ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA MANAJEMEN KOPERASI SYARIAH DAN KOPERASI KONVENSIONAL Studi Kasus KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera dan Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
SKRIPSI
RORY RIFKI ANDITA H34087026
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN RORY RIFKI ANDITA. Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA) Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh BMT Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna bagi perekonomian para pengusaha mikro. Permasalahan yang terjadi adalah saat ini mulai bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang berlandaskan akan syariat islam, salah satu nya koperasi syariah. Mereka menilai pola syariah lebih adil dibandingkan pola konvensional. Namun hanya sebagian orang yang paham tentang pola syariah. Oleh karena itu diperlukan analisis tentang perbedaan koperasi syariah dan koperasi konvensional dilihat dari sisi manajemen. Tujuan yang hendak dicapai adalah mengetahui perbedaan manajemen kedua koperasi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Pegawai Deprtemen Koperasi (konvensional) dan KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera (syariah). Selain itu juga akan diteliti tentang kemampuan koperasi syariah untuk berkembang di masa yang akan datang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara pendekatan wawancara terhadap kedua koperasi yang dituju dan analisis data sekunder dari literatur penunjang yang tersedia. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan manajemen yang mendasar dari koperasi syariah dan koperasi konvensional. Dalam setiap pembuatan dan penerapan kebijakan, koperasi syariah selalu berpatokan pada nilai-nilai syariat islam. Koperasi syariah mengharamkan riba dan sesuatu yang tidak jelas. Produkproduk yang diusahakan oleh koperasi syariah juga tidak membolehkan yang haram. Anggota yang ingin meminjam dana untuk usaha, harus jelas dahulu usaha yang akan dijalankannya. Apabila usaha tersebut dinilai haram berdasarkan fatwa MUI, maka dana pinjaman tersebut tidak akan cair. Sedangkan potensi koperasi syariah di masa yang akan datang dinilai mampu bersaing dan berkembang. Salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa kinerja keuangan koperasi syariah secara keseluruhan dinilai lebih baik dibandingkan dengan koperasi konvensional. Selain itu para pakar koperasi optimis bahwa koperasi syariah akan mampu berkembang dan bersaing.
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA MANAJEMEN KOPERASI SYARIAH DAN KOPERASI KONVENSIONAL Studi Kasus KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera dan Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
RORY RIFKI ANDITA H34087026
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departeman Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
:Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional
Nama
:Rory Rifki Andita
NRP
:H34087026
Disetujui, Pembimbing
Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec NIP. 19640220 198903 1 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Rory Rifki Andita H34087026
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cimahi, Bandung pada tanggal 15 Juni 1987. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sutarjo dan Ibu A.Miswati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sukamaju 1 Depok pada Tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada Tahun 2002 di SLTPN 7 Depok. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bogor diselesaikan pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke jenjang D3 perguruan tinggi di program studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Institut Pertanian Bogor jalur regular pada Tahun 2005 dan diselesaikan pada Tahun 2008. Selanjutnya tercatat sebagai mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen fKoperasi Syariah dan Koperasi Konvensional”. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan manajemen yang diterapkan oleh koperasi syariah dan koperasi konvensional.
Bogor, Agustus 2011 Rory Rifki Andita
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepasdari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji pada sidang yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 3. Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji pada sidang yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Dr. Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 6. Pihak Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT BUS, Bapak Lili selaku Manajer Cabang beserta staf. 7. Pihak Koperasi Pegawai Departemen Koperasi, Bapak Boy Indra K selaku Manajer USP beserta staf. 8. Orang tua dan saudara tercinta untuk setiap dukungan dan do’a yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 9. Teman-teman Agribisnis angkatan V, VI dan VII atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….......
iv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
v
I
PENDAHULUAN ……………………………………………...... 1.1. Latar Belakang …………………………………………….... 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………….... 1.3. Tujuan ……………………………………………………….. 1.4. Manfaat ……………………………………………………... 1.5. Ruang Lingkup ……………………………………………....
1 1 3 6 6 6
II
TINJAUAN PUSTAKA ……..…………………………………... 2.1. Definisi Koperasi …..……………………………………...... 2.2. Pondasi Ekonomi Islam:Keadilan …………………………… 2.3. Menuju Ekonomi Islam ……………………………………… 2.4. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Syariah ……………………… 2.5. Prinsip Bagi Hasil …………………………………………… 2.6. Syariah Sebagai Solusi ……………………………………… 2.7. Analisis Kinerja Keuangan …………………………………. 2.7. Penelitian Terdahulu …………………………………………
7 7 9 10 10 13 14 15 16
III
KERANGKA PEMIKIRAN ……………………………………… 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ………………………………… 3.1.1. Pengertian Manajemen ………………………………. 3.1.2. Fungsi dan Proses Manajemen ………………………. 3.1.3. Sistem Penggajian (Renumerasi) …………………….. 3.1.4. Sistem Karir …………………………………………… 3.1.5. Efisiensi Usaha ……………………………………….. 3.1.6. Kinerja keuangan ……………………………………. 3.1. Kerangka Pemikiran Operasional …………………………….
19 19 19 20 21 23 24 24 27
IV
METODOLOGI PENELITIAN …………………………………... 4.1. Metode Penelitian …………………………………………….. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………... 4.2.1. Tempat Penelitian ……………………………………... 4.2.2. Waktu Penelitian …………………………………….... 4.3. Jenis dan Sumber Data ……………………………………....... 4.3.1. Jenis Data ……………………………………………... 4.3.2. Sumber Data …………………………………………... 4.4. Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data ………...... 4.5. Metode Pengolahan Analisis Data …………………….....
28 28 28 28 28 29 29 29 29 30 i
V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………….... 5.1. KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera ………………………...... 5.2. Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) ……….......
31 31 37
VI
PEMBAHASAN ………………………………………………….. 6.1. Perbandingan Manajemen KPDK dan KJKS BMT BUS ……. 6.1.1. Fungsi dan Proses Manajemen ………………………... 6.1.1.1. Planning …………………………………….... 6.1.1.2. Organizing …………………………………..... 6.1.1.3. Directing ……………………………………... 6.1.1.4. Controlling …………………………………… 6.1.2. Sistem Penggajian (Renumerasi) …………………….... 6.1.3. Sistem Karir ………………………………………….... 6.1.4. Efisiensi Usaha ………………………………………... 6.1.5. Kinerja Keuangan ……………………………………. 6.2. Potensi Perkembangan KJKS BMT BUS …………………..... 6.2.1. Kinerja Keuangan ……………………………………. 6.2.2. Kinerja Manajemen ……………………………………
43 43 45 45 47 51 53 56 57 59 64 69 69 70
VII KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 7.1. Kesimpulan ………………………………………………....... 7.2. Saran ………………………………………………………….
74 74 75
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….......
76
LAMPIRAN ……………………………………………………………..
78
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya ................................................
17
2. Perbandingan Visi, Misi dan Tujuan ..................................................
45
3. Perbandingan Directing ......................................................................
52
4. Perbandingan Controlling ...................................................................
53
5. Sistem Karir ………………………………………..………………..
57
6. Perkembangan Jumlah Anggota KJKS BMT BUS …………………
60
7. Perkembangan Asset ...........................................................................
60
8. Prosentase per Sektor ..........................................................................
61
9. Perkembangan Jumlah Anggota KPDK .............................................
62
10. Kas dan Hutang Lancar ......................................................................
70
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Jumlah Koperasi Konvensional .........................................................
4
2. Analisis RADAR ................................................................................
68
3. Jumlah Anggota INKOPSYAH ..........................................................
71
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Perkembangan Usaha Koperasi .........................................................
78
2. Hasil Wawancara KPDK ....................................................................
79
3. Hasil Wawancara KJKS BMT BUS 1 ................................................
83
4. Hasil Wawancara KJKS BMT BUS 2 ................................................
87
5. Struktur Organisasi KPDK .................................................................
91
6. Struktur Organisasi KJKS BMT BUS ................................................
92
7. Neraca Konsolidasi KPDK .................................................................
93
8. SHU KPDK .........................................................................................
94
9. Arus Kas KPDK ..................................................................................
95
10. Neraca KJKS BMT BUS ....................................................................
96
11. Laporan Perubahan Equitas KJKS BMT BUS ...................................
97
12. Laporan Arus Kas KJKS BMT BUS ..................................................
98
13. Pembagian Hasil Usaha KJKS BMT BUS .........................................
99
v
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep baru,
banyak
kendala
dan
hambatan
yang harus
diperhatikan
dalam
pengembangan koperasi di pedesaan, diantaranya adalah rendahnya minat masyarakat untuk bergabung dalam kelompok tani/koperasi, hal ini disebabkan karena
kegagalan-kegagalan
dan
stigma
negatif
tentang
kelembagaan
tani/koperasi yang terbentuk di dalam masyarakat. Kegagalan yang dimaksud diantaranya
adalah
ketidakmampuan
kelembagaan
tani/koperasi
dalam
memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil produk pertanian anggotanya. Rendahnya SDM petani di pedesaan menimbulkan pemahaman dan arti penting koperasi terabaikan. Peningkatan posisi tawar petani pada dasarnya adalah untuk dapat meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan. Pengembangan masyarakat petani melalui kelembagaan pedesaan atau koperasi ataupun kelembagaan pertanian/kelompok tani merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguhsungguh melalui usaha bersama petani untuk memperbaiki keragaan sistem perekonomian masyarakat pedesaan. Arah pemberdayaan masyarakat desa/petani akan disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan partisipasi yang tinggi terhadap koperasi, diharapkan rasa ikut memiliki dari masyarakat atas semua kegiatan yang dilaksanakan koperasi juga akan tinggi. Karena di dalam koperasi terdapat nilai dan prinsip berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong dan merupakan landasan koperasi itu sendiri, sehingga demikian
diperlukan
peran
berbagai
pihak
untuk
menggerakkan
dan
mengembangkan kelembagaan pedesaan/koperasi dengan basis kekuatan yang dimiliki oleh anggota tersebut. Pengembangan kelembagaan dalam bentuk perencanaan yang baik berdasarkan kebutuhan, kekuatan dan kondisi yang ada
1
tentunya akan memberikan panduan bagi pelakunya atau lembaga tersebut untuk mengembangkan diri. Secara umum prinsip operasional koperasi adalah membantu kesejahteraan para anggota dalam bentuk gotong royong dan tentunya prinsip tersebut tidaklah menyimpang dari sudut pandang syariah yaitu prinsip gotong royong (ta’awun alal birri) dan bersifat kolektif (berjamaah) dalam membangun kemandirian hidup. Melalui hal inilah perlu adanya proses internalisasi terhadap pola pemikiran tata cara pengelolaan, produk-produk, dan hukum yang diberlakukan harus sesuai dengan syariah. Dengan kata lain Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari Koperasi Konvensional melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya. Konsep utama operasional Koperasi Syariah adalah menggunakan akad Syirkah Mufawadhoh yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Selain itu tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan partner lainnya.1 Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh BMT Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna bagi perekonomian para pengusaha mikro. Kendati awalnya hanya merupakan KSM (kelompok swadaya masyarakat) Syariah namun memiliki kinerja layaknya sebuah bank. Diklasifikasikannya BMT sebagai KSM pada saat itu adalah untuk menghindari jeratan hukum sebagai bank gelap dan adanya program PHBK Bank Indonesia (Pola Hubungan kerjasama
1
Buchori, Nur S. Koperasi Syariah, 2009, hal 15-16
2
antar Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat) hasil kerjasama Bank Indonesia dengan GTZ sebuah LSM dari Jerman. Seiring dengan adanya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dalam bentuk kredit harus
berbentuk
Bank.
Maka
munculah
beberapa
LPSM
(Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang memayungi KSM BMT. LPSM tersebut antara lain : P3UK sebagai penggagas awal, PINBUK yang dimotori oleh ICMI dan
FES
Dompet
Dhuafa Republika. Mereka turut
membantu
mengembangkan sistem perekonomian Indonesia melalui perannya dengan cara memfasilitasi bantuan dana pembiayaan oleh BMI yang merupakan satu-satunya Bank Umum Syariah pada saat itu. Disamping itu diberikan pula bantuan peningkatan skill SDM melalui pelatihan katalis BMT termasuk akses jaringan software BMT. Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan falsafah yang sama yaitu “dari anggota oleh anggota untuk anggota” maka berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan koperasi konvensional (non syariah) salah satunya terletak pada teknis operasionalnya yang mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya. 2 1.2 Rumusan Masalah Pemahaman yang keliru tentang manajemen koperasi menjadi awal terpuruknya daya saing koperasi. Jumlah koperasi Indonesia mencapai 150 ribu unit dengan hampir 30 juta anggota, tetapi volume usaha keseluruhan hanya mencapai Rp 68 trilliun dengan total SHU Rp 5 trilliun. Bandingkan dengan PD Indonesia yang mencapai lebih dari Rp 5000 trilliun maka koperasi hanya menyumbang kurang dari 2%.3 Perkembangan koperasi di Indonesia hingga kini masih memprihatinkan. Dari 140an ribu koperasi yang ada di Indonesia, hanya ±29,5% yang aktif, dan 2 3
Ibid, hal 10-12 www.gudangmateri.com,2010
3
lebih sedikit lagi koperasi yang memiliki manajemen kelembagaan yang baik, partisipasi anggota yang optimal,usaha yang fokus,terlebih lagi skala usaha yang besar.4
Sumber: Diolah dari hasil pengkajian kementerian koperasi
Gambar 1. Jumlah Koperasi Konvensional (non syariah)
Pengembangan koperasi di Indonesia dianggap mengalami kegagalan, karena koperasi pada akhirnya lebih banyak dijadikan alat kebijakan pemerintah. Sehingga koperasi menjadi lembaga top down mulai dari inisiatif pendirian sampai pengelolaan yang bergantung pada aparat pemerintah. Dengan intervensi yang kuat dari pemerintah, terutama di sisi permodalan, koperasi juga kemudian menjadi bersifat capital centered, bukan lagi people centered. Pada akhirnya,banyak koperasi yang kemudian menjadi sangat bergantung pada permodalan dan bantuan dari pemerintah dan segera hilang aktivitasnya ketika bantuan terhenti. Koperasi telah kehilangan jati dirinya yang bottom up, self help, dan self empowering. Dengan kondisi perkoperasian seperti inilah maka kemudian banyak muncul koperasi syariah di Indonesia. Sejak kemunculan pertamanya pada akhir dekade 1990-an, koperasi syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan dan telah memberi kontribusi nyata pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
4
http://kjks-manfaat.blogspot.com/2009/02/dinamika-koperasi-syariah-di-indonesia.html
4
Kini terdapat lebih dari 3.000 koperasi syariah di Indonesia yang dalam waktu relatif singkat telah mampu membantu lebih dari 920.000 usaha mikro di Tanah Air dan telah merambah ke seluruh kabupaten di Tanah Air. Baik dalam bentuk koperasi pondok pesantren (kopontren), koperasi masjid, koperasi perkantoran, hingga koperasi pasar (kopas). Secara konseptual, koperasi sendiri pada hakikatnya sangat selaras dengan budaya dan nilai-nilai Islam, agama mayoritas di negeri ini. Tidak heran bila kemudian koperasi yang beroperasi berdasarkan syariat Islam, dengan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Dalam perspektif Islam, koperasi yang menjunjung asas kebersamaan dan kekeluargaan dapat dipandang sebagai bentuk syirkah ta’awunniyah yang bermakna bekerja sama dan tolong-menolong dalam kebaikan. Ketika koperasi bekerja dalam bingkai syariah Islam, seperti tidak berhubungan dengan aktivitas riba, maysir (judi), dan gharar (spekulasi), maka lengkaplah keselarasan koperasi dengan nilai-nilai Islam.5 Sebagai salah satu lembaga ekonomi rakyat, koperasi perlu menjaga agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi koperasi syariah harus bersaing dengan koperasi konvensional yang dominan dan telah berkembang terlebih dahulu di Indonesia. Persaingan tersebut harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk dapat bertahan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh koperasi untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja dari koperasi itu sendiri baik dari kinerja keuangan maupun kinerja manajemen organisasi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional. Studi Kasus KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera dan Koperasi Pegawai Departemen Koperasi.” Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Apa yang membedakan Koperasi Syariah dengan Koperasi Konvensional (non syariah) dari sisi manajemen perusahaan? 2. Apakah KJKS BMT BUS memiliki potensi untuk berkembang?
5
Ibid
5
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain : 1. Menganalisis perbandingan kinerja manajemen antara Koperasi Syariah dengan Koperasi Konvensional. 2. Menganalisis kesempatan/kemungkinan KJKS BMT BUS untuk mampu bersaing dan berkembang di masa yang akan datang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai koperasi syariah. 2. Bagi Koperasi Syariah, dapat dijadikan sebagai catatan atau koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya serta memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan. 3. Bagi Koperasi Konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau pertimbangan untuk menambah unit usaha syariah atau menambah pengetahuannya mengenai lembaga ekonomi rakyat dengan basis syariah. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Koperasi konvensional yang dipilih dalam penelitian ini adalah Koperasi Pegawai Departemen Koperasi dan UKM yang telah berdiri sejak 1952. b. Koperasi Syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah BMT Bina Ummat Sejahtera yang berdiri sejak tahun 1996, namun berubah menjadi lembaga keungan berupa Koperasi Jasa Keuangan Syariah mulai di tahun 2006. c. Waktu penelitian yang dipilih oleh penulis adalah tahun 2011.
6
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Koperasi Koperasi yang didefinisikan oleh Ropke (1987 dalam Sudarsono) adalah sebagai organisasi bisnis yang para pemilik atau anggotanya adalah juga pelangggan utama perusahaan tersebut (kriteria identitas). Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan dalil atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha yang lainnya. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Hendar dan Kusnadi (2005 dalam sudarsono), kegiatan koperasi secara ekonomis harus mengacu pada prinsip identitas (hakikat ganda) yaitu anggota sebagai pemilik yang sekaligus sebagai pelanggan. Organisasi koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola perusahaan bersama yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi individu para anggotanya. Koperasi adalah organisasi otonom, yang berada didalam lingkungan sosial ekonomi, yang menguntungkan setiap anggota, pengurus dan pemimpin. Setiap anggota, pengurus dan pemimpin merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui
kegiatan-kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan secara bersama-sama (Hanel, 1989 dalam Sudarsono). Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan pemerintah, bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Berdasarkan hal tersebut maka kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi (Soetrisno, 2003 dalam Sudarsono). 6
6
Koperasi Dalam Teori dan Praktik, Drs. Sudarsono, SH.,M.Si dan Edilius, SE, Rineka Cipta, 2010, hal. 5
7
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan perhatian dari pemerintah. Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditinjau dari sisi usianya pun yang sudah lebih dari 50 tahun berarti sudah relatif matang. Sampai dengan bulan November 2001, berdasarkan data Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per- 5 November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 28,55 %, sedangkan yang menjalani Rapat Anggota Tahunan (RAT) hanya 35,42 % koperasi saja. Data terakhir tahun 2006 ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif 94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit. Namun uniknya, kualitas perkembangannya selalu menjadi bahan perdebatan karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan generiknya. Secara makro pertanyaan yang paling mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pengentasan 8
kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan secara mikro pertanyaan yang mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Menurut Merza (2006 dalam Sudarsono), dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama pemerintah masih sangat besar. 7 2.2 Pondasi Ekonomi Islam:Keadilan Selain istilah ekonomi islam, juga dipakai sistem ekonomi syariah. Keadilan adalah pondasi dan pilar utama rancang bangun sistem ekonomi islam. Di dalam Al-Hisbah fi al_Islam Syaikh Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa keadilan adalah aturan main segala urusan tanpa kecuali. Ketika urusan dunia ditegakkan dengan keadilan, tegaklah dunia itu. Meskipun penghuninya kafir dan di akhirat tidak akan memperoleh apapun. Sebaliknya jika tidak ditegakkan dengan keadilan, maka hancurlah dunia itu. Meskipun penghuninya beriman dan dapat memperoleh pahala akhirat dari imannya. Dengan kata lain wujud nyata pelaksanaan sistem Ekonome islam adalah tegaknya keadilan dalam segenap aspek. Dari hulu hingga hilir, dari produksi, distribusi hingga konsumsi. Dalam setiap transaksi bisnis, dalam setiap jenis investasi dan dalam setiap akad perjanjian kerjasama bisnis. Sejalan dengan itu, Syaikh Abul Al-Maududi juga menyimpulkan bahwa saka guru dari sistem ekonomi islam terkandung di dalam kalimat sederhana yang universal di QS Al Hasyr ayat 7-8: “Agar harta itu jangan hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja diantara kalian” Pada gilirannya hal ini tentunya akan menggerakkan sektor riil, menumbuhkembangkan sektor perdagangan, memacu investasi, membuka lebar-
7
Ibid, hal. 6
9
lebar berbagai jenis lapangan pekerjaan dan pada akhirnya menguatkan fundamental perekonomian negara.8 2.3 Menuju Ekonomi Islam Kita semua tentunya bisa bertindak masing-masing untuk memberikan kontribusi positif, yaitu dengan cara berhijrah dari sistem ekonomi konvensional yang kapitalistik menuju praktek ekonomi syariah yang adil. Dalam posisi apapun, kita bisa melakukan hijrah al-quwub wa al-jawarih. Menghijrahkan pusat kesadaran dan organ tubuh kita dari praktek ekonomi dan bisnis yang kapitalistik, yang hedonistik, monopolistik, serakah dan kolutif. Menuju praktek ekonomi dan bisnis yang lebih adil, beretika, beradab dan lebih manusiawi.9 2.4 Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Syariah Tiga dekade yang lalu, Bank Syariah sebagai representasi keuangan Islam, belum dikenal oleh masyarakat. Kini sistem keuangan syariah telah beroperasi di lebih dari 55 negara yang pasarnya tengah bangkit dan berkembang (Lewis dan Algaoud, 2007 dalam Sudrajat). Meskipun pemikiran ekonomi syariah baru muncul beberapa tahun terakhir ini di negara-negara muslim, namun ide-ide tentang ekonomi Islam dapat dirunut dalam Alquran yang di turunkan pada abad ke-7. Makna harfiah syariah adalah jalan menuju mata air, dan dalam pengertian teknis berarti sistem hukum dan aturan perilaku yang sesuai dengan Alquran dan Hadist, seperti yang dituntunkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, kaum muslim tidak dapat memilah perilaku mereka ke dalam dimensi religius dan dimensi sekuler. Selain itu, tindakan mereka harus selalu mengikuti syariah sebagai hukum Islam. Adapun prinsip-prinsip keuangan syariah meliputi:10 1. Riba Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis riba berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio, 1999 dalam Sudrajat). Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan 8
http://salmanitb.com/2009/11/mendambakan-keterwujudan-ekonomi-islam/ ibid 10 http://salmanitb.com/2010/02/prinsip-prinsip-dasar-ekonomi-syariah/ 9
10
riba. Namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua, riba jual beli terbagi lagi menjadi riba fadhl dan riba nasiah. Riba Qardh adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang. Riba Jahiliyyah adalah utang yang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utang pada waktu yang telah ditetapkan. Riba Fadhl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. Riba Nasiah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasiah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau penambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. 2. Zakat Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan dan kesetaraan berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak berarti bahwa mereka harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya. Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan minimal warga negaranya, dalam bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan pendidikan (QS. 58:11 dalam Sudrajat). Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani perbedaan sosial dalam masyarakat dan agar kaum muslimin mampu menjalani kehidupan sosial dan material yang bermartabat dan memuaskan. 3. Haram Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang telah diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa praktek dan aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diharapkan lembaga keuangan syariah membentuk Dewan 11
Penyelia Agama atau Dewan Syariah. Dewan ini beranggotakan para ahli hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan penasihat syariah yang independen. Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan. Oleh karena itu lembaga keuangan syariah tidak boleh mendanai aktivitas yang haram, seperti perdagangan minuman keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain itu, lembaga keuangan syariah juga didorong untuk memprioritaskan produksi barang-barang primer untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. 4. Gharar dan Maysir Alquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91 dalam Sudrajat). Alquran menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan dan kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi. Selain mengharamkan judi, Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan bahwa demi kepentingan transaksi yang adil dan etis, memperkaya diri melalui permainan judi harus dilarang. Islam juga melarang transaksi ekonomi yang melibatkan unsur spekulasi, gharar (secara harfiah berarti “resiko”). Apabila riba dan maysir dilarang dalam Alquran, maka gharar dilarang dalam beberapa hadis. Menurut istilah bisnis, gharar artinya menjalankan suatu usaha tanpa pengetahuan yang jelas, atau menjalankan transaksi dengan resiko yang berlebihan. Jika unsur ketidakpastian tersebut tidak terlalu besar dan tidak terhindarkan, maka Islam membolehkannya (Algaoud dan Lewis, 2007 dalam Sudrajat). 5. Takaful Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala, yang berarti memperhatikan kebutuhan seseorang. Kata ini mengacu pada suatu praktik ketika para partisipan suatu kelompok sepakat untuk bersamasama menjamin diri mereka sendiri terhadap kerugian atau kerusakan. Jika ada anggota partisipan ditimpa malapetaka atau bencana, ia akan menerima manfaat finansial dari dana sebagaimana ditetapkan dalam kontrak asuransi
12
untuk membantu menutup kerugian atau kerusakan tersebut (Algaoud dan Lewis, 2007 dalam Sudrajat). Pada
hakikatnya,
konsep
takaful
didasarkan
pada
rasa
solidaritas,
responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang telah ditetapkan. Dengan demikian, praktek ini sesuai dengan apa yang disebut dalam konteks yang berbeda sebagai asuransi bersama (mutual insurance), karena para anggotanya menjadi penjamin (insurer) dan juga yang terjamin (insured).11 2.5 Prinsip Bagi Hasil Gagasan dasar sistem keuangan Islam secara sederhana didasarkan pada adanya bagi hasil (profit and loss sharing). Menurut hukum perniagaan Islam, kemitraan dan semua bentuk organisasi bisnis didirikan dengan tujuan pembagian keuntungan melalui partisipasi bersama. Mudharabah dan musyarakah adalah dua model bagi hasil yang lebih disukai dalam hukum Islam. 12 Mudharabah (Investasi) Mudharabah dipahami sebagai kontrak antara paling sedikit dua pihak, yaitu pemilik modal (shahib al mal atau rabb al mal) yang mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, dalam hal ini pengusaha (mudharib) untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Dalam mudharabah, pemilik modal tidak mendapat peran dalam manajemen. Jadi mudharabah adalah kontrak bagi hasil yang akan memberi pemodal suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai. (Algaoud dan Lewis, 2007 dalam Sudrajat) Musyarakah (Kemitraan) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
11 12
http://salmanitb.com/2010/02/prinsip-prinsip-dasar-ekonomi-syariah/ Ibid
13
2.6 Syari’ah Sebagai Solusi Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam merecovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi syari’ah memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian. Ekonomi syari’ah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Kedepan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sistem ekonomi Islam
yang
diwakili
lembaga
perbankan
syariah
telah
menunjukkan
ketangguhannya bisa bertahan. Bahkan perbankan syariah semakin berkembang di masa-masa yang sangat sulit tersebut. Sementara bank-bank raksasa mengalami keterpurukan hebat yang berakhir pada likuidasi, sebagian bank konvensional lainnya terpaksa direkap oleh pemerintah dalam jumlah besar Rp 650 triliun. Setiap tahun APBN kita dikuras lagi oleh keperluan membayar bunga obligasi rekap tersebut. Dana APBN yang seharusnya diutamakan untuk pengentasan kemiskinan rakyat, tetapi justru digunakan untuk membantu bank-bank konvensional. Inilah faktanya, kalau kita masih mempertahakan sistem ekonomi kapitalisme yang ribawi. Selama ini, sistem ekonomi dan keuangan syari’ah kurang mendapat tempat yang memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi Islam belum menjadi perhatian pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak keunggulan untuk diterapkan, ekonomi islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak dipupuk dan disiram. Akibatnya, pertumbuhannya sangat lambat, karena kurang mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan pihakpihak yang berkompeten, seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri, BAPENAS, DPR dan Menteri yang terkait lainnya. 13 Keberhasilan Malaysia mengembangkan ekonomi Islam secara signifikan dan menjadi teladan dunia internasional, adalah disebabkan karena kebijakan 13
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1111:eko nomi-syariah-sebagai-solusi&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid=60
14
Mahathir yang secara serius mengembangkan ekonomi Islam. Mereka tampil sebagai pelopor kebangkitan ekonomi Islam, dengan kebijakan yang sungguhsungguh membangun kekuatan ekonomi berdasarkan prinsip syari’ah. Indonesia yang jauh lebih dulu merdeka dan menentukan nasibnya sendiri, kini tertinggal jauh dari Malaysia. Kebijakan-kebijakan Mahathir dan juga Anwar Ibrahim ketika itu dengan sistem syariah, telah mampu mengangkat ekonomi Malaysia setara dengan Singapura. Tanpa kebijakan mereka, tentu tidak mungkin ekonomi Islam terangkat seperti sekarang, tanpa kebijakan mereka tidak mungkin terjadi perubahan pendapatan masyarakat Islam secara signifikan. Mereka bukan saja berhasil membangun perbankan, asuransi, pasar modal, tabungan haji dan lembaga keuangan lainnya secara sistem syari’ah, tetapi juga telah mampu membangun peradaban ekonomi baik mikro maupun makro dengan didasari prinsip nilai-nilai Islami. 2.7 Analisis Kinerja Keuangan Munawir (1997), menganggap maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun penilaian yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable) setelah itu dapat menghitung, mengukur, menginterprestasi dan memberi solusi terhadap keuangan badan usaha pada periode tertentu. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999 dalam Munawir) kinerja keuangan adalah suatu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan terhadap posisi keuangan tersebut. Penilaian kinerja keuangan yang berlandaskana pada data dan irformasi keuangan merupakan suatu tolak ukur yang sering digunakan dalam memperoleh informasi tentang posisi keuangan suatu badan usaha. Penelitian ini sebagai penilaian kinerja dengan menganalisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan suatu badan usaha pada periode tertentu.
15
2.8 Penelitian Terdahulu Pada bab ini akan dibahas penelitian terdahulu dengan topik perbandingan antara ekonomi syariah dan konvensional, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran yang digunakan peneliti dalam penelitian ini serta metode penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melihat hasil penelitian terdahulu,mengenai perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional yaitu penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh Rindawati (2007) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional.” Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan
bertujuan untuk
menganalisis dan membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada periode 2001-2007 dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan perbankan syariah (NPL dan LDR) lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan perbankan konvensional, sedangkan pada rasio-rasio yang lain perbankan syariah lebih rendah kualitasnya. Akan tetapi bila dilihat secara keseluruhan perbankan syariah menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Akan tetapi, ada beberapa rasio yang lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio permodalan (CAR), rasio rentabilitas (ROA, ROE), dan rasio efisiensi (BOPO). Penelitian berikutnya yang dipergunakan oleh peneliti sebagai bahan referensi adalah hasil penelitan terdahulu yang dilakukan oleh Bambang Tri S(2008) yang berjudul, “Analisis Komparasi Kesehatan Keuangan Pada Koperasi Syariah BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra Tani.” Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Tri menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan tingkat kesehatan keuangan koperasi syariah BMT Insan Mandiri dengan koperasi konvensional yakni KSU Mitra Tani dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari rasio permodalan, kualitas aktiva produktif, analisis likuiditas, analisis efisiensi dan analisis rentabilitas. Serta menganalisis lebih dalam mengenai faktor-faktor apa saja yang 16
mempengaruhi tingkat kesehatan KSUS BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra Tani, misalnya perselisihan internal, campur tangan pihak diluar koperasi, Rekayasa pembukuan, Pelampauan batasan maksimum pemberian pembiayaan, dan lain sebagainya Tabel 1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya Keterangan Judul Karya Ilmiah
Masalah
Tujuan Penelitian
Hasil
Ema Rindawati 2007 “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional.” Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan? Adakah perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan? Menganalisa kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan. Menganalisa kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan.
Bambang Tri S 2008 “Analisis Komparasi Kesehatan Keuangan Pada Koperasi Syariah BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra Tani.”
Rory Rifki Andita 2011 “Analisis Perbandingan Manajemen Perusahaan Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional.”
Bagaimana perkembangan tingkat kesehatan financial pada KSUS BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra Tani untum masingmasing rasio keuangan? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingkat kesehatan keuangan KSUS BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra Tani? Menganalisa perbandingan tingkat kesehatan financial antara koperasi syariah dengan koperasi konvensional untuk masing-masing rasio. Menganalisa faktorfaktor apakah yang mempengaruhi tingkat kesehatan keuangan KSUS BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra Tani.
Apa yang membedakan Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional dari sisi manajemen koperasi?
Apakah koperasi syariah mampu bersaing dengan koperasi konvensional?
Menganalisis perbedaan antara koperasi syariah dan koperasi konvensional. Mengetahui apakah koperasi syariah mampu bersaing dan memiliki kesempatan berkembang di masa yang akan datang.
Secara umum, kinerja perbankan syariah lebih baik dibandingkan dengan perbankan konvensional. Akan
17
tetapi, ada beberapa rasio yang lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio permodalan (CAR), rasio rentabilitas (ROA, ROE), dan rasio efisiensi (BOPO) Sumber : Hasil Olahan Peneliti dari Berbagai Penelitian Sebelumnya.
Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa konsep syariah yang diterapkan pada lembaga keuangan perbankan maupun koperasi ternyata memiliki potensi keunggulan dibandingkan lembaga konvensional. Dengan demikian penelitian ini pun mencoba mengambil hipotesis bahwa koperasi syariah mempunyai kesempatan untuk berkembang.
18
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Manajemen Pengertian Manajemen dapat merujuk kepada orang/sekelompok orang atau bisa kepada proses. Dalam hal pengertian manajemen ini menunjuk kepada proses,
maka
manajemen
dapat
diberi
batasan
sebagai
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan lain-lain sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Keempat fungsi tersebut merupakan kunci bagi keberhasilan suatu manajemen. 14 Manajemen sebagaimana di definisikan oleh (Stoner) adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. 15 Pemahaman terhadap konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari konsep organisasi. Secara sederhana organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu sebagai elemen mendasar. Masalah pokok manajemen organisasi tidak lain adalah bagaimana mengelola dan mengalokasikan sumber daya (manusia, modal, fisik, uang, dll) untuk mencapai sasaran atau tujuannya. Stoner, dkk. (1996 dalam Burhanuddin) mendefinisikan manajemen adalah kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam membentuk dan menjalankan organisasi. Semua
organisasi
mempunyai
penanggung jawab terhadap organisasi untuk mencapai sasarannya, orang tersebut adalah manajer. Memperkuat pendapat Stoner itu, Gibson, (1996 dalam Burhanuddin) mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu individu atau lebih untuk mengkordinasikan berbagai aktivitas untuk mencapai hasil lebih baik yang tidak dapat dicapai apabila individu bertindak sendiri sendiri.
14 15
Baga, Lukman M, dkk. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis, 2009, h.135 www.revolsirait.com, 2010
19
3.1.2 Fungsi dan Proses Manajemen Para pakar manajemen sejak akhir abad ke-XIX, mendefinisikan manajemen dalam empat fungsi spesifik, yaitu Planning, Organizing, Directing, dan Controlling. Perkembangan terkini, para pakar manajemen Amerika cenderung hanya menganut tiga fungsi utama yaitu Planning, Organizing, dan Controlling sebab dianggap bahwa Directing sebenarnya termasuk dalam fungsi perencanaan (Gibson, et. al., 1996:174 dalam Burhanuddin). Proses manajemen adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan kegiatan yang menekankan manajer terlibat dalam aktivitas yang saling terkait dalam fungsifungsi manajemen untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan. Dalam praktek, penerapan fungsi pengendalian dalam manajemen modern dikaitkan dengan orientasi peningkatan kualitas secara menyeluruh. Konsep ini dikenal sebagai Total Quality Management (TQM) dan istilah total mengandung makna every process, every job and every person (Lewis and Smith, 1994 dalam Burhanuddin). Pengertian TQM dibedakan dalam dua aspek (Goetsch and Davis, 1994 dalam Burhanuddin). Aspek pertama menguraikan pengertian TQM yaitu pendekatan dalam menjalankan bisnis/usaha yang berupaya memaksimalkan daya saing melalui penyempurnaan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan li ngkungan organisasi. Aspek kedua adalah cara mencapainya dan berkaitan dengan 10 karakteristik TQM. Creech (1996 dalam Burhanuddin) di sisi lain mengemukakan terdapat lima pilar untuk berhasil menerapkan TQM, yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen. 1. Perencanaan Perencanaan dapat didefinisikan sebagai penentuan terlebih dahulu apa yang harus dikerjakan, kapan harus di kerjakan dan siapa yang mengerjakan. Dalam perencanaan ini terlibat unsur penentuan, yang berarti bahwa perencanaan tersebut tersirat pengambilan keputusan.
20
2. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah proses menejerial yang berkelanjutan. Tujuan dari pengorganisasian adalah untuk mengelompokann kegiatan, sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya yang di miliki organisasi agar pelaksanaan dari suatu rencana dapat dicapai secara efektif dan efisien. Langkah pertama dalam pengorganisasian ini yang umumnya harus dilakukan sesudah perencanaan adalah proses mendesain organisasi yaitu penentuan struktur organisasi yang paling memadai untuk strategi, orang, teknologi dan tugas organisasi. 3. Kepemimpinan Menurut (Stogdill dalam Baga et al), kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok untuk tujuan tertentu. (Stoner dalam Baga et al) memberikan definisi kepemimpinan manajerial sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. 4. Pengendalian Menurut (Mockler dalam Baga et al), pengendalian adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi dengan membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang terlebih dahulu ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan yang di perlukan untuk menjamin bahwa penggunaan sumberdaya sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran perusahaan.16 3.1.3 Sistem Penggajian (Renumerasi) Para peneliti dan praktisi manajemen telah berusaha mengembangkan pemahaman terhadap hubungan antara struktur organisasi dengan kinerja, sikap karyawan, kepuasan kerja dan berbagai variabel lain yang dianggap penting. Namun usaha pemahaman tersebut terhambat oleh kerumitan hubungan diantara 16
Baga, Lukman M, dkk. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis, 2009, h.135-138
21
variabel-variabel tersebut dan kesulitan dalam mengukur dan menentukan konsep struktur organisasi itu (Gibson, et. al., 1996: 235 dalam Burhanuddin). Oleh sebab itu, dimensi sistem penggajian dan sistem karir dimasukkan dalam ranah struktur organisasi untuk kemudian menjadi variabel sendiri dalam ranah manajemen sumberdaya manusia sebagai cabang ilmu manajemen yang mendalami masalah tersebut. Sistem penggajian (renumerasi) atau sistem kompensasi merupakan hal yang paling mendasar dari manajemen sumberdaya manusia sebab adanya tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mendapatkan kompensasi. Kompensasi dapat mencakup insentif untuk meningkatkan motivasi karyawan
yang
pada
gilirannya
meningkatkan
produktivitas
karyawan.
