknis atau Teknologi
konservasi
yang dapat diterapkan
pertanian irigasi teknis.
pencetakan sawah baru dilakukan dengan
penanaman dengan system terasering dan rorak
Ketinggian < 1000 meter
memprioritaskan
sawah
mengikuti arah contour. Jenis tegakan yang tepat
Kelerengan < 40 %
tadah hujan menjadi sawah irigasi sejalan
adalah : akasia, penanaman pohon buah (durian,
Kedalaman efektif tanah > 30cm
dengan
apokat)
perubahan
perluasan
jaringan
dari
irigasi
dan
pengembangan waduk/embung.
sehingga
dapat
dipanen
tanpa
mengganggu tegakannya.
Perubahan kawasan pertanian harus tetap Pengembangan tananan pangan dengan sistem memperhatikan
luas
kawasan
yang
dipertahankan;
dengan
demikian
perlu Diversifikasi
adanya
ketentuan
peruntukan lahan.
tentang
penukaran
terasiring. tanaman,
palawija-tanaman
perkebunan, perikanan. Pengembangan yang dilakukan dalam mengatasi penurunan tingkat produktifitas tanaman pangan padi
dapat
penyuluhan,
dicegah
dengan
pembinaan,
dan
memberikan pengembangan
potensi tanah yang ditunjang dengan program intensifikasi dan ekstensifikasi termasuk jaringan irigasi serta penerapan pengembangan tanaman padi organik dan berwawasan lingkungan. Mendorong pergantian tanaman padi lokal ke varietas padi yang hasilnya tinggi (HYV). Tanam padi dua kali dalam setahun juga menjadi sangat dimungkinkan.
VIII - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
AWASAN BUDIDAYA
KRITERIA KAWASAN
KEGIATAN YANG
UPAYA PENGEMBANGAN
DIREKOMENDASIKAN Untuk
mengurangi
pengembangan area
peralihan
fungsi,
maka
budidaya dibatasi pada
kelerangan 40 %, untuk mengatisipasi bahaya longsor. Membatasi
kegiatan
pembangunan
disekitar
kawasan pertanian potensial, dengan menyusun perda sebagai satu dasar hukum yang mengatur pembatasan
kegiatan
pembangunan
disekitar
kawasan pertanian potensial. Sawah yang merupakan lahan sawah kelas satu (S1),
sebaiknya
tidak
diadakan
perubahan
penggunaannya untuk kegiatan lainnya kecuali bila
sangat
diperlukan
dan
lahan
tersebut
terletak pada kawasan perkotaan. 2. Kawasan Perkebunan
Perkembangan kawasan perkebunan memiliki potensi Melestarikan kawasan perkebunan seperti Pengembalian ke fungsi budidaya ke lindung pada dikembangkan di :
kelapa, kopi, coklat dan cengkeh pada
Ketinggian 2000 meter
kawasan dataran tinggi sebagai tanaman Pengelolaan dengan tanaman produksi non kayu
Dengan kelerengan <40%
produktif
Kedalaman efektif tanah atas > 60 cm
sebagai tanaman konservasi.
Kesesuaian Lahan: Kawasan perkebunan dinyatakan memenuhi syarat
Kebun
dengan
campur
dipertahankan
fungsi
ekonomis
misal pinus, kayuputih, kebun teh, kebun kakao, dan tanaman keras lainnya.
dikelerengan dengan
dan
kawasan dengan kelerengan standart konservasi.
ini
mengganti
dapat Melibatkan masyarakat yang menggarap hutan jenis
tersebut
dalam
pengelolaan
reboisasi
dari
sebagai tanaman keras jika lahan di tanami dengan
tegakannya sehingga fungsi ekologis tidak
penanaman, perawatan, panen dan pasca panen.
tanaman tahunan
berkurang serta tetap dengan penerapan
Sehingga terpenuhi syarat ekologis dan ekonomis,
Diluar area banjir
teknik
(terasering)
masyarakat yang memanfaatkan hutan ini dapat
Dalam penetapan komoditi tanaman tahunan selain
mengingat tektur tanah halus lebih rawan
terus berproduksi tanpa mengganggu ekologis
erosi.
hutan
mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi
konservasi
tanah
tanah dan air juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika. 3. Permukiman
Permukiman dapat dikembangkan pada dataran di Intensitas permukiman perkotaan bawah 15 %
maka diharuskan mengikuti rencana kota
Permukiman pada wilayah dataran tinggi ditetapkan Perkembangan tidak pada wilayah konservasi.
tinggi,
permukiaman
membentuk kampung
Pada kawasan perkotaan diwajibkan ber-IMB sebagai upaya pengendalian.
dapat Pengembangan permukiman intensif. (kota besar dan Menengah)
VIII - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
AWASAN BUDIDAYA
KRITERIA KAWASAN Tidak terletak di dalam garis sempadan
KEGIATAN YANG
UPAYA PENGEMBANGAN Pengembangan
permukiman
DIREKOMENDASIKAN
yang
dapat
membentuk kota mandiri
Pengembangan
permukiman
produktif
(kota
sedang) Peningkatan fasilitas dan penyehatan lingkungan permukiman. Membatasi
dan
mengendalikan
kawasan
permukiman di area konservasi terutama pada kawasan pariwisata. 4. Kawasan Perikanan
Dikembangkan pada wilayah dengan persediaan Upaya pengembangan perikanan :
Meningkatkan
produktifitas
sumber daya air cukup dengan kelerengan < 8 % Mempertahankan tanaman bakau/mangrove
dengan
untuk perikanan darat, sedangkan perikanan laut
bandeng, udang windu, atau ikan hias dsb.
tersebar potensi berbagai komoditi ikan di perairan.
sebagai barrier area pertambakan.
pengembangbiakan
perikanan ikan
kolam
jenis
Nila,
Pengembangan budidaya perikanan air payau Peningkatan informasi pasar, terutama untuk dengan komoditi ikan bandeng, udang windu Menjaga
kelestarian
sumber
daya
kualitas ekspor seperti udang dan tuna.
air Pengembangan
terhadap pencemaran limbah industri. Intensifikasi dan pengendalian kualitas air
jenis
perikanan
darat
sesuai
dengan permintaan tertinggi di pasaran Penentuan skala pemasaran hasil produksi
Pengembangan budidaya ikan hias, mas dan Penanganan sistem pengelolaan pasca produksi nila
untuk menjaga kualitas
Intensifikasi dan pengendalian kualitas air Peningkatan produksi dengan memperbaiki sarana
prasarana
seperti
pengembangan
Kapal Nelayan, Optimalisasi TPI.
Perluasan
kegiatan
5. Kawasan Peternakan
perikanan
darat pada wilayah yang potensial, terutama pada kecamatan yang memiliki sistem pengairan yang baik
Informasi pasar untuk menjaga kestabilan Pengembangn harga
pengembangan
sektor
perikanan
kolam,
laut,
tambak sebagai potensi wisata minat khusus
Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk Menjaga kelestarian hewan ternak dengan Meningkatkan proses peternakan secara alami usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha pokok, maupun industri. Tidak berdekatan dengan wilayah permukiman Memilki kecukupan lahan untuk pengembangan
tetap meningkatkan hasil produksi
dengan mengembangkan padang penggembalaan. Peningkatan kesehatan ternak untuk mencapai kualitas daging ekspor. Untuk
mengantisipasi
berkurangnya
sumber
makanan ternak, maka untuk wilayah-wilayah yang potensial dalam pengembangan ternak besar dapat dikembangkan kegiatan penanaman rumput gajah
VIII - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
AWASAN BUDIDAYA 6. Kawasan Pertambangan
KRITERIA KAWASAN
KEGIATAN YANG
UPAYA PENGEMBANGAN
DIREKOMENDASIKAN
Suatu kawasan yang memiliki potensi sumber daya Pengendalian area pertambangan agar tidak Merehabilitasi alam
yang
dapat
dieksploitasi
dengan
mempertimbangkan dari berbagai aspek
Penambangan berdampak negative sangat
Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pemusatan
kegiatan
pertambangan
meluas dan mendekati kawasan konservasi.
serta
tidak
bekas
lokasi
tambang
dengan
melakukan penimbunan tanah subur sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan hijau.
besar dengan cakupan daerah yang luas tidak Melakukan Pasca Tambang dengan menyesuaikan dianjurkan dilakukan penambangan kembali.
mengganggu kelestarian fungsi lingkungan.
hasil akhir dalam bentuk : remodel, revegetasi dan reklamasi Lokasi pertambangan/galian tidak terletak di hulu sungai dengan ketinggian 500 meter Lokasi tambang tidak mengancam berdirinya bangunan penting
seperti : jembatan, tiang
transmisi, daerah militer, dan lapangan udara. Dan
sebaiknya
lokasi
berjarak
1
Km
dari
permukiman. Lokasi tambang mineral batuan tidak terdapat dalam zona resapan di puncak, maupun resapan landai. Dan apabila luas galian tambang > 25 Ha disungai atau luar sungai wajib melakukan studi AMDAL. 7. Kawasan industri
Mempunyai produksi
aksesbilitas maupun
dalam
terhadap
pemasaran lokasi
hasil Pengembangan
kawasan
industri
yang a. Industri yang mengolah bahan baku menjadi
bahan
dibangun dan dikelola secara khusus dapat
bahan setengah jadi dan atau menjadi bahan jadi
mentah/baku setempat. Dalam arti memiliki jarak
berbentuk kawasan yang disebut Kompleks
yang sumbernya dari wilayah itu sendiri atau
dekat dengan jaringan jalan utama
Industri (Industrial Complex) atau berbentuk
antar wilayah.
