ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR
SKRIPSI
MUHAMMAD REZA YUSA H34066090
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN MUHAMMAD REZA YUSA. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada EcoFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI). Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total PDB setelah industri pengolahan dengan memberikan kontribusi sebesar 14,68% dari total PDB nasional pada tahun 2008. Selain itu sektor pertanian mampu menyerap 8,46 juta tenaga kerja yang ada di Indonesia. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat karena didukung oleh perkembangan industri pengolahan komoditi yang dihasilkan. Salah satu komoditi yang dihasilkan subsektor peternakan adalah susu yang memiliki kandungan protein dan asam amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Susu yang merupakan bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan suatu proses penanganan dan pengolahan yang baik. Produk susu olahan diantaranya adalah susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang menggunakan susu sebagai bahan bakunya seperti keju dan mentega. Yoghurt yang merupakan salah satu hasil olahan dari susu, sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki citarasa yang khas, tekstur yang lebut dan memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satu keunggulan yoghurt dibandingkan dengan susu segar dalah kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang dapat membantu melancarakan pencernaan manusia. E-coFarm yang dibentuk dari hasil kerjasama Departemen Pertanian Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB merupakan salah satu usaha kecil yang memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi dan puding susu. Dalam menjalankan usahanya, E-coFarm yang memiliki skala usaha rumah tangga ini memiliki beberapa kendala seperti kendala produksi dan pemasaran. E-coFarm harus memiliki strategi yang tepat sehingga dapat berkembang dan mampu bertahan di dunia usahanya. Penelitian yang dilakuakan di E-coFarm Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha yoghurt E-coFarm dan merumuskan alternatif strategi serta menetapkan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua orang, yaitu pihak internal E-coFarm dan pihak eksternal dari pesaing terdekat. Keterlibatan pihak eksternal diharapkan dapat menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan penentuan prioritas strategi yang bisa diterapkan dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan manajer lapang E-coFarm. Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan terdapat sembilan alternatif strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm yaitu 1) mempertahankan dan
meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt, 2) memperluas wilayah distribusi produk, 3) mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait, 4) memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha, 5) memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal dari dinas terkait, 6) mempertahankan harga yang terjangkau dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan, 7) melakukan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru, 8) meningkatkan kualitas SDM dan 9) pengelolaan keuangan perusahaan. Kemudian dari hasil wawancara yang dilakukan untuk menentukan urutan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh EcoFarm, strategi memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha menjadi strategi pertama dalam urutan prioritas strategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usaha E-coFarm.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR
MUHAMMAD REZA YUSA H34066090
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm, Kampus IPB Darmaga Bogor
Nama
: Muhammad Reza Yusa
NIM
: H34066090
Disetujui, Pembimbing
Ir. Harmini. MSi NIP. 196009211987032002
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002
Tanggal lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mananpun. Sumber informasi yang berasal atau dikkutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Muhammad Reza Yusa H34066090
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Februari 1985, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Yusuf Bashir Ahmad dan Ibu Siti Syamsiah, S.sos. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PTP X Regional III Bandar Lampung (1989-1991), SDN Kartika Chandra Kirana-II Bandar Lampung (1991-1997), SMP Negeri 25 Bandar Lampung (1997-2000), dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2000-2003). Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa D3 Peternakan (TUTU) Institut Pertanian Bogor. Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor”, disusun berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal E-coFarm, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak E-coFarm sesuai dengan lingkungan usahanya. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha produk olahan susu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2011 Muhammad Reza Yusa
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai kemudahan dalam segala hal. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang dan do’a yang tak pernah putus selama penulis menempuh pendidikan. 2. Ir. Harmini MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, bantuan dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama yang berkenan memberikan saran dan masukannya. 4. Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen komite pendidikan yang memberikan saran dan masukannya. 5. Pihak E-coFarm atas kesediaannya untuk menjadi tempat penelitian dan kerja sama serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 6. Ratu Fika Hertaviani SPt atas dukungan, kesabaran, motivasi dan do’a yang di berikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. 7. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan I, khususnya teman-teman yang terus berjuang sampai akhir atas segala bantuan dan semangat yang diberikan. 8. Teman-teman dari Warkop Baraya dan warga Bateng yang telah bersedia menerima penulis dan memberikan dukungan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas do’a, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.
Bogor, Juli 2011 Muhammad Reza Yusa
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
vii
I.
II.
III.
IV.
V.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................
1 5 7 7 7
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah .................................................... 2.2. Susu ...................................................................................... 2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan .................... 2.4. Produksi Susu ....................................................................... 2.5 Susu Pasteurisasi..................................................................... 2.6. Yoghurt ................................................................................ 2.6.1. Tipe Yoghurt ............................................................. 2.6.2. Manfaat Yoghurt ....................................................... 2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt ....................................... 2.7. Penelitian Terdahulu ............................................................
8 8 9 10 10 11 12 12 14 15
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 3.1.1. Manajemen Strategis ................................................. 3.1.2. Perencanaan Strategis Bisnis .................................... 3.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ............................ 3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ................. 3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan .............. 3.2. Kerangka Operasional .........................................................
20 20 21 21 22 24 27
METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 4.2. Metode Penentuan Sampel ................................................... 4.3. Data dan Instrumentasi ......................................................... 4.4. Metode Pengumpulan Data .................................................. 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................... 4.5.1. Analisis SWOT ......................................................... 4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi ....................................
30 30 30 31 31 31 34
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm ............................. 5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ...................................... 5.3. Lokasi Perusahaan ................................................................
35 35 36
VI.
VII.
VIII.
5.4. Struktur Organisasi .............................................................. 5.5. Produk Perusahaan ..............................................................
37 38
ANALISIS LINGKUNGAN USAHA 6.1. Analisis Lingkungan Internal ............................................... 6.1.1. Manajemen ................................................................ 6.1.2. Pemasaran ................................................................. 6.1.3. Keuangan................................................................... 6.1.4. Produksi .................................................................... 6.1.5. Sumberdaya Manusia ................................................ 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ............................................ 6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh ......................................... 6.2.1.1. Faktor Ekonomi............................................ 6.2.1.2. Faktor Sosial ................................................ 6.2.1.3. Faktor Politik................................................ 6.2.1.4. Faktor Teknologi .......................................... 6.2.2. Analisis Lingkungan Industri .................................... 6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru .......... 6.2.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ............ 6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli ............. 6.2.2.4. Ancaman Produk Pengganti ......................... 6.2.2.5. Persaingan diantara Para Pesaing yang Ada
39 39 41 43 44 45 45 45 46 49 50 51 51 51 51 52 52 53
FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal ................................................... 7.1.1. Kekuatan Perusahaan ................................................ 7.1.2. Kelemahan Perusahaan ............................................. 7.2. Identifikasi Faktor Eksterrnal ............................................... 7.2.1. Peluang Perusahaan................................................... 7.2.2. Ancaman Perusahaan ................................................ 7.3. Analisis SWOT .................................................................... 7.4. Pemilihan Strategi ................................................................ FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 8.1. Kesimpulan .......................................................................... 8.2. Saran .....................................................................................
55 55 57 60 60 62 65 69 70 71
DAFTAR PUSTAKA
72
LAMPIRAN
75
iv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap PDB Atas Dasar Harga yang Berlaku (2005-2008) ................................................. 1 2. Komposisi Susu Sapi Segar .................................................................... 2 3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat (2003-2007) ...... 3 4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2004-2007 .................................................................................... 3 5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor (2006-2009) ..... 4 6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Per Bulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu (2007 dan 2008) ............................. 5 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan ............ 9 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Per 100 gram .................................. 13 9. Harga Jual Produk E-coFarm .................................................................. 42 10. PDRB Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor (2003-2007) .............................................................. 46 11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula (Januari 2008-Februari 2009) ..... 47 12. Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg) ........................ 48 13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita Per Bulan Tahun 2008 ............................................................................ 49 14. Identifikasi Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan ............................. 60 15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman .................................. 64
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ............................................. 20 2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri .................................................. 27 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ......................................... 29 4. Matriks SWOT ........................................................................................ 33 5. Struktur Organisasi E-coFarm................................................................. 37
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis SWOT ................................................................................ 75 2. Alternatif Strategi Analisis SWOT .................................................. 76 3. Kemasan Produk E-coFarm ............................................................. 77 4. Tempat Penyimpanan Produk ........................................................... 78 5. Kegiatan Produksi E-coFarm ............................................................ 79
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor
pertanian
memiliki
kontribusi
yang sangat
besar
dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh. Berdasarkan data BPS (2008), pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 180,6 trilyun atau 14,68% dari total PDB nasional. Salah satu bagian dari sektor pertanian adalah sub sektor peternakan yang juga memegang peranan penting dalam perekonomian nasional yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat terlihat dari persentase sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap PDB yang terus menunjukkan peningkatan hingga tahun 2008 yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun 2005-2008. Tahun No. Sektor/Subsektor 2005 2006* 2007** 2008*** Tanaman Bahan 6,54 6,42 6,78 7,94 1. Makanan 2. Tanaman Perkebunan 2,03 1,90 2,13 1,94 Peternakan dan 1,59 1,53 1,57 1,57 3. Hasilnya 4. Kehutanan 0,81 0,90 0,90 0,76 5. Perikanan 2,15 2,23 2,45 2,46 6. Pertanian 13,13 12,97 13,83 14,68 Produk Domestik Bruto 364.169,3 433.223,4 547.235,6 345.302,8 (Milyar Rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 Keterangan:
* Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Angka sangat sangat sementara
Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang signifikan di dalam pembangunan pertanian Indonesia. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, khususnya pasar domestik, yang akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Peningkatan pendapatan penduduk akan mendorong peningkatan permintaan
produk-produk peternakan. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat. Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008). Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena salah satunya didukung oleh perkembangan industri pengolahan komoditi peternakan. Salah satu komoditi yang dihasilkan peternakan adalah susu. Susu memiliki kandungan protein dan asam amino esensial yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Protein dan asam amino dibutuhkan sebagai komponen penghasil energi, sumber pembangun dan sumber pengatur tubuh, baik pada masa pertumbuhan maupun masa perkembangan, termasuk berfungsi sebagai nutrisi dalam perkembangan otak (brain developmental). Oleh karena itu asam amino serta protein harus tercukupi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat berlangsung secara optimal. Protein dan lemak susu mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena mengandung asam amino essensial seperti triptofan dan lysin yang tidak ditemukan dalam tumbuhan. Kualitas susu dapat dilihat dari komposisi susu yang dihasilkan. Kualitas susu juga sangat menentukan dalam penerimaan susu oleh konsumen dan menentukan dalam penetapan harga susu oleh industri pengolahan susu. Inovasi-inovasi dan terobosan baru dalam bidang peternakan diperlukan untuk mendapatkan kondisi peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan susu dengan kualitas yang baik. Komposisi susu menurut Buckle et al (1987) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Komposisi Susu Sapi Segar No 1 2 3 4 5
Jenis Kandungan Bahan Air Lemak Protein Laktosa Abu
Komposisi (%) 87,1 3,9 3,4 4,8 0,72
Sumber: Buckle et al (1987)
2
Data total produksi susu nasional tahun 2008 tercatat sebanyak 764.77 ton. Produksi tersebut dihasilkan dari sapi laktasi sebanyak 227.396 ekor dengan jumlah total populasi sapi sebesar 413.448 ekor (Departemen Perindustrian RI 2009). Produksi susu di Indonesia sebagian besar di Pulau Jawa. Tabel 3 menunjukkan data populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat yang cenderung meningkat. Tabel 3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2003-2007 Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton) 2003 95.513 207.854,79 2004 98.598 215.351,78 2005 92.755 201.852,85 2006 97.367 211.889,46 2007 103.489 225.212,15 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan 20081
Berdasarkan data pada Tabel 3, populasi sapi perah pada tahun 2007 mencapai 103.489 ekor dengan produksi susu sebanyak 225.212,15 ton. Populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat tersebut meningkat sebesar 6,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut data Departemen Pertanian tahun 2008, secara umum konsumsi susu dari subsektor peternakan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan data konsumsi susu dan laju pertumbuhan konsumsi susu di Indonesia. Tabel 4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2004-2007 Laju Pertumbuhan (dalam Tahun Konsumsi Susu (ribu ton) persen) 2004 957.575 -2005 845.744 -11,68 2006 1.854.744 119,37 2007 1.984.875 7,00 Sumber: www.deptan.go.id, 2008 (diolah)
1
www.ditjennak.go.id [27 Desember 2009]
3
Meskipun secara umum konsumsi susu nasional mengalami peningkatan, namun konsumsi susu per kapita per tahun di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2007 angka per kapita konsumsi susu di Indonesia hanya sebesar sembilan liter per kapita per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara lain di Asia diantaranya Malaysia mencapai 25,4 liter per tahun, Vietnam 10,7 liter per tahun2. Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009 Tahun Produksi Susu (Liter) Laju Pertumbuhan (%) 2006 9.038.816 2007 9.294.648 2.83 2008 10.422.075 12.34 2009 10.767.500 3.31 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat produksi susu yang terus meningkat sejak tahun 2006 sampai 2009. Meningkatnya produksi susu ini menandakan adanya perkembangan pada industri susu yang berada di Kabupaten Bogor bukan hanya pada tingkat peternakan sapi perah tetapi juga pada tingkat pengolahan susu. Dengan kata lain permintaan untuk susu dan produk olahannya meningkat. Meningkatnya permintaan akan suatu produk bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jumlah penduduk. Data BPS tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus bertambah. Pada tahun 2009, jumlah penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 4.477.344 jiwa, atau naik sekitar 3,15% dari tahun 2008. Pada Tabel 6, dapat dilihat adanya peningkatan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk telur dan susu di propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data tersebut, baik penduduk perkotaan maupun penduduk pedesaan mengalami peningkatan pengeluaran untuk produk telur dan susu pada tahun 2008 yaitu sebesar 13,29 persen dan 17,02 persen dibandingkan tahun 2007.
2
Konsumsi Susu Indonesia.http://www.fajar.co.id. [27 November 2009]
4
Tabel 6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Perbulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007 dan 2008 Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Penduduk Perkotaan Rp 14.405 Rp. 16.320 Penduduk Pedesaan Rp 6.275 Rp. 7.322 Perkotaan+Pedesaan Rp 11.048 Rp. 12.613 Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)
Peningkatan populasi dan produksi susu yang diiringi oleh peningkatan konsumsi susu menunjukkan bahwa produk susu memiliki peluang yang besar untuk terus dikembangkan khususnya di Jawa Barat. Hal ini disebabkan susu merupakan produk yang dibutuhkan oleh banyak orang yang meliputi berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, fungsi susu sebagai salah satu sumber bahan pangan yang kaya protein dan bergizi tinggi. Menurut Rahman et al (1992), susu mengandung berbagai komponen bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri, kapang maupun khamir. Akibat pertumbuhan berbagai jenis mikroba ini, maka susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak sehingga diperlukan suatu proses penanganan yang baik. Salah satu cara penanganan susu tersebut adalah dengan cara pengolahan. Produk susu olahan diantaranya susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang mengandung susu seperti keju dan mentega. Produk susu olahan tersebut banyak diminati masyarakat. Pada tahun 2008, konsumsi olahan dalam negeri mencapai 1.022.864 ton, dengan konsumsi per kapita sebesar 8,02 kg per tahun (Dinas Perindustrian RI 2009). 1.2. Perumusan Masalah Perkembangan usaha pengolahan susu sapi dalam negeri masih memiliki berbagai tantangan yang harus dihadapi sekaligus berbagai peluang yang harus dimanfaatkan. Tantangan yang harus dihadapi antara lain pengolahan susu yang masih tradisional dengan skala usaha yang kecil, keterbatasan modal usaha, dan wilayah pemasaran yang sangat kecil. Sedangkan kebutuhan dan konsumsi susu yang semakin tinggi setiap tahunnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan peternak.
5
Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput). Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 21 ekor, terdiri dari 14 ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Rata-rata produksi susu segar yang dihasilkan E-coFarm sebanyak 60-80 liter perhari. Produk yang dihasilkan dan dijual oleh E-coFarm tidak hanya susu segar tetapi juga produk olahan susu berupa susu pasteurisasi, yoghurt, dan puding. Produk berupa susu segar sebagian dijual ke D-Farm Fapet IPB dan beberapa konsumen lain yang memiliki usaha pengolahan susu yang berskala rumah tangga. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk membuat produk olahan yang kemudian dijual di wilayah Kampus IPB. E-coFarm memiliki harapan untuk bisa memproduksi dan menjual lebih banyak produk olahan. Usaha pengolahan sendiri memiliki manfaat untuk mendapatkan nilai tambah dari susu murni yang dihasilkan. Tetapi pada kenyataannya sampai saat ini E-coFarm belum mampu untuk memenuhi harapannya dalam hal memproduksi lebih banyak produk dan memperluas wilayah pemasaran. E-coFarm yang wilayah pemasarannya hanya disekitar Kampus IPB ini, memproduksi produk olahan berdasarkan stok yang tersedia. Dengan demikian, E-coFarm tidak bisa meningkatkan produksi produk olahannya walaupun E-coFarm memiliki bahan baku utama yaitu susu segar yang cukup banyak. Sebagai contohnya, E-coFarm rata-rata hanya menggunakan 76 liter susu per bulan untuk menghasilkan 140 liter yoghurt, sedangkan E-coFarm mampu memproduksi susu segar sebanyak 60-80 liter perhari. Selain itu E-coFarm belum memiliki tempat penyimpanan susu yang memadai. Susu segar yang dihasilkan harus segera diolah atau disimpan di mesin pendingin agar susu tidak rusak. Kondisi inilah yang menyebabkan E-coFarm tidak memiliki pilihan selain menjual susu segarnya ke konsumen yang juga melakukan usaha pengolahan susu.
6
Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah: 1.
Faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap usaha E-coFarm, Darmaga-Bogor?
2.
Bagaimana alternatif dan prioritas strategi yang tepat untuk di terapkan pada pihak E-coFarm sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha E-coFarm. 2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak E-coFarm. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak diantaranya: 1.
Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.
2.
Bagi E-coFarm, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif perumusan strategi pengembangan usaha sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3.
Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi studi lingkungan usaha dan penyusunan strategi pengembangan melalui analisis faktorfaktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh E-coFarm. Penelitian ini hanya sampai pada formulasi dari manajemen strategis. Sedangkan untuk tahap implementasi strategi merupakan wewenang manajemen perusahaan. 7
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah Berdasarkan skala usahanya peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan menjadi perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono, 1999). Perusahaan peternakan merupakan peternakan yang dikelola oleh suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta sudah menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Sedangkan peternakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha taninya, sehingga sifat pengelolaannya masih tradisional dengan kepemilikan sapi perah kurang dari 20 ekor. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan sapi perah adalah pada pemberian pakan. Sapi perah dapat berproduksi tinggi jika mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga menghasilkan susu yang optimal. Cara pemberian pakan yang salah dapat menyebabkan
penurunan
produksi,
gangguan
kesehatan
bahkan
bisa
menyebabkan kematian (Sudono et al. 2003). Sudono (1999), menyatakan ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, yaitu: 1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap 2. Sapi perah merupakan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori 3. Memberikan jaminan pendapatan 4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun 5. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi perah sebagai pupuk. 2.2. Susu Menurut Edelsten (1988), secara umum susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan yang menyusui anaknya. Rahman et al. (1992) menambahkan, secara kimia susu didefinisikan sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam, mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Menurut
SNI No 01-3141-1998 (Dewan Standardisasi Nasional 1998) susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. 2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana pemberian pakan (Sudono et al. 1999). Menurut Imelda dan Edward (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu air susu yang dihasilkan antara lain kondisi sapi, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar serta pakan yang diberikan. Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan Produksi Air Susu (liter) 5 5-10 10-20 20-40
Frekuensi Pemerahan (kali) 1 2 3 4
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2002)
Frekuensi atau banyaknya dilakukan pemerahan setiap hari pada sapi ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan, pemberian pakan, pemeliharaan dan tenaga kerja. Produksi susu bertambah dengan meningkatnya frekuensi pemerahan, bahkan hal ini terjadi juga pada sapi yang produksi susunya rendah. Frekuensi pemerahan pada umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jika jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu pada sore hari. Pada saat dilakukan pemerahan, ambing dan tangan atau alat pemerah harus bersih agar susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono et al. 2003).
9
Susu segar yang baru diperah harus segera mendapatkan penanganan karena sifatnya yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk menampung susu disebut milk can. Sebelum dimasukkan ke dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran seperti bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu. Pendinginan susu pada suhu 4°C yang bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak mudah berkembang biak (Sudono et al. 2003). 2.4. Produksi Susu Produksi susu di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan dan permintaan konsumen. Hal ini antara lain disebabkan jumlah/populasi ternak yang masih kurang, selain daya produksi susu per ekor yang belum mencapai titik optimum (Sudarwanto 1999). Rataan produksi susu sapi Fries Holstein (FH) adalah 10.209,96 Kg per laktasi. Total produksi susu umumnya bertambah untuk bulan pertama setelah melahirkan, kemudian perlahan-lahan berkurang pada bulan laktasi berikutnya (Ensminger dan Tyler 2006). Sebagaimana yang dinyatakan Schmidt (1971) sebelumnya bahwa produksi susu relatif banyak dan akan bertambah empat sampai enam minggu setelah melahirkan, kemudian produksi susu menurun sampai berakhirnya periode laktasi. Menurut Sudono et al. (2003), produksi susu sapi FH di Amerika serikat rata-rata 7.425 kg per laktasi dan di Indonesia 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3.050 kg per laktasi. 2.5. Susu Pasteurisasi Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku dengan suhu dibawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan pangan seperti susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh sebab itu, proses ini sering diikuti teknik lain misalnya pendinginan dan pemberian gula. Produk pasteurisasi bila disimpan dalam suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat tahan selama 1 minggu. Pasteurisasi memiliki tujuan diantaranya adalah membunuh bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia, memperpanjang daya simpan, menimbulkan citarasa yang lebih baik, dan dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase yang membuat susu cepat rusak.
10
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan dengan menggunakan metode high temperature short time. Suhu saat dilakukan pemanasan berkisar antara 71oC sampai 75oC agar dapat mematikan bakteri penyebab penyakit. Pada suhu 4oC susu pasteurisasi dapat bertahan selama 5-7 hari. Susu pasteurisasi memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, mencegah osteoporosis, mencegah kangker usus, membatu proses pertukaran zat dalam tubuh, sebagai sumber vitamin, lemak dan protein. 2.6. Yoghurt Menurut Rahayu dan Sudarmadji (1998), yoghurt adalah bahan pangan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat tersebut mengahasilkan bentuk atau konsistensi yang menyerupai pudding. Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman dari beberapa abad yang lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas, sekitar 40°-50°C. Dalam pembuatan yoghurt secara alami, susu yang akan difermentasi dipanaskan sampai 90°C selama 15-30 menit, kemudian didinginkan sampai 43°C, diinokulasi dengan 2% kultur campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan dibiarkan pada suhu ini selama kira-kira 3 jam sampai tercapai keasaman yang dikehendaki 0,85-0,90% dan pH 4,0-4,5. Kemudian produk didinginkan sampai 5°C untuk dikemas (Buckle et al. 1987). Tahapan
pemanasan
ini
akan
membunuh
organisme
pencemar,
menurunkan potensi redoks campuran tersebut dan menghasilkan faktor-faktor dan kondisi menguntungkan untuk perkembangan bakteri yang dimasukkan sebagai inokular. Pemanasan juga menyebabkan denaturasi sifat protein whey dan perubahan menjadi casein yang memberi konsistensi yang lebih baik dan lebih seragam pada produk akhir (Buckle et al. 1987). Saat ini minuman Yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan 11
untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara diantaranya adalah Jugurt (Turki), Dahee (India), Fiilmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja (Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba (Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia), Filli (Finlandia), dan Leban (Libanon) (Rahman et al. 1992). 2.6.1 Tipe Yoghurt Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan metode pembuatannya tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya tidak berubah. Sedangkan pada pembuatan stirred yoghurt, proses fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar kemudian proses pengemasan dilakukan setelah inkubasi sehingga memungkinkan koagulannya pacah atau rusak sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Rahman et al. 1992). Selain klasifikasi yoghurt berdasarkan metode pembuatannya, menurut Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang telah dimodifikasi antara lain: a. Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya b. Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku c. Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein d. Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24% atau yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90-94%. 2.6.2. Manfaat Yoghurt Yoghurt mengandung kalori, protein, karbohidrat, kalsium dan potasium lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya lebih rendah. Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya, tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek dan
12
mineral besi. Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam fermentasi, sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komplek. Hasil analisis kandungan gizi susu dan yoghurt dalam Tamime dan Robinson (1989) dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt per 100 g No Kandungan (unit/ 100g Susu 1 Kalori 67,5 2 Protein (g) 3,5 3 Lemak (g) 4,25 4 Karbohidrat (g) 4,75 5 Calsium (mg) 119 6 Sodium (mg) 50 7 Potasium (mg) 152
Yoghurt 72 3,9 3,4 4,9 145 47 186
Sumber : Tamime dan Robinson (1989)
Yoghurt dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia. Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu melancarkan pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100 triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagai flora usus (Winarno 1997). Menurut Winarno (1997), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu yang dapat digolongkan ke dalam kelompok yang membantu kesehatan dan kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan (patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan sakit. Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan, sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci, Enterococci dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu menstimulasi respon imunitas sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai penyakit infeksi dapat ditangani. Menurut
Robinson
(1999),
terdapat
beberapa
efek
kesehatan
(Theraupeticpurpose) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu
13
fermentasi, yaitu: memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi srtess, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah. Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan kekurangan enzim pencerna yaitu laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno (2002), susu yang telah mengalami fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada dan tersisa sekitar 75 persen, sehingga penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk fermentasi susu dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan. 2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt. Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula, pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi (Tamime dan Robinson 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata. Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk mesin homogen (Tamime dan Robinson 1989). Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorpsi lemak terhadap misel kasein menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran lebih homogen (Tamime dan Robinson 1989). Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C
selama 15 menit. Proses
pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk 1) mendenaturasi whey protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan kental, 2) 14
menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, 3) mengurangi jumlah O2 dalam susu yang secara normal bersifat mikroaerofilik sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan 4) merusak protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson 1989). Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu pasca pasteurisasi secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt yang ditambahkan. Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (Tamime dan Robinson 1989). Tahap terakhir adalah inkubasi yang merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur
susu yang yang
menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6. Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang kemudian disimpan pada suhu dingin (Tamime dan Robinson 1989). 2.7. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Indriyani (2009), yaitu meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, Desa Benteng Ciampea, Bogor-Jawa Barat). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak perusahaan dengan kondisi lingkungan usaha, serta menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yoghurt yang dapat diterapkan oleh Dafarm. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
15
mengetahui lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sedangkan analisis kuantitatif digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM. Berdasarkan analisis lingkungan usaha, lingkungan Dafarm terbagi menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama Dafarm yaitu produk bersertifikat halal dan memiliki mutu yang relatif baik, sedangkan kelemahan utamanya adalah produk belum memiliki izin dari BPOM dan labelisasi kemasan yang belum lengkap. Pada lingkungan eksternal faktor-faktor yang menjadi peluang utama adalah permintaan produk yang seluruhnya terpenuhi, dan yang menjadi ancaman utamanya adalah potensi persaingan industri yoghurt yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis IFE, EFE, matriks IE dan SWOT, maka diperoleh delapan alternatif strategi pengembangan usaha bagi Dafarm. Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan usaha bagi Dafarm adalah sebagai berikut: 1) melengkapi label produk dan mengurus perizinan ke BPOM, 2) merekrut manajer profesional, 3) meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan kerja sama dengan peternak mitra untuk memenuhi seluruh permintaan, 4) mempertahankan harga jual produk dan terus berupaya meningkatkan mutu produk, 5) meningkatkan pelayanan kepada pelanggan (distributor), 6) menciptakan diferensiasi produk, 7) melakukan promosi dan sosialisasi manfaat yoghurt secara intensif dan 8) memperluas wilayah pemasaran. Penelitian yang dilakukan oleh Risman (2009) yaitu mengenai Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Daru Fallah Kecamatan Ciampea. Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian IE yang menunjukkan kuadran V (bertahan dan memelihara) Kajian Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Soleh (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dan merumuskan alternatif strategi yang tepat dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Metode analisis yang digunakan antara lain analisis deskriptif usaha peternakan
16
sapi perah, dan analisis strategi pengembangan usaha ternak. Proses penyusunan strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap pemasukan data, tahap pemaduan data dan tahap keputusan. Alat yang dipakai untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan alat untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi usaha digunakan analisis SWOT serta untuk memprioritaskan strategi alat yang digunakan adalah QSPM. Alternatif strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi berdasarkan analisis SWOT adalah meningkatkan skala usaha, memperbaiki manajemen usaha, membuat diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, mempermudah akses permodalan dan memperkuat peran kelompok ternak. Berdasarkan hasil analisis QSPM diperoleh urutan strategi yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan. Urutan prioritas strategi tersebut adalah meningkatkan skala usaha, membuat diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, memperbaiki manajemen usaha, membuka akses ke perbankan untuk meningkatkan permodalan, dan memperkuat fungsi kelompok ternak. Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi dilakukan oleh Tagor (2004). Penelitian tersebut dilakukan pada Firma Surya Dairy Farm yang berlokasi di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan, merumuskan strategi usaha yang dapat di terapkan bagi perusahaan dan memilih perioritas strategi yang paling tepat diterapkan oleh Firma Surya Dairy Farm. Alat yang dipakai untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, untuk mengetahui jenis strategi yang baik bagi perusahaan digunakan matriks IE, untuk menyusun strategi yang cocok digunakan matriks SWOT, serta untuk memprioritaskan strategi alat yang digunakan adalah QSPM. Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Firma Surya Dairy Farm adalah krisis ekonomi yang berangsur-angsur pulih di Indonesia, konsumsi masyarakat akan susu olahan cair, daerah pemasaran produk yang masih luas, tersedianya tenaga kerja yang potensial, perkembangan tingkat harga produk susu cair olahan, serta pasokan bahan baku yang kontinyu. Ancaman perusahaan adalah kondisi
17
politik dan keamanan negara yang tidak stabil, banyaknya produk substitusi di pasar, pasokan susu segar impor yang lebih berkualitas, dan perkembangan jenis penyakit pada hewan ternak sapi perah. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah produk yang berkualitas, lokasi kantor pemasaran yang strategis, pelayanan konsumen yang sudah baik, pertumbuhan laba bersih usaha dalam 5 tahun terakhir, kemampuan memberikan kesejahteraan yang relatif memadai bagi karyawan, dan pengalaman perusahaan yang lebih dari 37 tahun. Kelemahan yang dimiliki adalah sifat produk yang mudah rusak, kurangnya promosi, produksi belum optimal, jangkauan pemasaran yang masih terbatas, dan teknologi produksi yang relatif sederhana. Hasil analisis menggunakan matriks IE menunjukkan strategi perusahaan yang paling tepat adalah strategi hold and maintain. Kemudiah setelah menghasilkan strategi, maka urutan strategi bagi Firma Surya Dairy Farm adalah memelihara kualitas serta mutu pelayanan kepada konsumen, mengoptimalkan litbang untuk menghasilkan diversifikasi produk, mengoptimalkan volume produksi serta melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, memantapkan pijakan pasar pada daerah pemasaran yang sudah ada serta memperluas jaringan distribusi pemasaran, merekrut karyawan sebagai staf pemasaran serta meningkatkan kerja divisi pemasaran, dan melakukan kegiatan promosi melalui iklan secara gencar dan efektif. Mahmud (2002), meneliti tentang strategi pemasaran produk susu cup. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Pangalengan Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari bauran pemasaran produk susu cup yang telah dilakukan ole KPBS Pangalengan, mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal usaha produk susu cup, dan mengajukan alternatif strategi pemaaran dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi usaha. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode SWOT (Strenght, Weekness, Opportunity, Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis daur hidup produk , KPBS memiliki perkembangan volume penjualan dan waktu. Volume penjualan produk susu memiliki nilai yang terus meningkat sejak mulai diproduksi pada tahun 1997, hingga akhir tahun 2000.
18
Sampai dengan akhir tahun 2000, perusahaan berada pada tahap pertumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alternatif strategi pemasaran berupa diversifikasi dari segi rasa, menetapkan harga yang terjangkau bagi konsumen, penjualan melalui toko-toko atau supermarket, dan strategi promosi melalui promosi langsung kepada konsumen. Manfaat ekonomis yang dirasakan adalah sebanyak 80 persen responden berpendapat bahwa harga beli susu oleh KPBS lebih tinggi daripada di luar. Setelah adanya produk susu cup, sebanyak lebih dari 80 persen menyatakan volume susu yang disetorkan sama. Semua responden menyatakan pendapatan meningkat karena harga beli susu oleh koperasi semakin meningkat. Manfaat dari segi sosial adalah sebanyak 66,7 persen menyatakan puas atas pelayanan koperasi. Sebanyak 60 persen responden menjawab pernah mendapatkan pembinaan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ternak. Sedangkan yang berpendapat pernah melakukan kerjasama dengan anggota lain sebanyak 44,3 persen. Dalam partisipasi anggota sebanyak 13,3 persen menyatakan selalu hadir, 66,7 persen tidak selalu hadir dan 20 persen tidak pernah hadir. Dari segi permodalan sebanyak seratus persen membayar simpanan pokok dan simpanan wajib secara teratur. Sebanyak 43,3 persen memiliki simpanan sukarela. Serta sebanyak 76,67 persen responden pelanggan tetap koperasi.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategis Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengambangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk mengoptimalkan kecenderungan sekarang untuk masa datang (David 2006). Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri atas tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi, dengan alur proses manajemen strategi seperti terlihat pada Gambar 1.
Menjalankan Audit Eksternal
Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Merumuskan, Mengevaluasi dan Memilih Strategi
Implementasi Strategi-Isu Manajemen
Implementasi Strategi Isu-isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Penelitian dan Pengembangan, Sistem Informasi Manajemen
Menjalankan Audit Internal
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategi (David 2006)
Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
3.1.2. Perencanaan Strategi Bisnis Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu: 1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan harus dialokasikan dengan tepat. 2. Perusahaan
mengevaluasi
setiap
unit
usaha
secara
tepat
dengan
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan dalam pasar tersebut. 3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan sumberdayanya. 3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh personel perusahaan. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan misi merupakan penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 2008). Visi diperlukan untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif, visi bersama antara manajer dan karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat mengangkat pekerja dari 21
kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan ancaman (David, 2006). Tujuan perusahaan menerjemahkan pernyataan misi ke dalam sasaran organisasi yaitu berfokus pada kinerja, khususnya kinerja yang dapat diukur. Dalam menetapkan tujuan, organisasi memformulasikan metodemetode tentang pengejaran misi yang dapat diukur. Misi mengartikulasi tentang perusahaan yang sebenarnya dan apa yang dapat dicapai. Misi timbul bukan sebagai suatu konsep tetapi sebagai suatu pernyataan. Pernyataan misi perusahaan menyajikan suatu artikulasi tentang sasaran umum ke dalam tema utama strategi perusahaan. Pernyataan misi mencerminkan pernyataan strategi perusahaan yang luas dan merupakan alat penting untuk ahli strategi. Pernyataan misi yang jelas diperlukan sebelum strategi alternatif dapat dirumuskan dan diimplementasikan. Pernyataan misi yang baik mengungkapkan pelanggan, produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk bertahan hidup, falsafah, konsep, pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran untuk karyawan (David, 2006). 3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006). 1.
Faktor Manajemen Faktor manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, pengontrolan, dan pengendalian. Perencanaan mencakup semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian termasuk dalam semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. 22
Pemotivasian adalah termasuk usaha yang diartikan untuk membentuk tingkah laku manusia. Sedangkan pengendalian merujuk pada semua aktivitas yang diarahkan yang memastikan hasil dan dapat konsisten dengan hasil yang diharapkan. Agar setiap fungsi dalam manajemen dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka diperlukan koordinasi yang baik dan efesien. Koordinasi fungsional harus ditingkatkan apabila berbagai unit organisasi menjadi lebih sering tergantung, ukuran dan fungsinya menjadi lebih luas agar organisasi dapat mencapai sasarannya. 2.
Faktor Pemasaran dan Distribusi Pemasaran dan distribusi adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
penyediaan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian. Pemasaran dan distribusi memerlukan analisis pelanggan, riset pemasaran, biaya input dan produksinya, perencanaan pengembangan produk, penetapan harga dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi, serta tanggungjawab sosial dan lingkungan. 3.
Faktor Keuangan dan Akuntansi Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari
posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dan sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan usaha. Sistem keuangan harus dikelola dengan baik, sehingga seluruh dana dapat diedarkan ke semua bagian kegiatan. Kelebihan atau kekurangan dana menandakan kurang tepatnya pengelolaan sistem keuangan (David, 2006). 4.
Faktor Produksi Faktor produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang
mengubah masukkan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi menangani masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antara industri dan pasar. Aktivitas dalam memproduksi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan modal. Faktor produksi terdiri dari proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam faktor produksi akan menentukan sukses atau gagalnya perusahaan.
23
5.
Faktor Penelitian dan Pengembangan Perusahaan yang dikelola dengan baik akan berusaha mengatur aktivitas
penelitian dan pengembangan (litbang) dengan cara memecahkan keterisolasian litbang dari bagian perusahaan yang lain dan mendorong semangat kemitraan antara manajer litbang dan manajer lain dalam perusahaan. Organisasi melakukan investasi dalam litbang karena investasi tersebut dapat mengarah pada barang atau jasa superior dan mendapat keunggulan bersaing. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses manufaktur untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat. 6.
Faktor Sistem Informasi Informasi mengikat semua fungsi bisnis menjadi dasar untuk semua
keputusan manajerial. Informasi mewakili sumber utama keunggulan dan kelemahan bersaing. Tujuan sistem informasi adalah memperbaiki prestasi perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan manajerial, karena organisasi menjadi lebih kompleks, terdesentralisasi, dan tersebar secara global, sehingga faktor sistem informasi menjadi sangat penting. Sistem informasi merupakan sumberdaya strategi utama, mengikuti perubahan lingkungan, mengenali ancaman persaingan, dan membantu dalam implementasi, evaluasi dan mengendalikan strategi. 3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Menurut David (2006), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan, sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: 1)
Lingkungan Jauh Perusahaan Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri
dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan 24
dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya, demografi, teknologi atau sering disebut PEST. a. Faktor Politik Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program perpajakan, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif dan berbagai tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Faktor politik dapat memberikan dan menjadi peluang atau ancaman bagi suatu perusahaan. b. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan erat dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat
suatu
perusahaan
beroperasi.
Pola
konsumsi
dipengaruhi
oleh
kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strateginya perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang mempengaruhi industri. Faktor-faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan adalah tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan (disposable income), kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju inflasi serta kecenderungan pertumbuhan pendapatan nasional bruto (PNB) (Pearce dan Robinson 1997). c. Faktor Sosial Budaya Kekuatan sosial selalu berubah sebagai akibat upaya seseorang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Perubahan sikap sosial diiringi dengan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang dan jasa. Perusahaan harus dapat memanfaatkan perubahan kekuatan sosial sebagai peluang untuk melakukan ekspansi. Berbagai faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan antara lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup masyarakat di lingkungan ekstern perusahaan, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik.
25
d. Faktor Teknologi Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industri untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat memberikan peluang berupa membuka pasar dan produk yang canggih, dan dapat berupa ancaman terhadap fasilitas produksi. 2)
Lingkungan Industri Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan
aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter (1997), keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok, yang diperlihatkan pada Gambar 3. Gabungan dari kelima kekuatan ini menentukan potensi laba akhir dalam industri. Lima kekuatan persaingan yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawaarmenawar pemasok (suppliers), serta persaingan di antara para pesaing yang ada. Kelima hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa persaingan dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada. Kelima kekuatan persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampuan dalam industri, atau kekuatan yang paling besar akan menentukan serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi (Porter 1997). Menurut David (2006), persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Kelima kekuatan persaingan menurut Porter (1997) ditunjukkan pada Gambar 2.
26
Ancaman Pendatang baru yang potensial
Pesaing Industri Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Kekuatan Tawar-menawar Pembeli Persaingan di antara perusahan yang telah ada
Ancaman Produk pengganti (subtitusi)
Gambar 2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri (Sumber : Porter 1997) 3.2. Kerangka Operasional Unit Peternakan E-coFarm memiliki usaha pengolahan susu yang cukup berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun di sisi lain unit usaha ini harus menghadapi persaingan usaha dan berbagai kondisi yang ada dalam lingkungan internal maupun eksternal. Potensi E-coFarm yang belum dimaksimalkan dan diiringi dengan permasalahan internal yang muncul menjadi salah satu alasan mengapa analisis strategi pengembangan usaha perlu dilakukan. Langkah awal yang dilakukan untuk memformulasikan strategi adalah mengidentifikasi
visi,
misi
dan
tujuan
organisasi.
Perumusan
strategi
pengembangan usaha selanjutnya akan dikaji berdasarkan kondisi eksternal dan internal E-coFarm. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Perumusan strategi dilakukan dengan menggunakan tiga tahap yang teridiri atas tahap pertama yang merupakan tahap input (input stage), tahap dua merupakan tahap pencocokkan (matching stage), dan tahap terakhir adalah tahap keputusan (decision stage).
27
Tahap pertama dalam kerangka kerja perumusan strategi adalah dengan mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pada tahap kedua digunakan matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi. Tahap ketiga adalah menentukan prioritas alternatif strategi yang tepat untuk bisa digunakan oleh perusahaan. Secara lengkap kerangka pemikirian operasional penelitian dijelaskan pada Gambar 3.
28
Unit Petenakan E-coFarm
E-coFarm belum mampu memaksimalkan usahanya
Dibutuhkan Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan Unit Peternakan E-coFarm
Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal E-coFarm
Identifikasi Lingkungan Eksternal: 1. Lingkungan Jauh (ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik) 2. Faktor Lingkungan Industri Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Ancaman Produk Pengganti Ancaman Pendatang Baru Persaingan dalam Industri
Identifikasi Faktor-faktor Internal: Manajemen Pemasaran dan Distribusi Faktor Keuangan dan Akuntansi. Produksi Sumber Daya Manusia
Kekuatan dan Kelemahan
Peluang dan Ancaman
Matriks SWOT
Alternatif Strategi
Prioritas Strategi Pengembangan
Strategi Pengembangan Usaha
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
29
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di E-coFarm (Education Corporate Farming) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor. EcoFarm bergerak dibidang penjualan dan pengolahan susu segar. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa E-coFarm merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam penjualan dan pengolahan susu segar dibawah naungan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Selain itu pertimbangan lain berupa adanya ketersediaan data yang dibutuhkan dan kesediaan manajemen perusahaan
menjadikan
perusahaan
tersebut
sebagai
lokasi
penelitian.
Pengumpulan data dilakukan sejak Desember 2009 sampai Mei 2010. 4.2. Metode Penentuan Sampel Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Menurut david (2006), dalam analisis ini untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya. Responden adalah orang-orang yang mengenal betul dinamika dan keadaan bisnis yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua orang responden yang berasal dari internal dan eksternal yaitu manajer lapang E-coFarm dan pesaing terdekat pada unit usaha yaitu D-Farm. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. 4.3. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan (E-coFarm) baik dari hasil wawancara dan dari hasil observasi langsung yaitu dengan melihat dan mengamati situasi perusahaan, mengumpulkan dan mencatat data penjualan produksi susu. Data primer berupa faktor-faktor strategis internal dan eksternal diperoleh dengan cara wawancara menggunakan responden sebagai narasumber. Narasumber dalam pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal dipilih
dari pihak perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden tersebut adalah dengan anggapan bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan. Wawancara juga dilakukan dengan pesaing terdekat untuk membandingkan kondisi eksternal usaha. Data sekunder dapat diperoleh dari beberapa buku yang terkait dengan penelitian, studi pustaka, literatur dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, jurnal dan artikel. Data sekunder berupa pendukung penelitian melalui penelitian-penelitian sebelumnya dapat diperoleh dari skripsi sebelumnya dan browsing internet guna mencari data yang mendukung penenlitian. 4.4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai Mei 2010 di E-coFarm (Fapet IPB). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode observasi langsung, wawancara, studi pustaka, literatur dari BPS, Ditjen Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, jurnal dan arikel serta browsing internet. 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Tujuan metode deskriptif adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yaitu menggunakan analisis SWOT dalam penentuan alternatif strategi. 4.5.1. Analisis SWOT Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu menganalisis peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Untuk menentukan
31
faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman dilakukan wawancara interatif dengan pihak perusahaan. Pada proses awal wawancara peneliti berusaha mencari informasi keadaan internal diantaranya mengenai manajemen, pemasaran dan distribusi, keuangan dan akuntansi, produksi dan sumberdaya manusia. Setelah informasi tersebut terkumpul kemudian peneliti membuat daftar faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan yang kemudian dikonfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan dengan tujuan memastikan bahwa
daftar
kekuatan
dan
kelemahan
yang
dibuat
tersebut
sudah
menggambarkan kondisi internal perusahaan. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perusahaan berdasarkan lingkungan jauh dan lingkungan industri. Pada tahapan ini peneliti memberikan panduan secara umum tentang faktor-faktor yang ada didalam lingkungan jauh dan lingkungan industri. Kemudian pihak perusahaan memberikan penjelasan tentang pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap perusahaan. Dari hasil penjelasan yang didapat peneliti membuat daftar peluang dan ancaman yang kemudian di konfirmasikan kembali dengan pihak perusahaan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak pesaing terdekat untuk mendapatkan informasi apakah faktor yang menjadi peluang dan ancaman pada E-coFarm juga berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan pihak pesaing. Setelah mendapatkan data peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT. Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan bagi para manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahanpeluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik (David 2006). Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan. Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi
32
kelemahan-peluang
bertujuan
untuk
memperbaiki
kelemahan
dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang pasti selalu menghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan. Matriks SWOT menampilkan sembilan sel, yaitu empat sel faktor kunci yang menentukan, empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci yang diberi nama S, W, O, dan T, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi yang diberi nama dengan Penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 4. Faktor-faktor Internal Faktor-faktor Eksternal Peluang (O) Daftar peluang-peluang
Ancaman (T) Daftar ancaman-ancaman eksternal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Daftar kekuatan
Daftar kelemaha
Strategi S-0
Strategi W-O
Membuat strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi S-T
Membuat strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan Strategi W-T
Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Gambar 4. Matriks SWOT
Membuat strategi yang meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Sumber: David (2006)
Berdasarkan Gambar 4. diperoleh delapan langkah dalam menyusun matriks SWOT, yaitu: 1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan 2. Menentukan faktor-faktor ancaman organisasi atau perusahaan 3. Menentukan faktor-faktor kekuatan organisasi atau perusahaan 4. Menentukan faktor-faktor kelemahan organisasi atau perusahaan
33
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O. Catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan. 6. Mencocokkan
kelemahan
internal
dengan
peluang
eksternal
untuk
mendapatkan strategi W-O. Catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan. 7. Mencocokkan
kekuatan
internal
dengan
ancaman
eksternal
untuk
mendapatkan strategi S-T. Catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 8. Mencocokkan
kelemahan
internal
dengan
ancaman
eksternal
untuk
mendapatkan strategi WT. Catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan. 4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi Penentuan alternatif strategi ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan manajer perusahaan. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui alternatif strategi yang bisa dijalankan oleh perusahaan dengan mengacu pada hasil analisis SWOT, kemudian menentukan alternatif strategi yang mungkin untuk terlebih dahulu dijalankan secara berurutan.
34
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput). Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 20 ekor, terdiri dari 14 ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Jumlah pegawai yang sekarang bekerja di E-coFarm berjumlah 10 orang yaitu 1 orang penanggung jawab, 1 orang manajer, 6 orang bagian peternakan dan 2 orang tenaga kerja bagian pengolahan dan pemasaran. Produksi rata-rata susu segar yang dihasilkan EcoFarm sebanyak 60-80 liter perhari. E-coFarm merupakan kegiatan usaha peternakan dalam kawasan pendidikan yang melibatkan peternak sebagai pelaku bisnis atau peserta pembelajaran dan menitikberatkan pada proses pendidikan dengan semua kegiatan yang berbasis pada penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia peternakan yang semakin berkualitas. Program yang direncanakan dalam EcoFarm meliputi program pembelajaran bagi peternak pada fasilitas produksi Fakultas Peternakan (IPB) dan program usaha unit produksi yang dilakukan oleh peternak atau calon peternak yang akan dikembangkan. Dengan berbagai potensi yang dimiliki, seperti ketersediaan bahan baku dan sumberdaya peternak (tenaga kerja), E-coFarm memiliki peluang untuk menjadi salah satu sentra pengolahan susu sapi bukan hanya di lingkungan kampus IPB tetapi juga di daerah Bogor. 5.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Adapun visi dan misi yang terdapat dalam program Education Corporate Farming (E-coFarm) adalah: 1.
Pendidikan (Education); program ini menitikberatkan pada proses pendidikan yang digambarkan dengan semua kegiatan yang berbasis pada penelitian dan output utamanya adalah sumberdaya manusia peternakan yang semakin berkualitas,
2.
Perusahaan (corporate); semua alokasi sumberdaya ditujukan untuk mencapai keuntungan maksimal yang menitikberatkan pada entitas manajemen profesional, dan
3.
Budidaya (farming); kegiatan yang dijadikan penggerak keberlanjutan program, sekaligus dijadikan dasar tolok ukur keberhasilan. Beberapa Tujuan dari E-coFarm adalah :
1.
Meningkatkan kemampuan bisnis peternak dan memperbaiki pendapatan peternak,
2.
Mencetak peternak baru yang memenuhi standar dan kualifikasi yang diharapkan untuk menjalankan unit usaha peternakan,
3.
Meningkatkan kompetensi Mahasiswa dan Dosen Fakultas Peternakan (IPB) dibidang peternakan melalui real lesson learn process,
4.
Mengembangkan sistem komunikasi dua arah antara peternak, Perguruan Tinggi dan Pemerintah dalam upaya mengembangkan IPTEK dan model pembinaan,
5.
Mengembangkan pasar potensial di kawasan Perguruan Tinggi dan sekitarnya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi civitas akademika dan pegawai Perguruan Tinggi (IPB) terhadap produk pangan asal hewan, dan
6.
Membangun jaringan kerjasama antara Departemen Pertanian (Direktorat Jenderal Peternakan) dan Departemen Pendidikan Nasional dalam rangka membangun SDM yang tangguh dan berdaya saing tinggi. E-coFarm bertindak sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
kompetensi peternakan dalam bidang pengembangan sapi perah dan produksi susu segar serta hasil olahannya. 5.3. Lokasi Perusahaan Unit usaha E-coFarm terletak di Jalan Kayu Manis Blok A, Kampus IPB Darmaga-Bogor. Lokasi ini terletak di dalam wilayah laboratorium lapangan Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
36
5.4. Struktur Organisasi Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan hubungan tanggung jawab dan wewenangan yang ada pada perusahaan. Awal mula berdirinya EcoFarm bermula dari Fakultas Peternakan IPB mengadakan kerja sama dengan Departemen Pertanian dalam upaya menggairahkan usaha peternakan khususnya sapi perah. Fakultas peternakan bertanggung jawab atas terlaksananya usaha ini kepada Deptan. Dalam rangka menjalankan usaha ini, Dekan Fakultas Peternakan menunjuk seorang penanggung jawab langsung E-coFarm untuk bisa menjalankan usaha ini dengan baik. Penanggung jawab E-coFarm dibantu oleh seorang manager yang berfungsi untuk menggerakan beberapa divisi yaitu ; divisi produksi, divisi pengolahan, divisi pakan, dan divisi pemasaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. Berikut dibawah ini:
Dekan Fakultas Peternakan
Departemen Pertanian
Penanggung Jawab Unit Usaha E-coFarm
Manager
Divisi Produksi
Divisi Pengolahan
Divisi Pakan
Divisi Pemasaran
Gambar 5. Struktur Organisasi E-coFarm
37
5.5. Produk Perusahaan E-coFarm saat ini menjual susu segar dan produk olahannya. Produk hasil pengolahan yang dilakukan oleh E-coFarm adalah susu pasteurisasi, yoghurt dan puding. Susu pasteurisasi terdiri dari susu pasteurisasi rasa yang dikemas dengan cup 200 ml dan plastik 500 ml dan 100 ml serta susu pasteurisasi plain yang dikemas dengan plasik 100 ml, 500 ml dan 1000 ml. Yoghurt yang dihasilkan diantaranya yoghurt cup 100 ml dan yoghurt stik 50 ml dan 30 ml. Sedangkan puding dikemas dengan cup 100 ml.
38
VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA Analisis lingkungan usaha adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor, baik yang berada didalam maupun diluar perusahaan yang dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian besar yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. 6.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh E-coFarm. Aspek lingkungan internal yang akan dikaji meliputi manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan sumberdaya manusia (SDM). 6.1.1. Manajemen Aspek manajemen yang dikaji meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan staf, pemberian motivasi dan pengendalian. a. Perencanaan E-coFarm memiliki visi dan misi usaha . Hal ini menunjukkan bahwa EcoFarm memiliki perencanaan jangka panjang sebagai bagian dari cita-cita dan tujuan usaha
di masa yang akan datang. Secara umum, E-coFarm belum
melakukan fungsi perencanaan seperti yang seharusnya. Hal ini terlihat dari belum adanya perencanaan usaha yang tersusun jelas dan tertulis, baik untuk perencanaan jangka pendek maupun jangka menengah. Seluruh kegiatan perencanaan dilakukan oleh manajer lapang diantaranya perancanaan dalam hal produk, distribusi dan harga. Pada perancanaan produk manajer merencanakan dan menentukan kuantitas produk yang diproduksi berdasarkan stok produk yang ada. Pada perencanaan distribusi manajer melakukan perencanaan yang meliputi wilayah distribusi dan sistem pendistribusiannya. Dan perencanaan harga yang dilakukan adalah menetapkan harga produk sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
b. Pengorganisasian Pada dasarnya E-coFarm belum memiliki pengelolaan kompeten yang benar-benar
fokus
menangani
usaha.
Hal
ini
menyebabkan
fungsi
pengorganisasian E-coFarm belum berjalan dengan baik. Pembagian kerja pada divisi peternakan dan pengolahan sudah terorganisasi dengan baik. Tetapi E-coFarm belum memiliki divisi yang khusus menangani distribusi. Manajer E-coFarm yang memimpin seluruh divisi bertanggung jawab sebagai perencana dan pengelola keuangan perusahaan. Manajer lapang membuat laporan produksi dan keuangan yang kemudian dilaporkan kepada penanggung jawab E-coFarm. Tetapi laporan produksi dan keuangan masih sederhana yaitu dalam bentuk laporan harian produksi, pengolahan dan pendapatan harian. Selain itu pengelolaan keuangan lain seperti pembayaran upah karyawan dan persediaan bahan baku juga dilakukan oleh manajer. c. Pengelolaan Staf Pengelolaan staf dalam perusahaan terkait dengan budaya atau iklim kerja yang diterapkan oleh perusahaan. Budaya atau iklim kerja ini adalah harapan serta kebiasaan masing-masing orang yang ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan. Pada E-coFarm, budaya atau iklim kerja yang terjadi lebih cenderung kearah kekeluargaan. Dengan kondisi seperti ini komunikasi manajer dan pekerja lainnya tidak bersifat kaku sehingga memudahkan manajer dalam melakukan pembagian tugas kepada karyawan. Dan begitu juga sebaliknya, karyawan tidak merasa malu dan ragu bila ingin menyampaikan sesuatu kepada manajer terkait dengan masalah pekerjaan. Selain itu perusahaan juga berupaya untuk memberikan motivasi kepada karyawannya. Upaya motivasi yang dilakukan oleh E-coFarm kepada para karyawan adalah dengan pemberian insentif disamping memberikan gaji pokok setiap bulannya. Karyawan E-coFarm memperoleh tunjangan kesehatan untuk biaya pengganti pengobatan. Selain itu diberikan tunjangan lainnya (THR) berupa uang yang diberikan e-coFarm pada saat menjelang hari raya.
40
d. Pengendalian Pada umumnya E-coFarm melakukan pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena terkait langsung dengan proses pengolahan, sehingga kontinuitas pembuatan produk olahan tetap terjaga. Sama halnya dengan pengadaan bahan baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting dilakukan karena terkait dengan kualitas atau mutu yoghurt yang dihasilkan. 6.1.2. Pemasaran Pemasaran
merupakan
proses
mendefinisikan,
mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Aspek pemasaran dikaji melalui pendekatan bauran pemasaran yang meliputi analisis terhadap produk, harga, distribusi dan promosi. Bauran pemasaran yang dijalankan oleh e-coFarm adalah sebagai berikut: 1. Produk E-coFarm sebagai salah satu perusahaan pengolahan susu yang sedang berkembang, selalu berusaha mempertahankan mutu produk dan pelayanan. Untuk dapat mempertahankan mutu produknya E-coFarm sangat memperhatikan kegiatan usahanya, terutama kegiatan pengolahan yang sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan. Upaya mempertahankan pelayanan dilakukan dengan cara membina hubungan baik konsumennya dengan cara memberikan diskon atau potongan harga untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Dengan demikian diharapkan mampu meningkatkan penjualan produk yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan E-coFarm. Produk yang dijual E-coFarm diantaranya adalah susu segar, susu pasteurisasi, yoghurt dan puding. Produk tersebut dikemas dengan menggunakan plastik dan cup. Dari segi kemasan, E-coFarm hanya memasang merek produk tanpa dilengkapi izin edar dari BPOM maupun sertifikasi halal dari MUI serta informasi produk lainnya.
41
Berdasarkan undang-undang No. 7 tahun 1998 tentang pangan, label suatu produk harus memuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai: a.
Nama produk
b.
Daftar bahan yang digunakan
c.
Berat bersih atau isi bersih
d.
Nama dan alamat pihak yang memproduksi
e.
Keterangan tentang halal
f.
Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa
2. Harga Harga merupakan unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan dan menunjukan posisi perusahaan dalam persaingan. Dalam menetapkan harga produknya, E-coFarm memperhitungkan biaya produksinya kemudian ditambah jumlah tertentu untuk mendapat laba yang dikehendaki untuk produk tersebut. Harga jual untuk produk E-coFarm berbedabeda tergantung jenis dan ukuran produknya. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai harga jual produk E-coFarm. Tabel 9. Harga Jual Produk E-coFarm Produk
Bentuk Kemasan
Harga Jual (Rp)
Susu segar
Plastik 1000ml
5000
Susu pasteurisasi
Cup 200 ml
2500
Plastik 100 ml
1000
Plastik 500 ml
5000
Plastik 1000 ml
8000
Stik 30 ml
500
Stik 50 ml
1000
Cup 100 ml
2500
Cup 100 ml
2500
Yoghurt
Puding Sumber: E-coFarm, 2010
42
3. Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Secara umum, pihak perusahaan dalam mendistribusikan produknya melalui dua pola saluran yaitu penjualan secara langsung kepada konsumen yang dilakukan di tempat usaha dan penjualan oleh distributor atau pengecer yang datang langsung ke E-coFarm. Distributor atau pengecer yang datang langsung ke E-coFarm bukan distributor tetap. Waktu pembelian yang dilakukan oleh distributor atau pengecer tersebut sangat jarang. Saat ini E-coFarm hanya mampu mendistribusikan produknya di wilayah lingkar Kampus IPB, Darmaga saja. E-coFarm belum memiliki tenaga kerja atau agen distribusi yang mampu mendistribusikan produknya ke wilayah yang lebih luas. 4. Promosi Kegiatan promosi yoghurt sejauh ini belum banyak dilakukan oleh EcoFarm. Promosi yang dilakukan oleh E-coFarm adalah melalui informasi dari mulut ke mulut. Pengunjung atau pelanggan dapat menjadi sumber informasi mengenai keberadaan produk yoghurt E-coFarm. Selain itu, promosi di lakukan dengan menggunakan brosur atau selebaran mengenai profil produk dan usaha yoghurt E-coFarm. E-coFarm belum memiliki media promosi yang lebih baik. E-coFarm seharusnya bisa memanfaatkan teknologi internet sebagai media promosi produknya dengan cara membuat website. Dengan demikian E-coFarm dapat memperkenalkan dengan mudah dan dapat membantu konsumen yang ingin melakukan pemesanan secara online. E-coFarm juga pernah mempromosikan produknya pada kegiatan pameran yang diadakan oleh Fakultas Peternakan. 6.1.3. Keuangan Modal merupakan bagian penting dari suatu usaha. Modal awal pendirian E-coFarm berasal dari kerjasama antara Departemen Pertanian dan fakultas peternakan IPB. Modal tersebut berupa investasi peternakan sapi perah. Kemudian setelah peternakan sapi perah berkembang dan memberikan keuntungan E-coFarm melakukan pengembangan usaha pengolahan susu. Dengan kata lain untuk berkembang E-coFarm harus bisa mengelola keuangan hasil pendapatannya. 43
E-coFarm yang saat ini telah menjalankan usaha pengolahannya, masih kesulitan untuk melakukan pengembangan usaha karena hasil penjualan yang didapat tidak mencukupi untuk mengambil langkah-langkah yang mengarah ke pengembangan usaha. Sistem pencatatan keuangan E-coFarm sudah dilakukan dengan baik. Pencatatan keuangan berupa catatan penjualan harian dan bulanan serta laporan rugi laba sudah dilakukan oleh manajer E-coFarm. Tetapi laporan keuangan yang dibuat masih sederhana. E-coFarm belum memiliki tenaga ahli yang khusus untuk menangani sistem akuntansi keuangan perusahaan. Pencatatan keuangan sebaiknya dilakukan sesuai standar. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perusahaan khususnya UKM dalam melakukan peminjaman modal dengan pihak perbankan. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, antara lain dalam pengembangan usaha dan penetapan harga. 6.1.4. Produksi Bahan baku susu yang digunakan dalam pengolahan menjadi yoghurt berasal dari unit peternakan E-coFarm. Unit peternakan E-coFarm mampu menghasilkan susu sapi segar rata-rata 60-80 liter perhari. Susu segar tersebut tidak seluruhnya digunakan untuk pembuatan produk olahan. Sebagian susu segar dijual karena keterbatasan kapasitas produksi. Bahan penolong dalam produksi yoghurt terdiri dari gula sebagai bahan penolong utama, essense dan kultur bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kultur bakteri tersebut diperoleh dari Laboratorium Bagian IPT Perah Fakultas Peternakan IPB dan Balai Penelitian Pasca Panen IPB Cimanggu, Bogor. Dalam proses pengolahan susu pasteurisasi, yoghurt dan puding E-coFarm menggunakan bahan bakar berupa gas elpiji 12 kilogram. Proses pengemasan menggunakan plastik dilakukan secara manual sedangkan untuk kemasan cup digunakan mesin sealer. E-coFarm sangat mengutamakan kebersihan dalam kegiatan pengolahannya karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Kontaminasi bibit penyakit dapat merusak kualitas produk dan dapat membahayakan konsumen yang membeli produk E-coFarm.
44
6.1.5. Sumberdaya Manusia Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, umumnya ditunjang oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam menentukan kemajuan suatu usaha. Sumberdaya manusia unit peternakan E-coFarm pada tingkat pegawai terbagi menjadi dua divisi yaitu pegawai bagian peternakan dan pegawai bagian pengolahan susu. Jumlah pegawai pada bagian peternakan terdiri dari enam orang (4 orang pegawai kandang dan 2 orang pencari rumput). Pegawai pada bagian pengolahan susu terdiri dari 2 orang pegawai harian. Latar belakang pendidikan penanggung jawab dan manajer E-coFarm adalah profesor dan pasca sarjana. Manajer pelaksana bertugas untuk mengatur dan melakukan kontrol serta evaluasi kegiatan. Penanganan di lapangan baik untuk bagian budidaya dan pengolahan susu ditangani oleh manajer pelaksana. Kompleksitas pengelolaan usaha peternakan dan pengolahan susu sangat membutuhkan sumberdaya manusia yang berpengalaman dan kompeten, dalam hal ini E-coFarm memiliki sumberdaya tersebut. Namun, pada bagian teknis produksi pengolahan susu berlatar belakang pendidikan SMP dan SD. Kemampuan pegawai tersebut sudah memiliki keterampilan teknis yang baik hasil binaan Fakultas Peternakan IPB. 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengembangkan faktorfaktor yang terbatas mengenai peluang yang dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha dan faktor-faktor ancaman yang harus dihadapi. Menurut Umar (2008), lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri. 6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh Analisis lingkungan jauh mengkaji empat faktor penting yaitu ekonomi, sosial, politik dan teknologi.
45
6.2.1.1. Faktor Ekonomi Aspek ekonomi berpengaruh penting terhadap kelangsungan suatu usaha. Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang beroperasi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi E-coFarm antara lain: 1.
Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kondisi perekonomian Kabupatn Bogor secara agregat menunjukkan
adanya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun maka digunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini merupakan pertumbuhan sektor ekonomi Bogor pada tahun 2003 sampai tahun 2007 (Tabel 10). Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor pada Tahun 2003-2007 (Jutaan Rupiah)
Tahun
Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan (Jutaan Rp)
2003
881.718,49
2004
940.062,95
2005
1.002.371,89
2006*
1.059.336,89
2007**
1.126.541,95 Sumber
: Badan Pusat Statistik Bogor, 2007
Keterangan
: *) angka diperbaiki **) angka sementara
Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya korelasi yang positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB yang dihasilkan, dimana
46
laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2007 semakin baik yang diiringi dengan peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan. 2.
Kenaikan Harga Bahan Baku Beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan harga
yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi yaitu harga gula dan bahan bakar gas. a. Harga Gula Pada proses pengolahan produk, perusahaan menggunakan bahan penolong berupa gula. Harga gula di Indonesia selalu mengalami perubahan. Hal ini akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan. Perkembangan harga gula dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perkembangan Harga Rata-Rata Gula Bulan Januari 2008-Bulan Februari 2009 Tahun
Harga Rata-Rata Gula (Rp/Kg)
Januari 2008
6.415
Februari 2008
6.430
Maret 2008
6.437
April 2008
6.301
Mei 2008
6.440
Juni 2008
6.502
Juli 2008
6.441
Agustus 2008
6.463
September 2008
6.446
Oktober 2008
6.426
November 2008
6.434
Desember 2008
6.481
Januari 2009
6.649
Februari 2009
7.502
Sumber: Departemen Perdagangan RI, 2009
Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa terjadi kenaikan harga gula pada tahun 2009. Kondisi ini dapat mengancam keberadaan industri minuman jadi yang menggunakan gula sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan produknya.
47
Hal ini karena dengan adanya kenaikan harga gula maka akan meningkatkan biaya produksi. b. Harga Bahan Bakar Gas Bahan bakar gas juga memiliki fungsi yang sama pentingnya dalam proses pengolahan. Bahan bakar gas ini digunakan untuk melakukan pemanasan pada susu segar. Tabel 12 menunjukkan perkembangan harga gas elpiji tahun 20052008. Tabel 12. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg) Harga Gas Elpiji Tahun 3 Kg 6 Kg 12 Kg 50 Kg 2005 25500 51000 212500 2006 25500 51000 212500 2007 12750 25500 51000 312950 Jan-08 12750 25500 51000 396600 Apr-08 12750 25500 51000 340150 Jul-08 12750 31500 63000 343900 Aug-08 12750 69000 362750 Sumber: PT. Pertamina, 2009
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang menggunakan gas elpiji untuk kelangsungan proses produksinya karena dapat menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu waspada terhadap fluktuasi harga yang terjadi sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat menjamin kelangsungan hidup para pelaku usaha. 3.
Kebijakan Skim Kredit Kebijakan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga
keuangan untuk industri kecil merupakan peluang untuk meningkatkan modal kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya. Sebagai contoh skim kredit yang ditawarkan oleh Bank Negara Indonesia dalam menargetkan penyerapan kredit bagi usaha kecil menengah di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran UMKM di provinsi Jawa Barat ditingkatkan dari Rp. 1,6 miliar menjadi 1,8 milliar3.
48
6.2.1.2. Faktor Sosial Faktor Sosial dapat mempengaruhi suatu usaha karena selalu terjadi perubahan sebagai akibat dari upaya individu ataupun sekelompok orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Dewasa ini meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan memberikan kesempatan kepada produk hasil pengolahan susu ataupun minuman kesehatan lainnya untuk masuk dalam persaingan sebagai minuman dengan nilai gizi tinggi tentunya dengan jaminan keamanan untuk dikonsumsi. Selain itu semakin tinggi tingkat pendidkan masyarakat juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat akan minuman kesehatan. Hal ini terkait dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi bagi kesehatan. Tabel 13 menunjukkan konsumsi dan pengeluaran rata-rata minuman kesehatan per kapita sebulan tahun 2008. Tabel 13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita Per bulan Tahun 2008 Golongan Pengeluaran
Konsumsi Rata-Rata Minuman Kesehatan Per Kapita Perbulan (%)
Kurang dari 100.000
-
100.000-149.999
0,007
150.000-199.999
0,008
200.000-299.999
0,013
300.000-499.999
0,022
500.000-749.999
0,039
750.000-999.999
0,078
1.000.000 dan lebih
0,104
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa semakin tinggi golongan pengeluaran maka konsumsi rata-rata masyarakat untuk minuman kesehatan juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran masyarakat lebih besar dan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan mengalokasikan pengeluarannya untuk mengkonsumsi minuman kesehatan.
49
6.2.1.3. Faktor Politik Kondisi politik dapat memberikan pengaruh kepada suatu usaha. Bentuk hukum, perundang-undangan hingga badan/instansi pemerintah lainnya yang mempengaruhi kelancaran organisasi merupakan aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh para pelaku usaha (Amir, 2005). Kondisi politik di Indonesia saat ini mulai membaik, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari menguatnya nilai rupiah terhada US dollar dan berkembangnya investasi di berbagai bidang. Tetapi kondisi politik di Indonesia sejauh ini tidak berpengaruh besar terhadap industri pengolahan susu di Indonesia terutama pada E-coFarm yang merupakan suatu usaha kecil yang juga bergerak dibidang pengolahan susu. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 19/PMK.011/2009
tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder, fullcream milk, yoghurt, buttermilk dan produk susu lainnya adalah 0% terhitung mulai 13 Februari 2009. Peraturan tersebut merupakan pelindung bagi perusahaan besar produk susu olahan di Indonesia. Dengan demikian, jumlah susu impor yang di jual di Indonesia aka sangat banyak dan tentunya dengan harga yang lebih murah sehingga mempermudah para investor untuk membuka usaha pengolahan susu. Ada beberapa peraturan yang memiliki pengaruh pada E-coFarm, diantaranya adalah label halal dari MUI, izin BPOM dan Tanda Daftar Industri. EcoFarm sampai saat ini belum memiliki label halal dari MUI begitu juga dengan izin dari BPOM. Izin dari BPOM ini terkait dengan izin edar suatu produk dan keamanan pangan. Produk pangan yang beredar harus lolos dari uji laboraturium BPOM. Peraturan selanjutnya adalah peraturan pemerintah daerah tentang Tanda Daftar Industri yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 tahun 2002 tentang Pengelolaan Usaha Industri dan Perdagangan dan Perda Kabupaten Bogor Nomor 7 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri. Tiga peraturan tersebut bisa menjadi penghalang jika E-coFarm ingin memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas.
50
6.2.1.4. Faktor Teknologi Perkembangan teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan teknologi dapat membantu meningkatkan produktivitas suatu usaha termasuk industri pengolahan susu.
Penerapan teknologi pada industri
pengolahan sangat membantu dalam proses produksi yaitu dengan meningkatkan efisiensi. Penerapan teknologi pada pengolahan susu di E-coFarm masih tergolong sederhana, diantaranya belum memiliki inkubator untuk menyimpan bakteri pada suhu tertentu agar tidak mati, alat pasteurisasi yang digunakan adalah panci aluminium, lemari es/freezer dan kompor gas. Pada proses memanaskan susu digunakan kompor gas karena lebih efisien dan menghemat biaya produksi. 6.2.2. Analisis Lingkungan Industri 6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru Susu pasteurisasi dan yoghurt merupakan produk olahan susu yang sudah lama dikenal masyarakat. Proses pembuatannya relatif mudah karena tidak membutuhkan teknologi yang terlalu canggih.Produk tersebut dapat dibuat dengan menggunakan peralatan dapur sederhana. Bahan baku pembuatan yoghurt mudah didapat, hanya saja pada starter bakteri sulit didapat mengingat pada proses pembiakan bakteri yang tidak jarang mengalami kegagalan. Selain itu modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha pengolahan ini tidak terlalu besar. Oleh karena itu, hambatan masuk industri pengolahan susu menjadi rendah. Rendahnya hambatan masuk pada industri pengolahan susu menjadi ancaman besar bagi perusahaan yang sudah berjalan saat ini termasuk bagi EcoFarm.
Perusahaan dengan modal besar maupun kecil akan dengan mudah
memasuki industri ini. E-coFarm memiliki modal usaha yang terbatas sehingga akan rentan terhadap industri pengolahan lainnya yang memiliki modal yang lebih besar. 6.2.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Analisis kekuatan tawar menawar pemasok ditujukan untuk melihat kemampuan
pemasok
dalam
mempengaruhi
suatu
industri
melalui 51
kemampuannya memenuhi kebutuhan konsumennya. Pemasok merupakan pihak yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi. E-coFarm membutuhkan pemasok bahan penolong seperti gula, esense, gas elpiji, kemasan plastik dan cup, sedangkan bahan baku utama berupa susu mudah diperoleh yakni dari dari unit peternakan E-coFarm sendiri sehingga dapat terpenuhi kebutuhan untuk produksi. Bahan penolong seperti gula, esense, gas elpiji, kemasan plastik dan cup bisa diperoleh dari toko-toko langganan di pasar. E-coFarm memiliki banyak pilihan dalam menentukan pemasok bahan penolong sehingga kekuatan tawar menawar pemasok tidak dirasakan oleh E-coFarm. 6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan pembeli dalam industri ditentukan oleh karakter pasarnya dan kepentingan relatif pembeli dari industri yang bersangkutan. Sasaran utama yoghurt E-cofarm adalah mahasiswa IPB khusunya mahasiswa Fakultas Peternakan dan FKH. Produk E-coFarm merupakan jajanan sehat dengan harga terjangkau semua kalangan. Banyaknya
pilihan
produk
dengan
berbagai
rasa
dan
kemasan
menyebabkan pembeli dihadapkan pada beberapa pilihan tergantung selera dan tingkat kesukaan pembeli. Oleh karena itu pembeli memiliki posisi tawar menawar yang kuat. Hal ini dapat menjadi ancaman E-coFarm karena konsumen saat ini belum memiliki loyalitas terhadap merek produk E-coFarm. Berkembangnya industri yang bergerak dibidang pengolahan minuman kesehatan pada saat ini menguntungkan pembeli karena banyaknya perusahaan yang menawarkan produk-produk yang relatif sama. Kondisi ini menyebabkan pembeli memiliki pilihan produk yang banyak, sehingga pembeli dengan mudah dapat berpindah dari suatu produk ke produk lainnya jika kebutuhan atau permintaan mereka tidak dapat dipenuhi. 6.2.2.4. Ancaman Produk Pengganti Mengenali produk-produk pengganti merupakan persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Faktor harga dan kualitas
akan menentukan intensitas tekanan dari poduk
pengganti. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti
52
relatif lebih murah. Pada industri pengolahan susu, produk yang digolongkan ke dalam produk pengganti adalah minuman susu fermentasi dan minuman kesehatan lainnya seperti yakult, vitacham, yoghurt cimori, kefir, activia dan lain-lain. Hal ini dikarenakan perusahaan memberikan positioning untuk produknya bahwa produk yang dihasilkan merupakan minuman kesehatan.Tingginya produk substitusi dari yoghurt memberikan ancaman bagi perusahaan untuk menguasai pasar dengan inovasi produk, sehingga konsumen bebas memilih produk minuman kesehatan sesuai dengan selera masing-masing. 6.2.2.5. Persaingan di Antara Para Pesaing yang Ada Persaingan yang terjadi dalam industri pengolahan susu cukup kompetitif. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya produk yang dipasarkan di wilayah Bogor, khususnya di sekitar kampus IPB terdapat beberapa indutsri pengolahan yoghurt yaitu D-Farm dan Daffarm dengan menawarkan produk yang sama dengan harga bersaing. Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bogor, jumlah pelaku usaha yang begerak pada bidang pengolahan susu dan terdaftar dalam dinas hanya terdiri atas enam pelaku usaha. Salah satu faktor penyebabnya adalah pelaku usaha menganggap usaha pengolahan susu yang mereka jalankan masih berskala kecil sehingga mereka tidak mendaftarkan produknya ke Dinas keamanan pangan terkait. Meskipun jumlah pelaku usaha yang terdaftar hanya sedikit, namun produk olahan berbahan baku susu dari luar Bogor juga memasarkan produknya ke wilayah Bogor, terutama perusahaan-perusahaan besar yang memiliki jaringan distribusi yang luas. Bertambahnya jumlah perusahaan dalam
industri pengolahan susu menunjukkan semakin tingginya tingkat
persaingan yang terjadi antar produsen. Selain itu, skala usaha yang dijalankan juga beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, menengah sampai besar. Secara umum, persaingan yang terjadi pada industri pengolahan susu adalah persaingan pasar, mutu dan harga jual produk. Persaingan pasar terjadi jika jumlah pelaku usaha yang beroperasi semakin banyak sehingga para pelaku usaha harus jeli dan hati-hati dalam menentukan wilayah pemasaran produk yang dihasilkan. Selain itu, terdapat persaingan mutu produk karena setiap pelaku usaha
53
berlomba-lomba dalam mempromosikan produk yang dijualnya agar dapat diterima oleh konsumen baik kualitas rasa, variasi bentuk kemasan maupun ukuran. Oleh karena itu, agar produknya dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka para pelaku usaha harus mampu melihat selera konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Harga jual produk juga salah satu faktor persaiangan diantara pesaing yang ada. Biasanya persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai dampak persaingan pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi dalam suatu industri merupakan hal yang wajar, dengan demikian para pelaku usaha diajak untuk berpikir kreatif dalam memposisikan produknya dibenak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima oleh pasar.
54
VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor manajemen, pemasaran, produksi/operasi, sumberdaya manusia dan keuangan dan akuntansi. Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan EcoFarm yang diperoleh dengan pengisian kuesioner yang diperkuat melalui wawancara dan observasi langsung ke unit usaha E-coFarm. 7.1.1. Kekuatan Perusahaan Kekuatan merupakan potensi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman sehingga dapat mencapai suatu tujuan usaha. Kekuatan yang dimiliki oleh E-coFarm adalah sebagai berikut: 1. Adanya Hubungan yang Baik antara Pekerja dengan Penanggung Jawab E-oFarm E-coFarm merupakan suatu unit usaha berbasis pendidikan dengan skala usaha tergolong kecil dimana unit usaha E-coFarm masih menempatkan sistem padat karya dalam menegelola usahanya sehingga hubungan kerja antara pekerja dan pemilik tidak ada kesenjangan melainkan terjalin dengan baik. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran saling membutuhkan satu sama lain, yakni penanggung jawab E-coFarm membutuhkan pekerja untuk memperlancar proses produksi sedangkan pekerja membutuhkan lapangan pekerjaan untuk mendapatkan upah. Adanya suasana kekeluargaan diantara pekerja dan pemilik yaitu, pada saat pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan masukan dari para pekerja meskipun pengambilan keputusan lebih dominan dipegang oleh pemilik usaha. Selain itu, hubungan baik antara pekerja dan pemilik terlihat dari adanya bonus/THR yang diberikan pada saat hari raya.Besarnya THR diberikan kepada pekerja tergantung dari besarnya keuntungan yang diperoleh. Perhatian yang diberikan pemilik kepada pekerjanya akan membuat karyawan lebih nyaman dan menikmati apa yang dikerjakan. 2. Memiliki Inovasi Produk Faktor kekuatan pada E-coFarm adalah adanya inovasi produk. Inovasi produk merupakan hal yang penting dilakukan oleh produsen untuk menjaga
kesetiaan konsumen. Konsumen biasanya memiliki selera yang berbeda-beda terhadap suatu produk mulai dari rasa, bentuk, ukuran, dan juga kemasan kemasannya. E-coFarm melakukan inovasi produk dengan menjadikan selara konsumen sebagai sumber inspirasi. E-coFarm membuat produk dengan berbagai rasa, bentuk dan ukuran yang berbeda sehingga dapat memenuhi selera konsumen dan diharapkan dapat menjangkau semua konsumen. 3. Harga Jual Produk yang Terjangkau dan Potongan Harga. E-coFarm menetapkan harga dengan mempertimbangkan biaya produksi pembuatan yoghurt. E-coFarm menetapkan harga jual yang berbeda kepada konsumen langsung dan distributor. Harga konsumen langsung untuk setiap produk dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan untuk harga distributor atau konsumen yang membeli pada jumlah tertentu akan mendapatkan potongan harga. Untuk susu pasteurisasi cup 250 ml, plastik 100ml, 500ml, dan 1000 ml adalah Rp2000, Rp. 800, Rp. 4500 dan Rp. 7000. Untuk yoghurt cup 100 ml ,stik 30 ml, dan 50 ml dijual dengan harga Rp. 2000, Rp 350 dan Rp. 700. Dan untuk harga puding dijual dengan harga Rp. 2000. Harga harga jual produk tersebut cukup terjangkau dibandingkan harga yang ditetapkan para oleh para pesaing. Sebagai contoh harga pasteurisasi ukuran 150 ml yang ditetapkan KPS Bogor untuk konsumen langsung dan distributor adalah sebesar Rp.1200 dan Rp. 900. Pada Rinadya Yoghurt, harga yang ditetapkan untuk yoghurt 100 ml dijual dengan harga Rp. 2500 atau sama dengan harga yang ditetapkan oleh E-coFarm. 4. Kemudahan Akses Bahan Baku Utama E-coFarm memiliki unit peternakan sapi perah dengan jumlah susu yang dihasilkan per hari yang dapat memenuhi kebutuhan produksi yoghurt. Setiap harinya dilakukan dua kali pemerahan yaitu pada pagi hari dan sore hari. Susu yang dihasilkan langsung dibawa ke tempat pengolahan susu yang berjarak sekitar 50 meter dari perkandangan. E-coFarm belum pernah membeli susu dari peternakan lain, bahkan E-coFarm mampu untuk menjual susu murni yang dihasilkan. 5. Hubungan yang Baik dengan Konsumen E-coFarm
selalu
berusaha
untuk
menjaga
hubungan
baik
dengan
mengutamakan keramahan dalam pelayanan pada konsumen. E-coFarm juga berusaha untuk terus memperbaiki kinerja usahanya dengan bantuan dari konsumen
56
melalui kritik dan saran melalui kotak saran yang disediakan di tempat E-coFarm. Sampai saat ini E-coFarm belum pernah menerima keluhan-keluhan tentang pelayanan dan kualitas produk. E-coFarm juga sering terlibat dengan kegiatan kewirausahaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Kegiatan tersebut biasanya bertujuan untuk penggalangan dana yang dilakukan dengan cara menjual kembali produk yang dibeli dari E-coFarm dengan harga yang lebih murah dari harga yang ditetapkan oleh distributor (E-coFarm). 6. Ketersediaan Tenaga Kerja yang berada di sekitar Unit Usaha. Tenaga kerja yang dimiliki oleh E-coFarm saat ini adalah penduduk yang berada di sekitar Kampus IPB Darmaga. Tenaga kerja ini sengaja diambil dari daerah sekitar dengan tujuan untuk memberdayakan ketersediaan jumlah tenaga kerja dan melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan usaha khususnya dibidang peternakan. Tenaga kerja tersebut dibina langsung oleh Fakultas Peternakan sehingga memiliki keahlian sesuai dengan divisi masing-masing. Ketersediaan tenaga kerja ini merupakan kekuatan bagi E-coFarm pada saat melakukan pengembangan usahanya. 7.1.2. Kelemahan Perusahaan 1. Pemilik Usaha Kurang Fokus terhadap Usaha Pada awalnya E-coFarm dibentuk dari kerjasama antara Departemen Peratanian dan Fakultas Peternakan, sehingga status kepemilikan diserahkan kepada Fakultas Peternakan yang kemudian menunjuk penanggung jawab perusahaan. Semua kegiatan di perusahaan dipercayakan kepada seorang manager lapangan mulai dari proses produksi di peternakan sampai proses produksi pengolahan. Manager lapangan E-coFarm memiliki peran yang cukup besar dalam kelangsungan perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan. Manager lapangan harus melakukan pencatatan produksi, melakukan pengontrolan dan membuat pembukuan keuangan setiap harinya dan dibuat menjadi laporan bulanan yang diserahkan kepada kepada pemilik atau penanggung jawab perusahaan. Pemilik atau penanggung jawab perusahaan biasanya hanya datang langsung ke lapangan jika terjadi masalah yang tergolong beresiko tinggi terhadap kelangsungan produksi. Selebihnya pemilik hanya melakukan pengontrolan dari hasil laporan keuangan per bulan yang dibuat oleh manager lapangan.
57
2. Sistem Akuntansi Keuangan yang Sederhana. E-coFarm sudah memiliki laporan pengeluaran dan pendapatan serta laporan produksi tetapi bentuk laporannya masih sangat sederhana. Laporan tersebut dibuat oleh manajer lapang yang kemampuan dalam bidang akuntansinya masih kurang baik. Sistem akuntansi keuangan sebaiknya dibuat sesuai dengan standar yang ada, karena didalam sistem akuntansi keuangan merupakan sumber informasi tentang kondisi perusahaan dan dapat membantu seorang manajer atau pemilik usaha dalam melakukan pengambilan keputusan. Selain itu, sistem akuntansi keuangan yang sesuai standar dibutuhkan dalam upaya mendapatkan pinjaman modal dari pihak perbankan. 3. Tidak memiliki Distributor E-coFarm tidak memiliki distributor tetap yang menjual produknya ke luar secara berkelanjutan. Ada beberapa konsumen yang membeli yoghurt dari E-coFarm yang kemudian dijual lagi ke luar, konsumen ini tidak melakukannya secara teratur. Dalam waktu satu bulan biasanya hanya datang 1-2 kali. E-coFarm sudah membuat perencanaan untuk mendistribusikan produk yoghurtnya, tetapi hal tersebut belum bisa dilakukan karena kurangnya modal dan tenaga kerja yang mampu untuk mendistribusikan produk. Padahal E-coFarm memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan pendapatannya jika mampu menjual produknya ke daerah sekitar kampus IPB Darmaga. Saat ini
E-coFarm hanya menjual produknya di
wilayah laboratorium lapangan Fakultas Peternakan IPB sehingga pemasarannya masih belum luas. 4. Kurangnya Ketersediaan Modal Modal usaha yang dimiliki E-coFarm
untuk mengembangkan usahanya
sangatlah sedikit. Hasil keuntungan yang didapat E-coFarm sampai saat ini belum mampu untuk membantu mengembangkan usaha. Manager lapangan sudah bersusaha untuk mendapatkan tambahan modal usaha. Manager lapangan pernah mengajukan proposal penambahan modal usaha ke Fakultas Peternakan, tetapi hasil yang didapat sangat jauh dari yang diharapkan. Manager lapangan juga pernah berusaha mengajukan pinjaman modal ke sebuah lembaga keuangan, tetapi lembaga keuangan tersebut tidak dapat memberikan pinjaman modal dengan alasan resiko usaha.
58
5. Penggunaan Peralatan Produksi Masih Sederhana Peralatan produksi yang dimiliki E-coFarm masih belum memadai. Kegiatan produksi yang dilakukan hanya menggunakan peralatan rumah tangga sederhana. EcoFarm hanya memiliki beberapa alat yang cukup baik seperti mesin sealer dan mesin pendingin. Penggunaan mesin pengolahan yang sangat sederhana ini memiliki resiko kontaminasi bakteri yang dapat merusak produk atau bahkan sampai membahayakan konsumen. Pada perusahaan besar biasanya kegiatan produksi sudah dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sudah modern seperti mesin pasteurisasi dan mesin inkubator yang dapat mempengaruhi kualitas produk. 6. Produk Belum Memiliki Izin dari BPOM dan Belum Bersertifikat Halal E-coFarm sampai saat ini belum memiliki izin edar dari BPOM dan setifikasi halal. Untuk memiliki izin edar, produk olahan susu yang dimiliki oleh E-coFarm harus lulus dari uji laboratorium yang dilakukan oleh BPOM pusat dengan cara mengirimkan sample dan kemudian dilakukan uji laboratorium lanjutan dilokasi usaha. Proses untuk mendapatkan izin edar ini memang tergolong rumit dan membutuhkan waktu yang lama tetapi harus dilakukan untuk menjaga keamanan pangan. Sertifikasi halal yang didapatkan dari MUI juga sangatlah penting dilakukan karena penduduk di Indonesia merupakan mayoritas muslim. Izin BPOM dan sertifikasi halal MUI bisa menjadi penghambat usaha jika para konsumen cukup kritis dalam memilih produk sehingga dapat menimbulkan anggapan bahwa produk tersebut tidak baik untuk dikonsumsi.
59
Tabel 14. Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Bidang Fungsional
Kekuatan
Kelemahan
Manajemen
- Hubungan baik antara pekerja dan pemilik usaha -Harga terjangkau dan adanya diskon/potongan harga -Hubungan yang baik dengan konsumen -Memiliki inovasi produk -Kemudahan akses bahan baku utama
-Pemilik usaha kurang fokus terhadap bisnis yang dijalankan -Tidak memiliki distributor -Produk belum memiliki izin dari BPOM dan belum bersertifikat halal -Penggunaan peralatan produksi masih sederhana
Pemasaran
Produksi
Keuangan dan Akuntansi
Sumber Daya Manusia (SDM)
7.2.
-Sistem akuntansi keuangan masih sederhana -Kurangnya ketersediaan modal -Memiliki tenaga kerja yang murah dan berada di sekitar unit usaha
Identifikasi Faktor Eksternal Berdasarkan analisis lingkungan eksternal diperoleh beberapa faktor yang
menjadi peluang dan ancaman bagi E-coFarm. Berikut akan dijelaskan peluang dan ancaman E-coFarm 7.2.1. Peluang Perusahaan 1.
Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi
minuman kesehatan Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan memberikan kesempatan kepada produk-produk olahan berbahan baku susu atau minuman kesehatan lainnya untuk masuk dalam persaingan sebagai minuman dengan nilai gizi tinggi dengan jaminan keamanan untuk dikonsumsi. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat akan minuman kesehatan. Gaya hidup sehat dimulai dari mengkonsumsi minuman atau makanan yang sehat. Produk-produk olahan susu sudah lama dikenal oleh masyarakat dan memiliki manfaat penting bagi kesehatan, sehingga ada baiknya dikonsumsi secara teratur. Pemahaman masyarakat mengenai manfaat dari mengkonsumsi susu dan produk olahannya dapat meningkatkan permintaan konsumen terhadap produkproduk tersebut.
60
2.
Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia pada umumnya dan kabupaten
bogor pada khususnya Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan produk yoghurt karena adanya peluang konsumen baru. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk juga menjadi peluang bagi setiap usaha karena akan memberikan implikasi pada peningkatan pangsa pasar suatu produk. Berdasarkan data BPS (2008), Jumlah penduduk Indonesia tahun 2008 mencapai 228.523,3 ribu jiwa dan laju pertumbuhan penduduk tahun 2000-2008 sebesar 1,36 persen per tahun. Besarnya jumlah penduduk Indonesia secara umum memperlihatkan peluang pasar yang terbuka luas dan menunjukkan pasar tenaga kerja yang cukup. 3.
Perkembangan Teknologi di Bidang Informasi, Komunikasi dan Distribusi Suatu usaha dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi dibidang
informasi, komunikasi dan distribusi yaitu dibutuhkan dalam mempengaruhi strategi perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan produknya. Adanya alat komunikasi seperti telepon, telepon seluler serta media internet dapat memperlancar proses komunikasi antara produsen dengan konsumen dan pemasok yang merupakan salah satu peluang dalam kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi. Sedangkan peluang dalam bidang teknologi produksi dan distribusi yaitu tersedianya peralatan yang modern serta jasa pengiriman untuk mempermudah kegiatan pendistribusian barang. 4.
Banyak Kredit Bagi Usaha Kecil Menengah Adanya kebijakan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga
keuangan untuk industri kecil merupakan peluang bagi industri kecil untuk meningkatkan modal kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya. Sebagai contoh, kredit yang ditawarkan oleh BNI dalam menargetkan penerima kredit bagi usaha mikro kecil menengah di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran UMKM di provinsi tersebut ditingkatkan dari Rp. 1,6 miliar menjadi 1,8 miliar. Bank BRI juga mempunyai Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dinikmati oleh usaha kecil. Bank Mandiri dalam wirausaha mandiri membantu dalam pinjaman kredit bagi wirausaha muda yang kreatif. Bank Mandiri juga meneyediakan Kredit Usaha Mikro
61
bagi yang membutuhkan Kredit Investasi (KI) dan atau Kredit Modal Kerja (KMK) untuk pengembangan usaha produktif maupun konsumtif skala mikro. Fasilitas pembiayaan ini dapat diberikan kepada semua pemilik usaha mikro dan usaha rumah tangga baik berbentuk perusahaan, kelompok usaha, dan perorangan (seperti pedagang, petani, peternak, dan nelayan). 7.2.2. Ancaman Perusahaan 1. Perubahan Tarif Impor Susu menjadi 0% Kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang berhubungan dengan industri susu yaitu mengenai kebijakan tarif impor susu dalam negeri. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 19/PMK.011/2009 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder, fullcream milk, yoghurt, buttermilk dan produk susu lainnya adalah 0% terhitung mulai 13 Februari 2009. Peraturan tersebut merupakan pelindung bagi industri besar produk susu olahan di Indonesia. Adanya perubahan tarif impor produk susu ini menyebabkan banyaknya susu impor yang dijual di pasar Indonesia tentunya dengan harga yang lebih murah, sehingga sangat mudah para investor atau pengusaha untuk membuka usaha pengolahan susu. 2. Meningkatnya Biaya Bahan Baku (gula dan BBG) Dalam proses produksi yoghurt yang dilakukan, E-coFarm menggunakan gula sebagai bahan baku penolong dan gas elpiji dalam proses pengolahan bahan baku utama yaitu susu. E-coFarm kurang lebih menggunakan gula 1/3 dari bahan baku utama susu dalam proses pembuatan yoghurt. Untuk gas elpiji, E-coFarm menggunakan gas 12 kg untuk memproses susu murni sebelum diolah menjadi yoghurt. Jika terjadi peningkatan harga dari gula dan gas, tentunya akan meningkatkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh E-coFarm. Data kenaikan harga gula dan gas elpiji dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. 3. Adanya Kebijakan Keamanan Pangan Bagi Suatu Produk Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengolahan makanan dan minuman yaitu tentang perlindungan masyarakat dari produk pangan olahan yang membahayakan bagi kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1999 yang berisikan kewajiban pendaftaran produk pangan olahan. Peraturan
62
ini berlaku bagi semua produk pangan yang dikemas dan menggunakan label sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga adanya peraturan ini dapat menjadi ancaman bagi usaha kecil yang umumnya sebagian besar belum memiliki label dan perizinan dari dinas setempat dikarenakan keterbatasan modal. 4. Pembeli Memiliki Kekuatan untuk Menentukan Pilihan diantara Jumlah Perusahaan yang Semakin Banyak Banyaknya perusahaan yang menawarkan produk-produk yang relatif sama dan dengan harga yang bersaing menyebabkan pembeli memiliki pilihan produk yang banyak, sehingga pembeli dengan mudah berpindah dari produk suatu perusahaan ke produk perusahaan lainnya jika kebutuhan atau permintaan mereka tidak dapat terpenuhi. Hal ini merupakan ancaman bagi E-coFarm yang berada dalam industri pengolahan susu. Produk yang dihasilkan E-coFarm akan bersaing dengan produk dari perusaan lain baik produk yang sudah terkenal dan juga produk yang dihasilkan dari perusahaan kecil lainnya. 5. Kecilnya hambatan bagi pendatang baru industri pengolahan susu Kemudahan dalam proses dan modal yang tidak terlalu besar memungkinkan para pengusaha untuk ikut bersaing di dalam industri yoghurt. Penggunaan peralatan sederhana, bahan baku yang mudah didapat dan proses pembuatan yang tidak sulit menjadi faktor kecilnya hambatan dalam industri yoghurt. Hal ini tentunya menjadi ancaman yang cukup serius bagi E-coFarm yang sudah terlebih dahulu menjalankan usaha yoghurt. 6. Berkembangnya produk dengan beragam inovasi E-coFarm saat ini hanya menjual produk dalam area pemasaran yang kecil dengan sedikit pesaing. Tetapi pada saat E-coFarm memperluas area pemasarannya, akan banyak sekali produk dari berbagai perusahaan yang akan menjadi produk pesaing dari E-coFarm, terutama produk-produk susu dan olahannya yang diproduksi oleh perusahaan terkenal. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal dan tenaga ahli akan dengan mudah melakukan inovasi terhadap produknya. Hal ini akan menjadi ancaman bagi perusahaan-perusahaan kecil seperti E-coFarm yang memiliki keterbatasan modal dan tenaga ahli.
63
7. Jaringan distribusi pesaing yang lebih luas Pada saat memasuki pasar yang lebih luas perusahaan harus mampu memanfaatkan market share semaksimal mungkin. Jaringan distribusi yang luas memungkinkan perusahaan untuk menjual produknya keseluruh wilayah dan menjaga kontinuitas ketersediaan produk yang dijual. Perusahaan-perusahaan besar biasanya melakukan dengan cara memperbanyak agen penjual, mendirikan toko dan menyediakan freezer untuk toko-toko yang bersedia menjadi distributor perusahaan. Dengan demikian perusahaan yang memiliki jaringan distrubusi yang luas memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat menguasai pasar disuatu wilayah. Tabel 15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman Bidang Fungsional
Peluang
Ancaman
Ekonomi
-Banyak kredit bagi usaha kecil menengah -Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi minuman kesehatan -Peningkatan jumlah penduduk Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Bogor pada khususnya -Perkembangan teknologi dibidang informasi, produksi, komunikasi dan distribusi
-Meningkatnya biaya bahan baku (gula dan BBG)
Sosial Budaya
Teknologi
Politik dan Kebijakan Pemerintah
-Adanya kebijakan keamanan pangan bagi suatu produk -Perubahan tarif import susu menjadi 0 persen
Kekuatan tawar menawar pembeli
-Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara jumlah perusahaan yang semakin banyak -Berkembangnya produk dengan beragam inovasi -Kecilnya hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri pengolahan susu -Jaringan distribusi pesaing lebih luas
Ancaman produk pengganti Ancaman pendatang baru
Persaingan diantara para pesaing
64
7.3. Analisis SWOT Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka dapat diformulasikan alternatif strategi yangdapat dilaksanakan. Formulasi strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Formulasi strategi pada E-coFarm dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1. STRATEGI S-O a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas/mutu produk yoghurt Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas E-coFarm dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan sebagai contoh dengan adanya hubungan baik antara pekerja dan pemilik usaha. Dengan adanya hubungan baik antara pekerja dan pemilik akan menciptakan suasana kerja yang baik, sehingga baik pekerja maupun pemilik bisa saling mendukung dan saling mengingatkan untuk bisa mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan, dan dengan adanya hubungan baik ini para pekerja tidak enggan untuk menyampaikan ide-ide yang dapat membantu meningkatkan kualitas produk. b. Memperluas wilayah distribusi produk. Adanya peluang seperti peningkatan kesadaran masyarakat dengan mengkonsumsi minuman kesehatan, peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan teknologi membuka kesempatan bagi perusahaan untuk dapat mendistribusikan produknya ke wilayah yang lebih luas. E-coFarm yang wilayah pemasaran produknya masih sangat kecil harus dapat memanfaatkan peluang tersebut seoptimal mungkin. Sebagai contoh, E-coFarm dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi seperti internet untuk mencari distributor yang mampu mendistribusikan produknya paling tidak untuk wilayah sekitar kampus IPB Darmaga.
65
c. Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan maupun dinas terkait. E-coFarm yang memiliki keinginan untuk terus mengembangkan usahanya harus dapat menjaga hubungan yang baik dengan pekerja, pelanggan maupun dinas terkait. Hubungan yang baik dengan pekerja akan memudahkan pemilik dalam mengatur manajemen perusahaan terutama di sektor produksi. Hubungan yang baik dengan pelanggan akan menjaga dan meningkatkan penjualan produk sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. d. Meningkatkan kegiatan promosi. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan promosi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat website yang memuat informasi tentang kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan E-coFarm. Kemudian dengan memanfaatkan kekuatan yang ada, E-coFarm dapat merekrut tenaga kerja baru yang bertugas untuk melakukan promosi dengan cara mengedarkan selebaran di wilayah Kampus IPB Darmaga. Dengan adanya kegiatan promosi tersebut diharapkan masyarakat di wilayah IPB mengetahui keberadaan E-coFarm dan menimbulkan minat untuk membeli produk dan bahkan melakukan kerja sama untuk melakukan penjualan. 2.
STRATEGI W-O a. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh E-coFarm sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha yang dijalankan. E-coFarm belum mampu berproduksi secara optimal karena peralatan yang digunakan masih saderhana. E-coFarm juga membutuhkan modal untuk memdistribusikan produknya.
Untuk
mengatasi
permasalahan
ini
E-coFarm
dapat
memanfaatkan skim kredit yang diberikan oleh perbankan terutama kredit bagi usaha kecil dan menengah. Tetapi E-coFarm juga memiliki kelemahan lain yang bisa menghambat disetujuinya permohonan tambahan modal kredit oleh pihak perbankan. Kelemahan itu adalah E-coFarm belum memiliki
66
sistem akuntansi keuangan yang baik, sedangkan salah satu syarat dalam mengajukan kredit adalah perusahaan harus memiliki sistem pencatatan keuangan yang sudah tertata dengan baik. b. Memperbaiki kemasan dengan memberikan merek dan labelisasi halal. Kemasan sebuah produk memiliki banyak fungsi diantaranya melindungi produk, daya tarik, pembeda, dan juga bisa dijadikan sebagai sarana promosi. Selain itu kemasan merupakan sumber informasi dari sebuah produk. Pada produk yang dihasilkan E-coFarm, khususnya produk stik dan yang dikemas dengan plastik tidak tertera merek dan informasi produk. Jika produk ini dijual ke wilayah yang lebih luas, tentunya akan sulit bersaing dengan produk-produk lain yang sudah memiliki kemasan yang lebih baik. Selain itu, E-coFarm harus secepatnya mendaftarkan produknya ke BPOM untuk mendapatkan izin edar dan mengurus labelisasi halal yang dikeluarkan oleh MUI sehingga pada saat didistribusikan ke wilayah yang lebih luas produk dari E-coFarm sudah siap bersaing dari segi kemasan dengan produkproduk lainnya. 3.