Kompensasi didefinisikan sebagai what employees receive in exchange for their work, including pay and benefits. (Werther, 1994 dalam Burhanuddin). Definisi lain menyebutkan Compensation refers to all forms of financial returns, tangible services, and benefits employees recieve as part of an employment relationship. (Milkovich, 1988 dalam Burhanuddin) Pengertian ini menjelaskan bahwa kompensasi merupakan hal penting karena pendapatan dan benefit lainnya pada dasarnya merupakan sesuatu untuk memenuhi banyak kebutuhan karyawan. Selain itu juga pendapatan dan benefit lain merupakan simbol prestise, kekuasaan, prestasi dan status karyawan dalam masyarakat. Setiap orang yang menukarkan jasanya kepada organisasi dengan harapan akan memperoleh imbalan. Penentuan besarnya kompensasi memerlukan banyak pertimbangan. Milcovich (1988 dalam Burhanuddin) menciptakan suatu model yang menggambarkan faktor-faktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam hal kompensasi bagi karyawan. Pada model tersebut dapat dilihat bahwa faktorfaktor yang berada di luar teknik kompensasi sebenarnya bertujuan untuk menciptakan efisiensi serta equity bagi karyawan dan perusahaan. Model ini memperlihatkan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan maupun ketidakpuasan karyawan dalam hal kompensasi. Hal ini dibandingkan dengan beban pekerjaan serupa yang ditangani karyawan setingkat di organisasi lain, misalnya tentang karakteristik pekerjaan, hasil yang didapat dari sisi non finansial, pendapatan yang pernah diperoleh karyawan 22
sebelumnya, pendapatan yang diperoleh karyawan setingkat di organisasi lain serta pendapatan yang diperolehnya di organisasi. Kompensasi langsung berupa upah/gaji dan insentif, sedangkan kompensasi tidak langsung dapat berupa tunjangan-tunjangan. Dalam hal ini (Flippo dalam Burhanuddin) membedakan tiga jenis kompensasi, yaitu kompensasi dasar, kompensasi variabel, dan kompensasi tambahan tunjangan. Kompensasi dasar berupa upah/gaji biasanya didasarkan pada hasil evaluasi pekerjaan. Evaluasi pekerjaan jika dikaji bersamaan dengan survey atas dasar tarif-tarif yang dibayar oleh perusahaan pesaing, akan membantu perumusan kebijakan upah dan gaji yang memadai. Ini berarti penyusunan kebijakan upah atau gaji harus konsisten dengan kondisi internal dan kondisi eksternal organisasi. 3.1.4 Sistem Karir Dalam
manajemen
sumberdaya
manusia,
sistem
karir
karyawan
merupakan bagian dari program pengembangan, penghargaan dan pemeliharaan (maintaining) karyawan. Dalam kondisi kompetisi perusahaan industri terdapat suatu kendala yang dirasakan setiap perusahaan, yaitu keterbatasan tersedianya sumberdaya manusia yang handal agar perusahaan mampu bertahan. Untuk mengatasi masalah tersebut sering perusahaan mengambil jalan pintas dengan membajak atau memberi tawaran karir dan penghargaan yang lebih menarik dibandingkan dengan perusahaan asal. Khusus mengenai sistem karir, rotasi dan penghargaan diakui oleh para ahli dan kalangan praktisi manajemen bisnis dapat menunjang produktivitas kerja para karyawan, sebab faktor tersebut berpengaruh terhadap motivasi kerja. Kaitan antara sistem karir dan rotasi kerja dengan motivasi kerja diungkapkan oleh Mondy dkk (1999 dalam Burhanuddin) bahwa transfer karyawan dari satu bidang ke bidang kerja lainnya diantaranya adalah untuk menumbuhkan kepuasan kerja dalam diri karyawan. Sementara itu kepuasan kerja amat berpengaruh terhadap motivasi kerja para karyawan suatu perusahaan. Hal senada dikemukakan oleh Robert Kreitner dkk (1998 dalam Burhanuddin) bahwa rotasi kerja adalah bagian dari sistem karier karyawan yang bertujuan untuk menciptakan variasi pekerjaan bagi 23
karyawan, sebab firms often find it necessary to reorganize, to make positions available in the primary promotion channels. Another reason is to satisfy employees personal desires and is an effective dealing with personality clashes. 3.1.5 Efisiensi Usaha Efisiensi usaha merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola sumberdaya perusahaan yang dikenal dengan istilah the six M’s, yaitu Man, Material, Machines, Methods, Money and Market. Efisiensi merupakan ukuran produktivitas dari managerial skill suatu organisasi/ perusahaan. Hanya perusahaan yang efisien yang akan mampu bertahan dalam pasar yang kompetitif. Boediono (1986 dalam Burhanuddin), mengemukakan bahwa efisiensi manajemen pada koperasi dapat diukur dengan cooperative effect yaitu seberapa banyak anggota koperasi yang bisa diangkat dari bawah garis kemiskinan. Pendapat Boediono lebih menekankan efisiensi koperasi pada efisiensi pengembangan dan efisiensi pemenuhan kebutuhan anggotanya. Konsep efisiensi dalam kajian ini lebih menekankan pada efisiensi usaha koperasi dan manfaat yang diberikan koperasi kepada anggotanya. Pengukuran efisiensi usaha menggunakan rasio keuangan yang umum digunakan dalam perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio pengungkit (leverage ratio) dan rasio provitabilitas Riyanto (1995 dalam Burhanuddin). Sedangkan pengukuran efisiensi di tingkat anggota akan menggunakan konsep Hanel dan Boediono. 3.1.6 Kinerja Keuangan Dalam mengukur efisiensi modal kerja suatu koperasi dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio diantaranya rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang efisien dan tidak efisien keadaan suatu koperasi apabila dibandingkan dengan angka rasio standar.
24
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio Rentabilitas. 17 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang–hutang jangka pendek (short time debt) Menurut Horne ”Sistem pembelanjaan yang baik Current Ratio harus berada pada batas 200% dan Quick Ratio berada pada 100%”. Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah : Current Ratio ( Rasio Lancar) Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Quick Ratio ( Rasio Cepat ) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . 2. Ratio Solvabilitas disebut juga ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank). Adapun Rasio yang tergabung dalam Ratio Leverage adalah : Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas) Merupakan Perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya.
17
www.shelmi-wordpress.com
25
Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva yang diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. 3. Rasio Rentabilitas disebut juga sebagai Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk dalam ratio ini adalah : Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor). Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih). Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Earning Power of Total investment Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan
dalam
keseluruhan
aktiva
untuk
menghasilkan
keuntungan netto. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. 3.1.7 Analisis RADAR Metode analisis rasio RADAR merupakan penyempurnaan analisis rasio keuangan. Tujuannya untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang perusahaan dan kemungkinan perkembangannya. Analisis RADAR memberikan wawasan jangka menengah dan jangka panjang, hal ini berbeda dengan analisis rasio tradisional (Du-pont) yang bersifat jangka pendek. Analisis keuangan metode
RADAR
dalam
perbankan
yang
umum
dilakukan
penelitian 26
mengelompokkan rasio dalam lima kelompok besar yaitu: analisis likuiditas untuk segi liquidity, analisis solvabilitas untuk segi capital adequacy, analisis productivity, analisis profitabilitas untuk segi profitabillity, analisa pertumbuhan untuk segi growth possibility. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Dewasa ini koperasi konvensional mengalami keterpurukan. Banyak kalangan yang memiliki pandangan bahwa masalah tersebut terjadi karena kinerja manajemen yang kurang baik. Seiring berkembangnya paham ekonomi syariah, muncul koperasi syariah yang saat ini mulai berkembang dan jumlahnya meningkat.
Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvesional
Deskriptif Analisis Manajerial Fungsi dan Proses Manajemen Sistem Penggajian Sistem Karir Efisiensi Usaha
Potensi Perkembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Ummat Sejahtera
Kondisi Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
27
IV METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualtitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Penelitian kualitatif dari sisi definisi lain dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang. Hal terpenting adalah upaya memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun sekelompok orang. Oleh karena itu disimpulkan dalam meneliti skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.18 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, tidak ada site khusus tempat peneliti melakukan penelitiannya karena pengambilan data tidak dilakukan hanya di satu tempat. Penentuan tempat penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan dan kriteria, yang menjadi tempat dilakukannya penelitian ini antara lain : a. Koperasi Syariah KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera b. Koperasi KPDK (Non Syariah)
18
Metode Penelitian Kualitatif, Prof Dr.Lexy J. Maleong, M.A, 2005, hal.5-6
28
4.2.2 Waktu Penelitian Berdasarkan dimensi waktu, penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian cross sectional karena penelitian ini mengambil satu bagian dari gejala pada satu waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan tentang fenomena perkembangan koperasi syariah dan koperasi non syariah di tahun 2011. Penelitian ini dilakukan antara bulan Mei dan Juni 2011. 4.3 Jenis dan Sumber Data 4.3.1 Jenis Data Jenis data yang dikemukakan melalui penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. 1. Data Primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek penelitian, baik oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Misalnya melalui wawancara. 2. Data Sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Misalnya melalui data statistik, hasil riset, majalah, koran, internet dan lain sebagainya, 4.3.2 Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan sumber data dari hasil wawancara dan studi literatur. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu antara 2 pihak yakni ada pewawancara dan terwawancara. Studi literatur (kajian pustaka) merupakan penelusuran literatur yang bersumber pada buku, media, pakar ataupun hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan penelitian. 4.4 Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data Metode penarikan sampel yang di gunakan adalah purposive sampling yakni teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Purposive sampling juga bisa berarti sampling yang menentukan target kelompok tertentu. Ketika 29
populasi yang diinginkan untuk penelitian ini sangat langka atau sangat sulit untuk ditemukan dan diajak untuk menyelesaikan studi maka digunakanlah purposive sampling dalam penelitian ini. Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan data kualitatif yaitu berupa19 : 1. Field Research Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi lapangan dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan dan mencari data yang mendukung objek pembahasan yang terjadi di lapangan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat terstruktur dimana peneliti telah mempersiapkan pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang akan diajukan dan kemudian membacakan pertanyaan yang telah disiapkan kepada informan. Namun peneliti tidak membatasi jawaban informan, sehingga informan dalam penelitian ini mampu menjawab bebas sesuai dengan pendapatnya.
Tapi,
tidak
menutup
kemungkinan
peneliti
melakukan
wawancara yang tidak berstruktur. 2. Library Research Studi
kepustakaan
(Library
Research)
yang
dilakukan
dalam
mengumpulkan data penelitian ini adalah mempelajari beberapa literaturliteratur seperti buku, skripsi atau tesis terdahulu, majalah, artikel, penulusuran internet serta dokumen lain yang mendukung untuk mendapatkan data sekunder dan tulisan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur sebagai tekhnik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Setiap responden diberi pertanyaan yang sama yang kemudian dicatat untuk mengumpulkan data. Metode ini menerapkan teori ke dalam situasi deskriptif atau situasi sosial nyata 19
Ibid.
30
yang akan diteliti. Selain itu peneliti menggunakan metode RADAR untuk melihat kinerja keuangan dari kedua koperasi yang diteliti.
31
V GAMBARAN UMUM KOPERASI
5.1 KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera 5.1.1 Pendahuluan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT Bina Ummat Sejahtera berdiri, bermula dari keprihatinan realitas perekonomian masyarakat lapis bawah yang tidak siap dalam mengantisipasi perubahan masyarakat global. Tahun 1996 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orsat Rembang menggerakkan organisasi dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan alternatif yakni usaha simpan pinjam
melalui gerakan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM). Perkembangan lembaga ini mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat sehingga pada Tahun 1998 berubah menjadi Koperasi Serba Usaha (KSU), lalu kemudian pada Tahun 2002 berubah menjadi
Koperasi
Simpan Pinjam Syari’ah (KSPS) BMT Bina Ummat Sejahtera sampai pada akhirnya pada Tahun 2006 berubah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Sebagaimana motto KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera yaitu sebagai “Wahana Kebangkitan Ekonomi Ummat” Dari Ummat Untuk Ummat Sejahtera Untuk Semua., maka menurut KJKS sangat penting menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta mewujudkan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri–ciri demokratif, keterbukaan dan kekeluargaan. 5.1.2 Sasaran
KJKS memiliki jaringan dan pengalaman yang sudah cukup luas dan ingin terus mengembangkan usahanya sebagai lembaga keuangan syariah dengan sasaran memberdayakan pengusaha kecil menjadi mayarakat yang berpotensi handal, sebagai lembaga intermediary dengan menghimpun dan menyalurkan dana untuk mengembangkan ekonomi produktif bagi kemaslahatan masyarakat, proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial kemasyarakatan, mengangkat harkat dan martabat fakir miskin ke tingkat yang lebih baik serta mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam keselamatan, kedamaian,
32
kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi antara kaum fakir miskin dengan aghniya (kaum berpunya). 5.1.3 Motto ”Wahana Kebangkitan
Ekonomi Ummat Dari Ummat Untuk Ummat
Sejahtera Untuk Semua” 5.1.4 Visi
Visi dari KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera adalah menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah terdepan dalam pendampingan usaha kecil yang mandiri. 5.1.5 Misi
KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera mempunyai misi yakni : 1. Membangun
lembaga
jasa
keuangan
mikro
syari’ah
yang
mampu
memberdayakan jaringan ekonomi mikro syari’ah, sehingga menjadikan ummat yang mandiri. 2. Menjadikan lembaga jasa keuangan mikro syari’ah yang tumbuh dan berkembang melalui kemitraan yang sinergi dengan lembaga syari’ah lain, sehingga mampu membangun tatanan ekonomi yang penuh kesetaraan dan keadilan. 3. Mengutamakan mobilisasi pendanaan atas dasar ta’awun dari golongan aghniya, untuk disalurkan ke pembiyaan ekonomi kecil dan menengah serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq dan shodakoh, guna mempercepat proses menyejahterakan ummat, sehingga terbebas dari dominasi ekonomi ribawi. 4. Mengupayakan peningkatan permodalan sendiri, melalui penyertaan modal dari para pendiri, anggota, pengelola dan segenap potensi ummat, sehingga menjadi lembaga jasa keuangan mikro syariah yang sehat dan tangguh. 5. Mewujudkan lembaga yang mampu memberdayakan, membebaskan dan membangun keadilan ekonomi ummat, sehingga menghantarkan ummat Islam sebagai Khoera Ummat. BMT Bina Ummat Sejahtera merupakan lembaga jasa keuangan mikro syariah menetapkan budaya kerja dengan prinsip syariah yang mengacu pada 33
sikap akhlaqul karimah dan kerahmatan. Sikap tersebut terinspirasi dengan empat sifat Rosulullah yang disingkat SAFT yakni Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tablig. Dengan demikian, KJKS BMT BUS menjadi lembaga yang mampu menjaga integritas pribadi yang bercirikan ketulusan niat, kebersihan hati, pikiran, berkata benar, bersikap terpuji dan mampu jadi teladan, terpercaya, peka, obyektif dan disiplin serta penuh tanggung jawab. Profesinalisme dengan penuh inovasi, cerdas, terampil dengan semangat belajar dan berlatih yang berkesinambungan. Dan yang terakhir mempunyai kemampuan berkomunikasi atas dasar transparansi, pendampingan dan pemberdayaan yang penuh keadilan. BMT Bina Ummat Sejahtera adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang menjalankan ilmu kewirausahaan lewat pendampingan manajemen, pengembangan sumberdaya insani dan teknologi tepat guna, kerjasama bidang finansial dan pemasaran, sehingga mampu memberdayakan wirausaha-wirausaha baru yang siap menghadapi persaingan dan perubahan pasar. BMT Bina Ummat Sejahtera, menerapkan azas kesepakatan, keadilan, kesetaraan dan kemitraan, baik antara lembaga dan anggota maupun antar sesama anggota dalam menerapkan bagi hasil usaha. Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah, BMT Bina Ummat Sejahtera yang berazaskan akhlaqul karimah dan kerahmatan, melalui produk-produknya, insya Allah akan mampu membebaskan ummat dari penjajahan ekonomi, sehingga menjadi pelaku ekonomi yang mandiri dan siap menjadi tuan di negeri sendiri. Secara garis besar produk–produk KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera terbagi menjadi dua bagian yaitu Produk Simpanan dan Produk Pembiayaan (Kredit). Produk Simpanan adalah simpanan-simpanan yang dapat dilakukan oleh anggota KJKS. Produk Simpanan pada KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera terdiri atas 5 Simpanan yaitu Simpanan Sukrela Lancar (Si Rela) yakni simpanan dengan sistem penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan setiap saat, Simpanan Sukarela berjangka (Si Suka) yakni simpanan berjangka dengan sistem setoran dapat dilakukan setiap saat dan pengambilannya disesuaikan dengan tanggal valuta bisa dalam 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun, Simpanan Siswa Pendidikan (Si Sidik) yakni simpanan yang dipersiapkan sebagai penunjang khusus untuk biaya pendidikan dengan cara penyetorannya setiap bulan dan 34
pengambilannya pada saat siswa akan masuk Perguruan Tinggi, Simpanan Haji (SI HAJI) yakni simpanan anggota yang berencana menunaikan ibadah haji yang dikelola dengan menggunakan prinsip wadhiah yadh dhamanah dimana atas ijin penitip dana, BMT dapat memanfaatkan dana tersebut sebelum dipergunakan oleh penitip serta yang terakhir adalah Simpanan Ta’awun Sejahtera (Si TARA) yakni simpanan dengan akad Mudhorobah anggota sebagai shohibul maal (pemilik dana) sedangkan BMT sebagai mudhorib (pelaksana/pengelola usaha), atas kerjasama ini berlaku sistem bagi hasil dengan nisbah yang telah disepakati di muka. Usaha yang dilakukan oleh KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera melalui produk pembiayaan atau kredit ditujukan pada sasaran-sasaran tertentu yakni bagi usaha yang berkaitan dengan perdagangan, pertanian, nelayan, serta Industri dan Jasa. Kredit yang di berikan kepada pedagang memiliki sistem angsuran harian, mingguan dan bulanan dengan jangka waktu pembayaran sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Sementara itu kredit yang di berikan pada pembiayaan pertanian dititikberatkan pada modal tanam dan pemupukan, jumlah modal yang dibutuhkan disesuaikan dengan luas lahan garapan, pembiayaan ini dengan sistem musiman, atau jatuh tempo yang telah disepakati kedua belah pihak. Jenis pembiayaan yang diberikan kepada anggota nelayan berupa pemupukan modal nelayan dan pengadaan sarana penangkapan ikan, dengan sistem angsuran yang telah ditentukan oleh KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera dan Mudhorib. Produk pembiayaan industri dan jasa dikhususkan bagi para pengusaha yang bergerak dalam bidang pengembangan jasa, dan Industri, PNS melalui sistem angsuran ataupun jatuh tempo yang telah disepakati kedua belah pihak. KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera bagian pendampingan mempunyai keterkaitan yang kuat dalam pengamanan dan keberhasilan produk–produk pembiayaan, sehingga antara kedua bagian ini saling mendukung dan mengevaluasi perencanaan dan pencapaian kinerjanya. Agar mata rantai tersebut dapat berjalan dengan baik, maka tugas yang harus dilakukan oleh bagian pendampingan adalah melalui pendampingan manajemen usaha, pendampingan permodalan, pendampingan pemasaran dan pendampingan jaringan usaha.