Kemudahan memperoleh air yang cukup.
estate yang disebut Estate Industri (Industrial b. Dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja
Tidak terletak di areal tanaman pangan/lahan basah
Estate).
serta tidak berbaur dengan kawasan permukiman. Mempertimbangkan rencana tata ruang terhadap penentuan lokasi industri.
Sedang
kawasan
yang
untuk berbagai tingkatan dan bidang keahlian di
belum/tidak dikelola secara khusus disebut
Kabupaten Lamongan pada umumnya, sehingga
sebagai
pengembangan
lahan/peruntukan
industri
industri
yang
selanjutnya dikenal sebagai kawasan industri
Tidak melampui daya dukung masing-masing wilayah
(umum)
kegiatan
industri
memberikan
dampak positif langsung terhadap masyarakat. c. Membentuk sistem dengan potensi utama
Pengembangan areal/lahan peruntukan yang secara khusus disediakan bagi sekumpulan Kawasan yang secara teknis digunakan sebagai lokasi industri
dengan
tidak
mengganggu
kelestarian
kegiatan keterkaitan
industri
yang
proses
produksi
mempunyai mulai
dari
VIII - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
AWASAN BUDIDAYA
KRITERIA KAWASAN lingkungan.
KEGIATAN YANG
UPAYA PENGEMBANGAN
DIREKOMENDASIKAN
industri dasar/hulu dan industri hilir, yang biasanya dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi.
8. Kawasan Pariwisata
Suatau kawasan yang memiliki keindahan alam baik Tetap pegunungan maupun pantai Suatu kawasan yang memiliki kekhasan budaya Suatu kawasan yang memiliki situs peninggalan bersejarah
melestarikan
alam
sekitar
untuk Pengembangan
menjaga keindahan obyek wisata. Tidak
melakukan
sistem
menggabungkan
pengerusakan
terhadap
obyek wisata alam seperti menebang pohon. Melestarikan
perairan
pantai,
memperkaya
tanaman
mangrove
dengan
paket
antara
wisata
wisata
yang
yang
telah
berkembang dengan obyek-obyek wisata yang belum
berkembang
sehingga
akan
saling
mendukung.
untuk Kesiapan internal setiap kawasan wisata dalam
mengembangkan ekosistem bawah laut yang
penyediaan
dapat di jadikan obyek wisata taman laut
mencakup akomodasi dan fasilitas penunjang
Menjaga
dan
melestarikan
peninggalan
bersejarah. Meningkatkan
kebutuhan
dasar
wisatawan,
lainnya. Menetapkan pangsa pasar setiap obyek wisata,
pencarian/penelusuran
terhadap benda bersejarah untuk menambah koleksi budaya. Pada obyek yang tidak memiliki akses yang cukup perlu ditingkatkan.
sehingga fasilitas yang disediakan sesuai dengan kebutuhan wisatawan yang berkunjung. Dalam
pengembangannya
mempertimbangkan
aspek
harus konservasi
tetap dan
kelestarian sekitar obyek wisata
Peningkatan sarana dan prasarana penunjang Mengembangkan jalur wisata potensial. pariwisata. Sumber : Hasil Rencana 2011
VIII - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
8.1.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif
diberikan antarpemerintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa :
yang penyelenggaraan pemanfaatan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang
1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan
dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang.
pemerintah daerah. 2. Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
A Ketentuan Pemberian Insentif 1. Ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pemberian
rencana tata ruang, berupa:
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan
perwujudannya dalam rencana tata ruang;
urun saham; b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur; c. Kemudahan prosedur perizinan; serta d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah. 3. Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa: a. Pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; serta b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
2. Ketentuan pemberian insentif berfungsi sebagai: a) Perangkat untuk mendorong kegiatan dalam pemanfaatan ruang pada promoted area yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan b) Katalisator perwujudan pemanfaatan ruang; 3. Ketentuan pemberian insentif disusun berdasarkan: a) Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kota dan/atau rencana detail tata ruang wilayah kabupaten; b) Ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan c) Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya. 4. Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa dalam wilayah
4. Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.
kabupaten dan kepada pemerintah daerah lainnya, dapat diberikan dalam bentuk:
5. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a) Pemberian kompensasi;
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;
b) Subsidi silang;
b. Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; serta
c) Penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
c. Pemerintah kepada masyarakat.
d) Publisitas atau promosi daerah;
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
5. Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat umum (investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya), dapat diberikan dalam bentuk: a) Pemberian kompensasi;
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 dijelaskan bahwa penerapan insentif atau
b) Pengurangan retribusi;
disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan skala kecil/individual sesuai dengan
c) Imbalan;
peraturan zonasi, sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan
d) Sewa ruang dan urun saham;
untuk perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan dimungkinkan adanya
e) Penyediaan prasarana dan sarana;
pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara bersamaan.
f) Penghargaan; dan/atau
Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk pemanfaatan ruang yang
g) Kemudahan perizinan.
tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi. Insentif dapat
6. Ketentuan insentif dimaksud harus dilengkapi dengan besaran dan jenis kompensasi yang dapat diberikan. VIII - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
B
Ketentuan Pemberian Disinsentif
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
1. Ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang;
2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian
2. Ketentuan pemberian disinsentif berfungsi sebagai perangkat untuk mencegah,
terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana
paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu
tata ruang (atau pada non-promoted area);
miliar lima ratus juta rupiah).
3. Ketentuan pemberian disinsentif disusun berdasarkan:
3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang,
a) Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten;
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
b) Ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
c) Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya. 4. Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa dalam wilayah kabupaten dan kepada pemerintah daerah lainnya, dapat diberikan dalam bentuk: a) Pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau b) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana. 5. Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat umum (investor, lembaga komersial, perorangan dan lain sebagainya), dapat diberikan dalam bentuk: a) Pengenaan pajak/retribusi yang tinggi; b) Pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan/atau c) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur. 6. Ketentuan disinsentif dimaksud harus dilengkapi dengan besaran dan jenis kompensasi yang dapat diberikan.
