ANALISIS TRADE FACILITATION DAN TARIF PADA ELEKTRONIK DAN KAYU DI KAWASAN ASEAN+3 SERTA DAMPAKNYA TERHADAP ARUS PERDAGANGAN
RAMDHANI BUDIMAN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Ramdhani Budiman NIM H14100143
ABSTRAK RAMDHANI BUDIMAN : Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI. Tarif merupakan salah satu hambatan dalam perdagangan internasional. Di ASEAN, penurunan tarif telah dilakukan untuk memberikan kenyamanan dalam perdagangan. Untuk menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, ASEAN mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai hal ini. Beberapa diantaranya, penurunan tarif perdagangan dengan menggunakan pengukuran trade facilitation dan kerjasama dengan negara-negara di luar ASEAN. Di antaranya kerjasama dengan China, Korea Selatan, dan Jepang. Sebuah konsep pengukuran trade facilitation yang digunakan sebagai bentuk lain untuk mengatasi masalah tarif perdagangan, terutama untuk produk-produk yang termasuk dalam Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PISs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan trade facilitation dan tarif pada komoditi kayu dan elektronik serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Model ini diestimasi dengan menggunakan model gravitasi yang kemudian diolah dalam bentuk panel. Hasil penelitian menunjukkan efek yang berbeda pada dua komoditas. Dalam elektronik, trade facilitation memberikan efek yang lebih baik dan tidak ada efek untuk hambatan tarif . Hal ini berbeda dengan kayu, meskipun mereka telah menggunakan trade facilitation tapi masih ada efek signifikan dari hambatan tarif. Agar potensi perdagangan di kawasan ASEAN+3 dapat dimaksimalkan dengan baik, fasilitas-fasilitas perdagangan yang tersedia agar dimaksimalkan dengan baik dan koordinasi yang baik antar sesama pelaku perdagangan. Kata kunci: Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PISs), tarif, trade facilitation. ABSTRACT RAMDHANI BUDIMAN : Analysis on Trade Facilitation and Tarif on Electronic and Wood in ASEAN+3 and Its Impact on Trade Flows. Supervised by RINA OKTAVIANI. Tariff is one of the barriers in international trade. In ASEAN, tariff reduction have been made to provide comfort in the trade. ASEAN’s countries take the necessary steps to face ASEAN Economic Community (AEC) by 2015. Some of them, trade tariff reduction by using measurements of trade facilitation and cooperation with countries outside ASEAN. Among other cooperation with China, South Korea and Japan. A concept of trade facilitation measures are used as another form of trade tariffs to solve the problem, especially for products that are included in the Priority Integration Sectors (PISs). This study aims to determine the effectiveness of the application of tariffs on trade facilitation and electronic commodities and factors that influence it. The data used in this study are annual data from 2007 through 2012. These models are estimated using a gravity model which is then processed in the form of panels. The results showed different effects on the two commodities. In electronics, trade facilitation provide a better effect and no effect of tariff barriers. This is in contrast with the wood, even though they have used the trade facilitation but there is still a significant effect of tariff barriers. In order for the potential of trade in the ASEAN +3 region can be maximized by good, facilities are available in order to maximize trade well and good coordination among fellow traders. Keywords : Priority Integration Sectors (PISs), tariff, trade facilitation.
ANALISIS TRADE FACILITATION DAN TARIF PADA ELEKTRONIK DAN KAYU DI KAWASAN ASEAN+3 SERTA DAMPAKNYA TERHADAP ARUS PERDAGANGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi: Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan Nama NIM
: Ramdhani Budiman : H14100143
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Judul penelitian ini adalah “Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya Terhadap Arus Perdagangan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Osep Kadarsyah dan Ibu Sri Mulyaningsih dan kepada kakak serta adik, yaitu Siska Okky Viani, Sanny Mardhiana, dan Rama Putra Junior atas doa dan dukungan yang diberikan selama ini. Selain itu, penulis megucapkan terima kasih kepada: 1. Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Dr Ir Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. Agr sebagai dosen penguji utama yang memberikan saran serta kritik demi perbaikan penulisan skripsi ini dan Dr Ir Sri Mulatsih, M.Sc. Agr sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberi masukan demi perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. 2. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 3. Teman-teman satu bimbingan saya, Nicco Andrian, Azmal Gusri Berliansyah, Dwiki Peni Abimanyu, Silvia Sari Busnita, Faqih Aulia Akbar Arrasyid, dan Febrina Mirazdianti yang telah saling membantu, memberi saran, serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Sahabat-sahabat penulis Taufik Rizki, Wibisono Adhi, Syahbudien Hasan, Muhammad Yunus Djamaluddin, Kusuma Hani Putri, Bramastyo Agung, Hayuningtyas Triwahyuni, dan Keluarga Pasopati 17. 5. Keluarga Ilmu Ekonomi 47 yang telah memberikan doa dan dukungannya selama menyelesaikan skripsi ini. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan semuanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Ramdhani Budiman
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian
7
Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
8
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN METODE
8 17
Data dan Jenis Data
17
Metode Analisis
18
Perumusan Model
19
Pengujian Model
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Keragaan Ekonomi Ekspor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3
21
Gambaran Trade Facilitation di Negara-Negara ASEAN+3
26
Hasil Estimasi dan Evaluasi Model Model Untuk Ekspor Elektronik
28 30
Model Untuk Ekspor Kayu
31
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
39
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL 1 Share perdagangan negara-negara ASEAN dengan negara lainnya di dunia 2 Nilai ekspor-impor negara-negara ASEAN+3 2007 dan 2012(USD miliar) 3 Daftar pengahapusan tarif di kawasan ASEAN 4 Efektivitas penerapan empat pilar masyarakat ekonomi ASEAN hingga 2012 5 Sumber data penelitian 6 Nilai ekspor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD Juta) 7 Nilai impor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD Juta) 8 Nilai ekspor elektronik di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta) 9 Nilai ekspor kayu di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta) 10 Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil negara-negara ASEAN+3 (USD juta) 11 Jumlah penduduk negara-negara di kawasan ASEAN+3 (juta jiwa) 12 Kualitas pelabuhan negara-negara di kawasan ASEAN+3 (Indeks;0-7) 13 Kelengkapan berkas dokumen di negara-negara ASEAN+3 (jumlah) 14 Waktu ekspor di negara-negara ASEAN+3 (hari) 15 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor elektronik di kawasan ASEAN+3 16 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kayu di kawasan ASEAN+3
2 3 6 7 17 22 22 23 24 25 25 26 27 28 30 32
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Perkembangan tarif elektronik di kawasan ASEAN+3 (Persen) Perkembangan tarif kayu di kawasan ASEAN+3 (Persen) Kurva perdagangan internasional Kerangka pemikiran Rata-Rata Total Tarif di Kawasan ASEAN+3 (Persen) Biaya Transportasi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3
4 5 9 16 26 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Generalized Least Squared (GLS) Ekspor Elektronik Uji Chow Ekspor Elektronik
Uji Hausmann ekspor elektronik Uji Heteroskedastisitas ekspor elektronik Uji Normalitas Ekspor Elektronik Uji Multikolinieritas ekspor elektronik Generalized Least Square (GLS) Ekspor Kayu
39 39 40
40 40 41 42
8 9 10 11 12
Uji Chow ekspor kayu Uji Hausmann ekspor kayu Uji Normalitas ekspor kayu Uji Heteroskedastisitas ekspor kayu Uji Multikolinieritas ekspor kayu
42 43 43 43 44
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan perdagangan internasional timbul dari masing-masing negara yang ingin melindungi perdagangan mereka di tengah persaingan pasar internasional dengan negara lain. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan penerapan tarif perdagangan, baik itu tarif ekspor ataupun tarif impor. Di tahun 1987 total rata-rata tarif di dunia secara tahunan sebesar 25 persen namun seiring pertumbuhan ekonomi dunia yang terus berkembang pada tahun 2007, tingkat tarif menurun menjadi hanya 9 persen. Penurunan tarif perdagangan ini akan berimbas terhadap komponen biaya perdagangan lainnya, seperti biaya transportasi yang meningkat, biaya informasi yang meningkat, dan lainnya (Màrquez-Ramos et al. 2012). Menurut Kindleberger dan Lindert (1993) beberapa pakar ekonomi berpandangan bahwa perdagangan yang bebas akan lebih disukai dibanding dengan adanya restrikal parsial. Hingga banyak negara melalui organisasi perdagangan internasional mulai mengurangi tarif perdagangan bahkan penghapusan tarif. Suatu konsep trade facilitation dijadikan salah satu solusi dalam perdagangan internasional untuk tetap melindungi arus perdagangan negara. Trade facilitation merupakan suatu pengukuran untuk kemudahan perdagangan. Hal ini menjadi isu hangat dalam perdagangan internasional, merupakan salah satu komponen dalam Doha Development Agenda yang diselenggarakan oleh World Trade Organization (WTO) pada tanggal 15 Mei 1998. Banyak negara yang menerapkan trade facilitation sebagai salah satu cara dalam menghadapi perdagangan bebas karena penurunan biaya transaksi. Namun tidak semua negara pula menerapkan trade facilitation karena keterbatasan sumber daya manusia dan finansial yang dimiliki. Penerapan trade facilitation akan mempermudah aliran perdagangan antar negara sehingga diharapkan menjadi solusi bagi negara-negara yang melakukan perdagangan. Pengaruh liberalisasi perdagangan dengan menghilangkan segala bentuk hambatan perdagangan di negara kawasan ASEAN terbentuk dalam perjanjian Preferential Tarif Arrangement (PTA) tahun 1977. Kemudian pada tahun1992 terbentuk kesepakatan Common Effective Prefferential Tarif-ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) yang merupakan cikal bakal penghapusan tarif di kawasan ASEAN-6 dengan target implementasi pada tahun 2008 (Kementerian Perdagangan RI 2010a). Negara-negara ASEAN melakukan kesepakatan Free Trade Area (FTA) dengan negara Austarlia, Selandia Baru, China, India, Jepang, dan Korea Selatan untuk menciptakan integrasi perdagangan yang lebih luas. Kesepakatan tersebut dilakukan secara individu dengan mitra dagang mereka yang berada di luar kawasan ASEAN (US International Trade Commission 2010). Perdagangan negara-negara ASEAN baik secara internal ataupun dengan negara lainnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Total share perdagangan ASEAN baik secara intra ataupun dengan negara lain pada tahun 2005 bernilai total USD 1.2 triliun. Perdagangan tertinggi dilakukan dengan negara Uni Eropa sebesar 25 persen dari total share perdagangan dengan negara lainnya. Pada tahun 2012 total nilai perdagangan meningkat menjadi USD 2.4 triliun. Dengan
2 share terbesar selain dari intra ASEAN, yaitu China dengan total share perdagangan sebesar 12.8 persen (lihat Tabel 1). Tabel 1 Share perdagangan negara-negara ASEAN dengan negara lainnya di dunia Negara ASEAN Jepang EU China US Korea Selatan AUS-NZ
2005 (%)`
2012 (%) 25 13 25 9 13 4 3
24.3 10.6 9.8 12.8 8.1 5.3 2.8
India Negara lainnya Total Perdagangan
2 21 USD1.2 Trillion
3 23.3 USD2.4 Trillion
Sumber : USITC, 2010 dan ASEANSEC, 2013 Kerjasama Free Trade Area ASEAN+3 merupakan kerjasama perdagangan bebas dengan negara-negara yang memiliki perekonomian yang maju di kawasan Asia Timur. Perjanjian yang dilakukan oleh ASEAN dengan ketiga negara di kawasan Asia Timur tersebut dilakukakan secara bertahap, pertama perjanjian antara ASEAN dengan China dalam ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation pada tahun 2003, kedua perjanjian antara ASEAN dengan Jepang dalam ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership pada tahun 2003, dan ketiga perjanjian antara ASEAN dengan Korea Selatan dalam Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership beween ASEAN and Korea pada tahun 2004. Inti dari kerjasama ASEAN+3 adalah untuk meningkatkan dan memperkuat kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi ASEAN+3 (Kementerian Perdagangan RI 2010a). Perkembangan perdagangan negara-negara ASEAN+3 menunjukkan potensi yang dimiliki masing-masing negara di perdagangan internasional. Pada tahun 2007, nilai total ekspor negara-negara di kawasan ASEAN+3 sebesar USD 3 147.81, kemudian pada tahun 2012 nilai total ekspor sebesar USD 4 617.1. Pertumbuhan ekspor dari tahun 2007 hingga tahun 2012 secara year on year sebesar 46.68 persen. Sedangkan nilai impor pada tahun 2007 sebesar 3203.4 dan pada tahun 2012 nilai impor sebesar USD 5 006. Pertumbuhan nilai impor secara year on year antara tahun 2007 dan 2012 sebesar 56.27 persen (lihat Tabel 2).