35
Pendampingan Manajemen Usaha dilakukan karena masih banyak anggota di sektor informal masih kurang memiliki kemampuan dalam manajemen usaha. Oleh karena itu perlu diberikan asistensi tentang manajemen usaha yang baik, diantaranya : 1. Pembukuan sederhana 2. Manajemen keuangan sederhana 3. Manajemen pemasaran Pendampingan Permodalan dilakukan karena salah satu faktor yang menjadi kendala dalam penumbuhan usaha anggota adalah disisi permodalan. Lembaga membuka lebar bagi anggota untuk mendapatkan permodalan lewat pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang sudah barang tentu sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ada. Pendampingan Pemasaran dilakukan karena dalam hal pemasaran produk, lembaga mengupayakan untuk membantu mempromosikan produk-produk mereka ke pihak-pihak tertentu terutama lewat media pameran, baik yang diselenggarakan oleh pemeritah maupun swasta. Kualitas produk dari usaha anggota sering dikomunikasikan agar di pasaran tidak ketinggalan dengan produkproduk lain. Pendampingan Jaringan Usaha dilakukan karena melalui jaringan usaha (networking) khususnya jaringan usaha antar anggota diharapkan mereka mampu mengelola usahanya dengan baik, agar tidak kalah dalam persaingan usaha yang semakin ketat. Komunikasi yang dilakukan diantaranya melalui kegiatan formal yang berupa temu bisnis anggota maupun melalui kegiatan non formal seperti pengajian ataupun kegiatan lain yang bermanfaat untuk kemajuan usaha. Selain itu, KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera juga memiliki Baitul Mal. Bagian ini sangat potensial untuk menjadi kekuatan di lembaga ini, karena dengan di intensifkannya baitul maal akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk pemberdayaan umat, termasuk pembinaan usaha lewat pembiayaan Qordul Hasan. Penyaluran Zakat, Infaq dan Sodaqoh antara lain diberikan pada santunan kepada fakir miskin dan yatim piatu, pembudayaan pelaku ekonomi mikro khususnya anggota KJKS BMT BUS, bantuan fasilitas ibadah untuk masjid dan mushola, beasiswa bagi penduduk yang tidak mampu dan sumbangan sosial 36
kepada anggota maupun masyarakat yang terkena musibah. Sumberdana yang diperoleh Baitul Maal antara lain : a. Zakat, infaq dan shodaqoh baik dari anggota zakat tijaroh dari modal kerja maupun dari masyarakat. b. Pemberdayaan zakat dari pengelola pada setiap bulannya (2,5 % dari gaji). c. Bekerjasama dengan Laznas BMT Pusat, berkaitan dengan program penghimpunanan maupun penyaluran zakat. d. Bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika melalui program Tebar Hewan Qurban. KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera diresmikan Tanggal 10 November 1996 oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Orsat Kabupaten Rembang) dengan alamat Kantor Pusat di Jl. Raya No. 16 Lasem Telp./Fax.(0295) 532376. KJKS BMT BUS mulai beroperasional tanggal 10 November 1996 dengan 25 orang pendiri, 5 orang pengurus dan 457 oarng pengelola. Jumlah anggota KJKS BMT BUS adalah sebanyak 63.500 orang dengan jangkauan Pelayanan wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, DKI Jakarta dan Kabupaten Pontianak. 5.2 Koperasi Pegawai Departemen Koperasi Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) dibentuk di Jakarta pada tanggal 22 Desember 1952, yang bertempat di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM Jl. Rasuna Said Kav 3-5 Jakarta Selatan. Disahkan oleh Kepala Djawatan Koperasi pada tanggal 11 Februari 1953 dengan Badan Hukum Nomor 813.e/BH/I dengan akte perubahan terakhir No. 09/PAD/MENEG.I/XI/2000 tanggal 23 November 2000.Koperasi Pegawai Departemen Koperasi dibentuk dengan tujuan mempererat hubungan dan kerjasama dalam memperbaiki dan mempertinggi derajat penghidupan para anggotanya. Dasar pembentukan KPDK adalah untuk memenuhi dan mencapai peran dan fungsi KPDK, pengurus KPDK melaksanakan rencana kegiatan organisasi dan usaha berlandaskan: 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) tahun 2008 2. Saran anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku (TB) 2009 37
3. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja KPDK TB 2010 KPDK memiliki visi yaitu “KPDK berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya”. Sedangkan misi
dari
KPDK adalah untuk
mewujudkan KPDK menjadi Koperasi Karyawan yang handal, tangguh dan berdaya saing tinggi. Melalui pengelolaaan yang efektif, efisien, professional dan mandiri. KPDK memiliki tujuan yang sejalan dengan dan dalam rangka mewujudkan misi KPDK, maka tujuan yang hendak dicapai oleh pengurus KPDK baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan jangka pendek dari KPDK adalah memberikan solusi atas kebutuhan anggota atas modal dan usaha, memberikan pelayanan pada anggota dalam jumlah dan kualitas yang lebih baik dan memperbaiki struktur kelembagaan dan operasional usaha agar dimungkinkan pengelolaan yang lebih efektif, efisien, produktif dan professional. Sedangkan tujuan jangka panjang dari KPDK adalah untuk meningkatkan posisi tawar (bargaining power) KPDK terhadap mitra usahanya, sehingga lebih mampu mempertahankan eksistensinya dan memberikan pelayanan yang lebih baik dan mewujudkan KPDK sebagai badan usaha yang handal dan berdaya saing, terutama dalam memberikan pelayanan kepada anggota dan non anggotanya (dinas). Kebijakan KPDK dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah melalui pembenahan internal yang meliputi: revitalisasi dan restrukturisasi sumberdaya manusia (SDM) KPDK, penyesuaian sistem pengelolaan dan struktur organisasi, pembenahan sistem administrasi dan pengelolaan keuangan serta pembenahan eksternal, meliputi antara lain: reorientasi usaha (sementara hanya berkonsentrasi pada usaha yang berkaitan dengan kepentingan anggota yang paling profitable dengan risiko usaha rendah), serta meningkatkan peran dalam memanfaatkan jaringan/kerjasama dengan lembaga lain bagi kepentingan pengembangan KPDK. Tujuan dan kegiatan KPDK tidak akan berjalan jika tidak dibarengi dengan strategi yang baik, oleh karena ini strategi KPDK adalah melalui peningkatan kualitas SDM sesuai dengan kebutuhan, penyesuaian struktur organisasi KPDK dan penempatan SDM sesuai dengan bidang keahlian dan 38
pengalaman kerjanya, penerapan manajemen “terbuka” dan pendelegasian dan pendelegasian wewenang pada semua lini, penerapan sistem dan mekanisme “reward and punishment” secara konsisten, nondiskriminatif dan tegas dan perubahan sistem dan mekanisme pengelolaan keuangan dari “banyak pintu” menjadi “satu pintu”. Selain itu dalam bidang usaha strategi dari KPDK adalah nventarisasi jenis usaha (Usaha Simpan Pinjam, ATK dan computer, photo copy, toko kredit motor dan lain-lain) dan melakukan penilaian usaha-usaha mana yang layak untuk dikembangkan dan usaha-usaha mana yang harus dihentikan dengan memperhatikan kepentingan anggotanya serta menjalin dan meningkatkan kerjasama dengan anggota, sesama koperasi/lembaga lain secara lebih efisien dan berdaya guna bagi KPDK dalam melayani anggotanya. Sasaran dari kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh KPDK adalah untuk : 1. Memberikan pelatihan keterampilan, baik secara insidentil (sesuai kebutuhan) maupun periodik. 2. Memberikan kesempatan magang pada perusahaan atau koperasi sejenis yang telah sukses menjalankan kegiatan usahanya seperti KOPEL bulog, KOPKAR Perum Peruri, Kopkar PT Telkom, Kopkas PT Astra dll. 3. Sasaran yang hendak dicapaai melalui penyesuaian struktur organisasi KPDK dan penempatan SDM sesuai dengan bidang keahlian dan pengalaman kerjanya adalah berjalannya mekanisme dan prosedur organisasi, peningkatan efektifitas dan efisiensi pengelolaan organisasi 4. Sasaran utama penerapan manajemen terbuka adalah menjamin masuknya secara utuh seluruh komponen pendapatan (fee, diskon dan sejenisnya) ke kas/rekening KPDK, diperolehnya umpan balik dengan cepat, berjalannya sistem dan mekanisme control dan pengembangan KPDK, serta memudahkan terbangunnya sinergi (karena konflik internal dapat diminimalkan) 5. Sasaran yang hendak dicapai melalui pendelegasian wewenang pada setiap lini organisasi adalah untuk meningkatkan kreativitas dan sekaligus tanggung jawab karyawan dalam upaya memaksimalkan pencapaian target usaha masing-masing 6. Sasaran dari penerapan “reward and punishment” adalah meningkatnya motivasi dan tanggungjawab karyawan KPDK, sebagai salah satu syarat 39
majunya usaha KPDK. Sejalan dengan hal tersebut, akan dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap gaji dan sistem penilaian kinerja karyawan 7. Sasaran lain yang hendak dicapai melalui perubahan struktur organisasi KPDK adalah bentuknya mekanisme aliran kas melalui “satu pintu”. Hal ini sangat penting terutama untuk keperluan control dan evaluasi atas penerimaan dan penggunaan dana KPDK 8. Sasaran yang hendak dicapai melalui inventarisasi jenis usaha penilaian usaha adalah diperolehnya kepastian jenis usaha mana yang layak untuk dikembangkan dan usaha-usaha mana yang harus dihentikan. Pemilihan jenis usahanya menggunakan criteria keterkaitan usaha dengan kepentingan anggota, memiliki profitabilitas yang tinggi dan risiko usaha yang rendah. Kriteria ini berlaku pula bagi usaha-usaha yang berbentuk kerjasama antara KPDK dan lembaga lain. Terhadap usaha-usaha yang dinilai layak untuk dikembangkan akan dilakukan penilaian secara periodik, terutama terhadap kemampuannya untuk meningkatkan SHU. 9. Sasaran yang hendak dicapai melalui peningkatan kerja sama dengan anggota, sesama
koperasi/lembaga
lain
adalah
meningkatnya
usaha
anggota,
meningkatnya peran dan citra KPDK, meningkatnya efektivitas dan pemanfaaatan kerja sama, meningkatnya bargaining position KPDK terhadap mitranya serta meningkatnya akses terhadap sumber dan pasar yang dibutuhkan bagi pengembangan KPDK Bidang usaha yang dilakukan oleh KPDK terdiri atas bidang usaha simpan pinjam dan bidang usaha sektor Riil. Bidang usaha simpan pinjam melayani pinjaman dan simpanan anggota. Unit simpanan melayani anggota untuk kepentingan penyimpanan dana anggota pada KPDK. Simpanan anggota terdiri dari Simpanan Pokok yakni adalah simpanan yang disetorkan oleh anggota pada saat menjadi anggota KPDK sebesar Rp 100.000,- dan hanya dapat ditarik pada saat anggota keluar/berhenti, Simpanan Wajib yakni simpanan yang wajib disetor oleh anggota setiap bulan sebesar Rp 20.000,-. Simpanan sukarela yakni simpanan yang disetor oleh anggota yang jumlahnya tidak ditentukan dan tidak diwajibkan untuk setiap bulannya dan dapat ditarik oleh anggota sewaktu-waktu, Simpanan Khusus yakni simpanan yang tidak berasal dari setoran anggota tetapi merupakan 40
hasil pembagian dari KPDK kepada anggota dan hanya bisa diambil pada saat anggota tersebut keluar/berhenti dan Simpanan Wajib Pinjam yakni simpanan yang harus disetor oleh anggota pada saat mencairkan pinjaman, besarnya adalah 3% dari jumlah pinjaman yang dicairkan. Simpanan Wajib Pinjam ini dapat diambil pada saat pinjaman tersebut lunas. Unit pinjaman pada KPDK melayani anggota untuk kepentingan pinjaman konsumtif, leasing dan pinjaman dinas. Pinjaman konsumtif adalah pinjaman untuk memenuhi kebutuhan anggota yang dikategorikan dalam pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. Pinjaman jangka pendek adalah pinjaman untuk memenuhi kebutuhan anggota sehari-hari atau kebutuhan yang sifatnya mendesak seperti berobat, dengan plafon pinjaman sebesar Rp 2.500.000,- untuk masa angsuran 0 s/d 12 bulan. Jasa yang dikenakan sebesar 1% dan profisi 0,5% apabila pinjaman diatas Rp. 1.000.000,- maka dikenakan Simpanan Wajib Pinjam (SWP) sebesar 3% sedangkan Pinjaman Jangka Panjang adalah pinjaman untuk memenuhi kebutuhan anggota yang sifatnya investasi antara lain perbaikan rumah, pendidikan dengan plafon sebesar Rp. 10.000.000,- masa angsuran 20 bulan, jasa 1%, provisi 0,5%, SWP 3%. Leasing merupakan pinjaman pembiayaan kepada anggota dalam bentuk barang maupun usaha anggota. Leasing yang pertama adalah leasing kredit motor/elektronik yang merupakan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan anggota untuk memiliki kendaraan roda dua dan alat-alat elektronika dengan suku bunga 1 tahun 21%, 2 tahun 22%3 tahun 23%. Pinjaman Usaha adalah pinjaman untuk mengembangkan usaha anggota yang sudah berjalan namun membutuhkan penambahan modal kerja. Pinjaman usaha ini harus memberikan jaminan berupa surat-surat berharga seperti BPKB mobil, sertifikat rumah/tanah dan lain-lain dengan suku bunga 1 tahun 20%, 2 tahun 20%, 3 tahun 22%. Sedangkan pinjaman dinas adalah pinjaman yang diberikan kepada dinas di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya perjalanan dinas maupun operasional proyek dengan plafon pinjaman sebesar Rp. 150.000.000,dengan masa 1 bulan pengembalian dan jasa 5%. KPDK juga memiliki bidang usaha sektor riil terdiri dari unit pengadaan barang yang meliputi toko, motor, ATK, komputer, dan unit pengadaan jasa yang 41
meliputi jasa photo copy. Bidang sektor riil ini memiliki 2 unit yakni Unit Pengadaan Barang dan Unit Pengadaan jasa. Unit pengadaan barang melayani kebutuhan anggota dan non anggota atau pegawai di sekitar kantor Kementerian Koperasi dan UKM antara lain motor, elektronik, ATK dan kebutuhan sehari-hari. Bagi anggota KPDK dapat melakukan transaksi secara tunai maupun kredit sedangkan Unit usaha pengadaan jasa memberikan pelayanan jasa photo copy kepada anggota dan non anggota didalam menjalani kegiatan rutinitas di kantor Kementerian Koperasi dan UKM Bidang administrasi dan keuangan di KPDK mempunyai ruang lingkup kerja mengadministrasi seluruh kegiatan organisasi dan membuat seluruh transaksi keuangan kedalam laporan. Bidang administrasi dan keuangan meliputi lingkup
bidang
keanggotaan
yang
membuat
laporan
antara
lain
mengadministrasikan dan menginventarisasi nama-nama anggota yang keluar, masuk, meninggal dunia dan melaporkan perkembangan jumlah anggota serta melaksanakan administrasi kepegawaian (karyawan) KPDK. Bidang umum yang bertugas mengadministrasikan semua dokumen-dokumen KPDK maupun karyawan serta menyampaikan surat menyurat keluar dan masuk Kasir dan Pembukuan. Kasir KPDK mencatat/pembukuan, merekapitulasi semua transaksi keuangan baik pembayaran maupun penerimaan sedangkan pembukuan KPDK adalah menginput transaksi dan membukukan hingga menjadi laporan keuangan. Adapun laporan keuangan disusun terdiri dari neraca, laporan sisa hasil usaha, laporan perubahan equitas dan laporan arus kas.
42
VI PEMBAHASAN
6.1 Perbandingan KPDK dan KJKS BMT BUS Dilihat dari sejarahnya, Koperasi memang dilahirkan sebagai badan Usaha dengan tujuan untuk memajukan kepentingan ekonomi dari anggota-anggotanya. Latar belakang kelahirannya telah memberikan ciri khusus kepada koperasi, berbeda dengan bentuk usaha yang lainnya. Bagaimanapun besarnya perbedaan koperasi dengan bentuk usaha kumpulan modal, tidak berarti koperasi lepas dari fungsi-fungsi manajemen untuk menangani usaha Koperasi. Semua unsur-unsur manajemen koperasi harus bekerja menurut fungsinya masing-masing dalam kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi-fungsi dimaksud setidaknya meliputi 20 : a. Planning b. Organizing c. Directing d. Controlling Berfikir secara manajemen adalah berfikir secara mengendalikan, mengarahkan dan memanfaatkan
segala apa (faktor-faktor sumber daya) yang menurut
perencanaan (planning) diperlukan untuk menyelesaikan atau mencapai suatu tujuan (goal) tertentu. 21 Praktek manajemen menunjukan bahwa fungsi atau kegiatan manajemen (planning, organizing, directing, controlling) secara langsung maupun tidak langsung selalu bersangkutan dengan unsur manusia. Planning dalam manajemen adalah ciptaan manusia, organizing adalah mengatur unsur manusia, directing adalah proses menggerakan manusia manusia anggota organisasi, sedang controlling diadakan agar pelaksanaan manajemen (manusia-manusia) selalu dapat meningkatkan hasil kerjanya. Dari fakta tersebut, dapat dibenarkan pendapat yang menyatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi untuk bagian yang besar tergantung pada orang20 21
Manajemen Koperasi, Dra.Ninik Widiyati, Rineka Cipta, 2010, hal. 2 Ibid, hal. 6
43
orang yang menjadi anggotanya. Betapapun sempurna rencana-rencana, organisasi dan pengawasam serta penelitiannya. Bila orang-orang tidak mau melakukan pekerjaan yang diwajibkan, maka seorang manajer tidak akan mencapai hasil yang sebenarnya dapat dicapai. Berhasilnya manajemen koperasi harus jelas terlebih dahulu konsep, tujuan, sasaran yang harus dicapai sampai waktu tertentu, perencanaan dan bagaimana kebijaksanaan harus diletakkan sebagai dasar prosedur kerja yang harus dirumuskan dengan jelas. 22 Kinerja sebuah perusahaan biasanya lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Diperlukannya suatu alat ukur kinerja yang menunjukkan prestasi manajemen sebenarnya dengan tujuan untuk mendorong aktivitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis (value added activities) dan menghapuskan aktivitas yang merusak nilai (non-value added activities). Namun dalam penelitian kali ini, penulis hanya akan menjabarkan mengenai perbedaan sistem manajemen antara koperasi syariah dengan koperasi konvensional. Menurut Drs. P. Hasibuan, setiap bentuk usaha termasuk koperasi, harus berpegang pada fungsi-fungsi manajemen, dalam rangka melakukan fungsifungsi perusahaan untuk mencapai tujuan usaha masing-masing.
22
Manajemen Koperasi, Dra.Ninik Widiyati, Rineka Cipta, 2010, hal. 37
44
6.1.1 Fungsi dan Proses Manajemen 6.1.1.1 Planning Tabel 2. Perbandingan Visi, Misi dan Tujuan Item Tujuan
KJKS BMT BUS Memberdayakan Pengusaha kecil menjadi potensi masyarakat yang handal. Sebagai lembaga intermediary dengan menghimpun dan menyalurkan dana Anggota dan Calon Anggota permanen dan kontinyu untuk mengembangkan ekonomi produktif bagi kemaslahatan masyarakat. Proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial kemasyarakatan Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin ke tingkat yang lebih baik. Mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi antara kaum fakir miskin dengan aghniya (kaum berpunya).
Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Keuangan Mikro Syari’ah Terdepan Dalam Pendampingan Usaha Kecil Yang Mandiri.
Misi
Membangun lembaga jasa keuangan mikro syari’ah yang mampu memberdayakan jaringan ekonomi mikro syari’ah, sehingga menjadikan ummat yang mandiri. Mengutamakan mobilisasi pendanaan atas dasar ta’awun dari golongan aghniya, untuk disalurkan ke pembiyaan ekonomi kecil dan menengah serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq dan shodakoh, guna mempercepat proses menyejahterakan ummat, sehingga terbebas dari dominasi ekonomi ribawi. Mengupayakan peningkatan permodalan sendiri, melalui penyertaan modal dari para pendiri, anggota, pengelola dan segenap potensi ummat, sehingga menjadi lembaga jasa keuangan mikro syari’ah yang sehat dan tangguh. Mewujudkan lembaga yang mampu memberdayakan, membebaskan dan membangun keadilan ekonomi ummat, sehingga menghantarkan ummat Islam sebagai Khoera Ummat.
KPDK Jangka Pendek Memberikan solusi atas kebutuhan anggota atas modal dan usaha Memberikan pelayanan pada anggota dalam jumlah dan kualitas yang lebih baik Memperbaiki struktur kelembagaan dan operasional usaha agar dimungkinkan pengelolaan yang lebih efektif, efisien, produktif dan professional Jangka Panjang Meningkatkan posisi tawar (bargaining power) KPDK terhadap mitra usahanya, sehingga lebih mampu mempertahankan eksistensinya dan memberikan pelayanan yang lebih baik. KPDK berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Mewujudkan KPDK menjadi Koperasi Karyawan yang handal, tangguh dan berdaya saing tinggi. Melalui pengelolaaan yang efektif, efisien, professional dan mandiri
45
Bahwa untuk merencanakan suatu usaha harus terlebih dahulu ditentukan tujuan usaha yang dimaksud, sebab jika tidak demikian masing-masing kegiatan bisa berjalan sendiri-sendiri. Apabila tujuan (objektif) sudah ditentukan, sebaiknya digariskan kebijakan-kebijakan, strategi dan taktik untuk mencapai tujuan itu. Penentuan tujuan dan strategi hendaknya dilakukan menurut metode dan teknik-teknik tertentu seperti teknik mengambil keputusan dan teknik pelaksanaannya. Manajemen
dalam
fungsi
planning
adalah
menentukan
dan
menginformasikan visi, misi dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai suatu koperasi kepada seluruh anggotanya. Visi bersifat luas dan merupakan gambaran kemana para pemimpin suatu perusahaan ingin melangkah. Sedangan tujuan bersifat spesifik, jelas dan merupakan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Tugas Manajemen itu sendiri adalah untuk memastikan semua tujuan yang direncanakan pada langkah ini diarahkan untuk mencapai prinsip ini. Dilihat dari visi, misi dan tujuan yang ditetapkan oleh KPDK dan KJKS BMT BUS. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mensejahterakan para anggotanya. Hal ini sesuai dengan tujuan utama didirikannya koperasi. KPDK pada salah satu tujuannya menyebutkan bahwa KPDK berkomitmen untuk menjadikan para anggotanya sejahtera dan menjadikan KPDK ini menjadi koperasi yang handal. Hal ini mengindikasikan bahwa KPDK memiliki orientasi pengembangan internal koperasi. Berbeda dengan KJKS BMT BUS. Dalam salah satu tujuannya disebutkan bahwa KJKS BMT BUS akan proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial kemasyarakatan. Hal ini mengindikasikan bahwa selain untuk pengembangan internal, KJKS BMT BUS ini berkomitmen untuk melakukan pengembangan eksternal. Pengembangan eksternal ini dilakukan dengan programprogram CSR seperti pengajian, pengobatan gratis, santunan fakir miskin dan lain-lain. Dengan ini selain mensejahterakan anggotanya, KJKS BMT BUS juga mensejahterakan masyarakat sekitarnya. Selain itu KJKS BMT BUS memiliki tujuan untuk menghilangkan praktek ribawi yang saat ini berkembang di masyarakat. Praktek ribawi ini dinilai haram dan memberatkan masyarakat yang notabene memiliki penghasilan dan kesejahteraan yang rendah. 46
Selain itu KJKS BMT BUS ini ingin menjadikan lembaga tersebut sebagai lembaga penyalur zakat yang dipercaya. Mereka melihat kondisi saat ini banyak masyarakat yang tidak percaya dengan lembaga penyalur zakat untuk menyalurkan zakat yang mereka salurkan. Masyarakat merasa lebih nyaman menyalurkan zakatnya langsung kepada yang berhak, ketimbang harus menyalurkannya melalui lembaga penyalur zakat yang ada. Ini merupakan tantangan bagi mereka untuk menjadikan KJKS BMT BUS ini sebagai lembaga penyalur zakat yang dipercaya untuk menyalurkan zakat. Dari perbandingan tersebut, terlihat bahwa dari segi manajemen perencanaan KJKS BMT BUS lebih mengutamakan prinsip syariah untuk kesejahteraan bagi anggota koperasi, akan tetapi tidak hanya kepada anggota koperasi saja KJKS BMT BUS ingin juga mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi antara kaum fakir miskin dengan aghniya (kaum berpunya). Sedangkan KPDK selain bertujuan untuk mensejahterakan anggota, KPDK juga ingin mewujudkan KPDK sebagai badan usaha yang handal dan berdaya saing, terutama dalam memberikan pelayanan kepada anggota dan non anggotanya (dinas). 6.1.1.2 Organizing Sejalan dengan tujuan yang sudah direncanakan untuk mencapainya, perlu segera di rumuskan struktur organisasi yang sesuai dengan jenis kegiatan dan unsur-unsur manajemen yang ikut berfungsi di dalam kegiatan itu. Karena itu setiap unsur manajemen yang turut bermain di dalamnya harus mempunyai wewenang dan tanggung jawab. Serta dinamika wewenang dan tanggung jawab, baik secara vertikal mapun secara horizontal. Bagi koperasi fungsi-fungsi usahanya tidak hanya meliputi fungsi-fungsi usaha bentuk kumpulan modal tetapi juga pembinaan anggotanya. Organizing dengan demikian merupakan fungsi manajamen yang menentukan wewenang dan tanggung jawab unsur-unsur manajemen dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi usaha koperasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan baik secara horizontal maupun secara vertikal.
47
Desain Struktur Dilihat dari struktur organisasi, KPDK memiliki bentuk struktur yang lebih ramping dibandingkan dengan struktur organisasi dari KJKS BMT BUS. Burhanuddin (2008) menyebutkan bahwa koperasi yang memiliki struktur organisasi gemuk, kurang fleksibel dan diorganisasikan dengan pola lama tanpa memanfaatkan teknologi informasi menghadapi masalah jalan ditempat dan cenderung tidak berkembang. Menurut penulis, struktur organisasi yang dimiliki oleh KJKS BMT BUS lebih menggambarkan kejelasan fungsi dan wewenang tiap bagian sehingga tiap bagian mengetahui tugas, wewenang dan batasan dalam bekerja. Dalam segi tugas, KJKS BMT BUS memiliki bagian Human Resources Development (HRD) yang dalam hal ini berfungsi sebagai divisi pengembangan sumber daya manusia dan inovasi koperasi. Selain itu, divisi ini juga dibawahi oleh departemen yang berbeda dengan divisi unit usaha dan lainnya. Disain tugas koperasi yang digambarkan dalam diagram struktur organisasi, pada umumnya tidak memiliki divisi atau departemen Research and Development (R&D) dan Human Resources Development (HRD). Padahal, kedua departemen ini memiliki posisi vital dalam pengembangan kompetensi sumberdaya manusia koperasi dan proses inovasi koperasi. Di perusahaanperusahaan modern pesaing koperasi biasanya memiliki kedua departemen tersebut agar mampu bertahan dalam kompetisi. Tidak tertutup kemungkinan disain organisasi seperti ini yang menyebabkan koperasi kalah bersaing dengan perusahaan kapitalistik. Meski perlu dicatat bahwa perbedaan orientasi pada kedua organisasi perusahaan kemungkinan menjadi penyebab lainnya. 23 Pembagian Tugas dan Wewenang Pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab perangkat organisasi koperasi secara garis besar diatur oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian, yang selanjutnya oleh masing-masing koperasi dijabarkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Rapat Anggota
23
Burhanuddin “Tinjauan Prospek Koperasi Indonesia dari Perspektif Disiplin Ilmu Manajemen Bisnis, h.14
48
memegang kekuasaan tertinggi dan memiliki kewenangan sentral dalam pengambilan keputusan strategis koperasi.24 Pembagian tugas di dalam lingkup koperasi baik KPDK maupun KJKS BMT BUS terdiri atas perincian serta pengelompokan aktivitas yang erat hubungannya satu sama lain dalam koperasi itu sendiri serta yang berkaitan dengan pihak luar koperasi. Aktifitas yang erat hubungannya dalam koperasi itu sendiri menurut KJKS BMT BUS, Dewan Pengurus mempunyai tugas dalam melaksanakan rencana kerja yang sesuai dengan keputusan rapat anggota. Tugas lainnya adalah mengawasi, mengevaluasi dan mengarahkan pelaksanaan pengelolaan BMT yang dijalankan oleh pengelola agar tetap mengikuti kebijakan dan keputusan yang telah disetujui oleh rapat anggota serta melaporkan operasional BMT pada anggota setiap akhir tahun dalam RAT. Aktifitas lainnya adalah yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan dan Personalia, Pihak ini bertugas membantu General Manager dalam menjabarkan kebijaksanaan yang telah di gariskan oleh pengurus di bidang personalia, pengembangan Sumber Daya Insani, pengawasan dan pembinaan. Pihak personalia bertanggung jawab atas aktivitas pengelola, penambahan dan pengurangan karyawan serta mengusulkan mutasi sesuai dengan kondisi yang diperlukan. Bagian Pengawasan melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
operasional
lembaga
dan
bertanggungjawab
atas
pelaksanaan
pengawasan aktifitas administrasi operasional meliputi laporan administrasi keuangan dan syariah. Sedangkan aktifitas yang mewakili koperasi dengan pihak luar KJKS BMT BUS adalah Manager Cabang (Pemasaran) Mewakili kantor pusat untuk bertanggungjawab atas operasional cabang-cabang yang berada di masing-masing wilayah kerja untuk menjual produk dan meningkatkan citra pelayanan BMT baik pembiayaan maupun simpanan dan membina, mengatur, mengawasi serta melaksanakan kegiatan mengamankan posisi BMT. Menurut Bapak Boy Indra K selaku manager USP (Unit Simpan Pinjam) di KPDK, dijelaskan bahwa struktur organisasi di KPDK adalah sebagai berikut : 24
Ibid, h.14
49
“Jumlah karyawan di KPDK sampai 2010 lalu adalah 23 orang ditambah 1 orang EDP dari tenaga luar. Kita terbagi di 3 bagian Bidang administrasi dan Keuangan, Bidang Usaha Simpan Pinjam dan satu lagi Bidang Usaha Sektor Riil. Masingmasing ada Managernya, lalu kepala unitnya kemudian kasirnya. Ada juga yang di tempatkan di unit usahanya masingmasing, seperti di Toko SME’sco Mart KPDK di parkiran belakang.”
Hal yang menarik dari KJKS BMT BUS dibandingkan dengan koperasi konvensional adalah memiliki Divisi Syariah yang bertanggung jawab atas segala bentuk produk yang dikeluarkan oleh lembaga yang berdasar pada kaidah-kaidah syariah serta Divisi Transaksi yang bertanggung jawab dalam segala bentuk transaksi yang sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan pelimpahan adalah penyerahan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa wewenang anggota, pengurus dan pengawas adalah berbeda-beda sesuai dengan jabatannya masing-masing. Anggota KJKS BMT BUS mempunyai wewenang mengangkat pengurus dan pengawas melalui Rapat Anggota. Selain itu juga anggota ikut serta berwenang dalam menghimpun potensi usaha dan organisasi yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip syariah atau Islam. Hal tersebut juga bisa di lihat dari struktur organisasi di masing-masing koperasi baik itu Koperasi KJKS BMT BUS maupun KPDK. Rentangan Kontrol, Jenjang Organisasi dan Kesatuan Perintah Fungsi pengurus dalam melaksanakan fungsi manajemen adalah mengembangkan organisasi, membuat deskripsi kerja, menentukan rentang kendali organisasi, mengangkat dan memberhentikan karyawan, menginventarisir potensi internal dan eksternal serta menghimpun sumber daya. Rentangan control adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan. Sedangkan bawahan langsung adalah merupakan sejumlah pejabat yang langsung dibawah seorang atasan. Hal yang perlu diperhatikan dalam rentang kendali adalah bahwa seorang atasan tidak mungkin dapat memimpin bawahan sebanyak-banyaknya, karena kemampuan
50
seseorang itu terbatas. Makin banyak bawahan, beban pimpinan makin berat, sehingga harus diperhatikan tidak hanya orang-orangnya saja tetapi hubungannya. Jenjang organisasi adalah tingkat-tingkat satuan organisasi didalamnya
terdapat
pejabat,
tugas
serta
wewenang
tertentu
yang
menurut
kedudukannya dari atas sampai bawah dalam suatu fungsi. Kesatuan perintah berarti bahwa tiap-tiap pejabat dalam organisasi hendaknya hanya dapat diperintah dan bertanggungjawab kepada seorang atasan tertentu. Dilihat dari kedua jenis koperasi yang diteliti oleh penulis, struktur organisasi tersebut sudah mampu menunjukan bahwa kedua koperasi tersebut memiliki kejelasan fungsi dari masing-masing jabatan yang ada. Hal tersebut menjadikan jelas rentang kontrol, jenjang
organisasi dan satuan perintah
pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasannya. Hal yang menjadi perbedaan antara KJKS BMT BUS dan KPDK dalam hal ini adalah, Bagian pengawasan KJKS BMT BUS secara struktural berada di bawah kewenangan Manager Personalia dan Audit. Sedangkan Bagian Pengawasan pada KPDK dikendalikan langsung oleh Rapat Anggota, sehingga tampak lebih independent dan objektif dilihat secara struktural. 6.1.1.3 Directing Masing-masing individu yang telah ditentukan menduduki fungsi dan jabatan-jabatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan organisasi. Pada hakikatnya directing adalah usaha-usaha komunikasi yang membuat semua pihak yang terlibat dalam kegiatan koperasi bekerja sesuai rencana. Directing / commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benarbenar tertuju kepada tujuan yang telah ditetapkan semula. Koperasi hakekatnya dibangun untuk memberdayakan masyarakat dari kesulitan, kekurangan, kelemahan dan kemiskinan. Misi ini sangat erat kaitannya dengan pola pengaturan kelembagaan dari masyarakat itu (komunitas anggota koperasi) sendiri membangun kesejahteraan secara bersama-sama (goal). Untuk mencapai tujuan koperasi tersebut maka koperasi harus menunjukkan jatidirinya yang mandiri. 51
Tabel 3. Directing KPDK KJKS BMT BUS Hanya dilakukan oleh top management ke Dilakukan oleh Pengawas Umum, low management Pengawas Syariah dan seluruh komponen yang ada pada struktur organisasi
Directing pada KPDK hanya dilakukan oleh bagian tertinggi dalam struktur organisasi ke bagian terendah dalam struktur saja. Rapat Anggota memberikan komando kepada pengurus, pengurus memberikan komando kepada manajer USP, manajer sektor riil dan manajer administrasi dan keuangan. Kemudian tiap manajer tersebut memberikan komando kepada bawahannya. Hal tersebut diungkapkan oleh Boy Indra K selaku Manajer USP KPDK. “Kami melakukan kegiatan komando dari manajemen tertinggi ke manajemen terendah. Mulai dari Rapat anggota, Pengurus, Manajer-manajer (Manajer UPS, Manajer sector riil, Manajer administrasi dan keuangan).
Berbeda dengan KJKS BMT BUS dalam melakukan kegiatan komando yang melibatkan seluruh komponen dalam koperasi tersebut. Salah satu contoh adalah Kabag HRD yang memberikan komando kepada Kasie HRD. Sebaliknya, Kasie HRD memberikan saran dan masukan kepada Kabag HRD. Hal ini juga dilakukan oleh tiap bagian unit yag ada di KJKS BMT BUS. Hal tersebut diungkapkan oleh Lili selaku Kepala Cabang dan Manajer Regional KJKS BMT BUS. ”Dikita seluruh bagian melakukan koordinasi agar seluruh kegiatan berjalan sebagaimana mestinya. Koordinasi dilakukan tidak hanya dari atas ke bawah,melainkan keduanya. Kasie HRD boleh ngasi saran ke Kabag HRD, Kabag HRD boleh ngasi perintah dan teguran ke Kasie HRD. Disini intinya keterbukaan dan saling pengertian.”
Selain itu para pengelola selalu diberi masukan tentang agama. Mereka berkeyakinan bahwa kekuatan spiritual ini memiliki peranan yang sangat besar terhadap perilaku dan kinerja seseorang dibandingkan dari kekuatan akademis. Oleh karena itu transformasi-transformasi spiritual tidak ada henti-hentinya dilakukan mengantisipasi kesalahan-kesalahan. Sehingga seseorang itu akan berfikir berkali-kali untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Karena mereka telah mengetahui dampak-dampak apa saja yang akan diterima apabila 52
perbuatan menyimpang itu dilakukan. Hal ini dianggap berhasil untuk menjalin sinergi positif untuk mencapai tujuan bersama. 6.1.1.4 Controlling Pengawasan adalah fungsi manajemen untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang berlarut-larut sehingga dapat di atasi. Antara perencanaan dan pengawasan tertanam suatu ikatan yang erat, karena tanpa rencana yang ada, pengawasam tidak mempunyai arah. Sebaliknya suatu rencana tanpa pengawasan dapat mengarahkan organisasi kepada kehancuran. Dalam hubungan inilah jika di dalam koperasi sejalan dengan dibentuknya pengurus serentak pula dipilih badan pemeriksa yang kedudukannya terhadap anggota sama. Keduanya merupakan alat-alat perlengkapan koperasi. Tugas pengawas dalam manajemen koperasi memiliki posisi strategis. Mengingat secara tidak langsung, posisinya dapat menjadi pengaman dari ketidakjujuran, ketidaktepatan pengelolaan atau ketidakprofesionalan pengurus. Oleh sebab itu menjadi pengawas harus memiliki persyaratan kemampuan (kompentensi), yaitu kompentensi pribadi dan kompentensi profesional. Kompetensi pribadi menyangkut kharisma atau kewibawaan, kejujuran dan kepemimpinan. Kompetensi pertama ini sangat ditentukan oleh personality yang dimiliki oleh seorang pengawas. Kompetensi ini dapat terbentuk secara alamiah tetapi juga dapat non-alamiah, karena status sosial ekonomi yang dimiliki. Tabel 4. Controlling Dilakukan koperasi
KPDK oleh pengawas
umum
KJKS BMT BUS Dilakukan oleh pengawas umum koperasi dan pengawas syariah (divisi transaksi dan divisi produk Adanya pendampingan
Menurut KPDK, fungsi pengawas adalah perpanjangan tangan dari anggota melalui Rapat Anggota dalam mendampingi pengurus untuk mengawasi jalannya roda usaha perusahaan koperasi. Pengawas berada di satu posisi dengan pengurus tetapi mempunyai fungsi yang berbeda. Menurut Bapak Boy Indra selaku Manager USP Koperasi Pegawai Departemen Koperasi, fungsi pengawas di KPDK adalah sebagai berikut :
53
“Disini ada bagian pengawasnya, ya tugasnya mengawasi jalannya koperasi dan operasionalisasinya. Semua unit diawasi dari mulai kinerja, keuangan sampai ke laporannya setiap periode. Pengurus atau divisi-divisi tertentu punya tugasnya masing-masing, seperti unit simpan pinjam, unit usaha bidang riil, dan keuangan. Ada managernya dan dibantu dengan stafstafnya agar dapat bekerja sama. “
Aspek pengawasan yang diterapkan pada koperasi KPDK adalah pengawasan kinerja, ini berarti koperasi hanya mengawasi kinerja para pengurus dalam mengelola koperasi. Berbeda dengan koperasi syariah, selain melakukan pengawasan terhadap kinerjanya, tetapi juga pengawasan syariah. Prinsip-prinsip syariah sangat dijunjung tinggi, maka dari itu kejujuran para intern koperasi sangat diperhatikan pada pengawasan ini, bukan hanya pengurus, tetapi aliran dana serta pembagian hasil tidak luput dari pengawasan. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Lili selaku Manager Cabang Utama KJKS BMT BUS, sebagaimana berikut ini : “untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kita telah menggunakan system IT. Sehingga apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan SOP yang telah ditentukan, maka system tidak akan bekerja. Kemudian secara internal audit kita mengunjungi cabang-cabang untuk melakukan audit. Selanjutnya dari segi preventif kita selalu memberikan wejangan-wejangan atau arahan tentang agama. Secara tidak disadari kekuatan spiritual ini memiliki peranan yang sangat besar terhadap perilaku dan kinerja seseorang dibandingkan dari kekuatan akademis. Oleh karena itu transformasitransformasi spiritual tidak ada henti-hentinya mengantisipasi kesalahan-kesalahan. Sehingga seseorang itu akan berfikir berkali-kali untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Karena mereka telah mengetahui dampak-dampak apa saja yang akan diterima apabila perbuatan menyimpang itu dilakukan.”
KJKS BMT BUS, memiliki Bidang Pengawasan yang membantu General Manager dan menjabarkan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pengurus di bidang personalia, pengembangan Sumber Daya Insani (SDI), pengawasan dan pembinaan. Pihak ini melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap operasional lembaga dan aktivitas administrasi operasional meliputi laporan administrasi keuangan dan syariah. Namun demikian, KJKS BMT BUS juga memiliki Divisi Syariah yang bertanggungjawab atas segala bentuk produk yang dikeluarkan lembaga yang 54
berdasar pada kaidah-kaidah syariah. Divisi Transaksi yang bertanggungjawab dalam segala bentuk transaksi yang sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. Hal tersebut menyatakan bahwa, KJKS BMT BUS benar-benar diawasi secara operasional maupun struktural. Sehingga diharapkan terdapat pengawasan ke dalam manajemen koperasi dan dapat menghindari penyimpanganpenyimpangan di dalam koperasi yang mengakibatkan keluarnya KJKS BMT BUS dari tujuan, visi-misi serta perencanaan awal. Selain itu dalam hal controlling KJKS BMT BUS juga memiliki bagian pendampingan yang memiliki keterkaitan yang kuat dalam pengamanan dan keberhasilan produk-produk pembiayaan, sehingga antara kedua bagian ini saling mendukung dan mengevaluasi perencanaan dan pencapaian kinerjanya. Agar mata rantai tersebut dapat berjalan dengan baik, maka tugas yang harus dilakukan oleh bagian pendampingan adalah : a. Pendampingan Manajemen Usaha Kebanyakan anggota di sektor informal masih kurang memiliki kemampuan dalam manajemen usaha. Oleh karena itu perlu diberikan asistensi tentang manajemen usaha yang baik. b. Pendampingan Permodalan Salah satu faktor yang menjadi kendala dalam penumbuhan usaha anggota adalah disisi permodalan. Lembaga membuka lebar bagi anggota untuk mendapatkan permodalan lewat pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang sudah barang tentu sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ada. c. Pendampingan Pemasaran Dalam hal pemasaran produk, lembaga mengupayakan untuk membantu mempromosikan produk – produk mereka ke pihak – pihak tertentu terutama lewat media pameran, baik yang diselenggarakan oleh pemeritah maupun
swasta.
Kualitas
produk
dari
usaha
anggota
sering
dikomunikasikan agar di pasaran tidak ketinggalan dengan produk – produk lain.
55
d. Pendampingan Jaringan Usaha Melalui jaringan usaha ( networking ) khususnya jaringan usaha antar anggota diharapkan mereka mampu mengelola usahanya dengan baik, agar tidak kalah dalam persaingan usaha yang semakin ketat. Komunikasi yang dilakukan diantaranya melalui kegiatan formal yang berupa temu bisnis anggota maupun melalui kegiatan non formal seperti pengajian ataupun kegiatan lain yang bermanfaat untuk kemajuan usaha. 6.1.2 Sistem Penggajian (Renumerasi) Pada KJKS BMT BUS penggajian dilakukan berdasarkan golongan pengelola dan pengurus. Komposisi gaji yang didapat antara lain gaji pokok, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan istri, tunjangan anak, TASPEN. KJKS BMT BUS ini tidak memberikan tunjangan suami bagi pengelola dan pengurus wanita, karena mengacu pada hukum islam. Hal tersebut diungkapkan oleh Lili selaku manajer regional dan kepala cabang KJKS BMT BUS. “Untuk kompensasi kita hampir sama dengan lembaga lainnya. Ada gaji pokok dan tunjangan-tunjangan lainnya. Untuk yang putra, ada tunjangan istri dan anak. Kalaupun istri dan anaknya lebih dari satu, tiap istri dan anak akan dapat tunjangan masing-masing. Tetapi jika wanita, tidak ada tunjangan suami karena menerapkan sistem syariat islam. Ada juga tunjangan struktur, mulai dari teller hingga manajer. Ada juga tunjangan taspen.”
KPDK menerapkan sistem bagi yang tidak berbeda jauh dengan KJKS BMT BUS dan lembaga lainnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Boy Indra selaku manajer USP KPDK. “sistem penggajian di Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) itu adalah memakai upah minimum regional untuk daerah jakarta kalau gak salah minimum Rp. 972.000,--atau Rp. 1.072.000 kalau masih belum berubah lupa saya pokoknya Upah minimum terakhir itupun karena kita sbg karyawan yg selalu melaporkan ke pengurus kalau ada upah minum baru krn di kpdk ini gaji harus kita2 yg aktif bila ada perubahan, tidak ada otomatis dr pemerintah krn kita ini swasta. Mengenai gaji ini tidak bergantung sepenuhnya kepada aturan pemerintah tapi dari kemampuan spt contoh tahun ini kan ada gaji 13 tapi di KPDK gak dapet karena kemampuan keuangan KPDK tidak memungkinan untuk keluarkan gaji 13”. 56
Secara keseluruhan komponen penggajian dan tunjangan yang diberikan oleh kedua koperasi sama. Menurut peneliti hal yang membedakan keduanya adalah besaran tunjangan yang diberikan oleh masing-masing koperasi. Kedua koperasi memiliki ketentuan kebijakan guna meningkatkan kinerja para pengelola dan pengurus mereka. Semakin besar tunjangan yang diberikan berbanding positif dengan kinerja kemampuan yang akan dicurahkan mereka terhadap pekerjaan yang mereka jalani. Apabila mereka bersungguh-sungguh menjalankan tugas mereka, maka koperasi tersebut akan berkembang. 6.1.3 Sistem Karir Tabel 5. Sistem Karir -
KPDK Tidak ada penggolongan Tidak ada kebijakan “upgrade” karyawan Hanya berdasarkan kinerja saja “Menunggu bola” seminar dan pelatihan
-
KJKS BMT BUS Ada penggolongan Ada kebijakan “upgrade” karyawan Pembuatan karya tulis ilmiah untuk kenaikan jabatan “Jemput bola” seminar dan pelatihan
Masalah utama dari KJKS BMT BUS ini adalah kualitas SDM yang rendah. Sistem perekrutannya pun tidak menetapkan kualifikasi untuk calon pengelolanya. Sehingga banyak pengelola yang menempati unit kerja yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Namun hal ini mereka atasi dengan melakukan “up grade” terhadap para karyawannya. Peningkatan kualitas Sumber Daya Insani Pengelola yang professional dilakukan melalui beberapa program. Program utama yang dilakukan adalah peningkatan strata pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan memberikan peluang kepada pengelola yang berpendidikan SLTA untuk mengikuti program pendidikan S1 dan jenjang pendidikan S2 bagi yang sudah memiliki ijazah S1. KJKS BMT BUS mengadakan seminar dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang ilmu dan pengembangan koperasi dengan mengundang para pakar sebagai pembicaranya. KJKS BMT BUS ini menerapkan sistem golongan seperti halnya PNS kepada para pengelola dan pengurusnya. Sistem penggolongan yang ditetapkan KJKS BMT BUS ini sama dengan sistem pada PNS. Hal yang membedakannya adalah kriteria kenaikan dan prosedur kenaikan golongan. KJKS BMT BUS lebih 57
mengutamakan sisi Rukhiyyah dalam menentukan layak atau tidaknya pengelola dan pengurus untuk naik ke golongan yang lebih tinggi. Selain itu, KJKS BMT BUS mengharuskan para pengelola dan pengurus membuat karya tulis yang ditujukan untuk pengembangan unit kerja yang mereka tempati dan jalani. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Lili selaku manajer regional. “Bagi kita masalah knowledge adalah no 2. Yang terpenting adalah komitmen, loyalitas, dedikasi dan integritas. Untuk perekrutan pertama masuk diposisikan sebagai training selama tiga bulan. Apabila kinerja nya baik maka akan dikontrak selama satu tahun. Apabila layak akan menjadi calon pengelola setelah satu tahun juga. Setelah satu tahun berjalan dan dinilai layak, maka akan dijadikan pengelola tetap. Tinggal disesuaikan dari latar belakang pendidikan nya. Apabila SMA, maka golongan nya 2A. Apabila sarjana, maka golongannya 2C. Jika ingin mengajukan kenaikan golongan maka mereka harus membuat karya tulis yang ditujukan untuk pengembangan tiap unit kerja yang mereka jalani. Apabila karya tuis yang diajukan dinilai layak berdasarkan kriteria-kriteria penilaian, maka golongan mereka akan naik. Untuk sistem golongan di kita sama tetapi tidak sama dengan PNS. Maksudnya untuk tingkatan golongan sama dengan PNS. Tetapi kriteria yang digunakan oleh kami lebih mengutamakan sisi rukhiyah.”
Jabatan tertinggi bagi pada sistem manajemen di KPDK adalah setingkat dengan level manajer. Jika menurut urutannya terbagi atas : 1. Staf 2. Kepala Sub Unit 3. Kepala Unit 4. Manajer Manajemen sistem karir di KPDK adalah tidak melihat dari kemampuan seseorang saja, tapi juga di lihat dari tanggung jawabnya. Apabila dari segi kemampuan, tanggung jawab dan kinerja baik, maka pengurus atau karyawan bisa saja naik tingkat ke level yang lebih tinggi. Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) bagi pengurusnya pun hanya di fokuskan jika ada pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kebutuhan KPDK seperti pelatihan perpajakan, bisnis dan usaha simpan pinjam saja. Rotasi pekerjaan di KPDK biasanya dilakukan dalam 1 sampai 2 tahun, atau kapanpun di perlukan agar karyawan atau pengurus tidak mengalami 58
kejenuhan dalam melakukan pekerjaan. Sehingga terdapat penyegaran dalam melaksanakan pekerjaan dan memberikan semangat terhadap lingkungan koperasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya mengenai sistem penggajian KPDK layaknya swasta, maka sistem karir di KPDK tidak terdapat penggogolongan. Jabatan-jabatan yang telah disebutkan diatas dengan gaji pokok yang berbeda sesuai dengan perhitungan masa kerjanya. 6.1.4 Efisiensi Usaha KPDK dan KJKS BMT BUS belum memiliki alat analisis yang mampu melihat apakah usaha yang dilakukan telah efisien atau tidak. KJKS BMT BUS menetapkan produk-produk yang ditawarkan berdasarkan kebutuhan anggotanya. Hal ini diungkapkan oleh Lili selaku manajer regional dan kepala cabang. ”Untuk penentuan produk kita selalu mengacu kepada keinginan dan kebutuhan anggota. Salah satu contoh produk adalah SiSidik (Simpanan Siswa Pendidikan). Produk ini dibutuhkan karena sebagian besar masyarakat kita memiliki sifat konsumtif. Setiap penghasilan yang didapatkan, selalu dibelanjakan untuk kepentingan konsumsi. Sehingga tidak ada simpanan untuk pendidikan anak. Oleh karena itu dengan adanya produk ini bisa membantu para orang tua untuk mempersiapkan biaya untuk pendidikan anaknya di masa yang akan datang.”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa tujuan, visi, misi dan realisasi produk yang ditawarkan oleh KJKS BMT BUS ini berjalan selaras dan konsisten.
Hal
ini
dikarenakan
produk-produk
yang
ditawarkan
telah
mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh para anggotanya. Produk-produk yang ditawarkan antara lain: 1. Simpanan Sukarela Lancar (Si Rela) 2. Simpanan Sukarela Berjangka (Si Suka) 3. Simpanan Siswa Pendidikan (Si Sidik) 4. Simpanan Haji (Si Haji) 5. Simpanan Ta’awun Sejahtera (Si Tara) Simpanan Sukarela Lancar (Si Rela) yakni simpanan dengan sistem penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan setiap saat, Simpanan Sukarela berjangka (Si Suka) yakni simpanan berjangka dengan sistem setoran dapat dilakukan setiap saat dan pengambilannya disesuaikan dengan tanggal valuta bisa 59
dalam 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun, Simpanan Siswa Pendidikan (Si Sidik) yakni simpanan yang dipersiapkan sebagai penunjang khusus untuk biaya pendidikan dengan cara penyetorannya setiap bulan dan pengambilannya pada saat siswa akan masuk Perguruan Tinggi, Simpanan Haji (SI HAJI) yakni simpanan anggota yang berencana menunaikan ibadah haji yang dikelola dengan menggunakan prinsip wadhiah yadh dhamanah dimana atas ijin penitip dana, BMT dapat memanfaatkan dana tersebut sebelum dipergunakan oleh penitip serta yang terakhir adalah Simpanan Ta’awun Sejahtera (Si TARA) yakni simpanan dengan akad Mudhorobah anggota sebagai shohibul maal (pemilik dana) sedangkan BMT sebagai mudhorib (pelaksana/pengelola usaha), atas kerjasama ini berlaku sistem bagi hasil dengan nisbah yang telah disepakati di muka. Efisiensi KJKS BMT BUS juga dapat dilihat dari perkembangan jumlah anggota, asset, pembiayaan dan simpanan para anggotanya. Tabel 6. Perkembangan Jumlah Angggota KJKS BMT BUS Uraian Desember 2009 Anggota Masuk Anggota Keluar Desember 2010
Laki-laki 11.166 2.101 526 12.741
Jumlah Anggota Perempuan 17.028 2.466 384 19.110
Jumlah 28.194 4.567 910 31.851
Tabel 7. Perkembangan Asset Tahun Asset (Rp) 1996 8.148.200 1997 88.601.400 1998 139.544.450 1999 437.721.000 2000 1.127.733.900 2001 2.924.254.180 2002 7.571.615.023 2003 15.908.524.179 2004 24.400.017.886 2005 30.200.148.163 2006 40.505.413.328 2007 65.107.519.265 2008 97.865.643.097 2009 118.183.881.438 2010 157.157.387.796
Pembiayaan (Rp) Simpanan Anggota (Rp) 6.448.600 6.800.000 80.976.625 71.172.685 114.058.550 94.055.244 379.450.900 305.862.749 853.827.100 922.237.283 2.199.362.605 2.219.443.932 5.790.150.326 5.306.871.265 13.282.794.000 11.882.662.084 21.450.796.829 17.099.230.425 24.346.497.817 21.795.904.495 32.760.396.965 32.246.021.361 52.407.044.202 44.251.630.549 77.760.846.035 66.915.001.957 97.517.059.326 76.189.458.435 128.537.491.141 102.707.728.952 60
Sedangkan prosentase pemenuhan pembiayaan sektor-sektor usaha didominasi oleh sektor perdagangan yang memiliki prosentase yang paling tinggi. Tabel 8. Prosentase per Sektor No 1 2 3 4 5
Sektor
Prosentase 42 % 25 % 12 % 13 % 8%
Perdagangan Pertanian Industri Nelayan PNS/Jasa/Investasi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat perkembangan jumlah anggota yang berimplikasi positif dengan bertambahnya jumlah asset dan pembiayaan yang ada di KJKS BMT BUS ini. Bertambahnya jumlah anggota disebabkan oleh kepuasan anggota-anggota terhadap pelayanan dan produk yang ditawarkan. Sehingga mereka mempromosikan produk-produk KJKS BMT BUS ini kepada kerabat dan masyarakat sekitar yang sama-sama membutuhkan produk yang disediakan oleh koperasi ini. Dengan meningkatnya volume pembiayaan yang dilakukan oleh KJKS BMT BUS ini, maka semakin banyak masyarakat yang diberdayakan potensi dan usahanya oleh pembiayaan ini. Secara tidak langsung hal ini dapat membantu program pemerintah yang ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar didominasi oleh kalangan menengah ke bawah yang merupakan sasaran dari program yang dijalankan KJKS BMT BUS ini. Sektor usaha yang paling besar dibiayai oleh KJKS BMT BUS ini adalah sektor perdagangan. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat yang perlu diberdayakan potensi
dan usahanya
adalah sektor perdagangan, tanpa
mengesampingkan sektor-sektor lain seperti pertanian, industri dan lain-lain. Dengan demikian tujuan-tujuan dari KJKS BMT BUS ini telah tercapai. Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) memiliki unit usaha simpan pinjam dan sektor riil. Unit pinjaman tersebut terdiri dari unit kredit motor, elektronik, pinjaman usaha dan jasa perumahan. Sedangkan sektor riil terdiri dari toko SMEsCO Mart KPDK, kantin KPDK lantai 2, tiketing umrah dan haji plus, ATK, perumahan, fotocopy, sewa tempat dan lain-lain. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, produk-produk tersebut banyak yang 61
tidak tepat sasaran. Banyak konsumen di luar anggota KPDK yang memanfaatkan produk-produk tersebut. Contoh yang terlihat adalah banyak karyawan di luar anggota KPDK yang berbelanja d toko SMEsCO dan makan di kantin KPDK. Selain itu produk rental kendaraan pun banyak digunakan oleh konsumen di luar anggota KPDK. Sedangkan anggota KPDK jarang memanfaatkan produk yang ditawarkan oleh KPDK sendiri. Produk yang sering dimanfaatkan oleh anggota KPDK itu sendiri hanya produk unit pinjaman. Hal ini merupakan salah satu indikasi adanya penyimpangan dari tujuan utama dari KPDK tersebut yang ingin mensejahterakan anggotanya. Dari jumlah anggota yang terdata di KPDK sendiri mengalami penurunan dari tahun 2009-2010. Tabel 9. Perkembangan Jumlah Anggota KPDK Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Anggota 1.409 orang 1.396 orang 1.366 orang 1.349 orang 1.334 orang 1.442 orang 1.383 orang
Dari data tersebut terlihat adanya penurunan jumlah anggota dari Tahun 2004-2008 dan Tahun 2009-2010. Menurut peneliti hal ini diindikasikan karena tujuan dari KPDK tersebut kurang tepat sasaran, sehingga banyak anggota yang merasa kebutuhannya kurang bahkan tidak terpenuhi. Selain itu,jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) tahun berjalan yang didapatkan oleh KPDK pada tahun 2010 mengalami menurunan sebesar Rp. 79.538.067,52. (contoh penjelasan Neraca dan SHU terlampir) Masalah efisiensi koperasi di negara-negara berkembang (termasuk di Indonesia) telah menjadi bahan diskusi panjang terhadap penyebab kegagalan koperasi. Hanel (1985) mengkritisi kegagalan koperasi di negara-negara berkembang disebabkan oleh25
25
Burhanuddin “Tinjauan Prospek Koperasi Indonesia dari Perspektif Disiplin Ilmu Manajemen Biasnis, h.19-20
62
1. Dampak koperasi terhadap pembangunan yang kurang atau sangat kurang dari organisasi koperasi, khususnya karena koperasi tidak banyak memberikan sumbangan dalam mengatasi kemiskinan dan dalam mengubah struktur kekuasaan sosial politik setempat bagi kepentingan golongan masyarakat yang miskin. 2. Jasa-jasa pelayanan yang diberikan oleh organisasi koperasi seringkali dinilai tidak efisien dan tidak mengarah kepada kebutuhan anggotanya. 3. Tingkat efisiensi perusahaan-perusahaan koperasi rendah (manajemen tidak mampu, terjadi penyelewengan, korupsi, nepotisme, dll). 4. Tingkat ofisialisasi yang yang sering kali terlampau tinggi pada koperasi (khususnya koperasi pertanian), ditandai dengan dukungan/bantuan dan pengawasan yang terlalu besar, struktur komunikasi dan pengambilan keputusan memperlihatkan sama seperti pada lembaga-lembaga birokrasi pemerintah, ketimbang sebagai suatu organisasi swadaya yang otonom, partisipatif dan berorientasi pada anggota. Untuk mengatasi masalah tersebut, Hanel merumuskan beberapa rekomendasi tentang upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan koperasi sebagai berikut: 1. Organisasi koperasi harus berusaha secara efisien dan produktif, artinya koperasi harus memberikan manfaat dan menghasilkan potensi peningkatan pelayanan yang cukup bagi anggotanya. 2. Organisasi koperasi harus efisien dan efektif bagi anggotanya, artinya setiap anggota akan menilai manfaat partisipasi dalam usaha bersama lebih efektif untuk mencapai kepentingan dan tujuannya dibandingkan dengan pihak lain. 3. Koperasi harus mampu menghindari terjadinya situasi dimana kemanfaatan yang dihasilkan oleh usaha bersama/koperasi menjadi milik umum. Artinya koperasi harus mampu mencegah timbulnya dampak dari penumpang gelap (free riders) yang terjadi karena usaha koperasi mengarah kepada usaha bukan untuk anggota.
63
Yuyun Wirasasmita (1991) berpendapat bahwa kondisi koperasi setelah era 80-an dan 90-an, masih belum banyak mengalami perubahan karena masih dalam kondisi26 : 1. Fungsi dan tujuan koperasi belum sesuai keinginan anggotanya. 2. Karyawan koperasi dan para manajer dalam menjalankan organisasi sangat tanggap terhadap arahan pengurus atau pemerintah tetapi tidak tanggap terhadap arahan anggota. 3. Fasilitas koperasi terbuka juga bagi non anggota sehingga tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh anggota dan non anggota. 6.1.5 Kinerja Keuangan Dalam mengukur efisiensi modal kerja suatu koperasi dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio diantaranya rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberikan gambaran tentang efisien dan tidak efisien keadaan suatu koperasi apabila dibandingkan dengan angka rasio standar. Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio Rentabilitas. 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio). a. Current Ratio ( Rasio Lancar). Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam
membayar
kewajiban
jangka
pendeknya
dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Current Ratio dapat dihitung dengan rumus : Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar KPDK 2010 Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar
26
ibid
64
= Rp 18.846.374.822,89 Rp 1.670.107.640,73 = 11,28 KJKS BMT BUS 2010 Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar = Rp 112.870.607.349,86 Rp 76.193.037.437,08 = 1,48 Artinya, kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar bagi KPDK di tahun 2010 adalah setiap Rp 1 hutang lancar di jamin oleh aktiva lancar Rp 11,28. Sedangkan untuk KJKS BMT BUS adalah setiap hutang lancar Rp 1 dijamin oleh Rp 1,48. b. Quick Ratio ( Rasio Cepat ) Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu : Quick Ratio = (Aktiva Lancar – Persediaan) Hutang Lancar KPDK 2010 Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan Hutang Lancar = Rp 18.846.374.822,89 – Rp 7.288.045.915,33 Rp 1.670.107.640,73 = 6,92 KJKS BMT BUS 2010 Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan Hutang Lancar = Rp.112.870.607.349,86 – Rp.4.625.171.676,00 Rp. 76.193.037.437,08 = 1,42
65
2. Rasio Solvabilitas a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas). Merupakan Perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya . Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu : Total Debt to equity Ratio = Total Hutang Ekuitas Pemegang Saham KPDK 2010 Total Debt to equity Ratio = Total Hutang Ekuitas Pemegang Saham = (Rp 1.670.107.640,37+Rp 11.053.011.506,89) Rp 28.572.900.626,98 = 0,445 KJKS BMT BUS 2010 Total Debt to equity Ratio = Total Hutang Ekuitas Pemegang Saham = (Rp 76.193.037.437,08 + Rp 29.985.934.567) Rp 12.017.694548,77 = 8, 835 b. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva KPDK 2010 Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva = (Rp 1.670.107.640 + Rp 11.053.011.506) Rp 41.296.019.774 = 0, 308
66
KJKS BMT BUS 2010 Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva = (Rp.76.193.037.437,08+Rp.29.985.934.567) Rp.118.183.884.438,86 = 0,898 3. Rasio Rentabilitas a. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor) Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Gross Profit Margin = Laba kotor : Penjualan Bersih b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu : Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak : Penjualan Bersih c. Earning Power of Total investment Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan
dalam
keseluruhan
aktiva
untuk
menghasilkan
keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak : Total aktiva d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Return on Equity = Laba Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
67
KPDK Tahun 2010 1. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva Laba Usaha Sebelum Pajak x 100% = Rp 92.033.354,68 x 100% Total Aktiva Rp 41.296.019.774,60 =
0,22 %
2. Profitabilitas Modal Sendiri Laba bersih (sesudah pajak) x 100% = Rp 92.033.354,68 x 100% Total Modal Sendiri Rp 28.572.900.626 = 0,322% KJKS BMT BUS Tahun 2010 1. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva Laba Usaha Sebelum Pajak x 100% = Rp 765.529.471 x 100% Total Aktiva Rp 118.183.884.438,86 = 0,647% 2. Profitabilitas Modal Sendiri Laba bersih (sesudah pajak) x 100% = Rp 574.147.103.25 x 100% Total Modal Sendiri Rp 12.017.694.584,77 = 4,77% Berdasarkan perhitungan analisis rasio keuangan KPDK dan KJKS BMT BUS diatas, hasil tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar RADAR 6
1
5
2
4 Sumber: diolah Keterangan: 1. Current Ratio 2. Quick Ratio 3. Total Debt to Equity Ratio 4. Total Debt to Total Asset Ratio
3
= KPDK = KJKS BMT BUS
5. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva 6. Profitabilitas Modal Sendiri Gambar 2. Analisis RADAR 68
Dengan menggunakan gambar RADAR, dapat terlihat kinerja keuangan masing-masing koperasi. Bentuk jaring laba-laba yang lebih besar, menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk jaring laba-laba yang lebih kecil. 6.2. Potensi Perkembangan KJKS BMT BUS 6.2.1. Kinerja Keuangan Kinerja dan prestasi manajemen dapat diukur dengan perhitungan analisa rasio rasio keuangan yang dapat dihitung dari laporan keuangan perusahaan yaitu neraca (balance sheet) dan laporan laba rugi (income statement). Pada Laporan Keuangan yang ditampilkan oleh Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) dan KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera kita dapat melihat kinerja kedua koperasi tersebut. Laporan keuangan kedua koperasi tersebut meliputi tahun buku 2009 dan 2010 serta dapat memperlihatkan keadaan keuangan mereka pada 2 tahun ke belakang. KPDK menampilkan laporan keuangan yang terdiri dari Neraca Konsolidasi, Laporan Sisa Hasil Usaha yang dapat disamakan dengan laporan laba rugi perusahaan dan laporan arus kas koperasi. Sedangkan KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera menampilkan Laporan Keuangan yang telah di audit oleh lembaga audit independent dan terdiri atas Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Pembagian Hasil Usaha serta Laporan Arus Kas. Laporan Laba Rugi (Perhitungan SHU) harus memberikan gambaran mengenai pendapatan yang diperoleh serta beban yang dikeluarkan selama periode akuntansi tertentu. Dalam perhitungan SHU KJKS BMT harus dipisahkan antara pendapatan dan beban sesuai dengan standar akuntansi keuangan pada umumnya. Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) terbagi atas 2 unit yakni, unit Operasional dan USP. Namun pada unit operasional, KPDK mengalami kerugian atau defisit sebesar Rp.1.876.954.130,26 sedangkan pada unit USP mengalami laba senilai Rp.1.968.987.484,34 sehingga pada tahun 2011 Sisa Hasil Usaha pada tahun berjalan secara keseluruhan adalah senilai Rp.92.033.354,08 dan jumlah itu mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp.171.571.421,65. 69
Laporan
Pembagian Hasil Usaha KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera
menunjukan kenaikan sisa hasil usaha, dari tahun 2009 ke tahun 2010. Bagi hasil yang diperoleh di tahun 2009 oleh KJKS BMT BUS adalah Rp.278.944.508,16 dan mengalami
peningkatan sebesar 48,58% di
tahun 2010 menjadi
Rp.564.147.103,25. Neraca adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan atau kekayaan suatu perusahaan atau organisasi pada saat tertentu. Tujuan dari neraca ini adalah untuk menyediakan informasi mengenai harta, kewajiban dan saldo dana serta informasi mengenai hubungan diantara unsurunsur tersebut pada waktu tertentu. Berdasarkan Neraca konsolidasi pada KPDK terlihat bahwa anggota pada KPDK itu sendiri telah mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat dari kenaikan nilai kekayaan bersih yang terdiri dari simpanan anggota-anggotanya. Namun demikian, jumlah harta (aktiva) dari KPDK itu sendiri mengalami peningkatan dengan pembelian dari sisi tanah, bangunan, inventaris dan perlengkapan selama Tahun 2010 Tabel 10. Kas dan Hutang Lancar KPDK Kas 352.263.185.93 Hutang Lancar 317.708.980.31 Sumber: Diolah dari RAT KPDK dan KJKS BMT BUS
KJKS BMT BUS 15.482.888.337.0 445.412.806.9
Dari data tersebut, secara sekilas tampak bahwa KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera lebih likuid karena memiliki kas yang lebih besar dan menanggung hutang lancar lebih sedikit. Sedangkan KPDK memiliki kas yang cukup besar namun memiliki hutang lancar yang hampir sama dengan kas. 6.2.2. Kinerja Manajemen Sebagaimana dijelaskan sebelumnya tujuan dari KJKS BMT BUS adalah proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial kemasyarakatan. Hal ini menunjukan bahwa selain untuk pengembangan internal, KJKS BMT BUS ini berkomitmen untuk melakukan pengembangan eksternal. Kinerja manajemen pada KJKS BMT BUS dinilai sudah baik, karena selain dikembangkan secara internal tapi juga eksternal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh 70
peneliti,
fungsi
manajemen
dari
mulai
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian pada KJKS BMT BUS telah mampu mengendalikan koperasi dengan prinsip syariah Manajemen KJKS BMT BUS itu sendiri lebih mengutamakan prinsip syariah untuk kesejahteraan bagi anggota koperasi, akan tetapi tidak hanya kepada anggota koperasi saja KJKS BMT BUS ingin juga mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi antara kaum fakir miskin dengan aghniya (kaum berpunya). Menurut Kepala Cabang Region Jakarta KJKS BMT BUS, untuk saat ini KJKS BMT BUS belum memiliki parameter untuk menilai apakah manajemen yang selama ini sudah berjalan efektif dan efisien. Namun dengan manajemen yang sekarang berjalan KJKS sudah mampu memberikan kontribusi yang baik bagi anggota koperasi maupun masyarakat. Terbukti dari pendapatan yang diterima oleh KJKS BMT BUS dan terutama bagi hasilnya bagi anggota selalu meningkat setiap tahunnya. Tahun 2009 iklim usaha perkoperasian khususnya yang menggunakan prinsip syariah memasuki masa kondusif, dimana sudah banyak Bank, Lembaga Keuangan Non Bank maupun lembaga keuangan atau lembaga donor lainnya sangat tertarik dengan industri BMT, yang notabene mampu menjadi agen pembangunan di beberapa pelosok daerah. Menurut data yang didapat dari INKOPSYAH, jumlah koperasi syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya.
250 200 150 225
100 50
142
147
2005
2006
170
175
2007
2008
0 2009
Sumber : Induk Koperasi Syariah diolah Gambar 3. Jumlah Anggota INKOPSYAH 71
Ditengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan membutuhkan pengelolaan syariah, nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi syariah untuk tumbuh dan berkembang. Sehingga manfaat berganda dari pengelolaan koperasi syariah adalah bagi para anggota, pengurus dan pengelola koperasi syariah. Kopersi syariah dinilai mampu terus berkembang dan tumbuh di tengah masyarakat Indonesia. Sebagai koperasi yang berprinsip syariah, KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera sudah mampu menunjukan eksistensinya di dunia perkoperasian. Kekuatan yang dimiliki oleh KJKS BMT BUS adalah kemauan dan kemampuan untuk maju dan berkembang serta mampu menarik kalangan kecil menengah untuk ikut bergabung. “Sisi kekuatan pertama dari KJKS ini adalah sisi heroik nya. Maksudnya adalah kemauan, daya juang untuk maju dan berkembang. Dengan semangat, apapun bisa dikerjakan. Berbeda dengan orang yang memiliki knowledge baik, tetapi tidak punya semangat. Maka ilmu yang mereka miliki tidak akan ada manfaatnya. Kedua adalah KJKS ini bergerak di arus bawah. Maksudnya kami lebih luwes dalam melayani mereka yang memiliki penghasilan rendah. Dengan yang kecil-kecil seperti ini, tidak terasa akan menghantarkan kita menjadi besar. Selain itu kemungkinan kerugian yang diakibatkan dari kredit macet anggota akan kecil. Berbeda dengan lembaga keuangan lain yang menangani anggota middle up. Kerugian mereka akan lebih besar apabila terjadi kredit macet.”
Hal lain yang juga mendukung koperasi syariah untuk terus tumbuh dan berkembang di masyarakat adalah dukungan yang kuat dari pemerintah. Pemerintah sangat mendukung adanya koperasi syariah di Indonesia. Karena tujuan utama dari koperasi syariah ini adalah memberdayakan masyarakat kecil, para pedagang, petani, dll. Dengan memberdayakan masyarakat kecil secara tidak langsung juga membantu program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walau bagaimanapun sebagian besar masyarakat Indonesia adalah kalangan menengah ke bawah. KJKS BMT BUS dengan kinerja keuangan yang semakin tahun semakin membaik serta perkembangan usaha yang semakin meningkat. Kinerja manajemen yang juga mampu terus melakukan perbaikan, pengembangan dan upgrade pada SDM yang ada di dalam KJKS BMT BUS. Oleh karena itu bukan 72
tidak mungkin KJKS BMT BUS yang juga sudah memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia untuk terus berkembang dan memperluas wilayah usahanya.
73
VII
KESIMPULAN dan SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai “Analisis Perbandingan Manajemen Perusahaan Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional (Non Syariah) studi kasus KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera dan Koperasi Pegawai Departemen Koperasi” maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa perbedaan manajemen yang dijalankan oleh kedua koperasi tersebut. Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) dan KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera telah melakukan kinerja manajemen organisasi dengan baik. Penulis menjabarkan perbedaan KPDK dan KJKS BMT BUS dilihat dari sisi fungsi dan proses manajemennya. 1. Perbedaan KPDK dan KJKS BMT BUS pada penelitian ini di bahas melalui fungsi manajemen yang terdiri atas Planning, Organizing, Directing dan Controling, kemudian dilihat dari sistem penggajian, sistem karir serta efisiensi usaha di kedua koperasi tersebut. Fungsi Manajemen di KJKS BMT BUS lebih memperlihatkan ketegasannya dalam menerapkan konsep-konsep syariah dalam setiap kegiatan maupun program yang dijalankannya. Sedangkan KPDK lebih mengutamakan perbaikan internal dan eksternal koperasi. a. Fungsi manajemen koperasi menunjukan bahwa KJKS BMT BUS lebih baik daripada KPDK. Hal tersebut terlihat dari awal mulai perencanaan, pelaksanaan sampai pengendalian yang memegang teguh prinsip-prinsip islam. Serta terdapat faktor-faktor yang lebih unggul daripada koperasi konvensional pada umumnnya. Salah satunya KJKS BMT BUS tidak hanya mengawasi dari segi kinerja manajemen tapi juga pengawasan syariah. b. Sistem penggajian KPDK dan KJKS BMT BUS tidak berbeda jauh. Keduanya sama-sama berupaya untuk memberikan timbal balik atas usaha dan tenaga yang dicurahkan untuk kegiatan koperasi. Mungkin yang membedakan besaran tunjangan yang diterima dari kedua koperasi tersebut. 74
c. Sistem Karir di KPDK dan KJKS BMT BUS pun terdapat perbedaan, jika di KPDK pelatihan dan seminar-seminar untuk peningkatan kualitas SDM-nya hanya apabila ada program dari pihak luar dan pemerintah. Sedangkan KJKS BMT BUS berusaha untuk terus meningkatkan kualitas SDM agar menjadi professional dengan menyelenggarakan sendiri seminar dan pelatihan. d. Efisiensi Usaha lebih terlihat pada KJKS BMT BUS. Hal ini dikarenakan adanya konsistensi dari tujuan dan produk yang dikeluarkan oleh koperasi. Produk dari KJKS BMT BUS lebih memenuhi apa yang diperlukan para anggota. Sedangkan pada KPDK, produk yang dikeluarkan lebih cenderung dimanfaatkan oleh orang diluar anggota. 2. Pemerintah sangat mendukung adanya koperasi syariah di Indonesia. Karena tujuan utama dari koperasi syariah ini adalah memberdayakan masyarakat kecil, para pedagang, petani, dll. Dengan memberdayakan masyarakat kecil secara
tidak
langsung
juga
membantu
program
pemerintah
dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walau bagaimanapun sebagian besar masyarakat Indonesia adalah kalangan menengah ke bawah. KJKS BMT BUS dengan kinerja keuangan yang semakin tahun semakin membaik serta perkembangan usaha yang semakin meningkat. Kinerja manajemen yang juga mampu terus melakukan perbaikan, pengembangan dan upgrade pada SDM yang ada di dalam KJKS BMT BUS. Oleh karena itu bukan tidak mungkin KJKS BMT BUS yang juga sudah memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia untuk terus berkembang dan memperluas wilayah usahanya. 7.2. Saran Melihat kesimpulan yang telah didapatkan, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menelaah efektivitas organisasi antara 2 jenis koperasi dengan metodologi yang lebih tajam.
75
DAFTAR PUSTAKA
Baga, Lukman M et al. 2009. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Buchori, Nur S. 2009. Koperasi Syariah. Sidoarjo: Mashun. Burhanuddin. 2008. Tinjauan Prospek Koperasi Indonesia dari Perspektif Disiplin Ilmu Manajemen Bisnis. http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/06_Burhanuddin.pdf Gaol, Jimmy L. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: PT. Grasindo. Hadhikusuma, R.T. Sutantya Rhardja. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: ROSDA. Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Puspitawati, Lilis. 2011. Economic Value Added (EVA) : Konsep Baru Untuk Mengukur Laba Ekonomi Suatu Perusahaan.http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/economic-value-added-eva.17 Rasmussen, EA. 1975. Finansial Management in Co-operative Enterprises. Saskatchewan: Co-operative College of Canada. Sijabat, Saudin. 2008. Kajian Pengendalian Anggota Pada Koperasi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Koperasi. Jurnal Koperasi 3: 90-113. Sudarsono dan Edilius. 2010. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: ISES Publishing. Widiyanti, Ninik. 2010. Manajemen Koperasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
76
LAMPIRAN
77
Lampiran 1. Perkembangan Usaha Koperasi
periode
Jumlah Unit
Jumlah Anggota(juta orang)
Koperasi Aktif Jumlah
%
RAT (% dari koperasi aktif)
Des 1998
52.000
-
-
-
-
2000
103.077
27,3
-
86,3
40,8
2001
110.766
23,7
96.180
81,0
41,9
2002
117.906
24,0
-
78,9
46,3
2003
123.181
27,3
93.800
76,20
47,6
2004
130.730
27,5
93.402
71,50
49,6
2005
132.965
27,4
94.818
71,0
47,4
2006
141.738
28,1
94.708
70,1
46,7
Mei 2007
138.000
-
96.600
70,00
-
78
LAMPIRAN 2. Hasil Wwancara KPDK Nama
: Boy Indra K, SH
Jabatan
: Manager USP
Waktu
: Jumat, 10 Juni 2011
Tempat
: Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) Jln. Rasuna Said Kav.3-5 Kuningan Jakarta
1. Apakah Tujan di bentuknya koperasi konvensional KPDK? Tujuan dari KPDK itu sendiri dibagi jadi 2, jangka panjang dan jangka pendek. Kalau jangka panjang misalnya, memberi solusi atas kebutuhan anggota akan modal usahanya, memberi pelayanan pada anggota yang lebih baik. Kalau jangka pendek, kita punya tujuan meningkatkan kekuatan untuk lebih eksis dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan mewujudkan KPDK suapaya jadi badan usaha yang berdaya saing baik ke anggotanya. 2. Apakah visi misi dari koperasi konvensional KPDK? Visinya itu adalah KPDK berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Kalau misinya supaya KPKD jadi koperasi karyawan yang handal, tangguh dan berdaya saing melalui pengelolaan yang efektif, efisien, profesional dan mandiri. 3. Apa landasan dalam rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh koperasi konvensional KPDK? Jadi, kita tuh pengurus KPDK membuat rencana kegiatan organisasi dan usaha melalui rapat anggota berdasarkan Anggaran dasar dan Anggara Rumah Tangga KPDK ditambah lagi sama Saran/Usul anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun sebelumnya, trus lagi dari Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja KPDK tahun terakhir. Dari situ kita susun rencanarencana tahun 2011 yang akan dijalankan apa-apa saja, misalnya untuk tahun ini kita sedang mempersiapkan unit usaha Riil yaitu perumahan real estate di kawasan Studio Alam Depok.