8.1.4 Arahan Sanksi Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Selanjutnya, dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 40 disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 Bab XI Pasal 69 - 75, diuraikan secara jelas tentang ketentuan pidana atau sanksi bagi pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang. Bentukbentuk ketentuan pidana tersebut antara lain mengatur bahwa :
A. Pasal 69 Pasal 69, berisikan ketentuan bahwa : 1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana VIII - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Tabel 8.3 Arahan Ketentuan Perijinan, Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Insentif, Disinsentif dan Arahan Sanksi Pada Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Lamongan ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
KAWASAN LINDUNG A. Kawasan Perlindungan Kawasan Bawahannya 1
Hutan Lindung
Apabila ada hutan produksi Kegiatan yang ada di hutan
Kegiatan yang sudah ada dan tidak
Pemilik/penguasa tanah
Pengembang kawasan
dan kegiatan budidaya
lindung yang tidak menjamin
menjamin fungsi lindung, secara bertahap
perorangan/badan
budidaya di kawasan
lainnya yang masuk
fungsi lindung, secara
dikembalikan pada fungsinya, dimana
hukum yang mencari
ini dikenai pajak
dalam hutan lindung agar
bertahap dikembalikan pada
pelaksanaannya disesuaikan dengan
keuntungan yang ada
khusus secara progesif
ditingkatkan upaya
fungsi hutan lindung. Proses
kondisi fisik, sosial dan ekonomi
sebelum penetapan
yang digunakan untuk
konservasinya menjadi
peralian fungsi disesuaikan
setempat, dan kemampuan pemerintah
rencana yang mampu
kompensasi biaya
hutan produksi terbatas
dengan kondisi fisik, sosial
disertai penggantian yang layak
mewujudkan hutan
pemulihan dan
lindung di atas
pemeliharaan
Pada kawasan lindung,
ekonomi setempat, dan
Kegiatan budidaya yang ada segera
kegiatan budidaya yang
kemampuan pemerintah
dikembalikan fungsinya pada hutan
tanahnya sendiri,
lingkungan. Nilainya
diperkenankan adalah
dengan pengembalian yang
lindung dan tidak diperkenankan
berhak mendapatkan
dihitung berdasarkan
kegiatan yang tidak
layak
dieksploitasi dengan cara penebangan
pengurangan
kerusakan lingkungan
kecuali dengan sangat terbatas
pengenaan pajak bumi
yang ditimbulkan
mengolah permukiman
Perbuatan hukum yang
tanah secara intensif
potensial mempersulit
seperti hutan atau
perwujudan kegiatan hutan
hanya kegiatan melihat pemandangan
pungutan lainnya yang
sarana dan prasarana
tanaman keras yang
lindung seperti pewarisan
alam/ecowisata
yang diperhitungkan
penunjang kegiatan
panennya atas dasar
untuk permukiman, atau jual Tanah rusak atau tanah gundul yang ada di
karena penguasaan
budidaya di kawasan
penebangan pohon secara
beli pada pihak yang ingin
hutan lindung segera dilakukan reboisasi,
atau pemilikan tanah
lindung
terbatas/terpilih
mengolah tanah secara
dan yang berada di luar hutan lindung
sehingga tidak terjadi
intensif atau membangun
dilakukan penghijauan
erosi tanah atau
bangunan fisik
merubah bentang alam
Pembangunan sarana dan
Kegiatan pariwisata yang diperkenankan
dan bangunan serta
Tidak diberikannya
Hak atas tanah yang sudah ada di hutan lindung tetap dihormati dan masih boleh
seperti penambangan
prasarana pada kawasan ini
dikuasai sepanjang kegiatan dan
bahan galian atau
dibatasi agar lestari.
penggunaan tanahnya memenuhi fungsi
perindustrian, kecuali
Bangunan yang sudah ada
lindung dan melakukan tindakan
kegiatan tersebut
dan tidak mengganggu fungsi
konservasi secara intensif
mempunyai nilai ekonomi
lindung masih diperkenankan
VIII - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
tinggi bagi kepentingan
selama dapat memenuhi
kabupaten, nasional
ketentuan tata bangunan
Bangunan tidak diperpanjang, kecuali bila
maupun regional
dan tetap melakukan
difungsikan untuk konservasi tanah dan
tindakan konservasi.
air. Penguasaan tanah oleh masyarakat di
Bangunan baru tidak
hutan lindung dikenakan pajak yang lebih
diijinkan
tinggi, dimana pengaturannya akan diatur
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
Untuk hak atas tanah, khususnya Hak Guna
oleh Keputusan Bupati Penguasaan dan pemilikan tanah yang cenderung bertentangan dengan kegiatan konservasi, secara bertahap dibebaskan hak atas tanahnya dengan penggantian yang layak oleh pemerintah untuk dikembalikan fungsinya menjadi hutan lindung, apabila pemilik/penguasa tanah tidak mampu mewujudkan hutan lindung di atas tanahnya sendiri Apabila pengambilalihan hak atas tanah atau hubungan yang telah ada sulit diwujudkan dalam batas waktu perencanaan karena keterbatasan anggaran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah dapat memprogramkan perwujudan hutan lindung melalui pemberian subsidi atau insentif kepada pemilik/penguasa lahan secara bertahap yaitu bantuan bibit, pembinaan teknis dan modal kerja 2
Resapan Air
Dapat dialokasikan sebagai
Dilarang menyelenggarakan
Kegiatan yang sudah ada dan tidak
Penguasaan tanah
Pengembang kawasan
kebun campuran,
kegiatan yang bersifat
menjamin fungsi lindung, secara bertahap
negara oleh
budidaya di kawasan
tanaman tahunan, hutan
menutup kemungkinan
dikembalikan pada fungsinya, dimana
masyarakat yang
ini dikenai pajak
produksi terbatas
adanya infiltrasi air ke
pelaksanaannya disesuaikan dengan
belum memperoleh
khusus secara progesif
ataupun hutan lindung
dalam tanah
kondisi fisik, sosial dan ekonomi
hak atas tanah
yang digunakan untuk
VIII - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN Kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah
perindustrian yang bersifat
kegiatan yang tidak
membuka hutan tidak
mengurangi fungsi
diperkenankan
lindung kawasan
INSENTIF
setempat, dan kemampuan pemerintah
menurut UUPA, bila
kompensasi biaya
disertai penggantian yang layak
kegiatan
pemulihan dan
penggarapnya sesuai
pemeliharaan
segera dilakukan reboisasi, dan yang
dengan fungsi lindung,
lingkungan. Nilainya
berada di luar hutan lindung dilakukan
pada tahap pertama
dihitung berdasarkan
penghijauan
dapat diberikan Hak
kerusakan lingkungan
Pakai (HP) dengan
yang ditimbulkan
SYARAT Pertambangan golongan C dan
Perbuatan hukum yang
Kegiatan yang masih boleh
potensial mempersulit
DISINSENTIF DAN ARAHAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Tanah rusak atau tanah gundul yang ada
Hak atas tanah yang sudah ada tetap
SANGSI
dilaksanakan adalah
perwujudan kegiatan fungsi
pertanian tanaman
lindung tidak diperkenankan
dihormati dan masih boleh dikuasai
persyaratan
semusim atau tahunan
kecuali kepada calon pemilik
sepanjang kegiatan dan penggunaan
peningkatan intensitas
sarana dan prasarana
yang disertai tindakan
tanah yang bersedia
tanahnya masih memenuhi fungsi lindung
penggunaan tanah
penunjang kegiatan
konservasi dan ecowisata
mewujudkan fungsi lindung
dan melakukan tindakan konservasi secara
mengutamakan fungsi
budidaya di kawasan
intensif
lindung. Apabila fungsi
lindung
Kegiatan yang tidak mengolah tanah secara
Untuk hak atas tanah, khususnya Hak Guna
lindung telah tercapai
intensif, kecuali
Bangunan tidak diperpanjang, kecuali bila
secara optimal dapat
dipandang memiliki nilai
difungsikan untuk konservasi tanah dan
ditingkatkan menjadi
ekonomi yang tinggi bagi
air
hak milik
kepentingan gerional dan nasional
Penguasaan dan pemilikan tanah yang
Pemilik/penguasa tanah
cenderung bertentangan dengan kegiatan
perorangan/bdn
Pembangunan sarana dan
konservasi, secara bertahap dibebaskan
hukum yang mencari
prasarana dibatasi agar
hak ataas tanahnya dengan penggantian
keuntungan sebelum
lestari. Bangunan yang
yang layak oleh pemerintah untuk
penetapan rencana yg
sudah ada dan tidak
dikembalikan fungsinya menjadi hutan
mampu mewujudkan
mengganggu fungsi
lindung, apabila pemilik/penguasa tanah
fungsi lindung di atas
lindung diperkenankan
tidak mampu mewujudkan hutan lindung
tanahnya sendiri,
selama memenuhi
di atas tanahnya sendiri
berhak mendapatkan
ketentuan tata bangunan
Apabila pengambilalihan hak atas tanah atau
Tidak diberikannya
pengurangan
dan tetap melakukan
hubungan yang telah ada sulit diwujudkan
pengenaan pajak bumi
tindakan konservasi.
