235
APPENDICES
Appendix 1 : Data of Negative Emotions NO 1
2
3
4
5
6
7
SL
TL CHAPTER 1 Dhrtarasta, the father of the Kurus, Dhrtarasta, ayah para Kuru, sangat was highly doubtful about the ragu-ragu akan kemungkinan possibility of his sons‘ ultimate kejayaan putera-puteranya pada victory. (1.1, p.34) akhirnya (1.1, p.34) Dalam keraguannya, dia bertanya In his doubt, he inquired from his kepada sekretarisnya yang bernama secretary Sanjaya, ―What did they Sanjaya ‗‘Apa yang dilakukan oleh do?‖ (1.1, p.34) mereka?‘‘ (1.1, p.34) Dhrstarasta became very fearful Dhrstarasta takut sekali mengenai about the influence of the holy place pengaruh tempat suci tersebut on the outcome of the battle. terhadap hasil perang itu (1.1, p.34) (1.1, p.34) Still he was doubtful about the Namun dia masih ragu-ragu influence of the place of pilgrimage, terhadap pengaruh temdpat suci, dan and Sanjaya could understand his Sanjaya dapat mengerti motivasinya motive in asking about the situation dalam mengajukan pertanyaan on the battlefield (1.2, p.34) tentang keadaan di medan perang (1.2, p.35) But Duryodhana‘s diplomatic veneer Tetapi Duryodhana yang diplomatis could not disguise the fear he felt tidak dapat menutupi rasa takut when he saw the military arrangement dihatinya ketika dia melihat susunan of the Pandavas (1.2, p.35) tentara Pandava (1.2, p.36) Dronacarya knew this perfectly well, Dronacarya menyadari kenyataan ini and yet as a liberal brahmana he did secara sempurna, namun sebagai not hesitate to impart all his military seorang brahmana yang murah hati secrets when the son of Drupada, dia tidak enggan menyampaikan Dhrstadyumna, was entrusted to him segala rahasia ilmu kekesatriaan yang for military education (1.3, p.35) beliau dipercaya untuk memberi pendidikan dibidang militer ( 1.3, p.36) Duryodhana pointed out this mistake Duryonana menunjukkan kesalahan of Dronacarya‘s so that he might be Dronacarya tersebut agar beliau alert and uncompromising in the waspada dan tidak berkompromi fighting (1.3, p.36) dalam pertempuran. (1.3, p.36)
236
8
Even though Dhrstadyumna was not a very important obstacle in the face of Dronacarya‘s very great power in the military art, there were many others who were causes of fear. (1.4, p.36)
9
Duryodhana was always envious of Bhima because he knew perfectly well that if he should die at all, he would only be killed by Bhima. (1.10, p.38) He was confident of the full support of Bhismadeva and Dronacarya in the battle because he well knew that they did not even speak a word when Arjuna‘s wife Draupadi, in her helpless condition, had appealed to them for justice while she was being forced to appear naked in the presence of all the great generals in the assembly. (1.11, p.39)
10
11
He informed his depressed grandson Duryodhana that he had no chance of victory in the battle, because the Supreme Lord Krsna was on the other side. (1.12, p.40)
12
The sounding of the transcendental conchshells indicated that there was no hope of victory for the other side because Krsna was on the side of the Pandavas.( 1.14, p.41) The impersonalists cannot account for the senses of the living entities, and therefore they are always anxious to describe all living entities as senseless, or impersonal. The Lord, situated in the hearts of all living
13
Walaupun Dhrstadyumna bukan rintangan yang penting sekali dihadapan kekuatan Dronacarya yang hebat sekali di bidang ilmu militer namun ada banyak tokoh lain yang menyebabkan rasa takut (1.4, p.37) Duryodana selalu iri hati kepada Bhima, sebab Duryodhana menyadari bahwa kalau dirinya harus meninggal dunia, hanya Bhima yang dapat membunuhnya. (1.10, p.40) Duyodhana yakin bahwa dia akan mendapat dukungan penuh dari Bhismadeva dan Dronacarya dalam perang. Ini karena Dronacarya masih ingat bahwa mereka tidak mengeluarkan sepatah katapun dengan Daupadi, yaitu instri arjuna dalam keadaan tidak berdaya telah memohon keadilan dari mereka pada saat dia akan ditelanjangi secara paksa didepan siding para panglima besar. (1.11, p.41) Bhisma mengisyaratkan kepada Duryodhana yaitu cucunya yang sedang murung , bahwa Duryodhana tidak mungkin memenangkan peperangan itu, sebab Tuhan Yang Maha Esa, Krsna berada di pihan lawan. (1.12, p.42) Suara kerang-kerang rohani menunjukkan bahwa tidak akan ada harapan kejayaan bagi pihka lawan sebab Krsna berada di pihak Pandava. (1.14, p.43) Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak dapat memberikan alasan mengapa para mahluk mempunyai indra ; karena itu mereka selalu ingin sekali menguraikan bahwa semua mahluk
237
entities, directs their senses. (1.15, p.41) 14
Vibrating both in the sky and on the earth, it shattered the hearts of the sons of Dhstraratra. (1.19, p.43)
15
there was no heart-breaking on the part of the Pandavas (1.19, p.43)
16
Such occurrences are not mentioned, but in this particular verse it is mentioned that the hearts of the sons of Dhrstarastra were shattered by the sounds vibrated by the Pandavas‘ party (1.19, 43) One who takes shelter of the Supreme Lord has nothing to fear, even in the midst of the greatest calamity. (1.19, p.43)
17
18
19
20
21
It is understood from the above statement that the sons of Dhrstarastra were more or less disheartened by the unexpected arrangement of military force by the Pandavas, who were guided by the direct instructions of Lord Krsna on the battlefield. (1.20, p.44) Therefore, Arjuna had no cause to fear any enemies whatsoever. (1.20, p.44) As charioteer, He had to carry out the orders of Arjuna, and since He did not hesitate to do so, He is addressed as infallible (1.21-22, p.45).
hidup tidak mempunyai indra atau tidak mempunyai bentuk pribadi. (1.15, p.44) Suara kerang-kerang bergema baik di langit maupun di bumi, hingga mematahkan hati para putera Dhrtarastra (1.19, p.47) Tidak ada orang yang patah semangat di pihak Pandava (1.19, p.47) Kejadian seperti itu tidak disebut, tetapi dalam ayat ini disebut bahwa hati para putera Dhrtarastra dipatahkan oleh getaran suara dari pihak Pandava. (1.19, p.47) Orang yang berlindung kepada Tuhan Ynag Maha Esa tidak perlu takut pada apapun, bahkan di tengah musibah yang paling besar sekalipun. (1.19, p.47) Dari pernyataan tersebut diatas, dimengerti bahwa para putera Dhrtarastra agak patah semangat karena susunan kekuatan tentara para Pandawa tidak terduga, yaitu dibimbing dengan perintah-perintah langsung oleh Sri Krsna di medan perang. (1.20, p.48) Karena itu Arjuna tidak perlu takut kepada musuh manapun (1.20, p.48)
Sebagai kusir kereta, Krsna harus melaksanakan perintah-perintah Arjuna, dan oleh karena Beliau tidak enggan melakukan demikan, di sini Beliau disebut yang tidak pernah gagal (1.21-22, p.49) Therefore, he was very anxious to see Karena itu, Arjuna ingin melihat who the leading persons present on siapa tokoh-tokoh yang memimpin the battlefield were (1.21-22, p.45) perang itu (1.21-22, p.49)
238
22
As far as his soldiers were concerned, he was sympathetic from the beginning, but he felt compassion even for the soldiers of the opposite party, foreseeing their imminent death. (1.28, p.48)
23
Such phenomena occur either in great spiritual ecstasy or out of great fear under material conditions. (1.29, p.49)
24
There is no fear in transcendental realization. (1.29, p.49) Arjuna‘s symptoms in this situation are out of material fear—namely, loss of life (1.29, p.49)
25
26
This is evident from other symptoms also; he became so impatient that his famous bow Gandiva was slipping from his hands (1.29, p.49)
27
I am forgetting myself, and my mind is reeling (1.30, p.49) Due to his impatience, Arjuna was unable to stay on the battlefield, and he was forgetting himself on account of this weakness of his mind (1.30, p.49) Excessive attachment for material things puts a man in such a bewildering condition of existence (1.30, p.49)
28
29
30
Mengenai tentaranya sendiri, Arjuna menyayangi mereka sejak awal, tetapi dia merasakan perasaan hubungan kasih sayang bahkan terhadap tentara mush sekalipun sebab ia dapat melihat maut yang menantikan mereka dalam waktu yang dekat (1.28, p.54) Hal-hal itu akan terjadi bila berada dalam keadaan kebahagiaan rohani yang besar, atau dalam keadaan sangat ketakutan di bawah keadaan material (1.29, p.55) Sedangkan rasa takut tidak ada dalam keinsafan rohani (1.29, p.55) Gejala-gejala yang dialami Arjuna seperti itu disebabkan oleh rasa takut yang bersifat material, yaitu takut akan maut (55) Ini juga dibuktikan oleh gejala-gejala lain: Arjuna merasa begitu kurang sabar sehingga busur Gandiva yang terkenal terlepas dari tangannya (1.29, p.55) Saya lupa akan diri, dan pikiran saya kacau (1.30, p.56) Oleh karena Arjuna kurang sabar, dia tidak tahan berdiri di medan perang, dan dia lupa akan diri karena kelemahan pikirannya (1.30, p.56)
Ikatan yang berlebih-lebihan terhadap hal-hal material menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hidup yang serba bingung (1.30, p.56) ‘’…such fearfulness and loss of Rasa takut dan kehilangan mental equilibrium take place in keseimbangan pikiran seperti itu persons who are too affected by terjadi dalam hati orang yang terlalu material conditions (1.30, p.49) dipengaruhi oleh keadaan-keadaan material.(1.30, p.56)
239
31
Arjuna envisioned only painful reverses in the battlefield-he would not be happy even by gaining victory over the foe (1.30, p.50)
32
When a man sees only frustration in his expectations, he thinks, ―Why am I here?‖ Everyone is interested in himself and his own welfare (1.30, p.50)
33
Arjuna is showing ignorance of his real self-interest by Krsna‘s will. (1.30, p.50)
34
Arjuna thought that his victory in the battle would only be a cause of lamentation for him. (1.30, p.50)
35
Arjuna is reluctant even to kill his enemies, let alone his relatives (1.31, p.50) He has now decided to go into the forest and live a secluded life in frustration. (1.31, p.50)
36
37
Therefore he considers himself fit to go to the forest to live a secluded life of frustration. (1.31, p.51)
38
Everyone wants to show his opulence to friends and relatives, but Arjuna fears that all his relatives and friends will be killed on the battlefield and he will be unable to share his opulence after victory. (1.32-53, p.52)
39
For example, Lord Rama was so saintly that people even now are anxious to live in the kingdom of
Arjuna hanya membayangkan hal-hal yang malang dan mengerikan di medan perang, dan dia tidak akan merasa bahagia walaupun dia menang sekalipun (1.30, p.56) Apabila seseorang yang hanya melihat keputusasaan dalam harapannya, ia berfikir ‗‘Mengapa saya disini?‘‘ memang semua orang mementingkan diri sendiri dan kesejahteraanya (1.30, p.56) Atas kehendak Krsna sendiri maka Arjuna sedang memperlihatkan kebodohannya yaitu alpa akan kepentingan dirinya yang sejati. (1.30, p.56) Arjuna berfikir bahwa kemenangannya di medan perang hanya akan menyebabkan ia menyesal (1.30, p.56) Arjuna enggan membunuh musuhnya, apalagi sanak keluarganya. (1.31, p.57) Sekarang Arjuna sudah mengambil mengambil keputusan untuk masuk hutan sajka, hidup dalam kesunyian dan frustrasi (1.31, p.57) Karena itu Arjuna berfikir bahwa yang paling tepat untuk dirinya ialah masuk hutan dan hidup dalam kesunyian dan frustrasi (1.31, p.57) Semua orang ingin memperlihatkan kekayaanya kepada kawan-kawan dan sanak keluarganya, tetapi Arjuna takut bahwa semua anggota keluarga dan kawan-kawannya akan terbunuh pada medan perang sehingga dia tidak dapat membagikan kekayaanya sesudah menang (1.32-33, p.59) Misalnya, Sri Rama sangat suci sehingga sampai saat ini pun orang bercita-cita hidup dalam kerajaan Sri
240
40
Lord Räma (rama-räjya), but Lord Rama never showed any cowardice (1.36, p.53) O Janärdana, although these men, their hearts overtaken by greed, see no fault in killing one‘s family or quarreling with friends, why should we, who can see the crime in destroying a family, engage in these acts of sin? (1.37-38, p.54)
41
Sometimes the forefathers may be suffering from various types of sinful reactions, and sometimes some of them cannot even acquire a gross material body and are forced to remain in subtle bodies as ghosts. (1.41, p.56)
42
Thus, when remnants of prasädam food are offered to forefathers by descendants, the forefathers are released from ghostly or other kinds of miserable life. (1.41, p.56)
43
Simply by performing devotional service, one can deliver hundreds and thousands of forefathers from all kinds of misery (1.41, p.56)
44
Without doing so, one surely will be transferred to hellish planets to undergo miserable lives as the result of sinful activities. (1.43, p.57)
45
Driven by selfish motives, one may be inclined to such sinful acts as the killing of one‘s own brother, father or
Rama (rama-rajya), tetapi Sri Rama tidak pernah menjadi pengecut (1.36, p.61) O janardana, walaupun orang ini sudah dikuasai oleh kelobaan tidak melihat kesalahan dalam membunuh keluarga sendiri atau bertengkar dengan kawan-kawan, mengapa kita yang dapat melihat bahwa membinasakan satu keluarga adalah kejahatan harus melakukan perbuatan berdosa seperti itu (1.37-38, p.62) Kadang-kadang para leluhur menderita karena karena berbagai jenis reaksi dosa, dan kadang-kadang beberapa diantaranya tidak dapat memperoleh badan material yang berwujud sehingga mereka terpaksa hidup dengan badan halus (1.41, p.65) Apabila makanan yang telah dipersembahkan kepada Visnu yang disebut Prasadam dipersembahkan kepada leluhur oleh anggota keluarganya, maka para leluhur akan dibebaskan dari kehidupan sebagai hantu atau jenis-jenis kehidupan sengsara lainnya. (1.41, p.65) ‗‘…Karena hanya dengan melakukan bhakti seseorang dapat menyelamatkan beribu-ribu leluhurnya dari segala jenis kesengsaraan. (1.41, p.65) Kalau ia tidak berbuat demikian, pasti ia akan di pindahkan ke planet-planet neraka untuk menjalani penjelmaanpenjelmaan yang sengsara sebagai akibat dari kegiatannya yang berdosa (1.43, p.67) Didorong oleh motif-motif yang mementingkan diri sendiri, barangkali seseorang cenderung
241
mother. (1.44, p.58)
46
47
48
NO 49
50
51
melakukan perbuatan yang berdosa seperti membunuh saudara, ayah, atau ibu sendiri (1.44, p.67) Arjuna, however, decided that even if Akan tetapi, Arjuna mengambil attacked by the enemy in such an keputusan bahwa kalaupun ia awkward position, he would not diserang oleh musuh dalam keadaan fight. (1.45, p.58) yang sulit seperti itu, dia tidak akan memberi perlawanan (1.45, p.68) Saïjaya said: Arjuna, having thus Sanjaya berkata: setelah berkata spoken on the battlefield, cast aside demikian di medan peran, Arjuna his bow and arrows and sat down on meletakkan busur dan anak panahnya, the chariot, his mind overwhelmed lalu duduk dalam kereta. Pikiran with grief. (1.46, p.59) Arjuna tergugah oleh rasa sedih. (1.46, p.69) While observing the situation of his Pada waktu Arjuna sedang meninjau enemy, Arjuna stood up on the keadaan musuhnya, dia berdiri dalam chariot, but he was so afflicted with kereta.Tetapi Arjuna sangat tergugah lamentation that he sat down again, oleh rasa sedih sehingga dia duduk setting aside his bow and arrows lagi, lalu meletakkan busur dan (1.46, p.59) panahnya. (1.46, p.69) CHAPTER 2 Sanjaya said: Seeing Arjuna full of Sanjaya berkata : setelah melihat compassion, his mind depressed, his Arjuna tergugah rasa kasih sayang eyes full of tears, Madhusüdana, dan murung, dan matanya penuh air Krsnaa, spoke the following words mata, madhusudana, Krsna bersabda (2.1, p.61) sebagai berikut (2.1, p.71) Material compassion, lamentation Kasih saying material, penyesalan and tears are all signs of ignorance of dan air mata semuanya adalah tandathe real self. 2.1, p.61) tanda kebodohan terhadap diri yang sejati (2.1, p.71) One who does not know this and Orang yang tidak mengetahui hal ini laments for the outward dress is dan menyesal bila penyesalan tidak called a çudra, or one who laments diperlukan. Arjuna adalah seorang unnecessarily. Arjuna was a ksatriya, Ksatriya dan tingkah laku seperti ini and this conduct was not expected tidak pantas untuk Arjuna. Akan from him. Lord Krsna, however, can tetapi, Sri Krsna dapat dissipate the lamentation of the menghilangkan penyesalan orang ignorant man, and for this purpose the yang bodoh dank arena inilah Bhagavad-gita was sung by Him Bhagavad-Gita disabdakan oleh (2.1, p.61) beliau (2.1, p.72)
242
52
In the presence of the Supreme Personality of Godhead, Arjuna‘s lamentation for his kinsmen is certainly unbecoming, and therefore. Krsna expressed His surprise with the word kutah, ―wherefrom.‖ (2.2, p.64)
53
This act of cowardice is described as befitting the non-Äryans (2.2, p.64)
54
Arjuna did not know whether he should fight and risk unnecessary violence, although fighting is the duty of the ksatriyas, or whether he should refrain and live by begging (2.6, p. 66)
55
Now I am confused about my duty and have lost all composure because of miserly weakness (2.7, p. 67)
56
By nature‘s own way the complete system of material activities is a source of perplexity for everyone. (2.7, p. 67) In every step there is perplexity..‘‘ (2.7, p.67 ) All Vedic literatures advise us to approach a bona fide spiritual master to get free from the perplexities of life, which happen without our desire. (2.7, p.67)
57 58
59
60
No one wants fire, and yet it takes place, and we become perplexed. (2.7, p.67) Being intelligent, Arjuna could understand that his affection for family members and his wish to
Di hadapan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, penyesalan Arjuna tentang sanak keluarganya tentu saja tidak pantas. Karena itu Krsna mengungkapkan rasa heran dengan kata kutah yang berarti‘darimana‘ (2.2, p.75) Dinyatakan bahwa perbuatan yang bersifat pengecut seperti itu hanya pantas bagi orang yang bukan Arya (2.2, p.75) Arjuna tidak tahu apakah ia harus bertempur dan mengambil resiko kekerasan yang tidak diperlukan, walaupun bertempur adalah kewajiban bagi ksatriya ataukah sebaiknya ia menghindari pertempuran dan hidup dengan cara mengemis (2.6, p.78) Sekarang hamba kebingungan tentang kewajiban hamba dan sudah kehilangan segala ketenangan karena kelemahan yang picik (2.7, p.80) Menurut cara alam sendiri, sistem kegiatan material yang lengkap adalah sumber kebingungan bagi semua orang (2.7, p.80) Orang kebingungan pada setiap langkah (2.7, p.80) Semua kesusasteraan Veda member nasehat agar kita mendekati guru kerohanian yang dapat terpercaya untuk dibebaskan dari hal-hal yang membingungkan dalam hidup yang timbul meskipun kita tidak menginginkannya (2.7, p.80) Tidak seorangpun menginginkan kebakaran namun kebakaran terjadi juga dan kita bingung. (2.7, p.80) Arjuna cerdas, karena itu dia dapat mengerti bahwa kasih saying terhdap angora keluarganya dan keinginannya
243
61
62
63
64
65
66
protect them from death were the untuk melindungi mereka terhdap causes of his perplexities. (2.7, p.68) kematian adalah sumber kebingungan (2.7, p.81) I can find no means to drive away this Hamba tidak dapat mennemukan cara grief which is drying up my senses untuk menghilangkan rasa sedih ini (2.8, p.69) yang menyebabkan indria-indria hamba menjadi kering (2.8, p.82) If economic development and Kalau perkembangan ekonomi dan material comforts could drive away kesenangan material dapat one‘s lamentations for family, social, menghilangkan penyesalan didalam national or international inebrieties hati seseorang terhadap hal-hal yang then Arjuna would not have said that memabukkan dalam lingkungan even an unrivaled kingdom on earth keluarga, masyarakat bagsa maupun or supremacy like that of the antar bangsa maka tentu saja Arjuan demigods in the heavenly planets tidak mengatakan bahwa kerajaan would be unable to drive away his yang tiada taranya dibumi aatau lamentations (2.8, p.70) kekuasaan seperti kekuasaan seperti kekuasaan dewa di planet-planet surge sekalipun tidak akan sanggup menghilangkan penyesalannya (2.8, p.83) Therefore, if we want to curb Karena itu, jikalau kita ingin lamentation for good, then we have membatasi penyesalan untuk to take shelter of Krsna, as Arjuna is selamanya, maka kita harus seeking to do (2.8, p.70) berlindung kepada Krsna, seperti yang dicita-citakan oleh Arjuna (2.8, p.84) But Sanjaya disappointed him again Tetapi Sanjaya mengecewakan in relating that Arjuna was competent Dhrstarastra sekali lagi dengan to kill his enemies (parantapaù). menceritrakan bahwa Arjuna sanggup (2.9, p.71) membunuh musuhnya (parantapah) (2.9, p.84) Although Arjuna was, for the time Walaupun Arjuna sementara dikuasai being, overwhelmed with false grief rasa sedih yang palsu karena kasih due to family affection, he sayng terhadap keluarga, namun ia surrendered unto Krsna, the supreme menyerahkan diri sebagai murid spiritual master, as a disciple kepada Krsna, guru kerohanian yang (2.9, p.71) paling utama (2.9, p.84) Thus Dhrstarastra‘s joy would be Dengan demikian, rasa riang dalam frustrated, since Arjuna would be hati Dhrstarastra akan lenyap, sebab enlightened by Krsna and would fight Arjuna akan dibebaskan dari to the end. (2.9, p.71) kebodohan oleh Krsna dan akan
244
67
O descendant of Bharata, at that time Krsnaa, smiling, in the midst of both the armies, spoke the following words to the grief-stricken Arjuna. (2.10, p.71)
68
The Supreme Personality of Godhead said: While speaking learned words, you are mourning for what is not worthy of grief. Those who are wise lament neither for the living nor for the dead. (2.11, p.72)
69
The Lord said, ―You are talking like a learned man, but you do not know that one who is learned—one who knows what is body and what is soul—does not lament for any stage of the body, neither in the living nor in the dead condition. (2.11, p.72)
70
Those who are envious of Krsna as the Supreme Personality of Godhead have no bona fide access to the great literature (2.12, p.74)
71
A sober person is not bewildered by such a change. (2.13, p.75) Such changes of body account for varieties of enjoyment or suffering, according to one‘s work in life. (2.13, p.75)
72
73
So, in either case, there was no cause of lamentation. (2.13, p.75)
74
Such a man is never deluded by the change of bodies. (2.13, p.75)
bertempur sampai tetes darah terakhir. (2.9, p.84) Wahai putera keluarga Bharata, pada waktu itu Krsna, yang tersenyum di tengha-tengah antara tentara-tentara kedua belah pihak, bersabda kepada Arjuna yang sedang tergugah rasa sedih (2.1, p.85) Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: sambil berbicara dengan cara yang pandai engkau menyesalkan sesuatu yang tidak patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun yang sudah meninggal (2.11, p.86) Krsna bersabda ‗‘Engkau bicara seperti orang yang berpengetahuanorang yang mengerti apa itu badan dan apa itu sang roh-tidak menyesal untuk badan dalam keadaan manapun, baik dalam kehidupan hidup maupun keadaan mati (2.11, p.86) Orang yang iri kepada Krsna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat menjangkau kesusasteraan yang mulai tersebut dengan cara yang dapat dipercaya. (2.12, p.88) Orang yang tenang tidak bingung karena penggantian itu (2.13, p.89) Penggantian badan seperti itu adalah alasan untuk adanya aneka jenis kenikmatan atau penderitaan, menurut pekerjaan orang dalam kehidupan (2.13, p.90) Karena itu dalam kedua keadaan tersebut, tidak ada alasan untuk menyesal (2.13, p.90) Orang seperti itu tidak pernah dikhayalkan oleh penggantian badan
245
75
76
77
78
If both of them are deluded by the illusory energy (mäyä), then there is no need of one being the instructor and the other the instructed. (2.13, p.76) Under the circumstances, it is admitted that Lord Kåñëa is the Supreme Lord, superior in position to the living entity, Arjuna, who is a forgetful soul deluded by mäyä. (2.13, p.76) O son of Kunti, the nonpermanent appearance of happiness and distress, and their disappearance in due course, are like the appearance and disappearance of winter and summer seasons. They arise from sense perception, O scion of Bharata, and one must learn to tolerate them without being disturbed. (2.14, p. 76) In the proper discharge of duty, one has to learn to tolerate nonpermanent appearances and disappearances of happiness and distress. (2.14, p.76)
79
It is very cold at that time, but in spite of that a man who abides by the religious principles does not hesitate to take his bath. (2.14, p.77)
80
Similarly, a woman does not hesitate to cook in the kitchen in the months of May and June, the hottest part of the summer season (2.14, p.77)
81
One has to execute his duty in spite of climatic inconveniences. (2.14, p.77)
82
O best among men [Arjuna], the
(2.13, p.90) Kalau kedua-duanya dikhayalkan oleh tenaga yang mengkhayalkan (maya), maka tidak perlu yang satu menjadi pengajar dan yang lain diajarkan (2.13, p.91) Karena keadaan itu, diakui bahwa Sri Krsna adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan kedudukan Krsna lebih tinggi daripada mahluk hidup, seperti Arjuna sebagai roh yang sudah lupa dirinya karena dikhayalkan oleh maya (2.13, p.91) Wahai putera Kunti, suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indria dan seseorang harus belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, wahai putera keluarga Bharata (2.14, p.91) Dalam melaksanakan tugas kewajiban sebagaimana mestinya orang hrus belajar mentolerir suka dan duka yang muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu (91) Pada waktu itu dingin sekali (di India-red), tetapi walaupun demikian, orang yang taat pada prinsip-prinsip kerohanian tidak malas mandi (2.14, p.91) Begitu juga seorang wanita tidak enggan masak kedapur selama bulan Mei dan Juni, yaitu bulan terpanas selama musim panas (di India-red) (21.4, p.91) Orang harus melaksanakan tugasnya tanpa memperdulikan kesulitan karena iklim (2.14, p.91) Wahai manusia yang paling baik
246
person who is not disturbed by happiness and distress and is steady in both is certainly eligible for liberation. (2.15, p.77) 83
Anyone who is steady in his determination for the advanced stage of spiritual realization and can equally tolerate the onslaughts of distress and happiness is certainly a person eligible for liberation. (2.15, p.77)
84
This is the beginning of the instruction by the Lord to the living entities who are bewildered by the influence of ignorance. (2.16, p.78) ―Although the two birds are in the same tree, the eating bird is fully engrossed with anxiety and moroseness as the enjoyer of the fruits of the tree. (2.22, p.86)
85
86
But if in some way or other he turns his face to his friend who is the Lord and knows His glories—at once the suffering bird becomes free from all anxieties.‖ (2.22, p.86)
87
The word sarva-gata (―allpervading‖) is significant because there is no doubt that living entities are all over God‘s creation. (2.24, p.88) Therefore, there is no doubt that there are living entities also in the sun planet with suitable bodies to live there (2.24, p.88)
88
(Arjuna), orang yang tidka goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan (2.15, p.92) Siapapun yang mantap dalam ketabahan hati untuk mencapai tingkat keinsafan rohani yang sudah maju dan dapat mentolerir serangan suka dan duka dengan cara yang sama pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan. (2.15, p.92) Ini merupakan awal pelajaran Krsna kepada para mahluk hidup yang dibingungkan oleh pengaruh kebodohan (2.16, p.94) Walaupun dua ekor burung berada di sebatang pohon yang sama, di mana salah seekor hanya sibuk memakan buah-buahan pada pohon itu tetapi penuh kecemasan serta kemurungan namun dia sambil mencoba menikmati buah-buahan yang ada pada pohon tersebut (2.22, p.104) Tetapi jika dengan suatu cara burung yang murung tersebut memalingkan mukanya kepada kawannya-yaitu kepada Tuhan dan mengerti kebesaran Beliau-maka segera si burung yang menderita tersebut dibebaskan dari segala kecemasan (2.22, p.104) Kata sarva-gata (berada di manamana_ bermakna, sebab tidak dapat diragukan bahwa para mahluk hidup berada di mana-mana dalam ciptaan Tuhan (2.24, p.106) Karena itu tidak dapat diragukan bahwa juga ada mahluk-mahluk hidup didalam planet matahari dengan badan yang cocok untuk hidup disana. (2.24, p.106)
247
89
90
91
92 93
94
95
96
Knowing this, you should not grieve Kenyataan itu, hendaknya engkau for the body. (2.25, p.89) jangan menyesal karena badan (2.25, p.107) According to this theory, since there Menurut teori tersebut oleh karena are so many living entities generating begitu banyak mahluk hidup yang out of matter every moment, and so dihasilkan dari alam. Pada setiap saat many of them are being vanquished dan begitu banyak diantaranya every moment, there is no need to dibinasakan setiap saat, maka tidak grieve for such incidents. (2.26, p.90) perlu ada penyesalan karena peristiwa itu. (2.26, p.108) Why should he be afraid of or Mengapa Arjuan harus takut atau aggrieved at the death of his relatives bersedih pada ssat-saat sanak since he was discharging his proper keluarganya meninggal padahal ia duty? He did not deserve to break the sedang melakukan kewajibannya law, thereby becoming subjected to yang benar? Tidaklah patut dia the reactions of sinful acts, of which melanggar hukum. Sebab kalau dia he was so afraid.(2.27, p.91) melanggar hukum, malahan dia akan dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dosa, yang justru takut sekali terhadap reaksi dosa tersebut (2.27, p.109) So what need is there for Jadi apa yang perlu disesalkan? lamentation? (2.28, p.91) (2.28, p.110) Accepting that there are two classes Jika kita mengakui bahwa ada dua of philosophers, one believing in the golongan filosof, yang satu percaya existence of the soul and the other not tentang adanya sang roh sedangkan believing in the existence of the soul, yang lain tidak, juga tetap tidak ada there is no cause for lamentation in alasan untuk menyesal dalam kedua either case. (2.28, p.91) keadaan tersebut (2.28, p.110) Perhaps they have no idea that one Mungkin seseorang tidak must think of the soul, and thus make membayangkan bahwa ia harus a solution to the material miseries. berfikir tentang sang roh, dan juga (2.29, p.93) cara mencapai penyelesaian terhadap kesengsaraan material (2.29, p.112) Therefore you need not grieve for any Karena itu, engkau tidak perlu living being. (2.30, p.94) bersedih hati untuk mahluk apapun (2.30, p.113) Therefore Arjuna as a ksatriya should Karena itu, Arjuna sebagai seorang not abandon his duty out of fear that Ksatriya seharusnya jangan his grandfather and teacher—Bhisma meninggalkan tugas kewajibannya and Drona—will die in the battle. karena takut bahwa kakek dan (2.30, p.94) gurunya-Bhisma dan Drona-akan mati dalam perang (2.30, p.113)
248
97
98
99
―In the battlefield, a king or kñatriya, while fighting another king envious of him, is eligible for achieving heavenly planets after death, as the brähmaëas also attain the heavenly planets by sacrificing animals in the sacrificial fire.‖ (2.30, p.95) Considering all aspects, Arjuna had no reason to refrain from fighting (2.32, p.97) People will always speak of your infamy, and for a respectable person, dishonor is worse than death. (2.34, p.97)
100
So, you should not flee for fear of your life; better to die in the battle (2.34, p.98)
101
The great generals who have highly esteemed your name and fame will think that you have left the battlefield out of fear only, and thus they will consider you insignificant. (2.35, p.98)
102
They will think that you have left out of fear for your life. (2.35, p.98)
103
What could be more painful for you? (2.36, p.98) Do thou fight for the sake of fighting, without considering happiness or distress, loss or gain, victory or defeat—and by so doing you shall never incur sin. (2.38, p.99)
104
105
There is no consideration of happiness or distress, profit or gain, victory or defeat in the activities of Kåñëa consciousness. (2.38, p.99)
Dimedan perang seorang raja atau ksatriya sambil bertempur melawan raja lain yang iri hati kepadanya, memenuhi syarat untuk mencapai planet-planet surge dengan mengorbankan binatang did alam api korban suci (2.30, p.115) Menimbang segala aspek, Arjuna tidak mempunyai alasan untuk tidak bertempur (2.32, p.116) Orang akan selalu membicarakan engkau sebagai orang yang hina, dan bagi orang yang terhormat, penghinaan lebih buruk daripada kematian (2.34, p.118) Karena itu sebaiknnya engkau jangan lari karena takut kehilangan nyawa,lebih baik gugur dalam medan perang (2.34, p.118) Jendral-jendral besar yang sangat menghargai nama dan kemasyuranmu akan menganggap engkau meninggalkan medan perang karena rasa takut saja dan dengan demikian mereka akan meremehkan engkau (2.35, p.119) Mereka akan berfikir bahwa engkau telah meninggalkan medan perang karena takut kehilangan nyawamu (2.35, p.119) Apa yang dapat lebih menyakiti hatimu daripa itu? (2.36, p.119) Bertempurlah demi pertempuran saja, tanpa mempertimbangkan suka dan duka, rugi atau laba, menang atau kalah-dengan demikian, engkau tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa (2.38, p.121) Tidak ada pertimbangan suka atau duka, untung atau rugi, menang atau kalah dalam kegiatan kesadaran rohani. (2.38, p.121)
249
106
107
108
109
110
In this endeavor there is no loss or diminution, and a little advancement on this path can protect one from the most dangerous type of fear. (2.40, p.103) Or, as the Christians say, ―What profiteth a man if he gain the whole world yet suffers the loss of his eternal soul?‖ (2.40, p.103)
Such persons have no faith in liberation from material bondage, and they are very much attached to the pompous ceremonies of Vedic sacrifices. (2.42-43, p.106) In the minds of those who are too attached to sense enjoyment and material opulence, and who are bewildered by such things, the resolute determination for devotional service to the Supreme Lord does not take place. (2.44, p.107) Samädhi is never possible for persons interested in material sense enjoyment, nor for those who are bewildered by such temporary things. (2.44, p.107)
111
Be free from all dualities and from all anxieties for gain and safety, and be established in the self. (2.45, p.107)
112
One has to learn tolerance in the face of dualities such as happiness and distress, or cold and warmth, and by tolerating such dualities become free from anxieties regarding gain and loss. (2.45, p.108)
Dalam usaha ini tidak ada kerugian ataupun pengurangan, dalam menempuh jalan ini dapat melindungi seseorang terhadap rasa takut yang paling berbahaya (2.40, p.125) Atau sebagai perbandingan dinyatakan dalam kitab injil ‗‘apakah keuntungan bagi seseorang kalau ia memperoleh seluruh dunia namun mengalami kerugian rohnya yang kekal‘‘ (2.40, p.125) Orang seperti itu tidak percaya pada pembebasan dari ikatan material, dan mereka terikat sekali terhadap upacara-upacara ritual korban-korban usci Veda. (2.42-43, p.129) Ketabahan hati yang mantap untukber-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah timbul di dalam pikiran orang yang terlalu terikat pada kenikmatan indria-indria dan kekayaan material. (2.44, p.120) Samadhi tidak pernah dimungkinkan bagi orang yang tertarik pada kenikmatan indria-indria material, ataupun bagi mereka yang dibingungkan oleh hal-hal yang bersifat sementara seperti itu. (2.44, p.120) Bebaskanlah dirimu dari segala hal yang relative dan segala kecemasan untuk keuntungan dan keselamatan dan jadilah mantap dalam sang diri (2.45, p.130) Seseorang harus mempelajari toleransi di hadapan hal-hal relative seperti suka dan dukacita, dingin dan panas. Kalau seseorang tahan terhadap hal-hal yang relative seperti itu, ia dapat dibebaskan dari kecemasan mengenai untung dan
250
113
114
115
116
117
118
119
120
rugi.(2.45, p.131) Thus he is the enjoyer or sufferer of Karena itu dia menikmati atau the result of such actions (2.45, p.108) menderita oleh hasil perbuatan itu. (2.45, p.134) O Dhanaïjaya, keep all abominable Wahai Dhananjaya, jauhilah segala activities far distant by devotional kegiatan yang menjijikan melalui service, and in that consciousness bhakti dan dengan kesadaran seperti surrender unto the Lord. (2.49, p.111) itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Maha Esa (2.49, p.135) In this way they become free from the Dengan cara demikian mereka cycle of birth and death and attain the dibebaskan dari perputaran kelahiran state beyond all miseries [by going dan kematian dan mencapai keadaan back to Godhead]. (2.50, p.112) di luar segala kesengsaraan (dengan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa ) (2.50, p.137) The liberated living entities belong to Para mahluk hidup yang sudah that place where there are no material mencapai pembebasan tinggal di miseries. (2.50, p.112) tempat yang bebas dari kesengsaraan material (2.50, p.137) Owing to ignorance, one does not Oleh karena kebodohan, seseorang know that this material world is a tidak mengetahui bahwa dunia miserable place where there are material ini adalah tempat sengsara, dangers at every step. (2.51, p.113) dan bahaya mengancam pada setiap langkah di tempat ini (2.51, p.138) When your mind is no longer Bila pikiranmu tidak goyah lagi disturbed by the flowery language of karena bahasa kiasan Veda dan the Vedas, and when it remains fixed pikiran mantap dalam semadi in the trance of self-realization, then keinsafan diri, maka engkau sudah you will have attained the divine mencapai kesadaran rohani consciousness. (2.53, p.115) (2.53, p.140) Kåñëa conscious person, or Orang yang sadar akan Krsna, atau unflinching devotee of the Lord, seorang penyembah Tuhan yang tidak should not be disturbed by the pernah menyimpang, hendaknya flowery language of the Vedas nor be jangan goyah karena bahasa kiasan engaged in fruitive activities for dari Veda atau sibuk dalam kegiatan promotion to the heavenly kingdom. yang dimaksudkan untuk (2.53, p.115) membuahkan hasil atau pahala yang bertujuan untuk naik tingkat sampai kerajaan surge (2.53, p.140) Therefore, one has to engage himself Karena itu, seseorang harus tekun in Kåñëa consciousness without dalam kesadaran Krsna tanpa raguhesitation, for this devotional service ragu, sebab bhakti ini akan segera
251
121
will instantly help one onto the platform of transcendental consciousness (2.55, p.116) Such a transcendentally situated person has no sense desires resulting from petty materialism; rather, he remains always happy in his natural position of eternally serving the Supreme Lord. (2.55, p.116)
122
One who is not disturbed in mind even amidst the threefold miseries or elated when there is happiness, and who is free from attachment, fear and anger, is called a sage of steady mind. (2.56, p.117)
123
And, for the service of the Lord, he is always daring and active and is not influenced by attachment or aversion. (2.56, p.117) Consequently he is not at all angry even when his attempts are unsuccessful. (2.56, p.117) In the material world, one who is unaffected by whatever good or evil he may obtain, neither praising it nor despising it, is firmly fixed in perfect knowledge. (2.57, p.118)
124
125
126
One who is not agitated by such material upheavals, who is unaffected by good and evil, is to be understood to be fixed in Kåñëa consciousness. (2.57, p.118)
127
The
senses
are
so
strong
and
membantu dirinya sampai ia mencapai tingkat kesadaran rohani (2.55, p.142) Orang yang mantap dalam kerohanian seperti itu tidak mempuanyai keinginan indria-indria akibat keduniawian yang remeh; melainkan ia selalu berbahagia dalam kedudukannya yang wajar, yaitu mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa selamanya. (2.55, p.143) Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah tiga jenis kesengsaraan, tidak gembira pada waktu ada kebahagiaan dan bebass dari ikatan, rasa takut dan marah disebut resi yang mantap dalam pikirannya (2.56, p.143) Demi bhakti kepada Tuhan, dia selalu berani, giat dan tidak dipengaruhi oleh ikatan maupun rasa benci. (2.56, p.144) Karena itu, dia sama sekali tidak marah walaupun usaha-usahanya tidak mencapai sukses. (2.56, p.144) Di dunia material, orang yang tidak dipengaruhi oleh hal yang baik dan hal yang buruk yang diperolehnya, dan tidak memuji maupun mengejeknya, sudah mantap dengan teguh dalam pengetahuan yang sempurna (2.57, p.144) Dapat dimengerti bahwa seseorang sudah mantap dalam kesadaran Krsna kalau ia tidak goyah karena goncangan-goncangan material seperti itu dan tidak dipengaruhi oleh hal yang baik atau buruk. (2.57, p.144) Wahai Arjuna, alangkah kuat dan
252
impetuous, O Arjuna, that they forcibly carry away the mind even of a man of discrimination who is endeavoring to control them. (2.60, p.120) 128
There are many learned sages, philosophers and transcendentalists who try to conquer the senses, but in spite of their endeavors, even the greatest of them sometimes fall victim to material sense enjoyment due to the agitated mind. (2.60, p.120)
129
Kåñëa consciousness is such a transcendentally nice thing that automatically material enjoyment becomes distasteful. (2.60, p.120)
130
One who restrains his senses, keeping them under full control, and fixes his consciousness upon Me, is known as a man of steady intelligence. (2.61, p. 121)
131
As cited above, the great sage Durväsä Muni picked a quarrel with Mahäräja Ambaréña, and Durväsä Muni unnecessarily became angry out of pride and therefore could not check his senses (2.61, p.121)
132
While contemplating the objects of the senses, a person develops attachment for them, and from such attachment lust develops, and from lust anger arises. (2.62, p.122)
bergeloranya indria-indria sehingga pikiran orang bijaksana yang sedang berusaha untuk mengendalikan indria-indrianya pun dibawa lari dengan paksa oleh indria-indria itu (2.60, p.147) Ada banyak resi yang bijaksana, filosof dan rohaniwan yang berusaha menaklukkan indria-indria, tetapi walaupun mereka berusaha keras yang paling mulia di antara merekapun kadang-kadang jatuh menjadi korban kenikmatan indriaindria material karena pikiran yang goyah (2.6p0, p.147) Kesadaran Krsna adalah hal yang begitu baik secara rohani sehingga dengan sendirinya kenikmatan material menjadi hal yang tidak menyenangkan. (2.60, p.148) Orang yang mengekang dan mengendalikan indria-indria sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-ku, dikenal sebagai orang yang mempunyai kecerdasan yang mantap (2.61, p.146) Sebagaimana dikutip diatas, seorang resi yang hebat yang bernam,a Durvasa Muni pernah memaki Maharaja Ambarisa, dan marah karena rasa bangga walaupun itu tidak diperlukan. Karena itu Durvasa Muni tidak dapat mengendalikan indria-indrianya (2.61, p.146) Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indria-indria, ikatan terhadap obyek-obyek indria itu berkembang. Dari ikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu, dan dari
253
133
Lord Çiva was deep in meditation, but when Pärvaté agitated him for sense pleasure, he agreed to the proposal, and as a result Kärtikeya was born. (2.62, p.123)
134
When Haridäsa Öhäkura was a young devotee of the Lord, he was similarly allured by the incarnation of Mäyädevé, but Haridäsa easily passed the test because of his unalloyed devotion to Lord Kåñëa (2.62, p.123)
135
From anger, complete delusion arises, and from delusion bewilderment of memory. (2.63, p.123) But a person free from all attachment and aversion and able to control his senses through regulative principles of freedom can obtain the complete mercy of the Lord. (2.64, p.124)
136
137
As a strong wind sweeps away a boat on the water, even one of the roaming senses on which the mind focuses can carry away a man‘s intelligence.(2.6, p.126)
138
Therefore, O mighty-armed, one whose senses are restrained from their objects is certainly of steady intelligence. (2.68, p.126)
139
The sage feels transcendental pleasure in the gradual advancement of spiritual culture, whereas the man in
hawa nafsu timbulah amarah (2.62, p.150) Dewa Siva bersemadi dengan khusuk, tetapi ketika Parvati menggoyahkannya untuk kesenangan indria-indria, Siva mengabulkan permintaan itu dan sebagai akibatnya Kartikey lahir (2.62, p.150) Haridasa Thakura, seorang penyembah Tuhan yang masih muda, juga digoda dengan cara yang serupa oleh penjelmaan Maya-Devi, tetapi Haridasa lulus ujian tersebut dengan mudah karena bhakti-nya yang murni kepada Sri Krsna (2.62, p.150) Dari amarah timbullah khayalan yang lengkap, dari khayalan menyebabkan ingatan bingung. (2.63, p.151) Tetapi orang yang sudah bebas dari segala ikatan dan rasa tidak suka serta sanggup mengendalikan indriaindria melalui prinsip-prinsip kebebasan yang teratur dapat memperoleh karunia sepenuhnya dari Tuhan (2.64, p.152) Seperti perahu yang berada pada permukaan air dibawa lari oleh angin kencang, kecerdasan seseorang dapat dilarikan bahkan oleh satu saja di antara indria-indria yang mengembara dan menjadi titik pusat untuk pikiran (2.6, p.155) Karena itu, orang yang indriaindrianya terkekang dari obyekobyek nya pasti mempunyai kecerdasan yang mantap, wahai yang berlengan perkasa (2.68, p.155) Resi tersebut merasakan kesenangan rohani dalam mengembangkan kebudayaan rohani tahap demi tahap,
254
materialistic activities, being asleep to self-realization, dreams of varieties of sense pleasure, feeling sometimes happy and sometimes distressed in his sleeping condition. (2.69, p.127)
140
The introspective man is always indifferent to materialistic happiness and distress. He goes on with his self-realization activities undisturbed by material reactions. (2.69, p.127)
141
A person who is not disturbed by the incessant flow of desires—that enter like rivers into the ocean, which is ever being filled but is always still— can alone achieve peace, and not the man who strives to satisfy such desires (2.70, p.127)
142
The fruitive workers, the salvationists, and also the yogés who are after mystic powers are all unhappy because of unfulfilled desires (2.70, p.128)
143
A person who has given up all desires for sense gratification, who lives free from desires, who has given up all sense of proprietorship and is devoid of false ego—he alone can attain real peace. (2.71, p.128)
144
That is the way of the spiritual and godly life, after attaining which a man is not bewildered.
sedangkan orang yang sibuk dalam kegiatan duniawi tidak sadar terhadap keindafan diri. Orang duniawi mimpi tentang berbagai kenikmatan indria-indria. Kadangkadang ia merasa bahagia dan kadang-kadang berdukacita dalam keadaan tidur yang dialaminya. (2.69, p.156) Orang yang mawas diri selalu acuh terhadap kesenangan dan duka cita duniawi. Dia, melanjutkan kegiatannya untuk keinsafan diri dan tidak digoyahkan oleh reaksi-reaksi material. (2.69, p.156) Hanya orang yang tidak terganggu oleh arus keinginan yang mengalir terus menerus yang masuk bagaikan sungai-sungai kedalam lautan yang senantiasa diisi tetapi selalu tetap tenang, dapat mencapai kedamaian. Bukan orang yang berusaha memuaskan keinginan itu yang dapat mencapai kedamaian (2.70, p.157) Orang yang bekerja dengan keinginan menikmati hasil atau pahala, orang mencari pembebasan, dan juga para yogi yang mencari kekuatan batin semua kurang berbahagia karena keinginannya belum terpenuhi (2.70, p.158) Hanya orang yang sudah meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan indria-indria, hidup bebas dari keinginan, sudah meninggalkan segala rasa ingin memiliki sesuatu dan bebas dari keakuan palsu dapat mencapai kedamaian yang sejati. (2.71, p.158) Itulah cara hidup yang suci dan rohani. Sesudah mencapai kehidupa seperti itu, seseorang tidak
255
(2.72, p.129) NO 145
146
147
148
149
150
151
dibingungkan. (2.72, p.159)
CHAPTER 3 The Supreme Personality of Godhead Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Çri Krsna has very elaborately Sri Krsna menguraikan kedudukan described the constitution of the soul dasar sang roh secara panjang lebar in the previous chapter, with a view to dalam bab sebelumnya dengan delivering His intimate friend Arjuna maksud menyelamatkan Arjuna, from the ocean of material grief. (3.1, kawan dekat-Nya, dari lautan p.131) kesedihan material (3.1, p.161-162) My intelligence is bewildered by Kecerdasan hamba dibingungkan Your equivocal instructions (3.2, oleh pelajaran Anda yang p.132) mengandung dua arti (3.2, p.162) Although Kåñëa had no intention of Walaupun Krsna tidak bermaksud confusing Arjuna by any jugglery of membingungkan Arjuna dengan words, Arjuna could not follow the mempermainkan kata-kata yang mana process of Kåñëa consciousness— Arjuna tidak dapat mengikuti proses either by inertia or by active service kesadaran Krsna-baik dengan diam (3.2, p.132) saja ataupun dengan pengabdian yang aktif (3.2, p.163) Religion without philosophy is Agama tanpa filsafat adalah perasaan sentiment, or sometimes fanaticism, yang dangkal atau kadang-kadang while philosophy without religion is sikap fanatik , sedangkan, filsafat mental speculation. (3.3, p.133) tanpa agama adalah angan-angan pikiran (3.3, p.164) Everyone is forced to act helplessly Semua orang dipaksakan bekerja according to the qualities he has tanpa berdaya menurut sifat-sifat acquired from the modes of material yang telah diperolehnya dari sifatnature; therefore no one can refrain sifat alam material; karena itu, tiada from doing something, not even for a seorangpun yang dapat menghindari moment. (3.5, p.134) berbuat sesuatu, bahkan selama sesaatpun (3.5, p.165) One who restrains the senses of Orang yang mengekang indria-indria action but whose mind dwells on yang bekerja tetapi pikirannya sense objects certainly deludes merenungkan obyek-obyek indria himself and is called a pretender. (3.6, pasti menipu dirinya sendiri dan p.135) disebut orang yang yang berpura-pura (3.6, p.167) The Lord created this material world Tuhan menciptakan dunia material ini to enable the conditioned souls to untuk memungkinakan roh-roh yang learn how to perform yajïas terikat mempelajari cara melakukan (sacrifices) for the satisfaction of yajna (korban-korban suci) demi
256
Viñëu, so that while in the material world they can live very comfortably without anxiety and after finishing the present material body they can enter into the kingdom of God. (3.10, p.139)
152
153
154
155
156
kepuasan Visnu, supaya selama berada di dunia material mereka dapat hidup dengan cara yang menyenangkan tanpa kecemasan dan sesudah badan material yang dihuninya sekarang berakhir, mereka dapat memasuki kerajaan Tuhan (3.10, p.171) Their pleasures and displeasures are Mereka senang atau tidak senang dependent on the performance of tergantung pada pelaksanaan yajna yajïas by the human being. (3.11, yajna oleh manusia (3.11, p.172) p.140) If we forget the purpose of human life Kalau kita lupa tuujuan kehidupan and simply take supplies from the hidup manusia dan hanya menerima agents of the Lord for sense persediaan dari pesuruh Tuhan demi gratification and become more and kepuasan indria-indria dan menjadi more entangled in material existence, semakin terikat dalam kehidupan which is not the purpose of creation, material, yang tidak merupakan certainly we become thieves, and tujuan ciptaan, maka tentu saja kita therefore we are punished by the laws menjadi pencuri. Karena itu kita of material nature. (3.12, p.142) dihukum oleh hokum-hukum alam material (3.12, p.174) On the other hand, one who does not Di pihak lain, orang yang tidak do so continues to increase the berbuat demikan terus meningkatkan volume of sinful action, and this jumlah perbuatan yang berdosa, dan prepares the next body to resemble ini mneyiapkan badan berikut yang hogs and dogs, to suffer the resultant sesuai misalnya badan babi atau reactions of all sins. (3.14, p.144) anjing untuk menderita reaksi-reaksi akibat segala dosa (3.14, p.177) The yajïa system is planned in such a Sistem yajna direncanakan way that sensory conscious persons sedemikian rupa agar orang yang may satisfy their desires without sadar akan indria-indria dapat becoming entangled in the reaction memuaskan keinginannya tanpa of sense-gratificatory work (3.16, menjadi terikat dalam reaksi p.146) pekerjaan untuk memuaskan indriaindria (3.16, p.180) And yet Lord Kåñëa is engaged on Namun Sri Krsna sibuk di medan the Battlefield of Kurukñetra as the perang Kurusetra sebagai pemimpin leader of the kñatriyas because the para ksatriya karena para ksatriya kñatriyas are duty-bound to give diikat oleh kewajiban memberikan protection to the distressed. (3.22, perlindungan kepada orang yang p.151) berduka cita (3.22, p.186)
257
157
158
The Lord is the father of all living entities, and if the living entities are misguided, indirectly the responsibility goes to the Lord. (3.24, p.152) Therefore, whenever there is general disregard of regulative principles, the Lord Himself descends and corrects the society. (3.24, p.52)
Krsna adalah ayah bagi semua mahluk hidup dan kalau para mahluk hidup disesatkan, mak secara tidak lanngsung Tuhan-lah yang memikul tanggung jawab (3.24, p.187) Karena itu bilamana prinsip-prinsip yang mengatur dialpakan oleh masyarakat umum, maka Tuhan Sendiri turun dan memperbaiki masyarakat (3.24, p.187) Agar tidak mengacaukan pikiran orang bodoh yang terikat terhadap hasil atau pahala dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan, hendaknya orang bijaksana jangan menyuruh mereka berhenti bekerja. (3.26, p.189) Walaupun orang bodoh hendaknya tidak diganggu dalam kegiatannya, namun orang yang sudah maju sedikit dalam kesadaran Krsna dapat diajak menekuni bhakti kepada Tuhan secara langsung tanpa menunggu rumus-rumus (3.26, p.190) Sang roh yang dibingungkan oleh pengaruh keakuan palsu menganggap dirinya pelaku kegiatan yang sebenarnya dilakukan oleh tiga sifat alam material (3.27, p.190)
159
So as not to disrupt the minds of ignorant men attached to the fruitive results of prescribed duties, a learned person should not induce them to stop work. (3.26, p.153)
160
Although the ignorant man is not to be disturbed in his activities, a slightly developed Krsna conscious person may directly be engaged in the service of the Lord without waiting for other Vedic formulas. (3.26, p.154) The spirit soul bewildered by the influence of false ego thinks himself the doer of activities that are in actuality carried out by the three modes of material nature. (3.27, p.154) The person in material consciousness Orang yang kesadarnnya duniawi is convinced by false ego that he is kesadarnnya oleh keakuan yang the doer of everything (3.27, p.154) palsu bahwa dirinya melakukan segala sesuatu (3.27, p.191) The ignorant man forgets that the Orang bodoh lupa bahwa Supreme Personality of Godhead is KepribadianTuhan Yang Maha Esa known as Håñékeça, or the master of bernama Hrsikesa, atau Penguasa the senses of the material body, for indria-indria badan jasmani. Dia lupa due to his long misuse of the senses in karena sudah lama menyalahgunakan sense gratification, he is factually indria-indrianya untuk kepuasan bewildered by the false ego, which indria-indria, sehingga ia sungguhmakes him forget his eternal sungguh dibingungkan oleh
161
162
163
258
relationship with Krsna. (3.27, p.154)
164
The knower of the Absolute Truth is convinced of his awkward position in material association. (3.28, p.155)
165
He knows his real identity as part and parcel of the Supreme, who is eternal bliss and knowledge, and he realizes that somehow or other he is entrapped in the material conception of life (3.28, p.155)
166
He knows that his material condition of life is under the supreme control of the Lord; consequently he is not disturbed by all kinds of material reactions, which he considers to be the mercy of the Lord (3.28, p.155)
167
Bewildered by the modes of material nature, the ignorant fully engage themselves in material activities and become attached. (3.29, p.156)
168
Under the spell of such designations, they are always busy in the material field; for them spiritual realization is a myth, and so they are not interested. (3.29, p.156) Those who are enlightened in spiritual life, however, should not try to agitate such materially engrossed persons. Better to prosecute one‘s own spiritual activities silently. Such bewildered persons may be engaged
169
keakuan yang palsu, yang menyebabkan ia melupakan hubungannya yang kekal dengan Krsna (3.27, p.191) Orang yang mengetahui tenatang Kebenaran Mutlak yakin bahwa kedudukan dirinya sulit dalam hubungan material (3.28, p.192) Dia mengetahui identitasnya yang sejati sebagai bagian dari Yang Mahakuasa ynag mempunyai sifat sama seperti Yang Mahakuasa.Yang Mahakuasa memiliki sifat kebahagiaan dan pengetahuan yang kekal. Dia menginsafi bahwa entah bagaimana ia terperangkap dalam paham hidup duyniawi (3.28, p.192) Dia mengetahui bahwa keadaan hidupnya yang bersifat material di bawah Kemahakuasaan Tuhan: karena itu, dia tidak digoyahkan sama sekali oleh segala jenis reaksi material. Dia menganggap reaksireaksi material sebagai karunia Tuhan. (3.28, p.192) Oleh karena orang bodoh dibingungkan oleh sifat-sifat alam material, maka mereka sepenuhnya menekuni kegiatan material hingga menjadi terikat. (3.29, p.192-193) Terpesona oleh julukan seperti itu,mereka selalu sibuk di bidang material. Bagi mereka keinsafan rohani adalah dongeng, sehingga mereka tidak tertarik (3.29, p.193) Akan tetapi, orang yang sudah dibebaskan dari kebodohan dalam kehidupan rohani hendaknya jangan berusaha menggoyahkan orang yang terikat dalam kegiatan material seperti tiu. Lebih baik menjalankan
259
in such primary moral principles of life as nonviolence and similar materially benevolent work. (3.29, p.156)
170
And if there is any reluctance to execute such a stern order, which is without consideration of so-called kinsmen in the bodily relationship, that reluctance should be thrown off; in this way one may become vigatajvara, or without feverish mentality or lethargy (3.30, p.157)
171
Those persons who execute their duties according to My injunctions and who follow this teaching faithfully, without envy, become free from the bondage of fruitive actions. (3.31, p.31)
172
One should have firm faith in this injunction, without envying the Lord. There are many philosophers who write comments on the Bhagavadgétä but have no faith in Kåñëa. (3.31, p.158) In the beginning of Kåñëa consciousness, one may not fully discharge the injunctions of the Lord, but because one is not resentful of this principle and works sincerely without consideration of defeat and hopelessness, he will surely be promoted to the stage of pure Kåñëa consciousness. (3.31, p.158)
173
174
But those who, out of envy, disregard these teachings and do not follow
kegiatan rohani sendiri secara diam. Orang yang dibingungkan seperti itu barangkali sibuk mengikuti prinsipprinsip moral tingkat dasr, misalnya tidak melakukan kekerasan dan pekerjaan kedermawanan material yang serupa. (3.29, p.193) Kalau ada rasa enggan utnuk melaksanakan perintah yang tegas itu, yang tidak mempertimbangkan apa yang disebut sanak keluarga dalam hubungan jasmani maka rasa enggan tersebut hendaknya dibuang. Dengan cara demikian, seseorang dapat menjadi vigata-jvara atau bebas dari demam mental atau sifat malas (3.30, p.194) Orang yang melakukan tugas-tugas kewajibannya menurut perintah perintah-Ku dan mengikuti ajaran ini dengan setia, bebas dari rasa iri, dibebaskan dari ikatan perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil (195) Hendaknya orang yakin dengan teguh terhadap perintah tersebut, tanpa merasa iri kepada Krsna. Ada banyak filosof yang mengarang tafsiran tentang Bhagavad-gita tetapi tidak percaya kepada Krsna. (195) Pada awal kesadaran Krsna, barangkali seseoang belum melaksanakan perintah-perintah Krsna sepenuhnya, tetapi oleh karena dia tidak benci terhadap prinsip tersebut dan bekerja dengan tulus ikhlas tanpa memikirkan kekalahan dan keputusasaan, pasti dia akan diangkat sampai tingkat kesadaran Krsna yang murni (195) Tetapi orang yang tidak mengikuti ajaran ini secara teratur karena rasa
260
175
176
them are to be considered bereft of all knowledge, befooled, and ruined in their endeavors for perfection.(3.32, p.158) Therefore there is no hope of perfection of life for him. (3.32, p.159) Even a man of knowledge acts according to his own nature, for everyone follows the nature he has acquired from the three modes. What can repression accomplish? (3.33, p.159)
178
One should not come under the control of such attachment and aversion, because they are stumbling blocks on the path of self-realization. (3.34, p. 160)
179
Those who are in Krsna consciousness are naturally reluctant to engage in material sense gratification (3.34, p.160) But when he is in contact with the material nature, he acts in many sinful ways without hesitation, and sometimes even against his will. As such, Arjuna‘s question to Krsna is very sanguine, as to the perverted nature of the living entities. (3.36, p.162)
180
181
Although the living entity sometimes does not want to act in sin, he is still forced to act. (3.36, p.162)
182
The Supreme Personality of Godhead said: It is lust only, Arjuna, which is born of contact with the material
iri dianggap kehilangan segala pengetahuan, dijadikan bodoh, dan dihancurkan dalam usahanya untuk mencari kesempurnaan (196) Karena itu tidak ada harapan kesempurnaan hidup bagi orang itu (3.32, p.196) Orang yang berpengetahuan bertindak menurut sifatnya sendiri, sebab semua orang mengikuti sifat yang telah diperolehnya dari tiga sifat alam. Karena itu apa yang dapat dicapai dengan pengekangan? (3.33, p.197) Hendaknya seorang jangan dikuasai oleh ikatan dan rasa tidak suka seperti itu, sebab hal-hal itu merupakan batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri (3.34, p.198) Orang yang sadar akan Krsna sewajarnya enggan menjadi sibuk dalam kepuasan indria-indria material (3.34, p.198) Tetapi apabila ia mengadakan hubungan dengan alam material, ia bertindak dengan banyak cara yang berdosa tanpa segan, dan kadangkadang itu bertentangan dengan kehendaknya sendiri. Karena itu, pertanyaan Arjuna kepada Krsna penuh kasih saying, mengenai sifat terputar balik yang di miliki oleh para mahluk hidup (3.36, p.201) Walaupun kadnag-kadang mahluk hidup tidak ingin berbuat dosa, namun ia terpaksa bertindak. (3.36, p.201) Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna, hanya hawa nafsu saja, yang dilahirkan dari
261
mode of passion and later transformed into wrath, and which is the alldevouring sinful enemy of this world. (3.37, p.162) 183
When a living entity comes in contact with the material creation, his eternal love for Kåñëa is transformed into lust, in association with the mode of passion (3.37, p.162)
184
Then again, when lust is unsatisfied, it turns into wrath; wrath is transformed into illusion, and illusion continues the material existence (3.37, p.163)
185
Therefore, lust is the greatest enemy of the living entity, and it is lust only which induces the pure living entity to remain entangled in the material world. Wrath is the manifestation of the mode of ignorance; these modes exhibit themselves as wrath and other corollaries. If, therefore, the mode of passion, instead of being degraded into the mode of ignorance, is elevated to the mode of goodness by the prescribed method of living and acting, then one can be saved from the degradation of wrath by spiritual attachment. (3.37, p.163)
186
Therefore, lust and wrath, when they are employed in Kåñëa consciousness, become our friends instead of our enemies (3.37, p.163)
187
As fire is covered by smoke, as a mirror is covered by dust, or as the
hubungan dengan sifat nafsu material dan kemudia diubah menjadi amarah yang menajdi musuh dunia ini. Musuh itu penuh dosa dan menelan segala sesuatu. (201-202) Apabila ada mahluk hidup mengadakan hubungan dengan ciptaan material, maka cinta kasih yang kekal dalam hatinya terhdap Krsna diubah menjadi hawa nafsu (3.37, p.202) Kemudia sekali lagi, apabila hawa nafsu tidak dipuaskan, nafsu berubah menjadi amarah; amarah diubah menjadi khayalan dan khayalan melanjutkan kehidupan material (3.37, p.202) Karena itu hawa nafsu adalah musuh yang paling besar bagi mahluk hidup dan hanya hawa nafsu saja yang mendorong mahluk hidup yang murni supaya dia tetap terikat di dunia material. Amarah adalah manifestasi dari sifat kebodohan; sifat-sifat tersebut mewujudkan diri sebagai amarah dan hal-hal lain sehubungan dengan itu. Karena itu, kalau sifatsifat nafsu dijaga agar tidak merosot menjadi sifat kebodohan, melainkan diangkat hingga mencapai sifat kebaikan dengan cara hidup dan bertindak sesuai yang dianjurkan, maka dengan ikatan rohani seseorang dapat diselamatkan dari kemerosotan amarah (3.37, p.202) Karena itu, apabila nafsu dan marah digunakan dalam Kesadaran Krsna, maka nafsu dan amarah tidak menjadi musuh kita, melainkan menjadi kawan (3.37, p.203) Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin
262
188
189
190
embryo is covered by the womb, the living entity is similarly covered by different degrees of this lust (3.38, p.164) The embryo covered by the womb is an analogy illustrating a helpless position, for the child in the womb is so helpless that he cannot even move (3.38, p.164) Thus the wise living entity‘s pure consciousness becomes covered by his eternal enemy in the form of lust, which is never satisfied and which burns like fire (3.39, p.165) It is said in the Manu-småti that lust cannot be satisfied by any amount of sense enjoyment, just as fire is never extinguished by a constant supply of fuel.(3.39, p.165)
191
The senses, the mind and the intelligence are the sitting places of this lust. Through them lust covers the real knowledge of the living entity and bewilders him. (3.40, p.165)
192
The spirit soul becomes addicted to enjoying the material senses and mistakes this as true happiness. (3.40, p.165)
193
Therefore, O Arjuna, best of the Bhäratas, in the very beginning curb this great symbol of sin [lust] by regulating the senses, and slay this destroyer of knowledge and selfrealization. (3.41, p.166)
ditutupi oleh kandungan, begitu pula mahluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat hawa nafsu ini (3.38, p.203) Janin ditutupi oleh kandungan adalah analogi yang menggambarkan kedudukan tidak berdaya, sebab anak dalam kandungan sangat tidak berdaya, sehingga ia tidak dapat bergerak (3.38, p.203) Seperti itulah kesadarn murni mahluk hidup yang bijaksana ditutupi oleh musuhnya yang kekal dalam bentuk nafsu, yang tidak pernah puas dan membakar bagaikan api (3.39, p.204) Dinyatakan dalam Manu-smrti bahwa hawa nafsu tidak dapat dipuaskan dengan jumlah kenikmatan indriaindria maupun seperti halnya api yang tidak dipadamkan oleh bahan bakar yang disediakan secara terus menerus (3.39, p.204) Indria-indria, pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduk hawa nafsu tersebut. Melalui indria-indria, pikiran dan kecerdasan hawa nafsumenutupi pengetahuan sejati mahluk hidup dan membingungkannya (3.40, p.205) Sang roh kecanduan kenikmatan indria-indria material dan dia salah paham dengan menganggap kenikmatan indria-indria material sebagai kebahagiaan sejati (3.40, p.205) Wahai Arjuna, yang paling baik di antara para Bharata, karena itu, pada awal sekali batasilah lambing dosa yang besar ini (hawa nafsu) dengan mengatur indria-indria, dan bunuhlah pembinasa pengetahuan dan keinsafan diri (3.41, p.206)
263
194
195
196
197
NO 198
199
Lust is only the perverted reflection Hawa nafsu hanya merupakan of the love of God which is natural gambaran yang terputar balik dari for every living entity. (3.41, p.167) cinta kasih kepada Tuhan yang merupakan hal yang wajar bagi setiap mahluk hidup (3.41, p.207) God deteriorates into lust, it is very Apabila cinta-bhakti kepada Tuhan difficult to return to the normal merosot menjadi hawa nafsu, sulit condition (3.41, p.167) sekali kembali ke keadaan normal (3.41, p.207) The senses are different outlets for the Indria-indria adalah berbagai jalan activities of lust. Lust is reserved keluar untuk kegiatan hawa nafsu. within the body, but it is given vent Hawa nafsu disimpan di dalam through the senses. (3.42, p.167) badan, tetapi dikeluarkan melalui indria-indria (3.42,p.208) Thus knowing oneself to be Dengan mengetahui dirinya transcendental to the material senses, melampaui indria-indria material, mind and intelligence, O mighty- pikiran dan kecerdasan, hendaknya armed Arjuna, one should steady the seseorang memantapkan pikiran mind by deliberate spiritual dengan kecerdasan rohani yang intelligence [Kåñëa consciousness] bertabah hati (kesadaran Krsna) dan and thus—by spiritual strength— dengan demikian-melalui kekuatan conquer this insatiable enemy known rohani, mengalahkan hawa nafsu, as lust. (3.43, p.168) musuh yang tidak pernah puas, wahai Arjuna yang berlengan perkasa (3.43, p.209) CHAPTER 4 Here is a warning about such Inilah peringatan tentang jalan-jalan misleading paths. One should try to ynag menyesatkan seperti itu. follow the disciplic succession from Hendaknya orang harus mengikuti Arjuna, and thus be benefitted by this garis dan berusaha untuk mengikuti great science of Çrémad Bhagavad- perguruan dari Arjuna dan dengan gétä (4.3, p. 174) demikian ia akan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan Srimad Bhagavad-gita ynag mulia ini. (4.3, p.215) The Vedic principles push one Prinsip-prinsip Veda mendorong towards complete surrender unto seseorang menuji penyerahan diri Him; and whenever such principles sepenuhnya kepada Krsna; dan are disturbed by the demoniac, the bilamana prinsip-prinsip seperti itu Lord appears. (4.7, p.181) diganggu oleh orang jahat, Krsna muncul. (4.7, p.223)
264
200
Lord Çré Kåñëa descends for the specific purpose of mitigating the anxieties of the pure devotees, who are very anxious to see Him in His original Våndävana pastimes. (4.8, p.183)
201
Being freed from attachment, fear and anger, being fully absorbed in Me and taking refuge in Me, many, many persons in the past became purified by knowledge of Me—and thus they all attained transcendental love for Me (4.10, p.185)
202
Generally, people who are attached to the bodily conception of life are so absorbed in materialism that it is almost impossible for them to understand how the Supreme can be a person. (4.10, p.185)
203
In the materialistic concept, the body is perishable, full of ignorance and completely miserable.(4.10, p.186)
204
And because they are too materially absorbed, the conception of retaining the personality after liberation from matter frightens them (4.10, p. 186)
205
When they are informed that spiritual life is also individual and personal, they become afraid of becoming persons again, and so they naturally prefer a kind of merging into the impersonal void. (4.10, p.186) This is a kind of fearful stage of life, Ini merupakan sejenis tahapan hidup devoid of perfect knowledge of yang menakutkan, tanpa
206
Sri Krsna turun dengan maksud khusus, yaitu untuk menghilangkan rasa cemas di dalam hati para penyembah-Nya yang murni. Para menyembah ynag murni ingin sekali melihat Sri Krsna dalam kegiatanNya yang asli di Vrndavana. (4.8, p.225) Banyak orang pada masa lampau disucikan oleh pengetahuan tentangKu dengan dibebaskan dari ikatan, rasa takut dan amarah, khusus sepenuhnya berfikir tenatng-Ku dan berlindung kepada-Ku-dan dengan demikia mereka mencapai cintabhakti rohani kepada-Ku (4.10, p.228) Pada umumnya orang yang terikat pada paham hidup yang bersifat jasmani sangat terikat dalam keduniawian sehingga hamper tidak mungkin mereka mengerti bagaimana Yang Mahakuasa adalah kepribadian. (4.10, p.228) Dalam paham duniawi, badan dapat dimusnahkan, penuh kebodohan dan senuh sengsara. (4.10, p.228)
Oleh karena mereka terlalu terikat secara duniawi, paham bahwa kepribadian tetap ada sesudah pembebasan dari alam menyebabkan mereka merasa takut (4.10, p.229) Apabila mereka diberitahu bahwa kehidupan rohani juga bersifat individual dan pribadi, mereka takut untuk menjadi kepribadian lagi. (4.10, p.229)
265
spiritual existence (4.10, p.186) 207
Being embarrassed by so many theories and by contradictions of various types of philosophical speculation, they become disgusted or angry and foolishly conclude that there is no supreme cause and that everything is ultimately void (4.10, p.186)
208
Some people are too materially attached and therefore do not give attention to spiritual life, some of them want to merge into the supreme spiritual cause, and some of them disbelieve in everything, being angry at all sorts of spiritual speculation out of hopelessness (4.10, p.186)
209
One has to get rid of all three stages of attachment to the material world: negligence of spiritual life, fear of a spiritual personal identity, and the conception of void that arises from frustration in life. (4.10, p.186)
210
So, by the slow process of devotional service, under the guidance of the bona fide spiritual master, one can attain the highest stage, being freed from all material attachment, from the fearfulness of one‘s individual spiritual personality, and from the frustrations that result in void philosophy. (4.10, p.187)
211
Some of them, who are not firmly situated even in the impersonal existence, return to this material field to exhibit their dormant desires for
pengetahuan sempurna tenatang kebenaran rohani (4.10, P.186) Setelah merasa malu karena begitu banyak teori dan penyangkalan berbagai jenis anagan-angan filsafat, mereka merasa kesal atau marah dan menarik kesimpulan secara bodoh bahwa tidak ada sebab yang paling utama dan bahwa pada hakekatnya segala sesuatu adalah kekosongan (4.10, p.229) Ada orang yang terlalu terikat secara material sehingga tidak memperhatikan kehidupan rohani, ada yang ingin menunggal dalam sebab rohani yang paling utama dan ada yang tidak percaya pada segala sesuatu karena marah terhadap segala jenis angan-angan rohani akibat rasa putus asa. (4.10, p.229) Seseorang harus menjadi bebas dari ketiga tingkat ikatan tersebu terhadap dunia material; yaitu kealpaan terhadap kehidupan rohani, rasa takut terhaap indentitas pribadi yang rohani, dan paham kekosongan yang berasal dari frustrasi dalam hidup. (4.10, p.229) Demikiianlah melalui proses bhakti secara bertahap di bawah bimbingan sang guru kerohanian yang dapat dipercaya, seseorang dapat mencapai tahap tertinggi, dengan dibebaskan dari segala ikatan material, bebas dari rasa takut terhadap kepribadian rohaninya yang individual, dan bebas dari frustrasi yang mengakibatkan filsafat kekosongan (4.10, p.230) Ada beberapa diantaranya yang belum mantap dengan teguh dalam keberadaan yang bersifat pribadi dan mereka kembali kelapangan material
266
activities (4.11,p.188)
212
213
One who understands this truth about Me also does not become entangled in the fruitive reactions of work. (4.14, p.191) He creates and remains aloof from the creation, whereas the living entities are entangled in the fruitive results of material activities because of their propensity for lording it over material resources. (4.14, p.192)
214
Even the intelligent are bewildered in determining what is action and what is inaction. (4.16, p.194)
215
Otherwise even the most intelligent men will be bewildered regarding the standard actions of Krsna consciousness (4.16, p.194) Because of the direct instruction of the Lord to Arjuna, anyone who follows in the footsteps of Arjuna is certainly not bewildered. (4.16, p.194) Otherwise, even the most intelligent persons will be bewildered. (4.17, p.195) The impersonalist ceases fruitive activities out of fear, so that the resultant action may not be a stumbling block on the path of selfrealization, but the personalist knows rightly his position as the eternal servitor of the Supreme Personality of Godhead. (4.18, p.196)
216
217
218
untuk memperlihatkan keinginan yang terpendam dalam hatinya untuk melakukan kegiatan (231) Orang yang mengerti kenyataan ini tentang diri-Ku juga tidak akan terikat dalam reaksi-reaksi hasil pekerjaan (4.14, p.235) Krsna menciptakandan tetap meyisih dari ciptaan, sedangkan para mahluk hidup terikat dalam hasil-hasil kegiatan material karena kecenderungan mereka untuk berkuasa atas sumber-sumber lain. (4.14, p.236) Orang cerdaspun bingung dalam menentukan apa itu perbuatan dan apa arti tidak melakukan perbuatan. (4.16, p.238) Kalau tidak demikan, orang yang paling cerdas sekalipun akan dibingungkan mengenai perbuatan baku kesadaran Krsna (4.16, p.239) Oleh karena pelajaran langsung dari Krsna kepada Arjuna, siapa pun, yang mengikuti langkah-langkah Arjuna pasti tidak bingung (4.16, p.239) Kalau tidak demikian, ornag yang paling cerdas sekalipun akan dibingungkan (4.17, p.239) Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menghentikan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala karena takut supaya perbuatan sebagai akibatnya tidak akan menjadi batu rintangan di jalan menuju keinsafan diri. Tetapi orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan mengetahui dengan benar tentang kedudukannya sevagai hamba Kepribadian Tuhan Yang Mha Esa yang kekal
267
219
220
221
222
223
224
225
(4.18, p.241) Nor is he anxious to secure things, Dia juga tidak berhasrat nor to protect things already in his memperoleh benda-benda ataupun possession (4.20, p.197) melindungi benda-benda yang sudah dinikmatinya (4.20, p.243) He who is satisfied with gain which Orang yang puas dengan keuntungan comes of its own accord, who is free yang datang dengan sendirinya bebas from duality and does not envy, who dari hal-hal relative, tidak iri hati dan is steady in both success and failure, mantap baik dalam sukses maupun is never entangled, although kegagalan, tidak pernah terikat, performing actions. (4.22, p.198) walaupun ia melakukan perbuatan. (4.22, p.244) However, for the service of the Lord Akan tetapi,untuk pengabdian kepada he can participate in any kind of Krsna dia dapat ikut serta dalam jenis action without being disturbed by the perbuatan manapun tanpa diganggu duality of the material world. The oleh hal-hal relative dari dunia duality of the material world is felt in material. Hal-hal yang relative di terms of heat and cold, or misery and dunia material dirasakan sebagai happiness. A Kåñëa conscious person panas dingin, atau kesengsaraan dan is above duality because he does not kebahagiaan. Orang yang sadar akan hesitate to act in any way for the Krsna berada di atas hal-hal yang satisfaction of Kåñëa. (4.22, p.198) relative karena dia tidak ragu-ragu bertindak dengan cara manapun untuk memuaskan Krsna. (4.22, p.245) The resultant reactions to all such Reaksi hasil segala pekerjaan seperti work certainly merge into itu tentu saja menunggal ke dalam transcendence, and one does not kerohanian dan seseorang tidak suffer material effects. (4.23, p.199) menderita efek-efek material (4.23, p.245) A conditioned soul, entangled in Roh yang terikat, terjerat dalam material contamination, is sure to act pengaruh material, pasti akan in the material atmosphere, and yet he bertindak dalam suasana material, has to get out of such an environment. namun ia harus keluar dari (4.24, p.199) lingkungan seperti itu (4.24, p.246) For example, a patient who is Misalnya orang yang menderita sakit suffering from a disorder of the perut akibat minum susu terlalu bowels due to overindulgence in milk banyak disembuhkan dengan products is cured by another milk makanan lain terbuat dari susu, yaitu product, namely curds. (4.24, p.200) susu asam (4.14, p.246) The Vedas, therefore, give us a Karena itu Veda memberikan chance for escape by pointing out the kesempatan kepada kita untuk keluar paths of religion, economic comfort, dengan menunjukkan jalan-jalan
268
regulated sense gratification and, at last, the means to get out of the miserable condition entirely. (4.31, p.207) 226
227
Perfect knowledge is that the Supreme Soul, Krsna, is the supreme shelter for all living entities, and giving up such shelter, the living entities are deluded by the material energy, imagining themselves to have a separate identity. (4.35, p.211) Even if you are considered to be the most sinful of all sinners, when you are situated in the boat of transcendental knowledge you will be able to cross over the ocean of miseries. (4.36, p.212)
228
But ignorant and faithless persons who doubt the revealed scriptures do not attain God consciousness; they fall down. (4.40, p.214)
229
Persons who are almost like animals have no faith in, or knowledge of, the standard revealed scriptures; and some, even though they have knowledge of, or can cite passages from, the revealed scriptures, have actually no faith in these words (4.40, p.214)
230
They fall down. Out of all the abovementioned persons, those who have no faith and are always doubtful make no progress at all. (4.40, p.214) For them there is no happiness whatsoever. (4.40, p.214)
231
kegiatan keagamaan, kesenangan ekonomi, kepuasan indria-indria yang teratur dan akhirnya sarana untuk keluar dari keadaan sengsara sepenuhnya (4.31, p.255) Pengetahuan sempurna ialah bahwa Roh Yang Utama, Krsna adalah pelindung utama bagi semua mahluk hidup dikhayalkan oleh tenaga material dan membayangkan dirinya sendiri mempunyai identitas tersendiri (4.35, p.261) Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada di dalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan (4.36, p.261) Tetapi orang yang bodoh dan tidak percaya yang ragu-ragu tentang Kitab-kitab suci yang diwahyukan, tidak akan mencapai kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa; melainkan mereka jatuh. (4.40, p.265) Orang yang hampir seperti binatang tidak mempercayainya atau ia tidak mengetahui tentang Kitab-kitab suci yang baku. Walaupun beberapa diantara orang-orang itu sudah mempunyai pengetahuan tentang Kitab-kitab Suci ataupun dapat mengutip ayat-ayat dari Kitab Suci, sebenarnya mereka tidak percaya kata-kata ini sama sekali (4.40, p.265) Mereka jatuh, diantara semua orang tersebut diatas dan orang yang tidak percaya selalu ragu-ragu tidak maju sedikitpun. (4.40, p.265) Tidak ada kebahagiaan sama sekali bagi mereka (4.40, p.265)
269
232
233
234
235
236
NO 237
238
In other words, doubtful persons Dengan kata lain, orang yang raguhave no status whatsoever in spiritual ragu tidak mempunyai status sama emancipation (4.40, p.214) sekali dalam pembebasan rohani (4.40, p.265) One who acts in devotional service, Orang yang bertindak dalam bhakti, renouncing the fruits of his actions, dan melepaskan ikatan terhadap hasil and whose doubts have been perbuatannya dan keragu-raguannya destroyed by transcendental sudah dibinasakan oleh pengetahuan knowledge, is situated factually in the rohani sungguh-sungguh mantap self (4.41, p.214) dalam sang diri. (4.41, p.266) Therefore the doubts which have Karena itu, keragu-raguan yang arisen in your heart out of ignorance telah timbul dalam hatimu, karena should be slashed by the weapon of kebodohan harus dipotong dengan knowledge. (4.42, p.215) senjata pengetahuan. (4.42, p.266) One who seeks that objective is the Orang yang mencari tujuan itu adalah real student of Bhagavad-gétä, but murid Bhagavad-gita yang sejati, one who doubts the authority of tetapi dalam semua kegiatan tersebut, Kåñëa falls back. (4.42, p.215) unsur yang penting adalah keinsafan diri, tetapi orang yang ragu-ragu tentang kekuasaan Krsna akan jatuh kembali. (4.42, p.267) One should, therefore, follow the path Karena itu hendaknya orang of Bhagavad-gétä as it is expressed in mengikuti ajaran Bhagavad-gita the Gétä itself and beware of self- sebagaimana diungkapkan dalam interested people after personal Bhagavad-gita sendiri dan waspada aggrandizement who deviate others terhadap orang yang mementingkan from the actual path. (4.42, p.216) dirnya sendiri, mencari pujian pribadi dan menyesatkan orang lain dari jalan yang sejati. (4.42, p.268) CHAPTER 5 Therefore, by simultaneously Karena itu penegasan bahwa bekerja stressing the importance of both work dalam bhakti dan tidak melakukan in devotion and inaction in perbuatan atas dasar pengetahuan knowledge, Krsna has perplexed kedua-duanya penting. Krsna terlah Arjuna and confused his mengakibatkan Arjuna kebingungan determination. (5.1, p.217) sehingga ketabahan hatinya kacau.(5.1, p.270) ―People are mad after sense Orang gila mencari kepuasan untuk gratification, and they do not know indria-indria, dan mereka tidak that this present body, which is full of mengetahui bahwa badan yang miseries, is a result of one‘s fruitive dimilikinya sekarang, yangpenuh activities in the past (5.2, p.219) kesengsaraan, adalah hasil kegiatan
270
239
One who neither hates nor desires the fruits of his activities is known to be always renounced. (5.3, p.220)
240
One who is fully in Krsna consciousness is always a renouncer because he feels neither hatred nor desire for the results of his actions (5.3, p.220) Because their studies become very tedious, they sometimes become tired of Brahman speculation, and thus they take shelter of the Bhägavatam without proper understanding (5.6, p.222) Though always working, such a man is never entangled.(5.7, p.223) He has no false ego, for he does not believe that he is this material body, or that he possesses the body (5.11, p.226)
241
242 243
244
He is one with Krsna and is devoid of the false ego that leads one to believe that he is the body, etc (5.11, p.226)
245
The steadily devoted soul attains unadulterated peace because he offers the result of all activities to Me; whereas a person who is not in union with the Divine, who is greedy for the fruits of his labor, becomes entangled. (5.12, p.227)
246
The person who is attached to Krsna and works for Him only is certainly a
yang bertujuan untuk membuahkan hasil atau pahala yang dilakukan pada masa lampau (5.2, p.271) Orang yang tidak membenci atau pun menginginkan hasil atau pahala dari kegiatannya dikenal sebagai orang yang selalu melepaskan ikatan (5.3, p.273) Orang yang sadar akan Krsna sepenuhnya selalu melepaskan ikatan karena dia tidak membenci dan tidak ingin mendapatkan hasil dari perbuatannya (5.3, p.273) Oleh karena pelajaran mereka sangat membosankan kadang-kadang mereka bosan berangan-angan tentang Brahman, sehingga mreka berlindung kepada Bhagavatam tanpa pengertian yang benar (5.6, p.276) Walaupun dia selalu bekerja, dia tidak pernah terikat (5.7, p.277) Krsna tidak mempunyai keakuan yang palsu, sebab dia tidak percaya bahwa dirinya adalah badan jasmani ini atau bahwa dirinya memiliki badan (5.11, p.282) Dia bersatu dengan Krsna dan dia tidak mempunyai keakuan yang pasu yang membawanya kepada kepercayaan bahwa dirinya adalah badan dan sebagainya (5.11, p.282) Orang yang berbhakti secara mantap mencapai kedamaian yang murni karena dia mempersembahkan hasil segala kegiatan kepada-Ku; sedangkan orang yang tidak bergabung dengan Yang Mahasuci, dan kelobaan untuk mendapat hasil dari pekerjaanya, menjadi terikat (5.12, p.282) Orang yang terikat kepada Krsna dan hanya bekerja untuk Krsna pasti
271
liberated person, and he has no anxiety over the results of his work. In the Bhägavatam, the cause of anxiety over the result of an activity is explained as being one‘s functioning in the conception of duality, that is, without knowledge of the Absolute Truth (5.12, p.227) 247
Owing only to forgetfulness of his superior nature, he identifies with the material body, and therefore suffers. (5.13, p.228)
248
Living in such a conditional atmosphere, one suffers the results of the activities of the body by identifying himself (in ignorance) with the body. It is ignorance acquired from time immemorial that is the cause of bodily suffering and distress. (5.13, p.228)
249
Nor does the Supreme Lord assume anyone‘s sinful or pious activities. Embodied beings, however, are bewildered because of the ignorance which covers their real knowledge. (5.15, p.229)
250
He does not create a particular situation for any living entity, but the living entity, bewildered by ignorance, desires to be put into certain conditions of life, and thereby his chain of action and reaction begins. (5.15, p.229)
251
And so, when the living entity is bewildered in his desires, the Lord allows him to fulfill those desires, but
sudah mencapai pembebasan dan dia tidak cemas mengenai hasil pekerjaanya. Dalam SrimadBhagavatam, penyebab kecemasan tentang hasil suatu kegiatan dijelaskan sebagai pekerjaan orang dalam paham hal-hal yang relative, yaitu tanpa pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak (5.12, p.283) Sang roh mempersamakan dirinya dengan badan jasmani hanya karena ia melupakan sifatnya yang lebih tinggi, dan sebagai akibatnya ia menderita (5.13, p.284) Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang terikat seperti itu akan menderita akibat kegiatan badan yang mempersamakan diri (dalam kebodohan) dengan badan. Kebodohan yang diperoleh sejak sebelum awal sejarah menyebabkan penderitaan dan duka cita jasmani (5.13, p.285) Tuhan Yang Maha Esa tidak mengambil kegiatan yang berdosa atau kegiatan saleh yang dilakukan oleh siapapun. Akan tetapi, mahluk yang membadan dibingungkan karena kebodohan yang menutupi pengetahuan mereka yang sejati (5.15, p.285-286) Beliau tidak menciptakan keadaan tertentu bagi mahluk hidupmanapun, tetapi mahluk hidup dibingungkan oleh kebodohan sehingga ia ingin ditempatkan dalam keadaan hidup tertentu. Dengan demikian mulailah rangkaian perbuatan dan reaksinya beagi mahluk hidup (5.15, p.286) Jadi apabila mahluk hidup dibingungkan oleh keinginannya, Tuhan mengizinkan dia memenuhi
272
the Lord is never responsible for the actions and reactions of the particular situation which may be desired. Being in a bewildered condition, therefore, the embodied soul identifies himself with the circumstantial material body and becomes subjected to the temporary misery and happiness of life. (5.15, p.230)
252
―The living entity is completely dependent in his distress and happiness (5.15, p.230)
253
Vaiñamya-nairghåëye na säpekñatvät tathä hi darçayati: ―The Lord neither hates nor likes anyone, though He appears to.‖ (5.15, p.230)
254
Those who have forgotten Kåñëa must certainly be bewildered, but those who are in Krsna consciousness are not bewildered at all. (5.16, p.231) The living entity is bewildered in so many ways.(5.16, p.231) When one‘s intelligence, mind, faith and refuge are all fixed in the Supreme, then one becomes fully cleansed of misgivings through complete knowledge and thus proceeds straight on the path of liberation. (5.17, p.232 )
255 256
257
keinginan-keinginan itu, tetapi Tuhan Yang Mahaperkasa. Jadi apabila mahluk hidup dibingungkan oleh keinginannya, Tuhan mengizinkan dia memenuhi keinginan-keinginan itu, tetapi Tuhan tidak pernah bertanggung jawab atas perbuatan dan reaksi keadaan tertentu yang barangkali diinginkan oleh mahluk hidup. Oleh karena diri dengan badan jasmani yang bersifat sementara dan mengalami kesengsaraan dan kesenangan hidup yang bersifat sementara (5.15, p.286) Mahluk hidup bergantung sepenuhnya kepada kepribadian yang lain dalam suka maupun dukanya (5.15, p.287) Vaisamya-nairghrnye sapeksatvat tatha hi darsayati: ‗Tuhan tidak membenci siapapun dan tidak menyukai siapapun, walaupun kelihatannya Beliau seperti itu‘‘ (5.15, p.287) Orang yang sudah lupa pada Krsna pasti kebingungan, tetapi orang yang sadar akan Krsna, tidak bingung sama sekali (5.16, p.288)
Mahluk hidup kebingungan dalam berbagai hal (5.16, p.288) Apabila kecerdasan, pikiran, maupun kepercayaan dan tempat berlindung seseorang semua mantap dalam Yang Mahakuasa, dia disucikan sepenuhnya dari keragu-raguan mengetahui pengetahuan yang lengkap dan dengan demikian dia maju lurus menempuuh jalan pembebasan (5.17, p.289) The Lord is flawless because He is Krsna bebas dari kelemahan, sebab
273
without attraction or hatred. Similarly, when a living entity is without attraction or hatred, he also becomes flawless and eligible to enter into the spiritual sky (5.19, p.234)
258
A person who neither rejoices upon achieving something pleasant nor laments upon obtaining something unpleasant, who is self-intelligent, who is unbewildered, and who knows the science of God, is already situated in transcendence (5.20, p.234)
259
The first symptom is that he is not illusioned by the false identification of the body with his true self. (5.20, p.234)
260
He is therefore not joyful in achieving something, nor does he lament in losing anything which is related to his body. This steadiness of mind is called sthira-buddhi, or selfintelligence. He is therefore never bewildered by mistaking the gross body for the soul, nor does he accept the body as permanent and disregard the existence of the soul. (5.20, p.234)
261
An intelligent person does not take part in the sources of misery, which are due to contact with the material senses. (5.22, p.236)
Krsna bebas dari rasa tertarik dan rasa benci. Begitu pula apabila mahluk hidup bebas dari rasa tertarik dan rasa benci, diapun akan menjadi bebas dari kelemahan dan memenuhi syarat untuk memasuki angkasa rohani.(5.19, p.292) Seseorang sudah mantap dalam kerohanian jika ia tidak merasa riang bila mendapat sesuatu yang menyenangkan ataupun menyesal bila ia mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan, paham tentang dirinya sendiri, tidak dibingungkan dan menguasai ilmu pengetahuan tentang Tuhan (5.20, p.292) Ciri pertama ialah bahwa ia tidak dikhayalkan dengan mempersamakan dirinya yang sejati dengan badan secara palsu (5.20, p.292) Karena itu, dia tidak riang bila ia mendapatkan sesuatu, dan juga tidak menyesal bila ia kehilangan sesuatu yang berhubungan dengan badannya. Kemantapan pikiran seperti itu disebut sthira-buddhi, atau kecerdasan tentang diri sendiri. Karena itu, dia tidak pernah dibingungkan oleh salah sangka seolah-olah badan kasar adalah sang roh. Dia juga tidak menganggap badan sebagai sesuatu yang kekal hingga mengalpakan adanya sang roh. (5.20, p.292) Orang yang cerdas tidak ikut serta dalam sumber-sumber kesengsaraan yang disebabkan oleh hubungan dengan indria-indria material. (5.22, p.294)
274
262
263
264
265
266
267
268
269
The more one is addicted to material Semakin seseorang ketagihan pleasures, the more he is entrapped by kesenangan-kesenangan material, material miseries. (5.22, p.236) semakin ia terperangkap oleh kesengsaraan material (5.22, p.295) There are the forces of talk, forces of Ada dorongan untuk berbicara, anger, forces of mind, forces of the dorongan amarah, dorongan pikiran, stomach, forces of the genitals, and dorongan perut, dorongan kemaluan forces of the tongue (5.23, p.237) dan dorongan lidah (5.32, p.292) Material desires, when unsatiated, Apabila keinginan material tidak generate anger, and thus the mind, dipuaskan, maka keinginan-keinginan eyes and chest become agitated. itu menimbulkan amarah dan dengan (5.23, p.237) demikian pikiran, mata dan dada menjadi tegang (5.23, p.292) It is the duty of the transcendentalist Kewajiban seorang rohaniwan ialah to try strenuously to control desire berusaha sekuat tenaga untuk and anger. (5.23, p.237) mengendalikan keinginan dan amarah (5.23, p.292) Those who are beyond the dualities Ornag yang berada di luar hal-hal that arise from doubts, whose minds yang relative yang berasal dari are engaged within, who are always keragu-raguan, demi pikirannya busy working for the welfare of all terkun di dalam hati, selalu sibuk living beings, and who are free from bekerja demi kesejahteraan semua all sins achieve liberation in the mahluk hidup, dan bebas dari segala Supreme. (5.25, p.238) dosa, mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa (5.25, p.297) The sufferings of humanity are due to Manusia menderita karena karena forgetfulness of Kåñëa as the supreme orang melupakan Krsna sebagai enjoyer, the supreme proprietor, and Kepribadian Tuhan Yang Paling the supreme friend. (5.25, p.238) Utama yang menikmati, Pemilik Yang Paling Utama, dan Kawan Yang Paling Utama. (5.25, p.297) He has no doubt because he is Dia tidak ragu-ragu karean dia sudah completely freed from all sins bebas sepenuhnya dari segala dosa. (5.25, p.238) (5.25, p.298) Those who are free from anger and Orang yang bebas dari amarah dan all material desires, who are self- segala keinginan material, insaf akan realized, self-disciplined and diri, berdisiplin diri dan senantiasa constantly endeavoring for perfection, berusaha mencapai kesempurnaan, are assured of liberation in the pasti akan mencapai pembebasan Supreme in the very near future (5.26, dalam Yang Mahakuasa dalam waktu p.238) yang dekat sekali (5.26, p.298)
275
270
He does not feel the pangs of material miseries; this state of life is called brahma-nirväëa, or the absence of material miseries due to being constantly immersed in the Supreme. (5.26, p.239)
271
Shutting out all external sense objects, keeping the eyes and vision concentrated between the two eyebrows, suspending the inward and outward breaths within the nostrils, and thus controlling the mind, senses and intelligence, the transcendentalist aiming at liberation becomes free from desire, fear and anger. (5.27-28, p.240)
272
By practice of such yoga one is able to gain control over the senses, refrain from outward sense objects, and thus prepare oneself for liberation in the Supreme.(5.27-28, p.240)
273
This yoga process helps one become free from all kinds of fear and anger and thus feel the presence of the Supersoul in the transcendental situation. (5.27-28, p.241)
274
The conditioned souls within the clutches of illusory energy are all anxious to attain peace in the material world. (5.29, p.241)
275
He comes into contact with mäyä (illusion) due to the desire to lord it over mäyä, and that is the cause of his many sufferings (5.29, p.242)
Ia tidak merasakan penderitaan kesengsaraan material: dalam keadaan hidup disebut brahmanirvana, yang berarti kesengsaraan material tidak ada karena dia senantiasa khusuk dalam Yang Mahakuasa (5.26, p.299) Dengan menutup infria terhadap segala obyek indria diluar, menjaga mata dan penglihatan dipusatkan antara kedua alis mata, menghentikan nafas keluar dan masuk di dalam lobang hidung, dan dengan cara demikian mengendalikan pikiran, indria-indria dan kecerdasan, seorang rohaniwan yang bertujuan mencapai pembebasan menjadi bebas dari keinginan, rasa takut dan amarah (5.27-28, p.300) Dengan berlatih yoga seperti itu, seseorang dapat mengendalikan indria-indria, menghindari obyekobyek indria dari luar, dan dengan demikian menyiapkan diri untuk pembebasan dalam Yang Mahakuasa (5.27-28, p.301) Proses yoga tersebut membantu seseorang hingga dibebaskan dari segala jenis rasa takut dan amarah; dan dengan demikian merasakan adanya Roh Yang Utama pada kedudukan rohani (5.27-28, p.301) Roh-roh yang terikat dalam cengkraman tenaga yang mengkhayalkan sangat menginginkan tercapainya kedamaian di dunia material (5.29, p.302) Sang roh yang murni mengadakan hubungan dengan maya (khayalan) karena keinginan untuk berkuasa atas maya. Itulah yang menyebabkan
276
276
NO 277
278
279
280
281
282
283
banyak penderitaan yang dialaminya (5.29, p.302) Everything depends on one‘s practical Segala sesuatu tergantung pada performance of duties in Krsna pelaksanaan tugas kewajiban yang consciousness, which helps one nyata dalam kesadaran Krsna, dan ini control the senses in every respect membantu seseorang untuk and conquer the influence of desire mengendalikan indria-indriadalah and anger. (5.29, p.242) segala hal dan mengalahkan pengaruh keinginan dan amarah (5.29, p.303) CHAPTER 6 This is practiced by the yogés who Inilah latihan bagi para yogi yang restrain the senses from material mengekang indria-indria dari ikatan attachment. (6.2, p.245) material (6.2, p.307) The purpose of knowledge and of Maksud pengetahuan dan restraining the senses, as prescribed pengekangan indria-indria, in the jïäna and yoga processes, is sebagaimana dianjurkan dalam automatically served in Kåñëa proses-proses yajna dan yoga, consciousness. (6.2, p.245) dilaksanakan dengan sendirinya dalam kesadaran Krsna. (6.2, p.308) In fact, the pure soul is entangled in Sebenarnya sang roh yang murni the material world because the mind diikat di dunia material karena is involved with the false ego, which pikiran tersangkut dengan keakuan desires to lord it over material nature palsu, yang ingin berkuasa atas alam (6.5, p.247) material (6.5, p.310) As long as one‘s mind remains an Selama pikiran tetap sebagai musuh unconquered enemy, one has to serve yang belum ditaklukkan, seseorang the dictations of lust, anger, avarice, harus melayani perintah-perintah illusion, etc. (6.6, p.248) hawa nafsu, amarah, loba, khayalan dan sebagainya (6.6, p.312) To such a man happiness and distress, heat and cold, honor and Bagi orang seperti itu, suka dan panas dan dingin, dishonor are all the same. (6.7, duka, penghormatan dan penghinaan p.248) semuanya sama (6.7, p.312) When the mind is misled by the Apabila pikiran disesatkan oleh external, illusory energy, one tenaga luar yang mengkhayalkan, becomes entangled in material seseorang terikat dalam kegiatan activities. (6.7, p.248) material. (6.7, p.312) Because this transcendental position Oleh karena kedudukan rohani is at once achieved by one who is in tersebut akan segera dicapai oleh Krsna consciousness, the devotee of orang yang sadar akan Krsna, seorang the Lord is unaffected by the dualities penyembah Krsna tidak dipengaruhi
277
284
285
286
287
288
289
of material existence, namely distress oleh hal-hal relative dalam kehidupan and happiness, cold and heat, etc. material, yaitu, suka dan duka, panas (6.7, p.249) dan dingin dan sebagainya (6.7, p.313) By transcendental knowledge one can Sesorang dapat menjadi mantap remain steady in his convictions, but dalam keyakinannya melalui by mere academic knowledge one can pengetahuan rohani. Tetapi seseorang be easily deluded and confused by mudah dikhayalkan dan apparent contradictions. (6.8, p.249) dibingungkan oleh hal-hal yang kelihatannya merupakan penyangkalan kalau ia hanya memiliki pengetahuan dari perguruan tinggi saja. (6.8, p.314) A person is considered still further Seseorang dianggap lebih maju lagi advanced when he regards honest apabila dia memandang orang jujur well-wishers, affectionate yang mengharapkan kesejahteraan, benefactors, the neutral, mediators, penolong yang penuh kasih sayang, the envious, friends and enemies, the orang netral, perantara, orang iri, pious and the sinners all with an equal kawan dan musuh, orang saleh dan mind. (6.9, p.250) orang yang berdosa dengan sikap pikiran yang sama (6.9, p.314) He should be free from desires and Seharusnya dia bebas dari keinginan feelings of possessiveness. (6.10, dan rasa memiliki sesuatu (6.10, p.250) p.315) He should be very careful to accept Untuk memusatkan pikiran, favorable and reject unfavorable hendaknya seseorang selalu tinggal di conditions that affect his realization. tempat yang sunti dan menghindari (6.10, p.251) gangguan dari obyek-obyek luar. Dia harus sangat hati-hati untuk menerima keadaan yang menguntungkan dan menolak keadaan yang tidak menguntungkan yang mempunyai keinsafan. (6.10, p.316) He is always aloof from material Dia selalu sendirian dan tidak things because he is always mempunyai hubungan yang teralalu transcendental, and he is always erat dengan orang yang tidak sadar alone, having nothing to do with akan Krsna (6.10, p.316) persons not in Krsna consciousness (6.10, p.251) Therefore, in the Båhan-näradéya Karena itu, dalam Brhan-naradiya Puräëa it is said that in Kali-yuga (the Purana dikatakan bahwa pada jaman
278
290
present yuga, or age), when people in general are short-lived, slow in spiritual realization and always disturbed by various anxieties, the best means of spiritual realization is chanting the holy name of the Lord (6.11-12, p.252) Thus, with an unagitated, subdued mind, devoid of fear, completely free from sex life, one should meditate upon Me within the heart and make Me the ultimate goal of life. (6.13-14, p.253)
291
Whereas others are forced to restrain themselves from sense gratification, a devotee of the Lord automatically refrains because of superior taste. (6.13-14, p.254)
292
A conditioned soul is fearful due to his perverted memory, his forgetfulness of his eternal relationship with Krsna (6.13-14,, p.254) Therefore, those who indulge in animal food, drinking, smoking and eating food which is not first offered to Krsna will suffer sinful reactions because of eating only polluted things. (6.16, p.256)
293
294
As far as sleeping is concerned, a Krsna conscious person is always alert in the discharge of his duties in Kåñëa consciousness, and therefore any unnecessary time spent sleeping is considered a great loss (6.17, p.257)
Kali-yuha (yuga atau jaman sekarang) rakyat umum umur pendek, lamban dalam keinsafan rohani, dan selalu digoyahkan oleh berbagai kecemasan. Karena itu cara terbaik untuk keinsafan rohani ialah memuji nama suci Tuhan (6.11-12, p.318) Seperti itu dengan pikiran yang tidak goyah dan sudah ditaklukkan, bebas dari rasa takut, bebas sepenuhnya dari hubungan suami-isteri, hendaknya ia bersemadi kepada-Ku di dalam hati dan menjadikan Aku sebagai tujuan hidup yang tertinggi (6.13-14, p.318) Orang lain dipaksakan untuk menjauhkan diri dari kepuasan indriaindria tetapi seorang penyembah Krsna dengan sendirinya menghindari kepuasan indria-indria karena dia menikmati rasa yang lebih tinggi (6.13-14, p.320) Roh yang terikat merasa takut akibat ingatannya terputar balik, karena ia melupakan hubungannya yang kekal dengan Krsna (6.13-14, p.320) Karena itu, orang yangmenikmati daging binatang, minum-minuman keras, merokok, dan makan makanan yang tidak dipersembahkan kepada Krsna terlebih dahulu akan menderita reaksi-reaksi dosa karena mereka hanya makan benda-benda yang tercemar (6.16, p.322) Mengenai soal tidur, orang yang sadar akan Krsna selalu waspada melaksanakan tugas-tugasnya dalam kesadaran Krsna. Karena itu , menghabiskan waktu untuk tidur yang tidak diperlukan dianggap kerugian besar (6.17, p.323)
279
295
And because he is regulated in all his work, speech, sleep, wakefulness and all other bodily activities, there is no material misery for him. (6.17, p.257)
296
In the stage of perfection called trance, or samädhi, one‘s mind is completely restrained from material mental activities by practice of yoga. This perfection is characterized by one‘s ability to see the self by the pure mind and to relish and rejoice in the self. In that joyous state, one is situated in boundless transcendental happiness, realized through transcendental senses. Established thus, one never departs from the truth, and upon gaining this he thinks there is no greater gain. Being situated in such a position, one is never shaken, even in the midst of greatest difficulty. This indeed is actual freedom from all miseries arising from material contact. (6.20-23, p.260)
297
There is an acceptance of transcendental pleasure in the Pataïjali system, but the monists do not accept this transcendental pleasure, out of fear of jeopardizing the theory of oneness. (6.20-23, p.260) When the yogé is once situated in that Begitu seorang yogi mantap dalam transcendental position, he is never kedudukan rohani tersebut, dia tidak shaken from it. (6.20-23, p.261) pernah digoyahkan dari kedudukan itu (6.20-23, p.329)
298
Oleh karena orang yang sadar akan Krsna teratur dalam segala pekerjaan, pembicaraan, masa tidur, masa bangun, dan segala kegiatan jasmani lainnya, tidak ada kesengsaraan material baginya (6.17, p.324) Pada tingkat kesempurnaan yang disebut semadi atau Samadhi, pikiran seseorang terkekang sepenuhnya dari kegiatan pikiran yang bersifat material melalui latihan yoga. Ciri kesempurnaan itu ialah bahwa seseorang sanggup melihat sang diri dengan pikiran yang murni ia menikmati dan riang dalam sang diri. Dalam keadaan riang itu, seseorang berada dalam kebahagiaan rohani. Setelah menjadi mantap seperti itu,seseorang tidak pernah menyimpang dari kebenaran dan setelah mencapai kedudukan ini, dia berfikir tidak ada keuntungan yang lebih besar lagi. Kalau ia sudah mantap dalam kedudukan seperti itu, ia tidak pernah tergoyahkan, bahkan di tenagh-tengah kesulitan yang paling besar sekalipun. Ini memang kebebasan yang sejati dari segala kesengsaraan yang berasal dari hubungan material (6.20-23, p.327) Dalam sistem Patanjali kebahagiaan rohani diakui, tetapi para pengikut hal ini akan membahayakan teori bahwa segala sesuatu adalah satu (6.20-23, p.328)
280
299
300
301
302
303
304
305
306
The best practice of yoga in this age Latihan yoga yang terbaik pada is Krsna consciousness, which is not jaman ini adalah kesadaran Krsna, baffling. (6.20-23, p.262) karena tidak membingungkan (6.2023, p.329) He is callous toward incidental Dia bersikap wajar terhdapa occurrences—such as accidents, peristiwa-peristiwa yang terjadi disease, scarcity and even the death of secara kebetulan saja-misalnya a most dear relative—but he is always kecelakaan, penyakit, kekurangan alert to execute his duties in Kåñëa ataupun kematian seorang anggota consciousness, or bhakti-yoga keluarga yang sangat dicintainya(6.20-23, p.262) tetapi dia selalu waspada untuk melaksanakan tugas-tugas kewajibannya dalam kesadaran Krsna, atau bhakti-yoga (6.20-23, p.329) One should be sure of success at the Dia harus yakin bahwa dirinya akan end and pursue this course with great mencapai sukses pada akhirnya. Dia perseverance, not becoming harus mengikuti jalan ini dengan discouraged if there is any delay in ketabahan hati yang besar dan jangan the attainment of success. Success is merasa kecewa kalau ada rintangan sure for the rigid practitioner. (6.24, terhadap tercapainya sukses. Sukses p.262) pasti dicapai oleh orang yang berlatih dengan tegas. (6.24, p.330) The sparrow became very upset and Burung gereja itu sangat sedih dan asked the ocean to return her eggs meminta kepada lautan supaya (6.24, p.263) telurnya dikembalikan (331) The ocean was frightened at this, and Lautan takut meendengar printah itu, returned the eggs. dan telur-telur itupun (6.24, p.263) dikembalikannya. (6.24, p.331) One should think of no pleasure Seharusnya seseorang tidak aside from the pleasure of the memikirkan kesenangan selain Supreme Self. (6.25, p.264) kesenangan Diri Yang Paling Utama (6.25, p.332) From wherever the mind wanders Dari manapun pikiran mengembara due to its flickering and unsteady karena sifatnya yang berkedip-kedip nature, one must certainly withdraw it dan tidak mantap, seseorang denngan and bring it back under the control of pasti harus menarik pikirannya dan the self. (6.26, p.264) membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri (6.26, p.332) The nature of the mind is flickering Sifat pikiran berkedip-kedip dan and unsteady (6.26, p.264) tidak mantap (6.26, p.333)
281
307
He is a perfect yogé who, by comparison to his own self, sees the true equality of all beings, in both their happiness and their distress, O Arjuna! (6.32, p.269)
308
One who is Krsna conscious is a perfect yogé; he is aware of everyone‘s happiness and distress by dint of his own personal experience. The cause of the distress of a living entity is forgetfulness of his relationship with God. (6.32, p.269)
309
The perfect yogé knows that the living being who is conditioned by the modes of material nature is subjected to the threefold material miseries due to forgetfulness of his relationship with Kåñëa (6.32, p.269)
310
He does not envy his fellow living entities (6.32, p.269) Arjuna said: O Madhusüdana, the system of yoga which You have summarized appears impractical and unendurable to me, for the mind is restless and unsteady. (6. 33, p.270)
311
312
313
314
For the mind is restless, turbulent, obstinate and very strong, O Krsna, and to subdue it, I think, is more difficult than controlling the wind. (6. 34, p.271) The self is thus the enjoyer or sufferer in the association of the mind and senses (6.34, p.271) Lord Çré Krsna said: O mighty-armed son of Kunti, it is undoubtedly very difficult to curb the restless mind, but it is possible by suitable practice and
Orang yang melihat persamaan sejati semua mahluk hidup, baik yang dalam suka maupun dalam dukanya, menurut perbandungan dengan dirinya sendiri, adalah yogi yang sempurna, wahai Arjuan (6.32, p.339) Orang yang sadar akan Krsna adalah yogi yang sempurna; dia menyadari suka dan duka semua insane berdasarkan pengalaman pribadinya. Apabila mahluk hidup melupakan hubungannya dengan Tuhan, kelupaan itu menyebabkan ia berduka-cita. (6.32, p.339) Seorang yogi yang sempurna mengetahui bahwa mahluk hidup yang diikat oleh sifat-sifat alam material dipengaruhi oleh tiga jenis kesengsaraan material karena dia melupakan hubungannya dengan Krsna (6.32, p.339) Dia tidak iri hati terhadap sesama mahluk hidup (6.32, p.339) Arjuna berkata: O Madhusudana, sistem yoga yang sudah Anda ringkas kelihatannya kurang praktis dan hamba tidak tahan melaksanakannya, sebab pikiran gelisah dan tidak mantap (6.33, p.340) Sebab pikiran gelisah, bergelora, keras, dan kuat sekali, O Krsna dan hamba piker menaklukkan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin (6.34, p.341) Seperti itulah, sang roh menikmati atau menderita sehubungan dengan pikiran dan indria-indria (6.34, p.342) Sri Krsna bersabda: Wahai putera Kunti yang berlengan perkasa, tentu saja sulit mengendalikan pikiran yang gelisah, tetapi hal ini dimungkinkan
282
by detachment. (6.35, p.272) 315
The difficulty of controlling the obstinate mind, as expressed by Arjuna, is accepted by the Personality of Godhead (6.35, p.272)
316
This is a very powerful transcendental method for purging the mind of all misgivings (6.35, p.272)
317
Hearing of the transcendental activities of Lord Krsna is therefore expert treatment for the mad mind, and eating the foodstuff offered to Kåñëa is the appropriate diet for the suffering patient. (6.35, p.272)
318
A conditioned soul is already allured by the modes of material energy, and there is every chance of being allured again, even while performing transcendental disciplines (6.37, p.274)
319
O mighty-armed Krsna, does not such a man, who is bewildered from the path of transcendence, fall away from both spiritual and material success and perish like a riven cloud, with no position in any sphere? (6.38, p.274)
320
This is my doubt, O Krsna, and I ask You to dispel it completely. But for
dengan latihan yang cocok dan ketidakterikatan (6.35, p.343) Kesulitan mengendalikan pikiran yang keras sebagaimana diungkapkan oleh Arjuna, diakui oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa (6.35, p.343) Mendengar tentang Krsna adalah cara rohani yang sangat kuat untuk menghilangkan segala keraguraguan dari pikiran (6.35, p.343) Karena itu, mendengar tentang kegiatan rohani Sri Krsna adalah pengobatan yang ahli untuk pikiran yang gila, dan makanan yang sudah dipersembahkan kepada Krsna adalah makanan teratur yang cocok untuk si penderita (6.35, p.343) Sebagai akibatnya, bilamana seseorang berusaha melarikan diri dari cengkraman tenaga yang mengkhayalkan, maka tenaga maya itu akan berusaha mengalahkan orang yang sedang berlatih dengan menawarkan berbagai benda dan hal lainnya untuk menarik hatinya. Roh yang terikat sudah tertarik pada sifatsifat alam material, dan kemungkinan besar ia akan kembali tertarik, kendatipun ia sedang melaksanakan disiplin-disiplin rohani (6.37, p.345) O Krsna yang berlengan perkasa, bukanlah orang seperti itu yang telah dibingungkan hingga menyimpang dari jalan kerohanian jatuh dari sukses rohani maupun sukses material hingga dirinya musnah, bagaikan awan yang diobrak-abrik, tanpa kedudukan di lingkungan manapun (6.38, p.346) Inilah keragu-raguan hamba, O Krsna, dan hamba memohon agar
283
321
322
323
324
325
You, no one is to be found who can anda menghilangkan keragu-raguan destroy this doubt. (6.39, p.275) ini sepenuhnya. Selain anda, tiada seorangpun yang dapat ditemukan untuk membinasakan keragu-raguan ini. (6.39, p.347) Therefore the verdict of Kåñëa is the Karena itu, keputusan Krsna adalah final and complete answer to all jawaban yang terakhir dan lengkap, doubts, because He knows past, terhadap segala keragu-raguan, present and future perfectly—but no sebab Krsna mengetahui masa one knows Him. (6.39, p.275) lampau, masa sekanrang, dan masa akan datang secara sempurna-tetapi tiada seorangpun yang mengenal Beliau (6.39, p.348) It is enjoined in the scriptures that one Dalam kitab-kitab Suci dinyatakan has to suffer the reaction for not bahwa seseorang harus menderita executing prescribed duties; therefore reaksi kalau dia tidak melaksanakan one who fails to discharge tugas-tugas kewajiban yang telah transcendental activities properly ditetapkan. Karena itu, orang yang becomes subjected to these reactions gagal melaksanakan kegiatan rohani (6.40, p.276) yang sebenarnya akan mengalami reaksi-reaksi seperti itu (6.40, p.349) The Bhägavatam assures the Dalam Bhagavatam dinyatakan unsuccessful transcendentalist that seorang rohaniwan yang tidak there need be no worries. mencapai sukses diberi jaminan (6.40, p.276) bahwa dia tidak perlu khawatir. (6.40, p.349) Their activities are never auspicious, Kegiatan mereka tidak pernah because while enjoying the animal menguntungkan, sebab sambil propensities of eating, sleeping, menikmati kecenderungandefending and mating, they kecenderungan seperti binatang, yaitu perpetually remain in material makan, tidur, membela diri, dan existence, which is always miserable berketurunan untuk selamanya (6.40, p.277) mereka tetap berada dalam kehidupan material, yang selalu penuh kesengsaraan. (6.40, p.349) Activity in Kåñëa consciousness is Kegiatan dalam kesadaran Krsna the only auspicious activity, and adalah satu-satunya kegiatan yang anyone who voluntarily accepts all menguntungkan, dan siapapun yang bodily discomforts for the sake of rela menerima segala kesulitan making progress on the path of Krsna jasmani untuk mencapai kemajuan consciousness can be called a perfect dalam menempuh jalan kesadaran transcendentalist under severe Krsna dapat disebut seorang
284
austerity. And because the eightfold yoga system is directed toward the ultimate realization of Kåñëa consciousness, such practice is also auspicious, and no one who is trying his best in this matter need fear degradation. (6.40, p.277)
NO 326
327
328
329
330
331
rohaniwan yang sempurna yang sedang melakukan pertapaan yang keras. Oleh karena sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap pada akhirnya diarahkan menuju keinsafan kesadaran Krsna, latihan seperti itu juga menguntungkan dan orang yang sedang berusaha sekuat tenaga dalam hal ini tidak perlu takut bahwa dirinya akan merosot (6.40, p.350)
CHAPTER 7 The Supreme Personality of Godhead Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa said: Now hear, O son of Påthä, how bersabda: Wahai putera Prtha, by practicing yoga in full sekarang dengarlah bagaimana consciousness of Me, with mind engkau dapat mengenai Diri-Ku attached to Me, you can know Me in sepenuhnya, bebas dari keragufull, free from doubt. (7.1, p.285) raguan, dengan cara mempraktekkan yoga dan menyadari Aku sepenuhnya, dengan pikiran terikat kepada-Ku (7.1, p.361) In complete Krsna consciousness one Dalam kesadaran Krsna yang knows that Krsna is ultimate lengkap, seseorang mengetahui knowledge beyond any doubts. bahwa Krsna adalah pengetahuan (7.1, p.285) tertinggi diluar segala keraguraguan (7.1, p.362) By development of devotional service Dengan mengembangkan bhakti, one becomes freed from the modes of seseorang dibebaskan dari sifat-sifat passion and ignorance, and thus nafsu dan kebodohan dan dengan material lusts and avarice are demikian nafsu-nafsu material dan diminished. (7.1, p.286) kelobaan dihilangkan (7.1, p.363) The yogés and jïänés are confused in Para yogi dan para jnani bingung their attempts to understand Kåñëa dalam usaha-usaha mereka untuk (7.3, p.288) mengerti Krsna (7.3, p.365) But the other three items, namely Tetapi tiga unsure lain duniawi yaitu mind, intelligence and false ego, are pikiran, kecerdasan dan keakuan neglected by the materialists. yang palsu, dialpakan oleh orang (7.4, p.291) duniawi (7.4, p.368) The inferior energy is matter Tenaga yang rendah adalah alam manifested in different elements, terwujud dalam berbagai unsure, namely earth, water, fire, air, ether, yaitu; tanah, air, api, udara, angkasa, mind, intelligence and false ego. pikiran, kecerdasan, dan keakuan
285
332
(7.5, p.291) These authorities leave no doubt that the Absolute Truth is the Supreme Person, the cause of all causes. The impersonalist, however, argues on the strength of the Vedic version given in the Çvetäçvatara Upaniñad (3.10): (7.7, p.294)
333
Because the impersonalists are very much afraid of addressing the Supreme Lord Krsn by His innumerable names, they prefer to vibrate the transcendental sound oàkära (7.8, p.295)
334
The strong man‘s strength should be applied to protect the weak, not for Personal aggression. (7.11, p.297)
335
Deluded by the three modes [goodness, passion and ignorance], the whole world does not know Me, who am above the modes and inexhaustible (7.13, p.298)
336
The whole world is enchanted by three modes of material nature. Those who are bewildered by these three modes cannot understand that transcendental to this material nature is the Supreme Lord, Krsna. (7.13, p.298) They are bewildered before the Supreme Lord in His personal feature, which possesses all beauty, opulence, knowledge, strength, fame and renunciation. (7.13, p.299)
337
yang palsu (7.5, p.369) Oleh karena bukti dari sumbersumber yang dapat dipercaya tersebut, tidak dapat diragu-ragukan bahwa Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Yang Palin Utama, sebab segala sebab berdasarkan kekuatan versi Veda yang diberikan dalam Svetasvatara Upanisad (3.10) (7.7, p.372) Oleh karena orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan sangat takut menyapa kepada Tuhan Yang Maha Esa Krsna dengan naman-nama-Nya yang tidak dapat dijumlah, mereka lebih suka mengucapkan suara rohani omkara (7.8, p.374) Kekuatan orang yang kuat hendaknya digunakan untuk melindungi orang yang lemah, dan bukan untuk mengadakan ancaman pribadi (7.11, p.377) Dikhayalkan oleh tiga sifat (kebaikan, nafsu dan kebodohan), seluruh dunia tidak mengenal diri-Ku, yang berada di atas sifat-sifat alam dan tidak dapat dimusnahkan (7.13,p.378) Seluruh dunia dipikat oleh tiga sifat alam material. Orang yang dikhayalkan oleh tiga sifat alam tersebut tidak dapat mengerti bahwa Tuhan Yang Maha Esa, Krsna , melampaui alam material ini (7.13, p.378) Mereka dibingungkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam aspek pribadi-Nya, yang memiliki segala kerampanan,kekayaan, pengetahuan, kekuatan, kemasyhuran dan ketidakterikatan (7.13, p.379)
286
338
339
340
341
342
343
344
―There is no doubt that Visnuu is the Tidak dapat diragu-ragukan bahwa deliverer of liberation for everyone.‖ Visnu-lah yang menganugerahkan (7.14, p.301) pembebasan semua orang (7.14, p.381) He remains satisfied by filling his Dia tetap puas mengisi perutnya stomach with a bundle of grass, dengan seikat rumput, tidur sebentar sleeping for a while under fear of sambil merasa takut bahwa ia akan being beaten by his master, and dipukul oleh tuannya, dan satisfying his sex appetite at the risk memuaskan hawa nafsunya dengan of being repeatedly kicked by the resiko bahwa badannya ditendang opposite party. (7.15, p.303) berulangkali oleh keledai betina. (7.15, p.383) The deluded interpreters do not Para penyusun penafsira yang surrender unto the lotus feet of Çré dikhayalkan tidak menyerahkan diri Krsna, nor do they teach others to kepada kaki-padma Sri Krsna, atau follow this principle. (7.15, p.305) mengajar orang lain untuk mengikuti prinsip ini (7.15, p.386) Envious of the Supreme Personality Orang yang tidak percaya kepada of Godhead, the atheist will present a Tuhan iri hati kepada Tuhan Yang number of illicit incarnations Maha Esa dan mereka manufactured in the factory of his mengemukakakn banyak penjelmaan brain. (7.15, p.305) yang tidak dibenarkan buatpabrik pikirannya sendiri (7.15, p.386) O best among the Bhäratas, four kinds O yang paling baik di antara para of pious men begin to render Bharata, empat jenis orang yang saleh devotional service unto Me—the mulai ber-bhakti kepada-Ku-orang distressed, the desirer of wealth, the yang berduka cita, orang yang inquisitive, and he who is searching menginginkan kekayaan, orang yang for knowledge of the Absolute (7.16, ingin tahu, dan orang yang mencari p.306) pengetahuan tentang yang Mutlak (7.16, p.387) Out of these there are four classes of Di kalangan para sukrtinah ada men—those who are sometimes empat golongan-yaitu orang yang distressed, those who are in need of kadang-kadang berduka cita, orang money, those who are sometimes yang membutuhkan uang, orang yang inquisitive, and those who are kadang-kadang ingin tahu, dan orang sometimes searching after knowledge yang kadang-kadang mencari of the Absolute Truth (7.16, p.306) pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak. (7.16, p.387) Those who are always busy with Orang yang selalu sibuk dengan fruitive activities come to the Lord in kegiatan yang dimaksudkan untuk material distress and at that time membuahkan hasil mendekati Tuhan
287
345
346
associate with pure devotees and dalam dukacita material. Pada waktu become, in their distress, devotees of itu mere bergaul dengan para the Lord. (7.16, p.307) penyembah yang murni. Dalam dukacitanya mereka menjadi penyembah Tuhan (7.16, p.387) Those who are simply frustrated also Orang yang hanya frustrasi juga come sometimes to associate with the kadang-kadang datang dan bergaul pure devotees and become inquisitive dengan para penyembah yang murni to know about God. Similarly, when sehingga mereka ingin tahu tentang the dry philosophers are frustrated in Tuhan. Begitu pula apabila para every field of knowledge, they filosof yang hambar merasa frustrasi sometimes want to learn of God, and pada setiap bidang pengetahuan, they come to the Supreme Lord to kadang-kadang mereka inginbelajar render devotional service and thus tentang Tuhan dan mereka mendekati transcend knowledge of the Tuhan Yang Maha Esa untuk berimpersonal Brahman and the bhakti. Dengan demikian mereka localized Paramätmä and come to the melamaui pengetahuan tentang personal conception of Godhead by Brahman yang tidak bersifat pribadi the grace of the Supreme Lord or His dan Paramatma yang berada di pure devotee. On the whole, when the tempat-tempat khusus sehingga distressed, the inquisitive, the seekers mendekati paham pribadi tentang of knowledge, and those who are in Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia need of money are free from all Tuhan Yang Maha Esa atau material desires, and when they fully penyembah-Nya iyang murni. Secara understand that material remuneration keseluruhan bila orang yang berduka has nothing to do with spiritual cita, orang yang ingin tahu, orang improvement, they become pure yang mencari pengetahuan, dan orang devotees (7.16, p.307) yang membutuhkan uang dibebaskan dari segala keinginan material, dan bila mereka mengerti sepenuhnya bahwa tidak ada hubungan antara keuntungan material dan perbaikan di bidang kerohanian, mereka menjadi penyembah-penyembah yang murni (7.16, p.388) Free from all contaminations of Setelah dibebaskan dari segala material desires, the distressed, the pencemaran keinginan material, inquisitive, the penniless and the orang yang berduka cita, orang yang seeker after supreme knowledge can ingin tahu, orang yang kehabisan all become pure devotees. uang dan orang yang mencari (7.17, p.308) pengetahuan yang paling utama semua dapat menjadi penyembah
288
347
348
349
Generally, persons who are distressed in the material world go to the demigods, as they are advised in the Vedic literature (7.21, p.312) A living entity goes to the demigods usually because he is mad to fulfill his lust. (7.22, p.313) O scion of Bharata, O conqueror of the foe, all living entities are born into delusion, bewildered by dualities arisen from desire and hate. (7.27, p.321)
350
When one is deluded into separation from this pure knowledge, he becomes controlled by illusory energy and cannot understand the Supreme Personality of Godhead. The illusory energy is manifested in the duality of desire and hate. Due to desire and hate, the ignorant person wants to become one with the Supreme Lord and envies Krsna as the Supreme Personality of Godhead (7.27, p.321)
351
Such deluded persons, symptomatically, dwell in dualities of dishonor and honor, misery and happiness, woman and man, good and bad, pleasure and pain, etc. (7.27, p.321)
352
For those who are sinful, atheistic, foolish and deceitful, it is very difficult to transcend the duality of desire and hate (7.28, p.321)
yang murni (7.17, p.388) Pada umumnya, orang yang berduka cita di dunia material mendekati para dewa, sebagaimana dianjurkan dalam Kitab-kitab Veda (7.21, p.394) Mahluk hidup biasanya mendekati para dewa karena ia gila untuk memenuhi nafsunya (7.22, p.395) Wahai prabhu dari keluaga Bharata, wahai penakluk musuh, semua mahluk hidup dilahirkan ke dalam khayalan dan dibingungkan oleh halhal relative yang timbul dari keinginan dan rasa benci (7.27, p.404) Bila seseorang dikhayalkan hingga dia berpisah dari pengetahuan murni tersebut , ia dikendalikan oleh tenaga yang mengkhayalkan dan dia tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga yang mengkhayalkan diwujudkan dalam hal-hal relative berupa keinginan dan rasa benci. Akibat keinginan dan rasa benci, orang bodoh ingin meninggal dengan Tuhan Ynag Maha Esa dan dia iri hati kepada Krsna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa (7.27, p.404) Orang yang dikhayalkan seperti itu, menurut gejala-gejalanya hidup dalam hal-hal relative seperti penghinaan, dan penghormatan, suka dan duka, wanita dan laki-laki, baik dan buruk, rasa senang dan rasa sakit dan sebagainya (405) Orang yang berdosa, tidak percaya kepada Tuhan, bodoh dan penipu sulit sekali melampaui hal-hal relative berupa keinginan dan rasa benci (7.28, p.405)
289
353
Many subjects have been discussed in this chapter: the man in distress, the inquisitive man, the man in want of material necessities, knowledge of Brahman, knowledge of Paramätmä, liberation from birth, death and diseases, and worship of the Supreme Lord (7.30, p.324)
NO 354
CHAPTER 8 Actually these questions, which are of Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan the nature of doubts, should not have ini, mencerminkan keragu-raguan arisen in the mind of Arjuna, because yang seharusnya tidak timbul di Arjuna is a Krsna conscious devotee. dalam pikiran Arjuna, sebab Arjuna Therefore these doubts are like adalah penyembah yang sadar akan demons (8.2, p.326) Krsna. Karena itu, keragu-raguan tersebut adalah seperti raksasa (8.2, p.413) Since Krsna is so expert in killing Oleh karena Krsna sangat ahli demons, Arjuna here addresses Him membunuh raksasa, di sini Arjuna as Madhusüdana so that Krsna might menyebutkan Krsna sebagai kill the demonic doubts that arise in Madhusudana agar Krsna membunuh Arjuna‘s mind (8.2, p.326) keragu-raguan yang telah timbul di dalam pikiran Arjuna bagaikan seorang raksasa (8.2, p.413) Arjuna is very anxious to know of Arjuna ingin sekali mengetahui those who are constantly engaged in tentang orang yang senantiasa tekun Krsna consciousness. (8.2, p.326) dalam kesadaran Krsna (8.2, p.413) Of this there is no doubt. (8.5, p.329) Kenyataan ini tidak dapat diragukan (8.5, p.417) With your activities dedicated to Me Dengan kegiatanmu dipersembahkan and your mind and intelligence fixed kepada-Ku pikiran dan kecerdasanmu on Me, you will attain Me without dipusatkan kepada-Ku, tidak dapat doubt. (8.7, p.331) diragukan bahwa engkau akan mencapai kepada-Ku (8.7, p.419) Since one‘s mind at death is very Oleh karena pikiran saat meninggal disturbed, one should practice sangat terganggu, orang harus transcendence through yoga during berlatih kerohanian melalui yoga one‘s life. (8.10, p. 334) semasa hidupnya (8.10, p.423)
355
356
357 358
359
Banyak hal yang sudah dibicarakan di dalam bab ini: Orang yang berdukacita, orang yang ingin tahu, orang yang memerlukan kebutuhan material, pengetahuan tentang Brahman, pengetahuan tentang Paramatma, pembebasan dari kelahiran, kematian dan penyakit dan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa (7.30, p.408)
290
360
361
After attaining Me, the great souls, who are yogés in devotion, never return to this temporary world, which is full of miseries, because they have attained the highest perfection. (8.15, p.338) Again and again, when Brahmä‘s day arrives, all living entities come into being, and with the arrival of Brahmä‘s night they are helplessly annihilated. (8. 19, p.341)
362
However, for the pure devotee in Krsna consciousness, there is no fear of returning, whether he leaves the body at an auspicious or inauspicious moment, by accident or arrangement. (8.24, p.346)
363
Although the devotees know these two paths, O Arjuna, they are never bewildered. Therefore be always fixed in devotion. (8.27, p.347)
364
Kåñëa is here advising Arjuna that he should not be disturbed by the different paths the soul can take when leaving the material world (8.27, p.347) Therefore the devotee is not disturbed by these descriptions, because he knows that his passage to the supreme abode is guaranteed by devotional service (8.27, p.348) By advancement in the association of the devotee one is placed in devotional service, and this service dispels all one‘s misgivings about Kåñëa, or God, and Krsna‘s activities, form, pastimes, name and other features (8.28, p.349)
365
366
Sesudah mencapai kepada-Ku, rohroh yang mulia, yogi-yogi dalam bhakti, tidak pernah kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan, sebab mereka sudah mencapai kesempurnaah tertinggi (8.15, p.429) Semua mahluk hidup terwujud berulangkali bila hari sudah siang bagi Brahma, lalu dengan mulainya malam hari bagi Brahma, mereka dilebur dalam keadaan tidak berdaya (8.19, p.433) Akan tetapi, penyembah murni dalam kesadaran Krsna tidak perlu takut kembali, baik ia meninggalkan badan pada saat yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan, secara kebetulan maupun diatur (8.24, p.439) Kendatipuun para penyembah mengenal dua jalan tersebut, mereka tidak pernah dibingungkan, wahai Arjuna. Karena itu, jadilah selalu mantap dalam bhakti (8.27, p.440) Disini Krsna menasehati Arjuna supaya Arjuna tidak digoyahkan oleh berbagai jalan yang dapat ditempug sang roh pada waktu ia meninggalkan dunia material (8.27, p.440) Karena itu seorang penyembah tidak digoyahkan oleh uraian tersebut, ia mengetahui bahwa perjalanan ke tempat tinggal yang paling utama dijamin oleh bhakti (8.27, p.441) Melalui kemajuan dalam pergaulan dengan seorang penyembah, seseorang ditempatkan dalam bhakti, dan pengabdian ini menghilangkan segala keragu-raguan tentang Krsna, atau Tuhan Yang Maha Esa, serta kegiatan, bentuk, perbuatan, nama dan cirri-ciri Krsna yang lain
291
NO 367
368
369
370
371
372
373
374
(8.28, p.443) CHAPTER 9 The Supreme Personality of Godhead said: My dear Arjuna, because you Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa are never envious of Me, I shall bersabda: Arjuna yang baik hati, oleh impart to you this most confidential karena engkau tidak pernah iri hati knowledge and realization, knowing kepada-Ku, Aku akan menyampaikan which you shall be relieved of the pengetahuan dan keinsafan yang paling rahasia ini kepadamu. Dengan miseries of material existence. mengenal pengetahuan rahasia dan (9.1, p.351) keinsafan ini, engkau akan dibebaskan dari kesengsaraan kehidupan material (9.1, p.445) Because they are envious of Krsna, Oleh karena mereka iri kepada Krsna, their commentaries are useless (9.1, tafsiran mereka tidak berguna (9.1, p.352) p.447) No one can explain Bhagavad-gétä or Tidak seorangpun yang dapat give perfect knowledge of Krsna if he menjelaskan Bhagavad-gita atau is envious (9.1, p.352) memberikan pengetahuan yang sempurna tetang Krsna kalau ia iri hati. (9.1, p.447) There are sins which are still in the Ada dosa yang masih dalam bentuk form of a seed, and there are others benih, adapun dosa-dosa lain yang which are already fructified and are sudah berbuah dan kita harus giving us fruit, which we are enjoying menerima akibatnya sebagai rasa as distress and pain. (9.2, p.354) duka dan rasa sakit (9.2, p.449) ―Devotional service is so potent that ‗‘Bhakti begitu kuat sehingga hanya simply by engaging in the activities of dengan menekuni kegiatan bhakti devotional service one becomes seseorang pasti dibebasskan dari enlightened without a doubt.‖ (9.2, kebodohan (9.2, p.450) p.355) The faithless cannot accomplish this Orang yang tidak berkeyakinan process of devotional service; that is tidak dapat menyelesaikan cara bhakti the purport of this verse.(9.3, p.358) ini: itulah penjelasan ayat ini . (9.3, p.453) They are hesitant and cannot stay Mereka ragu-ragu dan tidak damat fixed in the devotional service of the penjaid mantap dalam bhakti kepada Lord (9.3, p.358) Tuhan (9.3, p.453) Sometimes these third-class persons mereka yang in Kåñëa consciousness have some Kadang-kadang tendency toward karma-yoga and termasuk golongan ketiga dalam jïäna-yoga, and sometimes they are kesadaran Krsna cenderung pada
292
disturbed, but as soon as the infection of karma-yoga or jïänayoga is vanquished, they become second-class or first-class persons in Kåñëa consciousness. (9.3, p.360)
karma-yoga dan jnana-yoga dan kadang-kadang mereka goyah, tetapi begitu penyakit karma-yoga atau jnanna yoga sembuh, mereka menjadi golongan kedua atau golongan utama dalam kesadaran kesadaran Krsna (9.3, p.454) Penjelmaan Krsna sebagai manusia membingungkan orang bodoh (9.11, p.466) Karena itu Visvanatha Cakravarti Thakura member peringatan bahwa sikap mental seperti ini sebaiknya diperbaiki. (9.11, p.467)
375
The Lord‘s appearance as a man bewilders the foolish. (9.11, p.369)
376
The neophyte devotee gives more attention to the Deity in the temple than to other devotees, so Viçvanätha Cakravarté Öhäkura warns that this sort of mentality should be corrected (9.11, p.370) Everyone should therefore be given Jadi semua orang harus dihormati proper respect and should not be sebagaimana mestinya dan neglected. (9.11, p.370) hendaknya jangan diremehkan (9.11, p.467) Those who are thus bewildered are Orang yang dibingungkan seperti itu attracted by demonic and atheistic tertarik pada pandangan jahat dan views. (9.12, p.371) pandangan yang tidak percaya kepada Tuhan. (9.12, p.468) People jeer at Kåñëa because they are Orang mengejek Krsna karena envious of the Supreme Personality mereka iri kepada kepribadian Tuhan of Godhead (9.12, p.372) Yang Maha Esa (9.12, p.469) Some of them have already been Beberapa di antaranya sudah described as the distressed, the diuraikan sebagai orang yang financially destitute, the inquisitive, berduka cita, orang yang and those who are engaged in the kekurangan uang, orang yang ingin cultivation of knowledge (9.15, tahu dan orang yang sibuk p.374) mengembangkan pengetahuan (9.15, p.472) One who does not know Kåñëa is Dan untuk orang yang belum misled, and his so-called progressive mengenal Krsna akan tersesat dan march is either partial or apa yang dianggap jalan kemajuannya hallucinatory. (9.18, p.376) hanya tercapai sebagian atau bersifat khayalan (9.18, p.475) Krsna is the ultimate goal of shelter, Karena itu seharusnya semua orang and therefore one should take shelter berlindung kepada Krsna, baik untuk of Krsna either for protection or for perlindungan maupun untuk
377
378
379
380
381
382
293
383
annihilation of his distress. (9.18, p.377) The Lord helps the devotee to achieve Krsna consciousness by yoga, and when he becomes fully Krsna conscious the Lord protects him from falling down to a miserable conditioned life (9.22, p.380)
384
I envy no one, nor am I partial to anyone. (9.29, p.387)
385
As far as possible, a devotee is very cautious so that he does not do anything that could disrupt his wholesome condition. (9.30, p.388)
386
Sometimes, however, it may be seen that a person in Krsna consciousness commits some act which may be taken as most abominable socially or politically. (9.30, p.388)
387
On the other hand, one should not misunderstand that a devotee in transcendental devotional service can act in all kinds of abominable ways; this verse only refers to an accident due to the strong power of material connections (9.30, p.389)
388
There are some who are demonic; they also think of Kåñëa, but enviously, just like King Kamsa, Krsna‘s uncle. He was also thinking of Krsna always, but he thought of Krsna as his enemy. He was always in anxiety, wondering when Krsna would come to kill him. (9.34, p.393)
menghilangkan dukacitanya. (9.18, p.476) Tuhan membantu seorang penyembah untuk mencapai kesadaran Krsna melalui yoga. Apabila penyembah itu sadar akan Krsna sepenuhnya maka Krsna melindungi sehingga ia tidak jatuh ke dalam kehidupan terikat yang sengsara (9.22, p.480) Aku tidak iri kepada siapapun, dan Aku tidak berat sebelah kepada siapapun. (9.29, p.489) Sejauh mungkin seorang penyembah harus sangat hati-hati supaya ia tidak melakukan sesuatu yang dapat mengganggu keadaannya yang sehat (9.30, p.491) Akan tetapi, kadang-kadang tampak bahwa orang dalam kesadaran Krsna melakukan perbuatan yang dianggap perbuatan yang paling menjijikkan menurut pandangan masyarakat atau menurut etika politik (9.30, p.491) Di pihak lain, hendaknya orang jangan salah paham dan menganggap bahwa seorang penyembah dalam bhakti rohani dapat bertindak dengan segala cara yang menjijikkan; ayat ini hanya membicarakan kecelakaan yang terjadi secara kebetulan karena daya hubungan material yang kuat (9.30, p.492) Ada orang yang bersifat jahat; mereka juga berfikir tentang Krsna, tetapi secara iri, seperti Raja Kamsa, paman Krsna, senantiasa memikirkan Krsna, tetapi ia memikirkan Krsna sebagai musuhnya. Kamsa selalu dalam kecemasan, dan selalu merenungkan kapan Krsna akan datang untuk membunuhnya (9.34, p.496)
294
NO 389
390
391
392
393
394
CHAPTER 10 Discourses in the society of devotees Ceramah-ceramah dalam pergaulan can take place only among those who degan penyembah hanya dapat are really anxious to be in Kåñëa diadakan di kalangan orang yang consciousness. (10.1, p.395) sungguh-sungguh ingin menjadi sadar akan Krsna (10.1, p.500) Intelligence, knowledge, freedom Kecerdasan, pengetahuan, kebebasan from doubt and delusion, dari keragu-raguan dan khayalan, forgiveness, truthfulness, control of pengampunan, kejujuran, the senses, control of the mind, pengendalian indria-indria dan happiness and distress, birth, death, pengendalian pikiran, kebahagiaan, fear, fearlessness, nonviolence, dan dukacita, kelahiran, kematian, equanimity, satisfaction, austerity, rasa takut, kebebasan dari rasa takut, charity, fame and infamy—all these tidak melakukan kekerasan, various qualities of living beings are keseimbangan sikap, kepuasan, createdby Me alone. (10.4-5, p.399) kesedarhanaan, kedermawanan, kemasyuran dan penghinaan berbagai sifat tersebut yang dimiliki oleh para mahluk hidup semua diciptakan oleh Aku sendiri (10.4-5, p.505) Asammoha, freedom from doubt and Asammoha, kebebasan dari keragudelusion, can be achieved when one is raguan dan khayalan, dapat dicapai not hesitant and when he understands apabila seseorang tidak ragu-ragu the transcendental philosophy. Slowly dan mengerti filsafat rohani. Ia but surely he becomes free from dibebaskan dari kebingungan serta bewilderment. berangsur-angsur namun pasti. (10.4-5, p.400) (10.4-5, p.505) If a man is a thief and if people are Kalau ada seorang pencuri//dan orang warned that he is a thief, that is truth. diberi peringatan bahwa orang itu (10.4-5, p.400) adalah pencuri, itulah keberanan (10.4-5, p.505) Although sometimes the truth is Walaupun kebenaran kadang-kadang unpalatable, one should not refrain kurang enak ditelan, hendaknya from speaking it. seseorang jangan segan (10.4-5, p.400) menyampaikan kebenaran (10.4-5. P.505) Therefore the senses should be Karena itu hendaknya indria-indria restrained from unnecessary use. dikendalikan serta tidak digunakan Similarly, one should restrain the bila tidak diperlukan. Begitu pula, mind from unnecessary thoughts; that hendaknya orang menahan is called çama.(10.4-5, p.400) pikirannya dari pikiran yang tidak diperlukan itu disebut sama
295
395
And similarly, that which is painful or which causes distress is that which is unfavorable for the cultivation of Kåñëa consciousness. (10.4-5, p.400)
396
Fear is due to worrying about the future. (10.4-5, p.401) A person in Kåñëa consciousness has no fear because by his activities he is sure to go back to the spiritual sky, back home, back to Godhead. (10.4-5, p.401)
397
398
So they are therefore in constant anxiety. If we want to get free from anxiety, then the best course is to understand Krsna and be situated always in Krsna consciousness. In that way we will be free from all fear. (10.4-5, p.401)
399
But those who are free from the illusory energy, those who are confident that they are not the material body, that they are spiritual parts of the Supreme Personality of Godhead, and who are therefore engaged in the transcendental service of the Supreme Godhead, have nothing to fear (10.4-5, p.401) Ahiàsä, nonviolence, means that one should not do anything which will put others into misery or confusion. (10.4-5, p.401)
400
401
Samatä, equanimity, refers to freedom from attachment and aversion (10.4-5, p.401)
(10.4-5, p.506) Begitu pula, sesuatu yang menyakitkan atau menyebabkan dukacita tidak bermanfaat untuk mengembangkan kesadaran Krsna. (10.4-5, p.506) Rasa takut disebabkan karena orang khawatir tentang masa yang akan datang (10.4-5, p.506) Orang yang sadar akan Krsna tidak takut, karena menurut kegiatannya pasti dia akan pulang, kembali ke angkasa rohani, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa (10.4-5, p.506) Karena itu mereka cemas senantiasa. Kalau kita ingin bebas dari kecemasan, maka cara terbaik ialah mengerti tentang Krsna dan selalu mantap dalam kesadaran Krsna. Dengan demikian kita akan selalu bebas dari segala rasa takut (10.4-5, p.506) Tetapi orang yang bebas dari tenag yang menyebabkan// khayalan, orang yang yakin bahwa dirinya bukan badan jasmani, yaitu bahwa dirinya adalah bagian rohani dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan menekuni bhakti rohani kepada Beliau karena alasan itu, tidak perlu takut kepada apapun (10.4-5, p.507) Ahimsa yaitu tidak melakukakn kekerasan, berarti hendaknya seseorang janganlah melakukan sesuatu yang akan menyebabkan orang lain menderita atau kekacauan (10.4-5, p.507) Samata, keseimbangan berarti kebebasan dari ikatan dan rasa benci (10.4-5, p.507)
296
402
403
This material world should be accepted without attachment or aversion. (10.4-5, p.401) One who is factually convinced of this opulence and mystic power of Mine engages in unalloyed devotional service; of this there is no doubt. (10.7, p.404)
404
A Krsna conscious person should not be bewildered by fools; he should avoid all unauthorized commentaries and interpretations on Bhagavad-gétä and proceed in Krsna consciousness with determination and firmness. (10.8, p.407)
405
When a person knows the goal of life but is addicted to the fruits of activities, he is acting in karma-yoga (10.10, p.409)
406
The pure devotee does not have to worry about the material necessities of life; he need not be anxious, because when he removes the darkness from his heart, everything is provided automatically by the Supreme Lord, who is pleased by the loving devotional service of the devotee (10.11, p.411)
407
Arjuna herein confirms that persons of faithless and demonic nature cannot understand Kåñëa. (10.14, p.411)
408
Because materialists cannot understand Krsna spiritually, they are advised to concentrate the mind on
Hendaknya dunia material ini diterima tanpa ikatan maupun rasa benci (10.4-5, p.507) Orang yang sungguh-sungguh yakin tentang kehebatan dan kekuatan batin-Ku ini menekuni bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan hal-hal lain; kenyataan ini tidak dapat diragukan (10.7, p.510) Orang yang sadar akan Krsna hendaknya janganlah dibingungkan oleh orang bodoh; hendaknya ia menghindari segala tafsiran dan pengertian yang tidak dibenarkan mengenai Bhagavad-gita dan maju dalam kesadaran Krsna dengan ketabahan hati dan sikap teguh (10.8, p.513) Bila seseorang mengethaui tujuan hidup namun masih ketagihan terhadap hasil dari kegiatan, dia bertindak dalam karma-yoga. (10.10, p.516) Seorang penyembah murni tidak perlu khawatir tentang kebutuhan material dalam kehidupannya, dia tidak perlu cemas sebab bila ia menghilangkan kegelapan dalam hatinya, segala sesuatu disediakan secara otomatis oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa dipuaskan oleh cinta-bhakti yang dilakukan oleh seorang penyembah (10.11, p.518) Disini Arjuna membenarkan bahwa orang yang tidak percaya dan orang yang bersifat jahat tidak dapat mengerti tentang Krsna (10.14, p.521) Oleh karena orang duniawi tidak dapat mengerti Krsna secara rohani, diannjurkan supaya mereka
297
409
NO 410
411
412
413
414
physical things and try to see how memusatkan pikirannya kepada Kåñëa is manifested by physical benda-benda alam dan usaha melihat representations. (10.17, p.416) bagaimana Krsna terwujud melalui perwujudan-perwujudan alam (10.17, p.525) But worship of demigods is Tetapi sembahyang kepada para dewa thoroughly discouraged herein sama sekali tidak dianjurkan disini, because even the greatest demigods sebab dewa yang paling mulia like Brahmä and Çiva represent only sekalipun seperti Brahma dan Siva part of the opulence of the Supreme hanya sebagian dari kehebatan Tuhan Lord. (10.42, p.431) Yang maha Esa (10.42, p.546)
CHAPTER 11 Actually when one sees the universal Sebenarnya, kalau seseorang melihat form of Kåñëa one becomes bentuk semesta Krsna, ia merasa frightened, like Arjuna, but Krsna is takut, seperti Arjuna. Tetapi karena so kind that after showing it He Krsna begitu murah hati sehingga converts Himself again into His sesudah memperlihatkan bentuk original form. (11.1, p.433) semesta ini (11.1, p.550) Then, bewildered and astonished, his Kemudian Arjuna kebingungan dan hair standing on end, Arjuna bowed kagum, dan bulu romanya tegak his head to offer obeisances and with berdiri. Arjuna menundukkan folded hands began to pray to the kepalanya untuk bersujud, lalu Supreme Lord. (11.14, p.440) mencakupkan tangannya dan mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa (11.14, p.560) O great one, seeing this wondrous and O Kepribadian Yang Mulia dengan terrible form, all the planetary bentuk yang mengagumkan dan systems are perturbed. (11.20, mengerikan ini, semua susunan planet p.444) goyah (11.20, p.565) Some of them, very much afraid, are Beberapa diantaranya sangat offering prayers with folded hands. ketakutan dan mereka (11.21, p.444) mempersembahkan doa pujian sambil mencakupkan tangannya (11.21, p.566) O mighty-armed one, all the planets O Kepribadian yang berlengan with their demigods are disturbed at perkasa, semua planet dengan dewaseeing Your great form, with its many dewanya goyah ketika melihat bentuk faces, eyes, arms, thighs, legs, and anda yang maha agung, dengan bellies and Your many terrible teeth; banyak muka, mata, lengan, paha, and as they are disturbed, so am I. kaki dan perutnya dan banyak gigi
298
(11.23, p.445)
415
O all-pervading Visnu, seeing You with Your many radiant colors touching the sky, Your gaping mouths, and Your great glowing eyes, my mind is perturbed by fear. (11.24, p.445)
416
In all directions I am bewildered. (11.25, p.446) All the sons of Dhåtaräñöra, along with their allied kings, and Bhéñma, Droëa, Karëa—and our chief soldiers also—are rushing into Your fearful mouths. (11. 6-27, p.446)
417
418
Arjuna was not in favor of the fight, and he thought it was better not to fight; then there would be no frustration. (11.32, p.448)
419
Drona, Bhéñma, Jayadratha, Karëa and the other great warriors have already been destroyed by Me. Therefore, kill them and do not be disturbed. (11.34, p.450) He fearfully spoke to Lord Krsna in a faltering voice, as follows. (11.35, p.450)
420
421
Although the perfected beings offer You their respectful homage, the demons are afraid, and they flee here and there. All this is rightly done. (11. 36, p.451)
422
After seeing this universal form, which I have never seen before, I am
anda yang mengerikan; karena itu, mereka goyah dan hamba juga goyah (11.23, p.567) O Visnu yang berada di mana-mana, ketika hamba melihat anda dengan berbagai warna anda yang bercahaya dan menyentuh langit, mulut-mulut anda yang terbuka lebar dan mata anda yang besar dan menyala, pikiran hamba goyah karena rasa takut (11.24, p.568) Di segala arah hamba kebingungan (11.25, p.569) Semua putera Dhrtarastra bersama raja-raja yang bersekutu dengan mereka. Bhisma, Drona, Karna dan – semua pemimpin ksatria di pihak kita-lari masuk ke dalam mulut-mulut anda yang mengerikan. (11.6-27, p.570) Arjuna tidak menyetujui pertempuran. Dia berfikir lebih baik tidak bertempur dan dengan cara demikian rasa frustrasi tidak akan dialami (11.32, p.574) Drona, Bhisma, Jayadrata, Karna dan kesatria-kesatria besar lainnya sudah Ku-hancurkan. Karena itu, bunuhlah mereka dan jangan merasa goyah (11.34, p.576) Hati Arjuna penuh rasa takut dan dia berkata kepada Sri Krsna dengan suara yang tersendat-sendat, sebagai berikut (11.35, p.577) Kendatipun mahluk-mahluk sempurna bersujud kepada anda dengan hormat, para raksasa ketakutan sehingga mereka lari ke dsana ke mari. Segala hal ini memang patut terjadi (11.36, p.578) Sesudah melihat bentuk semesta ini yang belum pernah hamba lihat
299
423
424
425
426
427
428
gladdened, but at the same time my sebelumnya, hamba berbahagia, mind is disturbed with fear. (11.45, tetapi pada waktu yang sama pikiran p.458) hamba goyah karena ketakutan. (11.45, p.587) Thus his mind is disturbed out of Jadi, pikiran Arjuna goyah karena fear, although he had no reason to rasa takut, meskipun Arjuna tidak fear. (11.45, p.458) perlu merasa takut (11.45, p.587) You have been perturbed and Engkau sudah menjadi goyah dan bewildered by seeing this horrible bingung dengan melihat cirri-Ku feature of Mine. (11.49, p.462) yang mengerikan ini. (11.49, p.593) But Krsna said that hecneed not be Tetapi Krsna menyatakan bahwa afraid of killing his grandfather. Arjuna tidak perlu takut untuk When the sons of Dhrtarastra tried to membunuh kakeknya. Pada waktu disrobe Draupadé in the assembly of putera Dhrtarastra mencoba the Kurus, Bhisma and Drona were membuka pakaian Draupadi di dalam silent, and for such negligence of duty sidang para Kuru, Bhisma dan Drona they should be killed. (11.49, p.462) diam saja dan oleh karena mereka telah mengalpakan kewajiban seperti itu, seharusnya mereka dibunuh (11.49, p.593) Sanjaya said to Dhrtarästra: The Sanjaya berkata kepada Dhrtarastra: Supreme Personality of Godhead, setelah Kepribadian Tuhan Yang Krsna, having spoken thus to Arjuna, Maha Esa, Krsna bersabda seperti itu displayed His real four-armed form kepada Arjuna, Beliau and at last showed His two-armed memperlihatkan bentuknya yang form, thus encouraging the fearful sejati yang berlengan empat, dan Arjuna. (11.50, p.463) akhirnya memperlihatkan bentuknya yang berlengan dua. Dengan demikian, Beliau member semangat kepada Arjuna yang sedang ketakutan (11.50, p.594) A pure devotee is not confused by Penyembah yang murni tidak misguiding commentaries on dibingungkan oleh tafsiran-tafsiran Bhagavad-gétä because he knows Bhagavad-gita yang menyesatkan, what is what. (11.50, p.463) sebab ia mengetahui kenyataan yang sebenarnya (11.50, p.596) A Krsna conscious person knows that Orang yang sadar akan Krsna if a man is suffering it is due to his mengetahui bahwa orang menderita forgetfulness of his eternal karena melupakan hubungannya yang relationship with Krsna. (11.55, kekal dengan Krsna (11.55, p.607) p.473)
300
NO 429
430
431
432
433
434
435 436
CHAPTER 12 Realizing this, one envies no living Sesudah meginsafi kenyataan ini, entity—he sees no difference between seseorang tidak iri kepada semua man and animal because he sees soul mahluk hidup manapun-ia tidak only, not the outer covering (12.3-4, melihat perbedaan apapun antara p.478) manusia dan binatang, sebab dia hanya melihat sang roh, bukan tutup lahiriahnya. (12.3-4, p.613) Thus you will live in Me always, Dengan cara demikian, engkau akan without a doubt. (12.8, p.483) selalu hidup di dalam diri-Ku, tanpa keragu-raguan (12.8, p.619) One should be sympathetic to the Hendaknya seorang simpatik propagation of Krsna consciousness. terhadap kegiatan mengajarkan (12.10, p.485) kesadaran Krsna. (12.10, p.621) It may be that one is unable even to Mungkin seseorang tidak dapat ikut sympathize with the activities of simpatik dengan kegiatan kesadaran Krsna consciousness because of Krsna karena pertimbangan social, familial or religious masyarakat, keluarga, keagamaan considerations or because of some atau halangan lain (12.11, p.622) other impediments. (12.11, p.486) One who is not envious but is a kind Orang yang tidak iri tetapi menjadi friend to all living entities, who does kawan baik bagi semua mahluk not think himself a proprietor and is hidup, tidak menganggap dirinya free from false ego, who is equal in pemilik, bebas dari keakuan palsu, both happiness and distress, who is besikap sama baik dalam suka tolerant, always satisfied, self- maupun duka, bersikap toleransi, controlled, and engaged in devotional selalu puas, mengendalikan diri, service with determination, his mind tekun dalam bhakti dengan ketabahan and intelligence fixed on Me—such a hati, dengan pikiran dan devotee of Mine is very dear to Me. kecerdasannya dipusatkan ke pada(12.13-14, p.488) Ku-penyembah-Ku yang seperti itu sangat Ku-cintai (12.13-14, p.625) Nor is he envious of anyone. Nor Penyembah murni juga tidak iri does a devotee become his enemy‘s kepada siapapun. Seorang penyembah enemy (12.13-14, p.488) tidak menjadi musuh bagi musuhnya (12.13-14, p.625) So it is better to suffer than to Karena itu lebih baik menderita protest.‖ (12.13-14, p.488) daripada mengadu (12.13-14, p.625) Whenever a devotee is in distress or Bilamana seorang penyembah has fallen into difficulty, he thinks berdukacita atau sudah jatuh ke that it is the Lord‘s mercy upon him dalam kesulitan, dia berpikir itu (12.13-14, p.488) karunia Tuhan terhadap dirinya
301
437
He thinks, ―Thanks to my past misdeeds I should suffer far, far greater than I am suffering now (12.13-14, p.488)
438
Therefore he is always calm, quiet and patient, despite many distressful conditions (12.13-14, p.488)
439
He does not identify with the body; therefore he is freed from the conception of false ego and is equipoised in happiness and distress.(12.13-14, p.488) He for whom no one is put into difficulty and who is not disturbed by anyone, who is equipoised in happiness and distress, fear and anxiety, is very dear to Me (12.15, p.489) No one is put into difficulty, anxiety, fearfulness or dissatisfaction by such a devotee. (12.15, p.489)
440
441
442
Since a devotee is kind to everyone, he does not act in such a way as to put others into anxiety. At the same time, if others try to put a devotee into anxiety, he is not disturbed. It is by the grace of the Lord that he is so practiced that he is not disturbed by any outward disturbance. (12.15, p.489)
443
Generally a materialistic person becomes very happy when there is something for his sense gratification and his body, but when he sees that others have something for their sense gratification and he hasn‘t, he is sorry
(12.13-14, p.625) Dia berpikir ,‘‘akibat kesalahn saya dari dahulu seharusnya saya menderita jauh lebih banyak dari penderitaan yang saya alami sekarang (12.13-14, p.626) Karena itu, dia selalu tenang, diam, dan sabar, meskipun ia mengalami banyak keadaan yang menyedihkan (12.13, p.626) Ia tidak mempersamakan dirinya dengan badan; karena itu, dia bebas dari paham keakuan palsu dan dia seimbang, baik dalam suka maupun duka (12.13, p.626) Aku sangat mencintai orang yang tidak menyebabkan siapapun dipersulit, tidak digoyahkan oleh siapapun dan bersikap yang sama, baik dalam suka, duka, rasa takut maupun kecemasan (12.15, p.627) Seorang penyembah seperti itu tidak pernah menyebabkan seseorang dipersulit, merasa cemas, takut atau kurang puas (627) Oleh karena seorang penyembah murah hati kepada semua orang, ia tidak bertindak dengan cara yang mencemaskan orang lain. Pada waktu yang sama, kalau orang lain berusaha menyebabkan seorang penyebah cemas, ia tidak goyah. Atas karunia Tuhan, dia sudah terlatih sehingga dia tidak digoyahkan oleh gangguan lahiriah manapun. (12.15, p.627) Pada umumnya orang duniawi senang sekali bila ada sesuatu untuk memuaskan indria-indria dan badannya, tetapi ia melihat orang lain mempunyai sesuatu untuk kepuasan mereka sedangkan ia belum memiliki
302
and envious. (12.15, p.489) 444
445
446
When he is expecting some retaliation from an enemy, he is in a state of fear, and when he cannot successfully execute something he becomes dejected. (12.15, p.489) He is never pained, because he is free from all designations; he knows that his body is a designation, so if there are some bodily pains, he is free (12.16, p.490) He may construct a temple for the Lord, and for that he may take all kinds of anxiety, but he does not construct a big house for his personal relations. (12.16, p.490)
447
One who neither rejoices nor grieves, who neither laments nor desires, and who renounces both auspicious and inauspicious things—such a devotee is very dear to Me. (12.17, p.490)
448
A pure devotee is neither happy nor distressed over material gain and loss, nor is he very much anxious to get a son or disciple, nor is he distressed by not getting them. If he loses anything which is very dear to him, he does not lament. (12.17, p.490)
449
One who is equal to friends and enemies, who is equipoised in honor and dishonor, heat and cold, happiness and distress, fame and infamy, who is always free from
benda itu, dia menyesal dan merasa iri (12.15, p.627) Bilamana dia menantikan balasan dari musuh, dia ketakutan dan bilamana dia tidak dapat melaksanakan sesuatu dengan sukses dia merasa murung (12.15, p.627) Ia tidak pernah disakiti, sebab ia bebas dari segala julukan; ia mengetahui bahwa badannya adalah julukan ( 12.16, p.628) Barangkali ia mendirikan tempat sembahyang untuk Krsna, dan untuk itu dia rela mengalami segala jenis rasa cemas, tetapi dia tidak mulai mendirikan rumah yang besar hanya untuk sanak keluarganya sendiri (12.16, p.628) Orang yang tidak bersenang hati atau bersedih hati, tidak menyesalkan atau menginginkan dan melepaskan ikatan terhadap hal-hal yang menguntungkan dan tidak menguntungkan-seorang penyembah seperti itu sangat ku-cintai (12.17, p.628) Seorang penyembah yang murni tidak senang atau sedih mengenai keuntungan dan kerugian material. Dia tidak mempunyai keinginan yang besar untuk mendapat putera atau murid, dan juga tidak bersedih hati bila tidak mendapat putera dan murid. Kalau dia kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya , dia tidak menyesal (12.17, p.629) Orang yang bersikap sama terhadap kawan dan musuh, seimbang dalam penghormatan dan penghinaan, panas dan dingin, suka dan duka, kemashyuran dan fitnah, selalu bebas
303
450
451
NO 452
453
454
455
contaminating association, always silent and satisfied with anything, who doesn‘t care for any residence, who is fixed in knowledge and who is engaged in devotional service—such a person is very dear to Me. (12.1819, p.491) Sometimes one is praised and sometimes one is defamed; that is the nature of human society (12.18-19, p.491) But a devotee is always transcendental to artificial fame and infamy, distress or happiness. (12.18-19, p.491)
dari pergaulan yang mencemarkan, selalu diam dan puas dengan segala sesuatu, yang tidak mempedulikan tempat tinggal apapun, mantap dalam pengetahuan dan tekun dalam bhaktiorang seperti itu sangat Ku-cintai (12.18, p.629) Kadang-kadang seorang dipuji dan kadang-kadang dihina; itulah sifat masyarakat manusia (12.18, p.630)
Tetapi seorang penyembah selalu melampaui kemashyuran dan penghinaan yang tidak wajar, suka maupun duka cita. (12.18, p.630) CHAPTER 13 The conditioned soul is entrapped in Roh yang terikat terperangkap dalam material existence, and he attempts to keadaan material dan ia berusaha lord it over material nature. untuk berkuasa atas alam material (13.1, p.495) (13.1, p.634) The living entities are subordinate Kedudukan para mahluk hidup lebih under all circumstances, but in their rendah dalam segala keadaan, tetapi forgetfulness they are suffering. mereka sedang menderita karena When enlightened by pious activities, mereka lupa. Bila mahluk hidup they approach the Supreme Lord in dibebaskan dari kebodohan oleh different capacities—as the kegiatan yang saleh, mereka distressed, those in want of money, mendekati Tuhan Yang Maha Esa the inquisitive, and those in search of dalam berbagai kedudukan-sebagai knowledge. (13.1, p.496) yang berduka cita, orang yang kekurangan uang, orang yang ingin tahym dan orang yang ingin mencari pengetahuan (13.1, p.635) One should not confuse the three in Hendaknya orang jangan keliru their different capacities. One should tentang tentang kedudukan pelukis, not confuse the painter, the painting lukisan dan kuda-kuda papan tulis and the easel. (13.3, p.498) yang dipakai untuk melukis (13.3, p.637) But one should be careful not to Tetapi orang harus hati-hati agar consider the Supreme Personality of tidak menganggap Kepribadian Godhead in every body to be one with Tuhan Yang Maha Esa di dalam tiapthe individual soul, the jéva. tiap badan bersatu dengan roh yang
304
(13.4, p.499) 456
The five great elements, false ego, intelligence, the unmanifested, the ten senses and the mind, the five sense objects, desire, hatred, happiness, distress, the aggregate, the life symptoms, and convictions—all these are considered, in summary, to be the field of activities and its interactions (13.6-7, p.502)
457
Then there are desire, hatred, happiness and distress, which are interactions, representations of the five great elements in the gross body (13.6-7, p.502)
458
Humility means that one should not be anxious to have the satisfaction of being honored by others. (13.8-12, p.504) People are very anxious to be famous for their religion, and consequently sometimes it is found that without understanding the principles of religion one enters into some group which is not actually following religious principles and then wants to advertise himself as a religious mentor. (13.8-12, p.505) People in general are trapped by ignorance in the material concept of life, and they perpetually suffer material pains.(13.8-12, p.505)
459
460
461
individual yaitu sang jiva (13.4, p.638) Lima unsure besar, keakuan palsu, kecerdasan, yang tidak terwujud, sepuluh indria dan pikiran, lima obyek indria, keinginan, rasa benci, kebahagiaan, dukacita, jumlah gabungan, gejala-gejala hidup dan keyakinan-keyakinan-sebagai ringkasan, semua unsure tersebut merupakan lapangan kegiatan dan hal-hal yang saling mempengaruhi dari lapangan kegiatan (13.6-7, p.641) Kemudian ada rasa benci, keinginan, kebahagiaan, dan dukacita, yang merupakan hal-hal saling mempengaruhi, perwujudanperwujudan lima unsure besar dalam badan kasar (1.36-7, p.642) Rendah hati berarti seharusnya orang jangan berhasrat supaya hati puas dengan dihormati orang lain. (13.8, p.645) Orang ingin sekali menjadi anggota suatu organisasi yang sebenarnya tidak mengikuti prinsip-prinsip dharma, kemudian dia ingin memaklumkan dirinya sebagai seorang guru kerohanian (13.8-12, p.645)
Pada umumnya orang diperangkap oleh kebodohan dalam paham hidup yang duniawi, dan mereka menderita kesengsaraan material unmtuk selamanya (13.8-12, p.645) Tolerance means that one should be Toleransi berarti hendaknya orang practiced to bear insult and dishonor dilatih untuk tahan penghinaan dan from others (13.8-12, p.505) ejekan orang lain (13.8-12, p.645)
305
462
Even a boy like Prahläda, who, only five years old, was engaged in the cultivation of spiritual knowledge, was endangered when his father became antagonistic to his devotion. (13.8-12, p.505)
463
The senses are so strong that they are always anxious to have sense gratification. (13.8-12, p.506) When one understands that he is not his body and is spirit soul, he comes to his real ego. Ego is there (13.8-12, p.506) No one wants to be diseased, and no one wants to become old, but there is no avoiding these. Unless we have a pessimistic view of this material life, considering the distresses of birth, death, old age and disease, there is no impetus for our making advancement in spiritual life. (13.8-12, p.507)
464
465
466
In all cases, one should be detached from the happiness and distress of family life, because in this world one can never be fully happy or fully miserable. (13.8-12, p.508)
467
Happiness and distress are concomitant factors of material life. One should learn to tolerate, as advised in Bhagavad-gétä. One can never restrict the coming and going of happiness and distress, so one should be detached from the materialistic way of life and be automatically equipoised in both cases. (13.8-12, p.508)
Anak kecil, misalnya Prahlada yang hanya berumur lima tahun, tekun mengembangkan pengetahuan rohani, tetapi diapun mengalami bahaya ketika ayahnya sangat membenci bhakti yang dilakukannya (13.8-12, p.645) Betapa kuatnya indria-indria sehingga indria-indria selalu ingin dipuaskan (13.8-12, p.646) Apabila seseorang mengerti bahwa dirinya bukan badan, melainkan dirinya adalah roh, itulah keakuan yang sebenarnya (13.8-12, p.647) Tidak seorangpun yang ingin jatuh sakit, dan tidak ada seorang pun yang ingin menjadi tua, tetapi hal-hal itu tidak dapat dihindari. Kalau kita tidak bersikap pesimis terhadap kehidupan material ini, dengan mempertimbangkan kesengsaraan, kelahiran, kematian, usia tua dan penyakit, maka tidak ada dorongan untuk kemajuan kita dalam kehidupan rohani (13.8-12, p.647) Dalam segala keadaan, seseorang harus bebas dari ikatan terhadap suka dan duka hidup berkeluarga, karena di dunia ini orang tidak akan pernah bahagia sepenuhnya atau sengsara sepenuhnya (13.8-12, p.648) Suka dan duka adalah hal-hal yang berjalan berdampingan dalam kehidupan material. Sebagaimana dinasehatkan dalam Bhagavad-gita, orang harus belajar cara toleransi. Orang tidak akan pernah membatasi datang dan perginya suka dan duka; karena itu, sebaiknya ia lepas dari ikatan terhadap cara hidup yang duniawidan dengan sendirinya bersikap seimbang dalam kedua
306
468
Generally, when we get something desirable we are very happy, and when we get something undesirable we are distressed. But if we are actually in the spiritual position these things will not agitate us (13.8-12, 508)
469
If anyone wants to compete with God and at the same time make advancement in spiritual knowledge, he will be frustrated. (13.8-12, p.509) To one who is anxious to be transferred to that spiritual world, knowledge is given by the Supreme Lord, who is situated in everyone‘s heart (13.18, p.515) Actually the living entity is originally the spiritual part and parcel of the Supreme Lord, but due to his rebellious nature, he is conditioned within material nature. (13.20, p.517)
470
471
472
Nature is said to be the cause of all material causes and effects, whereas the living entity is the cause of the various sufferings and enjoyments in this world. (13.21, p.518)
473
And if the living entity is put into the body of a hog, then he is forced to eat stool and act like a hog (13.21, p.518)
474
Those who are atheists, agnostics and skeptics are beyond the sense of spiritual understanding (13. 25, p.522)
keadaan tersebut (13.8-12, p.648) Pada umumnya, apabila kita mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan kita bahagia sekali, dan apabila kita mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan maka kita bersedih hati. Tetapi kalau kita sungguh-sungguh berada dalam tingkat kerohanian, maka hal-hal seperti itu tidak akan menggoyahkan kita (13.8-12, p.648) Kalau seseorang ingin bersaing dengan Tuhan dan pada waktu yang sama maju dalam pengetahuan rohani, maka dia akan mengalami kegagalan (13.8-12, p.649) Tuhan Yang Maha Esa, yang bersemayam di dalam hati semua orang, memberikan pengetahuan kepada orang yang ingin dipindahkan ke dunia rohani itu (13.18,p.657) Sebenarnya semua mahluk hidup adalah bagian rohani Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan. Tetapi oleh karena sifatnya yang cenderung berontak, ia terikat di alam material (13.20, p.660) Dikatakan bahwa alam adalah penyebab segala sebab dan akibat material, sedangkan mahluk hidup adalah penyebab berbagai penderitaan dan kenikmatan di dunia ini (13.21, p.660) Kalau mahluk hidup ditempatkan dalam badan sebagai babi, maka ia terpaksa memakan kotoran dan berlaku seperti babi (13.21, p.661) Orang yang tidak percaya terhadap Tuhan, orang yang menganggap kita tidak mampu mengetahui tentang Tuhan dan orang yang ragu-ragu
307
475
476
477
NO 478 479
480
481
482
483
berada di luar rasa pengertian rohani (13.25, p.666) The mind is generally addicted to Pada umumnya pikiran ketagihan sense gratifying processes; but when proses-proses kepuasan indria-indria; the mind turns to the Supersoul, one tetapi apabila pikiran beralih kepada becomes advanced in spiritual Roh Yang Utama, seseorang maju understanding. (13.29, p.525) dalam pengertian rohani (13.29, p.670) Whatever one is supposed to do, Yang dianggap dilakukan seseorang, either for happiness or for distress, baik untuk kebahagiaan maupun one is forced to do because of the untuk dukacita, terpaksa bodily constitution. (13.30, p.526) dilakukannya karena kedudukan dasar badan (13.30, p.671) Because of desires, one is put into Oleh karena keinginan, seseorang difficult circumstances to suffer or to ditempatkan dalam keadaan yang enjoy. (13.30, p.526) sulit untuk menderita atau menikmati (13.30, p.671) CHAPTER 14 This is the cause of the varieties of Inilah yang menyebabkan berbagai happiness and distress (14.5, p.534) jenis suka dan duka (14.5, p.682) One is happy, another is very active, Satu-satunya adalah jenis mahluk and another is helpless. (14.6, p.535) berbahagia, yang lain giat sekali dan yang lain lagi tidak berdaya (14.6, p.682) The mode of passion is born of Sifat nafsu dilahirkan dari keinginan unlimited desires and longings, O son dan hasrat yang tidak terhingga, of Kunti, and because of this the wahai putera Kunti. Karena itu, embodied living entity is bound to mahluk hidup di dalam badan//terikat material fruitive actions. (14.7, p.536) terhadap perbuatan material yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala (14.7, p.683) Everyone under the spell of the mode Semua orang dibawah pesona sifat of ignorance becomes mad, and a kebodohan menjadi gila, dan orang madman cannot understand what is gila tidak dapat mengerti bagaimana what. (14.8, p.537) keadaan yang sebenarnya (14.8, p.685) In their madness, they are very Dalam keadaan gila, mereka sangat reluctant to make advancement in enggan maju dalam pengertian spiritual understanding. Such people rohani. Orang seperti itu malas sekali are very lazy.(14.8, p.537) (14.8, p.685) Such a man appears to be always Orang seperti itu kelihatannya selalu dejected and is addicted to murung, kecanduan mabuk-
308
484
485
486
487
488
489
490
intoxicants and sleeping. (14.8, p.537) mabukan dan suka tidur pada setiap waktu (14.8, p.685) O son of Bharata, the mode of Wahai putera Bharata, sifat kebaikan goodness conditions one to happiness; mengikat seseorang pada passion conditions one to fruitive kebahagiaan; nafsu mengikat dirinya action; and ignorance, covering one‘s pada kegiatan yang dimaksudkan knowledge, binds one to madness. untuk membuahkan hasil atau pahala; (14.9, p.537) dan kebodohan yang menutupi pengetahuannya mengikat dirinya pada kegilaan (14.9, p.685) When there is an increase in the mode Bila sifat kebodohan meningkat, of ignorance, O son of Kuru, terwujudlah kegelapan, malasdarkness, inertia, madness and malasan, keadaan gila dan khayalan, illusion are manifested. (14.13, p.540) wahai putera Kuru (14.13, p.689) In modern human society, spiritual Dalam masyarakat manusia modern, knowledge is neglected, and cow pengetahuan rohani dialpakan dan killing is encouraged. (14.16, p.542) pemotongan sapi dikembangkan (14.16, p.692) From the mode of goodness, real Pengetahuan yang sejati berkembang knowledge develops; from the mode dari sifat kebaikan; loba berkembang of passion, greed develops; and from dari sifat nafsu; dan kegiatan yang the mode of ignorance develop bukan-bukan, sifat gila dan khayalan foolishness, madness and illusion. berkembang dari sifat kebodohan (14.17, p.543) (14.17, p.693) In the mode of passion, people Dalam sifat nafsu, orang kelobaan become greedy, and their hankering dan hasrat mereka untuk menikmati for sense enjoyment has no limit. indria-nindria tidak terhingga (14.17, (14.17, p.543) p.693) This is all miserable. In the mode of Ini semua penuh kesengsaraan. ignorance, people become mad. Being Dalam sifat kebodohan, orang distressed by their circumstances, menjadi semakin gila. Mereka dibuat they take shelter of intoxication, and sedih oleh keadaanya, hingga thus they sink further into ignorance berlindung pada mabuk-mabukan dan (14.17, p.544) dengan demikian mereka semakin merosot ke dalam kebodohan (14.17, p.694) He is helpless, being in the grip of Ia tidak berdaya dalam cengkeraman these modes, but when he can see his sifat-sifat tersebut, tetapi apabila ia real position, then he can attain to the dapat melihat kedudukan yang transcendental platform, having the sebenarnya, ia dapat mencapai tingkat scope for spiritual life (14.19, p.545) rohani dan dimungkinkan ia memasuki kehidupan rohani
309
491
492
He is forced to act because he is situated in a particular type of body, conducted by some particular mode of material nature (14.19, p.545) When the embodied being is able to transcend these three modes associated with the material body, he can become free from birth, death, old age and their distresses and can enjoy nectar even in this life. (14.20, p.546)
493
The Supreme Personality of Godhead said: O son of Pändu, he who does not hate illumination, attachment and delusion when they are present or long for them when they disappear; who is unwavering and undisturbed through all these reactions of the material qualities, remaining neutral and transcendental, knowing that the modes alone are active; who is situated in the self and regards alike happiness and distress; who looks upon a lump of earth, a stone and a piece of gold with an equal eye; who is equal toward the desirable and the undesirable; who is steady, situated equally well in praise and blame, honor and dishonor; who treats alike both friend and enemy; and who has renounced all material activities— such a person is said to have transcended the modes of nature. (14.22-25, p.548)
494
He takes everyone as his dear friend
(14.19, p.696) Ia terpaksa bertindak karena berada dalam jenis badan tertentu, yang diatur oleh sifat alam material tertentu (14.19, p.696) Bila mahluk hidup di dalam badan dapat melampaui ketiga sifat alam yang berhubungan dengan badan jasmani, ia dapat dibebaskan dari kelahiran, kematian, usia tua, dan dukacitanya hingga ia dapat menikmati minuman kekekalan bahkan dalam kehidupan ini pun (14.20, p.696) Kepribadian Tuhan Yang maha Esa bersabda; Wahai putera Pandu, orang yang tidak membenci penerangan, ikatan dan khayalan bila hal-hal itu ada ataupun merindukannya bila hal-hal itu lenyap: yang tidak pernah gelisah atau goyah selama ia mengalami segala reaksi sifat-sifat alam material, tetap netral dan rohani, dengan megetahui bahwa hanya sifatsifat itulah yang bergerak; mantap dalam sang diri dan memandang suka dan duka dengan sikap yang sama; memandang segumpal tanah, sebuah batu dan sebatang emas dengan pandangan yang sama; bersikap yang sama terhadap yang diinginkan dan yang tidak diinginkan; mantap, bersikap yang sama baik terhadap pujian maupun tuduhan, penghormatan maupun penghinaan; yang memperlakukan kawan dan musuh dengan cara yang sama; dan sudah melepaskan ikatan terhadap segala kegiatan material-orang seperti itulah dikatakan sudah melampaui sifat-sifat alam (14.22-25, p.699) Ia mengakui semua orang yang
310
who helps him in his execution of Kåñëa consciousness, and he does not hate his so-called enemy. (14.22-25, p.549) 495
NO 496
497
498
499
500
menolong dirinya dalam pelaksanaan kesadaran Krsna sebagai kawannya yang tercinta, dan tidak membenci orang yang disebut musuhnya. (14.22-25, p.700) One should not be disturbed by the Hendaknya seseorang jangan activities of the modes of nature…‘‘ digoyahkan oleh kegiatan sifat-sifat (14.26, p.549) alam..‘‘ (14.26, p.701) CHAPTER 15 Those who are free from false Orang yang bebas dari kemashyuran prestige, illusion and false palsu, khayalan dan pergaulan palsu, association, who understand the dan mengerti hal-hal yang kekal, eternal, who are done with material sudah tidak mempunyai hubungan lust, who are freed from the dualities lagi dengan nafsu material, bebas of happiness and distress, and who, dari hal-hal relatif berupa suka dan unbewildered, know how to surrender duka, tidak dibingungkan dan unto the Supreme Person attain to that mengetahui bagaimana cara eternal kingdom. (15.5, p.558) menyerahkan diri kepada Kepribadian Yang Paling Utama akan mencapai kerajaan yang kekal itu (15.5, p.711) The first qualification is that one Proses penyerahan diri diuraikan di should not be deluded by pride. sini dengan baik sekali. Kwalifikasi (15.5, p.558) pertama ialah seharusnya seseorang jangan berkhayal karena rasa bangga. (15.5, p.711) He thus makes all things Karena itu, segala sesuatu dijadikan complicated, and he is always in rumit oleh orang itu, dan dia selalu trouble.(15.5, p.558) berada dalam kesulitan (15.5, p.712) And when one has an understanding Bila seseorang sudah mengerti hal-hal of things as they are, he becomes free dengan sebenarnya, ia dibebaskan from all dual conceptions such as dari segala paham relatif seperti suka happiness and distress, pleasure and dan duka, rasa senang dan rasa sakit pain. (15.5, p.558) (15.5, p.712) As a result, he is suffering different Sebagai akibatnya, ia menderita kinds of happiness and distress, berbagai jenis suka dan duka, di under the illusion of sense enjoyment. bawah khayalan kenikmatan indriaPersons who are everlastingly fooled indria. Orang yang dibodohkan untuk by lust and desire lose all power to selamanya oleh nafsu dan keinginan understand their change of body and kehilangan segala daya untuk their stay in a particular body. (15.10, mengerti penggantian badannya serta
311
p.564) 501
502
503
NO 504
505
masa hidupnya dalam badan tertentu (15.10, p.719) They are simply addicted to some Mereka hanya kecanduan sejenis sort of gymnastic exercise and are senam olahraga dan mereka puas satisfied if the body is well built and kalau badan gemuk dan sehat (15.11, healthy (15.11, p.565) p.720) Whoever knows Me as the Supreme Siapapun yang mengenai aku sebagai Personality of Godhead, without Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa doubting, is the knower of tanpa ragu-ragu, mengetahui segala everything. (15.19, p.573) sesuatu (15.19, p.729) And still there are so many stubborn Namun banyak penyusun tafsiran commentators on Bhagavad-gétä who Bhagavad-gita yang keras kepala consider the Supreme Absolute Truth yang menganggap Kebenaran Mutlak and the living entities to be one and Yang Paling Utama dan para mahluk the same. (15.19, p.573) hidup satu dan sama saja (15.19, p.750) CHAPTER 16 The Supreme Personality of Godhead Kepirbadian Tuhan Yang Maha Esa said: Fearlessness; purification of bersabda: Kebebasan dari rasa takut: one‘s existence; cultivation of penyucian kehidupan: pengembangan spiritual knowledge; charity; self- pengetahuan rohani: kedermawanan: control; performance of sacrifice; mengendalika diri; pelaksanaan study of the Vedas; austerity; korban suci; mempelajari Veda; simplicity; nonviolence; truthfulness; pertapaan; kesederhanaan; tidak freedom from anger; renunciation; melakukan kekerasan; kejujuran; tranquillity; aversion to faultfinding; kebebasan dari amarah; pelepasan compassion for all living entities; ikatan; ketenangan; tidak mencarifreedom from covetousness; cari kesalahan; kasih saying terhadap gentleness; modesty; steady semua mahluk hidup; pembebasan determination; vigor; forgiveness; dari loba; sifat lembut; sifat malu; fortitude; cleanliness; and freedom ketabahan hati yang mantap; from envy and from the passion for kekuatan; mudah mengampuni; sifat honor—these transcendental qualities, ulet; kebersihan; kebebasan dari rasa O son of Bharata, belong to godly iri dan gila hormat-sifat-sifat rohani men endowed with divine nature tersebut dimiliki oleh orang suci yang (16.1-3, p.577) diberkati dengan sifat rohani, wahai putera Bharata (16.1-3, p.734) This is not a sign of hatred for Ini bukan tanda rasa benci terhadap women as a class, but it is a stricture kaum wanita, melainkan peraturan imposed on the sannyäsé not to have yang dikenakan pada seorang close connections with women. (16.1- sannyasi supaya dia jangan 3, p.579) memelihara hubungan erat dengan
312
506
Akrodha means to check anger. Even if there is provocation one should be tolerant, for once one becomes angry his whole body becomes polluted. Anger is a product of the mode of passion and lust, so one who is transcendentally situated should check himself from anger. (16.1-3, p.583)
507
Hré means that one should be very modest and must not perform some act which is abominable. (16.1-3, p.583) Acäpalam, determination, means that one should not be agitated or frustrated in some attempt. There may be failure in some attempt, but one should not be sorry for that; he should make progress with patience and determination. (16.1-3, p.583)
508
509
Pride, arrogance, conceit, anger, harshness and ignorance—these qualities belong to those of demoniac nature, O son of Prthä (16.4, p.584)
510
Over trifles they become very angry and speak harshly, not gently. (16.4, p.584)
511
Do not worry, O son of Pändu, for you are born with the divine qualities. (16.5, p.584) He was considering whether respectable persons such as Bhisma and Drona should be killed or not, so he was not acting under the influence of anger, false prestige or harshness
512
wanita (16.1-3, p.736) Akrodha berarti mengendalikan amarah. Walaupun seseorang digoda, hendaknya dia bersikap toleransi, sebab begitu seseorang menjadi marah, seluruh badannya dicemari. Amarah adalah akibat sifat nafsu dan birahi, karena itu orang yang mantap dalam kerohanian sebaiknya mengendalikan diri supaya tidak menjadi marah (16.1-3, p.736) Hri berarti hendaknya seseorang bersikap sopan dan rendah hati dan jangan melakukan perbuatan yang jijik (16.1-3, p.740) Acapalam, atau ketabahan hati, berarti hendaknya seseorang jangan goyah dan merasa frustrasi dalam suatu usaha. Barangkali dia gagal dalam suatu usaha, tetapi hendaknya dia jangan menyesal karena itu. Sebaiknya dia berusaha maju dengan kesabaran dan ketabahan hati (16.1-3, p.740) Sikap bangga, sikap sombong, sikap tak peduli, amarah, sikap kasar, dan kebodohan-sifat-sifat ini dimiliki oleh orang yang bersifat jahat, wahai putera Prtha (16.4, p.741) Mereka menjadi marah sekali karena hal-hal yang kecil sekali dan mereka berbicara dengan cara yang kasar, bukan dengan cara yang lembut. (16.4, p.741) Wahai putera Pandu, jangan khawatir, sebab engkau dilahirkan dengan sifat-sifat suci (16.5, p.742) Arjuna mempertimbangkan apakah kepribadian-kepribadian yang patut dihormati seperti Bhisma dan Drona patut dibunuh atau tidak. Jadi Arjuna tidak bertindak dibawah pengaruh
313
(16.5, p.585) 513
For a ksatriya, a military man, shooting arrows at the enemy is considered transcendental, and refraining from such a duty is demoniac. Therefore there was no cause for Arjuna to lament. (16.5, p.585)
514
One should always be careful to keep his body clean by bathing, brushing teeth, shaving, changing clothes, etc (16.7, p.586)
515
The demons, therefore, do not accept any instruction which is good for society, and because they do not follow the experience of great sages and the rules and regulations laid down by the sages, the social condition of the demoniac people is very miserable. (16.5, p.587) Following such conclusions, the demoniac, who are lost to themselves and who have no intelligence, engage in unbeneficial, horrible works meant to destroy the world. (16.9, p.588)
516
517
Taking shelter of insatiable lust and absorbed in the conceit of pride and false prestige, the demoniac, thus illusioned, are always sworn to unclean work, attracted by the impermanent. (16.10, p.589)
518
Although they are always full of anxieties on account of accepting
amarah, penghormatan palsu maupun sikap kasar. (16.5, p.742) Tindakan seorang ksatriya anggota angkatan bersenjata, dalam melepaskan anak panah terhadap musuh dianggap rohani, dan melalaikan kewajiban seperti itu adalah perbuatan yang jahat. Karena itu, Arjuna tidak mempunyai alasan untuk menyesal (16.5, p.742) Hendaknya seseorang selalu rajin menjaga kebersihan badannya dengan cara mandi, gosok gigi, cukur jenggot, ganti pakaian dan sebagainya (16.7, p.744) Karena itu orang jahat tidak menerima pelajaran manapun yang baik untuk masyarakat, sebab mereka tidak mengikuti pengalaman resi-resi yang mulia maupun aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh para resi. Keadaan masyarakat orang jahat sangat sengsara (16.5, p.745) Dengan mengikuti kesimpulankesimpulan seperti itu, orang-orang jahat, yang sudah kehilangan dirinya dan tidak memiliki kecerdasan sama sekali, menekuni pekerjaan yang tidak menguntungkan dan mengerikan dimaksudkan untuk menghancurkan dunia (16.9, p.746) Dengan berlindung kepada hawa nafsu yang tidak dapat dipuaskan, terlena dalam rasa sombong dan kemashyuran yang palsu, orang// jahat yang berkhayal seperti itu selalu bertekad melakukan pekerjaan yang tidak bersih, sebab mereka tertarik kepada hal-hal yang tidak kekal (16.10, p.747) Walaupun mereka selalu penuh kecemasan akibat menerima hal-hal
314
519
nonpermanent things, they still continue to engage in such activities out of illusion. (16.10, p.589) Although such demoniac people are most abominable in the world, by artificial means the world creates a false honor for them. (16.10, p.589)
520
Thus until the end of life their anxiety is immeasurable. Bound by a network of hundreds of thousands of desires and absorbed in lust and anger, they secure money by illegal means for sense gratification. (16.11-12, p.590)
521
In this way, such persons are deluded by ignorance. (16.13-15, p.591)
522
Thus perplexed by various anxieties and bound by a network of illusions, they become too strongly attached to sense enjoyment and fall down into hell. (16.16, p. 591)
523
For that reason, he does not hesitate to act in any sinful way and so deals in the black market for illegal gratification. (16.16, p.591) Self-complacent and always impudent, deluded by wealth and false prestige, they sometimes proudly perform sacrifices in name only, without following any rules or regulations. (16.17)
524
525
The word avidhi-pürvakam, meaning a disregard for the rules and regulations, is especially stressed
yang tidak kekal, mereka terus menekuni kegiatan seperti itu karena khayalan (16.10, p.748) Walaupun orang jahat seperti itu adalah yang paling jijik didunia, secara tidakwajar dunia menciptakan kemashyuran palsu bagi mereka (16.10, p.748) Karena itu, sampai akhir hidupnya, kecemasan mereka tidak dapat diukur. Mereka diikat oleh jaringan berates-ratus ribu keinginan dan terikat dalam hawa nafsu dan amarah. Mereka mendapat uang untuk kepuasan indria-indria dengan cara yang melanggar hukum (16.11, p.749) Dengan cara seperti inilah, mereka dikhayalkan oleh kebodohan (16.1315, p.750) Dibingugkan oleh berbagai kecemasan seperti itu dan diikat oleh jala khayalan, ikatan mereka terhadap kenikmatan indria-indria menjadi terlalu keras dan mereka jatuh ke dalam neraka (16.16, p.751) Karena itulah dia tidak segan bertindak dengan cara berdosa manapun dan dia berdagang di pasar gelap untuk kepuasan yang melanggar hukum. (16.16, p.751) Malas dalam diri sendiri dan selalu kurang sopan, berkhayal karena kekayaan dan penghormatan palsu, kadang-kadang mereka melakukan korban suci secara bangga hanya dalam nama saja, tanpa mengikuti aturan dan peraturan sama sekali (16.17, p.753) Kata avidhi-purvakam, yang berarti mengalpakan aturan dan peraturan, khususnya ditegaskan disini
315
526
527
528
529
530
531
here.(16.17, p.593) Bewildered by false ego, strength, pride, lust and anger, the demons become envious of the Supreme Personality of Godhead, who is situated in their own bodies and in the bodies of others, and blaspheme against the real religion. (16.18, p.593)
(16.17, p.753) Orang jahat dibingungkan oleh keakuan palsu, kekuatan, rasa bangga, hawa nafsu dan amarah sehingga mereka menjadi iri terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bersemayam di dalam badan merek sendiri dan juga di dalam badan orang lain, dan mereka menghina dharma yang sejati (16.18, p.754) He is envious of both the scriptures Dia iri terhadap Kitab Suci dan and the existence of the Supreme adanya Kepribadian Tuhan Yang Personality of Godhead. Maha Esa (16.18, p.754) (16.18, p.594) Those who are envious and Orang yang iri dan nakal, manusia mischievous, who are the lowest yang paling rendah, untuk selamanya among men, I perpetually cast into the Kubuan ke dalam lautan kehidupan ocean of material existence, into material, di dalam berbagai jenis various demoniac species of life. kehidupan yang jahat (16.19, p.755) (16.19, p.594) As for the demoniac, it is clearly said Menegnai orang jahat, dinyatakan here that they are perpetually put into dengan jelas disini bahwa mereka the wombs of demons, and thus they ditempatkan di dalam kandungancontinue to be envious, the lowest of kandungan orang-orang jahat untuk mankind. Such demoniac species of selamanya, dan dengan demikian men are held to be always full of lust, mereka terus bersikap iri, yaitu always violent and hateful and manusia yang paling rendah. always unclean.(16.19, p.594) Dinyatakan bahwa jenis manusia yang jahat seperti itu selalu penuh hawa nafsu, selalu bersikap keras, penuh rasa benci dan selalu tidak bersih (16.19, p.755) In answer to this question, in the Sebagai jawaban atas pertanyaan itu, Vedänta-sütra we find that the dalam Vedanta-sutra kita menemukan Supreme Lord has no hatred for pertanyaan bahwa Tuhan Yang Maha anyone. (16.20, p.595) Esa tidak membenci siapa pun (16.20, p.756) There are three gates leading to this Ada tiga pintu gerbang menuju hell—lust, anger and greed. Every neraka tersebut-hawa nafsu, amarah sane man should give these up, for dan loba. Setiap orang waras harus they lead to the degradation of the meninggalkan tiga sifat ini, sebab tiga
316
soul. (16.21, p.596)
sifat ini menyebabkan sang roh merosot (16.21, p.757) Awal kehidupan yang jahat diuraikan di sini. Seseorang berusaha memuaskan hawa nafsunya, dan bila ia tidak berhasil, timbulah amarah dan loba (16.21, p.757) Sesorang harus hati-hati sekali tentang tiga musuh kehidupan manusia yaitu: hawa nafsu, amarah dan loba. Semakin seseorang dibebaskan dari hawa nafsu, amarah dan loba, hidupnya semakin suci. (16.22, p.757)
532
The beginning of demoniac life is described herein. One tries to satisfy his lust, and when he cannot, anger and greed arise. (16.21, p.596)
533
One should be very careful of these three enemies to human life: lust, anger and greed. The more a person is freed from lust, anger and greed, the more his existence becomes pure. (16.22, p.596)
NO 534
CHAPTER 17 Those who undergo severe austerities Orang yang menjalani pertapaan dan and penances not recommended in the kesederhanaan yang keras yang tidak scriptures, performing them out of dianjurkan dalam Kitab Suci, dan pride and egoism, who are impelled melakukan kegiatan itu karena rasa by lust and attachment, who are bangga dan keakuan palsu didorong foolish and who torture the material oleh nafsu dan ikatan yang bersifat elements of the body as well as the bodoh dan menyiksa unsure-unsur Supersoul dwelling within, are to be material di dalam badan dan Roh known as demons. (17.5-6, p.606) Yang Utama yang bersemayam di dalam badan, dikenal sebagai orang jahat (17.5-6, p.769) Such foods cause distress, misery Makanan seperti itu menyebabkan and disease. (17.9, p.608) dukacita, kesengsaraan dan penyakit (17.9, p.772) The more we think of sense Makin kita merenungkan kenikmatan enjoyment, the more the mind indria-indria, makin pikiran kurang becomes dissatisfied. (17.16, p.612) puas (17.16, p.778) But charity performed with the Tetapi sumbangan yang diberikan expectation of some return, or with a dengan mengharapkan pamrih, atau desire for fruitive results, or in a dengan keinginan untuk memperoleh grudging mood, is said to be charity hasil atau pahala, atau dengan rasa in the mode of passion. (17.21, p.614) kesal, dikatakan sebagai kedermawanan dalam sifat nafsu (17.21, p.781)
535
536
537
317
NO 538
539
540
541
542
543
544
545
CHAPTER 18 Yet he has some doubts, and doubts Namun arjuna masih agak ragu-ragu are always compared to demons dan keragu-raguan selalu (18.1, p.622) diumpamakan sebagai raksasa (18.1, p.790) Keçi was a most formidable demon Kesi adalah raksasa yang sangat kuat who was killed by the Lord; now yang dibunuh oleh Krsna. Sekarang Arjuna is expecting Krsna to kill the Arjuna mengharapkan Krsna akan demon of doubt. (18.1, p.622) membunuh raksasa keragu-raguan (18.1, p.790) Anyone who gives up prescribed Siapapun yang meninggalkan tugas duties as troublesome or out of fear kewajiban yang sudah ditetapkan of bodily discomfort is said to have karena terasa sulit atau karena takut renounced in the mode of passion. pada hal-hal yang tidak (18.8, p.626) menyenangkan badan dikatakan telah melepaskan ikatan dalam sifat nafsu. (18.8, p.796) One who is in Krsna consciousness Orang yang sadar akan Krsna should not give up earning money out hendaknya jangan meninggalkan of fear that he is performing fruitive usaha mencari uang karena takut activities. (18.8, p.626) bahwa dia melakukan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil (18.8, p.796) Such renunciation is in the mode of Pelepasan ikatan seperti itu bersifat passion. The result of passionate work nafsu. Hasil pekerjaan yang bersifat is always miserable. (18.8, p.626) nafsu selalu sengsara (18.8, p.796) The intelligent renouncer situated in Orang cerdas yang melepaskan ikatan the mode of goodness, neither hateful dan mantap dalam sifat kebalkan, of inauspicious work nor attached to yang tidak membenci pekerjaan yang auspicious work, has no doubts about tidak menguntungkan maupun work. (18.10, p.627) terikat pada pekerjaan yang menguntungkan, tidak ragu-ragu sama sekali tentang pekerjaan (18.10, p.797) He does work in the proper place and Dia melakukan pekerjaan di tempat at the proper time without fearing the yang benar dan pada waktu yang troublesome effects of his duty. benar tanpa takut pada efek yang (18.10, p.627) menyulitkan dari tugas kewajibannya. (18.10, p.797) But those who are in the renounced Tetapi tidak ada hasil seperti itu yang order of life have no such result to harus diderita atau dinikmati oleh suffer or enjoy. (18.12, p.628) orang yang berada pada tingkatan
318
546
547
Therefore he does not have to enjoy or suffer the results of his acts after death. (18.12, p.628) A question may be raised that since any activity performed must have some reaction, how is it that the person in Krsna consciousness does not suffer or enjoy the reactions of work? The Lord is citing Vedänta philosophy to show how this is possible (18.13, p.628)
548
One who is not motivated by false ego, whose intelligence is not entangled, though he kills men in this world, does not kill. (18.17, p.630)
549
In that chapter it was said that the mode of goodness is illuminating, the mode of passion materialistic, and the mode of ignorance conducive to laziness and indolence. (18.19, p.631)
550
That action which is regulated and which is performed without attachment, without love or hatred, and without desire for fruitive results is said to be in the mode of goodness (18.23, p.634) Regulated occupational duties, as prescribed in the scriptures in terms of the different orders and divisions of society, performed without attachment or proprietary rights and therefore without any love or hatred, and performed in Krsna consciousness for the satisfaction of the Supreme, without self-satisfaction or self-gratification, are called actions
551
hidup untuk melepaskan ikatan (18.12, p.799) Karea itu ia tidak harus menikmati atau menderita hasil perbuatannya sesudah ia meninggal (18.12, p.799) Kegiatan manapun yang dilakukan haruslah ada reaksinya. Karena itu, boleh ditanyakan bagaimana mungkin orang yang sadar akan Krsna tidak menderita atau menikmati reaksi pekerjaan? Krsna mengutip filsafat Vedanta untuk memperlihatkan bagaimana ini dimungkinkan (18.13, p.799) Orang yang tidak digerakkan oleh keakuan palsu dan kecerdasannya tidak terikat, tidak membunuh, meskipun ia membunuh orang di dunia ini. Ia juga tidak diikat oleh perbuatannya (18.17, p.802) Dalam bab itu dinyatakan bahwa sifat kebaikan menerangkan sifat nafsu bersifat duniawi, sedangkan sifat kebodohan membawa orang pada sifat malas dan tidak mau melakukan apa-apa (18.19, p.804) Perbuatan yang teratur dan dilakukan tanpa ikatan, tanpa cinta kasih maupun rasa benci dan tanpa keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala dikatakan perbuatan dalam sifat kebaikan (18.23, p.807) Tugas kewajiban yang teratur, sebagaimana diuraikan dalam Kitab Suci menurut berbagai golongan dan bagian masyarakat, dilakukan tanpa ikatan maupun hak milik. Karena itu, pekerjaan itu bebas dari cinta kasuih maupun rasa benci dan dilakukan dalam kesadaran Krsna untuk memuaskan Yang Mahakuasa, tanpa kepuasan diri atau menyenangkan diri
319
in the mode of goodness. (18.23, p.634) 552
553
He does not worry about the distress undertaken; he is always enthusiastic (18.26, p.635) The worker who is attached to work and the fruits of work, desiring to enjoy those fruits, and who is greedy, always envious, impure, and moved by joy and sorrow, is said to be in the mode of passion. (18.27, p.635)
554
He is generally very greedy, and he thinks that anything attained by him is permanent and never to be lost. Such a person is envious of others and prepared to do anything wrong for sense gratification (18.27, p.635)
555
He is very happy if his work is successful and very much distressed when his work is not successful. (18.27, p.636) The worker who is always engaged in work against the injunctions of the scripture, who is materialistic, obstinate, cheating and expert in insulting others, and who is lazy, always morose and procrastinating is said to be a worker in the mode of ignorance. (18.28, p.636) Therefore they appear to be morose. (18.28, p.636) O son of Prthä, that understanding by which one knows what ought to be done and what ought not to be done, what is to be feared and what is not to be feared, what is binding and what is liberating, is in the mode of goodness. (18.30, p.637)
556
557 558
sendiri. Tugas kewajiban itu disebut perbuatan dalam sifat kebaikan (18.23, p.807) Dia tidak khawatir tentang penderitaan yang dialaminya; dia selalu bersemangat. (18.26, p.809) Pekerja yang terikat pada pekerjaan dan hasil atau pahala dari pekerjaan yang ingin menikmati hasi-hasil itu, yang bersifat kelobaan, selalu iri, tidak suci dan digerakkan oleh rasa riang dan rasa sedih, dikatakan sebagai pekerja dalam sifat nafsu (18.27, p.810) Pada umumnya dia sangat kelobaan dan dia berpikir bahwa apapun yang diperolehnya bersifat kekal dan tidak akan pernah hilang. Orang seperti itu iri terhadap orang lain dan berani melakukan apapun yang salah demi kepuasan indria-indria (18.27, p.810) Dia berbahagia kalau pekerjaanya sukses dan sangat sedih bila pekerjaanya tidak sukses. (18.27, p.810) Pekerja yang selalu sibuk dalam pekerjaan yang bertentangan dengan aturan Kitab Suci, yang duniawi, keras kepala, menipu dan ahli menghina orang lain, malas, selalu murung dan menunda-nunda dikatakan sebagai pekerja dalam sifat kebodohan (18.28, p.811) Karena itu, kelihatannya mereka murung. (18.28, p.811) Wahai putera Prtha, pengertian yang memungkinkan seseorang mengetahui apa yang patut dilakukan dan apa yang sebenarnya tidak dilakukan, apa yang harus ditakuti dan apa yang tidak perlu ditakuti, apa yang mengikat dan apa yang
320
559
560
561
562
563 564
565
And that determination which cannot go beyond dreaming, fearfulness, lamentation, moroseness and illusion—such unintelligent determination, O son of Prthä, is in the mode of darkness. (18.35, p.639) But sometimes, in the course of such enjoyment, he becomes relieved from material entanglement by association with a great soul. (18.36, p.640) They are separated or there is divorce, there is lamentation, there is sorrow, etc. (18.38, p.641) If one thinks always in this way, in full Krsna consciousness, then, by the grace of the Lord, he becomes fully aware of everything. (18.46, p.644) He was hesitating to fight the other party. (18.47, p.645) Being purified by his intelligence and controlling the mind with determination, giving up the objects of sense gratification, being freed from attachment and hatred, one who lives in a secluded place, who eats little, who controls his body, mind and power of speech, who is always in trance and who is detached, free from false ego, false strength, false pride, lust, anger, and acceptance of material things, free from false proprietorship, and peaceful—such a person is certainly elevated to the position of self-realization (18.51-53, p.648) He is satisfied with everything that is offered to him by the grace of the
membebaskan, berada dalam sifat kebaikan (18.30, p.812) Ketabahan hati yang tidak dapat melampaui impian, rasa takut, penyesalan, sifat murung, dan khayalan-ketabahan hati yang kurang cerdas seperti itu bersifat kegelapan, wahai putera Prtha (18.35, p.815) Tetapi kadang-kadang, ditengah kenikmatan seperti itu, ia dibebaskan dari ikatan material oleh pergaulan dengan seorang roh yang mulia (18.36, p.816) Mereka pisah atau cerai, ada penyesalan, dukacita, dan sebagainya (18.38, p.817) Kalau seseorang selalu berpikir seperti ini, dalam kesadaran Krsna sepenuhnya, maka ia menyadari segala sesuatu sepenuhnya atas karunia Tuhan (18.46, p.822) Dia enggan bertempur melawan pihak lawan (18.47, p.823) Orang yang disucikan oleh kecerdasannya dan mengendalikan pikiran dengan ketabahan hati, meninggalkan obyek-obyek kepuasan indria-indria, bebas dari ikatan dan rasa benci, tinggal ditempat sunyi, makan sedikit, mengendalikan badan, pikiran dan daya pembicaraan, yang selalu khusuk bersemadi dan bebas dari ikatan, bebas dari keakuan palsu, kekuatan palsu, rasa bangga yang palsu, amarah dan kecenderungan menerima benda-benda material, bebas dari rasa hak milik yang palsu, dan damai-orang seperti itulah pasti diangkat sampai kedudukan keinsafan diri (18.51-53, p.828) Dia puas dengan segala sesuatu yang diberikan kepadanya atas karunia
321
566
Lord, and he is never angry in the absence of sense gratification. (18.51-53, p.648) He never laments or desires to have anything. (18.54, p.649)
567
A person in full Krsna consciousness is not unduly anxious about executing the duties of his existence. The foolish cannot understand this great freedom from all anxiety (18.58, p.654)
568
But as soon as he acts in Krsna consciousness, he is liberated, free from the material perplexities (18.58, p.654) Abandon all varieties of religion and just surrender unto Me. I shall deliver you from all sinful reactions. Do not fear. (18.66, p.659)
569
570
One should always think himself helpless and should consider Kåñëa the only basis for his progress in life (18.66, p.660)
571
The particular words used here, mä çucaù, ―Don‘t fear, don‘t hesitate, don‘t worry,‖ are very significant. One may be perplexed as to how one can give up all kinds of religious forms and simply surrender unto Kåñëa, but such worry is useless. (18.66, p.661)
Tuhan dan dia tidak pernah marah bila kepuasan indria tidak ada (18.51-53, p.828) Ia tidak pernah menyesal atau ingin mendapatkan sesuatu. Ia bersikap yang sama terhadap setiap mahluk hidup. Dalam keadaan itulah ia mencapai bhakti yang murni kepadaKu (18.54, p.829) Orang yang sadar akan Krsna sepenuhnya tidak terlalu cemas tentang pelaksanaan tugas kewajiban kehidupannya. Orang bodoh tidak dapat mengerti kebebasan yang besar dari segala kecemasan seperti itu (18.58, p.835) Tetapi begitu ia bertindak dalam kesadaran Krsna, ia dibebaskan dari hal-hal material yang membingungkan. (18.58, p.835) Tinggalkanlah segala jenis dharma dan hanya menyerahkan diri kepadaKu. Aku akan menyelamatkan engkau dari segala reaksi dosa. Jangan takut. (18.66, p.842) Hendaknya seseorang selalu menganggap dirinya tidak berdaya dan mengakui Krsna sebagai satusatunya dasar kemajuan dalam hidupnya (18.66, p.843) Kata-kata khusus yang digunakan disini, ma sucah ,‘‘jangan takut, jangan was-was, jangan khawatir’’, sangat bermakna. Mungkin seseorang bingung bagaimana cara ia dapat meninggalkan segala jenis bentuk dharma dan hanya menyerahkan diri kepada Krsna, tetapi segala kekhawatiran tersebut tidak berguna (18.66, p.844)
322
572
This confidential knowledge may never be explained to those who are not austere, or devoted, or engaged in devotional service, nor to one who is envious of Me. (18.67, p.661)
573
It is, however, sometimes found that even demoniac persons who are envious of Krsna, worshiping Krsna in a different way, take to the profession of explaining Bhagavadgétä in a different way to make business, but anyone who desires actually to understand Krsna must avoid such commentaries on Bhagavad-gétä. (18.67, p.661) There is no possibility of faithless persons‘ understanding Bhagavadgétä and Kåñëa (18.67, p.662) And one who listens with faith and without envy becomes free from sinful reactions and attains to the auspicious planets where the pious dwell. (18.71, p.663)
574
575
576
In the sixty-seventh verse of this chapter, the Lord explicitly forbade the Gétä’s being spoken to those who are envious of the Lord. (18.71, p.663)
Pengetahuan yang rahasia ini tidak pernah boleh dijelaskan kepada orang yang tidak bertapa, tidak setia, dan tidak menekuni bhakti-ataupun kepada orang yang iri kepada-Ku (18.67, p.845) Akan tetapi, terkadang dilihat bahwa orang jahat yang iri kepada Krsna dan sembahyang kepada Krsna dengan cara yang lain sebagai usaha dagang tetapi orang-orang yang sungguh-sungguh ingin mengerti tentang Krsna harus menghindari tafsiran Bhagavad-gita seperti itu (18.67, p.845) Orang yang tidak percaya tidak mungkin mengerti tentang Bhagavadgita dan Krsna (18.67, p.845) Orang yang mendengar dengan keyakinan tanpa rasa iri dibebaskan dari reaksi-reaksi dosa dan mencapai planet-planet yang menguntungkan, tempat tinggal orang saleh (18.71, p.847) Dalam ayat keenam puluh tujuh dari bab ini, Krsna dengan jelas melarang menyampaikan Bhagavad-gita kepada orang yang iri kepada Krsna (18.71, p.847)