3 Tabel 2 Nilai ekspor-impor negara-negara ASEAN+3 2007 dan 2012 (USD miliar) Negara CHN IDN JPG KOR MYS PHL SGP THA VNM ASEAN+3
Ekspor 2007 2012 1 220.0 2 048.8 114.1 190.0 714.3 798.6 371.5 547.9 175.9 227.4 50.5 52.0 299.3 408.4 153.6 229.5 48.6 114.5 3 147.8 4 617.1
Selisih 828.8 75.9 84.3 176.4 51.5 1.5 109.1 75.9 65.9 1 469.3
YoY (%) 67.9 66.5 11.8 47.4 29.3 2.9 36.3 49.4 135.6 46.7
Impor 2007 2012 956.1 1 818.2 74.5 191.7 622.2 885.8 356.8 519.6 146.1 196.2 578.0 653.4 263.1 379.7 143.8 247.6 62.8 113.8 3 203.4 5 006
Selisih 862.1 117.2 263.6 162.8 50.1 75.4 116.6 103.8 51.0 1 802.6
YoY (%) 90.2 157.3 42.3 45.6 34.3 13.0 44.3 72.2 81.2 56.3
Sumber: WITS, 2014a (diolah) Kerjasama ASEAN+3 ini merupakan kawasan Free Trade Area terbesar di dunia karena melibatkan sekitar 2.3 miliar konsumen. Adanya perdagangan bebas ASEAN+3 akan menciptakan persaingan ekonomi yang semakin ketat selain dengan negara-negara ASEAN sendiri namun juga dengan China, Jepang, dan Korea Selatan. Hal ini justru akan mendorong masing-masing negara untuk meningkatkan kreatifitas perdagangan dan inovasi perdagangan sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+3. Dalam rangka menuju kawasan perdagangan bebas di ASEAN, dibuat suatu kesepakatan mengenai sektor atau komoditi yang mengalami penghapusan tarif. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Mutual Recognition Agreements (MRAs) yang merupakan suatu perjanjian dibuat sesama negara ASEAN terhadap suatu sektor atau komoditi yang kemudian diterima oleh seluruh negara anggota. Mutual Recognition Agreements akan memberi dampak terhadap pengurangan dan penghapusan tarif dalam transaksi perdagangan dan tidak hanya memberi dampak positif terhadap para pelaku perdagangan. Sektor-sektor yang dianggap strategis untuk diperdagangkan akan diliberalisasikan yang tergabung dalam Sektor Prioritas Integritas (Priority Integration Sectors/ PISs). Sektor-sektor tersebut diantaranya Agro-based product, air travel, automotives, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based product, textile and apparels, tourism, wood-based products. Sektor-sektor tersebut disepakati oleh perwakilan dari masing-masing negara ASEAN pada tanggal 12-13 Juli 2003. Selanjutnya, pada tanggal 8 Desember 2006, logistics ditambahkan sebagai salah satu sektor prioritas untuk diliberalisasikan. Trade Facilitation merupakan salah satu kebijakan yang telah diterapkan dalam perdagangan bebas di kawasan ASEAN. Kebijakan trade facilitation lebih menitikberatkan pada kemudahan dalam prosedur perdagangan seperti kerjasama dalam melakukan penyeragaman system pada kode barang (harmonized system), national single windows, modernisasi infrastruktur, dan administrasi kepabean dan manifest kargo pada pelabuhan yang terdapat dalam perjanjian Mutual Recognition Agreement (MRA) (Zahidi 2012). Adanya fasilitasi perdagangan diharapkan tercipta suatu lingkungan yang konsisten, transparan, dan dapat diprediksi bagi transaksi perdagangan internasional sehingga dapat meningkatkan nilai perdagangan dan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Kementerian Perdagangan RI 2010).
4
Elektronik dan kayu merupakan salah satu sektor prioritas untuk diliberalisasikan di perdagangan ASEAN. Dalam rangka menuju hal tersebut, dilakukanlah penghapusan tarif pada kedua komoditi tersebut. Pada Gambar 1 terlihat perkembangan nilai tarif impor sektor elektronik di kawasan ASEAN+3 dari tahun 2007 hingga 2012. Nilai tarif elektronik tertinggi terdapat di negara Jepang, pada tahun 2012 nilai tarif rata-rata yang diambil dari delapan negara lainnya sebagai tujuan ekspor Jepang sebesar 6.93 persen. Nilai tarif ini meningkat dibanding pada tahun 2007 yang sebesar 5.82 persen. Sedangkan nilai tarif elektronik terendah yaitu Filipina. Nilai tarif rata-rata yang diambil dari beberapa negara mitra dagang Filipina di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar 2.62 persen. 8 7 Indonesia tarif ad valorem (%)
6
Malaysia
5
Filipina
4
Singapura
Thailand
3
Vietnam 2
China
1
Jepang Korea Selatan
0 2007
2008
2009
2010
2011
2012
tahun
Sumber : WITS, 2014b (diolah) Gambar 1 Perkembangan tarif elektronik di kawasan ASEAN+3 (persen) Pada Gambar 2 terlihat perkembangan tarif rata-rata sektor kayu di kawasan ASEAN+3 di sektor kayu. Nilai tarif tertinggi terdapat pada negara Jepang. Nilai tarif rata-rata kayu yang diambil dari mitra dagang Jepang di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar 10.73 persen. Sedangkan nilai tarif terendah terdapat di negara Indonesia sebesar 7.33 persen. Dari nilai tarif tersebut menunjukkan masih adanya negara-negara yang masih menerapkan tarif sebagai kebijakan perdagangan mereka meskipun penurunan tarif telah mulai diberlakukan.
5
tarif ad valorem (%)
12 11
Indonesia
10
Malaysia Filipina
9
Singapura 8
Thailand
7
Vietnam China
6
Jepang 5 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Korea Selatan
tahun
Sumber : WITS, 2014b (diolah) Gambar 2 Perkembangan tarif kayu di kawasan ASEAN+3 (persen)
Permasalahan yang dihadapi adalah penghapusan tarif pada sektor-sektor strategis yang sudah mulai diberlakukan namun tingkat penerapannya yang masih sangat rendah. Dengan melibatkan penduduk yang sangat besar dan tingkat konsumsi masyarakatnya yang tinggi menjadikan ASEAN+3 menjadi pasar yang berpotensial bagi negara-negara sesama anggota ataupun dengan non-anggota. Namun penggunaan fasilitas perdagangan yang digunakan para pelaku usaha masih sangat rendah. Kegiatan transaksi ekspor yang memanfaatkan fasilitas tersebut baru sekitar 34 persen dan 15 persen untuk kegiatan impor. Perumusan Masalah Dalam perdagangan internasional, terdapat dua mekanisme kebijakan yang digunakan yaitu kebijakan perdagangan tarif dan non-tarif. Dalam prakteknya, banyak negara yang menggunakan kebijakan tarif sebagai kebijakan perdagangan utama mereka. Banyak hambatan yang dapat digunakan dalam perdagangan seperti kuota impor, pembatasan sukarela, dan tindakan anti-dumping. Seiring perkembangan perdagangan dunia, negara-negara yang terlibat dalam kegiatan perdagangan internasional mulai meninggalkan kebijakan tarif dan beralih menggunakan non-tarif (Salvatore 1997). Di kawasan ASEAN, kesepakatan ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang terbentuk pada tahun 1992 yang kemudian menjadi awal untuk terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) mulai dilakukan penghapusan tarif perdagangan. Penghapusan tarif perdagangan dilakukan secara bertahap yang dimulai pada tahun 2003 di negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam yang sebesar 60 persen dari pos tarif. Kemudian disusul oleh Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja masing-masing pada tahun 2006, 2008, dan 2010. Penghapusan tarif tersebut diharapkan mulai secara penuh diterapkan pada tahun 2015 (lihat Tabel 3).
6
Tabel 3 Daftar penghapusan tarif di kawasan ASEAN Negara Tahun Penghapusan Tarif ASEAN 60% pos tarif 80% pos tarif 100% pos tarif ASEAN-6 2003 2007 2010 Vietnam 2006 2010 2015 Laos dan Myanmar 2008 2012 2015 Cambodia 2010 2015* *) Fleksibel hingga tahun 2018 Sumber : Kemendag RI, 2010 Penghapusan tarif tidak diterapkan sepenuhnya pada semua jenis produk di kawasan ASEAN terutama pada produk kategori Sensitive List (SL) dan Higly Sensitive List (HSL). Produk-produk tersebut harus masuk dalam skema Inclusion List (IL) berdasarkan jadwal yang telah disepakati. Tarif produk tersebut diturunkan menjadi 0-5 persen yang telah efektif setelah tanggal 1 Januari 2010. Dalam perkembangannya, telah terdapat beberapa kesepakatan MRA yang telah dibuat hingga tahun 2009 dari tahun 2002. Kesepakatan Mutual Recognition Arrangement on Electronic and Electronic Equipment dan Agreement on The Harmonized Cosmetics Regulatory Scheme-AHCRS masing-masing pada tahun 2002 dan 2003 telah ditandatangani. ASEAN MRA on Engineering Services tahun 2005, ASEAN MRA on Nursering Services pada tahun 2006, ASEAN MRA on Architectural Services pada tahun 2007, ASEAN Framework Arrangement for Mutual Recognition of Surveying Qualifications pada tahun 2007, ASEAN MRA on Medical Practitioners pada tahun 2009, ASEAN MRA on Dental Practitioners pada tahun 2009, ASEAN MRA Framework on Accountancy Services pada tahun 2009, ASEAN MRA Framework on Accountacy Services pada tahun 2009, dan ASEAN Sectoral MRA for Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of Manufacturers of Medicinal Products pada tahun 2009 (Kementerian Perdagangan RI 2010). Pada Tabel 4 menunjukkan tingkat keefektivitas persiapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 hingga akhir Desember 2011. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibangun berdasarkan keempat pilar ini. Persiapan dari pilar pertama menunjukkan masih rendahnya keefektifan dari pasar tunggal dan produksi dasar. Hal ini disebabkan arus perdagangan barang yang masih berjalan belum efektif di kawasan perdagangan sesama negara ASEAN. Sedangkan perkembangan yang telah berjakan efektif ditunjukkan oleh pilar keempat. Hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya kerjasama ASEAN dengan negara-negara mitranya, seperti China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru.
7 Tabel 4 Efektivitas penerapan empat pilar masyarakat ekonomi ASEAN hingga 2012 Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Pilar Pertama Pilar Kedua Pilar Ketiga Pilar Keempat
Single Market and Production Based Competitiveness Economic Region Equitable Economic Development Integration Into The Global Economy
Efektivitas (%) 65.9 67.9 66.7 85.7
Sumber : ASEANSEC, 2012 Pemberlakuan penurunan tarif yang sudah mulai diterapkan namun hambatan tarif masih tetap diberlakukan di masing-masing negara ASEAN+3. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap arus transaksi perdagangan di kawasan ASEAN+3 menjadi kurang optimal. Adanya konsep trade facilitation diharapkan menjadi suatu solusi di masing-masing negara untuk meningkatkan perdagangan mereka. Selain itu, konsep tersebut akan memberikan kemudahan dalam bertransaksi antar negara ASEAN+3. Sehinggga dari adanya trade facilitation akan meningkatkan nilai arus perdagangan secara optimal di kawasan ASEAN+3. Lebih lanjut lagi penerapan trade facilitation akan memberikan pengaruh terhadap arus perdagangan di kawasan ASEAN+3 baik untuk perdagangan dalam ataupun luar kawasan. Perubahan-perubahan harus dilakukan oleh negara-negara ASEAN+3 guna mendukung kebijakan tersebut. Hal ini tentunya akan memberikan pengaruh positif terhadap kemudahan transaksi perdagangan, namun dapat juga menjadi suatu tantangan bagi negara anggota kawasan tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arus perdagangan di sektor elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3? 2. Bagaimana pengaruh trade facilitation dan tarif pada komoditi elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dari tarif dan trade facilitation pada arus perdagangan sektor elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3. 2. Menganalisis pengaruh trade facilitation dan tarif di sektor elektronik dan kayu perdagangan di kawasan ASEAN+3. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai kebijakan perdagangan internasional
8 2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai trade facilitation dan trade policy bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis pengaruh dari trade facilitation dan tarif di kawasan ASEAN+3. Tarif yang diterapkan merupakan tarif impor yang diambil secara rata-rata per tahun dari masing-masing delapan negara tujuan ekspor. Variabel trade facilitation yang digunakan adalah kelengkapan berkas dokumen ekspor, waktu untuk mengekspor, efisiensi pelabuhan, dan biaya transportasi. Sektor yang akan diteliti yaitu kayu dan elektronik. Negara-Negara yang akan diteliti yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Jepang, China, dan Korea Selatan. Perdagangan yang dilakukan yaitu kegiatan ekspor kayu dan elektronik sesama negara anggota ASEAN+3.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Teori Perdagangan Internasional Ekonomi internasional menjelaskan hubungan saling ketergantungan antar negara. Ilmu ini menjelaskan dasar-dasar serta keuntungan perdagangan, alasan serta pengaruh dilakukannya pembatasan perdagangan, kebijakan yang diarahkan untuk mengatur arus pembayaran dan penerimaan internasional, serta pengaruh kebijakan-kebijakan tersebut terhadap kesejahteraan suatu negara (Salvatore, 1997). Studi-studi yang membahas mengenai ekonomi internasional telah menjadi sangat penting karena adanya pengaruh dari globalisasi ekonomi dunia yang dicirikan: 1. Keterbukaan ekonomi terutama dengan adanya liberalisasi pasar dan arus uang serta transfer teknologi secara internasional; 2. Keterkaitan dan ketergantungan ekonomi, keuangan, perdagangan, dan industry antar negara atau perusahaan yang ditunjukkan oleh adanya pembentukan perusahaan multinasional dan kecenderungan integrasi ekonomi regional; 3. Persaingan yang semakin ketat antar negara ataupun perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas yang optimal. Sehingga secara spesifik ekonomi internasional mengkaji permasalahanpermasalahan sebagai berikut: 1. Teori perdagangan internasional, 2. Kebijakan perdagangan internasional, 3. Pasar valuta asing, dan 4. Neraca pembayaran. Perdagangan internasional timbul dikarenakan adanya transaksi antar penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk di sini diartikan sebagai transaksi antara individu dengan individu negara lain, individu dengan pemerintah negara lain, dan pemerintah dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional tercermin dari nilai transaksi ekspor dan impor suatu negara yang merupakan variabel dari Produk Domestik Bruto (PDB) ( Oktaviani dan Novianti 2009).
9 Krugman dan Obstfeld (2003) menjelaskan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional: 1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain, 2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economic of scale).
S
*
X
DA
Sumber : Salvatore (1997) Gambar 3 Kurva Perdagangan Internasional Pada Gambar 3 memperlihatkan sebelum terjadi perdagangan pada masingmasing negara 1 dan 2 dengan tingkat harga P1 dan P2 di kedua negara. Penawaran internasional akan terjadi untuk negara 1 jika harga komoditi berada di atas harga P1 sedangkan permintaan internasional akan terjadi jika harga komoditi berada di bawah harga P2. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan P1 maka akan terjadi excess demand pada negara 2. Jika harga internasional sama dengan harga P2 maka akan terjadi excess supply di negara 2. Dari A dan A’ akan terbentuk kurva S dan D akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara 1 akan mengekspor komoditi sebesar X sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditi sebesar M, dimana di pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q*. Integrasi Ekonomi Dalam kegiatan ekonomi internasional, negara-negara cenderung menjalin kerjasama di bidang ekonomi dengan membentuk suatu kelompok yang terdiri dari beberapa negara di dalamnya. Pembentukan kelompok tersebut dimaksudkan untuk hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diturunkan bahkan dihilangkan sama sekali. Namun bagi negara-negara di luar anggota, masingmasing negara dapat menentukkan kebijakan sendiri. Tingkatan integrasi ekonomi sendiri bervariasi mulai dari pengaturan perdagangan preferensial, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi pembentukkan kawasan/area perdagangan bebas, kemudian menjadi persekutuan
S B
10 pabean, pasaran bersama dan akhirnya menjurus pada penyatuan ekonomi secara menyeluruh (Salvatore 1997). 1. Preferential Trade Arrangements (PTA) dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka, dan membedakannya dengan yang diberlakukannya terhadap negara-negara di luar anggota. 2. Free Trade Area (FTA) merupakan bentuk integrasi ekonomi yang hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif di antara anggota telah dihilangkan sepenuhnya, namun negara anggota tersebut masih masih berhak untuk menentukkan sendiri apakah mereka hendak mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkannya terhadap negara-negara luar yang bukan anggota. 3. Custom Union (CU) mewajibkan semua negara anggota untuk tidak menghilangkan semua bentuk perdagangan di antara mereka namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara-negara di luar bukan anggota. 4. Common Market merupakan bentuk integrasi yang tidak hanya perdagangan yang dibebaskan namun juga arus-arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal. 5. Economic Union merupakan penyelarasan yang lebi jauh lagi dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masingmasing negara anggota. Konsep Gravity Model Gravity model merupakan model yang menganalisis perdagangan berdasarkan perhitungan jarak antar negara dan interaksi antarnegara. Model ini pertama kali digunakan oleh Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963)untuk menganalisis aliran perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada GNP dan jarak geografi antar negara. Penamaan gravity model ini karena menggunakan rumus yang sama dengan model gravitasi Newton yang memperhitungkan jarak dan ukuran fisik kedua benda. Gravity model secara umum disajikan dalam bentuk persamaan untuk mengetahui aliran ekspor komoditi dari negara i ke negara j sebagai berikut : 𝛽1 𝛽2 𝛽3 𝛽4 𝛽5 𝛽6 𝑋𝑖= 𝐴𝑌𝑖 𝑌𝑗 𝑃𝑜𝑝𝑖 𝑃𝑜𝑝𝑗 𝐷𝑖𝑗 𝑈𝑖𝑗 ……………….…………...……….…(1) Kemudian persamaan di atas diubah ke dalam bentuk persamaan logaritma liniear 𝑋𝑖𝑗 = 𝑙𝑜𝑔𝐴+𝛽1 𝑙𝑜𝑔 𝑌𝑖 + 𝛽2 𝑙𝑜𝑔 𝑌𝑗 +𝛽3 𝑙𝑜𝑔 𝑃𝑜𝑝𝑖 + 𝛽4 𝑙𝑜𝑔 𝑃𝑜𝑝𝑗 + 𝛽5 𝑙𝑜𝑔 𝐷𝑖𝑗 + 𝛽6 𝑙𝑜𝑔 𝑈𝑖𝑗 …………………………………………………..........(2) Keterangan : 𝑋𝑖𝑗 = volume komoditi aliran perdagangan bilateral dari negara i ke negara j 𝑌𝑖 = PDB negara i (USD) 𝑌𝑗 = PDB negara j (USD) 𝑃𝑜𝑝𝑖 = populasi negara i (jiwa) 𝑃𝑜𝑝𝑗 = populasi negara j (jiwa)
11 𝐷𝑖𝑗
= jarak antara negara i dengan negara j (km)
Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Mankiw (2002), Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atau output barang dan jasa. PDB terdiri dari PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output ekonomi sedangkan PDB riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan. PDB terdiri dari variabel konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor yang ditulis dalam persamaan: Y=C+I+G+NX………………………………………………………....….(3) Dalam gravity model, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu variabel utama. Dalam model tersebut, nilai PDB menunjukkan besaran kemampuan perekonomian suatu negara. PDB yang semakin besar maka semakin besar pula negara tersebut dalam melakukan perdagangan. Jarak Antar Negara Jarak merupakan indikator dalam penentuan biaya transportasi untuk transaksi perdagangan. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan meningkat pula biaya transportasinya. Jarak memberi pengaruh tidak langsung yang sangat besar terhadap perdagangan internasional. Keuntungan yang diperoleh pun akan semakin kecil jika jarak antar kedua negara semakin jauh. Hal ini akan berpengaruh terhadap transaksi perdagangan antar negara yang akan semakin menurun sehingga nilai ekspor pun akan rendah. Tarif Tarif merupakan pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas territorial. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi, dua macam tarif yaitu tarif impor, yaitu pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain dan tarif ekspor, yaitu pajak yang dikenakan terhadap suatu komoditi yang diekspor. Ditinjau dari mekanisme perhitungannya, tarif dibedakan atas tarif ad valorem, yaitu adalah tarif yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik merupakan beban yang dikenakan terhadap suatu komoditi dengan nilai tetap unit barang yang diimpor. Dan tarif campuran merupakan gabungan dari tarif ad valorem dan tarif spesifik (Salvatore 1997). Populasi Pertambahan populasi dapat mempengaruhi nilai ekspor dari dua sisi, yaitu dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi penawaran, peningkatan jumlah populasi akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi komoditi. Dari sisi permintaan, peningkatan populasi
12 domestik akan meningkatkan jumlah permintaan, hal ini dikarenakan kebutuhan hidup individu mengalami peningkatan. Sehingga jumlah produksi komoditi untuk ekspor akan menurun dan meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Trade Facilitation Berdasarkan pengertian yang digunakan oleh WTO, trade facilitation merupakan penyederhaaan, standardisasi, dan harmonisasi dari prosedur perdagangan internasional dengan hanya memperhatikan apa saja yang terjadi di sekitar perbatasan (Engman 2005). Sedangkan pengertian trade facilitation menurut Wilson et al. (2003b, 2005) merupakan perpindahan barang melalui pelabuhan-pelabuhan atau dengan lebih efisien dengan melalui transaksi dokumen yang terkait lintas batas negara. namun dalam artian yang lebih luas lagi, memiliki arti perdagangan yang memasukkan lingkungan perdagangan, lokasi dimana transaksi berlangsung yang di dalamnya terdapat transparansi dan profesionalisme dari aturan mengenai lingkungan. Adapun indikator-indikator dari trade facilitation berdasarkan OECD (2013) diantaranya ketersediaan informasi, konsultasi, mempercepat keputusan, biaya dan ongkos, dokumen-dokumen, prosedur, otomatisasi, serta pemerintah dan imparsialitas. Biaya Transportasi Menurut Salvatore (1997), biaya transportasi memberikan pengaruh langsung yang sangat besar terhadap perdagangan internasional, yaitu dengan meningkatkan harga atau komoditi yang diperdagangkan, baik untuk negara pengekspor ataupun bagi negara pengimpor. Biaya transportasi juga memberi pengaruh tidak langsung terhadap lokasi penyelenggaraan produksi dan pusat-pusat industri secara internasional. Biaya pengangkutan merupakan hambatan dalam setiap pergerakan barang dan jasa, maka unsur biaya ini memiliki implikasi penting terhadap mekanisme perekonomian terbuka. Adapun yang termasuk dalam biaya transportasi meliputi ongkos pengapalan, biaya bongkar muat di pelabuhan, premi asuransi, serta aneka pungutan pada saat komoditi yang diperdagangkam disimpan di suatu tempat sementara (transit). Kelengkapan Berkas Dokumen Ekspor Berdasarkan OECD (2013), langkah-langkah yang berkaitan dengan persyaratan dokumen merujuk sampai sebatas harmonisasi dokumen perdagangan, melalui ketergantungan dengan standar internasional dan penyederhanaan persyaratan dokumenter, melalui penggunaan salinan dan pengurangan jumlah dan kompleksitas dokumen yang diperlukan. Waktu Ekspor Berdasarkan Doing Business (2013), pengiriman barang baik untuk ekspor ataupun impor direkam dalam hari. Perhitungan dimulai ketika pengiriman dimulai
13 hingga transaksi perdagangan selesai. Prosedur pengiriman yang tercepat akan mengurangi biaya pengiriman dan tentunya itu akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dari pihak perusahaan. Kualitas Pelabuhan Berdasarkan Dang dan Merk (2012) kualitas infrastruktur pelabuhan merupakan faktor penting untuk meningkatkan transaksi perdagangan dan pembangunan daerah. Pertumbuhan lalu lintas laut internasional serta teknologi yang semakin maju akan menciptakan persaingan antar pelabuhan agar memliki kualitas yang lebih baik. Peningkatan kualitas pelabuhan akan mempengaruhi efisiensi kegiatan bongkar-muat pelabuhan. Hal tersebut didukung dalam penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Wilson et al (2003) bahwa efisiensi pelabuhan akan meningkatkan kegiatan perdagangan. Negara-negara dengan transaksi perdagangan yang besar akan memerlukan ukuran pelabuhan yang luas guna mengefisiensikan kegiatan perdagangan. Krisis 2008 Krisis yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat yang dikenal dengan subprime mortgage memberi dampak secara global. Krisis yang terjadi pada tahun 2008 tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian negara-negara di dunia. Perekonomian negara-negara di kawasan ASEAN+3 tidak lepas dari pengaruh krisis. Ini. Pengaruh krisis tersebut secara umum dapat diantisipasi dengan adanya beberapa negara yang pertumbuhan perekonomiannya tetap naik dan mampu bertahan (Sihono 2009). Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Jayangsari (2006) mengenai dampak trade facilitation terhadap perdagangan bilateral pada komoditi kosmetik, listrik, dan komunikasi pada kawasan intra-ASEAN. Analisis yang diperoleh menunjukkan pedagangan bilateral yang dilakukan lima negara ASEAN dipengaruhi oleh PDB negara pengeskpor, PDB negara pengimpor, jumlah penduduk negara pengekspor, tarif, jarak, dan Mutual Recognition Arrangements (MRAs). Penerapan trade facilitation pada komoditi kosmetik dapat dilihat pada variabel Transparansi Indeks (TI) dan Mutual Recognition Arrangements (MRAs). Transparansi Indeks memberi pengaruh pada penurunan perdagangan karena akan menurunkannya tingkat korupsi di perdagangan. Hal tersebut dikarenakan petugas bea cukai tidak dapat mengambil keuntungan dari perdagangan kosmetik. Namun setelah adanya penerapan MRAs akan meningkatkan volume perdagangan dibandingkan sebelum penerapan. Pada komoditi listrik dan komunikasi, hanya MRAs yang memberi pengaruh. Setelah adanya penerapan MRAs, volume perdagangan listrik dan komunnikasi mengalami penurunan namun penurunan disebabkan oleh pertumbuhan PDB yang mengalami penurunan pada tahun 2002-2004 dan tingkat inflasi yang tajam pada tahun 2004. Sehingga penerapan trade facilitation pada kedua komoditi tersebut belum tepat karena belum memberikan dampak positif terhadap perdagangan di kawasan ASEAN.
