ANALISIS KINERJA KEUANGAN KOPERASI di KOPERASI KELUARGA PEGAWAI ITB
SKRIPSI
MUHAMMAD REZA ILHAMI H34086059
PROGRAM SARJANA AGRIBISNISPENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN MUHAMMAD REZA ILHAMI. Analisis Kinerja Keuangan Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah Bimbingan LUKMAN M. BAGA). Koperasi memiliki kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian dan kesempatan kerja di Indonesia terutama dalam sektor pertanian dibandingkan dari sektor lain. Pengembangan koperasi identik dengan pengembangan ekonomi kerakyatann hal itu dilihat dari latar belakang perekonomian yang menunjukan bahwa koperasi diciptakan untuk melindungi kaum ekonomi lemah. Koperasi dikembangkan demi mewujudkan pemerataan pendapatan masyarakat melalui pertumbuhan koperasi yang sehat. Salah satu dari gerakan koperasi di Indonesia adalah koperasi keluarga pegawai yang menaungi pegawai-pegawai yang bekerja pada suatu institusi. Institut Teknologi Bandung memiliki Koperasi Keluarga Pegawai ITB yang didirikan pada Tanggal 24 Februari 1990. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan bisnis KKP ITB dengan kinerja pengurus koperasi serta harapan dari anggota maupun non-anggota yang terjadi pada KKP ITB, menganalisis faktor-faktor internal maupun eksternal yang menjadi suatu kelemahan maupun kekuatan bagi KKP ITB sehingga dapat mengetahui kinerja-kinerja organisasi maupun kinerjapara pengurus KKP ITB. Berdasarkan hasil analisis dalam kinerja organisasi, maka secara internal KKP ITB harus memperbaiki sistem kerja antara individu agar tidak terjadi ketidakseimbangan antara anggota atau pengurus yang aktif dengan anggota atau pengurus yang apatis meskipun telah dibagi tugas terhadap masing-masing orang. Secara eksternal, KKP ITB terus mendorong atau mempertahankan hubungan kerjasama dengan pihak luar agar dapat membantu permodalan atau hal lain yang dapat membantu keberlangsungan bisnis KKP ITB. Berdasarkan hasil pembahasan kinerja keuangan koperasi menunjukkan Likuiditas KKP ITB Periode 2005-2009 sesuai dengan angka rasio lancar, rasio cair, rasio kas berada pada kondisi baik karena KKP ITB memiliki kemampuan untuk membayar kewajiban lancarnya cukup tinggi. Solvabilitas KKP ITB pada Periode 2005-2009 menunjukkan rasio kewajiban jangka panjang atas harta, kewajiban jangka panjang atas modal dan kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi mengalami keadaan yang sangat baik karena kemampuan untuk menjamin semakin rendah dan dan keadaan memiliki utang pun sedikit. Profitabilitas KKP ITB Periode 2005-2009 sesuai dengan angka rasio SHU terhadap penjualan dan modal berada pada kondisi baik karena dari keduanya dapat meningkatkan SHU. Rasio efektifitas KKP ITB 2005-2009 juga dalam keadaan baik meskipun masih cenderung bergantung pada modal dari luar. Produktifitas KKP ITB 2005-2009 mengalami kondisi yang cukup baik dari hasil volume usaha.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN KOPERASI di KOPERASI KELUARGA PEGAWAI ITB
MUHAMMAD REZA ILHAMI H34086059
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
PROGRAM SARJANA AGRIBISNISPENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: Analisis Kinerja Keuangan Koperasi Keluarga Pegawai ITB
Nama
: Muhammad Reza Ilhami
NIM
: H34086059
Disetujui, Pembimbing
Ir. Lukman M. Baga, MAEc NIP. 19640220 1989031 001
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kinerja Keuangan Koperasi Keluarga Pegawai di Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi Bandung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Muhammad Reza Ilhami H34086059
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada Tanggal 11 Maret 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Otong Ahmad Fathoni dan Ibunda R. Siti Atikah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sukarela III Bandung pada Tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada Tahun 2002 di SMPN 17 Bandung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 21 Bandung diselesaikan pada Tahun 2005. Penulis melanjutkan ke jenjang DIII perguruan tinggi di Program Studi Ekowisata, Institut Pertanian Bogor jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Tahun 2005 dan diselesaikan pada Tahun 2008 dan selanjutnya tercatat sebagai mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Koperasi di Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi Bandung”. Penelitian ini bertujuan mempelajari proses kinerja keuangan KKP ITB. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa sebagai bahan literatur
Bogor, Agustus 2011
Muhammad Reza Ilhami
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada. 1. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen evaluator pada kolokium dan dosen penguji utama pada siding yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi. 3. Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAbuss selaku dosen penguji komisi akademik yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi. 4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 5. Pihak Koperasi Keluarga Pegawai ITB Bapak Dr. Ir. Chalid Idham Abdullah sebagai dewan penasehat, Bapak Musa Ali Mustofa, M.Si sebagai ketua, dan para pengurus KKP ITB. 6. Orang Tua dan saudara tercinta untuk setiap dukungan, cinta dan doa yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik. 7. Teman-teman Agribisnis angkatan V dan VI atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2011
Muhammad Reza Ilhami
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...........................................................................................
i
DAFTAR TABEL ..................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 1.5 Ruang Lingkup .......................................................................
1 1 3 6 6 6
II.
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1. Karakteristik Koperasi............................................................ 2.1.1 Koperasi ........................................................................ 2.1.2 Jatidiri Koperasi ............................................................ 2.1.3 Laporan Keuangan Koperasi ......................................... 2.1.2 Manajemen SDM .......................................................... 2.2. Analisis Kinerja Keuangan .................................................... 2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu ..............................................
7 7 7 7 9 10 11 11
III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 3.1.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi ............................ 3.1.2. Potensi Kesehatan Keuangan Koperasi ...................... 3.1.3. Kinerja Organisasi ...................................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
13 13 13 15 15 16
IV. METODE PENELITIAN.............................................................. 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 4.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................... 4.4. Metode Analisis Data ............................................................. 4.4.1. Rasio ........................................................................... 4.4.2. Analisis Rasio Keuangan ............................................
18 18 18 18 18 18 19
V.
GAMBARAN UMUM .................................................................. 5.1. Sejarah KKP ITB .................................................................... 5.1.1. Masa Koperasi Karyawan ITB ................................... 5.1.2. Masa Koperasi Keluarga ITB ..................................... 5.1.3. Masa Koperasi Pegawai Negeri ITB .......................... 5.1.4. Organisasi ...................................................................
24 24 24 24 25 25
VI. PEMBAHASAN ............................................................................ 6.1 Kinerja Organisasi dan Sumberdaya Manusia ........................
28 28
i
6.1.1 Pengembangan Standard Operational Procedure KKP ITB ..................................................................... 6.1.2 Aspek Manajemen ........................................................ 6.1.3 Aspek Akuntansi .......................................................... 6.1.4 Aspek Usaha ................................................................. 6.1.5 Aspek Permodalan ........................................................ 6.2 Analisis Kinerja Keuangan KKP ITB ..................................... 6.2.1 Likuiditas ....................................................................... 6.2.2 Solvabilitas ..................................................................... 6.2.3 Profitabilitas ................................................................... 6.2.4 Efektifitas ....................................................................... 6.2.5 Produktivitas ..................................................................
30 31 32 33 35 37 38 41 44 47 48
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 7.1 Kesimpulan .............................................................................. 7.2 Saran ........................................................................................
50 50 50
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
52
LAMPIRAN ............................................................................................
54
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Susunan Organisasi KKP ITB periode Tahun 2007-2010 ..................
26
2. Manajer Usaha KKP ITB periode Tahun 2009 ...................................
26
3. Perwakilan Komisariat dan Jumlah Anggota KKP ITB Tahun 2009 .
27
4. Perbandingan Pendapatan dari Masing-Masing usaha KKP ITB .......
34
5. Perkembangan Modal Sendiri dan Modal Luar KKP ITB …………..
36
6. Rasio Lancar KKP ITB periode 2005-2009 ........................................
38
7. Rasio Cair KKP ITB Periode 2005-2009 ...........................................
39
8. Rasio Kas KKP ITB periode 2005-2009 ............................................
40
9. Rasio Kewajiban Jangka Panjang Atas Harta KKP ITB Periode 2005-2009 .............................................................
41
10. Rasio Kewajiban Jangka Panjang Atas Modal KKP ITB Periode 2005-2009 ..............................................................
43
11. Rasio Kewajiban Jangka Panjang Atas Kapitalisasi KKP ITB Periode 2005-2009 ..............................................................
44
12. Rasio Sisa Hasil Usaha Atas Penjualan KKP ITB Periode 2005-2009
45
13. Rasio SHU Atas Modal KKP ITB Periode 2005-2009 .......................
46
14. Rasio HPP Atas Penjualan KKP ITB Periode 2005-2009 ..................
47
15. Rasio Volume Usaha Atas Jumlah Karyawan, Jumlah Anggota, Total Aset dan Jumlah Modal KKP ITB Periode 200-2009…………...
48
iii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Gabungan Hasil Analisis Rasio...........................................................
48
2. Kuisioner Penelitian ............................................................................
50
iv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi memiliki peran yang dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang berbeda dari perusahaan perseorangan Perseroan Terbatas (PT). Dilihat dari asal katanya, istilah Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Yang dimaksud dengan koperasi disini bukan segala sesuatu bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersama dalam arti yang sangat umum namun Koperasi disini adalah suatu bentuk perusahaan yang dibentuk oleh orang-orang tertentu untuk mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya dan mendahulukan keperluan bersama. Koperasi dapat berkembang tidak hanya di suatu pedesaan atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Koperasi Unit Desa (KUD), namun koperasi juga dapat berkembang di masyarakat perkotaan dan dapat dikembangkan menjadi suatu koperasi yang besar tergantung dari peran pengurus dan para anggotanya. Koperasi memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain, unsur-unsur tersebut adalah unsur sosial dan unsur ekonomi. Dikatakan sebagai unsur sosial yaitu karena dalam hal ini koperasi berada di tengah-tengah perkumpulan orangorang dan koperasi berusaha memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya secara efisien namun koperasi tidak berorientasikan keuntungan semata. Unsur ekonomi dalam koperasi tergantung dari peran serta pengurus dan anggotanya, jika para pengurus memiliki sifat jujur dan terampil dalam bekerja maka kemajuan koperasi itu juga dapat terlihat. Walaupun koperasi berbeda dengan perusahaan, namun pada dasarnya koperasi tetap memerlukan suatu manajemen dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen
dalam
kinerja
organisasi
baik
fungsi
perencanaan,
fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Selain itu, perlu adanya analisis kinerja keuangan pada koperasi yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perputaran keuangan yang didapatkan dari simpanan ataupun dari hasil penjualan produk sehingga dapat diketahui juga suatu permasalahan yang ada di dalam koperasi tersebut apakah pendapatan dalam koperasi itu mengalami penurunan atau justru adanya kenaikan atau kinerja koperasi itu baik atau buruk. 1
Koperasi diyakini dapat menjadi alternatif untuk menyelesaikan persoalan sosial ekonomi Indonesia. Sampai saat ini koperasi di Indonesia masih lebih dominan sebagai gerakan moral dibandingkan dengan gerakan ekonomi yang secara nyata mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya dan masyarakat Indonesia. Secara kelembagaan, koperasi lebih menempatkan dirinya sebagai sebuah organisasi sosial namun pada dasarnya peran koperasi tidak hanya terbatas pada peran sosial saja tapi juga peran secara ekonomi. Dalam organisasi koperasi terdapat prinsip atau norma identitas ganda, anggota di samping sebagai pemilik sah, juga pemilik atau pelanggan jasa yang diusahakan oleh koperasi. Di samping itu, dalam organisasi koperasi terdapat dua perusahaan (double nature) yaitu perusahaan, atau kegiatan ekonomi, anggota secara individu dan perusahaan koperasi yang dimiliki anggota secara bersamasama. Hubungan antara koperasi dengan lingkungannya bersifat terbuka, cara kerjanya adalah suatu sistem yang berorientasi pada tujuan, dan pemanfaatan sumber dayanya adalah suatu organisasi ekonomi yang unsurnya mencakup anggota-anggota perseorangan, perusahaan atau kegiatan ekonomi anggota secara individu, kelompok koperasi, perusahaan koperasi, dan hubungan pemilikan serta hubungan usaha atau pelayanan perusahaan koperasi kepada para anggotanya. Dari penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa koperasi memiliki ciri-ciri yang khas sebagai sebuah organisasi. Koperasi lahir dengan memiliki tiga unsur pokok yakni, kerjasama dua orang atau lebih, tujuan yang akan dicapai, kegiatan yang dikoordinir secara sadar. Pendekatan normalis dalam merumuskan pengertian koperasi, di samping telah menunjukkan cirri-ciri esensial koperasi yang dapat dikaji secara ilmiah. Selain itu, juga telah memberikan penjelasan yang cukup rinci mengenai perbedaan koperasi dengan organisasi ekonomi lain yang bukan koperasi. Salah satu bagian dari gerakan koperasi di Indonesia adalah koperasi pegawai. Menurut Baswir (1997), koperasi pegawai merupakan salah satu bentuk koperasi yang di bentuk berdasarkan keanggotaan. Koperasi pegawai terbentuk karena adanya kebutuhan yang sama diantara para pegawainya untuk bersamasama meningkatkan kesejahteraan anggota dalam suatu institusi. Institut Teknologi Bandung memiliki Koperasi Keluarga Pegawai (KKP) ITB yang
2