dalam batas waktu perencanaan karena
dan bangunan serta
Bangunan baru tidak
keterbatasan anggaran pemerintah, baik
pungutan lainnya yang
diijinkan
pemerintah pusat maupun daerah dapat
diperhitungkan karena
memprogramkan perwujudan hutan
penguasaan atau
VIII - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT lindung melalui pemberian subsidi atau insentif kepada pemilik/penguasa lahan
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
pemilikan tanah Dukungan insentif
secara bertahap yaitu bantuan bibit,
berupa prasarana dan
pembinaan teknis dan modal kerja
sarana bagi yang memberikan dukungan pada aspek fungsi lindung kawasan
B. Kawasan Perlindungan Setempat 1
Sempadan Sungai
Pada kawasan sempadan
Dilarang mendirikan bangunan
Pada kawasan ini dibangun jalan inspeksi
Pemilik/penguasa tanah
Pengembang kawasan
sungai yang belum
di kawasan sempadan sungai
pada jalur jalan tertentu, sekaligus
perorangan/bdn
budidaya di kawasan
terbangun diijinkan
yang belum terbangun (IMB
berfungsi sebagai jalan lintas pada
hukum yang mencari
ini dikenai pajak
kegiatan pertanian
tidak diberikan)
umumnya
keuntungan yang ada
khusus secara progesif
sebelum penetapan
yang digunakan untuk
dengan jenis tanaman
Kegiatan/bentuk bangunan
Tanah pada sempadan sungai dikelola oleh
yang sesuai seperti
yang secara sengaja dan
instansi pemerintah dan diberikan Hak
rencana yg mampu
kompensasi biaya
tanaman keras, perdu,
jelas menghambat arah dan
Pakai
mewujudkan fungsi
pemulihan dan
pelindung sungai,
intensitas aliran air sama
lindung di atas
pemeliharaan
pemasangan papan
sekali tidak diperbolehkan
termasuk kegiatan pelurusan sungai atau
tanahnya sendiri,
lingkungan. Nilainya
Jika aliran sungai berpindah tempat,
reklame/pengumuman,
Kegiatan lain yang justru
kegiatan teknis pengairan lainnya, maka
berhak mendapatkan
dihitung berdasarkan
pemasangan fondasi dan
memperkuat fungsi
aliran sungai lama menjadi tanah negara
pengurangan
kerusakan lingkungan
rentangan kabel listrik,
perlindungan kawasan
bebas yang dapat dimohon hak tanahnya.
pengenaan pajak bumi
yang ditimbulkan
fondasi jembatan/jalan
sempadan sungai tetap boleh
Prioritas pemberian hak tanah diberikan
dan bangunan serta
yg bersifat sosial
dilaksanakan tapi dengan
kepada bekas pemilik tanah yang
pungutan lainnya yang
sarana dan prasarana
kemasyarakatan,
pengendalian agar tidak
tanahnya terkena aliran sungai yang baru,
diperhitungkan karena
penunjang kegiatan
bangunan
mengubah fungsi
sekaligus sebagai kompensasi tanahnya
penguasaan/pemilikan
budidaya di kawasan
bendung/bendungan dan
kegiatannya di masa yg akan
yang hilang
tanah
lindung
bangunan lalu lintas air
datang
(seperti dermaga), gardu Untuk kawasan terbangun
Tanah timbul di sungai berstatus tanah negara bebas
Dukungan insentif berupa prasarana dan
listrik, bangunan
diadakan program
telekomunikasi dan
konsolidasi tanah dan
sesuai, dibina untuk menyesuaikan
memberikan dukungan
pengontrol/pengukur
pemeliharaan lingkungan,
kegiatannya agar serasi atau sejalan
pada aspek fungsi
debit air
sedangkan yang belum
secara bertahap, dengan jalan
lindung kawasan
Pemilikan atau penguasaan tanah yang tidak
Tidak diberikannya
sarana bagi yang
VIII - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan
terbangun dilarang
membebaskan mereka dari pengenaan
memberikan IMB
pajak bumi dan bangunan atau bentuk
secara luas dapat
sumbangan lainnya yang dikaitkan dengan
diperbolehkan
pemilikan atau penguasaan tanah. Apabila
Kegiatan yang mampu
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
ybs tidak mampu melaksanakan
melindungi atau
penyesuaian dengan sukarela, maka
memperkuat tebing
pemerintah baik pusat maupun daerah
sungai atau saluran dari
dapat melakukan pembebasan lahan
kelongsoran, kegiatan
secara bertahap yang peruntukannya
yang tidak
untuk konservasi
memperlambat jalannya arus air, kecuali memang sengaja bermaksud untuk memperlambat laju arus air seperti pembuatan cek dam atau krib atau dam atau pembelok arus air sungai 2
Sempadan pantai
Kegiatan yang mampu
Kegiatan yang dikhawatirkan
melindungi atau
daapt mengganggu atau
dan apabila dimiliki masyarakat, maka
perorangan/bdn
budidaya di kawasan
memperkuat
mengurangi fungsi lindung
dibebaskan dengan penggantian yang
hukum yang mencari
ini dikenai pajak
perlindungan kawasan
kawasan
layak
keuntungan yang ada
khusus secara progesif
sebelum penetapan
yang digunakan untuk
sempadan pantai dari
Untuk kawasan terbangun
Tanah pada kawasan ini dimiliki oleh negara Pemilik/penguasa tanah
Pemilikan atau penguasaan tanah yang tidak
Pengembang kawasan
abrasi dan infiltrasi air
diadakan program
sesuai, dibina untuk menyesuaikan
rencana yg mampu
kompensasi biaya
laut ke dalam tanah
konsolidasi tanah dan
kegiatannya agar serasi atau sejalan
mewujudkan fungsi
pemulihan dan
pemeliharaan lingkungan,
secara bertahap, dengan jalan
lindung di atas
pemeliharaan
sarana yang mendukung
sedangkan yang belum
membebaskan mereka dari pengenaan
tanahnya sendiri,
lingkungan. Nilainya
transportasi laut
terbangun dilarang
pajak bumi dan bangunan atau bentuk
berhak mendapatkan
dihitung berdasarkan
memberikan IMB
sumbangan lainnya yang dikaitkan dengan
pengurangan
kerusakan lingkungan
pemilikan atau penguasaan tanah. Apabila
pengenaan pajak bumi
yang ditimbulkan
ybs tidak mampu melaksanakan
dan bangunan serta
Kegiatan prasarana dan
Kegiatan perikanan dan budidaya laut yang tidak
Tidak diberikannya
VIII - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
merusak lingkungan
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
penyesuaian dengan sukarela, maka
pungutan lainnya yang
sarana dan prasarana
pemerintah baik pusat maupun daerah
yang diperhitungkan
penunjang kegiatan
dapat melakukan pembebasan lahan
karena penguasaan
budidaya di kawasan
secara bertahap yang peruntukannya
atau pemilikan tanah
lindung
untuk konservasi berupa penanaman
Dukungan insentif
tanaman keras, tanaman perdu,
berupa prasarana dan
pemasangan beton untuk melindungi
sarana bagi yang
pantai dari abrasi.