14 Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder, dengan melibatkan negaranegara di kawasan ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand dan dalam kurun waktu 2001-2004. Analisis data panel dengan model gravitasi digunakan untuk melihat keterkaitan antara trade facilitation dan arus perdagangan, dan variabel lainnya. Pengujian yang dilakukan dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Zahidi (2012) menganalisis mengenai dampak trade facilitation terhadap sektor manufaktur dan sektor pertanian di kawasan ASEAN+3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa time series dari tahun 2006 hingga tahun 2010 dan data cross section 9 negara yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam. Model yang digunakan adalah gravity model yang dianalisis dengan panel data. Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa perdagangan sektor pertanian dipengaruhi oleh efisiensi prosedur kepabeanan sebagai indicator trade facilitation, variabel PDB per kapita, nilai tukar, dan jarak ekonomi. Sedangkan untuk sektor manufaktur dipengaruhi oleh variabel administrasi impor dan efisiensi prosedur kepabeanan sebagai indicator trade facilitation, serta variabel lainnya seperti tarif, nilai tukar, PDB per kapita. Pada perdagangan sektor manufaktur, arus perdagangan impor tertinggi terjadi antara China dan Indonesia, dimana China sebagai pengimpor dan Indonesia sebagai negara pengeskpor. Pada sektor pertanian, arus impor pun dikuasai oleh China dan Indonesia sebagai negara pengekspornya. Màrquez-Ramos et al (2012) menganalisis mengenai perbandingan penerapan trade facilitation dan trade policy pada Sembilan kelompok sektor . Penelitian ini mengambil sampel tiga belas negara pengekspor. Nilai tarif perdagangan diambil dengan melibatkan 168 negara pengimpor. Model gravitasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui aliran perdagangan 13 negara utama dengan 168 negara pengimpor. Analis kuadrat terkecil (OLS) digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data cross section tahun 2000. Penerapan trade facilitation lebih efektif penerapannya di sembilan sektor utama dibandingkan penerapan trade policy. Diantara ketiga belas negara pengekspor, model yang digunakan lebih efektif digunakan pada negara-negara maju dibanding negara-negara berkembang. Trade facilitation diindikasikan akan meningkatkan volume perdagangan pada sektor-sektor yang menggunakan teknologi tinggi dan manufaktur. Di negara-negara yang berpendapatan menengah dan rendah, trade policy masih menjadi isu utama. Penerapan pajak perdagangan masih merupakan salah satu sumber pendapatan negara, adanya lobi-lobi kepada pemerintah untuk memberi proteksi kepada produk-produk yang perlu perlindungan. Penurunan penerapan tarif perdagangan akan mengarah ke peningkatan di pasar dunia walaupun tidak sama untuk semua negara dan semua sektor. Wilson et al (2003a) menganalisis mengenai keterkaitan antara trade facilitation dengan aliran perdagangan dan PDB per kapita negara-negara di kawasan Asia-Pasifik untuk good sector. Analisis ini menggunakan gravity model untuk melihat aliran perdagangan bilateral di negara-negara anggota APEC dan memasukkan tarif untuk melihat sektor mana yang memiliki pengaruh yang besar terhadap perdagangan di kawasan APEC. Indikator trade facilitation yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya port efficiency, customs environment, own regulatory environment, dan e-business usage. Dengan adanya trade
15 facilitation akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan per kapita masingmasing negara hal ini dapat terlihat dari perubahan positif dari arus perdagangan bilateral bagi negara-negara anggota APEC dengan melihat keempat indikator tersebut. Kerangka Pemikiran Negara-negara anggota ASEAN yang telah terbentuk sejak tahun 1967 memiliki salah satu tujuan utamanya yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan negara-negara ASEAN. Dalam perkembangannya, kerjasama di bidang ekonomi yang terbentuk kemudian diarahkan pada pembentukkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dilaksanakan pada tahun 2015. Dalam pelaksanaannya, terdapat empat pilar penting di dalamnya, pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal berbasis produksi. Kedua, kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga, pembangunan ekonomi yang adil. Keempat, integrasi ekonomi global. Kemudian pada penelitian ini menganalisis arus perdagangan bebas pada sektor barang terutama pada komoditi eloktronik dan kayu di kawasan ASEAN+3 sebagai bentuk kerjasama dengan negara-negara mitra. Kedua komoditi tersebut merupakan salah satu komoditi yang dianggap strategis untuk diliberalisasikan pada pasar tunggal berbasis produksi. Kemudian untuk dilihat tingkat keefektifan perdagangan pada kedua sektor tersebut akan digunakan pengukuran trade facilitation dan akan dibandingkan dengan tarif. Dengan kedua pengukuran tersebut akan terlihat tingkat keefektifan komoditi elektronik dan kayu di perdagangan bebas bilateral kawasan ASEAN+3.
16
ASEAN
MEA 2015
4 Pilar
1. Pasar Tunggal dan Produksi Dasar 2. Kawasan Ekonomi Kompetitif 3 Pembangunan Ekonomi yang Merata 4. Integrasi Ekonomi Global
Arus Barang dan Sektor Prioritas Integrasi
Perdagangan Intra ASEAN+3
Sektor : Kayu dan Elektronik
Trade Facilitation
Tarif
GDP, Populasi, jarak ekonomi, tarif, dokumen, biaya transportasi, waktu, kualitas pelabuhan, dummy krisis 2008
Aliran Perdagangan
Implikasi Kebijakan
Gravity Model
Gambar 4 Kerangka pemikiran
17 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah: 1. GDP memiliki pengaruh positif terhadap perdagangan bilateral di kawasan ASEAN+3. Semakin tinggi GDP kedua negara maka transaksi perdagangan di kedua negara pun akan meningkat. 2. Jarak memiliki pengaruh yang negatif terhadap perdagangan. Semakin jauh jarak kedua negara akan mengakibatkan transaksi perdagangan di kedua negara akan berkurang. 3. Populasi akan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor yang semakin meningkat. 4. Tarif impor berpengaruh negatif terhadap perdagangan. Penerapan tarif impor akan mengurangi jumlah komoditi yang akan diperdagangkan. 5. Biaya transportasi akan berpengaruh negatif terhadap perdagangan. 6. Kualitas pelabuhan berpengaruh positif terhadap arus perdagangan. 7. Waktu akan berpengaruh negatif terhadap perdagangan. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk transaksi perdagangan maka tingkat arus perdagangan pun akan menurun. 8. Kelengkapan berkas dokumen memiliki pengaruh negatif terhadap arus perdagangan. Semakin banyak berkas-berkas dokumen yang diperlukan transaksi akan mengurangi arus ekspor perdagangan. 9. Dummy krisis tahun 2008 berpengaruh negatif terhadap nilai perdagangan.
METODE Data dan Jenis Data Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan dalam bentuk time series dari tahun 2007 hingga 2012 dan cross section 9 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Singapura, China, Jepang, dan Korea Selatan). Data elektronik dan kayu yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber, yaitu UN COMTRADE, ASEAN, World Bank, WITS, CEPII, dan beberapa diambil dari data publikasi internasional seperti Doing Business. Tabel 5 Sumber data penelitian Variabel Nilai Ekspor Riil GDP Riil Populasi Jarak Tarif Kualitas Pelabuhan Biaya Transportasi Waktu Pengiriman Dokumen
Sumber UNCOMTRADE WDI WDI CEPII WITS Global Competitiveness Report Doing Business Doing Business Doing Business
Keterangan USD USD Jiwa Kilometer Ad Valorem (%) Indeks; 0-7 USD Hari Jumlah Berkas
18 Metode Analisis Dalam penelitian ini, model yang akan digunakan untuk menganalisis perbandingan trade facilitation dan tarif terhadap perdagangan di ASEAN+3 adalah dengan menggunakan gravity model. Model ini akan diuji dengan metode kuadrat terkecil (OLS). Metode ini dipilih karena merupakan bentuk paling sederhana yang diterapkan dalam pengolahan data panel data yang berbentuk pool. Panel Data Jika dalam pengamatan ketersediaan data untuk beberapa individu untuk kurun waktu tertentu, beberapa metode penggabungan dapat dilakukan. Penggabungan cross section dan time series bisa dikenal dengan panel data atau pooled data (Juanda 2009). Penggunaan panel data memiliki beberapa penggunaan, adapun sebagai berikut (Gujarati 2006): 1. Mampu mengontrol heterogenitas individu, 2. mengurangi kolinieritas antar variabel, meningkatkan degrees of freedom, lebih bervariasi, dan lebih efisien, 3. mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series, 4. dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Ordinary Least Square (OLS) Ordinary Least Square (OLS) merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi ataupun sampel. Berdasarkan dalil GaussMarkov, penduga yang baik dalam penggunaan metode OLS jika memenuhi asumsi-asumsi yang sebagai berikut (Juanda 2009): 1. Komponen harapan sisaan memiliki nilai sama dengan nol E(ε𝑖 ) =0, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i, Var(ε𝑖 )=𝜎 2 2. Tidak ada korelasi antar sisaan ε𝑖 sehingga Cov(ε𝑖 , ε𝑗 )=0/ untuk i tidak sama dengan j 3. Komponen sisaan menyebar normal, ε𝑖 ∽N(0, 𝜎 2 ) Apabila asumsi-asumsi tersebut (asumsi regresi linier klasik) terpenuhi maka dapat ditunjukkan bahwa estimator OLS bersifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), artinya estimator tak bias terbaik di kelas estimator linier (Arifianto 2012). Model Pooled Model panel linier k variabel dapat direpresentasikan sebagai berikut: 𝑦𝑖𝑡 = ∝0 + ∑𝑘𝑗=1 ∝𝑗 𝑋𝑗,𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡 …………………………………………....(4) Dimana subskrip i dan t menunjukkan identifikasi sumber data dari section elemen cross section dan time series. Karena data bersifat panel maka residual dari regresi ini memiliki komponen yang umum dan spesifik. Kemudian model diduga dengan metode OLS. Interpretasi statistik juga dilakukan dengan cara yang standar seperti halnya penggunaan data yang berdimensi satu (cross section atau urut waktu) (Arifianto 2012).
19 Model Efek Tetap (Fix Effect Model/FEM) Model efek tetap digunakan dengan memasukkan variabel dummy untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda pada cross section atau time series. 𝑐 𝑇−1 𝑇 𝑦𝑖𝑡 = ∝0 + ∑𝑘𝑗=1 ∝𝑗 𝑋𝑗,𝑖𝑡 + ∑𝑁−1 𝑖=1 𝐷𝑖 𝑣𝑖 + ∑𝑡=1 𝐷𝑡 𝑤𝑡 + 𝑒𝑖𝑡 ………………….(5) Keterangan : = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i 𝑦𝑖𝑡 ∝𝑖𝑡 = intercept yang berubah-ubah antar unit cross section 𝑋𝑗,𝑖𝑡 = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i ∝𝑗 = parameter untuk variabel j 𝑐 𝐷𝑖 = variabel dummy sebanyak N-1 𝑇 𝐷𝑡 = variabel dummy sebanyak T-1 e = komponen eror Persamaan 5 merupakan model variabel kategorik yang dapat diestimasikan dengan OLS. Jika 𝑣𝑖 dan 𝑤𝑡 diasumsikan tidak berkolerasi dengan variabel bebas maka estimator OLS adalah tidak bias. Model efek tetap dapat dijadikan model terbaik dalam pengestimasian dengan membandingkan dengan model residual gabungan (pooled OLS) melalui F test. Apabila model dengan efek tetap lebih baik dari pooled OLS maka nilai koefisien determinan (𝑅 2 ) model tersebut lebih tinggi secara signifikan (Arifianto 2012). Model Efek Acak (Random Effect Model/REM) Banyaknya variabel dummy yang diestimasikan dalam model efek tetap akan menimbulkan permasalahn multikolinieritas. Hal tersebut membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam error. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan model efek acak (random effect model/REM). Model persamaan yang menggunakan REM sebagai berikut (Firdaus 2011): 𝑦𝑖𝑡 = ∝0+ ∝𝑗 𝑋𝑗,𝑖𝑡 +𝑒𝑖𝑡 𝑒𝑖𝑡 =𝑢𝑖𝑡 +𝑣𝑖𝑡 = 𝑤𝑖𝑡 𝑢𝑖𝑡 ~ N(0, δu²) = komponen cross section error 𝑣𝑖𝑡 ~ N(0,δv²) = komponen time series error 𝑤𝑖𝑡 ~ N(0,δw²) = komponen error kombinasi Perumusan Model 𝒍𝒏 𝑿𝒊𝒋𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝒍𝒏 𝑮𝑫𝑷𝒋𝒕 + 𝜶𝟐 𝒍𝒏 𝑮𝑫𝑷𝒊𝒕 + 𝜶𝟑 𝒍𝒏 𝑷𝒐𝒑𝒊𝒕 + 𝜶𝟒 𝒍𝒏 𝑷𝒐𝒑𝒋𝒕 + 𝜶𝟓 𝒍𝒏 𝑺𝑿 𝒊𝒋𝒕 + 𝜶𝟔 𝑻𝒂𝒓𝑿 𝒊𝒋𝒕 + 𝜶𝟕 𝒍𝒏 𝑻𝑿 𝒊𝒋𝒕 + 𝜶𝟖 𝒍𝒏 𝑫𝒐𝒄𝑿 𝒊𝒋𝒕 + 𝜶𝟗 𝒍𝒏 𝑸𝒖𝒂𝒍𝒊𝒋𝒕 + 𝜶𝟒 𝒍𝒏 𝑪𝒐𝒔𝒕𝒕𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒋𝒕 + 𝜶𝟒 𝑫𝑪𝒓𝒊𝒔𝒊𝒔𝟐𝟎𝟎𝟖 + 𝜺𝒊𝒋 ……………(7) Keterangan : 𝑿𝒊𝒋𝒕 : Nilai ekspor komoditi x negara j ke negara i pada tahun t (USD riil) 𝑮𝑫𝑷𝒋𝒕 : GDP riil negara eksportir pada tahun t (USD riil) 𝑮𝑫𝑷𝒊𝒕 : GDP riil negara importir pada tahun t (USD riil) 𝑷𝒐𝒑𝒊𝒕 : Jumlah penduduk negara eksportir pada tahun t (jiwa) 𝑷𝒐𝒑𝒋𝒕 : Jumlah penduduk negara importir pada tahun t (jiwa) 𝑺_𝑿𝒊𝒋𝒕 : Jarak ekonomi antar kedua negara pada tahun t (kilometer/USD)
20 𝑻𝒂𝒓_𝑿𝒊𝒋𝒕 𝑻_𝑿𝒊𝒋𝒕 𝑫𝒐𝒄_𝑿𝒊𝒋𝒕 𝑸𝒖𝒂𝒍𝒊𝒋𝒕 𝑪𝒐𝒔𝒕_𝒕𝒓𝒂𝒏𝒊𝒋𝒕 𝑫𝑪𝒓𝒊𝒔𝒊𝒔𝟐𝟎𝟎𝟖
: Tarif impor ad valorem komoditi pada tahun t (persen) : Waktu yang diperlukan untuk mengekspor komoditi pada tahun t (hari) : Kelengkapan dokumen yang diperlukan untuk ekspor pada pada tahun t (jumlah berkas) : Kualitas pelabuhan negara tujuan ekspor pada tahun t (indeks; 0-7) : Biaya transportasi ekspor komoditi pada tahun t (USD) : Dummy krisis ekonomi global pada tahun 2008. Dimana 1 = untuk tahun setelah tahun 2008 ; 0 = lainnya Pengujian Model
Pada analisis model yang menggunakan data panel, terdapat tiga macam pendekatan, yaitu Pendekatan Kuadrat Terkecil (PLS/ Pooled Least Squared), Pendekatan Efek Tetap (FEM/ Fixed Effect Model), dan Pendekatan Efek Acak (REM/ Random Effect Model). Pemilihan model yang terbaik dilakukan dengan beberapa uji. Pengujiannya yaitu: 1. Pemilihan model dalam data panel a. Chow Test Chow test digunakan untuk melihat apakah model FEM lebih baik dibanding dengan model PLS. Pengujian ini dengan melihat signifikansi uji Fstatistik dengan hipotesis sebagai berikut: 𝐇𝟎 = PLS H1 = FEM Jika p-value lebih kecil dari taraf nyata (5 persen atau 10 persen) pada PLS maka cukup bukti untuk menolak H0 , sehingga dipilih FEM sebagai model terbaik. b. Hausmann Test Hausmann test digunakan untuk memilih model yang terbaik antara FEM dengan REM. Pengujian Hausmann mengikuti kriteria Wald , nilai statistik akan mengikuti distribusi chi-square. 𝐇𝟎 = REM H1 = FEM Jika p-value lebih kecil dari taraf nyata (5 persen atau 10 persen) pada REM maka cukup bukti untuk menolak H0 , sehingga dipilih FEM sebagai model terbaik. 2. Pengujian asumsi model a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengidentifikasi error term mendekati distribusi normal atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan uji Jarque Berra, jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka error term dapat dikatakan menyebar dengan normal. b. Uji Heteroskedastisitas Data mengalami masalah heteroskedastisitas jika ragam sisaan tidak sama untuk tiap pengamatan dari peubah-peubah bebas dalam model regresi. Permasalahan heteroskedastisitas sering dijumpai pada data cross section. Dalam model regresi linier , dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS tetap tidak bias, dan masih konsisten, tapi standar errornya bias ke bawah dan penduga OLS tidak efisien lagi. Permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi dengan menggunakan metode Kuadrat Terkecil Terboboti (WLS/ Weighted Least Squares)
21 atau yang lebih umum disebut GLS (Generalized Least Squares). Prosedur dugaan dengan metode WLS adalah dengan cara memberikan bobot pada data asli, dan kemudian menerapkan metode OLS terhadap model yang telah diboboti tersebut (Juanda 2009) c. Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan sifat residual regresi yang tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Permasalahan ini timbul akibat adanya spesifikasi yang tidak tepat terhadap hubungan antara variabel endogenous dengan variabel penjelas (Ariefianto 2012). Model yang mengalami masalah autokorelasi, maka estimator OLS yang diperoleh adalah tidak bias, konsisten, dan secara asimtotik akan terdistribusi dengan normal (Gujarati 2003). Namun model regresi tersebut menjadi tidak Best Linier Unbiased Estimation (BLUE) karena varians residual tidak minimum pada estimator kelas linier. Autokorelasi dapat diatasi dengan menambahkan term lag variabel terikat pada model regresi awal jika hal tersebut disebabkan oleh fenomena cobweb (lagged response) (Arifianto 2012). d. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas timbul jika dua atau lebih variabel bebas berkorelasi tinggi antara peubah yang satu dengan peubah bebas lainnya. Adanya dua peubah bebas yang berkorelasi, dugaan parameter menggunakan OLS masih dapat diperoleh, namun dalam interpretasi variabel tersebut akan menjadi sulit. Sebaran dari dugaan parameter koefisien regresi sangat sensitif terhadap korelasi peubah bebas, dan akan berpengaruh terhadap simpangan baku parameternya. Mengatasi peubah bebas yang memiliki korelasi tinggi dengan peubah bebas lainnya dengan cara mengeluarkan salah satu peubah bebas yang memiliki korelasi tinggi, memanfaatkan informasi sebelumnya, menggunakan regresi komponen utama, menggabungkan data time series dengan data cross section, dan menambahkan data baru (Juanda 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Ekonomi Ekspor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 Perkembangan Ekspor-Impor Negara-negara di Kawasan ASEAN+3 Negara-negara di kawasan ASEAN+3 mengalami peningkatan ekspor dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Negara dengan nilai ekspor terbesar dialami oleh negara China sebesar USD 1 220.1 juta pada tahun 2007 dan pada tahun 2012 sebesar USD 2 048.8 juta. Pada tahun 2008-2009 nilai ekspor mengalami penurunan di negara-negara ASEAN+3, hal ini dikarenakan krisis ekonomi subprime mortgage yang melanda Amerika Serikat berimbas terhadap nilai ekspor negaranegara di kawasan ini.
