BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar 1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek (Cronbach, Harold Spers, Geoch dalam Sardiman, 2007). Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 2007). Rogers. A (2003) dalam Nursalam (2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau kecakapan menusia berkat adanya
Universitas Sumatera Utara
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan perilaku dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Teori belajar umumnya dibagi menjadi empat golongan, yaitu teori belajar keperilakuan (behaviorisme), teori belajar kognitivisme, teori belajar humanisme, dan teori belajar sibernetika. Teori keperilakuan (behaviorisme) menekankan pada hasil dari proses belajar. Teori
kognitif
menekankan
pada
proses
belajar.
Teori
perikemanusiaan/humanisme (humanisme) menekankan pada isi atau apa yang dipelajari. Sedangkan teori sibernetika menekankan pada sistem informasi yang dipelajari (Nursalam, 2008).
1.2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Nurhidayah (2009) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran mahasiswa sebagai orang dewasa, yaitu faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi. 1.2.1. Faktor Kebebasan Salah satu ciri kedewasaan adalah adanya kebebasan atau ketidakterikatan dengan orang lain. Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk menentukan apa yang ingin dipelajari serta memandingkan dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman belajar yang
Universitas Sumatera Utara
telah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian proses belajar orang dewasa lebih bersifat demokratis. Selain itu, mahasiswa sebagai orang dewasa dapat menilai kebenaran informasi yang mereka terima dari dosen. Dengan demikian pendekatan mereka terhadap apa yang dipelajarinya adalah praktis dan mengarah pada pemecahan masalah. 1.2.2. Faktor Tanggung Jawab Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal kedewasaan, mahasiswa dan dosen sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda atau hampir sama. Perbedaannya adalah bahwa dosen cenderung memilih pengetahuan atau keterampilan tertentu yang belum dimiliki mahasiswa. Dosen biasanya selangkah lebih dahulu untuk membaca materi yang sama karena memang harus menyampaikan kembali kepada mahasiswa. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini dimana informasi dapat dicari kapan dan dimana saja, tidak menutup kemungkinan bahwa pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menyamai atau melebihi dosen. 1.2.3. Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain. Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana tidak baik untuk dirinya. Berasumsi pada proses belajar, mahasiswa tidak dapat dipaksa untuk menerima kebenaran-kebanaran dari luar. Mereka baru akan berubah apabila memang mereka memahami suatu konsep.
Universitas Sumatera Utara
1.2.4. Faktor Pengarahan Diri Sendiri Ciri lain dari kedewasaan adalah orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri, dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of life). Ini berarti dalam proses belajar, mahasiswa mampu untuk berinisiatif dan berkreasi sendiri sesuai dengan pandangan yang dimilikinya. Namun walaupun mereka mampu mengarahkan diri sendiri, bukan berarti mereka tidak memerlukan orang lain. Interaksi antara mahasiswa dalam pembelajaran adalah cukup tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi dari interaksi dalam pembelajaran anak-anak. 1.2.5. Faktor Psikologis Proses pembelajar pada orang dewasa juga sebaliknya, memperhatikan faktor psikologis. Perlu dibangun kesan bahwa mahasiswa diterima sebagai orang dewasa yang mempunyai kebebasan berekspresi dan berkreasi. Hal yang tidak kalah penting adalah dosen dan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan, bukan saling menggurui. Hal ini memang tidak mudah, apalagi pada dosen-dosen senior yang ditinjau dari segi usia jauh lebih tua. Mereka merasa memiliki banyak kelebihan dalam banyak hal terutama pengalaman. 1.2.6. Faktor Sarana Fisik Secara fisik mahasiswa membutuhkan tempat latihan atau tempat belajar yang tidak mengikat. Untuk itu tempat dan semua perlengkapan perlu diatur agar dapat: 1) memberikan kenyamanan, 2) menyenangkan, 3) bersifat santai dan tidak formal (tata kelas dengan bentuk huruf U lebih sesuai dibandingkan dengan tata kelas yang klasikal), 4) pengaturan udara di ruangan yang baik, 5) penempatan alat dan media pengajaran yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
1.2.7. Faktor Motivasi Houle (1961) mengklasifikasikan motivasi pada orang dewasa dapat menjadi tiga kelompok yaitu: a. Mahasiswa yang berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu mahasiswa yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat. b. Mahasiswa yang berorientasi pada kegiatan (social oriented), yaitu mahasiswa yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses belajar sebagai tujuan belajar. c. Mahasiswa yang berorientasi untuk mempelajari ilmu itu sendiri (learning oriented) yaitu mahasiswa yang memang senang belajar.