memberikan dukungan
Untuk masyarakat pantai yang telah hidup di sepanjang pesisir pantai dan di atas laut,
pada aspek fungsi lindung kawasan
dilakukan konsolidasi dan penataan lingkungan serta kegiatan yang menambah pelestarian pantai dan laut 3
Sekitar waduk/rawa
Perikanan, ecowisata,
Dilarang menyelenggarakan
Penggunaan tanah terus diusahakan dengan
Pemilik/penguasa tanah
Pengembang kawasan
pertanian dengan jenis
kegiatan yang mengganggu
tetap menjaga kelestarian lingkungan
perorangan/ badan
budidaya di kawasan
tanaman yang diijinkan,
kelestarian daya tampung
konservasi atau green belt wajib
hukum yang mencari
ini dikenai pajak
pemasangan papan
waduk seperti pendirian
diusahakan
keuntungan yang ada
khusus secara progesif
pengumuman,
bangunan, permukiman dan
Pada kawasan yang sudah terbangun
sebelum penetapan
yang digunakan untuk
pemasangan fondasi dan
penanaman tanaman
diadakan program konsolidasi dan
rencana yg mampu
kompensasi biaya
rentang kabel, fondasi
semusim yang mempercepat
pemeliharaan lingkungan
mewujudkan fungsi
pemulihan dan
jalan/jembatan,
pendangkalan
lindung, berhak
pemeliharaan
oleh negara dan apabila dimiliki oleh
mendapatkan
lingkungan. Nilainya
bangunan lalu lintas air,
Kegiatan yang diperkenankan
Tanah pada kawasan sekitar waduk dikuasai
pengambilan dan
adalah kegiatan yang
masyarakat dibebaskan dengan
pengurangan
dihitung berdasarkan
pembuangan air serta
berkaitan dengan wisata
penggantian yang layak dan dapat
pengenaan PBB serta
kerusakan lingkungan
bangunan yang
seperti hotel, rumah makan,
diberikan Hak Pakai pada Dinas Pekerjaan
pungutan lainnya yang
yang ditimbulkan
mendukung kelestarian
tempat rekreasi dengan
Umum Pengairan
diperhitungkan karena Tidak diberikannya
kawasan
tetap mengupayakan
Pemilikan atau penguasaan tanah yang tidak
pembangunan fisik yang
sesuai, dibina untuk menyesuaikan
mampu mencegah terjadinya
kegiatannya agar serasi atau sejalan
sedimentasi ke dalam
secara bertahap, dengan jalan
waduk/danau
membebaskan mereka dari pengenaan
penguasaan/pemilikan
sarana dan prasarana
tanah
penunjang kegiatan budidaya di kawasan
Dukungan insentif
lindung
berupa prasarana dan
VIII - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT pajak bumi dan bangunan atau bentuk
sarana bagi yang
sumbangan lainnya yang dikaitkan dengan
memberikan dukungan
pemilikan atau penguasaan tanah. Apabila
pada aspek fungsi
ybs tidak mampu melaksanakan
lindung kawasan
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
penyesuaian dengan sukarela, maka pemerintah baik pusat maupun daerah dapat melakukan pembebasan lahan secara bertahap yang peruntukannya diprogramkan untuk kegiatan sabuk hijau / green belt 4
Sekitar Mata Air
Kegiatan yang diutamakan
Dilarang melakukan penggalian Kegiatan yang sudah ada dan dapat
Pemilik/penguasa tanah
Pengembang kawasan
adalah kegiatan
atau perubahan bentuk
mengganggu fungsi kawasan dipindahkan
perorangan/bdn
budidaya di kawasan
penghutanan atau
medan atau pembangunan
dengan penggantian yang layak
hukum yang mencari
ini dikenai pajak
tanaman tahunan yang
bangunan fisik yang
Kawasan sekitar mata air yang sumber
keuntungan yang ada
khusus secara progesif
produksinya tidak dengan
mengakibatkan penutupan
airnya dikelola oleh BUMD - PDAM dapat
sebelum penetapan
yang digunakan untuk
menebang pohon
jalannya mata air serta
diberikan hak pakai
rencana yg mampu
kompensasi biaya
mengganggu keberadaan dan Areal tanah pada kawasan sempadan mata
mewujudkan fungsi
pemulihan dan
kelestarian mata air
air dikuasai langsung oleh negara dan jika
lindung di atas
pemeliharaan
dikuasai masyarakat, maka diadakan
tanahnya sendiri,
lingkungan. Nilainya
penggantian yang layak
berhak mendapatkan
dihitung berdasarkan
pengurangan
kerusakan lingkungan
pengenaan pajak bumi
yang ditimbulkan
Persawahan dan perikanan masih diperkenankan Kegiatan yang masih diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengganggu mata air,
Tindakan konservasi yang diutamakan adalah yang bersifat vegetatif Kegiatan yang sifatnya tidak sesuai dengan
dan bangunan serta
Tidak diberikannya
pemasangan papan
ketentuan, baik secara swadaya maupun
pungutan lainnya yang
sarana dan prasarana
reklame/pengumuman,
penggantian yang layak oleh pemerintah
yang diperhitungkan
penunjang kegiatan
pondasi dan rentangan
menjadi tanah yang langsung dimiliki oleh
karena penguasaan
budidaya di kawasan
kabel listrik, kegiatan
negara, dan pemerintah memrogramkan
atau pemilikan tanah
lindung
sosial masyarakat yang
secara bertahap penggunaan tanah yang
tidak menggunakan tanah
mampu memelihara kelancaran jalannya
berupa prasarana dan
secara menetap atau
mata air
sarana bagi yang
terus menerus dan
Dilakukan penyesuaian kegiatan yang
Dukungan insentif
memberikan dukungan
VIII - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
bangunan lalu lintas air
mendukung pengkonservasian mata air
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
pada aspek fungsi lindung kawasan
C. Kawasan Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya 1
Pantai Berhutan Bakau
Kegiatan tambak dan
Dilarang melakukan kegiatan
Kegiatan yang sudah ada di dalam kawasan
Pemilik/penguasa tanah
Pengembang kawasan
kegiatan lain yang
yang tidak menunjang
cagar alam yang tidak sesuai dan
perorangan/bdn
budidaya di kawasan
berhubungan dengan
perlindungan terhadap
mengganggu fungsi kawasan secara
hukum yang mencari
ini dikenai pajak
aktifitas kelautan yang
habitat hutan bakau
bertahap akan dipindahkan dengan diberi
keuntungan yang ada
khusus secara progesif
penggantian yang layak oleh pemerintah
sebelum penetapan
yang digunakan untuk
rencana yg mampu
kompensasi biaya
mewujudkan fungsi
pemulihan dan
atau yang terancam rusak dan pada
lindung di atas
pemeliharaan
daerah daerah rawan terhadap bahaya
tanahnya sendiri,
lingkungan. Nilainya
banjir/rob dan abrasi pantai dilakukan
berhak mendapatkan
dihitung berdasarkan
penanaman kembali tanaman bakau
pengurangan
kerusakan lingkungan
pengenaan pajak bumi
yang ditimbulkan
tidak merusak hutan bakau
Pada wilayah hutan bakau yang telah rusak
dan bangunan serta pungutan lainnya yang yang diperhitungkan karena penguasaan atau pemilikan tanah 2
Cagar Budaya
Kegiatan pelestarian cagar
Dilarang melakukan kegiatan
Kegiatan yang sudah ada di dalam kawasan
Pemilik/penguasa tanah
Pengembang kawasan
budaya dengan
yang tidak menunjang
cagar budaya yang tidak sesuai dan
perorangan/bdn
budidaya di kawasan
pembatasan untuk lahan
perlindungan cagar budaya
mengganggu fungsi kawasan secara
hukum yang mencari
ini dikenai pajak
terbangun bagi
bertahap akan dipindahkan dengan diberi
keuntungan yang ada
khusus secara progesif
kepentingan pelestarian
penggantian yang layak oleh pemerintah
sebelum penetapan
yang digunakan untuk
rencana yg mampu
kompensasi biaya
mewujudkan fungsi
pemulihan dan
lindung di atas
pemeliharaan
tanahnya sendiri,
lingkungan. Nilainya
berhak mendapatkan
dihitung berdasarkan
cagar budaya
VIII - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
INSENTIF
SYARAT
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
pengurangan
kerusakan lingkungan
pengenaan pajak bumi
yang ditimbulkan
dan bangunan serta pungutan lainnya yang yang diperhitungkan karena penguasaan atau pemilikan tanah D. Kawasan Rawan Bencana 1
Rawan Bencana banjir
Pembangunan saluran
Dilarang melaksanakan
drainase dan kegiatan yang pencegah bencana
Untuk daerah yang sudah terbangun,
kegiatan permukiman
hendaknya diadakan penyuluhan akan
sarana dan prasarana
bahaya yang mungkin terjadi pada masa
penunjang kegiatan
yang berdampak buruk dan
yang akan datang, secara bertahap dan
budidaya di kawasan
mempengaruhi kelancaran
terencana permukiman dipindahkan
lindung
Dilarang melakukan kegiatan
banjir
Tidak diberikannya
tata drainase dan penanggulangan banjir lainnya
2
Rawan bencana erosi /
Tertutup bagi kegiatan
longsor
Untuk daerah yang sudah terbangun,
Tidak diberikannya
permukiman, persawahan,
hendaknya diadakan penyuluhan akan
sarana dan prasarana
tanaman semusim dan
bahaya yang mungkin terjadi pada masa
penunjang kegiatan
kegiatan budidaya lainnya
yang akan datang, secara bertahap dan
budidaya di kawasan
yang berbahaya bagi
terencana permukiman dipindahkan
lindung
keselamatan manusia dan lingkungan KAWASAN BUDIDAYA A. Kawasan Hutan Produksi 1
Hutan Produksi
Pemanfaatan hasil hutan
Dilarang menyelenggarakan
Hutan produksi di dalam kawasan hutan
Pemilik/penguasa tanah
Pengembang kawasan
dengan memperhatikan
pemanfaatan lahan untuk
yang dikelola oleh masyarakat (hutan
perorangan/bdn
budidaya di kawasan
prinsip-prinsip kelestarian
fungsi-fungsi yang
rakyat) dapat diberikan Hak Pakai atau
hukum yg mencari
ini dikenai pajak
lingkungan
berdampak negatif terhadap
Hak Milik sesuai dengan syarat subyek
keuntungan sebelum
khusus secara progesif
keseimbangan ekologis
sebagai pemegang hak
penetapan rencana yg
yang digunakan untuk
Pembangunan infrastruktur
VIII - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
yang diijinkan adalah
Apabila kriteria kawasan berubah fungsinya
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
mampu mewujudkan
kompensasi biaya
yang dibutuhkan untuk
menjadi utan lindung, pemanfaatannya
fungsi lindung di atas
pemulihan dan
menunjang kegiatan
disesuaikan dengan lebih mengutamakan
tanahnya,berhak
pemeliharaan
pemanfaatan hasil hutan
upaya konservasi (mis: kawasan hutan
mendapatkan
lingkungan
produksi dengan tebang pilih)
pengurangan PBB serta Nilainya dihitung
Kawasan hutan produksi yang ada dan
pungutan lainnya yang
berdasarkan kerusakan
fisiknya masih berupa hutan, tetap
diperhitungkan karena
lingkungan yang
dipertahankan untuk hutan produksi
penguasaan/pemilikan
ditimbulkan
Diadakan penertiban penguasaan dan pemilikan tanah serta pembinaan dan
tanah Dukungan insentif
Tidak diberikannya sarana dan prasarana
pemanfaatannya yang seimbang antara
berupa prasarana dan
penunjang kegiatan
kepentingan KPH dengan masyarakat
sarana bagi yang
budidaya di kawasan
setempat bagi kawasan yang fisiknya
memberikan dukungan
lindung
berupa hutan rakyat, tegalan atau
pada aspek fungsi
penggunaan non hutan lainnya dan sudah
lindung kawasan
menjadi lahan garapan masyarakat B. Kawasan Pertanian 1
Kawasan Pertanian Lahan Basah
Penanaman tanaman padi
Dilarang melaksanakan
Perlu pengaturan debit air irigasi, sehingga
Pengurangan PBB bagi
Pengenaan PBB yang
secara terus menerus
pembangunan fisik dengan
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan
penguasa/pemilik
lebih tinggi bagi
sesuai dengan pola tanam
fungsi yang tidak mendukung
air
tanah yang mampu
penguasa/pemilik
tertentu
kegiatan pertanian, kecuali
menghasilkan kondisi
tanah yang tidak
yang disyaratkan
mampu menghasilkan
Penanaman tanaman selain
kawasan tersebut berada di
Perlu pemeliharaan sumber air untuk menjaga kelangsungan irigasi
padi, dengan
kawasan perkotaan dimana
mempertimbangkan
kawasan lainnya tidak dapat
tingkat ketersediaan air
menampung kegiatan
dan optimalisasi
pembangunan yang
pengelolaan teknis budidaya padi sawah
memberikan dukungan
sarana dan prasarana
kemampuan produksi.