79
4. Bagaimanakah kebijakan dan strategi dalam manajemen koperasi KPDK? Intinya sih pembenahan koperasi secara internal dan eksternal yah.. baik dari dalem usaha koperasinya sendiri diperbaiki kualitas SDM KPDKnya, struktur organisasinya, keuangannya dan lain-lain. Kalau pembenahan keluar seperi reorientasi usaha serta meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain bagi kepentingan pengembangan KPDK. 5. Bagaimanakah sistem permodalan koperasi KPDK? Modal KPDK itu terdiri dari Modal Sendiri sama Modal dari Luar, kalau Modal Sendiri kita dapet dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarela, Simpanan Wajib Pinjam dan Simpanan Khusus. Modal dari luar itu misalnya berasal pari anggota KPDK, pinjaman dari Bank ataupun lembaga keuangan non Bank atau sumber-sumber lainnya. 6. Syarat seperti apakah untuk menjadi anggota koperasi KPDK? Sebenarnya ngga ada syarat khusus buat jadi anggota KPDK, tapi memang anggota koperasi adalah pegawai Kementrian Koperasi dan UKM jumlahnya sebanyak 1433 anggota sampai akhir 2010 yang lalu. 7. Apakah fungsi dan wewenang dari rapat anggota? Rapat anggota itu adalah kekuasaan tertinggi yah dalam KPDK, dimana dikumpulkan suara-suara anggota berkumpul. Diadakannya sih sewaktu di perlukan aja yah.. yang hadir anggota, pengurus, pengawasnya semua. Misalnya pemilihan anggota, pengurus atau pengawasnya, trus kalau ada masalah di koperasi lalu membahas kegiatan usahanya, trus kalau pembagian SHU juga. 8. Bagaimanakah struktur organisasi koperasi KPDK? Jumlah karyawan di KPDK sampai 2010 lalu adalah 23 orang ditambah 1 orang EDP dari tenaga luar. Kita terbagi di 3 bagian Bidang administrasi dan Keuangan, Bidang Usaha Simpan Pinjam dan satu lagi Bidang Usaha Sektor Riil. Masing-masing ada Managernya, lalu kepala unitnya kemudian
80
kasirnya. Ada juga yang di tempatkan yang di unit usahanya masing-masing, seperti di Toko SME’sco Mart KPDK di parkiran belakang. 9. Aktivitas koperasi apa saja yang dijalankan koperasi KPDK? Disini kita banyak yah Unit Usahanya dari simpan pinjam, kemudian dari Unit Usaha Bidang Sektor Riil mulai dari Penjualan Elektronik, Penjualan ATK, Jasa Photo Copy, Penjualan motor baru dan second, Jasa Sewa Counter, Kantin dan Jasa Perumahan, Kerjasama Munatour dan Salon Mobil juga. 10. Berkaitan dengan sisa hasil usaha (SHU), seperti apakah sistemnya bagi koperasi KPDK? (contoh penjelasan Neraca dan SHU 2010 terlampir) 11. Bagaimanakah cara bagian-bagian atau jabatan yang ada untuk mengarahkan kegiatan agar berjalan sesuai tujuan? Disini ada bagian pengawasnya, ya tugasnya mengawasi jalannya koperasi dan operasionalisasinya. Semua unit diawasi dari mulai kinerja, keuangan sampai ke laporannya setiap periode. Pengurus atau divisi-divisi tertentu punya tugasnya masing-masing, seperti unit simpan pinjam, unit usaha bidang riil, dan keuangan. Ada managernya dan dibantu dengan staf-stafnya agar dapat bekerja sama. 12. Masalah apa yang timbul dalam kegiatan perkoperasian? Bagaimanakah cara mengatasinya? Permasalahan dalam simpan pinjam ya klasik lah ya, kurang komitmen dan disiplin terhadap pembayaran aja. karena bukan hanya pembayaran yang dilakukan melalui potongan gaji tapi terlebih yang melalui pembayaran langsung. Ada juga anggota yang mengajukan pinjaman kepada kita melalui Bank Jabar atau Bank BTN untuk kebutuhan modal usaha, lalu melakukan pinjaman lagi di USP dengan alasan untuk kebutuhan anak sekolah atau sehari-hari (kebutuhan jangka pendek), sehingga KPDK terpaksa tidak dapat memberikan sebesar pengajuannya. Tapi tergantung dari kas KPDK juga dan kemampuan dari saldo gajinya.
81
13. Apakah dengan sistem pengawasan yang ada selama ini berjalan, mampu mengatasi masalah masalah yang ada? Sejauh ini dengan sistem pengawasan yang ada, masih bisa diatasi ya. Secara tanggungjawab dan etika kerja memang tetap ada kebijakan dan keputusannya biasanya di tangan pengurus. Biasanya yang jadi faktor pertimbangan moral dalam pemberian pinjaman. Tapi KPDK berhasil mendapat kepercayaan dari bank, dimana KPDK sebagai channeling bagi Kredit Usaha Kecil, keterbatasan modal internal dan kebutuhan anggota itu masih dapat teratasi.
82
LAMPIRAN 3. Hasil Wawancara KJKS BMT BUS Nama
: Lili
Jabatan
: Manager Cabang Utama
Waktu
: Kamis, 30 Juni 2011 (07.30 - 08.15 WIB)
Tempat
: Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Ummah Sejahtera Jln. Pondok Gede No.1 Kel.Lubang Buaya Cipayung Jakarta Timur
1. Apakah yang mendasari pembuatan kebijakan-kebijakan dan strategi dalam manajemen koperasi syariah ini? “Di kita dasar kebijakan yg dipakai dalam menjalankan strategi tidak terlepas dari karakter nabi nabi yaitu Sidik, Amanah, Fathonah, Tabligh. Salah satu contoh adalah pada manajemen dagang nabi, beliau menerapkan strategi dengan cara berdagang dengan orang-orang terdekat nabi. Begitupun strategi yang diterapkan oleh BMT kami yaitu dengan mencari anggota yang ingin bergabung mulai dari keluarga, saudara dan tetangga terdekat kami. Begitupun dengan strategi dalam membuka cabang-cabang koperasi kami. Kami mulai membuka cabang di pinggiran kota terlebih dahulu, tidak langsung ke kota-kota besar. Selanjutnya tentang penanganan manajemen d kantor, kami menerapkan system kaffah atau totalitas atau tidak mendua. Oleh karena itu kita mewajibkan para pengurus yang terlibat dalam kelembagaan ini harus konsentrasi penuh dalam pengembangan kelembagaan ini, tidak boleh memiliki pekerjaan lain diluar kelembagaan ini. 2. Bagaimanakah system permodalan dari koperasi syariah ini? ”dalam hal ini kita mempengaruhi aghniya atau orang-orang yang mempunyai uang dan kita selaku fasilitator atau intermediasi untuk kita serahkan atau pinjamkan
kepada
orang-orang
yang
membutuhkan.
Untuk
komposisi
permodalan di kita itu terdiri dari pemilik, pengurus bahkan ada juga dari pengelola. Dengan pengelola menaruh modal di kelembagaan ini, mereka merasa
83
memiliki. Sehingga pengelola juga bisa sungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaan nya. Sedangkan anggota belum menanamkan modalnya di BMT ini.” 3. Aktivitas koperasi apa saja yang dijalankan oleh koperasi syariah ini? “pada umumnya koperasi dibagi menjadi tiga, antara lain adalah koperasi konvensional, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan KJKS BMT. KJKS dan KJKS BMT sama-sama menjalankan kegiatan koperasinya dengan menerapkan pola/system syariah. Tetapi pada KJKS BMT memiliki kegiatan pengelolaan maal dan tamwil (perniagaan).” 4. Bagaimanakah pembagian dan komposisi SHU pada koperasi syariah ini? “yang mendasari dari pembagian dan komposisi SHU adalah AKTA Pendirian KJKS BMT no. 13801/BH/KWK.11/III 1998 tanggal 31 maret 1998 bab XVI pasal 41. Komposisinya adalah: Dana cadangan 35% Jasa anggota 40% Pengurus 6% Dana pendidikan 5% Dana Pembangunan perkoperasian 2% Manajer dan pengelola 5% Dana social 5% Dana audit 2% 5. Perbedaan pembagian SHU antara koperasi konvensional dsan syariah? “menurut saya pembagian SHU tergantung dari intern koperasi masing-masing, tidak ada peraturan baku yang mengatur tentang penetapan SHU. Tetapi pada koperasi ini, sebagian besar pembagian SHU dialokasikan untuk CSR atau kegiatan-kegiatan social kemasyarakatan lainnya. Sebagai contoh adalah untuk kegiatan pengajian, pengobatan gratis dll.”
84
6. Bagaimanakah cara koperasi ini dalam melakukan pengawasan? “untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kita telah menggunakan system IT. Sehingga apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan SOP yang telah ditentukan, maka system tidak akan bekerja. Kemudian secara internal audit kita mengunjungi cabang-cabang untuk melakukan audit. Selanjutnya dari segi preventif kita selalu memberikan wejangan-wejangan atau arahan tentang agama. Secara tidak disadari kekuatan spiritual ini memiliki peranan yang sangat besar terhadap perilaku dan kinerja seseorang dibandingkan dari kekuatan akademis. Oleh karena itu transformasi-transformasi spiritual tidak ada henti-hentinya mengantisipasi kesalahan-kesalahan. Sehingga seseorang itu akan berfikir berkali-kali untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Karena mereka telah mengetahui dampak-dampak apa saja yang akan diterima apabila perbuatan menyimpang itu dilakukan.” 7. Masalah apa yang pernah timbul dalam kegiatan koperasi syariah ini? “permasalahan yang ada di koperasi kami adalah masalh SDM. Karena BMT ini adalah kelembagaan yang muncul dari bawah, sehingga SDM yang dimiliki masih kurang potensial dan professional. Istilah dari orang-orang yang berkomentar orang-orang yang bekerja di BMT ini adalah “orang-orang gila”. Karena orang yang bekerja di sini tidak ada yang sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka dahulu. Tetapi mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Untuk mengatasi masalah ini koperasi kami sedang merencanakan untuk “mengupgrade” pengurus nya untuk melanjutkan studinya. Dengan harapan kualitas mereka akan semakin meningkat. Selain itu ada jg masalah yang semua lembaga keuangan pun mengalaminya. Masalah tersebut adalah kredit macet. Untuk mengatasi masalah tersebut, kami melakukan kegiatan preventif yaitu dengan melakukan analisis 5C(character, capital, capacity, coleteral, condition) untuk mengetahui layak atau tidaknya anggota ini untuk diberi pinjaman? Selain itu untuk mengantisipasi masalah tersebut di kita ada yang namanya bagian pendampingan. Bagian marketing di kami dibagi menjadi 3 antara lain bagian
85
pendanaan(mencari dana), bagian pembiayaan(meminjamkan dana), bagian pendampingan(pengawasan dana). Bagian pendampingan ini ditujukan untuk mendampingi anggota yang meminjam dana agar dananya tersebutt tepat sasaran dan pengembaliannya pun lancar dan tepat waktu.”
86
LAMPIRAN 4. HASIL WAWANCARA KJKS BMT BUS Nama
: Lili
Jabatan
: Manager Cabang Utama
Waktu
: Kamis, 28 Juli 2011 (09.30 - 10.40 WIB)
Tempat
: Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Ummah Sejahtera Jln. Pondok Gede No.1 Kel.Lubang Buaya Cipayung Jakarta Timur
1. Sistem karir di KJKS ini seperti apa? ”Bagi kita masalah knowledge adalah no 2. Yang terpenting adalah komitmen, loyalitas, dedikasi dan integritas. Untuk perekrutan pertama masuk diposisikan sebagai training selama tiga bulan. Apabila kinerja nya baik maka akan dikontrak selama satu tahun. Apabila layak akan menjadi calon pengelola setelah satu tahun juga. Setelah satu tahun berjalan dan dinilai layak, maka akan dijadikan pengelola tetap. Tinggal disesuaikan dari latar belaang pendidikan nya. Apabila SMA, maka golongan nya 2A. Apabila sarjana, maka golongannya 2C. Jika ingin mengajukan kenaikan golongan maka mereka harus membuat karya tulis yang ditujukan untuk pengembangan tiap unit kerja yang mereka jalani. Apabila karya tuis yang diajukan dinilai layak berdasarkan kriteriakriteria penilaian, maka golongan mereka akan naik. Untuk sistem golongan di kita sama tetapi tidak sama dengan PNS. Maksudnya untuk tingkatan golongan sama dengan PNS. Tetapi kriteria yang digunakan oleh kami lebih mengutamakan sisi rukhiyah.” 2. Sistem kompensasi seperti apa? “Untuk kompensasi kita hampir sama dengan lembaga lainnya. Ada gaji pokok dan tunjangan-tunjangan lainnya. Untuk yang putra, ada tunjangan istri dan anak. Kalaupun istri dan anaknya lebih dari satu, tiap istri dan anak akan dapat tunjangan masing-masing. Tetapi jika wanita, tidak ada tunjangan suami karena menererapkan sistem syariat islam. Ada juga tunjangan struktur, mulai dari teller hingga manajer. Ada juga tunjangan taspen.”
87
3. Untuk penentuan produk yang dikeluarkan oleh KJKS seperti apa? “Untuk penentuan produk kita selalu mengacu kepada keinginan dan kebutuhan anggota. Salah satu contoh produk adalah SiSidik (Simpanan Siswa Pendidikan). Produk ini dibutuhkan karena sebagian besar masyarakat kita memiliki sifat konsumtif. Setiap penghasilan yang didapatkan, selalu dibelanjakan untuk kepentingan konsumsi. Sehingga tidak ada simpanan untuk pendidikan anak. Oleh karena itu dengan adanya produk ini bisa membantu para orang tua untuk mempersiapkan biaya untuk pendidikan anaknya di masa yang akan datang.” 4. Kekuatan dan kelemahan yang bs diliat di KJKS ini? “Sisi kekuatan pertama dari KJKS ini ada lah sisi heroik nya. Maksudnya adalah kemauan, daya juang untuk maju dan berkembang. Dengan semangat, apapun bisa dikerjakan. Berbeda dengan orang yang memiliki knowledge baik, tetapi tidak punya semangat. Maka ilmu yang mereka miliki tidak akan ada manfaatnya. Kedua adalah KJKS ini bergerak di arus bawah. Maksudnya kami lebih luwes dalam melayani mereka yang memiliki penghasilan rendah. Dengan yang kecilkecil seperti ini, tidak terasa akan menghantarkan kita menjadi besar. Selain itu kemungkinan kerugian yang diakibatkan dari kredit macet anggota akan kecil. Berbeda dengan lembaga keuangan lain yang menangani anggota middle up. Kerugian mereka akan lebih besar apabila terjadi kredit macet. Kelemahan pertama adalah dari sisi sosialisasi paham syariah kepada masyarakat. Contohnya pada produk modharabah, masyarakat tidak ingin tahun sistem pembagian keuntungan nya seperti apa. Mereka hanya ingin tahu berapa nominal yang harus disetorkan oleh mereka. Hal ini sangat bertolak belakang dengan sistem modharabah yang menerapkan sistem bagi hasil(nisbah) yang disetujui oleh kedua belah pihak. Kedua adalah dari sisi SDM. SDM yang kita miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu kita melakukan “upgrade” kepada SDM kita.”
88
5. Bagaimanakan prosedur pinjaman? “Peminjam harus menjadi anggota terlebih dahulu. Kewajiban sebagai anggota harus terpenuhi seperti simpanan pokok, simpanan wajib dll. Mengisi form peminjaman dan melengkapi syarat-syaratnya seperti fotocopy KTP suami-istri, rekening telp, tabungan dll. Setelah itu dilakukan analisis lapangan dengan melihat 5C(character, capital, capacity, condition, collateral). Apabila layak maka pinjaman akan cair, apabila tidak maka akan ditolak. Ataupun akan dicairkan sebagian dari jumlah pinjaman yang diajukan.” 6. Apakah pemerintah mendukung koperasi syariah pada umumnya dan KJKS pd khusus nya? “Pemerintah sangat mendukung adanya koperasi syariah di Indonesia. Karena tujuan utama dari koperasi syariah ini adalah memberdayakan masyarakat kecil, para pedagang, petani dll. Dengan memberdayakan masyarakat kecil agar bisa berkembang, secara tidak langsung membantu program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah kalangan menengah kebawah.” 7. Apakah dari anggota ada yang non islam? “Ada, nabi juga dahulu sering bekerjasama dengan non islam. Salah satu contoh nya anggota kami ada yang beragama budha. Setiap kali beliau dapaat kiriman uang dari Jakarta, beliau langsung mengambilnya di BRI dan menyetorkan kembali ke BMT.” 8. Apakah dengan manajemen yang ada sekarang ini sudah efisien meningkatkan kinerja anggota, pengurus dan pengelola? “Untuk saat ini kami belum punya parameter untuk menilai apakah sudah efektif atau belum. Tetapi dilihat dari pendapatan yang dierima oleh kita, selalu meningkat setiap tahunnya.”
89
9. Rencana kedepan dari BMT ini apa? “Di pondok gede kami harus mampu member pembiayaan-pembiayaan kepada masyarakat yang memiliki potensi tinggi. Selain itu kami berencana memperbanyak cabang-cabang BMT ini diantaranya cabang karawang dan sukabumi. Dengan harapan dengan banyak cabang BMT kita bisa menyaingi praktek-praktek riba yang saat ini sudah merajalela. Serta dapat membantu para pedagang yang saat ini melakukan praktek riba, agar keluar dari jeratan praktek riba tersebut.” 10. Bagaimana promosi yang dilakukan agar produk-produk BMT ini dikenal masyarakat? “Promosi dilakukan dengan brosur, famplet, sosialisasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, kepala sekolah, pengurus masjid, pengurus perguruan tinggi dll. Untuk saat ini kami lebih fokus untuk promosi dari mulut ke mulut. Memang cara promosi ini terlihat lebih lambat. Tetapi ke depannya kita memunculkan ikatan emosional yang erat. Mereka akan merasa lebih puas dan mengenal daripada melihat pamphlet dan brosur. Dari sisi permodalan dibandingkan perbankan dan lembaga keuangan lainnya kita memang kalah. Tetapi dari segi pelayanan insya Allah kita lebih baik dan unggul. Dari segi pelayanan bank menyediakan ATM untuk memudahkan transaksi. Kita memiliki pelayanan yang melebihi ATM. Kita bisa melakukan antar jemput dana untuk anggota yang ingin menyetor dan mengambil dana di BMT. Dengan begitu mereka akan bercerita kepada orang lain tentang keunggulan dari BMT ini.”
90
Lampiran 5. Struktur Organisasi KPDK RAPAT ANGGOTA
PENGAWAS
MANAJER USP
KEPALA UNIT SIMPAN PINJAM KEPALA UNIT PINJAMAN
KEPALA UNIT LEASING
PENGURUS
MANAJER SEKTOR RIIL
KEPALA UNIT PENGADAAN BARANG
TOKO (MOTOR, ATK DAN ELEKTRONIK)
Keterangan:
KEPALA UNIT PENGADAAN JASA
PHOTO COPY
MANAJER ADM DAN KEUANGAN
KEPALA UNIT KEANGGOTAAN
KEPALA UNIT URUSAN UMUM
KASIR
PEMBUKUAN
Garis Pengawasan Garis Instruksional
91