22 Tabel 6 Nilai ekspor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)
2007 CHN IDN JPG KOR MYS PHL SGP THA VNM
1 220.1 114.1 714.3 371.5 175.9 50.5 299.3 153.6 48.6
2008
2009
1 430.7 137.0 781.4 422.0 198.7 49.1 338.2 175.9 62.7
1 201.6 116.5 580.7 363.5 157.2 38.4 269.8 152.5 57.1
2010 1 577.8 157.8 769.8 466.4 198.8 51.5 351.9 195.3 72.2
2011 1 898.3 203.5 823.2 555.2 227.0 48.0 409.5 228.8 96.9
2012
Pertumbuhan (2011-2012) (%)
2 048.8 190.0 798.6 547.8 227.4 52.0 408.4 229.5 114.5
7.93 -6.63 -2.98 -1.33 0.18 8.33 -0.27 0.31 18.16
Sumber : WITS, 2014a (diolah) Pertumbuhan ekspor yang signifikan terjadi di negara Vietnam, Filipina, dan China. Negara Vietnam mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 18.16 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012 dengan nilai total impor sebesar USD 96.9 juta hingga USD 114.5 berturut-turut dari tahun 2011 hingga 2012. Negara Filipina mengalami pertumbuhan ekspor sebesar 8.33 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012, dengan total ekspor secara berturut-turut sebesar USD 48.0 juta ke USD 52.0 juta. China pertumbuhan impornya sebesar 7.93 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012, dengan nilai total perdagangan berturut-turut sebesar USD 1 898.3 juta dan USD 2 048.8 juta. Tabel 7 Nilai impor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)
2007
CHN IDN JPG KOR MYS PHL SGP THA VNM
2008
2009
956.10 1 132.60 1 005.60 74.50 129.20 96.80 622.20 762.50 550.00 356.80 435.30 323.08 146.10 155.70 123.57 58.00 60.40 45.88 263.20 319.80 245.78 143.86 178.60 133.77 62.80 80.70 70.00
Sumber : WITS, 2014a (diolah)
2010
2011
2012
1 396.00 1 743.39 1 818.20 135.66 177.44 191.70 694.06 855.38 885.84 425.21 524.41 519.57 164.59 187.57 196.20 58.47 63.69 65.35 310.80 365.77 379.72 182.39 228.48 247.57 84.83 106.75 113.78
Pertumb uhan (20112012) (%) 4.30 8.04 3.56 -0.92 4.60 2.61 3.81 8.36 6.59
23 Nilai impor negara-negara di kawasan ASEAN+3 pun mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2012, impor tertinggi terjadi di negara China sebesar USD 1 818.20 Juta. Pertumbuhan impornya pada tahun 2011 hingga tahun 2012 sebesar 4.30 persen. Kemudian diikuti oleh Jepang dengan nilai ekspor pada tahun 2012 sebesar USD 885.84 Juta dan pertumbuhan ekspornya sebesar 3.56 persen. Nilai impor terkecil dimiliki oleh negara Filipina sebesar USD 65.35 Juta dan nilai pertumbuhan ekspornya 2.61 persen. Terdapat pula negara dengan nilai impor yang menurun yaitu Korea Selatan pada tahun 2011-2012 yaitu sebesar -0.92 persen. Perkembangan Ekspor Elektronik di ASEAN+3 China merupakan negara pengekspor elektronik dengan pertumbuhan tertinggi di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2011-2012 sebesar 20.86 persen. Pada tahun 2012, nilai ekspor China sebesar USD 4 069.84 miliar, mengungguli Jepang dengan nilai ekspor USD 3 075.30 miliar. Jepang merupakan negara dengan pertumbuhan ekspor elektronik dari tahun 2007-2012 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 nilai elektronik sebesar USD 5 958.40 miliar menjadi sebesar USD 3 075.30 miliar. Negara dengan pertumbuhan ekspor terendah pada tahun 20112012 yaitu terdapat di Malaysia dengan nilai pertumbuhan sebesar -164.14 persen. Sedangkan negara dengan nilai ekspor terendah terdapat di Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 0.41 miliar pada tahun 2012. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan pada tahun 2011-2012 sebesar -1.96 persen. Tabel 8 Nilai ekspor elektronik di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD miliar)
IDN MYS PHL SGP THA VNM CHN JPG KOR
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0.25 200.02 1 844.24 1 288.11 91.06 0.51 2 054.77 5 948.40 133.80
0.27 164.71 1 889.78 995.09 63.73 0.55 1 963.66 4 919.86 126.77
0.30 130.42 1 750.14 1 238.29 41.61 1.48 1 808.1 3 697.46 208.62
0.38 157.13 2 879.77 897.41 54.30 1.69 3 343.03 3 993.72 251.93
0.42 284.75 2 582.08 1 080.14 65.20 18.18 3 220.84 3 730.23 176.94
0.41 107.80 265.56 1 747.90 86.23 20.16 4 069.84 3 075.30 248.20
Pertumbu han (2011 2012) (%) -1.96 -164.14 2.40 38.21 24.38 9.78 20.86 -21.30 28.71
Sumber : UNCOMTRADE, 2014 (diolah) Perkembangan Ekspor Kayu di ASEAN+3 Nilai ekspor untuk produk kayu pada tahun 2007 hingga tahun 2012, secara keseluruhan mengalami peningkatan. Negara dengan nilai ekspor tertinggi terjadi di negara Jepang, pada tahun 2012 yaitu sebesar USD 9 929.45 juta. Pada tahun 2009, nilai ekspor kayu negara-negara di kawasan ASEAN+3 mengalami penurunan karena terkena dampak dari krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008-2009. Filipina merupakan negara dengan pertumbuhan
24 ekspor yang tinggi pada tahun 2011 hingga 2012 yaitu sebesar 14.49 persen kemudian diikuti oleh China dan Korea Selatan masing-masing sebesar 10.32 persen dan 12.09 persen. Malaysia merupakan satu-satunya negara dengan nilai ekspor yang mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga tahun 2012 yaitu sebesar 19.13 persen. Tabel 9 Nilai ekspor kayu di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)
IDN MYS PHL SGP THA VN M
270.04 248.96 152.98 471.08 308.77
265.19 271.14 200.82 505.38 330.37
191.99 238.91 173.62 437.55 307.75
276.42 457.52 241.13 536.73 414.29
475.99 545.98 318.83 682.44 569.73
516.43 458.29 372.88 744.69 614.21
Pertumbuha n (20112012) (%) 7.83 -19.13 14.49 8.36 7.24
166.87
166.01
175.28
207.59
237.47
242.62
2.12
CHN
3 682.85
3 264.23
4 215.53
8 389.58
JPG KOR
6 500.05 990.54
6 773.90 956.83
5 457.90 964.97
6 635.40 1 061.90
12 960.0 0 9 237.18 1 023.43
14 450.8 7 9 929.45 1 164.17
2007
2008
2009
2010
2011
2012
10.32 6.97 12.09
Sumber : UNCOMTRADE, 2014 (diolah) Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Riil Negara-negara di Kawasan ASEAN+3 2007-2012 Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil di kawasan ASEAN+3 mengalami pertumbuhan dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Dari Gambar 5 terdapat ketimpangan pendapatan antara negara ASEAN dengan negara mitra (China, Jepang, dan Korea Selatan). Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat berpengaruh terhadap negara-negara di kawasan ASEAN+3, hanya beberapa negara saja yang mampu bertahan terhadap krisis, di antaranya Singapura, Vietnam, China, dan Jepang. Negara dengan PDB riil tertinggi yaitu negara Jepang dengan nilai PDB pada tahun 2012 sebesar USD 65 079.7 juta dan negara dengan PDB terendah yaitu Vietnam dengan PDB sebesar USD 1 158.4 juta. Secara keseluruhan, nilai PDB riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar USD 136 920.3 juta atau meningkat sebesar USD 6 535.3 juta.
25 Tabel 10 Perkembangan pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil negara-negara ASEAN+3 (USD juta) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 IDN 2 148.9 2 147.2 2 097.1 2 546.0 2 810.2 2 789.2 MYS 1 774.8 1 918.7 1 787.1 2 100.7 2 326.5 2 435.3 PHL 1 089.6 1 177.5 1 111.0 1 263.9 1 364.3 1 494.6 SGP 1 555.9 1 669.0 1 763.9 1 969.4 2 209.2 2 426.2 THA 1 233.8 1 310.2 1 243.4 1 450.5 1 508.5 1 575.8 VNM 1 130.5 1 180.1 1 188.2 1 159.3 1 117.8 1 158.4 CHN 26 733.3 32 094.1 35 637.4 39 690.8 45 455.4 50 158.6 JPG 44 471.3 50 137.1 52 321.3 58 367.1 63 829.6 65 079.7 KOR 10 293.3 8 878.9 7 687.4 9 027.8 9 763.6 9 802.4 100 104 117 130 136 ASEAN+3 90 431.3 512.9 836.8 575.6 385.0 920.3 Sumber : WITS, 2014a (diolah) Perkembangan Penduduk Negara-Negara ASEAN+3 Jumlah penduduk dapat mempengaruhi arus perdagangan di suatu negara. Negara dengan jumlah penduduk yang besar maka kebutuhannya pun akan meningkat. Jika suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya maka akan dilakukannya perdagangan dengan negara lain. Tabel 11 menunjukkan perkembangan jumlah penduduk di negara-negara di kawasan ASEAN+3 yang terus meningkat setiap tahunnya. Negara dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu China. Pada tahun 2012, jumlah penduduk negara China sebesar 1 350 695 000 jiwa meningkat dari tahun 2011 yang berjumlah 1 344 130 000 jiwa. Negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua yaitu Indonesia. Pada tahun 2012, jumlah penduduk negara Indonesia sebesar 246 864 191jiwa kemudian diikuti Jepang degan jumlah 127 561 489 jiwa. Negara dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Singapura sebesar 5 312 400 jiwa. Tabel 11 Jumlah penduduk negara-negara di kawasan ASEAN+3 (juta jiwa) 2007
2008
2009
2010
2011
2012
IDN
230.9
234.2
237.5
240.7
243.8
246.9
MYS
26.8
27.3
27.8
28.3
28.8
29.2
PHL
88.9
90.4
91.9
93.4
95.1
96.7
SGP
4.6
4.8
4.9
5.1
5.2
5.3
THA
66.1
66.2
66.3
66.4
66.6
66.8
VNM
84.2
85.1
86.0
86.9
87.8
88.8
CHN
1 317.9
1 324.7
1 331.3
1 337.7
1 344.1
1 350.7
JPG
127.8
127.7
127.6
127.5
127.8
127.6
KOR
48.6
48.9
49.2
49.4
49.8
50.0
Sumber : World Development Indikator, 2014 (diolah)
26 Perkembangan Tarif Impor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 Tarif impor yang tinggi akan menurunkan transaksi perdagangan di kawasan ASEAN+3. Tarif impor pada sektor kayu dan elektronik di kawasan ASEAN+3 mengalami perkembangan yang berbeda. Pada sektor kayu, tarif masih relatif tinggi dibanding dengan sektor elektronik. Pada tahun 2007 tarif impor kayu sebesar 8.88 persen kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 8.46 persen. Pada sektor elektronik, tarif impor elektronik sebesar 4.43 persen pada tahun 2007 namun pada tahun 2012 meningkat menjadi 4.56 persen.
TARIF AD VALOREM (PERSEN)
kayu
elektronik
9.5 7.5
5.5 3.5 2007
2008
2009
2010
2011
2012
TAHUN
Sumber : WITS, 2014b (diolah) Gambar 5 Rata-rata total tarif di kawasan ASEAN+3
Gambaran Trade Facilitation di Negara-Negara ASEAN+3 Kualitas Pelabuhan di Negara-Negara ASEAN+3 Kualitas pelabuhan yang baik berdasarkan volume dan teknologi di terminal kontainer atau bagian kemas dari pelabuhan. Meskipun aktivitas kontainer merupakan faktor penting mengenai kualitas pelabuhan, namun harus dilihat juga faktor seperti lalu lintas kargo secara umum dan juga lalu lintas penumpang yang menggunakan fasilitas pelabuhan (Merk dan Dang 2012). Pada negara-negara di kawasan ASEAN+3 terdapat negara-negara yang memiliki kualitas pelabuhan yang di atas lima persen, di antaranya Singapura yang memiliki kualitas pelabuhan terbaik di kawasan ASEAN+3 kemudian diikuti oleh Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang (lihat Tabel 12). Tabel 12 Kualitas pelabuhan di negara-negara ASEAN+3 (Indeks; 0-7) Kualitas Pelabuhan (Indeks 0-7) Tahun
IDN
MYS
PHL
SGP
THA
VNM
CHN
JPG
2007
2.7
5.7
2.8
6.8
4.7
2.8
3.9
5.5
KOR 5.5
2008
3
5.7
3.2
6.7
4.4
2.8
4.3
5.2
5.2
2009
3.4
5.5
3
6.7
4.7
3.3
4.2
5.2
5.1
2010
3.6
5.6
2.8
6.7
5
3.6
4.3
5.2
5.5
2011
3.6
5.7
3
6.8
4.7
3.4
4.5
5.2
5.5
2012
3.6
5.5
3.3
6.8
4.6
3.4
4.4
5.2
5.5
Sumber : Global Competitiveness Report, 2013 (diolah)
27
BIAYA TRANSPORTASI (USD)
Biaya Transportasi di Negara-Negara ASEAN+3 Menurut Salvatore (1997) biaya transportasi memberi pengaruh tidak langsung terhadap lokasi penyelenggaraan produksi dan pusat-pusat industri secara internasional, sejalan dengan ini jarak ekonomi antar negara di kawasan ASEAN+3 memberi pengaruh negatif. Semakin jauh jarak antar negara yang melakukan perdagangan akan mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan akan semakin tinggi. Pada gambar 6, menunjukkan biaya transportasi pengiriman barang ekspor di negara-negara kawasan ASEAN+ 3 masih tinggi sehingga menghambat transaksi ekspor komoditi kayu. 1050 950 850 750 650 550 450 350 2007
2008
2009
2010
TAHUN
Indonesia Filipina Thailand China Korea Selatan
2011
2012
Malaysia Singapura Vietnam Jepang
Sumber : Doing Business, 2013 (diolah) Gambar 6 Biaya transportasi di negara-negara ASEAN+3 (USD) Kelengkapan Berkas Dokumen Transaksi Ekspor di Negara-Negara ASEAN+3 Untuk kelengkapan dokumen memberi pengaruh yang signifikan pada ekspor elektronik dibandingkan pada ekspor kayu di kawasan ASEAN+3. Kelengkapan berkas-berkas dokumen untuk transaksi ekspor dan impor diperlukan bagi kementerian pemerintahan, bea cukai, otoritas pelabuhan, dan lembaga-lembaga lainnya yang relevan untuk diperhitungkan. Semakin banyak dokumen yang diperlukan akan mengakibatkan penurunan arus perdagangan (DoingBusiness 2014). Ini dikarenakan proses birokrasi yang panjang dan memerlukan waktu yang lama akan menurunkan nilai transaksi ekspor di kawasan ASEAN+3. Tabel 13 Kelengkapan berkas dokumen di negara-negara ASEAN+3 (jumlah) IDN
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
MYS
7 5 5 5 5 4 4
PHL
6 7 7 7 7 6 5
SGP
6 8 8 7 8 7 7
THA
5 4 4 4 4 4 4
Sumber : Doing Business,2013 (diolah)
VNM
9 7 4 4 6 5 5
CHN
6 6 6 6 6 6 6
JPG
6 7 7 7 7 8 8
KOR
5 4 4 4 4 3 3
5 4 4 3 3 3 3
28
Waktu Ekspor Negara-Negara di ASEAN+3 Waktu untuk proses pengurusan berkas-berkas dokumen dan pengiriman mempengaruhi mempengaruhi transaksi perdagangan. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk proses trasaksi hingga sampai ke tempat tujuan akan menurunkan nilai ekspor elektronik di kawasan ASEAN+3. Dapat dilihat di tabel 14, waktu yang diperlukan masing-masing negara ASEAN+3 untuk menyelesaikan transaksi perdagangan masih ada beberapa negara memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan transaksi perdagangan hingga pengiriman barang ke tempat tujuan. Pada tahun 2012, beberapa negara yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk transaksi perdagangan di antaranya China (21 hari), Vietnam (21 hari), dan Indonesia (17 hari). Tabel 14 Waktu ekspor di negara-negara ASEAN+3 (hari) Tahun
IDN
MYS
PHL
SGP
THA
VNM
CHN
JPG
KOR
2007
21
18
17
5
17
24
21
10
11
2008
21
18
16
5
14
24
21
10
8
2009
21
18
18
5
14
22
21
10
8
2010
20
18
15
5
22
22
21
10
8
2011
17
17
15
5
14
22
21
10
7
2012
17
11
15
5
14
21
21
10
7
Sumber : Doing Business,2013 (diolah) Hasil Estimasi dan Evaluasi Model Pengujian Asumsi Dalam pengevaluasian hasil regresi terhadap model ekspor komoditi kayu dan elektronik adalah dengan mendeteksi ada atau tidaknya permasalahan yang dapat terjadi di dalam sebuah model. Untuk mendeteksi kemungkinan adanya permasalahan harus dilakukan uji asumsi yang terdapat 4 macam pengujian, yaitu normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi. Uji Normalitas Asumsi normalitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas Jarque Bera atau dengan melihat plot sisaan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai estimasi untuk masing komoditi ekspor kayu dan elektronik kurang nilai probabilitasnya kurang dari 5 persen. Nilai error term dikatakan terdistribusi normal apabila nilai probabilitas Jarque Bera lebih dari 5 persen. Namun untuk analisis data panel tidak memerlukan terpenuhinya uji asumsi klasik ini karena regresi data panel digunakan untuk melihat estimator yang lebih baik disesuaikan dengan matriks varianscovarians residual (Astuti 2013).
Uji Multikolinieritas Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas dengan melihat nilai Prob (F-Statistik) yang signifikan pada taraf nyata 5 persen. Selain dengan melihat nilai Prob(F-Statistik), dapat dilihat nilai korelasi antar variabel yang rendah di bawah 0.9. Pada kedua model yang diuji memiliki nilai Prob yang
29 dibawah 5 persen dan nilai korelasi antar variabel di bawah nilai 0.9 sehingga dapat disimpulkan tidak ada permasalahan multikolinieritas.
Uji Heteroskedastisitas Permasalahan heteroskedastisitas dapat dijumpai pada penelitian yang menggunakan data cross section begitupula dalam penelitian ini yang menggunakan data seperti itu. Model yang terdapat permasalahan heteroskedastisitas dapat dilihat pada hasil penelitian jika nilai Sum Squared Residual Weight Statistic lebih kecil daripada Sum Squared Residual Unweight Statistic. Untuk model ekspor elektronik, nilai Sum Squared Residual Weight Statistic sebesar 210.9184 lebih kecil dari nilai Sum Squared Residual Unweight Statistic sebesar 249.5961 dan untuk model ekspor kayu nilai Sum Squared Residual Weight Statistic 53.01546 lebih kecil dari Sum Squared Residual Unweight Statistic 56.64058 sehingga dalam model ini terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Dalam pengestimasian kedua model ini telah diberikan pembobotan cross section weights maka pelanggaran asumsi tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian, kedua model ekspor kayu dan elektronik terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Dalam uji asumsi ini digunakan nilai Durbin Watson (DW) untuk melihat ada atau tidaknya masalah autokorelasi. Berdasarkan hasil estimasi untuk kedua model ini, nilai DW berada di daerah tolak 𝐻𝑜 (0
30
Uji-t Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh nilai koefisien masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pada model ekspor elektronik, variabel-variabel yang memberi pengaruh signifikan yaitu populasi negara tujuan, waktu ekspor, kualitas pelabuhan, dan dokumen-dokumen ekspor. Sedangkan untuk model ekspor komoditi kayu, variabel-variabel yang memberi pengaruh signifikan yaitu GDP negara asal, GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, kualitas pelabuhan, tarif impor sektor kayu, jarak ekonomi, biaya transportasi, dan dummy krisis tahun 2008. Model Untuk Ekspor Elektronik Pemilihan model terbaik dilakukan melalui beberapa uji. Pertama, uji Chow untuk memilih model yang terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) atau Pooled Least Squares (PLS). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehingga tolak H0 untuk model PLS. Kedua, uji Hausmann untuk memilih model terbaik antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model (REM). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehinga tolak H0 untuk REM. Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.996988 menunjukkan keragaman variabel sebesar 99.6988 persen dalam persamaan mampu menjelaskan nilai ekspor elektronik, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. (lihat Tabel 15). Variabel-variabel independen yang berpengaruh signifikan diantaranya populasi penduduk negara tujuan ekspor (Popi) yang signifikan di taraf nyata satu persen dan berpengaruh positif, waktu yang diperlukan untuk ekspor (T_X) yang signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh negatif, kualitas pelabuhan (Qual) signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh positif, dan kelengkapan-kelengkapan dokumen untuk ekspor (Doc_X) signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh positif. Tabel 15 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor elektronik di kawasan ASEAN+3 Variabel
Koefisien
Probabilitas
Popi
2.911502***
0.0006
T_X
-0.345913*
0.0601
0.100313
0.4559
0.041028 0.570554** 0.014276 0.045838 0.670657*** -0.012424 -44.08305 0.389989
0.7708 0.0365 0.1050 0.7606 0.0001 0.7274 0.0029 0.0000 432 0.996988 0.000000 2.040078
GDPj S_X Qual Tar_X Cost_Tran Doc_X DCrisis C AR1 Observation R² Prob(F-stat) DW-stat
***,**,* signifikan pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10%
31 Pengaruh yang signifikan diberikan oleh pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor (Popi). Dimana peningkatan satu persen jumlah penduduk negara tujuan akan menyebabkan produksi barang elektronik akan meningkat sebesar 2.911502 persen, cateris paribus. Pengaruh jumlah penduduk negara tujuan dilihat dari sisi permintaan, dimana semakin meningkatnya jumlah penduduk akan berakibat permintaan akan barang elektronik semakin meningkat. Sehingga akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi yang semakin meningkat. Trade facilitation di kawasan ASEAN+3 pada komoditi elektronik diwakili oleh variabel waktu pengiriman untuk ekspor, kualitas pelabuhan, dan kelengkapan berkas dan dokumen. Waktu yang diperlukan untuk ekspor (T_X) memberikan pengaruh yang signifikan. Semakin bertambah waktu yang diperlukan untuk mengekspor barang setiap satu persen maka akan berpengaruh terhadap jumlah komoditi elektronik yang diekspor yang semakin menrun sebesar 0. 345913 persen, secara cateris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Marquez-Ramos et al (2012). Kelengkapan berkas (Doc_X) dokumen mempengaruhi signifikan secara positif. Penambahan dokumen untuk transaksi ekspor sebesar satu persen maka akan meningkatkan arus ekspor komoditi kayu di kawasan intra ASEAN+3 sebesar 0.670657 persen, cateris paribus. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis diawal, dimana seharusnya semakin banyak persyaratan berkas-berkas dokumen untuk ekspor maka akan menurunkan nilai transaksi ekspor. Hal ini disebabkan fasilitasfasilitas perdagangan di kawasan ASEAN terutama untuk Intra ASEAN+3 masih belum digunakan secara optimal. Sehingga akan berpengaruh terhadap nilai ekspor perdagangan Intra ASEAN+3 meningkat tidak optimal (ASEANSEC 2012). Kualitas pelabuhan (Qual) memberi pengaruh yang signifikan pada arus perdagangan secara positif. Peningkatan kualitas pelabuhan sebesar satu persen akan meningkatkan transaksi ekspor barang elektronik di kawasan ASEAN+3 sebesar 0.570554 persen, cateris paribus. Kualitas pelabuhan yang semakin baik akan berpengaruh terhadap efisiensi kegiatan di pelabuhan. Hasil estimasi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al (2003b). Model Untuk Ekspor Kayu Pemilihan model terbaik dilakukan melalui beberapa uji. Pertama, uji Chow untuk memilih model yang terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) atau Pooled Least Squares (PLS). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehingga tolak H0 untuk model PLS. Kedua, uji Hausmann untuk memilih model terbaik antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model (REM). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehinga tolak H0 untuk REM. Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.990640 yang artinya keragaman variabel dalam model sebesar 99.0640 persen mampu menjelaskan nilai ekspor kayu dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan (lihat Tabel 16). Variabel-variabel yang signifikan dalam model ini diantaranya pendapatan nasional negara eksportir (GDPj) yang signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh positif, pendapatan nasional negara importir (GDPi) signifikan pada taraf nyata sepuluh persen dan berpengaruh negatif,
32 populasi negara importir (Popi) signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh negatif, jarak ekonomi (S_X) signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh negatif, kualitas pelabuhan (Qual) signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh positif, dan dummy krisis signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh negatif. Tabel 16 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kayu Elektronik di Kawasan ASEAN+3 Variabel GDPj GDPi POPj POPi S_X T_X Qual Tar_X Cost_Tran Doc_X DCrisis C AR1 Observation R² Prob(F-stat) DW-stat
Koefisien 2.189944*** -0.900789* -0.363778 -1.403039** -1.105593*** -0.174916 0.591260*** -0.020102*** -0.239631** 0.0067222 -0.088639*** 19.59291 0.383910
Probabilitas 0.0000 0.0513 0.5591 0.0437 0.0076 0.1600 0.0003 0.0062 0.0147 0.539 0.0034 0.2081 0.0000 432 0.993144 0.000000 2.086949
***,**,* signifikan pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10% Pengaruh yang signifikan diberikan oleh pendapatan nasional negara pengekspor (GDPj) secara positif. Setiap kenaikan pendapatan nasional satu persen maka nilai ekspor akan meningkat sebesar 2.18994 persen, cateris paribus. Pendapatan perkapita negara yang meningkat menunjukkan kemampuan produksi negara tersebut semakin besar yang berimplikasi terhadap nilai ekspor yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perekonomian suatu negara yang besar akan membuat investasi negara menjadi semakin besar, yang akan meningkatkan kapasitas produksi barang suatu negara termasuk komoditi untuk ekspor (Zahidi 2012). Selain dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara pengekspor, ekspor kayu dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara pengimpor (GDPi). Hasil estimasi ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, dimana hasilnya menunjukkan pengaruh signifikan secara negatif. Pendapatan nasional negara pengimpor yang naik setiap satu persen maka akan menurunkan nilai ekspor sebesar 0.900789 persen, cateris paribus. Penurunan nilai ekspor kepada negara pengimpor dikarenakan negara-negara di kawasan ASEAN+3 mampu untuk memenuhi kebutuhan kayu dalam negeri sehingga mengurangi nilai impor kayu. Sebagian besar negara-negara di kawasan ASEAN+3 juga merupakan pengekspor kayu terbesar di dunia, seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura (Kontan 2014). Populasi negara pengimpor (Popi) turut mempengaruhi terhadap nilai ekspor komoditi kayu. Nilai estimasi populasi mempengaruhi secara signifikan negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis di awal. Peningkatan jumlah
33 populasi negara tujuan ekspor sebesar satu persen akan menurunkan jumlah ekspor kayu sebesar 1.403039 persen, cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jayangsari (2006), bahwa negara dengan populasi penduduk yang besar memiliki volume perdagangan yang rendah dan sebaliknya negara dengan populasi penduduk yang kecil memiliki volume perdagangan internasional yang besar. Negara dengan ukuran besar memiliki produksi terdiversifikasi dan madiri sehingga untuk transaksi ekspor akan cenderung kecil. Sedangkan negara yang kecil tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga perlu perdagangan internasional. Jarak ekonomi (S_X) mempengaruhi ekspor kayu di kawasan ASEAN+3 secara signifikan negatif. Setiap peningkatan jarak negara untuk transaksi perdagangan sebesar satu persen maka akan menurunkan nilai ekspor kayu sebesar 1.105593 persen, cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan penelitian dengan Zahidi (2012) bahwa jarak nominal akan mengakibatkan penurunan transaksi perdagangan. Share GDP yang semakin meningkat akan mengurangi jarak, atau dikatakan given pendapatan nasional negara-negara ASEAN+3 akan menurunkan jarak antar negara, sehingga akan berpengaruh terhadap ekspor yang semakin meningkat. Trade facilitation untuk ekspor kayu diwakili oleh variabel kualitas pelabuhan (Qual) dan biaya transportasi (Cost_tran). Kualitas pelabuhan berpengaruh signifikan secara positif terhadap perdagangan kayu di kawasan ASEAN+3. Hasil estimasi menunjukkan setiap peningkatan kualitas pelabuhan (Qual) sebesar satu persen akan meningkatkan ekspor kayu di kawasan ASEAN+3 sebesar 0.591260 persen, cateris paribus. Kualitas pelabuhan yang baik akan meningkatkan arus transaksi perdagangan. Proses pengiriman kayu ke negaranegara di kawasan ASEAN+3 memerlukan kapal untuk pengiriman dan bongkar muat di pelabuhan yang cepat dan efisien akan berpengaruh terhadap lamanya sampai ke negara tujuan. Terlalu lamanya barang-barang berbahan utama kayu di pelabuhan akan berpengaruh terhadap kualitas barangnya yang akan semakin menurun dan berpengaruh terhadap nilai transaksi ekspor kayu. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al (2003b). Biaya transportasi (Cost_tran) berpengaruh signifikan secara negatir terhadap nilai ekspor kayu di ASEAN+3. Setiap bertambahnya biaya pengiriman barang satu persen akan menurunkan nilai transaksi perdagangan kayu sebesar 0.239631 persen, cateris paribus. Adanya perjanjian kerjasama perdagangan bebas tentunya akan menurunkan hambatan perdagangan untuk meningkatkan arus transaksi ekspor-impor. Sehingga biaya transportasi yang semakin turun setiap tahunnya akan meningkatkan arus perdagangan komoditi kayu di kawasan ASEAN+3. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Màrquez-Ramos et al (2012). Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 memberi pengaruh signifikan terhadap perdagangan kayu secara negatif. Transaksi ekspor kayu di kawasan ASEAN+3 mengalami penurunan pada tahun 2009, namun hal itu dengan cepat dapat diantisipasi oleh negara-negara ASEAN+3 dengan ditunjukkan kembali meningkatnya nilai ekspor pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan kemampuan negara-negara di kawasan ASEAN+3 yang telah berpengalaman dalam menghadapi krisis yang pernah terjadi di tahun 1998 dan juga ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap meningkat (Sihono 2009).
34 Berdasarkan pengklasifikasian Rauch, elektronik dan kayu masing-masing termasuk dalam kelompok komoditi yang terdiffernsiasi dan kelompok referencepriced. Penerapan trade facilitation akan berjalan efektif pada produk yang bersifat terdifferensiasi dan reference-priced. Elektronik yang termasuk komoditi yang terdifferensiasi menunjukkan pengaruh dari fasilitas perdagangan yang diwakili oleh variabel kualitas pelabuhan dan kelengkapan dokumen. Tarif pada komoditi ini tidak berpengaruh signifikan. Namun pada komoditi kayu yang merupakan komoditi yang bersifat reference-priced masih dipengaruhi tarif yang merupakan bentuk dari hambatan perdagangan walaupun trade facilitation dapat diterapkan pada komoditi ini dalam perdagangan Intra ASEAN+3. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rausch (1999) bahwa trade facilitation berpengaruh kuat pada kelompok komoditi yang bersifat terdifferensiasi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada komoditi elektronik, trade facilitation ditunjukkan oleh variabel kualitas pelabuhan, kelengkapan berkas-berkas dokumen, dan waktu transaksi perdagangan. Kualitas pelabuhan yang semakin baik akan mendorong peningkatan arus perdagangan antar kedua negara. Kelengkapan berkas-berkas dokumen yang semakin banyak yang seharusnya menjadi hambatan perdagangan justru meningkatkan arus perdagangan. Ketidaksesuaian ini diakibatkan penerapan fasilitas perdagangan yang belum efektif. Selain itu, waktu transaksi perdagangan dari proses ekspor hingga mencapai tempat tujuan merupakan suatu hambatan jika adanya penambahan waktu pengiriman. Jumlah penduduk negara pengimpor memberikan dampak positif terhadap arus ekspor elektronik di kawasan ASEAN+3. 2. Pada komoditi kayu, trade facilitation ditunjukkan oleh variabel kualitas pelabuhan dan biaya transportasi. Sama seperti pada komoditi elektronik, kualitas pelabuhan yang semakin baik memberi pengaruh positif terhadap arus perdagangan di kawasan ASEAN+3. Biaya transportasi memberi pengaruh negatif terhadap arus perdagangan komoditi kayu. Pendapatan nasional negara pengekspor memberi pengaruh positif terhadap arus perdagangan kayu. Namun pendapatan nasional negara pengimpor, jarak ekonomi, dan dummy krisis memberi dampak negatif terhadap nilai ekspor kayu di kawasan ASEAN+3. 3. Elektronik dan kayu merupakan sektor-sektor yang telah dapat diberikan trade facilitation. Trade facilitation berpengaruh kuat pada sektor elektronik dibanding pada sektor kayu. Tarif pada kedua sektor, elektronik dan kayu memberi pengaruh yang berbeda. Tarif tidak berpengaruh secara signifikan pada sektor elektronik, namun tarif memberi pengaruh terhadap sektor kayu. Hal ini dikarenakan penurunan tarif pada sektor kayu belum berjalan secara efektif dibanding pada sektor elektronik. Sehingga masih terdapat hambatan perdagangan berupa tarif di sektor kayu.
35 Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini, yaitu: 1. Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, masing-masing negara anggota dapat melakukan koordinasi dan menentukan langkah untuk penurunan tarif pada sektor yang termasuk di dalam Sektor Prioritas Integritas (Priority Integration Sectors/PISs). 2. Kebijakan trade facilitation yang telah diterapkan negara-negara ASEAN dapat dimasukkan ke dalam kesepakatan ASEAN+3 untuk meningkatkan arus perdagangan. 3. Pemerintah masing-masing negara ASEAN+3 perlu mengkaji kembali penerapan trade facilitation sektor elektronik terutama pada peningkatan kualitas pelabuhan dan penurunan persyaratan dokumen untuk ekspor sehingga akan menurunkan waktu ekspor untuk menigkatkan arus ekspor elektronik. 4. Pemerintah masing-masing negara ASEAN+3 perlu mengkaji ulang mengenai kebijakan tarif pada sektor kayu karena akan berdampak terhadap nilai ekspor kayu yang lebih rendah dibanding sektor elektronik. Selain itu, pelabuhanpelabuhan di negara-negara ASEAN+3 perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga akan menurunkan biaya transportasi untuk meningkatkan arus ekspor kayu. 5. Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan dalam penggunaan data, maka untuk penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel lain untuk membahas pengaruh trade facilitation dan juga penerapan tarif pada kawasan perdagangan Intra ASEAN+3. 6. Efektifitas penerapan trade facilitation di kawasan ASEAN+3 perlu dilihat juga pengaruhnya di masing-masing negara anggota. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut dan spesifik mengenai pengaruh dari trade facilitation dan dampak jangka panjangnya dari masing-masing negara anggota.
DAFTAR PUSTAKA Arifianto MD. 2012. Ekonometrika, Esensi, dan Aplikasi Dengan Mengunakan Eviews. Jakarta (ID): Erlangga. [ASEANSEC] Association of Southeast Asian Nations Secretariat. 2008. ASEAN Economic Community Blueprint. Jakarta (ID): ASEANSEC. [ASEANSEC] Association of Southeast Asian Nations Secretariat. 2012a. Trade and Facilitation. Jakarta (ID): ASEANSEC. [ASEANSEC] Association of Southeast Asian Nations Secretariat. 2012b. ASEAN Community Progress Monitoring System 2012. Jakarta (ID): ASEANSEC [ASEANSEC] Association Southeast Asians Nations Secretary. 2012c. ASEAN Economic Community Scorecard. Jakarta (ID): ASEANSEC. Astuti Y. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perbedaan Profitabilitas Bank Asing dan Bank Domestik di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Detik. MS Hidayat resah ekspor kayu Indonesia kalah dengan Vietnam. 2014. [Internet].[diunduh 2014 Mei]. Tersedia pada: http://finance.detik.com/read/2014/03/11/125321/2522082/1036/ms-hidayatresah-ekspor-produk-kayu-ri-kalah-dengan-vietnam
36 Easasiaforum. A critical look at the ASEAN Economic Community Scorecard. 2012. [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei]. Tersedia pada: http://www.eastasiaforum.org/2012/06/01/a-critical-look-at-the-aseaneconomic-community-scorecard/ Engman M. 2005. The Economic Impact of Trade Facilitation. Working Papers. No. 21. OECD (FR): OECD. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika: Untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press. Gujarati D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Julius AM, Suryadi S, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Hatzichronoglou T. 1997. Révision Des Classifications Des Secteurs Et Des Produits De Haute Technologie .Working Papers. No. 97. OECD (FR): OECD. Jayangsari I. 2006. Analisis Dampak Trade Facilitation Terhadap Perdagangan Bilateral Intra-ASEAN [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan.Bogor (ID): IPB Press. Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonomterika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press. Krugman PR, Obstfeld M. 2003. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Basri Faisal, penerjemah. Jakarta (ID): RajaGrafindo Persada. Terjemahan dari: International Economics: Theory and Policy. Kindleberger CP, Lindert P. 1993. Ekonomi Internasional. Burhanuddin A, penerjemah; Kariaman M, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari:International Economics. Ed ke-8. Liputan 6. Ekspor RI ke ASEAN masih kalah dengan Malaysia. 2014.[Internet]. [diunduh 2014 Mei]. Tersedia pada: http://bisnis.liputan6.com/read/2022835/ekspor-ri-ke-asean-masih-kalah-darimalaysia Maraya GQ. 2013. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Impor Daging Sapi di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Marquez-Ramos L, Martinez-Zarzoso I, Suarez-Burguet C. 2012. Trade Policy Versus Trade Facilitation: An Application Using ‘Good Old’ OLS. Economic Journal. Vol 6: 1-38. Merk O, Dang T. 2012. Efficiency of World Ports in Container and Bulk Cargo (Oil, Coal, Ores, and Grain). OECD Regional Development Working Papers No. 9. OECD (FR): OECD. Moise E, Sorescu S. 2013. Trade Facilitation Indicators: The Potential Impact of Trade Facilitation on Developing Countries. Working Papers No. 144. OECD (FR): OECD. Mustika, I. 2009. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Nadhilah, NT. 2013. Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Impor Cumi-Cumi dan Sotong Olahan di Indonesia Tahun 2002-2011 [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.
37 [OECD] ] Organization for Economic CO-operation and Development. 2012. The Costs and Challenges of Trade Facilitation Measures. Paris (FR): OECD. [OECD] Organization for Economic CO-operation and Development. 2013. OECD Trade Facilitation Indicators: Transforming Border Bottlenecks Into Global Gateways. Washington DC (US): OECD. Oktaviani R, Novianti T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi IPB. Kontan. Pelaku usaha belum manfaatkan FTA ASEAN. 2013. [Internet]. [diunduh 2014 April]. Tersedia pada: http://nasional.kontan.co.id/news/pelaku-usahabelum-manfaatkan-fta-asean Purwanto T. 2011. Dampak Perkembangan Perdagangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara ASEAN+3 [Thesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rauch JE. 1999. Network versus Market In International. Journal of International Economic. 48(1): 7-35. [Kemendag] Republik Indonesia Kementerian Perdagangan Indonesia. 2010a. Menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Jakarta (ID): Kemendag [Kemendag] Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan. 2010b. ASEANChina Free Trade Area. Jakarta (ID): Kemendag. [Kemendag] Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan. 2010c. ASEANKorea Free Trade Area. Jakarta (ID): Kemendag. [Kemendag] Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan. 2013. Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP). Jakarta (ID): Kemendag. Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Munandar H, penerjemah; Sumiarti Y, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: International Economics. Ed ke5. Sihono T. 2009. Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat Terhadap Perekonomian Asia. Jurnal Ekonomi Pendidikan [Internet]. April 2009; [diunduh 2014 Mei 15: ] 6 (1):IPB. Sindo. Perjanjian fasilitas perdagangan untungkan Indonesia. 2014. [Internet]. [diunduh 2014 Mei]. Tersedia pada: http://ekbis.sindonews.com/read/815385/33/perjanjian-fasilitas-perdaganganuntungkan-indonesia [UN] United Nation. 1976. Port Performance Indicators. Geneva (CH): UN. [UN COMTRADE] United Nation Commodity Trade Statistic Database. 2014. Data Query Import and Export. [Internet]. [diunduh 2014 April] Tersedia pada: http://comtrade.un.org [USITC] United State International Trade Comission. 2010. ASEAN: Regional Trends in Economic Integration, Export Competitiveness, and Inbound Investment for Selected Industries. Washington DC (US): USITC. Wilson JS, Mann CL, dan Otsuki T. 2005. Assessing The benefits of Trade Facilitation: A Global Perspective. World Economy 28(6): 841–871. Wilson JS, Mann CL, Otsuki T. 2003a. Trade Facilitation and Economic Development: A New Approach To Quantifying The Impact. The World Bank Economic Review 17(3): 367-389.
38 Wilson JS, Mann CL, Otsuki T. 2003b. Trade Facilitation and Economic Development : Maesuring the Impact. World Bank Policy Research Working Paper 2988. [WB] World Bank. 2006.Doing Business 2006. Wahington DC (US): WB. [WB] World Bank. 2007.Doing Business 2007. Wahington DC (US): WB [WB] World Bank. 2008.Doing Business 2008. Wahington DC (US): WB. [WB] World Bank. 2009.Doing Business 2009. Wahington DC (US): WB. [WB] World Bank. 2010.Doing Business 2010. Wahington DC (US): WB. [WB] World Bank. 2011.Doing Business 2011. Wahington DC (US): WB. [WB] World Bank. 2012.Doing Business 2012. Wahington DC (US): WB. [WB] World Bank. 2013.Doing Business 2013. Wahington DC (US): WB. [WEF] World Economic Forum. 2006. Global Competitveness Report 2006. Geneva [CH]: WEF. [WEF] World Economic Forum. 2007. Global Competitveness Report 2007. Geneva [CH]: WEF. [WEF] World Economic Forum. 2008. Global Competitveness Report 2008. Geneva [CH]: WEF. [WEF] World Economic Forum. 2009. Global Competitveness Report 2009. Geneva [CH]: WEF. [WEF] World Economic Forum. 2010. Global Competitveness Report 2010. Geneva [CH]: WEF. [WEF] World Economic Forum. 2011. Global Competitveness Report 2011. Geneva [CH]: WEF. [WEF] World Economic Forum. 2012. Global Competitveness Report 2012. Geneva [CH]: WEF. [WEF] World Economic Forum. 2013. Global Competitveness Report 2013. Geneva [CH]: WEF. [WITS] World Integrated Trade Solution. Country Profile 2007-2012. 2014a. [Internet] [diunduh Mei 2014]. http://wits.worldbank.org/wits [WITS] World Integrated Trade Solution. Tariff and Trade Analysis Data 20062012. 2014b. [Internet].[diunduh April 2014]. http://wits.worldbank.org/wits Zahidi A. 2012. Dampak Trade Facilitation Terhadap Arus Perdagangan di Kawasan ASEAN+3 [Thesis]. Bogor (ID): Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
39
Lampiran 1 Generalized Least Squared (GLS) Ekspor Elektronik Dependent Variable: X_EL Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/14 Time: 11:12 Sample: 2007 2012 Periods included: 6 Cross-sections included: 72 Total panel (balanced) observations: 432 Linear estimation after one-step weighting matrix Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
GDPJ POPI TAR_X T_X S_X QUAL DOC_X COST_TRAN CRISIS C AR1
0.100313 2.911502 0.014276 -0.345913 -0.041028 0.570554 0.670657 0.045838 -0.012424 -44.08305 0.389989
0.134381 0.843506 0.008784 0.183365 0.140706 0.271741 0.172000 0.150317 0.035612 14.71773 0.044786
0.746480 3.451669 1.625271 -1.886474 -0.291587 2.099628 3.899160 0.304944 -0.348873 -2.995233 8.707756
0.4559 0.0006 0.1050 0.0601 0.7708 0.0365 0.0001 0.7606 0.7274 0.0029 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.996988 0.996292 0.776289 1430.489 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
54.47456 41.31486 210.9184 2.040078
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.970454 249.5961
Mean dependent var Durbin-Watson stat
19.95457 1.742443
Lampiran 2 Uji Chow Ekspor Elektronik Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F
4.138561
d.f.
Prob.
(71,350)
0.0000
40 Lampiran 3 Uji Hausmann ekspor elektronik Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
119.526440
10
0.0000
Cross-section random
** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.
Lampiran 4 Uji Heteroskedastisitas ekspor elektronik 6
4
2
0
-2
-4 50
100
150
200
250
300
350
400
X_EL Residuals
Lampiran 5 Uji Normalitas Ekspor Elektronik 30
Series: Standardized Residuals Sample 2007 2012 Observations 432
25
20
15
10
5
0 -1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5.06e-17 0.057245 1.553075 -1.853830 0.699550 -0.257487 2.572417
Jarque-Bera Probability
8.064470 0.017735
Lampiran 6 Uji Multikolinieritas ekspor elektronik X_EL
POPJ
POPI
GDPI
X_EL POPJ POPI GDPI
1.000000 -0.091645 -0.162221 0.376493
1.000000 -0.124810 -0.063405
1.000000 0.512451
1.000000
T_X S_X QUAL DOC_X CRISIS
-0.284766 -0.060134 0.525240 -0.025509 0.063188
0.692862 0.412718 0.067462 0.369146 0.010884
-0.088159 -0.318754 -0.540906 -0.048509 0.010884
0.003953 -0.653855 0.296970 0.016097 0.050257
T_X
S_X
QUAL
DOC_X
CRISIS
1.000000 -0.088977 0.075417 0.713326 -0.066242
1.000000 -0.217472 -0.208848 -4.45E-11
1.000000 0.046086 0.078623
1.000000 -0.131016
1.000000
41
42
Lampiran 7 Generalized Least Square (GLS) Ekspor Kayu Dependent Variable: X_KY Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/14 Time: 11:18 Sample: 2007 2012 Periods included: 6 Cross-sections included: 72 Total panel (balanced) observations: 432 Linear estimation after one-step weighting matrix Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
GDPJ GDPI POPJ POPI QUAL TAR_X T_X S_X DOC_X COST_TRAN CRISIS C AR1
2.189944 -0.900789 -0.363778 -1.403039 0.591260 -0.020102 -0.174916 -1.105593 0.067222 -0.239631 -0.088639 19.59291 0.383910
0.459275 0.460688 0.622141 0.693235 0.160043 0.007303 0.124211 0.411672 0.107162 0.097729 0.030033 15.53721 0.040153
4.768261 -1.955314 -0.584719 -2.023901 3.694372 -2.752572 -1.408217 -2.685617 0.627294 -2.451993 -2.951414 1.261031 9.561255
0.0000 0.0513 0.5591 0.0437 0.0003 0.0062 0.1600 0.0076 0.5309 0.0147 0.0034 0.2081 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.993144 0.991509 0.390312 607.3900 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
18.91050 15.37890 53.01546 2.086949
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.971339 56.64058
Mean dependent var Durbin-Watson stat
9.847002 2.117512
Lampiran 8 Uji Chow ekspor kayu Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
5.605591
(71,348)
0.0000
43 Lampiran 9 Uji Hausmann ekspor kayu Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.
Prob.
Cross-section random
192.308497
0.0000
12
** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.
Lampiran 10 Uji Normalitas ekspor kayu 25
Series: Standardized Residuals Sample 2007 2012 Observations 432
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.67e-17 0.002850 0.855495 -0.810598 0.350722 -0.082596 2.336162
Jarque-Bera Probability
8.423457 0.014821
0 -0.75
-0.50
-0.25
0.00
0.25
0.50
0.75
Lampiran 11 Uji Heteroskedastisitas ekspor kayu 1.6 1.2 0.8 0.4 0.0 -0.4 -0.8 -1.2 -1.6 -2.0 50
100
150
200
250
300
X_KY Residuals
350
400
1 44
Lampiran 12 Uji Multikolinieritas ekspor kayu X_KY
X_KY GDPJ 1.000000
GDPI
POPJ
GDPJ
0.519755 1.000000
GDPI
0.015199 -0.115759 1.000000
POPJ
0.176631 0.508251 -0.063405 1.000000
POPI
QUAL
POPI
0.258724 -0.062484 0.512451 -0.124810 1.000000
QUAL
-0.012117 -0.023540 0.296970 0.067462 -0.540906 1.000000
TAR_X
T_X
TAR_X
0.127129 0.163739 -0.574920 0.019291 0.003094 -0.424647 1.000000
T_X
-0.155489 -0.133166 0.003953 0.692862 -0.088159 0.075417 -0.082853 1.000000
S_X
DOC_X
S_X
0.306619 0.779663 -0.653855 0.412718 -0.318754 -0.217472 0.470060 -0.088977 1.000000
DOC_X
-0.207902 -0.267700 0.016097 0.369146 -0.048509 0.046086 -0.098713 0.713326 -0.208848 1.000000
COST_T RAN CRISIS
COST_TRA N 0.205852 0.336994 -0.047297 0.225247 -0.029570 0.021813 0.103670 -0.035857 0.303960 -0.397892 1.000000 CRISIS
0.053194 0.051200 0.050257 0.010884 0.010884 0.078623 -0.024483 -0.066242 -4.45E-11 -0.131016 -0.046928 1.000000
Keterangan: IDN = Indonesia MYS = Malaysia PHL = Filipina SGP = Singapura THA = Thailand VNM = Vietnam CHN = China JPG = Jepang KOR = Korea Selatan
45
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ramdhani Budiman dilahirkan di Bandung Jawa Barat pada tanggal 30 Maret 1992. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Osep Kadarsyah,SH dan Sri Mulyaningsih. Pendidikan yang dilalui penulis dimulai pada tahun 1997 di Taman Kanak-Kanak Al Abror, kemudian pada tahun 1998 dilanjutkan tingkat sekolah dasar di SDI AL Ghazaly, kemudian pada tahun 2004 diteriman di SMP Negeri 4 Bogor, dan pada tahun 2010 diterima di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus 2010. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan di tingkat perguruan tinggi dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) program studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi Manajemen melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam kampus atau di luar lingkungan kampus. Penulis pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate dari tahun 2010 hingga tahun 2013, dalam internal organisasi penulis menjadi staff eksternal dan juga menjadi Steering Committee (SC) di berbagai kegiatan UKM Karate. Kemudian di tingkat fakultas, aktif di Sharia Economics Student Club (SES-C) IPB sebagai staf eksternal. Organisasi luar kampus yang pernah diikuti yaitu Forum For Indonesia (FFI) Chapter Bogor dari tahun 2011 hingga 2012. Prestasi yang diraih selama menjadi mahasiswa, diantara menjadi juara di beberapa kejuaraan karate tingkat nasional, atlet kontingen Kota Bogor di Kejuaraan Nasional Karate, dan lolos pembiayaan oleh Dikti yaitu Program Kreativtas Mahasiswa (PKM) Pengabdian Masyarakat pada tahun2012 dengan judul “Gerakan Mahasiswa Anti Lintah Darat”.