1.3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Menurut Slamet dalam Hasanah (2007), belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks, karena keberhasilannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar antara lain faktor fisiologis, psikologis, lingkungan belajar dan sistem instruksional. Menurut Sunaryo (2004) ada beberapa prinsip belajar efektif yaitu: a.
Belajar harus mempunyai tujuan yang jelas dan terarah.
b.
Tujuan belajar merupakan kebutuhan bukan paksaan orang lain.
c.
Belajar harus disertai niat, hasrat, dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
Universitas Sumatera Utara
d.
Dalam mencapai tujuan belajar, pasti akan menghadapi bermacam-macam hambatan atau kendala sehingga perlu ketekunan berusaha.
e.
Bukti bahwa seorang sudah belajar ditandai adanya perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
f.
Belajar akan memperoleh civil affect, disamping dari tujuan pokok.
g.
Belajar adalah proses aktif sehingga perlu interaksi antara individu dan lingkungan.
h.
Belajar akan lebih berhasil apabila berbuat atau melakukan sesuatu (learning by doing).
i.
Belajar harus mencakup aspek knowledge, affective, dan psychomotor.
j.
Belajar perlu ada bimbingan dan bantuan orang lain.
k.
Belajar perlu “insight” atau “tilikan” atau pemahaman tentang hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian.
l.
Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar sesuatu yang dipelajari dapat dikuasai.
m. Belajar dapat dikatakan berhasil apabila dapat menerapkan dalam bidang praktik sehari-hari.
1.4. Metode Belajar Nurhidayah (2009) menyatakan bahwa metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan. Metode belajar biasanya disesuaikan dengan materi, audien, tujuan pembelajaran dan faktor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Sudjana (2005) menyatakan bahwa metode belajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran. Metode belajar merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah sehingga pencapaian tujuan pengajaran tercapai dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode belajar adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Metode belajar yang digunakan di Fakultas Keperawatan yaitu: 1.4.1. Metode Ceramah Nurhidayah (2009) menyatakan bahwa ceramah diartikan sebagai proses pencapaian informasi dengan jalan mengeksplanasi atau menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada saat yang sama materi itu diterima oleh sekelompok subjek. Sukses tidaknya metode ceramah sangat ditentukan oleh kemampuan dosen menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan, kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan, dan lain-lain. Ceramah biasanya disertai dengan tanya jawab. Keunggulan metode ceramah adalah: a. Dapat digunakan pada orang dewasa. b. Penggunaan waktu yang efisien. c. Dapat dipakai pada kelompok yang besar. d. Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran. e. Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan metode ceramah adalah: a. Menghambat respon dari yang belajar sehingga pembicara sulit menilai reaksinya. b. Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik, pembicara harus menguasai pokok pembicaraannya. c. Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-anak. d. Membatasi daya ingat dan biasanya hanya satu indera yang dipakai. 1.4.2. Metode Tutorial (Problem Based Learning) Nursalam (2009) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar, yaitu
sebelum
pembelajar
mempelajari
suatu
hal,
mereka
diharuskan
mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Sikap dan keterampilan umum yang perlu dikembangkan dalam PBL diantaranya: a. Kerja sama tim b. Ketua kelompok c. Mendengarkan d. Menghargai pendapat teman e. Berfikir kritis f. Belajar mandiri dan penggunaan berbagai sumber g. Kemampuan presentasi
