ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK MELALUI ANALISIS CAPITAL, ASSETS, MANAGEMENT, EARNING, DAN LIQUIDITY PADA PT BANK MANDIRI (Tbk) DI MAKASSAR MUHAMMAD BASIR STIE-YPUP Makassar
ABSTRAK Memburuknya kondisi tingkat kesehatan perbankan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat beragam. Faktor utama yang hampir dihadapi seluruh perbankan adalah membengkaknya jumlah kredit yang bermasalah dan kredit macet.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan PT Bank Mandiri Tbk Makassar selama tahun 2007 – 2009, berdasarkan metode Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity. Sesuai dengan tujuan penelitian, analisis ini menggunakan metode CAMELS untuk menilai kondisi keuangan PT Bank Mandiri Tbk Makassar selama periode Tahun 2007 – 2009. Nilai rasio CAR, KAP, dan Aspek Manajemen dikategorikan sehat, sedangkan ROA dan Cash Ratio dikategorikan kurang sehat. Kata Kunci: Kesehatan bank, Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity PENDAHULUAN Dalam mendukung program pembangunan di Indonesia, peranan sektor perbankan merupakan salah satu unsur dalam sistem keuangan yang mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2006: 12). Babak baru sektor perbankan di Indonesia mulai tampak sejak digulirkannya beberapa paket deregulasi yang membahas masalah manajemen, pengawasan, permodalan dan kesehatan bank. Istilah kesehatan bank semakin populer setelah berbagai isu aktual tentang perbankan seperti merger dan konsolidasi selalu dikaitkan dengan prediksi kesehatan bank. Tapi sebagian pengguna jasa perbankan tidak atau belum tahu bagaimana persisnya tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Sehingga peranan dan pengawasan Bank Indonesia untuk menilai tingkat kesehatan bank terhadap operasional seluruh bank-bank yang ada di Indonesia sangat diperlukan dalam rangka menciptakan kinerja bank yang sehat. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan saat ini informasi mengenai tingkat kesehatan bank semakin dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan pentingnya informasi yang disajikan bagi pihak-pihak terkait seperti investor, kreditor, dan pihak-pihak di luar perbankan dalam rangka menciptakan kinerja bank yang sehat. Untuk menciptakan perbankan yang sehat, antara lain diperlukan pengaturan dan pengawasan bank yang efektif. Kebijakan perbankan yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada dasarnya merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan, menjaga dan memelihara sistem perbankan yang sehat. Dan berkaitan dengan kebijakan perbankan mengenai tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia telah mengatur dan mengeluarkan ketentuan berupa surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/Jakarta tanggal 31 Mei 2004. Alat analisis yang di
gunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah Camel Rating System. Sistem penilaian ini merupakan sistem penilaian kuantitatif yang menitikberatkan pada lima aspek penilaian yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Yang hasilnya dapat digunakan oleh pihak bank dalam mengambil keputusan-keputusan tertentu (Taswan, 2006: 383). Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan Bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) Bank, masyarakat pengguna jasa Bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan Bank, dan pihak lainnya. Kondisi Bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja Bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi Bank. Perubahan eksposur risiko Bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko Bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi Bank secara keseluruhan. Memburuknya kondisi tingkat kesehatan perbankan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat beragam. Faktor utama yang hampir dihadapi seluruh perbankan adalah membengkaknya jumlah kredit yang bermasalah dan kredit macet. Semakin banyaknya kredit bermasalah dan kredit macet yang muncul akhir-akhir ini, semakin memperkeruh suasana bahkan menjadi dampak kesulitan perbankan saat ini. Tak heran jika pada akhir-akhir ini istilah bank sehat atau tidak sehat semakin populer. Berbagai kejadian aktual, tentang perbankan seperti merger dan likuidasi selalu dikaitkan dengan kesehatan bank tadi. Oleh karenanya sebuah bank tentunya memerlukan suatu analisis untuk mengetahui kondisinya setelah melakukan kegiatan operasionalnya dalam jangka waktu tertentu. Analisis yang dilakukan disini berupa penilaian tingkat kesehatan bank. Kesehatan suatu bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Salah satu bank terbesar di Indonesia yang telah meraih kepercayaan besar dari masyarakat adalah Bank Mandiri, yang merupakan hasil merger PT Bank Bumi Daya (Persero), PT Bank Dagang Negara (Persero), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero), dan PT bank Pembangunan Indonesia (Persero) ke dalam Bank Mandiri di mana Bank Mandiri akan menjadi perusahaan hasil merger sejak tahun 1999. Besarnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mandiri membuat penilaian tingkat kesehatan bank menjadi semakin penting. Berdasarkan pada uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik mengambil topik untuk bahan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Melalui Analisis Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity pada PT Bank Mandiri (Tbk) di Makassar”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pokok yang diajukan adalah: bagaimana kondisi tingkat kesehatan PT Bank Mandiri Tbk Makassar selama periode tahun 2007 - 2009 dengan menggunakan metode Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity? Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan PT Bank Mandiri Tbk Makassar selama tahun 2007 – 2009, berdasarkan metode Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Menurut Stuart dalam bukunya yang berjudul Bank politik mengatakan “Bank adalah suatu badan yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain,maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”.Demikian juga Abdurrahman dalam Enseklopedi Ekonomi Keuangan dan Perdagangan menjelaskan bahwa”Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai suatu tempat menyimpan barang-barang berharga, membiayai usaha perusahaaa-perusahaan dan lain-lain. Sedangkan menurut UU NO.10/1998 Pasal 1 tentang pokok-pokok perbankan adalah ”lembaga keuangan yang tugas utamanya memberikan kredit dan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang” Sumber Dana Bank Dana bank adalah uang tunai yang dimilikim oleh bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai oleh bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Kasmir (2006 : 63), menyatakan jenis sumber dana bank dibagi menjadi : 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri a. Setoran modal dari pemegang saham b. Cadangan-cadangan c. Laba yang ditahan 2. Dana yang berasal dari masyarakat luas a. Simpanan Giro b. Simpanan Tabungan c. Simpanan Deposito d. Jasa perbankan lainnya 3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia b. Perjanjian antar bank c. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain diluar negeri d. Surat berharga pasar uang Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode CAMEL Perhitungan CAMEL berdasar Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 lampiran 14 tentang pedoman perhitungan rasio keuangan. Berdasarkan lima aspek tersebut akan dapat diketahui tingkat kesehatan bank-bank dalam sampel. Sedangkan rekapitulasi faktor-faktor yang dinilai beserta masing-masing bobotnya dapat diketahui berdasarkan tatacara penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (SK BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998) dan akan dicantumkan dalam lampiran beserta data dari masing-masing rasio dalam CAMEL. 1 Aspek Permodalan Perhitungan CAR ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 lampiran 14 tentang pedoman perhitungan rasio
keuangan. Bank yang diangap sehat adalah bank yang memiliki CAR diatas 8% dengan bobot perhitungan sebesar 25%. Komponen modal inti meliputi modal disetor, modal sumbangan, agio saham, cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dan laba bank setelah diperhitungkan pajak. Modal pelengkap terdiri dari modal pinjaman, pinjaman subordinasi, dan cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba. Pinjaman subordinasi yang diperhitungan tidak lebih dari 50% dari modal inti, sedangkan modal pelengkap yag diperhitungakan sebagai modal bank setinggi-tinginya 100% dari modal inti. CAR, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Rumus CAR adalah : Modal Bank CAR = ------------------------------------------------ x 100% Aktiva Tertimbang menurut Risiko Aktiva tertimbang menurut resiko mencakup beberapa pos dalam neraca yang dengan bobot resiko tersendiri sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. 2. Aspek Aktiva Produktif Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, yaitu: pemberian kredit, kepemilikan surat-surat berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dari dalam maupun luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau penyertaan (Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001). Keadaan kualitas aktiva produktif akan terus dipantau oleh pihak bank karena kualitas aktiva produktif dalam neraca bank akan mempengaruhi keadaan serta perkembangan dari bank itu sendiri. Penanaman modal yang dilakukan dalam aktiva produktif akan dinilai kualitasnya dengan menentukan kolektibilitas dari aktiva yang bersangkutan. Kolektibilitas itu sendiri adalah keadaan pembayaran pokok pinjaman atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang telah ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman dalam bentuk lain. Kesemuanya itu dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu: Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif dapat dilakukan dengan empat rasio (Surat edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001), yaitu: a. Aktiva produktif bermasalah terhadap total akitva produktif. b. NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menghitung tingkat kredit bermasalah bila dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain. Secara umum NPL dirumuskan : Kredit Bermasalah NPL = ------------------------------------------------ x 100% Jumah Kredit yang Diberikan
c. Penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap total aktiva produktif. d. Pemenuhan penyisihan penghapusan aktiva produktif. 3. Aspek Manajemen Aspek manajemen pada penelian kinerja bank tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin (Riyadi, 2006). Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manjemen kualitas aktiva, menajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba. NIM (Net Interest Margin). Rasio ini digunakan untuk mengetahui pendapatan bunga bersih dalam 12 bulan yang mampu diperoleh bank apabila dibandingkan dengan rata-rata aktiva produktif bank. Rumus NIM yaitu : Pendapatan Bersih NIM = -----------------------------------------------Rata-rata Aktiva produktif 4. Aspek Rentabilitas Penilaian rentabilitas penting karena menyangkut kemampuan bank dalam memperoleh laba. Rasio yang digunakan dalam perhitungan rasio ini adalah (Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001): a. ROA (Return On Assets). ROA adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total aktiva. ROA dirumuskan sebagai berikut: Net Profit After Tax ROA = ---------------------------------Total Aktiva b. ROE (Return On Equity). ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Profit After Tax ROE = ---------------------------------Total Equity a. BOPO (Beban operasi terhadap pendapatan operasi Rumus BOPO yaitu : Beban Operasi BOPO = ---------------------------------Pendapatan Operasi 5. Aspek Likuiditas Likuiditas diukur dengan kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhannya, misalnya untuk rasio lancar (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar dalam menjamin hutang lancar perusahaan. Kasmir (2006). Rumus untuk mencari Loan to Deposit Ratio sebagai berikut:
Total Loan Loan to Deposit Ratio = --------------------------- x 100% Total Deposit 6. Penilaian Akhir CAMEL Hasil perhitungan masing-masing rasio tersebut akan menghasilkan besaran tertentu dalam bentuk persen. Setelah digabungkan, hasil penilaian tadi dimasukkan dalam kategori tertentu yang menunjukkkan posisi bank tersebut. Kategori tersebut berdasarkan SK BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998 adalah sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan yang terakhir adalah tidak sehat. Batasan kategori tersebut adalah : a. Sehat berkisar diatas 81% sampai 100% b. Cukup sehat berkisar diatas 66% sampai 81% c. Kurang sehat berkisar diatas 51% sampai 66% d. Tidak sehat berkisar dibawah 51% Selain perhitungan CAMEL yang telah diuraikan diatas, bank juga dapat dinilai berdasarkan compliance/violation penalty. Dalam hal ini, bank dinilai berdasarkan pemenuhan ataupun pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian dalam mengelola bank (Prudential Banking Regulation). Untuk kriteria ini, yang dinilai adalah tiga komponen, yaitu: Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), pelanggaran Giro Wajib Minimum Rupiah (GWM Rupiah), dan pelanggaran Posisi Devisa Netto (PDN). 7. Ukuran Kinerja Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Kinerja keuangan perusahaan diukur dari efisiensinya diproksikan dengan beberapa tolak ukur yang tercermin di dalam keuangan (Machfoedz, 1999). Kinerja perusahaan pada dasarnya merupakan cermin atas hasil kegiatan dan kondisi yang ada disebuah perusahaan, hasil kegiatan dari perusahaan ini akan dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut akan dapat memperlihatkan kondisi manajemen perusahaan selama periode dilakukannya analisis akan kinerja. Kinerja juga merupakan suatu tingkat dimana para individu dan organisasi dalam suatu perusahaan berusaha untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Anthony dkk, (2002) menyatakan bahwa efektifitas suatu organisasi berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan efisiensi menggambarkan beberapa masukan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran. Dengan demikian pengertian kinerja perusahaan merupakan hasil dari berbagai keputusan manajemen yang terus menerus untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan yang diinginkan pelanggan. Hasil perhitungan masing-masing rasio tersebut akan menghasilkan besaran tertentu dalam bentuk persen. Setelah digabungkan, hasil penilaian tadi dimasukkan dalam kategori tertentu yang menunjukkkan posisi bank tersebut. Kategori tersebut berdasarkan SK BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998 adalah sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan yang terakhir adalah tidak sehat. Batasan kategori tersebut adalah :
1. Sehat berkisar di atas 81% sampai 100% 2. Cukup sehat berkisar di atas 66% sampai 81% 3. Kurang sehat berkisar di atas 51% sampai 66% 4. Tidak sehat berkisar di bawah 51% Menurut Horngren (2003) informasi-informasi yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bisa merupakan informasi keuangan maupun non keuangan dan dapat juga berdasarkan pengukuran intern dan ekstern, tipe informasi keuangan intern antara lain pendapatan operasi, penjualan dan total aktiva. Faktor-Faktor yang Menurunkan Tingkat Kesehatan Bank Menurut Mulyono (1999 :162), predikat tingkat kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat atau kurang sehat akan diturunkan menjadi tidak sehat apabila terdapat halhal yang membahayakan kelangsungan bank, antara lain : a. Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank yang bersangkutan. b. Campur tangan pihak-pihak diluar bank dalam kepengurusan bantu termasuk di dalam kerja sama tidak wajar yang mengakibatkan alah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri c. Windaw Dressing dalam pembukuan dan laporan bank yang secara materil dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank. d. Praktek-praktek bank dalam atau melakukan usaha diluar pembukuan bank. e. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban kepada pihak ketigaf. Praktek lain yang menyimpang dan dapat membahayakan kelangsungan bank atau mengurangi kesehatan bank. Hipotesis Sehubungan dengan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis penelitian yaitu, bahwa kondisi keuangan PT Bank Mandiri Makassar dinyatakan sehat berdasarkan analisis CAMEL. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Mandiri Tbk. Cabang Makassar, yang berlokasi di Jalan Kartini Kota Makassar. Adapun waktu penelitian direncanakan kurang lebih selama 2 bulan. Metode Analisis Sesuai dengan tujuan penelitian, analisis ini menggunakan metode CAMELS untuk menilai kondisi keuangan PT Bank Mandiri Tbk Makassar selama periode Tahun 2007 – 2009. Adapun formula yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: a. Penilaian Aspek Permodalan (Capital) Penilaian aspek permodalan (capital) dihitung dengan menggunakan formula CAR, sebagai berikut: Modal Bank
CAR = ------------------------------------------------ x 100% Aktiva TertimbangMenurut Risiko b. Penilaian Kualitas Aktiva Produktif Penilaian aspek kualitas aktiva produktif difokuskan pada aspek Non Performance Loan (NPL) dihitung dengan menggunakan formula NPL, sebagai berikut: Kredit Bermasalah NPL = ------------------------------------------------ x 100% Jumlah Kredit yang Diberikan c. Penilaian Aspek Manajemen Penilaian aspek manajemen difokuskan pada aspek Net Profit Margin (NPM) dihitung dengan menggunakan formula NPM, sebagai berikut: Laba Bersih NPM = ------------------------------------------ x 100% Pendapatan Operasional d. Penilaian Aspek Rentabilitas (Earning) Penilaian aspek rentabilitas difokuskan pada aspek Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE), serta Beban Operasi, dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Net Profit After Tax ROA = ---------------------------------Total Aktiva Net Profit After Tax ROE = ---------------------------------Total Equity Beban Operasi BOPO = ---------------------------------Pendapatan Operasi e. Penilaian Aspek Likuiditas Penilaian aspek likuiditas difokuskan pada aspek LDR (Loan to Deposit Ratio). dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Total Loan Loan to Deposit Ratio = --------------------------- x 100% Total Deposit HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Agar suatu bank dapat menjalankan seluruh kegiatannya dengan baik, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah perencanaan, pengoperasian, pengendalian, dan pengawasan. Proses aliran keuangan secara terus menerus dan mencatatnya dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungan rugi-laba.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio permodalan selama tiga tahun yaitu pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Bank Mandiri memperoleh rasio CAR (Capital Adequecy Ratio) yang terus mengalami peningkatan. Nilai rasio CAR (Capital Adequecy Ratio) pada tahun 2007 sebesar 10,57%; pada tahun 2008 sebesar 11,88% dan pada tahun 2009 sebesar 12,46%. Rasio permodalan selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% maka rasio yang dicapai Bank Mandiri dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Peningkatan nilai CAR (Capital Adequecy Ratio) ini menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah modal dan peningkatan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) pada Bank Mandiri. Dengan adanya peningkatan yang cukup besar dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, maka dapat dikatakan bank berhasil mempertahankan dan meningkatkan nilai rasio CAR. Hal ini dapat tercapai karena bank sangat memperhatikan faktor-faktor eksternal dan kedepannya bank dapat terus mempertahankannya. Hasil perhitungan rasio kualitas aktiva produktif (KAP) selama tiga tahun yaitu pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Bank Mandiri memperoleh rasio KAP (kualitas aktiva produktif) yang terus mengalami penurunan. Rasio kualitas aktiva produktif (KAP) Bank Mandiri pada tahun 2007 sebesar 1,73%; pada tahun 2008 sebesar 1,05% dan pada tahun 2009 sebesar 0,52%. Rasio kualitas aktiva produktif (KAP) selama tahun 2007 sampai tahun 2009 lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 10,35%. Hal ini menunjukkan bahwa rasio yang dicapai Bank Mandiri selama tahun 2007 sampai dengan 2009 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Dengan adanya penurunan yang terjadi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 itu berarti bank belum berhasil melakukan penanaman dana bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat-surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening adminstratif. Untuk kedepannya bank dapat lebih memperhatikan dalam penanaman dananya. Hasil perhitungan rasio besar rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) selama tiga tahun yaitu pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Bank Mandiri memperoleh rasio besar rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang naik turun. Pada tahun 2007 sebesar 101,02% kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi 106,93% dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 101,33%. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) tahun 2007 sampai dengan 2009 lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 81% maka rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang dicapai Bank Mandiri dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Dengan terjadinya naik turun PPAP berarti bank dapat dikatakan kurang berhasil dalam mencapai cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari nominal berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif yang telah terbentuk. Apabila PPAP semakin naik, maka semakin baik yang berarti bank telah melakukan dengan benar dalam mengantisipasi penghapusan kredit macet. Hasil perhitungan rasio Return On Assets (ROA) selama tiga tahun yaitu pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Bank Mandiri memperoleh Rasio ROA (Return On Assets) yang terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 besar nilai rasio ROA adalah 2,86%; kemudian mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 1,83% dan ditahun 2009 kembali mengalami penurunan menjadi 0,84%. Rasio Return On Assets
(ROA) pada tahun 2007 dan 2008 lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek rentabilitas yang ditetapkan oleh pihak Bank Indonesia sebesar 1,22% maka Rasio Return On Assets (ROA) yang dicapai Bank Mandiri pada tahun 2007 dan 2008 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Sedangkan Rasio Return On Assets (ROA) pada tahun 2009 lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek rentabilitas yang ditetapkan oleh pihak Bank Indonesia sebesar 1,22% dan berada pada interval 0,77 – 0,98 %. Maka Rasio Return On Assets (ROA) yang dicapai Bank Mandiri dikategorikan dalam kelompok KURANG SEHAT. Dikarenakan bank belum mampu untuk menghasilkan keuntungan secara relatif yang dibandingkan dengan nilai total asetnya. Hal ini terlihat dari hasil ROA sebesar 0,84% yang berarti setiap Rp 100 dari aktiva akan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 0,084, sedangkan kriteria ROA dinyatakan sehat apabila bisa mencapai 1,22% yang berarti setiap Rp 100 dari aktiva akan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp. 0,122. Walaupun ROA ini dinyatakan kurang sehat akan tetapi Bank Indonesia biasanya tidak memberlakukan ketentuan yang ketat, sepanjang bank tersebut tidak mengalami kerugian atau tidak ada tanda-tanda atau kecenderungan untuk mengalami kerugian di masa yang akan datang, maka bagi bank sentral hal tersebut cukup dipahami. Hasil perhitungan rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) selama tiga tahun yaitu pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Bank Mandiri memperoleh Rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 besar nilai Rasio Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) adalah 47,31%; kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 50,32% dan pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi 57,05%. Rasio Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 lebih kecil dari kriteria penilaian tingkatan kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Negara Indonesia sebesar 93,52% maka rasio yang dicapai Bank Mandiri dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Dengan adanya peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, itu berarti bahwa bank telah berhasil mempertahankan BOPO dari tahun ke tahun. Hasil perhitungan cash ratio selama tiga tahun yaitu pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Bank Mandiri memperoleh cash ratio yang terus mengalami penurunan. Nilai cash ratio pada tahun 2007 sebesar 6,55%; kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan nilai cash ratio menjadi 4,32% dan pada tahun 2009 nilai cash ratio kembali mengalami penurunan menjadi 2,57%. Nilai Cash Ratio pada tahun 2007 dan 2008 lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek likuiditas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 4,05%. Dengan demikian rasio yang dicapai Bank Mandiri pada tahun 2007 dan 2008 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Sedangkan Cash Ratio pada tahun 2009 lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek likuiditas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 4,05% dan lebih besar dari 2,54%. Dengan demikian rasio yang dicapai Bank Mandiri dikategorikan dalam kelompok KURANG SEHAT. Untuk cash ratio pada tahun 2009 dikategorikan kurang sehat dikarenakan mental pengusahanya kurang baik sehingga hanya mengejar keuntungan jangka pendek dan melupakan tujuan jangka panjangnya. Disamping itu dapat juga terjadi karena kesalahan perhitungan ataupun ada hal-hal yang diluar
perkiraan. Setiap perusahaan hendaknya dapat menetapkan cash ratio yang harus dipertahankan, misalnya 4,05 %, tetapi berapa seharusnya ukuran cash ratio yang harus dipertahankan tidak ada suatu ukuran mutlak, sebab semuanya tergantung pada keadaan perusahaan itu sendiri berdasar pengalamannya. Sedangkan untuk menaikkan liquid bank harus melakukan 1). Menambah modal sendiri untuk menambah aktiva lancer, 2). Mengurangi hutang lancar dan menambah modal sendiri, 3) Mengurangi hutang lancar dari hasil penjualan sebagian aktiva tetap. Hasil perhitungan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) selama tiga tahun yaitu pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Bank Mandiri memperoleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang turun naik. Pada tahun 2007 besar nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) 92,50%; kemudian pada tahun 2008 nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami penurunan menjadi 83,09% dan pada tahun 2009 nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) kembali mengalami peningkatan menjadi 94,38%. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan Bank berdasarkan aspek likuiditas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 94,75%. Maka Rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) yang dicapai Bank Mandiri pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Dengan naik turunnya LDR dari tahun 2007 sampai dengan 2009 bank dapat dikatakan kurang berhasil dalam menyeimbangkan dari tahun ketahun. Kedepannya bank dapat menaikkan dan mempertahankannya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan pada PT Bank Mandiri Cabang Makassar pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai rasio CAR (Capital Adequecy Ratio) Bank Mandiri pada tahun 2007, 2008, dan 2009 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. 2. Rasio kualitas aktiva produktif (KAP) Bank Mandiri pada tahun 2007, 2008, dan 2009 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. 3. Dalam aspek manajemen tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 walaupun terjadi penurunan tetapi masih dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Penilaian dalam rasio ini adalah semakin besar nilai prestasi yang dicapai oleh manajemen suatu perusahaan maka semakin baik kinerja yang dicapai dalam aspek manajemennya. 4. Rasio Return On Assets (ROA) Bank Mandiri pada tahun 2007 dan 2008 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Sedangkan Rasio Return On Assets (ROA) pada tahun 2009 dikategorikan dalam kelompok KURANG SEHAT. dikarenakan bank belum mampu untuk menghasilkan keuntungan secara relatif yang dibandingkan dengan nilai total asetnya. 5. Nilai Cash Ratio Bank Mandiri pada tahun 2007 dan 2008 dikategorikan dalam kelompok SEHAT. Sedangkan Cash Ratio pada tahun 2009 dikategorikan dalam kelompok KURANG SEHAT. dikarenakan mental pengusahanya kurang baik sehingga hanya mengejar keuntungan jangka pendek dan melupakan tujuan jangka panjangnya. Disamping itu dapat juga terjadi karena kesalahan perhitungan ataupun ada hal-hal yang diluar perkiraan atau perhitungan. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal M. 2004. Manajemen Perbankan, Teknik Analisis kinerja Keuangan Bank. Edisi Revisi. UMM Press. Malang Baridwan, Zaki, 2002, Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta.Bank Mandiri. 2003. Prospektus PT Bank Mandiri Tbk. Jakarta. Institute for Economic and Financial Research. 2000. Menilai Kinerja Bank dari Angka-angka” Info Bank No. 264, Juli Kasmir. 2006. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudradjad dan Suhardjono, 2002, “Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi”, Edisi Pertama, .PFE. UGM Yogyakarta Muljono, Teguh Pudjo. 1999. Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan. Jambatan. Jakarta. Riyadi, Selamet, 2006. Banking Asset Dan Liability Management, Edisi Ketiga, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Totok, Budisantoso dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Umar, Husein, 2003, Research Methods in Finance and Banking, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.