STRATEGI S-T a. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen. Dengan adanya rancangan strategi baru yang memungkinkan untuk diaplikasikan oleh perusahaan tentunya akan meningkatkan biaya produksi yang pasti berpengaruh terhadap tingkat harga produk. E-coFarm harus bisa memperkirakan tingkat kenaikan harga yang sesuai sehingga kenaikan harga yang mungkin terjadi tidak terlalu besar dan memberatkan konsumen untuk untuk membeli. E-coFarm juga harus dapat memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperkecil peluang terjadinya penurunan tingkat pembelian sebagai efek dari peningkatan harga. Kekuatan perusahaan seperti hubungan yang baik dengan konsumen bisa membantu memperkecil peluang tersebut. Selain itu pelayanan kepada konsumen harus bisa dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Sebagai contoh, E-coFarm memiliki konsumen yang membeli yoghurt untuk dijual kembali. Tetapi waktu pembelian yang dilakukan konsumen ini tidak tetap, dalam artian dalam 1 bulan konsumen ini hanya datang sebanyak 2-3 kali untuk membeli kembali. E-coFarm bisa
67
menawarkan pelayanan pengantaran yoghurt kepada konsumen ini, sehingga membantu mengurangi beban biaya transportasi pembelian produk yang harus ditanggung konsumen. Selain dapat membantu konsumen cara tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang peluang pasar yang ada di daerah konsumen tersebut. b. Melakukan diferensiasi produk dan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru Diferensiasi produk dilakukan untuk membedakan produk yang dimiliki suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Untuk melakukan diferensiasi produk perusahaan harus memiliki pengetahuan tentang produk pesaingnya, sehingga perusahaan bisa membuat suatu produk yang lebih unik. Perusahaan yang siap bersaing harus mampu untuk terus melakukan inovasi terhadap produknya sehingga pada saat memasuki sebuah pasar yang, produk tersebut memiliki daya tarik berbeda dibandingkan dengan produk yang sudah terlebih dahulu ada. Selain itu inovasi suatu produk dilakukan untuk dapat
mempertahankan minat konsumen menciptakan minat
konsumen baru terhadap suatu produk. Sebagai contoh, memperbanyak rasa atau aroma buah-buahan pada produk yang dibuat. 4. STRATEGI W-T a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Kualitas sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan sangat mempengaruhi perkembangan perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada saat ini, E-coFarm bisa memberikan pelatihan-pelatihan kepada para pekerjanya sesuai dengan pekerjaan yang ditanganinya saat ini. Sedangkan untuk menutupi kelemahan yang dimiliki, E-coFarm bisa melakukan perekrutan pekerja baru sesuai dengan bidang yang saat ini dibutuhkan. b. Pengelolaan keuangan perusahaan. Menghadapi kelemahan perusahaan khususnya permasalahan kurangnya modal usaha, E-coFarm harus bisa mengatur keuangan perusahaan sebaik mungkin. E-cofarm dapat melakukannya dengan cara mengalokasikan modal yang ada secara tepat sehingga setiap unit usaha di E-coFarm dapat terus
68
berjalan. Dengan demikian diharapkan E-coFarm dapat terus menjaga dan mempertahankan usahanya. Untuk bisa melakukan hal tersebut, pemilik dan pekerja yang ada di E-coFarm harus bisa saling mendukung, terutama pemilik atau penanggung jawab utama untuk bisa lebih fokus terhadap usaha ini, demi kepentingan bersama dan keberlangsungan usaha. 7.4. Pemilihan Strategi Pemilihan strategi merupakan tahap pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan manajer lapang E-coFarm. Pemilihan strategi ini bertujuan untuk menentukan strategi yang bisa dijalankan oleh perusahaan dan menentukan strategi mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dalam dengan tujuan pengembangan usaha. Berikut ini adalah urutan prioritas strategi yang bisa dijalankan E-coFarm secara berurutan: 1. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha 2. Mempertahankan dan meningkatakan kualitas/mutu produk 3. Memperluas wilayah distribusi produk 4. Meningkatkan kegiatan promosi 5. Melakukan pengaturan dalam pengelolaan keuangan perusahaan 6. Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal 7. Melakukan diferensiasi produk yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru 8. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan 9. Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait 10. Meningkatkan kualitas SDM
69
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan identifikasi faktor-faktor internal E-coFarm, perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan perusahaan antara lain, hubungan baik antara pekerja dan pemilik usaha, harga lebih terjangkau dan adanya diskon/potongan harga, hubungan yang baik dengan konsumen, memiliki inovasi produk, kemudahan akses bahan baku utama, dan memiliki tenaga kerja yang murah serta berada di sekitar unit usaha. Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain, pemilik usaha kurang fokus terhadap bisnis yang dijalankan, tidak memiliki distributor, produk belum memiliki izin BPOM dan belum bersertifikat halal, penggunaan peralatan produksi masih sederhana, sistem akuntansi keuangan masih sederhana dan kurangnya ketersediaan modal. 2. Berdasarkan
identifikasi
faktor-faktor
eksternal
E-coFarm
yaitu
lingkungan makro dan lingkungan industri, perusahaan menghadapi berbagai peluang dan ancaman. Adapun peluang bagi perusahaan antara lain, banyaknya kredit bagi usaha kecil menengah, peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi minuman kesehatan, peningkatan jumlah penduduk indonesia pada umumnya dan kabupaten bogor pada khususnya, dan perkembangan teknologi dibidang informasi, produksi, komunikasi dan distribusi. Sedangkan ancaman yang dihadapi oleh E-coFarm antara lain, meningkatnya biaya bahan baku (gula dan BBM), adanya kebijakan keamanan pangan bagi suatu produk, perubahan tarif impor susu menjadi 0 persen, pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara jumlah perusahaan yang semakin banyak, berkembangnya produk dengan beragam inovasi, kecilnya hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri pengolahan susu dan jaringan distribusi pesaing yang lebih luas. 3. Penentuan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT dihasilkan sepuluh strategi yang diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan manager lapang.
Urutan prioritas strategi yang dilaksanakan adalah memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas/mutu
produk
yoghurt,
memperluas
wilayah
distribusi produk, meningkatkan kegiatan promosi, melakukan pengaturan dan pengelolaan keuangan perusahaan, memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal dari dinas terkait, melakukan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dan dan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru, mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan, mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait dan meningkatkan kualitas SDM. 8.2 Saran Usaha yang dijalankan E-coFarm selama ini memiliki beberapa kelemahan, terutama modal usaha yang terbatas. E-coFarm memanfaatkan pendapatan dari penjualan produknya untuk menutupi biaya produksi usahanya sehingga mengalami kesulitan pada saat ingin mengembangkan usahanya. E-coFarm sebaiknya dapat memanfaatkan skim kredit yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas usahanya. Dengan demikian E-coFarm diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilakan serta memperluas wilayah distribusi produknya sekaligus melakukan kegiatan promosi sehingga dapat membantu meningkatkan pedapatan usahanya. Kemudian secara bertahap E-coFarm dapat melakukan perbaikan pada produknya mulai dari pemberian merek dan labelisasi halal dari dinas terkait serta melakukan diferensiasi produk dan terus melakukan upaya inovasi produknya.
71
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2009. http://www.tambangnews.com/berita/nasional/1458-pertamina-akannaikan-harga-gas-elpiji.html. [ 21 Desember 2009]. [BPS] Badan Pusat Statistik. Kota Bogor dalam Angka 2007.Bogor: BPS Kota Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Populasi Sapi Perah Tahun 2005-2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2010. Bogor: BPS Kabupaten Bogor. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M.Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta. David F.R. 2006. Manajemen Stategi, Terjemahan : PT Indeks Kelompok Gramedia . PT Gramedia. Jakarta. Dewan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Mutu Produk Susu dan Olahannya. SNI 01-3141-1998. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. 2009. Data Usaha Kecil dab Menengah yang Memiliki TDI (Tanda Daftar Industri) di Kabupaten Bogor. Bogor. Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Statistik Pertanian. Jakarta. Edelsten, D. 1988. Composition of milk. In: H. R. Cross (Editor). Meat Science, Milk Science and Technology. Elsevier Science Publisher B. V., New York. Ensminger, M. E., dan H. D. Tyler. 2006. Dairy Cattle Science. Fourth Edition. Upper Saddle River, New Jersey. Helferich W, Westhoff D. 1980. All About Yoghurt. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. Imelda dan Edward. 2007. Berternak Sapi Perah. PT Sinergi Pustaka Indonesia. Bandung. Analisi Indriyani. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah Desa Benteng Ciampea, Kabupaten Bogor-Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Mahmud SS. 2002. Analisis Strategi Pemasaran Produk Susu pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pearce dan Robinson. 2009. Competetive Strategy. Porter, M. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakartat: Erlangga. Rahayu K, Sudarmadji S. 1989. Mikrobiologi Pangan, Fermentasi Pangan dari Protein Hewani. Yogyakarta : PAU Universitas Gajah Mada. Rahman, A., S. Fardiaz, W. P. Rahaju, Suliantari dan C. C. Nurwitri 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : IPB. Risman. 2009. Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan, Ciampea Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robinson RK. 1999. Encylopedia of Food Microbiology (eds). Academic Press. Saragih S008. Kerja Besar, Resiko Besar, Perlu Orang Besar. Trobos, September 2008. Hlmn 60. Schmidt, G. H. 1971. Biology of Lactation. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. Simatupang RMA. 2004. Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Kemasan Yoghurt Menggunakan Kemasan Semi Kaku pada CV Bintang Tiga. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Soleh, Jamaludin. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sudarwanto, M. 1999. Usaha peningkatan produksi susu melalui program pengendalian mastitis subklinis Disampaikan pada Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB di Bogor (22 Mei 1999). Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudono, A., R.F Rosdiana dan B.S Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Depok. Tagor Ricky. 2004. Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi pada Firma Surya Dairy Farm, Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tamime AY, Robinson RX. 1989. Yoghurt Science and Technology. Pergamon Press Ltd.
73
Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. . 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
74
Lampiran 1. Analisis SWOT
Peluang (Opportunities-O) 1. Banyak kredit bagi usaha kecil menengah 2. Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi minuman kesehatan 3. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia pada umumnya dan kabupaten Bogor pada khususnya 4. Perkembangan teknologi dibidang informasi, produksi, komunikasi dan distribusi Ancaman (Threats-T) 1.Meningkatnya biaya bahan baku (gula dan BBM) 2. Adanya kebijakan keamanan pangan bagi suatu produk 3. Perubahan tarif import susu menjadi 0 persen 4. Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara jumlah perusahaan yang semakin banyak 5. Berkembangnya produk dengan beragam inovasi 6. Kecilnya hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri pengolahan susu 7. Jaringan distribusi pesaing lebih luas
Kekuatan (Strengths-S)
Kelemahan (Weaknesses-W)
1. Hubungan baik antara pekerja dan penanggung jawab E-coFarm 2. Harga jual terjangkau dan adanya diskon/potongan harga 3. Hubungan yang baik dengan konsumen 4. Memiliki inovasi produk 5. Kemudahan akses bahan baku utama 6. Ketersediaan tenaga kerja yang berada di sekitar unit usaha Strategi S-O 1.Mempertahankan dan meningkatkan kualitas/mutu produk (S1,S2,S4,S5,S6,O1,O2, dan O4) 2. Memperluas wilayah distribusi produk (S2, S3,S6,O1,O2,O3, dan O4) 3. Mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait (S1,S2,S3,S6, dan O1) 4. Meningkatkan kegiatan promosi (S2,S3,S4,S6,O1,O2,O3dan O4) Strategi S-T
1. Pemilik usaha kurang fokus terhadap bisnis yang dijalankan 2.Tidak memiliki distributor 3. Produk belum memiliki izin dari BPOM dan belum bersertifikat halal 4. Penggunaan peralatan produksi masih sederhana 5. Sistem akuntansi keuangan masih sederhana 6. Kurangnya ketersediaan modal
1. Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan (S1,S2,S3,S4,S5,S6,T1,T3,T5,T 6 dan T7) 2. Melakukan diferensiasi produk yang berkualitas dan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru (S2,S4,S5,T2,T3,T4,T5 dan T6)
Strategi W-O 1. Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha (W1,W2,W3,W4,W5,W6,O1,O2,O3, dan O4) 2. Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal dari dinas terkait (W5,W6,O1 dan O4)
Strategi W-T 1. Meningkatkan kualitas SDM (W1,W2,W5,W6,T2,T5,T6, dan T7) 2. Pengelolaan keuangan perusahaan (W1,W3,W4,W5,W6,T1,T3,T4,T5 dan T6)
Lampiran 2. Alternatif Strategi Analisis SWOT Berdasarkan Analisis SWOT diperoleh 10 alternatif strategi berikut ini: Strategi 1: Mempertahankan dan meningkatakan kualitas/mutu produk yoghurt untuk memenuhi permintaan konsumen Strategi 2: Memperluas wilayah distribusi produk Strategi 3: Mempertahankan hubungan baik dengan pekerja, pelanggan dan dinas terkait Strategi 4: Meningkatkan kegiatan promosi Strategi 5: Memanfaatkan skim kredit untuk meningkatkan kapasitas usaha Startegi 6: Memperbaiki kemasan produk dengan memberikan merek dan labelisasi halal/kemasan pangan dari dinas terkait Strategi 7: Mempertahankan tingkat harga bersaing dan pelayanan kepada konsumen untuk menghadapi persaingan Strategi 8: Meningkatkan diferensiasi produk yoghurt yang berkualitas dengan terus melakukan upaya inovasi untuk menghadapi pesaing dan pendatang baru Strategi 9: Meningkatkan kualitas SDM Strategi 10: Melakukan pengaturan dalam pengelolaan keuangan perusahaan
Lampiran 3. Kemasan Produk E-coFarm
Keterangan: Gambar diatas merupakan bentuk kemasan produk E-coFarm.
Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Produk
Keterangan: Produk E-coFarm disimpan dalam freezer dan lemari pendingin.
Lampiran 5. Kegiatan Produksi E-coFarm
Keterangan: Gambar diatas merupakan aktivitas pengemasan produk E-coFarm.