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat memperoleh hasil yang diharapkan, maka terdapat langkah-langkah yang dilakukan dalam metode PBL. a. Identifikasi masalah b. Eksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki c. Menetapkan hipotesis d. Identifikasi isu-isu yang dipelajari e. Belajar mandiri f. Re-evaluasi dan penerapan pengetahuan baru terhadap masalah g. Pengkajian dan refleksi 1.4.3. Metode Praktikum Nursalam (2009) menyatakan bahwa Pengalaman Belajar Praktikum (PBP) merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka memperkuat teori-teori/pengetahuan yang didapatkan dengan cara pengalaman belajar lain. Strategi rancangan pembelajaran praktikum merupakan pengintegrasian antara teori/pengetahuan dan keterampilan dasar profesional dengan menggunakan pendekatan model dan metode pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran dikelola secara terintegrasi. Strategi pembelajaran praktikum ditentukan berdasarkan tujuan pembelajaran praktikum, yaitu: a. Memahami, menguji, dan menggunakan berbagai konsep utama dari program teoritis untuk diterapkan pada praktik klinik. b. Mengembangkan keterampilan teknikal, intelektual dan interpersonal sebagai persiapan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Universitas Sumatera Utara
Pembelajaran praktikum memungkinkan peserta didik belajar sambil melakukan sendiri. c. Menemukan berbagai prinsip dan mengembangkan wawasan melalui latihan praktik yang bertujuan untuk menerapkan ilmu-ilmu dasar kedalam praktik keperawatan. Sasaran program pembelajaran praktikum adalah agar peserta didik mengintegrasikan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori dari ilmu pengetahuan dalam praktik klinik. d. Mempergunakan keterampilan pemecahan masalah. Proses keperawatan merupakan
suatu pendekatan pembelajaran keterampilan pemecahan
masalah dengan cara berfikir tentang observasi yang saling dengan
proses
berfikir
dari:
pengkajian,
pengambilan
berkaitan keputusan,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Pre assesment merupakan uji awal terhadap kemampuan peserta didik yang terdiri atas dua jenis tes berikut ini: a. Pre-requeisite test: tes ini untuk menentukan apakah peserta didik mempunyai latar belakang dan persiapan yang sesuai terhadap topik yang akan diajarkan. b. Pre-test: tes ini untuk menentukan tujuan mana yang telah dicapai peserta didik untuk membuat perencanaan topik yang akan diberikan. Teaching/Learning
activities
and
resource:
merupakan
kegiatan
pembelajaran dengan menentukan metode yang efektif dan efisien serta memilih sumber yang diperlukan untuk memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Support service: mengoordinasi fasilitas
Universitas Sumatera Utara
pendukung yang diperlukan dalam mendesain instruksional meliputi anggaran, peralatan tenaga, waktu, dan jadwal. Evaluation: evaluasi dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang dikaitkan dengan tujuan belajar. 1.4.4. Metode Skills Lab Nurhidayah (2009) menyatakan bahwa pengajaran laboratorium dan klinik merupakan usaha untuk menggali cara-cara dimana peserta didik memahami dan menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari sehingga dapat diaplikasikan dalam praktik. Dalam pengajaran ini, peserta didik harus mempunyai kemampuan klinik dan mempersiapkan peserta didik mendapatkan latihan sebelum mereka melakukan praktik dalam kondisi yang nyata dengan pasien sebenarnya. Dengan demikian Skills Lab adalah salah satu strategi pembelajaran untuk mencapai kompetensi keterampilan klinis yang wajib dikuasai oleh mahasiswa.
2. Prestasi Belajar 2.1 Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan salah satu indikator yang penting di dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Fungsi lain prestasi belajar adalah sebagai indikator daya serap dan kecerdasan siswa. Prestasi belajar dapat digunakan untuk menyusun dan menetapkan suatu keputusan atau langkahlangkah kebijaksanaan baik yang menyangkut siswa, pendidikan maupun institusi yang mengelola program pendidikan. Prestasi belajar adalah sebuah istilah yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar” yang mempunyai arti yang berbeda. Kamus Besar Bahasa Indonesia selanjutnya disebut KBBI, menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, diselesaikan dan sebagainya). Prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek, yaitu aspek kognitif (berkaitan dengan kegiatan berpikir), afektif (berkaitan erat dengan emotional question (EQ) dan psikomotorik (berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental). Prestasi belajar menurut (Muhibbin Syah, 1995) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar, dalam (Atmoko, 2013).