dibutuhkan kawasan
sesuai SK Menteri Pertanian No.
pada aspek fungsi
penunjang kegiatan
perkotaan.
175/KPT/RC-200/54/1987 tentang
lindung kawasan
Kegiatan penelitian
Pemanfaatan lahan untuk
diijinkan Pemanfaatan untuk
kegiatan pertanian bukan lahan basah
Mengendalikan permukiman dan budidaya lainnya Pada lereng > 8% perlu memperhatikan
Dukungan insentif berupa prasarana dan sarana bagi yang
kondisi yang disyaratkan Tidak diberikannya
Kenaikan pajak bagi
Pedoman Pola Pembangunan Pertanian di
pengalihfungsian
daerah Aliran Sungai
untuk kawasan
Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi
terbangun yang tidak
VIII - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN pembangunan
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
SYARAT Pengembangan untuk kawasan
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
tanaman padi secara terus menerus
sesuai dengan kegiatan
infrastruktur penunjang
strategis (pada jalan tol,
dengan pola tanam sesuai dengan
kegiatan pertanian
arteri, kolektor dan lokal
penetapan bupati. Penggunaan jenis
(irigasi)
serta tambang galian A)
tanaman lainnya selain padi
diijinkan dengan batas
diperkenankan apabila air tidak
maksimum 100 meter dari as
mencukupi atau adanya pertimbangan
jalan dan penggunaan lahan
pencapaian target ptimal, seperti
terbangun terbatas untuk
penyelenggaraan tanaman palawija.
kegiatan pertambangan
Untuk mengoptimalkan produksi tersebut wajib berpedoman pada pola tanam yang ditetapkan setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan Usaha pertanian berupa tegalan atau kebun campur, kebun sayur atau hutan rakyat pada areal yang potensial untuk memperoleh irigasi dan jaringan irigasi yang dibangun pemerintah dan mampu menjangkau tanah yang dimilikinya disarankan diubah menjadi sawah. Apabila tidak mampu, pemerintah daerah memprogramkan tanah miliknya menjadi peserta program pencetakan sawah baru Pembangunan gedung , perumahan dan pabrik atau bangunan fisik di kawasan pertanian lahan basah di luar kawasan perkotaan tidak diperkenankan kecuali bangunan fisik pendukung prasarana irigasi Untuk perkampungan atau bangunan fisik yang ada tidak diperkenankan melebar atau meluas ke areal sawah yang ada dan
VIII - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
dinyatakan sebagai kawasan pertanian lahan basah atau bukan sawah tetapi berpotensi untuk berkembang menjadi sawah Perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian wajib memperhatikan rencana produksi pangan secara nasional maupun regional serta ada Izin lokasi dna izin perubahan Penggunaan Tanah Pembangunan yang bersifat non pertanian diusahakan agar tidak menggunakan areal pertanian yang subur, beririgasi teknis, setengah teknis dan sederhana, serta berfungsi utama melindungi sumber daya alam dan warisan budaya Pelaksanaan konservasi tanah atas dasar status irigasi, produktivitas, sifat penggunaan tanah (perkotaan dan perdesaan) dan letak, serta luas tanah dilakukan secara bertahap 2
Kawasan Perkebunan /
Pemanfaatan lahan untuk
Pertanian Lahan kering
agrobisnis, agroindustri
pertambangan dengan syarat
Budidaya lain yang diperkenankan pada
penguasa/pemilik
lebih tinggi bagi
dan agrowisata,
memiliki nilai tinggi serta
kawasan budidaya > 8 % perlu mengacu
tanah yang mampu
penguasa/pemilik
penelitian yang tidak
tidak mengganggu
pada SK Menteri Pertanian No.
menghasilkan kondisi
tanah yang tidak
merusak lingkungan
keseimbangan lingkungan
175/KPT/RC-200/54/1987 tentang
yang disyaratkan
mampu menghasilkan
Konservasi sungai sebagai
Pemanfaatan untuk lahan
Pemanfaatan lahan untuk
Mempertahankan tanaman keras yang ada.
Pengurangan PBB bagi
Pengenaan PBB yang
Pedoman Pola Pembangunan Pertanian di Dukungan insentif
kondisi yang
daerah Aliran Sungai
disyaratkan
kawasan pertanian lahan
kegiatan penyediaan sarana
basah dengan
dan prasarana jalan, listrik,
mempertimbangkan daya
air minum, jaringan irigasi,
pemilik/penguasa lahan tidak mampu
memberikan dukungan
sarana dan prasarana
dukung lingkungan
serta pipa minyak/gas
menciptakan kondisi kawasan, pemerintah
pada aspek fungsi
penunjang kegiatan
dengan syarat tidak
dapat melakukan pembebasan tanah
lindung kawasan
Pengusahaan tanaman keras
Apabila setelah sepuluh tahun
berupa prasarana dan sarana bagi yang
Tidak diberikannya
Kenaikan pajak bagi
VIII - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
yang sesuai dengan syarat
menurunkan kualitas
untuk dikuasai langsung oleh negara yang
pengalihfungsian
tumbuh tanaman dan
lingkungan
selanjutnya diprogramkan untuk
untuk kawasan
memenuhi persyaratan kawasan
terbangun yang tidak
dapat diberikan hak guna Dilarang menyelenggarakan usaha Dapat diubah menjadi lahan
pemanfaatan lahan untuk
sesuai dengan
fungsi-fungsi yang
kegiatan
basah dengan
berdampak negatif terhadap
memperhatikan potensi
keseimbangan ekologis
fisik kawasan dan rencana pengembangan jaringan irigasi Penyediaan sarana dan prasarana jalan, listrik, air minum, jaringan irigasi, pipa minyak dan gas yang tidak menurunkan daya dukung kawasan pertanian 3
Kawasan Peternakan
Pemanfaatan lahan untuk
Pemanfaatan lahan untuk
Pemilihan lokasi diutamakan pada tanah
Pengurangan PBB bagi
Pengenaan PBB yang
kegiatan pemeliharaan,
kegiatan industri pengolahan
yang tidak produktif dan terpisah dari
penguasa/pemilik
lebih tinggi bagi
pembiakan dan
pakan dan hasil ternak
lahan pertanian penduduk sekitarnya
tanah yang mampu
penguasa/pemilik
penyediaan pakan
secara permanen
menghasilkan kondisi
tanah yang tidak
yang disyaratkan
mampu menghasilkan
Pemanfaatan lahan untuk
Pemanfaatan lahan untuk
Untuk memasok kebutuhan makanan bagi peternakan hewan besar perlu
kegiatan
kegiatan-kegiatan lainnya
pengembangan jenis tanaman makanan
penelitian/pengembanga
yang berdampak negatif
ternak (diversifikasi tanaman makanan
berupa prasarana dan
n teknologi peternakan
terhadap produktifitas
ternak dan pengolahan limbah tanaman
sarana bagi yang
yang tidak merusak
peternakan dan terhadap
pangan) agar kelangsungan usaha
memberikan dukungan
sarana dan prasarana
lingkungan
kualitas lingkungan
pengembangan peternakan terjaga
pada aspek fungsi
penunjang kegiatan
Pembangunan prasarana
Lokasi pengembangan peternakan hewan
yang dibutuhkan untuk
besar tidak menggunakan areal lahan
kegiatan peternakan
produktif pertanian serta tidak jauh dari
unggas
lokasi padang rumput atau tanaman
Dukungan insentif
kondisi yang disyaratkan Tidak diberikannya
lindung kawasan
VIII - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
makanan ternak Untuk peternakan unggas, jarak daerah usaha kurang lebih 3 km dari pusat kota untuk mempermudah prasarana atau untuk memperoleh jenis makanan ternak produksi pabrik Usaha peternakan di luar kawasan peternakan dan tidak memenuhi syarat lokasi bagi jenis ternak tertentu, diusahakan pemindahannya ke tempat yang memenuhi persyaratan Apabila pemilik/penguasa tanah tidak memiliki niat untuk melakukan usaha peternakan di kawasan ini, kegiatan semula dapat tetap dipertahankan dengan syarat jika ada pihak tertentu yang berniat mengusahakan ternak di kawasan tersebut, bersedia melepaskan tanahnya dengan penggantian yang layak Pihak-pihak yang telah mengusahakan ternak di kawasan tersebut harus melakukan pengamanan, sehingga tidak mengganggu kegiatan lainnya seperti pemagaran bagi ternak besar atau penanaman sabuk hijau / green belt bagi ternak unggas
4
Kawasan Perikanan
Kegiatan pemijahan,
Pemanfaatan lahan untuk
pemeliharaan dan pendinginan ikan serta
fungsi-fungsi non perikanan Pemanfaatan lahan untuk
penelitian yang bertujuan
fungsi-fungsi yang
Perlu pemeliharaan air untuk menjaga
Pengurangan PBB bagi
Pengenaan PBB yang
kelangsungan usaha pengembangan
penguasa/pemilik
lebih tinggi bagi
perikanan. Diusahakan lokasi di luar
tanah yang mampu
penguasa/pemilik
kawasan yang mudah tergenang air
menghasilkan kondisi
tanah yang tidak
VIII - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
untuk pengembangan
berdampak negatif terhadap Untuk perairan umum perlu diatur jenis dan
kegiatan budidaya
keseimbangan ekologis
perikanan dan
alat tangkapnya untuk menjaga kelestarian sumber hayati perikanan Kegiatan yang sudah ada dan tidak sejalan
ecotourisme yang tidak merusak lingkungan Sarana dan prasarana pendukung budidaya ikan
yang disyaratkan Dukungan insentif berupa prasarana dan sarana bagi yang
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI mampu menghasilkan kondisi yang disyaratkan Tidak diberikannya
dengan kegiatan perikanan tetap
memberikan dukungan
sarana dan prasarana
dipertahankan dengan syarat tidak
pada aspek fungsi
penunjang kegiatan
melakukan perluasan dan pengembangan
lindung kawasan
dan kegiatan perikanan lainnya C. Kawasan Pertambangan Kegiatan yang diijinkan
Pemanfaatan lahan yang
Kegiatan yang sudah ada yang tidak
Pengenaan PBB yang
Pengurangan PBB bagi
adalah penelitian,
berpotensi mengganggu
menunjang kegiatan penambangan dan
lebih tinggi bagi
penguasa/pemilik
penambangan,
kegiatan produktifitas
membahayakan kegiatan tersebut, secara
penguasa/pemilik
tanah yang mampu
pengolahan awal dan
pertanian
bertahap dipindahkan dengan penggantian
tanah yang tidak
menghasilkan kondisi
yang layak
mampu menghasilkan
yang disyaratkan
pengemasan,
Kegiatan pertambangan yang
pengangkutan,
tidak bernilai ekonomi tinggi Kegiatan penambangan yang sudah selesai
kondisi yang
pengelolaan dan
dan mengabaikan kelestarian
diselenggarakan hendaknya melakukan
disyaratkan
pemantauan kawasan
lingkungan
konservasi dan rehabilitasi lahan sehingga Dukungan insentif lahan bekas tambang dapat berbahaya
berupa prasarana dan
diijinkan adalah
dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
sarana bagi yang
bangunan pengolahan dan
produktif lainnya
memberikan dukungan
Jenis bangunan yang
penunjang, fasilitas
Perlu dilakukan peninjauan secara periodik
pengangkutan dan
mengenai kelangsungan kegiatan
penunjangnya, pos
penambangan. Bila tidak memiliki nilai
pengawasan dan kantor
lebih hendaknya kegiatan penambangan
pengelola, balai
dihentikan dan dikembalikan fungsinya
penelitian
menjadi kawasan yang sesuai dengan
Tidak diberikannya sarana dan prasarana penunjang kegiatan
pada aspek fungsi lindung kawasan
peruntukan budidaya lainnya
Kegiatan penambangan hendaknya memenuhi persyaratan penambangan
VIII - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
sesuai dengan ketentuan yang berlaku D. Kawasan Peruntukan Industri Pemanfaatan lahan untuk
Pemanfaatan lahan untuk
Perbuatan hukum diperkenankan apabila
Untuk penguasa/pemilik Calon pengusaha/pemilik
pembangunan bangunan
fungsi-fungsi yang
calon subjek mempunyai niat untuk
tanah yg melakukan
tanah dimana
dan infrastruktur yang
berdampak negatif terhadap
melakukan kegiatan industri melalui
penyesuaian kegiatan
kegiatannya dapat
menunjang kegiatan
keseimbangan ekologis
pengesahan kawasan industri
industri secara
mengganggu
sukarela berhak
dikenakan PBB lebih
industri
Untuk kegiatan atau bangunan Penguasaan/pemilikan tanah yang telah ada
Penguasaan/pemilikan
baru yang tidak serasi
& tidak sejalan dengan kegiatan industri
mendapat insentif 40
tinggi hingga 160 %
tanah yang telah ada dan
dengan kegiatan industri
tetap dapat dipertahankan dengan syarat
% dari tarif normal
dari tarif normal
tidak sejalan dengan
seperti permukiman,
tidak diintensifkan atau diekstensifkan ke Pengenaan PBB yang
kegiatan industri, dengan
pertanian, perusahaan dan
kawasan industri. Selama kawasan belum
lebih tinggi bagi
penguasa/pemilik
syarat tidak diintensifkan
jasa perkantoran yang tidak
digunakan untuk kegiatan industri,
penguasa/pemilik
tanah yang mampu
atau diperluas pada
ada hubungannya dengan
pemiliki tanah masih dapat meneruskan
tanah yang tidak
menghasilkan kondisi
kawasan industri
industri tidak diperkenankan
usaha yang telah diselenggarakan
mampu menghasilkan
yang disyaratkan
Penguasaan/pemilikan
Pemerintah wajib menyediakan prasarana di
kondisi yang
penggunaan dan
luar dan menuju kawasan industri serta
disyaratkan
pemanfaatan lahan yang
mempromosikan kawasan kepada investor Dukungan insentif
telah ada sepanjang
baik dalam maupun luar negeri
mendukung kegiatan
Perusahaan kawasan wajib memiliki
Pengurangan PBB bagi
Tidak diberikannya sarana dan prasarana penunjang kegiatan
berupa prasarana dan sarana bagi yang
utama diijinkan pada
persetujuan prinsip, izin lokasi dan HGB
memberikan dukungan
kawasan industri
Industri. Jika HGB induk belum
pada aspek fungsi
diterbitkan, perusahaan industri dapat
lindung kawasan
mengajukan permohonan HGB untuk kaplingnya. Permohonan hak tanah dan perpanjangan izin lokasi dan HGB Induk. Jika HGB induk belum diterbitkan, perusahaan industri dapat mengajukan permohonan HGB untuk kaplingnya Permohonan hak tanah dan perpanjangan ijin lokasi oleh perusahaan kawasan industri baru diperkenankan setelah
VIII - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DIIZINKAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
SYARAT
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
pengusaha memenuhi persyaratan teknis administrasi dan menguasai tanah secara kelompok dalam bentuk blok minimal 25 % dari area yang dimohon Kegiatan industri wajib dikenakan AMDAL. Limbah yang keluar harus berada dibawah ambang yang diperkenankan sebelum air limbah disalurkan ke drainase umum Kegiatan industri terutama yang menggunakan fasilitas penanaman modal (industri besar) yang berpotensi menimbulkan polutan tidak diperkenankan membangun industri di luar wilayah industri serta diarahkan dan ditampung lokasinya di wilayah industri Penguasaan/pemilikan dan pemanfaatan tanah yang telah ada pada saat penetapan ini sepanjang mendukung kegiatan utama dijinkan Subyek yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah tempat kegiatan yang bukan kegiatan industri dilarang memperluas kegiatan Apabila kegiatan terganggu dengan kegiatan industri, ybs berhak meminta penggantian yang layak, dimana prioritas utama pada pengusaha industri yang mengganggu. Jiak keberatan, maka penggantian ditanggung oleh pemerintah Industri rumah tangga dan industri kecil sebaiknya dibina dalam kaitannya dengan
VIII - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