didirikan pada Tanggal 8 November 1990. Anggota KKP ITB terdiri dari dosen dan staf penunjang yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik dan membuat kinerja secara keseluruhan juga baik karena memiliki jaringan yang lebih luas. Walaupun demikian, dosen dan staf penunjang juga memiliki keterbatasan seperti alokasi waktu dan kegiatan lain sehingga timbul permasalahan yang menarik untuk dilakukan penelitian. 1.2 Perumusan Masalah Tanggung jawab dalam membangun bangsa tidak hanya diemban oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, namun perguruan tinggi turut memiliki peran penting. Peran tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan mengembangkan koperasi yang diyakini dapat membangun kemandirian ekonomi bangsa. Institut Teknologi Bandung memiliki koperasi keluarga pegawai yang beranggotakan dosen dan staf penunjang. Koperasi tersebut telah dikembangkan dengan strategi seperti mengadakan pekatihan bagi pengurus dan karyawannya yang tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi sehingga memberikan kontribusi yang tepat dan sesuai bagi kemandirian ekonomi kampus. KKP ITB memiliki anggota dan pengurus pada tahun 2009 tercatat pada perwakilan komisariat dan jumlah anggota KKP ITB yaitu berjumlah 2.877 anggota dan jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan jumlah anggota pada Tahun 2008, hal tersebut karena adanya pegawai yang pensiun. Seharusnya jumlah anggota tersebut masih bisa dipertahankan jumlahnya sehingga tidak terlalu jauh jumlah penurunan anggotanya. Permasalahan lain yang ada di KKP ITB yaitu adanya target untuk terus menjadikan koperasi ini sebagai koperasi terbaik sehingga dituntut kepada pengurusnya agar terus berupaya berfikir untuk menciptakan suatu langkah kerja yang baru dalam rangka pengembangan koperasi. Selain itu dalam permasalahan internal yaitu masih adanya anggota yang bersikap apatis terhadap keberadaan aktivitas KKP ITB yang menghambat upaya pengembangan social capital yang mensyaratkan peran serta anggota dalam aktivitas KKP ITB. Permasalahan lain juga tidak lepas dari permasalahan eksternal seperti belum memiliki acuan bagi penetapan kebijakan kerjasama dengan pihak luar dan pengawasan kegiatan usaha akibat dari perkembangan situasi ekonomi seperti kenaikan harga, nilai tukar, dan 3
kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi yang menjadi persoalan penting untuk diantisipasi. Koperasi ini merupakan salah satu wadah dalam bidang usaha untuk menunjang kesejahteraan para pegawai dilingkungan ITB. Jumlah anggota dan kekayaan yang dimiliki oleh KKP-ITB dari tahun 2004-2008 terus mengalami peningkatan sebagaimana data Grafik 1. Grafik 1. Data Koperasi Keluarga Pegawai ITB 2004-2009
Sumber : koperasi keluarga pegawai ITB
Dari data grafik dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan jumlah antara kekayaan dan total SHU, hal ini karena adanya peningkatan nilai pendapatan dari setiap usaha yang ada di KKP ITB seperti Unit Simpan Pinjam, Unit Waserda, dan usaha yang lain yang telah dihitung dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Kenaikan nilai SHU KKP ITB Tahun 2005 adalah sebesar Rp 428.451.899. Pada tahun berikutnya mengalami penurunan nilai SHU menjadi Rp 416.900.418 karena dari masing-masing unit usaha mengalami penurunan pendapatan. Kenaikan nilai SHU pada Tahun 2007 sangat tinggi dibandingkan dengan pada tahun sebelumnya Karena pada tahun ini setiap unit usaha memberikan nilai yang besar sehingga total SHU pada Tahun 2007 mencapai Rp 443.787.519. kinerja yang baik dari pengurus dalam mengelola keuangan untuk menangani simpanansimpanan yang berasal dari anggota maupun pinjaman-pinjaman yang dilakukan oleh anggota pula. Usaha simpan pinjam (USP) KKP-ITB masih menjadi primadona usaha KKP-ITB. Usaha ini sangat membantu anggota KKP-ITB dalam
4
mengatasi kebutuhan anggota. Kenaikan SHU terus berlanjut ditahun 2009, kenaikan tersebut berjumlah 34,49 persen. Kenaikan keuntungan juga didapat dari usaha lain seperti unit waserda, unit toko, unit rental mobil, unit kedai hijau, unit parkir, dan lain-lain. Koperasi keluarga pegawai ITB juga memiliki tantangan berupa persaingan secara tidak langsung dengan perusahaan dan pembuktian bahwa koperasi pun dapat berkembang dan memiliki keuntungan besar bagi para anggotanya. Dengan adanya tantangan tersebut, KKP ITB berusaha keras agar berhasil dan membuktikan kepada siapapun koperasi tidak hanya segitu saja melainkan memiliki peluang yang hampir sama dengan suatu perusahaan untuk mensejahterakan pengurus dan anggotanya. Keberhasilan dari KKP ITB karena memiliki faktor penentu yaitu pola manajemen yang sangat baik karena adanya orang-orang yang berpikir secara teknis sehingga koperasi ini sedikit menyinggung kepada bisnis. Hal itu dilihat karena koperasi ini memiliki divisi bisnis, yaitu : 1. Divisi simpan pinjam : mencakup kegiatan simpan pinjam dan penyertaan modal 2. Divisi waserda : mencakup kegiatan pertokoan, pengembangan artshop serta copy center 3. Divisi cafe : mencakup kedai hijau serta pengembangan toko kue dan makanan untuk keperluan kegiatan rutin di unit ITB, Polman dan Polban 4. Divisi travel : mencakup kegiatan perparkiran serta pengembangan jasa travel, bengkel, dan servis kendaraan Divisi Usaha yang dilakukan Koperasi Keluarga Pegawai (KKP) ITB adalah sebagai salah satu sumberdaya strategis untuk menjalankan usaha yang dapat menghasilkan SHU pada setiap hasil usahanya dan diberikan kepada anggota yang memiliki peran dalam setiap kegiatan usaha. Oleh karena itu setiap pengelolaan organisasi dan keuangan dalam bidang usaha sangat penting bagi kelangsungan hidup koperasi. Masalah yang sering dihadapi dalam kaitannya dengan pengelolaan organisasi dan keuangan ini adalah masalah menentukan berbagai kemungkinan mengenai sumber dana yang akan diperoleh yaitu dari penjualan barang yang relatif murah dan bagaimana cara penggunaanya untuk membiayai kegiatan yang akan diselenggarakan sesuai dengan prioritasnya. Maka 5
dari itu ingin diketahui pola manajemen pada koperasi ini yang dilihat dari kinerja pengurus dengan menurunkan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja organisasi di KKP ITB? 2. Bagaimana kinerja keuangan dalam KKP ITB? 1.3 Tujuan 1. Menganalisis kinerja organisasi KKP ITB 2. Menganalisis kinerja keuangan KKP ITB 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi peneliti, menjadi gambaran untuk mengetahui keuangan didalam koperasi 2. Bagi KKP ITB mendapat gambaran mengenai kinerja keuangan dari laporan keuangan Periode 2005-2009 berikut keadaan organisasi. 3. Bagi pembaca, sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini hanya dilakukan di koperasi keluarga pegawai ITB yaitu disekitar lingkungan kampus ITB. Analisis kinerja keuangan koperasi ini dengan menggunakan analisis rasio laporan keuangan 2005-2009. Batasan penelitian fokus terhadap kinerja organisasi dan keuangan koperasi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Karakteristik Koperasi
2.1.1
Koperasi Sebagian orang seluruh dunia mengenal koperasi, walaupun definisi yang
keluar dari pemikiran mereka berbeda-beda sehingga timbul pengertian menurut para ahli. Dilihat dari asal katanya, istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris yaitu co-operation yang berarti usaha bersama. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka. Menurut Hatta (1954), koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurahmurahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan. Pengertian koperasi di Indonesia adalah pasal 33 UUD 1945 dan undangundang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam pasal 33 UUD 1945 antara lain dikemukakan perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Sedangkan menurut undang-undang No. 25 tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. 2.1.2 Jatidiri Koperasi Koperasi harus kita kenal dengan benar sebagai suatu bentuk organisasi yang memiliki jati diri sebagai kegiatan usaha bersama yang tidak hanya mencari keuntungan. Jatidiri koperasi meliputi tiga hal yang saling terkait, tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain dan merupakan satu kesatuan, terdiri dari: organisasi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip (Soedjono, 2007). Keutuhan ketiga bagian tersebut dapat dipersamakan dengan susunan manusia: organisasi koperasi bagaikan tubuhnya; nilai-nilai bagaikan rohnya: dan prinsip-prinsip bagaikan tingkah lakunya. Organisasi itu meliputi perkumpulan otonom, berdiri sendiri, diatur sendiri dan tidak ada campur tangan dari pihak luar. Dalam hal ini koperasi sebagai
7
perkumpulan orang-orang yang secara sukarela masuk kedalamnya dengan memiliki anggota untuk berupaya mencapai kepentingan dan aspirasi bersama dibidang ekonomi, sosial dan budaya sehingga untuk memenuhi kepentingan dan aspirasi bersama, koperasi difungsikan sebagai perusahaan yang dikendalikan secara bersama. Pembentukan koperasi juga memiliki nilai-nilai yang dibagi kedalam dua bagian yaitu nilai-nilai organisasi yang meliputi tanggung jawab diri sendiri,
menolong
diri
sendiri,
demokrasi,
persamaan,
keadilan
dan
kesetiakawanan sedangkan nilai yang kedua adalah nilai-nilai etis yang meliputi kejujuran, tanggung jawab sosial, serta kepedulian terhadap orang lain. Nilai yang terdapat di dalam koperasi juga memiliki prinsip-prinsip yang harus dipegang karena prinsip-prinsip di dalam koperasi merupakan pedoman, pemandu dan penuntun bagi kegiatan koperasi yang menjabarkan dan mencerminkan nilai-nilai koperasi yang terdiri dari keanggotaan dan sukarela artinya dalam koperasi menjadi anggota/keluar sebagai anggota tidak boleh dipaksa sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dan harus terbuka bagi siapapun tanpa membedakan gender, kedudukan sosial, ras dan keyakinan politik atau agama. Selain itu, prinsip-prinsip koperasi yaitu pengendalian oleh anggota secara demokratis dan secara aktif berpartisipasi dalam penetapan kebijakan serta pengambilan keputusan. Untuk lebih menunjang prinsip koperasi maka ada partisipasi ekonomi anggota yaitu menyumbang dan mengambil bagian dengan cara yang adil untuk membangun modal koperasi dan mengendalikannya secara demokratis. Sebagian dari modal merupakan milik bersama dari koperasi dan anggota menerima imbalan atau kompensasi yang terbatas terhadap modal yang disumbangkan. Anggota-anggota membagi surplus usaha koperasi untuk pengembangan koperasi, membentuk cadangan sekurang-kurangnya sebagian dari padanya tidak dapat dibagi-bagi kepada anggota, digunakan untuk kegiatan yang disetujui oleh anggota dan otonomi koperasi harus tetap dipertahankan. Pendidikan, pelatihan dan informasi harus tetap dilakukan sebagai salah satu prinsip koperasi yaitu koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan anggota-anggota, pengurus/pengawas, manajer dan karyawan supaya dapat memajukan koperasi dan memberikan informasi kepada masyarakat umum, generasi muda, pimpinan masyarakat tentang sifat dan manfaat koperasi. Selain
8
pendidikan dan informasi, kerjasama diantara koperasi juga perlu dilakukan baik secara lokal, nasional, regional dan internasional akan memperkuat gerakan koperasi dan memberikan pelayanan yang efektif bagi para anggotanya. Kepedulian terhadap komunitas juga perlu dilakukan dengan melalui kebijakan yang disetujui oleh para anggota, jika jatidiri koperasi dilaksanakan dengan baik maka koperasi akan berperan dan berpotensi yang efektif. 2.1.3 Laporan Keuangan Koperasi Laporan keuangan merupakan bagian dari pertanggung jawaban pengurus kepada para anggotanya di dalam rapat anggota tahunan (RAT), laporan keuangan biasanya meliputi laporan posisi keuangan, laporan sisa hasil usaha, dan laporan arus kas yang penyajiannya dilakukan secara komparatif dan harus ditandatangani oleh semua anggota pengurus koperasi (UU No.25/1992, Pasal 36, Ayat 1). Laporan laba rugi menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha (SHU). SHU
yang dibagikan
untuk
anggota harus
berasal
dari usaha
yang
diselenggarakan. Komponen pembagian SHU sesuai dengan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga (AD/ART) koperasi yang bersangkutan (pasal 45 UU No.25/1992). Menurut Sitio dan Tamba (2001), pengguna utama dari laporan keuangan koperasi yaitu anggota, calon anggota, bank, kreditur dan lain-lain. Laporan keuangan koperasi yang dibuat oleh pengurus berfungsi sebagai nilai pertanggungjawaban pengurus untuk menilai prestasi dan manfaat yang diberikan kepada anggota dan sebagai pertimbangan untuk menentukan jumlah sumberdaya dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi. Menurut Hanel (1992), koperasi berfungsi sebagai lembaga ekonomi yang berorientasi kepada pelayanan kepada anggota secara langsung. SHU yang berasal dari transaksi anggota dan non-anggota didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian SHU yang telah diatur dalam AD/ART koperasi. Laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari koperasi-koperasi. Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan sisa hasil usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha. Istilah perhitungan hasil usaha sebagai pengganti istilah laporan laba rugi adalah mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari laba, tetapi lebih ditekankan pada manfaat bagi anggota. Oleh karena itu koperasi tidak 9
menggunakan istilah laba atau rugi, melainkan hasil usaha. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh koperasi dapat menyajikan hak dan kewajiban anggota beserta hasil usaha dari dan untuk anggota, disamping dari yang berasal dari bukan anggota. Hal ini dilakukan oleh karena kegiatan koperasi sendiri cenderung lebih banyak ditujukan kepada kepentingan anggota, baik sebagai pemilik maupun pelanggan. 2.1.4 Manajemen SDM Keberhasilan koperasi dalam mengelola keuangan tidak lepas dari peran dari sumberdaya manusia (SDM) yang turut berperan dalam pengelolaan koperasi itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pola manajemen kinerja SDM yang baik. Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari suatu organisasi, kelompok dan individu dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan. Setiap kinerja dibutuhkan suatu evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan dari kinerja SDM. Secara spesifik tujuan dari evaluasi kinerja seperti yang dikemukakan Sunyoto (1999: 1) adalah meningkatkan saling pengertian antara karyawan kemudian mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi sebelumnya, kemudian memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang dan mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan sehingga karyawan lebih termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja yaitu faktor kemampuan yaitu kemampuan secara psikologis dan secara nyata kemudian faktor motivasi yang diartikan suatu sikap terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Menurut Timple (1992: 31), faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifatsifat seseorang misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang 10
mempunyai sifat jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan
orang
tersebut
tidak
memiliki
upaya-upaya
untuk
memperbaiki
kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan seperti perilaku sikap, tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. 2.2 Analisis Kinerja Keuangan Menurut Jumingan, (2005) menyangkut review data laporan yaitu aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan sistem akuntansi yang berlaku. Munawir (1997), menganggap maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun penilaian yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comporable) setelah itu dapat menghitung, mengukur, menginterprestasi dan memberi solusi terhadap keuangan badan usaha pada periode tertentu. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999) kinerja keuangan adalah suatu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan terhadap posisi keuangan tersebut. Penilaian kinerja keuangan yang berlandaskana pada data dan irformasi keuangan merupakan suatu tolak ukur yang sering digunakan dalam memperoleh informasi tentang posisi keuangan suatu badan usaha. Penelitian ini sebagai penilaian kinerja dengan menganalisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan suatu badan usaha pada periode tertentu. 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini akan terpusat pada kinerja organisasi keuangan koperasi. Penelitian terdahulu yang pernah meneliti kinerja keuangan koperasi pada umumnya menggunakan laporan keuangan koperasi sebagai data dalam pendekatan kuantitatif.
Lismawati (2009), meneliti kinerja keuangan KUD
Sumber Alam Tahun 2003-2008. Alat analisis yang digunakan untuk analisis kinerja keuangan adalah analisis trend, analisis persentase per komponen dan
11
analisis rasio yang meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Hasil perhitungan rasio likuiditas menunjukkan keadaan yang kurang baik yaitu berada dibawah standar sedangkan solvabilitas keadaan cukup baik karena memenuhi standar. Hasil perhitungan rasio rentabilitas dan aktivitas usaha menunjukkan keadaan yang tidak baik karena nilai penjualanyang terus menerus mengalami penurunan menyebabkan SHU yang diperoleh KUD menurun. Kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam dengan analisis Customer Satisfaction Index (CSI) menghasilkan informasi bahwa KUD Sumber Alam masih berada pada tingkatan cukup puas. Akbar (2009), membandingkan analisis kinerja keuangan dan aktivitas usaha KUD Sumber Alam dengan Primkopti menggunakan alat analisis tren dan analisis rasio untuk menilai kinerja keuangan kedua koperasi tersebut. Penelitian terdahulu yang meneliti tentang koperasi berdasarkan klasifikasi Fadli (2009), meneliti tentang strategi pengembangan koperasi pegawai di KPRI IPB “Teko Sumodiwirjo”. Judul itu diambil untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan bisnis, kinerja aktual pengurus koperasi, faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi suatu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) serta peluang (opportunities) dan ancaman (threat) dengan menggunakan analisis data SWOT dan arsitektur strategi. Hal itu untuk mengetahui juga analisis lingkungan bisnis koperasi dengan menggunakan teknik deskriptif yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. Analisis SWOT mendefinisikan aspek terkait menjadi faktor internal yang terdiri atas komponen kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang terdiri faktor ancaman dan peluang. Selain itu, penelitian ini juga meneliti tentang koperasi berdasarkan bidang usaha yang meliputi koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi pemasaran dan koperasi kredit.
12
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Analisis Rasio Keuangan Koperasi Dalam koperasi, laporan keuangan dalam setiap kegiatan menjadi alat
yang sangat penting untuk keberlangsungan koperasi dalam menjalankan perencanaan. Dengan adanya data laporan keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis rasio. Dengan menggunakan analisis rasio, pengurus dapat melihat hasil yang telah dianalisis. Koperasi tentunya menghasilkan laporan keuangan sebagai bukti dalam rapat anggota akan menjadi suatu gambaran untuk kegiatan koperasi yang akan datang. Rasmussen (1975) menganggap laporan keuangan menjadi alat yang sangat penting dalam mengatur keuangan usaha yang dijalankan dalam koperasi, keberlanjutan koperasi dan perencanaannya ditentukan melalui data keuangan yang akan dianalisis untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Analisis laporan keuangan dalam sebuah koperasi akan mengungkapkan dua hal yaitu: kemampuan dari analisis untuk menampilkan efisiensi dan kemampuan efisiensi koperasi berguna dalam pencapaian tujuan. Menurut Rasmussen (1975) analisis rasio terdiri dari 4 kategori yang cocok untuk badan usaha seperti koperasi yaitu: 1. Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban lancar yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih sedangkan Kuswandi (2006) beranggapan bahwa rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, oleh karena itu rasio ini penting bagi pimpinan, manajer keuangan, bank, atau para pemasok yang memberikan kredit penjualan. Rasio-rasio likuiditas yang sering digunakan adalah rasio lancar, rasio cair, dan rasio kas. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka perbandingan (2:1) atau harta lancar dua kali lipat kewajiban jangka pendeknya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Standar untuk rasio cair tersebut (1:1) mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar diluar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar kewajiban jangka pendeknya. Dengan alasan-alasan tertentu,
13
perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Salah satu rasio kas yaitu rasio atas penjualan atas kas. 2. Solvabilitas Solvabilitas dinilai dengan kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Menurut Kuswandi (2006) solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya. Kemampuan untuk membayar utang jangka panjang bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena cicilan utang pokok maupun bunganya menurut kelaziman dibayar dengan dana kas, dan besarnya dana kas sangat ditentukan oleh besarnya lama yang masuk kedalam perusahaan. Rasiorasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah rasio utang jangka panjang atas harta, rasio utang jangka panjang atas modal, rasio jangka panjang atas kapitalisasi. Nilai rasio-rasio tersebut sebaiknya rendah yang dapat menggambarkan bahwa beban utang perusahaan tidak terlalu berat. Dengan demikian semakin rendah angka rasio, semakin tinggi solvabilitas perusahaan. 3. Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan koperasi menggunakan aktiva secara produktif. Munawir (1993) menyatakan Rasio profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Selain itu, kuswandi (2006) menggambarkan kemampuan badan usaha dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif artinya laba tidak diukur dari besarnya secar mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolak ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitabilitas yang besar juga. Setiap usaha menginginkan dan berusaha mengejar laba. Semakin besar laba semakin baik. Akan tetapi, laba yang besar tidak cukup menggambarkan bahwa usaha telah dikelola dengan baik. Kita baru dapat melihat gambaran perolehan laba yang lebih baik jika besarnya dibandingkan dengan elemen-elemen
yang
terdapat
dalam
neraca
dan
laporan
laba
rugi.
Kemampulabaan koperasi tentunya berbeda dengan perusahaan. Sebuah perusahaan labanya sangat berpengaruh terhadap investasi sedangkan koperasi 14
sangat dipengaruhi oleh modal sendiri yang bersumber dari anggota (Rasmussen 1975). 4. Efektivitas Efektivitas penggunaan dana dilihat dari bagaimana dana tersebut digunakan dalam bentuk beban atau biaya yang dikeluarkan perusahaan (Kuswandi, 2006). Rasio yang dipergunakan adalah rasio harga pokok penjualan atas penjualan, harga pokok penjualan dan beban operasi atas penjualan. Menurut Rasmussen (1975) dan Keown et al (2002) hasil analisis rasio dapat dibandingkan dengan analisis rasio usaha sejenis secara umum untuk melihat hasil kinerja namun karna keterbatasan peneliti mencari rata-rata kinerja keuangan sejenis secara umum oleh karena itu hanya dengan membandingkan angka-angka rasio perusahaan sendiri dari tahun ke tahun untuk mendapatkan penilaian kinerja keuangan. 3.1.2
Potensi Kesehatan Keuangan Koperasi Salah satu aspek penting analisis laporan keuangan dari suatu perusahaan
adalah kegunaannya untuk meramalkan dampak dari keputusan perencanaan atau strategi yang diambil perusahaan karena tidak satupun pihak dalam perusahaan mengharapkan akan terjadinya kebangkrutan atau keharusan untuk menutup usahanya pada suatu saat. Sesuai dengan cakupannya maka hakekat keuangan koperasi
mengupayakan
keseimbangan
antara
kebutuhan
dana
serta
penggunaanya. Pengertian seimbang dalam hal ini adalah keseimbangan antara sisi aktiva dengan pasiva pada neraca. Perbedaan dengan badan usaha lain adalah ketika usaha sudah menghasilkan keuntungan akan dibagikan kepada anggota dalam bentuk SHU sedangkan usaha dalam bentuk deviden. 3.1.3
Kinerja Organisasi Pengelolaan kinerja dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebuah
kerangka kerja yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi bagaimana kinerja seharusnya dikembangkan, diperkenalkan dan dievaluasi. Di dalam kerangka kerja terdapat faktor-faktor lingkungan seperti budaya, gaya manajemen dan struktur yang dapat mempengaruhi prosedur manajemen kinerja, garis panduan, dokumentasi dan proses penting yang akan membuatnya berjalan 15
dengan lancar (penentuan sasaran, analisis atribut dan kompetensi, memberikan umpan balik, konseling dan coaching). Koperasi Keluarga Pegawai ITB (KKP ITB) adalah wadah kebersamaan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama serta ikut membangun tatanan perekonomian di dalam KKP ITB. Kinerja organisasi ini menyangkut aspek-aspek manajemen dalam koperasi diatur dalam satu wadah yaitu kesekertariatan. Kesekertariatan di KKP ITB berjalan dengan baik dalam hal ini mengatur permodalan koperasi yang dikelola oleh masingmasing unit usaha, namun demikian dengan memperhatikan sistem dan kebijakan yang diterapkan koperasi yaitu neraca keuangan yang sebagian besar disubsidi silang dari unit-unit usaha. Didalam organisasi KKP ITB dilakukan rapat anggota tahunan (RAT) yang menetapkan perubahan personal pengawas atas dasar pengunduran anggota pada
periode
sebelumnya.
Dalam
RAT,
anggota
menerima
laporan
pertanggungjawaban dari pengurus dan pengawas KKP ITB dengan perbaikan laporan selama tiga bulan. Apabila tidak ada perbaikan dalam tiga bulan kedepan maka laporan dinyatakan ditolak. RAT memberikan mandat kepada komisariat untuk menerima perbaikan laporan pertanggungjawaban terhadap pengurus dan pengawas. Laporan pertanggungjawaban pengurus KKP ITB melaporkan kegiatankegiatan selama satu tahun yang meliputi kelembagaan yang berpedoman pada keputusan RAT pada periode sebelumnya. Selain kelembagaan juga pengurus melaporkan keuangan yang terdiri dari neraca, realisasi rencana anggaran pendapatan dan biaya, perhitungan sisa hasil usaha, neraca komparatif sekertariat USP dan UPK, neraca komparatif unit Waserda, neraca komparatif Cafe Hijau dan neraca Konsolidasi dari Tahun 2005-2009. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Koperasi Keluarga Pegawai ITB yang berada di lingkungan kampus ITB merupakan salah satu koperasi di Indonesia yang pernah memperoleh penghargaan sebagai koperasi terbaik. Peningkatan jumlah anggota, permodalan, maupun SHU belum cukup untuk menyatakan bahwa kinerja keuangan di KKP ITB dinyatakan baik, oleh karena itu analisis rasio yang meliputi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan efektivitas sebagai alat untuk mengetahui analisis 16
kinerja keuangan dan kondisi kesehatan keuangan. Hasil dari kinerja keuangan menjadi alat bagi anggota, penanam modal, pengawas untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan dan kesehatan keuangan dengan menggunakan laporan SHU dan neraca yang dilaporkan setiap tahun. Kerangka pemikiran operasional dapat menjelaskan melalui bagan di bawah ini.
KKP ITB merupakan salah satu koperasi yang berprestasi dalam pengelolaan dana dari simpanan dari para anggotanya. Koperasi pegawai diharapkan mampu mengelola modal dari internal maupun eksternal untuk pengembangan usaha.
Analisis Kinerja Keuangan KKP ITB periode 2005-2009
Kinerja Organisasi Koperasi Keluarga Pegawai ITB
Likuiditas
Analisis Ratio pada Laporan Keuangan KKP ITB periode 2005-2009
Solvabilitas
Profitabilitas s
Efektivitas
Produktivitas
Kondisi Kesehatan Keuangan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Keluarga Pegawai ITB.
17
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Keluarga Pegawai (KKP) ITB Kota Bandung. Alasan yang melatarbelakangi pemilihan tempat yaitu koperasi ini pernah menjadi salah satu koperasi terbaik di Indonesia. Waktu penelitian dilaksanakan dari pertengahan bulan Maret 2011 sampai bulan April 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap perangkat organisasi (pengurus dan pengawas) koperasi. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh koperasi yaitu laporan keuangan hasil rapat tahunan selama lima tahun terakhir. Data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dari laporan keuangan berupa laporan neraca dan laporan perhitungan SHU menggunakan data laporan keuangan dari tahun 2005-2009. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Metode pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling yaitu pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa responden adalah pihakpihak terkait dengan penelitian. Jumlah responden yang diberikan kuisioner sebanyak 30 orang, yaitu berasal dari anggota yang menggunakan jasa pelayanan dan produk di KKP ITB. Responden adalah seluruh anggota dan pengurus koperasi ITB. 4.4 Metode Analisis data 4.4.1. Rasio Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan (Jumingan,2006). Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana. Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan darimana unsurunsur angka rasio tersebut diperoleh, dan golongan kedua adalah angka-angka
18
rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan, berbagai angka rasio dapat juga dibuat berdasarkan tujuan pihak penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. 4.4.2 Analisis Ratio Keuangan Menurut Jumingan (2006) analisis ini merupakanan Analisis eksternal yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Bagi seorang penganalisis eksternal hanya tersedia laporan keuangan yang lazimnya diumumkan pada khayalak ramai, yaitu neraca dan laporan laba-rugi, sehingga tentu tidak bisa secara mendalam dalam menyinggung masalah dalam perusahaan. Data akan dianalisis dalam bentuk tabulasi, deskriptif, dan kuantitatif. Proses menganalisis data dengan pendekatan akuntansi yaitu analisis rasio keuangan. Analisis kinerja keuangan koperasi menurut Rasmussen (1975) berupa analisis rasio terdiri dari Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Efisensi. Kuswandi (2006) menjabarkan keempat analisis rasio tersebut dengan menjelaskan fungsi rasionya. 1. Likuiditas a. Rasio lancar (Current Ratio) Harta Lancar
= ... x
Kewajiban Lancar Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dan kewajiban jangka pendek dari kegiatan operasional (Kuswadi, 2006). Harta lancar dimaksud adalah harta yang dianggap perusahaan dapat dicairkan segera atau dalam waktu setahun atau kurang. Kewajiban jangka pendek (Utang Lancar) adalah kewajiban yang jatuh temponya setahun atau kurang. Rasio lancar biasanya digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atas harta lancarnya. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka dua dibanding satu (2 : 1) atau harta lancar dua kali lipat kewajiban lancarnya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Sebenarnya, pengertian aman ini sangat relatif karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
19
jenis bisnis dan produknya. Jadi, kurang bijaksana jika untuk mendapatkan rasa aman sehubungan dengan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar atas harta lancarnya Untuk lebih amannya dan demi kehati-hatian dapat menggunakan rasio cair. b. Rasio Cair Harta Lancar - (persediaan + pembayaran di muka)
= ...x
Kewajiban Jangka Pendek Perhitungan rasio cair, nilai persediaan dan pembayaran muka tidak diikutsertakan. Standart untuk rasio cair tersebut (1:1) mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar diluar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar jangka pendeknya (Kuswandi, 2006). Untuk lebih menyempurnakan rasio likuiditas ini dapat digunakan rasio yang lebih baik yaitu rasio kas atau rasio tunai. c. Rasio Kas Uang Kas dan Bank
= ... x
Kewajiban Jangka Pendek Dengan alasan-alasan tertentu, perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Dengan rasio kas, harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas atau uang tunai, baik yang ada dalam perusahaan maupun yang di bank. Menurut Kuswandi (2006) uang kas dan bank adalah harta yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena uang kas dan bank dapat segera dicairkan tanpa harus melalui proses untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan terlebih dahulu. 2. Solvabilitas a. Rasio Kewajiban Jangka Panjang dan Harta Kewajiban jangka Panjang x 100persen Harta Rasio ini merupakan gambaran tentang berapa banyak (%) dana perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dibandingkan dengan harta perusahaan. Angka rasio yang rendah mengidentifikasikan adanya perlindungan 20
yang lebih banyak kepada kreditor jangka panjang. Oleh karena semua pinjaman mengandung resiko, semakin besar presentasinya, semakin besar pula risiko yang ditanggung perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya utang jangka panjang dalam (%) yang berasal dari kreditor dibandingkan dengan harta yang dimiliki perusahaan (Kuswandi, 2006). Apabila terlalu banyak berutang, perusahaan dapat mengalami masalah dalam pembayaran angsuran utang beserta bunganya. Rasio ini menggambarkan persentase dana total yang berasal dari para kreditur. Jika angkanya terlalu besar, berarti perusahaan mempunyai banyak utang yang tentunya akan menimbulkan risiko dalam kesulitan membayar. b. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Kewajiban Jangka Panjang x 100% Modal Rasio ini bertujuan untuk melihat berapa besarnya utang jangka panjang dibandingkan dengan modal perusahaan. Semakin kecil angka rasio semakin baik solvabilitas perusahaan (Kuswandi, 2006). Salah satu rasio yang paling banyak digunakan adalah rasio utang jangka panjang atas modal. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara resiko dan laba yang diperoleh. c. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi Kewajiban Jangka Panjang x 100% Kapitalisasi Kapitalisasi solvabilitas adalah total sumber dana Jangka Panjang yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal (Kuswandi, 2006). Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam pengelolaan total sumber dana jangka panjang (utang jangka panjang + modal). Semakin rendah angka rasio, berarti semakin baik. 3. Profitabilitas a. Rasio laba Bersih atas Penjualan SHU
x 100%
Total Penjualan Bersih
21
Laba tidak diukur dari besarnya secar mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolak ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitabilitas yang besar juga. Setiap usaha menginginkan dan berusaha mengejar laba. Semakin besar laba semakin baik. Akan tetapi, laba yang besar tidak cukup menggambarkan bahwa usaha telah dikelola dengan baik. Kita baru dapat melihat gambaran perolehan laba yang lebih baik jika besarnya dibandingkan dengan elemen-elemen yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. Total laba bersih adalah jumlah dari laba bersih operasi dan laba bersih non-operasi, sedangkan total penjualan adalah total pendapatan dari hasil penjualan bersih yang berasal baik dari kegiatan operasi maupun non-operasi (Kuswandi, 2006). Rasio apapun yang dipakai, semakin besar angka rasio, semakin baik. Rasio laba bersih atas penjualan dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan dari waktu ke waktu dalam profitabilitas. Selain itu, rasio ini juga dapat dipakai untuk memperkirakan atau meramalkan laba bersih perusahaan pada masa yang akan datang atas dasar estimasi penjualannya. b. Return On Invesment (ROI) SHU
x 100persen
Kapitalisasi Penjualan Kapitalisasi
x
SHU Penjualan
Rasio SHU atas kapitalisasi profitabilitas berasal dari perkalian antara rasio penjualan atas kapitalisasi dikali SHU atas penjualan (Rasmussen, 1975). Perbandingan terhadap penjualan belum dapat menyimpulkan suatu koperasi dapat mengoperasikan dan menghasilkan SHU. Kapitalisasi merupakan jumlah kekayaan bersih yang bersumber dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tidak dibagi, dan SHU tahun berjalan. Investor di dalam koperasi sangat berbeda dengan perusahaan. Investasi yang berada di koperasi merupakan modal yang berasal dari anggota dan pembagian SHU sesuai dengan keterlibatan anggota dengan persen pembagian yang telah disepakati. Return Of Invesment (ROI) merupakan rasio
22
SHU atas modal sendiri digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio berarti semakin produktif tingkat pemakaian modal dalam menyumbangkan SHU bagi anggota, sehingga semakin tinggi kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU. 4. Efektivitas a. Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan Harga Pokok Penjualan
x 100persen
Penjualan Harga Pokok Penjualan disini adalah HPP Operasi, sedangkan penjulan bersih adalah hasil penjualan bersih operasi (Kuswandi, 2006). Walaupun tidak ada standar, semakin rendah persentase HPP terhadap penjualan maka semakin baik. 5. Produktifitas Rasio produktifitas dalam koperasi adalah pencapaian output atas input yang digunakan jika >1 maka disebut produktif. Produktifitas dilihat setiap tahun dari Tahun 2005-2009 untuk mengetahui hasil dari volume usaha yang ada di KKP ITB dengan jumlah karyawan, jumlah anggota, total aset dan jumlah modal. Selain itu juga dapat diketahui modal yang dipergunakan yang berasal dari sendiri maupun modal dari pihak luar. Rasio produktifitas yang dihitung adalah dengan membagi antara volume usaha dengan jumlah karyawan, jumlah anggota, total aset dan jumlah modal. Untuk modal, dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal dari luar dan dihitung perbandingan antara keduanya.
23
V. GAMBARAN UMUM 5.1
Profil KKP ITB
5.1.1 Masa Koperasi Karyawan ITB Gerakan koperasi karyawan ITB telah ada sejak masih berstatus fakultas teknik dengan ketua Sukandi Djajadiharja dan fakultas MIPA UI dengan ketua Abas Rukmana. Kedua koperasi tersebut pada saat itu tidak berbadan hukum dan kelihatannya merupakan cikal bakal terbentuknya koperasi karyawan di ITB. Bapak Sukandi Djajadiharja, menyatakan bahwa setelah kedua koperasi dari dua fakultas itu menjadi satu pada Tahun 1967 kemudian menjadi koperasi yang berbadan hukum No. 810/BH/DK-10/1 dengan nama koperasi karyawan ITB yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam dan mengkoordinir penyaluran beras dari pemerintah untuk pegawai negeri dengan ketua Razali, B.A. terhimpun anggota sebanyak 166 orang, yang sebagian besar dari pegawai golongan I dan II. 5.1.2 Masa Koperasi Keluarga ITB Pada Tahun 1977 sejumlah mahasiswa melontarkan gagasan untuk mendirikan usaha simpan pinjam dikalangan keluarga ITB. Berdasarkan peninjauan Rektor ITB, Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisyahbana dengan beberapa mahasiswa pergi ke Jepang dan peninjauan Ir. Soebedo Joesnadi, dengan beberapa mahasiswa ke Malaysia di beberapa koperasi yang ada di Negara tersebut. Akhirnya Tahun 1977 sepakat membentuk koperasi dibawah satu atap civitas akademika ITB. Gagasan tersebut mendapat respon dari warga ITB dan rapat anggota khusus Koperasi Karyawan ITB yang dihadiri oleh wakil tenaga pengajar dan perwakilan mahasiswa ITB yang diselenggarakan pada Tanggal 5 Januari 1978 dan atas restu Rektorium ITB pada saat itu, Dr. Soejana Sapiie, maka berdirilah Koperasi Keluarga Besar ITB (KKB ITB) dengan badan hukum No. 810A/BH/DK-10/1 yang diresmikan Tanggal 14 Januari 1978. Perkembangan pasang surut pada tahun 1986 KKB ITB mengalami kemunduran dan akhirnya Tahun 1988 koperasi ini tidak dapat mengemban fungsinya lagi karena faktor rendahnya partisipasi anggota dan pengurus dalam mengelola koperasi secara profesional, badan pemeriksa yang ditunjuk kurang
24
berfungsi, dan yang paling besar yaitu adanya keinginan anggota untuk menarik kembali uang simpanan secara serempak selain pembukuan yang kurang dibenahi. 5.1.3 Masa Koperasi Pegawai Negeri ITB Koperasi Pegawai Negeri ITB yang disingkat KPN ITB berdiri Tanggal 24 April 1984 berdasarkan akta notaris W. Soegeng, SH. NO. 12 tertanggal 22 Januari 1985. Bidang usaha yang direalisasikan adalah unit simpan pinjam dan penyaluran kapling tanah untuk anggota. KPN ITB terdiri dari pegawai negeri dan mempunyai anggota 839 orang, jumlah itu relatif kecil jika dibandingkan dengan keadaan pegawai ITB saat itu berjumlah 2906. Dalam perkembangan tahun ke tahun KPN ITB memberikan sisa hasil usaha yang cukup berarti dan dapat dimanfaatkan anggotanya. Tanggal 1 Agustus 1989 KPN ITB bergabung dengan KKP ITB hingga Mei 1998 menjadi Unit Pelayanan Pegawai (UPP) dan sejak Juni 1998 menjadi Unit Simpan Pinjam KKP ITB. Kefakuman KKB ITB dapat dibuka kembali setelah berlangsungnya Rapat Anggota Luar Biasa KKB ITB pada Tanggal 20 Mei 1989. Hasil yang dicapai adalah menyusun struktur dasar organisasi koperasi ITB yang bertumpu pada 3 Unit Pelayanan yaitu Pelayanan Pegawai, Pelayanan Keluarga dan Pelayanan umum. Rapat anggota kedua yang merupakan RAT pertama koperasi ITB berlangsung pada Tanggal 24 Februari 1990 dan Bapak Rektor ITB selaku Pembina dan dalam kata sambutannya antara lain memberikan nama koperasi ITB menjadi Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi Bandung yang disingkat dengan KKP ITB. Pemberian nama KKP ITB menjadi salah satu keputusan rapat anggota saat itu. Badan hukum KKP ITB telah selesai dengan nomor : 810/BH/KWK-10/21 tertanggal 8 November 1990. 5.1.4 Organisasi Saat ini berdasarkan acara rapat anggota tahun buku 2007 Tanggal 29 Maret 2008 surat keterangan kepala dinas koperasi kota Bandung No. 007/030KUKM dan Perindag Tanggal 15 Mei 2008, dan Anggaran rumah tangga, maka struktur organisasi dan kelembagaan KKP ITB adalah seperti pada Tabel. 1
25
Tabel 1. Susunan Organisasi KKP ITB periode Tahun 2005-2009 1.
Pembina
- Rektor ITB - Kepala dinas KUKM & PERINDAG Kota Bandung
2.
Penasehat
- Para wakil Rektor - Para Dekan Fakultas / Sekolah - Para Mantan Ketua KKP ITB
3.
4.
Pengurus : Ketua
- Musa Ali Mustofa, M.Si
Wakil Ketua
- Sularno, S.Sos
Sekertaris
- Dr. Ir. Adit Kurniawan
Bendahara
- Eti Sariati Soeriaatmadja
Pengawas : Ketua
- Dr. Taufikurahman
Anggota
- Omar Rodiana, S.Sos
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Setiap tugas, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing jabatan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga KKP ITB. Dalam menjalankan roda organisasi dan usaha KKP ITB, pengurus telah mengangkat tiga orang manajer usaha yaitu manajer unit simpan pinjam, Waserda dan serba Usaha. Selain itu pengurus juga telah mengangkat satu orang setingkat manajer yang ditempatkan di sekertariat untuk mendukung kelancaran jalannya organisasi KKP ITB. Tabel 2. Manajer Usaha KKP ITB periode Tahun 2009 No.
Unit Kerja
Nama
1.
Unit Simpan Pinjam
Siti Mariam Lubis
2.
Unit Warung Serba Ada
Triyani Santika
3.
Unit Serba Usaha
Jati Rukmijati
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2009 (diolah)
26
Keterangan : 1. Masa jabatan manajer adalah satu tahun dan dapat diangkat kembali sesuai dengan kebutuhan 2. Unit serba usaha meliputi usaha parkir, Toko G10, rental mobil, kedai hijau, fotocopy dan usaha lainnya. Tabel 3. Perwakilan Komisariat & jumlah Anggota KKP ITB Tahun 2009 No
Jumlah
Unit Kerja
Anggota
1.
Kantor Pusat
699
2.
FMIPA (Fakultas Matematika dan IPA)
224
3.
FTI (Fakultas Teknik Industri)
161
4.
FTSL (Fakultas teknik Sipil dan lingkungan)
191
5.
FITB (Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian)
136
6.
FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain)
143
7.
SITH (Sekolah dan Ilmu Teknologi Hayati)
59
8.
SF (Sekolah Farmasi)
86
9.
SAPPK
(Sekolah
Arsitektur
Perencanaan
dan
Pengembangan Kebijakan)
115
10.
STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika)
168
11.
FTTM (Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan)
117
12.
FTMD (Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara)
119
13.
IWK (Ikatan Wanita Keluarga Karyawan)
115
14.
POLMAN (Politeknik Manufaktur)
133
15.
POLBAN (Politeknik Bandung)
369
16.
KKP (Koperasi Keluarga Pegawai)
42
Jumlah Anggota
2.877
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2009 (diolah)
Jumlah karyawan KKP ITB per 31 Desember 2009 terdiri dari : 1. Karyawan tetap 18 orang 2. Karyawan kontrak 17 orang (unit usaha Parkir) 3. Karyawan harian lepas 2 orang (unit usaha Kedai Hijau)
27
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kinerja Organisasi dan Sumber Daya Manusia Manajemen kinerja adalah suatu proses yang di rancang untuk meningkatkan kinerja organisasi. Pada dasarnya manajemen kinerja adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sinergi antara manajer, individu dan kelompok terhadap suatu pekerjaan di dalam organisasi. Proses ini lebih didasarkan pada prinsip manajemen berdasarkan sasaran (Management by Objective) daripada manajemen berdasarkan perintah, meskipun hal tersebut juga mencakup kebutuhan untuk menekankan pada harapan kinerja yang tinggi melalui kontrak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja memberikan rating secara subyektif terhadap kepribadian seseorang. Penelitian ini membuktikan bahwa para manajer tidak menyukai sistem ini karena penggunaannya kurang efektif.penilaian kepada karyawan mencakup kebijaksanaan, kesediaan, antusiasme, kedewasaan dan memberikan komentarnya. Manajemen kinerja disokong oleh falsafah yang bersumber dari teori motivasi yang memberikan kontribusi terhadap falsafah manajemen kinerja adalah yang berkenaan dengan tujuan, dorongan dan harapan. Kinerja organisasi di KKP ITB mengacu pada Keputusan Rapat Anggota dan Anggaran Rumah Tangga yang melibatkan struktur yang terlibat seperti Dewan Pembina, Penasehat, Pengurus, Pengawas, Manajer Unit Usaha dan Komisariat. Setiap tahun, pengurus telah melaksanakan berbagai kegiatan baik yang bersifat pengembangan SDM maupun peningkatan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas anggota KKP ITB, baik dari segi wawasan perkoperasian, keterampilan usaha dan lain-lain. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Program peningkatan kerohanian untuk pengurus, pengawas, manajer dan karyawan 2. Mengitkuti beberapa seminar yang terkait dengan perkoperasian (Dinas KUKM & Perindag Kota Bandung, Dinas Koperasi Propinsi Jawa Barat, Dekopinda, Dekopinwil) 3. Pelatihan akuntansi untuk karyawan KKP ITB yang bekerja sama dengan akuntan publik Heliantono dan Rekan Bandung
28
4.
Pembuatan standar prosedur usaha KKP ITB yang bekerja sama dengan akuntan publik Heliantono dan Rekan Bandung
5.
Mengikuti seminar kewirausahaan untuk pengurus dan manajer yang diselenggarakan oleh Sekolah Bisnis Manajemen ITB Dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi, KKP ITB juga bekerja
sama dengan pihak lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota. Kerjasama usaha yang berhasil dilakukan adalah sebagai berikut : a. Kerjasama dengan Cipaganti Otojasa untuk pelayanan jasa transportasi yang ada dilingkungan kampus ITB maupun melayani transportasi umum b. Melakukan kerjasama Perlindungan Asuransi Jasa Layanan Parkir antara KKP ITB dengan PT. Asuransi Puri Asih c. Perpanjangan kerjasama dengan Bank Mandiri untuk penyediaan modal Unit Simpan Pinjam Usaha. d. Perpanjangan kerjasama dengan PT. Inti Kasoem untuk penyediaan Kacamata bagi para anggota dan non anggota e. Kerjasama Asuransi Bumi Putera 1912 untuk jaminan hari tua bagi karyawan, manajer, pengurus dan pengawas f. Kerjasama dengan PT.Inti Tama Perkasa untuk pengadaan mesin photokopi dan digital printing g. Kerjsama dengan ITB untuk pengelolaan lahan parkir h. Kerjasama dengan PT. Bank Jabar i. Kerjasama dengan PT. Bank BNI 46 dalam permodalan untuk usaha KKP ITB Selain melakukan peningkatan SDM dan kerjasama dengan pihak luar, KKP ITB pun memiliki kegiatan sosial sebagai bentuk wujud nyata peran koperasi menjalankan fungsi sosial dengan melakukan kegiatan : 1. Memberikan santunan kematian bagi para anggota dan keluarga anggota yang meninggal dunia. 2. Penjualan sembako murah untuk menyambut Idul Fitri dengan melakukan potongan harga beberapa jenis barang. 3. Penjualan keperluan sekolah dengan harga murah, kegiatan ini dilakukan pada Blan Juni dan Juli. 29
4. Kegiatan bersama dengan yayasan LAPI ITB atas nama ITB menjual minyak goring murah kepada pegawai ITB dan masyarakat disekitar ITB 5. Menerima kerja praktek siswa SMK dan Mahasiswa D3 6. Menerima kunjungan kerja dosen magang di ITB 7. Berpartisipasi pada kegiatan Hari Koperasi Indonesia
6.1.1
Pengembangan Standard Operational Procedure (SOP) KKP ITB Pengurus KKP ITB membentuk panitia pengembangan Standard
Operational Procedure (SOP) yang sebelumnya belum ada, ini diperlukan untuk membakukan operasional KKP ITB sehingga kinerja operasional KKP ITB akan menjadi lebih meningkat. Jadwal pembuatan SOP dimulai pada bulan November 2007 dan telah berhasil diidentifikasi jenis SOP untuk 4 kelompok yaitu : Kesekertariatan, Unit Simpan Pinjam, Waserda, dan Serba Usaha. Kesekertariatan merupakan suatu hal yang dilakukan dalam pengembangan standar operasi yang dikembangkan koperasi dalam hal menjaga profesionalisme dan kemajuan koperasi secara umum. Simpan pinjam dilakukan untuk menjadi salah satu solusi para anggota dalam menjalankan aktivitas bisnis, dengan melakukan simpan pinjam maka anggota akan merasakan keberadaan koperasi secara nyata. Waserda dilaksanakan secara berkelanjutan dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari sebuah peluang, yang dalam hal ini koperasi mencoba dengan cara Waserda. Serba usaha dilakukan untuk memperluas jangkauan bisnis yang dapat dilakukan pihak koperasi. Setiap kelompok memiliki rencana program kerja, anggaran dan belanja yang dilakukan setiap tahun seperti program kerja pengurus yang terkait dengan usaha KKP ITB dan juga berhubungan dengan kelembagaan KKP ITB dengan upaya yang dilakukan pengurus untuk terus membuka peluang dan meningkatkan usaha-usaha KKP ITB baik dari segi kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan. Program ini dimaksudkan sebagai upaya yang terus menerus untuk penyempurnaan sistem dan organisasi menuju KKP ITB yang efisien dan profesional dalam mendukung misi utama KKP ITB yakni melayani dan mensejahterakan anggota. Dalam setiap program yang dilakukan KKP ITB memiliki hambatan yaitu berupa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak semua mampu melakukan dengan baik kemudian lahan usaha yang sedikit
30
juga menjadi suatu hambatan dalam pengembangan SOP bagi program kerja pengurus. Dalam jenis SOP untuk Unit Simpan Pinjam setiap tahun melakukan usaha terus menerus dalam meningkatkan layanan pinjaman untuk anggota baik secara proses maupun besaran pinjaman untuk kebutuhan konsumsi dan produksi, merenovasi dan mereposisi ruang Unit Simpan Pinjam agar menjadi lebih nyaman dan profesional dalam melayani anggota, memupuk sumber permodalan dari anggota dengan dibuka fasilitas untuk simpanan sukarela, deposito, dan lain-lain. Program kerja pada Unit Simpan Pinjam memiliki indikator kinerja yaitu peningkatan mutu layanan pada anggota dan masyarakat umum dan juga untuk peningkatan SHU. Standar kinerja untuk Waserda yaitu menjalankan program rutin dengan terus meningkatkan penataan ruang pamer barang agar lebih menarik kemudian pengadaan barang yang berkualitas, komplit dan harga bersaing dan yang terakhir mendukung program penjualan kebutuhan sekolah dengan murah (bersubsidi). Standar kinerja untuk Bidang Usaha memiliki program kerja yang sama dengan Unit Waserda dan juga memiliki indikator kerja yang sama yaitu peningkatan mutu layanan pada anggota dan masyarakat umum. 6.1.2
Aspek Manajemen Manajemen koperasi menurut keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah memiliki klasifikasi yaitu kegiatan untuk menilai kondisi atau kinerja sesuatu koperasi dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan kriteria atau standar penilaian yang ditetapkan oleh Kementrian Koperasi dan UKM. Tujuan dari klasifikasi tersebut menetapkan peringkat kualifikasi koperasi kemudian mengetahui kinerja manajemen koperasi dalam suatu periode tertentu dan yang terakhir yaitu mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisnis yang sehat. Manajemen KKP ITB baik dari struktur organisasi maupun kepengurusan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di koperasi pada umumnya antara lain dengan Undangundang Nomor 25 Tahun 1992 khususnya Alat Perlengkapan Organisasi Koperasi (APOK) yaitu Rapat Anggota Tahunan (RAT), pengurus dan pengawas. Rapat Anggota Tahunan selalu dilaksanakan setiap tahun dan tepat waktu sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga KKP ITB. Keputusan yang berasal dari rapat anggota 31
diimplementasikan sebagai kebijakan organisasi, demikian sama halnya dengan masukan dari akuntan serta nasehat dan saran dari dewan Pembina dan penasehat menjadi masukan yang sangat penting bagi kepengurusan KKP ITB. Dalam personalia pengurus dan pengawas dipilih oleh Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan selanjutnya pengurus maupun pengawas melakukan pemilihan ketua yang diatur sesuai dengan Berita Acara Rapat Anggota Tahunan KKP ITB. Dari hasil pembagian kuisioner seperti pada lampiran, dengan responden dari anggota menunjukkan bahwa seluruh anggota menyatakan sangat setuju mengadakan rapat anggota yang terdiri dari antara rapat pengurus dengan pengawas dan antara pengurus dengan anggota. Keterlibatan anggota dalam persetujuan dari hasil rapat anggota cukup tinggi, hal itu dilihat dari hasil kuisioner dengan skala sebesar 46,67 persen menyatakan setuju terlibat dalam persetujuan hasil rapat anggota. Jika dilihat dari hasil seluruh variabel hasil penilaian anggota terhadap keterlibatan anggota terlibat pada keputusan yang ada pada Rapat Anggota Tahunan. Hasil dari kuisioner lebih lengkap terdapat di lampiran. 6.1.3
Aspek Akuntansi Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas,
mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan
ke
dalam
bahasa
indonesia
adalah
menghitung
atau
mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis. Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi yang dapat dihitung dan memberikan suatu gambaran tentang setiap kegiatan usaha yang dijalankan. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan sutu organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer/manajemen untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi.
32
Pada dasarnya proses akuntansi akan membuat output laporan rugi laba, laporan perubahan modal, dan laporan neraca pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Pada suatu laporan akuntansi harus mencantumkan nama perusahaan, nama laporan, dan tanggal penyusunan atau jangka waktu laporan tersebut untuk memudahkan orang lain memahaminya. Pengelolaan administrasi pembukuan (akuntansi) sesuai dengan ketentuan, baik proses maupun perlakuan akuntansinya dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan aturan pembukuan perkoperasian yang melalui media pembukuan secara manual dan komputerisasi. Seluruh hasil pendapatan disetorkan atau disimpan di Bank. Uang tunai yang ada di Kas dibatasi atau diusahakan sekecil mungkin, hal ini karena uang yang ada didalam Kas digunakan untuk membiayai unit usaha. Selain itu, pinjaman diberikan kepada anggota yang telah memenuhi syarat dan besar pinjaman disesuaikan dengan kemampuan keuangan koperasi atau menggunakan dana dari pihak ke tiga. Dengan kata lain, proses akuntansi memiliki lima hal penting dalam perhitungan keuangan KKP ITB yaitu memiliki dokumen dasar yang berisi tentang bukti dasar yang berupa kuitansi atas transaksi yang terjadi kemudian bukti pendukung seperti formulir permohonan dan formulir pemesanan barang. Yang kedua, dalam proses akuntansi KKP ITB memiliki catatan harian yang dikerjakan dalam Buku Kas (Kas Masuk dan Kas Keluar) telah diadakan penelusuran pada buku kas tersebut dengan memeriksa setiap transaksi yang dicatat pada kas dari bukti dasar. Ketiga, catatan pembantu yang ditemui pada saat pemeriksaaan adalah buku jurnal, daftar inventaris dan neraca lajur semuanya dimasukkan kedalam laporan dalam RAT. Yang keempat, neraca lajur dibuat untuk mengakomodasi proses dari rekapitulasi buku kas dan buku jurnal untuk membuat laporan neraca setiap empat bulan. Kelima, laporan keuangan yang dibuat oleh setiap unit yang terdiri dari Perhitungan Hasil Usaha (PHU) dan neraca komparatif, kemudian disatukan kedalam neraca konsolidasi. 6.1.4
Aspek Usaha Kegiatan pokok pengurus adalah menjalankan usaha KKP ITB, dalam
menjalankan usaha selalu memegang prinsip “Berusaha saling Menguntungkan”. Yang dimaksud saling menguntungkan adalah antara pihak koperasi sebagai organisasi yang menjalankan usaha beserta dengan para pengurus maupun 33
karyawannya dan juga dengan para konsumen sehingga saling memiliki kepuasan dalam menjalin aktivitas jual beli. Secara umum kegiatan usaha KKP ITB untuk Tahun 2009 dapat terlaksana sesuai dengan rencana meliputi unit simpan pinjam, unit rental mobil, unit waserda, unit pelayanan kampus, unit kafe hijau dan sekertariat. adapun realisasi kegiatan usaha dengan pendapatan yang diperoleh adalah seperti pada Tabel 4. berikut : Tabel 4. Perbandingan Pendapatan dari Masing-Masing usaha KKP ITB No.
Uraian
Pendapatan (Rp)
1.
Unit Simpan Pinjam
890.361.024
2.
Unit Rental Mobil
3.
Unit Waserda
4.
Unit Kafe Hijau
144.911.131
5.
Unit Pelayanan Kampus
435.634.091
6.
Sekertariat
31.733.378 1.704.723.327
8.490.331
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2009 (diolah)
Seluruh jenis usaha KKP ITB memiliki tingkat pendapatan yang berbeda namun yang paling besar adalah pada Unit Waserda karena menyediakan apa yang paling sering anggota atau non-anggota butuhkan sehingga tingkat pembelian pada Unit Waserda banyak. Paling tinggi jumlah pendapatan pada Unit Waserda di KKP ITB bukan berarti bidang usaha yang lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap pendapatan KKP ITB karena setiap bidang usaha berawal dari kebutuhan anggota sehingga pihak KKP ITB berusaha untuk mempertahankan atau bahkan mengembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan anggota. Dalam segi pembagian SHU dari hasil menjalankan kegiatan usaha KKP ITB, unit Simpan Pinjam masih menjadi primadona. Usaha ini sangat membantu anggota KKP ITB dalam mengatasi kebutuhan anggota. Terhitung 31 Desember 2009 uang yang terserap oleh anggota sebesar Rp 6.824.610.000,- untuk 680 orang peminjam jadi total pendapatan Rp 1.834.665.404,48 dengan total pengeluaran sebesar Rp 696.936.822,41. Dengan nilai tersebut maka SHU yang diperoleh sebesar Rp 1.137.728.582,07. Dengan hasil tersebut maka ada kenaikan nilai SHU sebesar 34,94persen dari Tahun 2008 Rp 845.927.260,76.
34
Selain Unit Simpan Pinjam, kegiatan usaha KKP ITB yang memberikan kemudahan kepada anggota dalam memenuhi kebutuhan bahan pokok untuk sehari-harinya yaitu Unit Waserda atau Mini Market. Transaksi yang dapat dilakukan oleh anggota itu dapat berupa tunai maupun kredit. Pada Tahun 2009 telah terjadi transaksi sejumlah 22.391 kali yang terdiri dari 14.096 kali secara tunai dan 8.295 kali pada transaksi yang dilakukan secara kredit dengan total pendapatan Rp 2.318.176.700,- dan total pengeluaran Rp 2.176.706.039,- dengan nilai SHU yang diperoleh sebesar Rp 141.470.661. Nilai SHU yang diperoleh berarti ada kenaikan nilai SHU dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 26,16 persen. Untuk bidang usaha lainnya seperti Unit Toko G10, Unit Rental Mobil, Unit Kedai Hijau, Unit Parkir, Unit Sekertariat memiliki nilai kenaikan SHU masing-masing sebesar 35,47 persen, 18,28 persen, 11,81 persen, 102,33 persen, 26,27 persen. Dari hasil tersebut, secara keseluruhan Sisa Hasil Usaha KKP ITB pada Tahun 2009 tercatat sebesar Rp 769.367.403,71 mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar Rp 234.890.138,73 atau naik 43,95 persen dari SHU tahun buku 2008 yang tercatat sebesar Rp 534.477.264,98. Berdasarkan ketentuan AD/ART KKP ITB, perolehan SHU tersebut akan dialokasikan untuk anggota, dana cadangan, dana pendidikan, dana sosial, dana pembangunan daerah kerja, dana pengurus dan pengawas dan juga dana karyawan. 6.1.5
Aspek Permodalan Modal dikelompokkan dalam dua jenis, yakni hutang dan ekuitas. Hutang
mempunyai keunggulan berupa bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil. Meskipun demikian, hutang juga mempunyai kelemahan, yaitu hutang biasanya berjangka waktu tertentu untuk dilunasi tepat waktu, rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko yang selanjutnya akan meningkatkan biaya modal, bila perusahaan dalam kondisi sulit dan labanya tidak dapat memenuhi beban bunga maka tidak tertutup kemungkinan dilakukan tindakan likuidasi. Bauran hutang dan ekuitas untuk pendanaan perusahaan 35
merupakan bahasan utama dari keputusan struktur modal. Bauran modal yang efisien dapat menekan biaya modal, yang dapat meningkatkan kembalian ekonomi neto dan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas disebut “unlevered firm”, sedangkan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam hutang disebut “levered firm” Pemilihan alternatif penambahan modal yang berasal dari kreditur (hutang) pada umumnya didasarkan pada pertimbangan: murah. Dikatakan murah, karena biaya bunga yang harus ditanggung lebih kecil dari laba yang diperoleh dari pemanfaatan hutang tersebut. Permodalan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam membangun suatu usaha yang memiliki klasifikasi yaitu modal yang berasal dari dalam perusahaan atau organisasi dan modal yang berasal dari para investor atau pinjaman untuk membentuk modal baru. Permodalan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberlangsungan usaha selanjutnya. Modal KKP ITB terbagi menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal luar, modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, hibah, SHU tahun berjalan. Sedangkan modal luar berasal dari bantuan pinjaman lunak dan bantuan dana bergulir. Permodalan KKP ITB memiliki perkembangan dari tahun ke tahun dan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan antara Modal Sendiri dan Modal Luar KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun Modal Sendiri Modal Luar 2005
3.337.448.982,62
98.967.396,83
2006
3.425.872.230,68
209.234.731,5
2007
3.680.732.667,33
228.252.934,9
2008
4.050.546.214,31
364.385.766,84
2009
4.479.975.403,71
239.374.721,31
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Modal sendiri pada Tahun 2005 sebenarnya sudah bisa dikatakan besar dibandingkan pada saat koperasi membentuk modal awal usaha koperasi yaitu sebesar Rp 3.337.448.982 dan dibantu dengan modal yang berasal dari luar sebesar Rp 98.967.396. Pada tahun berikutnya antara modal sendiri dan modal yang berasal dari luar juga terus mengalami peningkatan karena kebutuhan yang 36
terus meningkat. Meskipun telah dikatakan besar namun tetap mengalami peningkatan yang disebabkan oleh jumlah simpanan yang terus meningkat. Modal yang berasal dari luar juga mengalami peningkatan karena adanya kerjasama untuk modal dengan pihak bank kecuali pada Tahun 2009 mengalami penurunan modal dari luar karena adanya salah satu bank yang menggulirkan dana lebih kecil dari tahun sebelumnya sehingga akan mempengaruhi terhadap jumlah modal yang diterima oleh KKP ITB dan akan mempengaruhi terhadap permodalan untuk setiap bidang usaha yang ada di KKP ITB. 6.2 Analisis Kinerja Keuangan KKP ITB Kinerja keuangan koperasi merupakan salah satu proses kinerja yang membantu suatu perusahaan atau organisasi koperasi untuk memberikan suatu informasi keuangan dari setiap bidang usaha yang dilakukan, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan aspek akuntansi baik dari segi pengeluaran yang mencakup biaya-biaya operasional secara keseluruhan maupun setiap pendapatan yang di peroleh dari masing-masing aktivitas usaha. Koperasi diharapkan berkembang menjadi suatu organisasi swadaya koperasi yang kuat keuangannya, mandiri dan berorientasi pada anggota dan otonom. Oleh karena itu perlu mengetahui kinerja keuangan koperasi dan orientasinya. Koperasi Keluarga Pegawai (KKP) ITB merupakan salah satu koperasi yang didukung dengan kualitas SDM yang mampu mengelola keuangan dengan baik. Kinerja keuangan perlu diteliti agar bisa diketahui dalam hal mengelola modalnya yang bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kinerja keuangan, maka digunakan analisis rasio. Dengan digunakannya analisis rasio maka kondisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan efektifitas untuk mengetahui kinerja keuangan KKP ITB. Setiap tahun KKP ITB melakukan rapat anggota agar laporan keuangan dapat secara rutin dilaporkan kepada anggota. Dari laporan keuangan tersebut maka KKP ITB dapat mengetahui sejauh mana kinerja keuangan koperasi. Dengan menggunakan analisis rasio juga dapat diketahui dengan mudah jika masalah tentang keuangan sehingga dapat dengan mudah juga dicari solusinya untuk menghindari atau mencegah semakin buruknya kondisi kinerja keuangan. 37
6.2.1 Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka pendek atau utang lancar adalah utang yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Besar alat pembayaran likuiditas yang dimiliki perusahaan disebut sebagai daya bayar atau kekuatan bayar suatu perusahaan yang akan menjadikan perusahaan mempunyai kemampuan membayar kewajiban jangka pendeknya. Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Likuiditas terdiri dari rasio lancar, rasio cair dan rasio kas. Laporan di KKP ITB untuk dihitung likuiditas yaitu dari laporan neraca tiap akhir tahun dari Tahun 2005-2009. Dengan adanya nilai yang dihitung dari tahun ke tahun maka dapat diketahui kemampuan KKP ITB dalam menjamin kewajiban lancar yang harus dibayar pada saat adanya penagihan. a. Rasio Lancar (Current Rasio) Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dan kewajiban jangka pendek. Harta lancar yang dimaksud adalah harta yang dapat dicairkan dalam waktu setahun atau kurang seperti kas, piutang uang atau barang, ketersediaan barang dan biaya yang harus dipenuhi dimuka. Untuk kewajiban lancar yaitu terdiri dari hutang, simpanan, biaya-biaya yang harus dibayar.nilai harta lancar dan kewajiban lancar yang telah dianalisis dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel.6 Tabel 6. Rasio lancar KKP ITB periode 2005-2009 Tahun
Harta Lancar
Kewajiban Lancar
Rasio
2005
4.914.474.988,81
1.446.389.266,44
339,78 persen
2006
4.632.111.527,62
1.553.188.170,44
298,77 persen
2007
7.250.118.916,85
1.799.229.620,44
402,96 persen
2008
8.190.156.220,17
2.227.586.174,44
367,67 persen
2009
7.929.242.182,31
2.236.921.997,44
354,47 persen
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Hasil perhitungan rasio lancar di KKP ITB menunjukan harta lancar koperasi pada tahun 2005 sebesar 339,78 persen dari utang lancarnya. Artinya
38
setiap utang lancar sebesar Rp 100,- dijamin oleh aktiva dari rasio lancar sebesar Rp 339,78 (Likuid). Pada Tahun 2006 harta lancar 298,77 persen dari kewajiban lancarnya, pada Tahun 2007 mengalami peningkatan dalam kemampuan KKP ITB untuk membayar kewajiban lancar yaitu 402,67 persen namun pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 367,67 persen dan juga pada tahun 2009 harta lancar koperasi 354,47 persen dari utang lancar masih lebih besar dibandingkan tahun 2005 dan 2006 namun nilai harta lancar koperasi masih dianggap mampu untuk membayar utang lancarnya. b. Rasio Cair Harta lancar yang diperhitungkan tidak termasuk dalam persediaan dan pembayaran dimuka. Kewajiban lancar terdiri dari hutang barang, simpanan, dana, biaya yang harus dibayar. Hal ini hanya memperhitungkan aset yang sudah lebih dekat dengan uang tunai, apabila persediaan tidak ikut dihitung maka dengan sendirinya pos dibawah persediaan juga tidak ikut dihitung. Hasil rasio cair pada Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel.7 Tabel 7. Rasio cair KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun
Harta-(persediaan+pembayaran dimuka)
Kewajiban Lancar
Rasio
2005
4.759.909.162,81
1.446.389.266,44
3,29
2006
4.471.761.975,62
1.553.188.170,44
2,88
2007
7.050.657.018,85
1.799.229.620,44
3,92
2008
8.009.639.331,17
2.227.586.174,44
3,60
2009
7.744.759.528,31
2.236.921.997,44
3,46
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Rasio cair sebenarnya dihitung dari harta lancar dikurangi dari hasil penjumlahan antara nilai persediaan dengan pembayaran dibayar dimuka lalu dibagi kewajiban lancar, namun pada KKP ITB dalam data yang ada tidak disebutkan untuk nilai pembayaran dibayar dimuka maka dianggap nol. Oleh karena itu, kondisi likuiditas KKP ITB yang dilihat dari nilai rasio cair pada Tahun 2005-2009 berada pada kondisi likuid dengan kemampuan untuk membayar
39
kewajiban lancar sebesar 3,29 kali pada Tahun 2005 namun pada Tahun 2006 mengalami penurunan nilai angka rasio menjadi 2,88 meskipun angka tersebut masih dikatakan baik. Pada tahun berikutnya sampai pada Tahun 2009 yaitu 3,92 kali, 3,60 kali, dan 3,46 kali. Nilai rasio selama lima tahun di KKP ITB memenuhi syarat (1:1) dan kondisi likuiditas melalui rasio cair dalam keadaan baik. c. Rasio Kas Rasio kas yaitu perbandingan antara kas yang dijumlahkan dengan kas yang diperoleh dari bank dan hasilnya dibagi kewajiban lancar. Harta lancar yang digunakan hanya kas karena uang kas dan bank adalah harta yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena dapat dicairkan tanpa harus melalui proses penjualan terlebih dahulu. Rasio ini menawarkan perhitungan kemampuan kas untuk menutupi seluruh utang jangka pendek. Nilai kas dan kewajiban lancar Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rasio Kas KKP ITB periode 2005-2009 Tahun
Kas+Bank
Kewajiban Lancar
Rasio
2005
108.417.663,83
1.446.389.266,44
0,07
2006
220.368.953,5
1.553.188.170,44
0,14
2007
243.885.370,09
1.799.229.620,44
0,13
2008
385.923.567,84
2.227.586.174,44
0,17
2009
246.415.121,31
2.236.921.997,44
0,11
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Rasio kas dari Tahun 2005-2009 menunjukkan bahwa uang kas dan bank yang memiliki rasio 0,07 kali, 0,14 kali, 0,13 kali, 0,17 kali, 0,11 kali utang lancarnya. Kondisi ini tidak baik dimana kemampuan KKP ITB membayar kewajiban lancarnya sangat rendah. Hal itu terlihat dari kemampuan kas yang sangat rendah jika dibandingkan dengan kewajiban lancar. Namun jika ditambahkan dengan yang lain yang termasuk kedalam aktiva maka jumlahnya akan berbeda. Dengan kata lain, rasio lancar dan rasio cair yang mampu melunasi kewajiban lancar bila kewajiban yang harus dibayarkan telah jatuh tempo sehingga jika dilihat dari data maka rasio kas masih belum bisa membayar kewajiban lancar.
40
6.2.2 Solvabilitas Solvabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan KKP ITB untuk membayar kewajiban jangka panjang baik utang pokok maupun bunganya. Solvabilitas itu terdiri dari rasio utang jangka panjang atas harta, rasio utang jangka panjang atas modal, dan rasio utang jangka panjang atas kapitalisasi. Nilai rasio tersebut sebaiknya rendah yang menggambarkan bahwa beban utang tidak terlalu berat. a. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta Penggunaan utang jangka pendek akan mempengaruhi likuiditas namun penggunaan utang jangka panjang akan mempengaruhi solvabilitas. Pada akhirnya utang jangka panjang yang jatuh tempo akan mempengaruhi likuiditas juga. Salah satu karakteristik utang jangka panjang adalah akan menimbulkan bunga yang akan menjadi beban tetap. Kewajiban Jangka Panjang atas Harta seperti pada Tabel 9 Tabel 9. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun
Kewajiban Jangka Panjang
Harta
Rasio
2005
659.279.753,64
5.443.118.002,70
0,12
2006
252.047.059,39
5.231.107.460,51
0,04
2007
2.343.734.829,97
7.823.697.117,74
0,29
2008
2.452.678.741,31
8.730.811.130,06
0,28
2009
1.635.162.450,74
8.352.059.527,20
0,19
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Rasio kewajiban jangka panjang atas harta di KKP ITB pada Tahun 2005 yaitu 12 persen atau 0,12 dari total harta KKP ITB yang didanai dari kewajiban jangka panjang. Untuk tahun berikutnya yaitu Tahun 2006 angka rasio kewajiban jangka panjang mengalami penurunan sekitar 8persen menjadi 0,04 dari total harta KKP ITB yang didanai dari kewajiban jangka panjang. Rasio kewajiban jangka panjang pada Tahun 2007 yaitu 29 persen atau 0,29 dari total harta KKP ITB didanai dari kewajiban jangka panjang berarti rasio ini mengalami kenaikan dibandingkan pada Tahun 2006. Rasio kewajiban jangka panjang atas harta KKP ITB Tahun 2008 yaitu 28 persen total harta yang didanai dari kewajiban jangka
41
panjang. Rasio ini mengalami penurunan sebesar satu persen dibandingkan dari kewajiban jangka panjang pada Tahun 2007. Begitu juga pada Tahun 2009 rasio kewajiban jangka panjang atas harta terus mengalami penurunan sebesar 9 persen dari tahun 2008 menjadi 19 persen dari total harta KKP ITB yang didanai dari kewajiban jangka panjang. Penurunan rasio kewajiban jangka panjang atas harta KKP ITB yang semakin rendah diidentifikasi adanya perlindungan untuk menghindari utang yang terlampau besar karena apabila utang terlalu besar maka akan timbul masalah pada saat pembayaran utang beserta bunganya. Kenaikan rasio pada Tahun 2007 yang cukup besar dikarenakan adanya pinjaman dari Bank Mandiri sebesar Rp. 855.955.591,12 ditambah dengan dari tabungan berjangka sebesar Rp. 20.000.000,- namun pengembalian bisa dilakukan pada tahun berikutnya. Dari Tahun 2007 sampai sekarang terus menurun dan menjadi indikasi bahwa kondisi keuangan KKP ITB lebih nyaman. Penurunan jumlah angka rasio kewajiban jangka panjang di KKP ITB bisa dibilang keuntungan karena jumlah utang yang harus dibayarkan menjadi lebih sedikit, namun jika dilihat pada Tahun 2008 kewajiban jangka panjang mengalami kenaikan tetapi rasio justru turun sebesar satu persen hal tersebut terlihat kondisi keuangan yang baik. Kenaikan pada kewajiban jangka panjang juga tidak selalu buruk, kenaikan rasio kewajiban jangka panjang juga bisa dibilang baik karena bisa dipergunakan sebagai upaya mendukung usaha dan mensejahterakan anggota. b. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Kewajiban Jangka Panjang atas Modal memiliki tingkat konsentrasi pada utang jangka panjang, filosofinya adalah pendanaan jangka panjang dari kreditor dibandingkan dengan seluruh sumber jangka panjang yaitu utang jangka panjang dan modal sendiri. Cara menghitung solvabilitas adalah membandingkan utang dengan equity saja. Semakin tinggi rasio berarti semakin buruk kondisi solvencynya. Kewajiban jangka panjang atas modal yang diperoleh KKP ITB pada Tahun 2005 berasal dari simpanan-simpanan, dana hibah, cadangan dan SHU tahun berjalan dan sebagaimana rasio kewajiban jangka panjang atas modal dapat dilihat pada Tabel 10.
42
Tabel 10. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Kewajiban Jangka Tahun Modal Panjang 659.279.753,64 2005 3.337.448.982,62 252.047.059,39 2006 3.425.872.230,68
Rasio 0,19 0,07
2007
2.343.734.829,97
3.680.732.667,33
0,64
2008
2.452.678.741,31
4.050.546.214,31
0,60
2009
1.635.162.450,74
4.479.975.403,02
0,36
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Modal KKP ITB pada Tahun 2005 berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana hibah, cadangan dan SHU tahun berjalan. Rasio kewajiban jangka panjang atas modal KKP ITB sangat fluktuatif yaitu jika dalam persentase dari Tahun 2005-2009 yaitu 19 persen, 7 persen, 64 persen, 60 persen dan 36 persen. Jumlah rasio tiap tahun tersebut adalah kewajiban jangka panjang KKP ITB yang dijamin dengan modal. Dalam hal ini, apabila nilai rasio lebih dari 100 persen maka kemampuan modal sebagai penjamin kewajiban jangka panjang atas modal semakin rendah. Oleh karena itu, maka KKP ITB memiliki kemampuan modal sendiri untuk menjamin kewajiban jangka panjang lebih besar karena dilihat dari data pada tabel diatas, persentase yang paling besar adalah 64 persen, masih terbilang jauh dari angaka batas. Dengan begitu, kemampuan modal pada KKP ITB menunjukan rasio solvabilitas baik. c. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi Kewajiban jangka panjang atas modal yang diperoleh KKP ITB pada Tahun 2005 berasal dari simpanan-simpanan, dana hibah, cadangan dan SHU tahun berjalan dan kapitalisasi terdiri dari kewajiban jangka panjang dan modal. Nilai masing-masing kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi Tahun 2005-2009 yang sama sebagaimana rasio kewajiban jangka panjang atas modal dapat dilihat pada Tabel 11.
43
Tabel 11. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi Kewajiban Jangka Tahun Kapitalisasi Panjang 659.279.753,64 2005 3.996.728.736,26 252.047.059,39 2006 3.677.919.290,07
Rasio (%) 0,16 0,07
2007
2.343.734.829,97
6.024.467.497,3
0,39
2008
2.452.678.741,31
6.503.224.955,62
0,38
2009
1.635.162.450,74
6.115.137.529,76
0,27
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Kapitalisasi dalam jumlah rasio kewajiban jangka panjang ditambah dengan modal adalah sebagai sumber perhitungannya. Pada Tahun 2005 hingga 2006 mengalami penurunan yang sangat jauh yaitu dari nilai rasio dalam persen yaitu 16 persen pada Tahun 2006 sebesar tujuh persen, hal itu karena kinerja pegawai dalam hal manajemen keuangan bekerja dengan baik, namun pada Tahun 2007 mengalami kenaikan yang cukup tinggi karena adanya penambahan pada modal yaitu cadangan umum dan cadangan USP maka pada tahun tersebut pengelolaan sumber dana jangka panjang kurang baik. Sebaliknya pada Tahun 2008, 2009 dengan rasio masing-masing sebesar 38 persen dan 27 persen, hal itu menunjukan adanya usaha dari manajemen KKP ITB untuk memperbaiki yang berkaitan dengan pengelolaan total sumber dana jangka panjang. Jadi, rasio solvabilitas yang kurang baik pada KKP ITB hanya pada Tahun 2007 namun setelah tahun tersebut nilai rasio yang berkaitan dengan kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi yang terus menurun berjalan dengan baik. 6.2.3 Profitabilitas Analisis rasio dalam profitabilitas yaitu terdiri dari SHU atas penjualan dan rasio SHU atas modal. Profitabilitas pada koperasi berbeda dengan pengertian profitabilitas pada perusahaan. Dalam perusahaan profitabilitas yang tinggi menjadi satu ukuran bahwa perusahaan itu baik. Namun didalam koperasi, laba yang tinggi belum cukup untuk menggambarkan kinerja keuangan yang baik. Maka dari itu perlu adanya perbandingan untuk mengetahui profitabilitas.
44
a. Rasio Sisa hasil Usaha (SHU) atas penjualan Setiap hasil penjualan akan menghasilkan nilai SHU. Nilai SHU dan penjualan pada Tahun 2005-2009 yang ada di KKP ITB dapat dilihat pada perhitungan SHU atas penjualan dalam setiap unit usaha sehingga untuk menilai rasio dapat dilihat seperti pada Tabel 12. Tabel 12. Rasio Sisa Hasil Usaha atas Penjualan KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun Sisa Hasil Usaha Penjualan Rasio 428.451.899,52 2005 821.912.766,52 52 persen 416.900.418,44 2006 3.215.843.282,95 13 persen 2007
443.787.519,65
2008 2009
11 persen
534.477.264,98
4.037.717.317,60 4.924.779.398,87
769.367.403,71
6.249.235.520,99
12 persen
11 persen
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Angka rasio SHU atas penjualan pada Tahun 2005 adalah 52 persen artinya setiap Rp 1,- penjualan dapat menghasilkan SHU sebesar Rp 0,52,dimana margin laba bersih dri penjualan hanya 52 persen dan selebihnya dari harga pokok, penjualan dan biaya. Untuk Tahun 2006 mengalami penurunan angka rasio sisa hasil usaha atas penjualan menjadi 13 persen yang diakibatkan jumlah SHU pada Tahun 2006 mengalami penurunan sedangkan penjualan mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Begitu juga dengan Tahun 2007 dan Tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 11 persen artinya setiap Rp 1,penjualan dapat menghasilkan SHU sebesar Rp 0,11,- dimana margin laba bersih hanya satu persen selebihnya dari harga pokok dan penjualan. Penurunan angka rasio SHU menunjukan kondisi profitabilitas yang semakin baik. Angka penjualan KKP ITB semakin meningkat dari Tahun 2005-2009 meskipun tidak seimbang dengan peningkatan jumlah SHU disetiap tahunnya menjadi suatu kondisi bahwa KKP ITB memberikan pelayanan kepada anggotanya karena KKP ITB lebih berorientasi kepada pelayanan untuk anggota tanpa memperoleh keuntungan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara pada perusahaan pada umumnya sehingga hal ini pula yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah penjualan dengan jumlah peningkatan nilai SHU.
45
b. Rasio Sisa Hasil Usaha (SHU) atas Modal Modal atau ekuitas adalah seluruh ekuitas yang ada. Perhitungan ekuitas bisa menggunakan basis setelah pajak maupun sebelum pajak. Cakupan ekuitas hanya berupa saham biasa, tidak termasuk saham preferen. Nilai SHU dan modal KKP ITB pada periode 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rasio SHU atas Modal KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun Sisa Hasil Usaha Modal Sendiri 428.451.899,52 2005 3.337.448.982,62 416.900.418,44 2006 3.425.872.230,68
Rasio (%) 13
2007
443.787.519,65
13
2008
534.477.264,98
3.680.732.667,33 4.050.546.214,31
2009
769.367.403,71
4.479.975.079,02
17
13
13
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Dari hasil perhitungan rasio sisa hasil usaha atas modal KKP ITB pada Tahun 2005 senilai 13 persen begitu juga pada tahun berikutnya hingga ke Tahun 2008 masih sama dengan nilai rasio sebesar 13 persen artinya setiap Rp 1,- modal sendiri KKP ITB mampu menghasilkan sebesar Rp 0,13,-. Nilai rasio yang dihasilkan cenderung stabil dari Tahun 2005-2008 namun modal yang dikeluarkan oleh KKP ITB dengan SHU yang dihasilkan terus meningkat, itu artinya profitabilitas KKP ITB pada tahun tersebut relative stabil. Berbeda dari tahun sebelumnya, pada Tahun 2009 nilai rasio yang dihasilkan mengalami kenaikan menjadi 17 persen artinya setiap Rp 1,- modal sendiri KKP ITB mampu menghasilkan sebesar Rp 0,17. Dengan naiknya nilai rasio pada Tahun 2009 Return Of Equity (ROE) menunjukkan kondisi profitabilitas koperasi yang semakin baik meskipun angka yang dihasilkan tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Profitabilitas dengan rasio SHU ats modal sendiri dikatakan baik apabila persen rasio dari tahun ke tahun meningkat. Pada Tabel 13 menunjukan nilai rasio yang stabil dan meningkat pada Tahun 2009 sehingga nilai rasio SHU atas modal sendiri pada profitabilitas KKP ITB baik. Keberlangsungan usaha koperasi untuk melayani anggota sangat dipengaruhi oleh modal sendiri sehingga apabila adanya penurunan nilai rasio maka perlu meningkatkan modal sendiri.
46
6.2.4 Efektifitas Rasio efektifitas terdiri dari rasio Harga Pokok Penjualan (HPP) atas penjualan dan beban operasi atas penjualan. Efektifitas tersebut diketahui dalam bentuk beban atau biaya yang dikeluarkan koperasi. a. Rasio HPP (Harga Pokok Penjualan) atas penjualan Harga Pokok Penjualan disini adalah Operasi, sedangkan penjualan adalah hasil penjualan bersih operasi. Semakin kecil rasio HPP atas penjualan bersih menunjukkan persentase hasil penjualan yang telah dipergunakan oleh beban atau biaya operasi. Nilai masing-masing harga pokok penjualan (HPP) dan penjualan Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada laporan perhitungan sisa hasil usaha pada Tabel.14 Tabel 14. Rasio HPP atas Penjualan KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun Harga Pokok Penjualan Penjualan 2005 2.136.436.932 2006 3.215.843.282,95
Rasio -
2007
2.230.043.977
55
2008
2.539.945.744
4.037.717.317,60 4.924.779.398,87
2009
3.127.956.202
6.249.235.520,99
50
66
51
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Angka penjualan di KKP ITB mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang diikuti oleh harga pokok penjualannya. Kenaikan jumlah penjualan masih dalam kondisi seimbang dengan HPP walaupun KKP ITB bisa dikatakan tidak terlalu mengambil laba yang tinggi. Nilai rasio HPP atas penjualan di KKP ITB cenderung stabil dengan nilai rasio yang tidak terlalu tinggi. Pada Tahun 2005 tidak diketahui karena data yang diperoleh tidak diketahui secara rinci tentang harga pokok yang didapat dengan biaya-biaya yang diperlukan untuk mendapatkan barang tersebut, berbeda dengan Tahun 2006 setelah diketahui HPP atas Penjualan menyentuh angka 66 persen namun masih berada pada jalur kondisi efektifitas yang dapat dikatakan baik. Pada Tahun 2007, 2008, 2009 cenderung stabil diangka 55 persen, 51 persen, 50 persen. Semakin menurunnya nilai rasio menunjukan kondisi efektifitas yang baik.
47
6.2.5 Produktivitas Rasio produktivitas dalam koperasi adalah pencapaian output atas input yang digunakan jika >1 maka disebut produktif. Produktivitas dilihat setiap tahun dari Tahun 2005-2009 untuk mengetahui hasil dari volume usaha yang ada di KKP ITB dengan jumlah karyawan, jumlah anggota, total aset dan jumlah modal. Selain itu juga dapat diketahui modal yang dipergunakan yang berasal dari sendiri maupun modal dari pihak luar. Tabel 15. Rasio Volume Usaha atas Jumlah Karyawan, Jumlah Anggota, Total Aset dan Jumlah Modal KKP ITB Periode 2005-2009 Volume/jumlah Volume/jumlah Volume/total Volume/jumlah Tahun karyawan anggota aset modal 835.092,81 2005 865.669,77 0,53 0,57 1.047.847,27 2006 1.067.322,69 0,61 0,93 2007
1.310.096,47
2008 2009
0,52
1,09
1.660.971,13
1.343.219,34 1.681.960,18
0,56
1,21
2.144.555,77
2.172.142,34
0,74
1,39
Sumber : Laporan Pengurus KKP ITB 2005-2009 (diolah)
Dari perhitungan nilai rasio produktifitas KKP ITB periode 2005-2009 untuk volume pendapatan dibagi dengan jumlah karyawan dari tahun 2005 sampai Tahun 2009 terus mengalami kenaikan begitu juga dengan volume jumlah pendapatan di bagi dengan jumlah anggota sehingga bisa dikatakan baik. Setiap kenaikan yang terjadi pada volume di bagi jumlah karyawan tentu saja dipengaruhi dari hasil kegiatan usaha secara keseluruhan yang setiap hasilnya terus mengalami kenaikan namun jumlah karyawan yang masih aktif terus mengalami penurunan pada jumlahnya sehingga setiap kenaikannya terlihat jelas. Begitu juga dengan hasil dari volume dibagi jumlah anggota terus mengalami kenaikan karena anggota yang ada di KKP ITB terus mengalami penurunan kuantitas. Untuk volume pendapatan yang dibagi dengan total aset dapat dikatakan kurang produktif karena bisa dikatakan produktif apabila hasil dari perhitungan volume pendapatan dibagi keseluruhan jumlah aset lebih dari 1. Hasil dari perhitungan volume pendapatan dibagi dengan jumlah modal di KKP ITB pada Tahun 2005 0,57 artinya masih kurang dari satu, namun pada Tahun 20072009 nilai yang dihasilkan meningkat menjadi 1,39 artinya setiap tahun 48
mengalami kenaikan dan berarti KKP ITB dalam menghitung rasio produktivitas bisa dikatakan dalam kondisi baik. Dilihat dari setiap hasil analisis rasio keuangan yang meliputi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, efektifitas, produktivitas menunjukkan bahwa setiap hasilnya menunjukan kondisi yang baik dengan perbandingan yang sesuai dengan perkoperasian yang berbeda dari perusahaan dengan memperhatikan kepentingan anggota maka kondisi kesehatan keuangan KKP ITB dapat dikatakan baik.
49
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 1.
Kesimpulan Koperasi keluarga Pegawai ITB memiliki kinerja organisasi yang lebih baik dengan indikator mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, adanya aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dalam melakukan kegiatan koperasi seperti aktivitas pendidikan, pelatihan yang meliputi pelatihan akuntansi.
2.
Kinerja keuangan KKP ITB secara keseluruhan dimulai dari likuiditas, solvabilitas, efektifitas, profitabilitas dan produktifitas telah berjalan dengan baik terutama dari permodalan yang dominan dari hasil analisis rasio modal masih kuat berasal dari modal sendiri dibandingkan modal dari luar.
7.2 1.
Saran Koperasi Keluarga Pegawai (KKP) ITB diharapkan meningkatkan koordinasi dan komunikasi yang baik sesama pengurus maupun kepada jajaran dibawahnya dalam kehadiran pada setiap kegiatan sebagai konsekwensi menjadi pengurus.
2.
Memanfaatkan dana dari luar akan tetapi jangan sampai ketergantungan dalam mempergunakan modal dari luar. Penguatan modal sendiri yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, sumbangan, penyertaan, SHU tahun berjalan dan SHU yang tidak dibagi terus ditingkatkan kemampuan sesuai dengan kesepakatan pada saat RAT.
3.
Lebih memperluas kerjasama dengan pihak luar dengan tujuan mempermudah kekuatan jaringan untuk melakukan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan di dalam koperasi.
4.
Menentukan tempo pembayaran piutang barang maupun uang yang disediakan bagi anggota agar dapat menjamin pembayaran kewajiban.
50
5.
Bagi penelitian lebih lanjut agar menambah kajian di luar keuangan seperti produksi, pengembangan usaha, pemasaran dan sumber daya manusia agar kajian tentang skripsi terkait lebih dalam dari setiap aspek yang saling berkaitan.
51
DAFTAR PUSTAKA Akbar,
Asep. 2009. Analisis Kinerja Keuangan Dan Aktivitas Usaha KUD Sumber Alam dan Primkopti (Studi Kasus: KUD Sumber Alam dan Primkopti Kabupaten dan Kota Bogor Propinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanaian. Institu Pertanian Bogor.
Ariffin Ramudi. 1997. Ekonomi Koperasi. Jatinangor: IKOPIN Agung, Bhuono. 2009. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Bogor: Departemen Manajemen dan Student Statistic Consultant. Baswir. 1997. Koperasi Indonesia, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Dharma. 2010. Manajemen Kinerja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Djohan, Djabaruddin. 2000. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta: LSP2I. Fadli A. 2009. Strategi Pengembangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (Studi Kasus : Koperasi Pegawai Republik Indonesia Institut Pertanian Bogor “Teko Sumodiwirjo”). [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Jumingan. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Keown, et al. 2004. Manajemen Keuangan. Haryandini, penerjemah; Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari: Financial Management. Kementrian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2005. Modul Sistem Pengendalian Intern Koperasi. KUKM. 21. Dep. I. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2005. Kertas Kerja Penilaian Klasifikasi Koperasi. KUKM. 26. Dep.I. KKP Institut Teknologi Bandung. 2005. Laporan RAT Tahun Buku 2005. Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi bandung. KKP Institut Teknologi Bandung. 2006. Laporan RAT Tahun Buku 2006. Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi bandung. KKP Institut Teknologi Bandung. 2007. Laporan RAT Tahun Buku 2007. Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi bandung. KKP Institut Teknologi Bandung. 2008. Laporan RAT Tahun Buku 2008. Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi bandung. 52
KKP Institut Teknologi Bandung. 2009. Laporan RAT Tahun Buku 2009. Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi bandung.
Kuswandi. 2006. Memahami Rasio-rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Mangkunegara. 2009. Evaluasi Kinerja SDM, Edisi Keempat. Bandung: PT. Refika Aditama. Munawir. 1993. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketiga, Liberty. Yogyakarta. Partomo. 2008. Ekonomi Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Partomo dan Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prihadi. 2009. Analisis Rasio Keuangan. Jakarta: PPM. Rasmussen, EA. 1975. Finansial Management in Co-operative Enterprises. Saskatchewan: Co-operative College of Canada. Soedjono Ibnoe, 2007. Membangun koperasi Mandiri dalam Koridor Jatidiri. Jakarta: LSP2I-ISC. Subandi. 2010. Ekonomi Koperasi, Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta. Sitio dan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.
53
Lampiran 1. Gabungan hasil análisis rasio Perbandingan Pendapatan dari Masing-masing Usaha KKP ITB No.
Uraian
1.
Unit Simpan Pinjam
2.
Unit Rental Mobil
3.
Unit Waserda
4.
Unit Kafe Hijau
5.
Unit Pelayanan Kampus
6.
Sekertariat
Pendapatan (Rp) 890.361.024 31.733.378 1.704.723.327 144.911.131 435.634.091,34 8.490.331
Perkembangan antara Modal Sendiri dan Modal Luar KKP ITB Periode 2005-2009 Tahun Modal Sendiri Modal Luar 2005
3.337.448.982,62
98.967.396
2006
3.425.872.230,68
209.234.731
2007
3.680.732.667,33
228.252.934
2008
4.050.546.214,31
364.385.766
2009
4.479.975.403,71
239.374.721
Likuiditas Tahun
Rasio Lancar
Rasio Cair
Rasio Kas
(persen)
(persen)
(persen)
2005
339,78
3,29
0,07
2006
298,77
2,88
0,14
2007
402,96
3,92
0,13
2008
367,67
3,60
0,17
2009
354,47
3,46
0,11
54
Solvabilitas Tahun
Kewajiban
Kewajiban Jangka
Kewajiban Jangka
Panjang atas harta
Panjang atas Modal
Jangka Panjang atas Kapitalisasi
2005
0,12
0,19
0,16
2006
0,04
0,07
0,07
2007
0,29
0,64
0,39
2008
0,28
0,60
0,38
2009
0,19
0,36
0,27
Profitabilitas Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Rasio Sisa Hasil Usaha atas Penjualan 52 persen 13 persen 11 persen 11 persen 12 persen
Rasio Sisa Hasil Usaha atas Modal 13 persen 13 persen 13 persen 13 persen 17 persen
Efektivitas Volume/jumlah Tahun karyawan 835.092,81 2005
Volume/jumlah anggota 865.669,77
Volume/total aset 0,53
Volume/jumlah modal 0,57
2006
1.047.847,27
1.067.322,69
0,61
0,93
2007
1.310.096,47
0,52
1,09
2008
1.660.971,13
1.343.219,34 1.681.960,18
0,56
1,21
2009
2.144.555,77
2.172.142,34
0,74
1,39
Produktivitas Volume/jumlah Tahun karyawan 835.092,81 2005 1.047.847,27 2006
Volume/jumlah anggota 865.669,77
Volume/total aset 0,53
Volume/jumlah modal 0,57
1.067.322,69
0,61
0,93
0,52
1,09
0,56
1,21
0,74
1,39
2007
1.310.096,47
2008
1.660.971,13
1.343.219,34 1.681.960,18
2009
2.144.555,77
2.172.142,34
55
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Nama saya Muhammad Reza Ilhami, mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul ”Analisis Kinerja Keuangan Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi Bandung”. Saya mengharapkan kerjasama Bapak/Ibu untuk berkenan mengisi kuesioner ini. Informasi yang Bapak/Ibu berikan merupakan hal yang sangat berharga dan akan dijaga kerahasiaannya serta dipergunakan untuk kepentingan akademik dan manajemen KKP-ITB. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih. Mohon menyilang (X) salah satu pilihan dan mengisi titik-titik dengan jawaban yang sesuai.
Screening : Apakah anda adalah pengurus/anggota koperasi yang turut serta dalam Koperasi Keluarga Pegawai Institut Teknologi Bandung?
Data Responden Nomor Responden Nama Jenis Kelamin Pekerjaan/Jabatan Status Unit kerja Lama Kerja
: : : a. Laki-laki : : a. Anggota : :
b. Perempuan b. Non Anggota
Berikan respon saudara terhadap butir-butir pertanyaan dibawah ini dengan menggunakan Skala Likert sebagai berikut : 5 = Sangat Tinggi (ST) ; 4 = Tinggi (T) ; 3 = Sedang (S) ; 2 Rendah (R) ; 1 Sangat Rendah (SR).
56
No.
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
ST
KKP ITB setiap tahun mengadakan rapat anggota dan adanya rapat pengurus dengan pengawas dan pengurus dengan anggota Anggota terlibat dari hasil rapat anggota Anggota terlibat dalam pelaksanaan rapat anggota Seluruh anggota KKP ITB terlibat dalam bidang usaha Seluruh anggota KKP ITB terlibat untuk kemajuan setiap bidang usaha KKP ITB memberikan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang tepat. Anggota dengan mudah memperoleh layanan produk/pinjaman Informasi tentang fasilitas koperasi mudah diperoleh Informasi tentang koperasi mudah diakses oleh anggota Petugas melayani permintaan dengan tepat dan sesuai kebutuhan
Tingkat Kepuasan T S R
SR
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Saran 11. Jika KKP ITB ingin lebih maju, menurut pendapat anda jenis usaha apa yang harus dilakukan? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 12. Apa manfaat menjadi anggota di Koperasi Keluarga Pegawai ITB? ……………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………….. =Terima Kasih=
57