2.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Simanjuntak (2013) menyatakan bahwa kenyataan menunjukkan bahwa prestasi belajar seseorang tidaklah sama, tetapi sangat pariatif/berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua; Faktor dari dalam diri seseoarang (intrinsic), dan Faktor dari luar seseorang (extrinsic). 2.2.1. Faktor dari Dalam (Intrinsic) a. Inteligensi Winkel (1986) memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan mengatakan, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mendapatkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan. Dari pengertian ini dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa faktor inteligensi menjadi penting dalam proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya. b. Motivasi Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman (2003) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi jelaslah bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam mencapai prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan motivasi dari seseorang. c. Sikap Sarwono (1988) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara baik positif maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk dikembangkan/ditanamkan kepada seseorang sehingga dapat bersikap positif terhadap rangsangan yang diterima yang pada gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar yang optimal. d. Minat Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
‘minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan’ (Cony Semiawan, 1990). Juga menurut Winkel (1986) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetapkan untuk rasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang-bidang itu. Seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat diupayakan agar siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat belajarnya. e. Bakat Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989), adalah kapasitas seseorang atau potensi hipotesis untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya sedikit mengalami latihan atau sama sekali tidak memperoleh latihan lebih dahulu. Jadi bakat merupakan potensi dan kecakapan pada suatu lapangan pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka potensi akan berkembang menjadi kecakapan yang nyata. f. Konsentrasi Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat dikembangkan melalui latihan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Faktor dari Luar (Extrinsic) a. Faktor Keluarga Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa. Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau pelajaran yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar lingkungan keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya. Pendidikan informal dan formal memerlukan kerjasama antara orang tua dengan
sekolah
anaknya,
yaitu
dengan
memperhatikan
pengalaman-
pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang tua juga harus menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah. Pendidikan berlangsung seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. b. Faktor Sekolah Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima seseorang dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan sekolah sangat menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri dengan baik. Guru yang baik adalah guru yang menguasai kelas memiliki kemampuan dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, yaitu kemampuan
membelajarkan dan
kemampuan memilih alat bantu pembelajaran yang sesuai serta kemampuan menciptakan situasi dan kondisi belajar.
Universitas Sumatera Utara
Dengan metode pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat menarik minat siswa, perhatian siswa akan tertuju pada bahan pelajaran, sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai prestasi belajar. c. Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena dari pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang berguna bagi anak didik. Hal ini didukung pendapat Glesser (1987) yang mengatakan, manusia normal adalah seorang manusia yang berfungsi secara efektif, yang sampai pada taraf tertentu merasa bahagia dan dianggapnya
perlu,
ia
harus
menunjukkan prestasi dibidang yang
pula
dapat
bertingkah
laku
dengan
mempertimbangkan norma dan batasan yang ada dilingkungan setempat ia tinggal dan hidup.
2.3. Indeks Prestasi Kumulatif Dalam sistem belajar tuntas, seorang siswa baru dapat dinyatakan lulus dalam evaluasi suatu mata pelajaran apabila ia telah menguasai seluruh materi secara merata dan mendalam dengan nilai minimal 80 (Pressley & McCormick, 1995 dalam Syah, 2006). Arifin dan Fauzi (2004) menyatakan bahwa indeks prestasi adalah sebuah ukuran yang menunjukkan prestasi seorang mahasiswa. Indeks Prestasi Kumulatif
Universitas Sumatera Utara
(IPK) dihitung dengan mengalikan bobot SKS mata kuliah dengan bobot nilai, kemudian semua mata kuliah dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah SKS yang diambil. Penggolongan prestasi belajar mahasiswa yang digunakan terdapat dalam buku panduan akademik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Bardasarkan peraturan akademik Program Sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara (2013) Bab V tentang sistem penilaian dan perbaikan nilai pada bagian pertama sistem penilaian pasal 19, yaitu: Tabel 2.1. Nilai Prestasi, Bobot Prestasi dan Kualitas Prestasi Nilai Prestasi A B+ B C+ C D E
Bobot Prestasi 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,00 0,00
Golongan Prestasi Sangat Baik Baik Baik Cukup Cukup Kurang Gagal
Berdasarkan peraturan akademik Program Sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara (2013) Bab XIII tentang predikat kelulusan pasal 55, yaitu: a. Memuaskan
: IPK 2,00 sampai dengan 2,75
b. Sangat memuaskan
: IPK 2,76 sampai dengan 3,50
c. Sangat memuaskan
: IPK 3,51-4,00 dengan masa studi > terjadwal ditambah 1 (satu) tahun
d. Dengan pujian/Cumlaude : IPK 3,51-4,00 dengan masa studi ≤ terjadwal dan tidak ada nilai D
Universitas Sumatera Utara
3.
Evaluasi Keberhasilan Belajar Mahasiswa Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa sistem KBK dengan metode
ceramah, metode tutorial, dan metode praktikum dilaksanakan pada akhir kegiatan blok, sedangkan skills lab evaluasi keberhasilan belajar dinilai pada akhir semester. 3.1. Metode Ceramah Menurut Tim Penyusun (2013) evaluasi metode ceramah merupakan proses keberhasilan mahasiswa dalam proses perkuliahan selama dalam satu blok dengan ketentuan: Persyaratan mengikuti ujian
: Menghadiri perkuliahan minimal 80% dari total perkuliahan.