SYARAT
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
pemberdayaan masyarakat secara ekonomi Untuk industri rumah tangga lokasinya dapat tersebar dengan catatan industri tersebut tidak menggunakan bahan baku yang berbayaha dan tidak menimbulkan dampak lingkungan seperti industri kerajinan, makanan kecil dsb. Selain itu dari industri rumah tangga tersebut diharapkan akan muncul keterkaitan ekonomi yang banyak agar timbul dampak lanjutan yang positif sehingga menunjang pertumbuhan industri itu sendiri E. Kawasan Pariwisata Kegiatan yang diijinkan
Vandalisme dan tindakan-
Untuk kegiatan ecotourisme pengembangan Pengurangan PBB bagi
Pengenaan PBB yang
adalah kunjungan atau
tindakan lainnya yang dapat
yang dilakukan tidak bertentangan dengan
penguasa/pemilik
lebih tinggi bagi
pelancongan, olahraga
mengurangi nilai obyek
fungsi kawasan, sehingga harus
tanah yang mampu
penguasa/pemilik
dan rekreasi, pertunjukan
wisata serta dapat
disesuaikan dengan fungsi kawasan
menghasilkan kondisi
tanah yang tidak
dan hiburan, komersial,
mencemari lingkungan
tersebut, terutama pada kawasan lindung
yang disyaratkan
mampu menghasilkan
menginap/bermalam,
Untuk kegiatan ecotourisme
Dukungan insentif
kondisi yang
pengamatan,
pengembangan yang
berupa prasarana dan
pemantauan, pengawasan
dilakukan tidak
sarana bagi yang
dan pengelolaan kawasan
bertentangan dengan fungsi
memberikan dukungan
sarana dan prasarana
kawasan, sehingga harus
pada aspek fungsi
penunjang kegiatan
diijinkan adalah gardu
disesuaikan dengan fungsi
lindung kawasan
pandang, restoran dan
kawasan tersebut, terutama
fasilitas penunjang
pada kawasan lindung
Jenis bangunan yang
disyaratkan Tidak diberikannya
lainnya, fasilitas rekreasi dan olahraga, tempat pertunjukan, pasar dan pertokoan wisata, serta
VIII - 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
ARAHAN KEGIATAN KAWASAN
DIIZINKAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN SYARAT
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANGSI
fasilitas parkir, fasilitas pertemuan, hotel, cottage, kantor pengelola dan pusat informasi serta bangunan lainnya yang dapat mendukung upaya pengembangan wisata yang ramah lingkungan, disesuaikan dengan karakter dan lokasi wisata yang akan dikembangkan Sumber: Hasil Rencana tahun 2011
VIII - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
B. Pasal 70 Pasal 70, berisikan ketentuan bahwa :
2. Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.
1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf b, dipidana
F. Pasal 74
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
Pasal 74, berisikan ketentuan bahwa :
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan
2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan perubahan fungsi
Pasal 72 dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72. 2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar
pidana tambahan berupa:
lima ratus juta rupiah).
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau
4. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang,
b. Pencabutan status badan hukum.
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
G. Pasal 75 Pasal 75, berisikan ketentuan bahwa :
C. Pasal 71
1. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 71, berisikan ketentuan bahwa setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang
Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat menuntut ganti kerugian secara perdata
ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
kepada pelaku tindak pidana.
huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
D. Pasal 72
2. Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.
Selain arahan sanksi menurut undang – undang penataan ruang No.26 tahun 2007, terdapat pula
Pasal 72, berisikan ketentuan bahwa Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap
arahan pengenaan sanksi menurut pedoman penyusunan RTRW kabupaten menurut Kepmen P.U.
kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum
No.16 tahun 2009, adapun penjelasan mengenai arahan pengenaan sanksi tersebut dapat dilihat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama
dibawah ini:
1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
1. Arahan pengenaan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang yang akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah
E. Pasal 73 Pasal 73, berisikan ketentuan bahwa : 1. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
kabupaten; 2. Arahan pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai: a) Perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang; dan b) Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
(lima ratus juta rupiah). VIII - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
3. Arahan pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
2)
Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
a. Hasil pengawasan penataan ruang;
yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat keputusan pengenaan
b. Tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;
sanksi pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan
c. Kesepakatan antar instansi yang berwenang; dan
diputus;
d. Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
3)
4. Arahan pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:
Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
a) Peringatan tertulis;
yang akan segera dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang
Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-
akan diputus; 4)
banyaknya 3 (tiga) kali.
Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan
b) Penghentian sementara kegiatan;
secukupnya;
Penghentian kegiatan sementara dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut:
5)
Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar; dan
1)
6)
Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
2)
Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar
Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara, pejabat
sampai
yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan
pemanfaatan
pengenaan
pemanfaatan ruang yang berlaku.
sanksi
penghentian
sementara
secara
paksa
terhadap
kegiatan
pemanfaatan ruang; 3)
ruangnya
memenuhi
dengan
kewajibannya
rencana
tata
ruang
untuk dan
menyesuaikan
ketentuan
teknis
Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
Penutupan lokasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan
1) Penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan
Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan
5)
pelanggar
d) Penutupan lokasi;
ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban; 4)
dengan
Setelah
kegiatan
pemanfaatan
ruang
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; 2) Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi kepada 3) Pelanggar; pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
dihentikan,
pejabat
yang
berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku. c) Penghentian sementara pelayanan umum;
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan; 4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan 5) Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang
ditutup
tidak
dibuka
kembali
sampai
dengan
pelanggar
memenuhi
Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata
berikut:
ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
1)
Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum); VIII - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
e) Pencabutan izin;
g) Pembongkaran bangunan;
Pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
1) Menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2) Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
2) Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin
yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan
pemanfaatan ruang;
sanksi pembongkaran bangunan;
3) Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;
pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera
4) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;
keputusan pencabutan izin;
sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan
bangunan secara paksa.
Pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;
7) Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang; 3) Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
f) Pembatalan izin;
yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan
Pembatalan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
sanksi pemulihan fungsi ruang;
Membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang
4) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan kepada
menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana
pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus
tata ruang yang berlaku;
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu;
Memberitahukan
kepada
pihak
yang
memanfaatkan
ruang
perihal
rencana
pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin; 3)
4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
h) Pemulihan fungsi ruang;
6) Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut,
2)
dilaksanakan; dan
tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan pembongkaran
5) Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin menerbitkan
1)
3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada
5) Pejabat
yang
berwenang
melakukan
tindakan
penertiban
dan
melakukan
pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang; 6) Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan
Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang
pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi
4)
Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin;
ruang; dan
5)
Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki
6)
7) Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan
kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan
fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan
Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah
dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari.
dibatalkan. VIII - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
i) Denda administratif; yang dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah kabupaten. Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini dapat diatur lebih lanjut melalui Peraturan Gubernur. Ketentuan lebih lanjut terkait pengenaan sanksi pidana dan sanksi perdata mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
VIII - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN