APLIKASI RESPONSIF PETA PARIWISATA DAN BUDAYA INDONESIA Beni Suranto1, Bharamida Dwi Rizky2, Ayub Narwidian Adiputra3, Fajar Mubarok4 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km. 14,5 Yogyakarta Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected], 4
[email protected]
ABSTRAK Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi pariwisata dan budaya yang sangat besar. Hal ini terbukti dari kontribusi sektor pariwisata dan budaya yang menyumbang devisa cukup besar bagi pendapatan negara di tiap tahun. Pariwisata dan budaya diharapkan mampu menjadi salah satu sektor unggulan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk mendukung target tersebut maka sosialisasi informasi dan promosi pariwisata Indonesia perlu terus ditingkatkan. Penelitian ini mengembangkan sebuah aplikasi yang diberi nama PONIMAN sebagai media informasi sekaligus promosi wisata dan budaya Indonesia. Aplikasi yang bersifat responsif ini dikembangkan dengan bahasa pemrograman PHP pada framework CodeIgniter dengan manajemen basisdata menggunakan MySQL. Aplikasi PONIMAN menampilkan peta GoogleMaps yang dilengkapi dengan ikon objek wisata dan budaya beserta informasi penting seperti deskripsi objek wisata dan budaya, rute dan waktu tempuh ke lokasi wisata, daftar event kebudayaan, serta rekomendasi lokasi objek wisata dan budaya terdekat. Kata kunci: sistem informasi, pariwisata, budaya, Indonesia, desain responsif
1.
POTENSI PARIWISATA DAN BUDAYA INDONESIA
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor unggulan yang akan dioptimalkan Pemerintah Indonesia untuk menyambut diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada Desember 2015. Pemerintah menargetkan pemasaran pariwisata nasional mampu mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Hal tersebut sesuai dengan arah kebijakan pemasaran pariwisata nasional yaitu mendorong peningkatan wisatawan domestik dan mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara. Pemerintah Indonesia sangat optimis mampu membesarkan industri pariwisata dalam negeri mengingat besarnya potensi pariwisata Indonesia, mulai dari wisata alam hingga budaya. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memprediksi kontribusi pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) akan naik dari 4,2 persen pada 2014 menjadi 8 persen pada 2019 dengan target devisa sebesar Rp 260 triliun[1]. Kebijakan untuk mengoptimalkan sektor
pariwisata adalah salah satu pilar ekonomi Indonesia untuk mengurangi kebergantungan pada komoditas pertambangan dan perkebunan. Hal ini mengingat bahwa kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia bukan hanya pertambangan dan perkebunan, melainkan juga keindahan alam serta budaya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Industri pariwisata sangat potensial dikembangkan. Bukan saja karena banyaknya wisatawan asing yang mengunjungi destinasi-destinasi wisata di Indonesia, tapi juga wisatawan domestik yang daya belinya makin kuat[2]. Untuk mendukung program Pemerintah dalam mengoptimalkan potensi sektor pariwisata Indonesia, perlu adanya strategi promosi yang efektif. Promosi adalah faktor kunci yang berperan besar dalam mengembangkan industri pariwisata. Strategi promosi pariwisata yang sedang populer saat ini adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi baik itu melalui website, mobile apps, maupun jejaring sosial. Teknologi informasi mampu meningkatkan efektivitas promosi pariwisata secara signifikan sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan[3].
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
1
Gambar 1. Beberapa objek wisata di wilayah Indonesia[4] Penelitian ini mengembangkan sebuah aplikasi yang diberi nama PONIMAN, yaitu aplikasi website yang menampilkan peta pariwisata dan budaya Indonesia. Aplikasi ini diharapkan mampu mendukung promosi pariwisata dan budaya Indonesia sehingga mendorong peningkatan pendapatan negara. PONIMAN dikembangkan dengan desain responsif sehingga mampu diakses dengan tampilan yang optimal dari berbagai perangkat digital dengan ukuran layar yang berbeda-beda. Pada aplikasi ini akan ditampilkan sebaran lokasi pariwisata dan objek budaya dengan memanfaatkan GoogleMaps dilengkapi dengan beragam elemen antarmuka aplikasi yang memudahkan pengguna untuk menemukan lokasi objek wisata maupun budaya, melihat daftar event kebudayaan, melihat rute untuk mencapai objek wisata, dan juga mendapatkan rekomendasi wisata dan objek budaya yang berada di sekitar lokasi pengguna.
2.
DESAIN RESPONSIF PADA APLIKASI WEB
Saat ini terdapat beragam perangkat digital yang dapat digunakan untuk mengakses sebuah website mulai dari notebook, smartphone, hingga Tablet PC. Berbagai perangkat digital tersebut memiliki ukuran layar yang juga bervariasi. Hal ini yang melatarbelakangi berkembangnya trend desain responsif dalam pengembangan sebuah aplikasi website, yaitu bagaimana merancang agar tampilan website tetap mudah dibaca dan dipahami oleh pengguna yang menggunakan ukuran layar yang berbeda-beda sesuai dengan perangkat digital yang digunakan. Desain responsif memiliki tujuan utama agar aplikasi mampu menjaga kualitas User Experience (UX) yang optimal ketika aplikasi diakses dari perangkat digital dengan ukuran layar yang bervariasi[5]. Contoh desain aplikasi website yang sudah menggunakan desain responsif ditunjukkan pada Gambar 2.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
2
Gambar 2. Tampilan web responsif di desktop dan di mobile [6] Ide dasar dari desain responsif adalah bahwa seharusnya sebuah aplikasi website mampu fleksibel dalam merespon setiap ukuran layar pada perangkat digital baik itu notebook, smartphone, maupun Tablet PC. Istilah "responsive design" ditemukan oleh Ethan Marcotte yang mengidentifikasi 3 (tiga) teknik dasar untuk pengembangan desain responsif yaitu fluid grid, media query, dan flexible image & media. Teknologi pendukung yang memungkinkan implementasi desain responsif adalah HTML, CSS, dan JavaScript[7]. Munculnya trend desain responsif pada pengembangan aplikasi web dilatarbelakangi dengan melejitnya jumlah dan jenis perangkat digital meliputi smartphone, ereader, tablet PC, maupun phablet. Dan
masing-masing perangkat tersebut dipasarkan dengan beragam jenis ukuran layar. Ilustrasi variasi ukuran layar pada perangkat digital saat ini ditunjukkan pada Gambar 3. PONIMAN dikembangkan dengan desain responsif dengan mempertimbangkan bahwa masyarakat saat ini memiliki pilihan yang beragam untuk perangkat digital yang bisa dibeli. Dengan desain responsif diharapkan PONIMAN mampu memberikan informasi peta pariwisata dan budaya Indonesia dengan kualitas UX yang optimal bagi pengguna perangkat digital yang mengaksesnya. Dengan demikian maka secara tidak langsung akan membantu meningkatkan daya tarik promosi pariwisata Indonesia.
Gambar 3. Variasi ukuran layar pada perangkat digital[8]
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
3
3.
KEBUTUHAN FUNGSIONALITAS SISTEM
Agar mampu menjadi aplikasi yang mendukung promosi wisata dan budaya Indonesia, aplikasi PONIMAN dirancang dengan fungsionalitas utama bagi pengguna adalah sebagai berikut: a. Peta wisata dan budaya Fitur ini adalah fitur utama dari aplikasi yaitu peta wilayah Indonesia lengkap dengan lokasi wisata dan objek wisata. Aplikasi PONIMAN memanfaatkan peta dari GoogleMaps yang memiliki tampilan yang intuitif dan mudah digunakan oleh pengguna. Objek wisata dan budaya ditampilkan dengan ikon yang berbeda sesuai lokasinya masing-masing dan dilengkapi info detail mengenai masing-masing objek wisata dan budaya tersebut. b. Pencarian lokasi wisata dan objek budaya Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mencari lokasi wisata maupun objek budaya yang diinginkan dengan mengisikan kata kunci pada form pencarian yang disediakan aplikasi. Hasil pencarian akan ditampilkan oleh aplikasi pada peta sesuai dengan lokasinya. c. Navigasi jarak Aplikasi PONIMAN memiliki fitur yang dapat membantu pengguna untuk mengetahui berapa jarak lokasi
d.
e.
4.
suatu objek wisata atau budaya dari posisi pengguna secara real time. Fitur ini bermanfaat bagi pengguna untuk bisa memprediksi waktu perjalanan menuju lokasi objek wisata atau budaya yang diinginkan. Daftar event budaya Fitur ini menampilkan daftar event budaya yang akan berlangsung atau sedang berlangsung di suatu daerah. Fitur ini bermanfaat bagi pengguna yang membutuhkan informasi mengenai penyelenggaraan kegiatan yang terkait dengan seni budaya. Berita kebudayaan Fitur ini berisi berita-berita terkini yang relevan dengan kebudayaan Indonesia. Fitur ini terintegrasi dengan akun jejaring sosial Twitter.
PERANCANGAN SISTEM
3.1. Arsitektur Sistem Aplikasi PONIMAN dikembangkan dengan menggunakan arsitektur Model–View– Controller (MVC). MVC adalah salah satu pola arsitektur yang digunakan pada pengembangan aplikasi perangkat lunak yang membagi aplikasi menjadi 3 (tiga) objek terstruktur terkait dengan bagaimana representasi informasi pada komputer divisualisasikan oleh pengguna[9]. Arsitektur MVC ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Arsitektur MVC[10]
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
4
Pada arsitektur MVC, model merepresentasikan perilaku aplikasi pada domain permasalahan, terpisah dari antarmuka pengguna. Model menentukan spesifikasi informasi atau data yang dikelola aplikasi dan mendefinisikan logika dalam mengolah informasi atau data tersebut. View berkaitan dengan segala bentuk representasi output dari informasi atau elemen antarmuka pengguna seperti text, checkbox, chart, diagram, dan sebagainya. Sebuah informasi atau data yang sama dapat direpresentasikan dengan lebih dari satu view. Controller berfungsi untuk menerima input dan mengubahnya menjadi instruksi kepada model atau view. Controller mengelola komunikasi data dan aturan manipulasi data antara objek model dan objek view. Controller juga berfungsi untuk melakukan semua tugas spesifik aplikasi terkait dengan pemrosesan input pengguna atau penyiapan data konfigurasi aplikasi[9]. Arsitektur MVC banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan dalam proses perancangan aplikasi, yaitu[11]: a. Mendukung penggunaan ulang elemen-elemen antarmuka pengguna pada aplikasi. b. Memungkinkan pengembang untuk menghasilkan aplikasi dengan
c.
d.
antarmuka pengguna yang terpisah sesuai dengan karakter pengguna. Mampu mengadopsi teknik-teknik pengembangan berorientasi objek (misal: melakukan pewarisan dari berbagai bagian yang berbeda pada suatu hierarki kelas) Memungkinkan pengembang untuk membuat pengaturan tampilan yang berbeda untuk fitur-fitur yang berbeda.
3.2. Use Case Diagram Use case diagram digunakan untuk memberi gambaran fungsionalitas yang dapat dilakukan oleh semua pengguna sesuai dengan peran masing-masing aktor/pengguna pada domain implementasi aplikasi[12]. Aktor pengguna pada aplikasi Poniman ini ada 2, yaitu pengunjung dan admin. Pengunjung dapat mencari kebudayaan dan spot wisata, membaca hasil pencarian, memberikan kritik dan saran,melihat news, danmembaca agenda. Sedangkan untuk admin, dapat login terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam sistem. Admin dapat melakukan hapus,update, dan tambah pada data kebudayaan,event, dan news. Use case diagram dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Use Case aplikasi PONIMAN
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
5
Gambar 6. Entity Relationship Diagram aplikasi PONIMAN 3.3. Perancangan Data Data-data utama yang relevan dengan kebutuhan aplikasi PONIMAN ini adalah sebagai berikut: a. Point Data ini merepresentasikan objek wisata/budaya yang ditampilkan pada peta aplikasi. Data point meliputi judul, deskripsi, kata kunci untuk pencarian, konten, video, serta latitude dan longitude. b. Location Data ini merepresentasikan lokasi dari objek wisata/budaya sesuai dengan kota dan provinsi. c. News Data ini berisi informasi berita yang meliputi judul, kata kunci untuk pencarian, serta konten/deskripsi berita. d. Gallery Data ini digunakan untuk menyimpan data gambar yang akan ditampilkan pada aplikasi baik itu pada objek wisata/budaya maupun di fitur lain seperti berita dan event kebudayaan. Perancangan data aplikasi PONIMAN menggunakan notasi Entity Relationship Diagram (ERD), yaitu diagram yang berfungsi untuk merepresentasikan entitasentitas utama yang dikelola oleh aplikasi
beserta hubungan di antaraentitas-entitas tersebut[13]. ERD aplikasi PONIMAN ditunjukkan pada Gambar 6.
4. HASIL SISTEM
IMPLEMENTASI
Aplikasi PONIMAN dikembangkan dengan menggunakan framework pengembangan yaitu CodeIgniter. CodeIgniter dipilih karena merupakan salah satu framework paling populer untuk mengembangkan aplikasi berbasis web secara cepat dan mudah dengan hasil antarmuka berbasis sistem grid yang rapi dan responsif[14]. Keuntungan utama dari penggunaan framework pengembangan aplikasi web adalah sebagai berikut[15]: 1. Menyediakan lingkungan pengembangan yang lengkap termasuk aspek interopabilitas, keamanan, dan maintenance sehingga pengembang tidak perlu membangun sistem dari awal. 2. Mendukung penggunaan standar pengembangan sehingga meningkatkan konsistensi dan memudahkan pengembang dalam memprediksi kebutuhan aplikasi. 3. Menyediakan komponen perangkat lunak yang mendukung penggunaan ulang kode aplikasi.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
6
4.
5.
6.
Menggunakan model atau arsitektur standar sehingga memudahkan visualisasi mengenai mekanisme bagaimana keseluruhan sistem bekerja. Menyediakan library, kelas, dan fungsi dengan kode yang sudah teruji dan bisa digunakan berulang kali. Memungkinkan pengembang menghasilkan kode aplikasi yang terstruktur dengan baik melalui penggunaan pola arsitektur tertentu.
Gambar 7 menunjukkan tampilan utama aplikasi PONIMAN. Pada tampilan utama ini, lokasi objek wisata dan budaya ditampilkan dengan ikon-ikon yang tersebar pada peta GoogleMaps. Menu utama berada
di sebelah kiri atas yang terdiri dari Pencarian, Peta, Spot Wisata/Budaya, Event, dan Berita. Terdapat juga tombol untuk Login Member dan Daftar Member, di bagian bawah menu utama terdapat news feed dari akun twitter yang berita beritaberita yang terkait dengan promosi wisata dan budaya Indonesia. Jika pengguna mengeklik pada ikon suatu objek wisata/budaya makan akan ditampilkan kotak dialog yang berisi informasi ringkas mengenai objek wisata/budaya tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Informasi lebih detail akan ditampilkan jika pengguna menekan tombol Lebih Detail pada kotak dialog tersebut sehingga tampilan akan berubah seperti pada Gambar 9.
Gambar 7. Tampilan utama aplikasi PONIMAN
Gambar 8. Tampilan informasi untuk ikon objek wisata
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
7
Gambar 9. Tampilan informasi detail objek pariwisata
Gambar 10. Tampilan rute objek pariwisata Aplikasi PONIMAN mampu memberikan info mengenai rute dan perkiraan waktu tempuh dari lokasi pengguna ke lokasi objek wisata/budaya yang diinginkan seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Untuk mengakses fitur ini pengguna harus terlebih dahulu mengaktifkan fitur My Location yang
berada di sebelah kanan bawah pada antarmuka aplikasi kemudian memiliki ikon objek wisata/budaya yang diinginkan. Selain itu pengguna juga bisa mendapatkan rekomendasi objek wisata/budaya di sekitarnya seperti ditunjukkan Gambar 11.
Gambar 11. Tampilan objek wisata dan budaya yang berada di sekitar lokasi pengguna Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
8
Pada aplikasi PONIMAN ini, pengguna dapat mengakses informasi semua objek wisata/budaya pada halaman Daftar Kebudayaan dan Lokasi Wisata. Tampilan halaman ini ditunjukkan pada Gambar 12.
Selain itu juga terdapat halaman khusus yang berisi daftar event kebudayaan yang sedang dan akan berlangsung. Halaman Daftar Event Kebudayaan Terdekat ini ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 12. Halaman daftar objek wisata dan budaya
Gambar 13. Halaman daftar event budaya
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
9
Tabel 1. Hasil pengujian aplikasi pada perangkat bergerak Halaman Home
Menu Utama
Menu Kontak
Aplikasi PONIMAN sudah dicoba di perangkat bergerak untuk memastikan desain responsif bekerja dengan baik. Tabel 1 menunjukkan beberapa screenshoot hasil pengujian aplikasi PONIMAN pada perangkat bergerak. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa aplikasi sudah responsif, yaitu mampu desain tampilan mampu menyesuaikan dengan ukuran dan orientasi layar pada perangkat yang digunakan.
Spot Wisata
2. Penambahan data objek wisata dan budaya akan terus ditambah sehingga mencakup data objek wisata dan budaya dari seluruh wilayah Indonesia.
6. DAFTAR PUSTAKA [1.]
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil implementasi sistem dan hasil pengujian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Aplikasi responsif peta pariwisata dan budaya Indonesia yaitu aplikasi PONIMAN telah berhasil dikembangkan dengan fitur utama peta visual GoogleMaps yang dilengkapi dengan informasi lokasi dan keterangan detail mengenai objek wisata dan budaya di Indonesia. 2. Desain responsif yang diterapkan pada aplikasi PONIMAN mampu menyesuaikan tampilan aplikasi dengan karakter dan ukuran layar dari perangkat digital yang digunakan pengguna. 3. Aplikasi PONIMAN bermanfaat sebagai media informasi sekaligus promosi pariwisata dan budaya Indonesia.
[2.]
[3.]
[4.]
[5.]
[6.]
[7.] [8.]
Beberapa fitur tambahan untuk pengembangan aplikasi PONIMAN ke depan adalah sebagai berikut: 1. Penambahan fitur Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya sehingga mampu menjangkau pengguna dari kalangan wisatawan mancanegara.
Spot Wisata Terdekat
[9.]
Jawa Pos National Network. (2014). Kejar 20 Juta Wisman dan Rp 260 T Devisa diakses dari http://www.jpnn.com/m/news.php?id=277795 pada 2 Januari 2015. Jawa Pos National Network. (2014). Pariwisata Andalan Masa Depan diakses dari http://www.jpnn.com/m/news.php?id=263062 pada 2 Januari 2015 Middleton, V. T., & Clarke, J. R. (2012). Marketing in travel and tourism. Routledge. Indonesia Point. (2015). Tourist Attractions in Indonesia diakses dari http://www.indonesiapoint.com/touri st-attractions/ pada 5 Januari 2015. Gardner, B. S. (2011). Responsive web design: Enriching the user experience.Sigma Journal: Inside the Digital Ecosystem, 11(1), 13-19. Knight, K. (2011). Responsive web design: What it is and how to use it.Smashing Magazine, 12. Natda, K. V. (2013). Responsive Web Design. Eduvantage, 1(1). MeetBob. (2015). Is Responsive Web Design as important as its made out to be? diakses dari http://www.meetbob.co.uk/blog pada 17 Januari 2015. Lee, S. (2014). A Review of an MVC Framework based Software Development.system, 1, 3.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
10
[10.] Prakash, S., Kumar, A., & Mishra, R. B. (2013). MVC ARCHITECTURE DRIVEN DESIGN AND AGILE IMPLEMENTATION OF A WEBBASED SOFTWARE SYSTEM. International Journal of Software Engineering & Applications, 4(6). [11.] Intapong, P., Settapat, S., Kaewkamnerdpong, B., & Achalakul, T. (2010). The Design of Modular Web-Based Collaboration. In Security-Enriched Urban Computing and Smart Grid (pp. 2433). Springer Berlin Heidelberg. [12.] Gomaa, H. 2011. Software modeling and design: UML, use cases, patterns, and software architectures. Cambridge University Press. [13.] Bagui, S., & Earp, R. 2011. Database design using entity-relationship diagrams. CRC Press. [14.] Foster, R. (2013). CodeIgniter 2 Cookbook. Packt Publishing Ltd. [15.] Vuksanovic, I. P., & Sudarevic, B. (2011, May). Use of web application frameworks in the development of small applications. In MIPRO, 2011 Proceedings of the 34th International Convention (pp. 458-462). IEEE.
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015
11