Bentuk evaluasi
: Multy Disciplinary Examination (MDE).
Model soal
: Multiple Choice Questions (MCQ).
Remedial
: Remedial diadakan pada akhir semester.
3.2. Metode Tutorial Nursalam (2008) menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah metode PBL berhasil atau tidak, maka dilakukan proses evaluasi/penilaian. Dalam pembelajaran yang berorientasi dalam proses, terdapat dua komponen pokok yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi. 1. Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa Mahasiswa diharapkan mendapatkan pengetahuan apakah telah melalui proses belajar.
Universitas Sumatera Utara
2. Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa Mahasiswa diharapkan menggunakan pendekatan belajar deep learning, yaitu melakukan proses belajar yang aktif, mandiri, dan bertanggung jawab. Menurut Tim Penyusun (2013) evaluasi tutorial adalah bentuk evaluasi terhadap pencapaian tutorial berupa evaluasi akhir (PAQ) dan proses tutorial. Evaluasi tutorial meliputi: a. Evaluasi Hasil Tutorial Persyaratan mengikuti ujian
: Menghadiri proses tutorial 100%.
Bentuk evaluasi
: Problem Analysis Questions (PAQ).
Model soal
: Kasus.
Remedial
: Remedial diadakan pada akhir semester.
b. Evaluasi Proses Tutorial Persyaratan mengikuti ujian
: Menghadiri proses tutorial 100%.
Bentuk evaluasi
: Real Time Observastion.
Model evaluasi
: Daftar checklist yang diisi oleh fasilitator setiap pelaksanaan tutorial (T1, T2, dan T3).
Proses nilai
Remedial
: Tutorial 1
= 40%
Tutorial 2
= 40%
Tutorial 3
= 20%
: Tidak ada remedial.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Metode Praktikum Menurut Tim Penyusun (2013) evaluasi praktikum dinilai melalui pencapaian mahasiswa terhadap materi yang disusun berdasarkan kegiatan praktikum. Persyaratan mengikuti ujian
: Menghadiri kegiatan praktikum 100% dari total praktikum.
Bentuk evaluasi
: Quiz, responsi atau laporan.
Waktu pelaksanaan
: Evaluasi dilaksanakan segera selama atau setelah praktikum berlangsung.
Remedial
: Tidak ada remedial.
3.4. Metode Skills Lab Adalah salah satu strategi pembelajaran untuk mencapai kompetensi keterampilan klinis yang wajib dikuasai oleh seorang perawat. Model evaluasi
: Outstanding Skills Clinical Examination (OSCE).
Standar kelulusan
: Mahasiswa dinyatakan lulus OSCE jika nilai akhir OSCE minimal 80 (A).
Remedial
: Mahasiswa
diwajibkan
mengikuti
remedial. Mahasiswa dinyatakan lulus blok jika nilai rata-rata minimal 60 (C). Mahasiswa lulus minimal skor 60 untuk setiap komponen penilaian (MDE, PAQ, proses tutorial, dan praktikum). Sedangkan pada skills lab mahasiswa dinyatakan lulus jika nilai akhir OSCE minimal 80 (A).
Universitas Sumatera Utara
Sistem skor lambang untuk komponen penilaian (MDE, PAQ, proses tutorial, dan praktikum); Tabel 2.2. Sistem Skor Lambang Komponen Penilaian Skor 80 - 100 75 - 79 70 - 74 65 - 69 60 - 64 40 - 59 < 40
Lambang A B+ B C+ C D E
Remedial dilakukan pada metode ceramah (MDE), tutorial (PAQ), dan skills lab yang dilaksanakan pada akhir blok. Dimana materi yang diajukan sama seperti ujian yang telah dilaksanakan yaitu pada ujian MDE, PAQ, dan OSCE. Jika remedial pertama dinyatakan tidak lulus, maka akan dilaksanakan grand remedial, tapi ini hanya berlaku untuk ujian MDE saja (Tim Penyusun, 2013).
4.
Keterkaita antara Metode Belajar terhadap Prestasi Belajar Slameto (2003) menyatakan bahwa banyak mahasiswa gagal atau tidak
mendapat hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran. Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Belum diketahui segala seluk beluknya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian kita dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk itu
Universitas Sumatera Utara
dengan sendirinya akan menjamin sukses siswa. Sukses hanya tercapai berkat usaha keras. Tanpa usaha tidak akan mencapai sesuatu. Belajar yang efektif dapat meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Selain itu metode belajar merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik metode belajar yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara