STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM DENGAN ANALISIS PROSPEKTIF PADA SARI SEHAT MULTIFARM
SKRIPSI
FAIZAH ARIFA F34063531
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Strategy to Expand Oyster Mushroom Business through Prospective Analysis in Sari Sehat Multifarm Hartrisari Hardjomidjojo and Faizah Arifa Departement of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology Bogor Agroindustrial Unviversity, IPB Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia
ABSTRACT Recent year, the consumption rate of oyster mushroom tends to increase due to its high nutritional value. This trend attracts people to expand oyster mushroom business in industrial scale. The competitive oyster mushroom business requires Sari Sehat Multifarm formulating a strategy in order to expand the business. The aim of this research was determining development strategy of Sari Sehat Multifarm through prospective analysis based on scenarios which probably appear in the future. Data analysis and processing used prospective analysis. Strategy to expand the business was formulated by scenario of the result from prospective analysis. Optimistic scenario which is expected was the expansion of oyster mushroom business in the future. Optimistic scenario would be realized if all of key factors such as capital capability, financial management, productivity, human resources, and equipments for production were promoted. Based on the result of prospective analysis, capital capability was controllable factor in quadrant I which was main factor or dominantly required to expand the business. Realizing optimistic scenario requires support from stakeholder to expand oyster mushroom business scale of Sari Sehat Multifarm, which was the owner of company. Keywords: business development, oyster mushroom, prospective analysis
Faizah Arifa F34063531. Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm. Di bawah bimbingan Hartrisari Hardjomidjojo. 2011.
RINGKASAN Jamur tiram merupakan jenis sayuran yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Usaha budidaya jamur tiram dianggap potensial dalam rangka memperbaiki tingkat ekonomi rakyat karena dengan modal relatif kecil dan dapat dikerjakan dengan melibatkan keluarga dan tetangga terdekat. Dewasa ini kecenderungan minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur tiram, dimana sebagai tanaman sayuran berpotensi untuk dikembangkan dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Jamur tiram merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi dan dapat menjadi bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu daya tarik untuk masuk ke dalam bisnis jamur tiram yang mengakibatkan tumbuhnya industri jamur tiram. Sari Sehat Multifarm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di dalam industri jamur tiram. Perkembangan bisnis jamur tiram yang kompetitif mengharuskan Sari Sehat Multifarm merumuskan suatu strategi agar mampu mengembangkan usahanya. Potensi untuk mengembangkan usaha jamur tiram selama ini belum dilaksanakan secara maksimal oleh Sari Sehat Multifarm. Hal ini disebabkan adanya beberapa permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, antara lain kapasitas produksi yang belum optimal, keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha, manajemen keuangan yang sederhana, dan kurangnya peralatan produksi yaitu autoclave. Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm dengan menggunakan analisis prospektif berdasarkan skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa datang. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis prospektif. Strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm disusun berdasarkan skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa datang. Berdasarkan analisis prospektif skenario optimis merupakan skenario yang diharapkan terjadi yaitu menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan. Skenario ini terjadi jika semua faktor-faktor kunci pengembangan usaha meliputi kemampuan permodalan, kemampuan manajemen keuangan, produktivitas, kemampuan SDM, dan kondisi peralatan produksi mengalami peningkatan. Urutan tahapan peningkatan faktor kunci pengembangan usaha adalah tahapan peningkatan kondisi peralatan produksi, kemampuan SDM dan produktivitas. Peningkatan tiga faktor kunci ini menjadikan perusahaan berkembang dari kondisi sekarang menjadi skenario moderate. Kemudian diikuti peningkatan kemampuan manajemen keuangan dan kemampuan permodalan, sehingga perusahaan berkembang menjadi skenario optimis. Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa faktor kemampuan permodalan sebagai faktor yang dapat dikontrol (controllable factor) pada kuadran I yang merupakan faktor utama atau dominan dalam pengembangan usaha pada Sari Sehat Multifarm. Demi mewujudkan skenario optimis membutuhkan dukungan dari stakeholder dalam pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm dalam hal ini adalah pemilik perusahaan.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM DENGAN ANALISIS PROSPEKTIF PADA SARI SEHAT MULTIFARM
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : FAIZAH ARIFA F34063531
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm
Nama
: Faizah Arifa
NIM
: F34063531
Menyetujui, Pembimbing Akademik
(Dr.Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA) NIP. 19610630 198603 2003
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP : 19621009 198903 2001
Tanggal Lulus : 26 Januari 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm adalah hasil karya asli saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011 Yang membuat pernyataan
Faizah Arifa NRP. F34063531
© Hak cipta milik Faizah Arifa, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Jember Jawa Timur pada tanggal 14 Juni 1988. Penulis merupakan anak terakhir dari empat bersaudara dengan ayah bernama Achmad Zen dan ibu bernama Syarifah S. Penulis menjalani pendidikan di SD Negeri Cluring 1 Banyuwangi dan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 6 Jember pada tahun 2000 – 2003. Setelah lulus sekolah menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas pada tahun 2003 – 2006 di SMA Negeri 1 Jember. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Pada tahun berikutnya penulis diterima di jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan sarjananya pada tahun 2011. Memasuki semester ketujuh, penulis melaksanakan Praktek Lapangan di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Divisi Agrowisata) dengan judul “Mempelajari Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Divisi Agrowisata)”. Pada semester kedelapan, penulis melakukan penelitian di Sari Sehat Multifarm dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm” dibawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah dan nikmat yang berupa kesehatan, kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada panutan hidup, manusia teladan seluruh umat manusia Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm” disusun sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan program studi Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan arahan dari berbagi pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA, staf pengajar pada Departemen Teknologi Industri Pertanian sebagai dosen Pembimbing Akademik. 2. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M. Eng dan Dr. Ir. Sukardi, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. 3. Ibu Nita selaku manajer jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm yang sangat membantu dalam memberikan arahan dan informasi untuk menyelesaikan skripsi ini serta seluruh karyawan Sari Sehat Multifarm. 4. Keluargaku tersayang, Abah Achmad Zen, Ibu Syarifah S., dan kakak-kakaku tercinta Yessiana Arifa, Zakiyah Arifa, dan Riza Fatma Arifa, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat dan doa serta kasih sayang kepada penulis. 5. Dani Fajar Febrianto atas dukungan, bantuan, pengertian, dan perhatian yang sangat berarti bagi penulis. 6. Sahabatku Siska Widi Utami dan Ita Suryati yang sangat berarti, terima kasih atas dukungan, semangat dan saat-saat indah bersama kalian. Serta teman-teman Pondok Amanah C, Irma, Shanty, Citra, Sausan, Melita, Niken, Titis, dan Mariyan. 7. Teman seperjuangan Yolanda Martha Hari Fianti dan Mahesa Agni PHP, terimakasih atas kebersamaannya. 8. Kak Wahyu Fitrianto dan Kak Maulina A. Fitri terima kasih atas bimbingan, nasehat dan petuahnya. 9. Teman-teman Teknologi Industri Pertanian angkatan 43. 10. Untuk semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari dan mohon maaf bila dalam penulisan skripsi ini kurang sempurna, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang memerlukan. Amin.
Bogor, Januari 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………....…........................... DAFTAR ISI……………………………………………………...…….......................... DAFTAR TABEL………………………………………………..……........................... DAFTAR GAMBAR……………………………………………..................................... DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….….………………... I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG…………………………………………........................ B. TUJUAN…………………………………………………….…........................ C. RUANG LINGKUP……………………………………….….……………….. II. TINJAUAN PUSTAKA A. GAMBARAN UMUM JAMUR......................................................................... B. JAMUR TIRAM................................................................................................. C. KONSEP STRATEGI……………………………………..…………………... D. ANALISIS PROSPEKTIF……………………………….….…........................ E. PENELITIAN TERDAHULU………………………………..……………….. III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN……………..………….......….............................. B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN…………………….………………... C. METODE PENGUMPULAN DATA……..…………………..………………. D. METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA………………………... IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN…….……………….. B. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN……………..………………… C. OPERASIONAL PERUSAHAAN………………………….…........................ V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR PENGEMBANGAN USAHA……………………. B. ANALISIS PENGARUH ANTAR FAKTOR PENGEMBANGAN USAHA………………………………………………………………………... C. PENYUSUNAN SKENARIO PENGEMBANGAN USAHA…....................... D. REKOMENDASI OPERASIONAL…………………………………………... VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN………………………………………………………………... B. SARAN…………………………………………………………........................ DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… LAMPIRAN……………………………………………………………..........................
Halaman i ii iii iv v 1 2 2 3 3 7 8 9 11 11 12 12 15 15 16 26 31 35 36 40 40 41 43
ii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Kandungan Asam Amino Esensial Beberapa Jamur Konsumsi dan Telur Ayam (gram per 100 gram protein)……….…….………..............................
Tabel 2.
Karakteristik Umum Beberapa Jenis Jamur Konsumsi…..............................
Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5.
Konsep-Konsep Tentang Masa Depan…………..……..…………………... Pedoman Penilaian Analisis Prospektif…………..………………………… Definisi Faktor-Faktor Pengembangan Usaha Jamur Tiram pada Sari Sehat Multifarm…………………………………………………………………... Hasil Analisis Pengaruh Langsung antar Faktor Pengembangan Usaha…………………………………………………………………..…… Pemetaan Keadaan Faktor-Faktor Penentu Pengembangan Usaha Jamur Tiram pada Sari Sehat Multifarm................................................................... Skenario Pengembangan Usaha Jamur Tiram pada Sari Sehat Multifarm……...…………………..………………………………………..
Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8.
1 3 9 12 27 32 35 36
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.
Proses budidaya jamur tiram………………………………….………. Kerangka pemikiran penelitian…………………….............................. Diagram pengaruh dan ketergantungan sistem......................................
Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19 Gambar 20.
Struktur organisasi Sari Sehat Multifarm……..……………………… Proses pembibitan jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm….……….. Proses budidaya jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm…………...... Proses pengomposan serbuk kayu dan kapur pertanian…….………… Proses pencampuran bahan media tanam…………………………….. Proses pembungkusan bag log…………………………...…………… Bag log siap disterilisasi…………………………………………...…. Proses sterilisasi menggunakan autoclave………………..................... Proses inokulasi bibit jamur tiram……………………………………. Proses inkubasi…………………………………………………..…… Kumbung pertumbuhan jamur tiram………………………………….. Proses pertumbuhan jamur tiram di dalam kumbung…………...……. Proses pemanenan jamur tiram……………………………………….. Hasil pemanenan jamur tiram………………………………………… Proses pascapanen jamur tiram……………………………………….. Jamur tiram setelah dikemas………………………………………….. Diagram pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengembangan usaha………………………………………………………………….. Formulasi strategi pengembangan usaha Sari Sehat Multifarm..........
Gambar 21.
Halaman 7 11 13 16 17 18 19 19 20 20 20 21 22 22 23 23 24 24 24 33 37
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lampiran 2.
Denah Ruang Produksi Budidaya Jamur Tiram……………..…………. Kuisioner – Kuisioner Penelitian….…………………………….………
44 45
v
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Jamur tiram merupakan jenis sayuran yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Budidaya jamur tiram memanfaatkan limbah industri penggergajian kayu sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh rakyat. Usaha ini dianggap potensial dalam rangka memperbaiki tingkat ekonomi rakyat karena dengan modal relatif kecil dan dapat dikerjakan dengan melibatkan keluarga dan tetangga terdekat. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi (2009), permintaan jamur tiram bukan saja datang dari pasar domestik, namun juga dari permintaan ekspor ke berbagai negara. Kesempatan inilah yang membuka peluang bisnis budidaya jamur tiram dan olahan yang berbahan baku jamur tiram. Dewasa ini kecenderungan minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat, akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur tiram, di mana sebagai tanaman sayuran berpotensi untuk dikembangkan dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Jamur tiram merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi dan dapat menjadi bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Djarijah, 2001). Kandungan asam amino pada jamur tiram mengidentifikasikan bahwa tingginya nilai gizi yang terkandung di dalam jamur tiram. Hal ini menjadi salah satu daya tarik untuk masuk ke dalam bisnis jamur tiram yang mengakibatkan tumbuhnya industri jamur tiram. Kandungan asam amino jamur tiram dibanding dengan beberapa jamur konsumsi dan telur ayam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Asam Amino Esensial Beberapa Jamur Konsumsi dan Telur Ayam (gram per 100 gram protein) Jenis Asam Jamur Jamur Jamur Tiram Jamur Telur Amino Kancing Shiitake Merang Ayam Leusin 7,5 7,9 4,5 8,8 7,5 Isoleusin 4,5 4,9 3,4 6,6 5,2 Valin 2,5 3,7 5,4 7,3 6,9 Triptofan 2,0 1,5 1,6 1,1 Lisin 9,1 3,9 7,1 6,4 9,9 Treonin 5,5 5,9 3,5 5,1 6,1 Fenilalanin 4,2 1,9 2,6 5,8 3,5 Metionin 0,9 1,9 1,1 3,1 3,0 Histidin 2,7 1,9 3,8 2,4 2,8 Total 38,9 36,0 46,0 32,9 47,1 Sumber : Chang dan Miles, 1989 Indonesia selama ini hanya mampu memasok jamur sebesar 0,9% dari pasar jamur dunia. Angka tersebut kecil jika dibanding dengan China yang memasok 33,2% pasar jamur dunia. Dalam pengembangan usaha, ketidakberdayaan industri jamur nasional disebabkan berbagai hal seperti produsen benih yang terbatas, tidak adanya standarisasi dan jaminan kualitas bibit, belum adanya standarisasi proses produksi, serta penanganan pascapanen yang sederhana.
1
Selain itu, terbatasnya permodalan petani, bank yang belum mendukung dan prosedur yang berbelit mengakibatkan penjualan jamur dikuasai oleh tengkulak (Departemen Pertanian, 2010). Perkembangan dunia bisnis yang kompetitif menyebabkan perubahan besar luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain. Perubahan-perubahan tersebut mendorong perusahaan untuk mempersiapkan dirinya agar bisa diterima di lingkungan global. Keadaan ini memaksa manajemen untuk berupaya menyiapkan, menyempurnakan ataupun mencari strategi-strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan. Oleh karena itu manajemen dalam perusahaan perlu mengkaji ulang prinsip-prinsip yang selama ini digunakan agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam persaingan yang semakin ketat untuk dapat menghasilkan produk dan jasa bagi masyarakat. Sari Sehat Multifarm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di dalam industri jamur tiram. Perkembangan bisnis jamur tiram yang kompetitif mengharuskan Sari Sehat Multifarm merumuskan suatu strategi agar mampu mengembangkan usahanya. Penelitian ini dimaksudkan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya yang sejenis.
B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm dengan menggunakan analisis prospektif berdasarkan skenarioskenario yang mungkin terjadi di masa datang.
C. RUANG LINGKUP Penelitian ini mencakup analisis strategi dan formulasi strategi pengembangan usaha. Strategi pengembangan usaha disusun berdasarkan skenario yang dihasilkan dari analisis prospektif. Analisis prospektif digunakan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa datang berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh. Analisis prospektif digunakan dalam rangka menghasilkan rekomendasi operasional bagi pengembangan usaha di masa datang.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. GAMBARAN UMUM JAMUR Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi tersebut biasanya telah tersedia dari proses pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme (Parjimo dan Andoko, 2007). Menurut Pasaribu (2002), jamur yang dalam bahasa daerah (Sunda) dikenal dengan sebutan supa merupakan golongan cendawan makroskopis. Jamur hidup diantara jasad biotik atau mati (abiotik), dengan sifat hidup heterotrop (organisme yang hidupnya tergantung dari organisme lain) dan saprofit (tidak diperlukan lagi atau sampah). Baik jamur tingkat rendah maupun jamur tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium atau berupa kumpulan benang yang padat menjadi satu, hidupnya heterotrop. Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain atau berupa beberapa sel yang bergandengan dan dapat berupa benang. Sehelai benang itu disebut ”hifa”. Hifa jamur ada yang bersekat-sekat (Tarigan, 1998). Beberapa contoh jamur pangan antara lain adalah jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake, dan jamur kuping, dan yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah jamur tiram. Ciri-ciri umum dan karakteristik jamur pangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Umum Beberapa Jenis Jamur Konsumsi Nama Nama Ilmiah Bentuk Khasiat lain Jamur Hiratake Pleurotus sp. Bentuk tudung Mencegah penyakit Tiram mirip kulit kerang hipertensi dan serangan jantung Jamur Volvariella Memiliki cawan dan Cocok dikonsumsi oleh Merang volvaceae hidup pada orang dengan program diet tumpukan merang Jamur Jamur Lentinus Menyerupai payung 1. Mengurangi kolesterol Shiitake Payung edodes dan berwarna 2. Memperbaiki sirkulasi kecoklatan darah Jamur Auricularia Menyerupai daun Dapat menetralkan racun Kuping telinga, warna coklat muda kemerahan Sumber : Redaksi Agromedia (2002). Jenis
B. JAMUR TIRAM Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006), jamur tiram mempunyai rasa yang lezat serta kandungan gizi yang cukup tinggi. Disebut juga jamur tiram atau oyster mushroom karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram. Jamur tiram yang umum dibudidayakan di Indonesia adalah jenis jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jenis jamur tiram antara lain sebagai berikut: a. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) b. Jamur tiram merah muda (Pleurotus flatellatus) c. Jamur tiram cokelat (Pleurotus cycstidiosus)
3
d. Jamur tiram kuning terang (Pleurotus citrinopelatus) e. Jamur tiram abu-abu (Pleurotus sajor caju) Tubuh buah jamur tiram terdiri dari tudung dan tangkai. Tudung mempunyai diameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang membentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, cokelat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa); tepi menggulung ke dalam, pada jamur muda seringkali bergelombang atau bercuping. Daging tebal, berwarna putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak merangsang. Bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih atau keabuan dan sering kali berubah menjadi kekuningan ketika dewasa. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak di pusat atau di lateral (tetapi kadang-kadang di pusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar (Gunawan, 2001). Siklus hidup jamur tiram hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur dari kelas Basidiomycetes. Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram adalah sebagai berikut (Suriawiria, 2006) : a. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat lembab akan tumbuh dan membentuk serat-serat halus menyerupai serat kasar disebut miselium. b. Jika keadaan lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur, kelembaban, substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselium akan membentuk bakal tubuh buah jamur. c. Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya membentuk tubuh buah jamur yang kemudian dipanen. d. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora, jika spora sudah matang atau dewasa akan jatuh dari tubuh buah jamur. Namun pada budidaya jamur tiram tidak sampai pada tahap ini karena jamur dewasa langsung dipanen. Perkembangbiakan jamur tiram pada budidaya adalah dengan bibit yang telah diinokulasi pada media. Jamur tiram mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung serta untuk mengurangi berat badan dan diabetes. Kandungan asam folatnya (Vitamin B-komplek) tinggi sehingga dapat menyembuhkan anemia dan sebagai obat anti tumor. Digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi. Untuk terapi pengobatan sebaiknya tidak digoreng karena bisa menurunkan kadar vitaminnya dan zat-zat yang bermanfaat untuk penyembuhan penyakit (Pasaribu, 2002). Beberapa syarat penting dari dalam budidaya jamur tiram adalah sebagai berikut : 1. Media Tanam Jamur Tiram Media tanam yang digunakan dalam penanaman jamur tiram adalah serbuk kayu, bekatul, kapur dan air. a) Serbuk kayu Serbuk kayu merupakan tempat tumbuh jamur kayu yang mengandung serat organik (selulosa, hemi selulosa, dan lignin) sebagai sumber makanan jamur (Suriawiria, 2006). b) Bekatul Bekatul merupakan hasil sisa penggilingan padi yang kaya vitamin, terutama vitamin B-komplek, merupakan bagian yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta berfungsi sebagai pemicu untuk pertumbuhan tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006).
4
c)
Kapur Kapur berfungsi untuk mengontrol pH media tanam agar sesuai dengan syarat tumbuh jamur. Selain itu, kapur juga merupakan sumber kalsium (Ca) yang dibutuhkan oleh jamur dalam pertumbuhannya. Kapur yang digunakan sebagai bahan campuran media adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3) (Parjimo dan Andoko, 2007). d) Air Air merupakan salah satu faktor untuk kelancaran pertumbuhan miselium agar dapat membentuk spora. Namun jamur tiram hanya membutuhkan air dalam jumlah sedikit (Suriawiria, 2006). 2.
Syarat Tumbuh (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006) : a) Suhu Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium berkisar antara 22-28°C, sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22°C. b) Kelembaban Selama masa pertumbuhan miselium, kelembaban udara dipertimbangkan antara 60-70 persen. Pada pertumbuhan badan buah kelembaban yang dikehendaki antara 80-90 persen. c) Cahaya Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%), sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya. d) Air Kandungan air dalam substrat berkisar antara 60-65 persen. Apabila kondisi kering maka pertumbuhan jamur akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. Penyemprotan air ke dalam ruangan dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan kelembaban.
3.
Proses Budidaya (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006) : a) Pencampuran bahan Pencampuran bahan dilakukan dengan mencampurkan serbuk kayu, dedak atau bekatul, jagung halus serta kapur yang telah ditimbang. Pencampuran dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia apabila kapasitas produksinya masih kecil. Apabila produksi cukup besar, maka pencampuran dilakukan dengan mesin pencampur (mixer). Pencampuran harus dilakukan secara merata, sehingga tidak terdapat gumpalan. Jika pencampuran tidak merata, maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur. b) Pengomposan Proses pengomposan dimaksudkan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba, sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Senyawa-senyawa yang lebih sederhana akan lebih mudah dicerna oleh jamur, sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk kayu atau gergaji, kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu sampai dua hari. Proses pengomposan yang berhasil ditandai dengan kenaikan suhu menjadi sekitar 50ºC, sedangkan kadar air campuran atau kompos harus diatur pada kondisi 50-60 persen dengan tingkat keasaman (pH) 6-7.
5
c)
Pembungkusan Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan plastik polipropilene (PP) karena plastik ini relatif tahan panas. Ukuran plastik bermacam-macam. Pembungkusan dilakukan dengan cara memasukkan adonan ke dalam plastik, kemudian adonan itu dipadatkan dengan menggunakan botol atau alat lain. Media yang tidak padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal karena media mudah rusak sehingga produktivitas menurun. Setelah media dipadatkan, ujung plastik disatukan dan dipasang cincin yang terbuat dari potongan paralon atau bambu kecil pada bagian leher plastik sehingga bungkusan menyerupai botol. d) Sterilisasi Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menginaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80 - 90ºC selama enam hingga delapan jam. Alat yang digunakan pada proses ini dapat berbentuk drum minyak yang dimodifikasi dengan menambahkan sarangan sebagai pembatas antara air dengan tempat media. e) Inokulasi Inokulasi adalah proses pengisian bibit ke dalam media tanam pada tempat yang steril. Inokulasi dapat dilakukan dengan menggunakan taburan atau tusukan. Inokulasi dengan cara taburan adalah dengan menaburkan bibit ke dalam media tanam secara langsung, sementara itu inokulasi dengan cara tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang di bagian tengah melalui ring (cincin) sedalam tigaperempat dari tinggi media. Penusukan dilakukan dengan menggunakan batang kayu berdiameter satu inci, selanjutnya dalam lubang tersebut diisikan bibit yang telah dihancurkan. f) Inkubasi Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diisi dengan bibit pada kondisi tertentu agar miselia jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan untuk penumbuhan miselia antara 22 - 28ºC. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata. Biasanya media akan tampak putih secara merata antara 40 – 60 hari sejak dilakukan inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua minggu setelah inkubasi. g) Pertumbuhan (Growing) Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur setelah berumur 40 – 60 hari sudah siap untuk dilakukan pertumbuhan. Pertumbuhan dilakukan dengan cara membuka plastik atau media tumbuh yang sudah penuh oleh miselia. Pembukaan media dilakukan dengan tujuan memberikan oksigen yang cukup untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Tubuh buah tumbuh setelah satu sampai dua minggu dengan suhu 16 - 22ºC dan kelembaban 80 – 90 persen. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama dua sampai tiga hari atau sampai mencapai pertumbuhan yang optimal. h) Panen Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara memotong cabang yang berukuran besar saja, sebab dalam satu rumpun jamur mempunyai stadia pertumbuhan yang sama. Apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur yang berukuran besar, maka jamur yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan akan mati (layu atau busuk). Bagian jamur yang tertinggal akan mengakibatkan kerusakan media bahkan akan merusak pertumbuhan jamur lain.
6
i)
Penanganan pascapanen Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong menjadi bagian per bagian tudung dan hanya dibersihkan kotoran yang menempel pada bagian akarnya. Dengan cara tersebut, daya tahan simpan jamur akan lebih lama. Jamur yang sudah dibersihkan dari kotoran yang menempel, dimasukkan ke dalam plastik dengan ukuran tertentu untuk dipasarkan dalam bentuk segar.
Serbuk kayu, bekatul, jagung halus, dan kapur
Pencampuran bahan
Pengomposan
Pembungkusan
Sterilisasi
Media tanam/baglog
Bibit
Inokulasi
Inkubasi
Pertumbuhan (Growing)
Panen
Penanganan Pascapanen
Jamur Tiram
Gambar 1. Proses budidaya jamur tiram
C. KONSEP STRATEGI Strategi merupakan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir dari setiap perusahaan. Sebuah perusahaan dituntut untuk mengembangkan strategi yang antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan mempertahankan posisi bersaingnya. Beberapa definisi tentang strategi seperti yang dinyatakan dalam beberapa literatur, antara lain : Mintzberg (1993), menyatakan bahwa strategi adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan sasaran utama, kebijakan, dan tindakan organisasi disusun menjadi satu kesatuan yang terpadu. Formulasi strategi yang baik akan membantu menyusun dan mengalokasikan sumber daya organisasi ke dalam sikap yang khas dan aktif berdasarkan kompetensi internal dan kelemahan yang dimiliki dalam mengantisipasi perubahan lingkungan. Menurut Jauch dan Glueck (1988),
7
strategi didefinisikan sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh serta terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Maksud dari rencana yang disatukan adalah mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu, sedangkan maksud dari strategi yang bersifat menyeluruh adalah meliputi semua aspek penting perusahaan. Adapun maksud dari strategi sifat terpadu yaitu semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian. Menurut David (2005), strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Jangka waktu untuk tujuan dan strategi harus konsisten, biasanya antara dua sampai lima tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa strategi adalah cara untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dalam suatu kondisi lingkungan tertentu.
D. ANALISIS PROSPEKTIF Sistem bisnis adalah hal yang kompleks, dinamis, tidak pasti, acak dan tidak menentu. Perubahan lingkungan yang sangat cepat mengharuskan industri apapun bentuknya untuk dapat mengantisipasi perkembangan yang cepat tersebut dengan strategi yang tepat (Pfeifer, 2001). Menurut Godet (1994), menyatakan bahwa strategi prospektif merupakan strategi organisasi industri yang berbasis pada kemampuan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang (attitude toward future). Analisis prospektif merupakan salah satu teknik untuk menganalisis beragam strategi yang dapat terjadi di masa depan berdasarkan kondisi yang ada saat ini. Tujuan dari analisis prospektif adalan mempersiapkan strategi apakah perubahan dibutuhkan di masa depan. Secara kebahasaan “ La prospective “ berasal dari bahasa Perancis yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berarti a preactive dan proactive approach yang sepadan makna katanya dengan kata foresight karena kata proactivity sangat jarang digunakan (Godet 1999 dalam Hardjomidjojo, 2004) sehingga bila dimaknai dalam bahasa Indonesia dapat berarti “tinjauan ke masa depan“. Pendekatan prospektif ini menekankan pada proses evolusi jangka panjang sehingga waktu menjadi faktor yang sangat utama dalam pengambilan sebuah keputusan. Hal inilah yang menyebabkan metoda ini bukan merupakan peramalan akan tetapi seperangkat skenario yang disusun untuk mencapai tujuan jangka panjang. Kata „prospective‟ digunakan untuk menunjukkan kebutuhan dari sikap yang berorientasi pada masa depan. Sikap itu meliputi: to look far away melihat jauh ke depan; to look breadthwise melihat secara luas dan melakukan interaksi; to look in depth melihat sungguhsungguh ke dalamannya dan menemukan faktor-faktor dan tren yang sangat penting; to take risks mengambil resiko karena jauh di depan akan terjadi perubahan tak terduga; dan to take care of the mankind menjaga manusia. (Godet dan Roubelat, 1996) Ide dasar tentang „la prospective’ adalah bahwa apa yang akan terjadi di kemudian hari, akan lahir dari interaksi antar berbagai pelaku kini dan rencana-rencana. Terdapat empat sikap dalam menanggapi masa depan yaitu passice, re-active, pre-active (anticipacing changes) dan pro-active (provoking changes). Dalam menghadapi langkah perubahan yang bertambah cepat, ketidakpastian masa depan, dan meningkatnya kompleksitas fenomena dan interaksi, antifatalistik, maka sikap preactive dan proactive sangat penting. La prospective mengacu pada pendekatan preactive dan proactive (Godet dan Roubelat,1996) Menurut Postma dan Bood (2001), fungsi skenario pada dasarnya adalah mengevaluasi dan menyeleksi strategi, mengintegrasi berbagai jenis data yang berorientasi masa depan, serta
8
mengeksploirasi masa depan dan mengidentifikasi kemungkinan di masa depan. Saat ini telah berkembang fungsi skenario tambahan yaitu membuat para manajer sadar tentang ketidakpastian lingkungan, membentangkan model mental para manajer, serta memacu dan mempercepat proses pembelajaran organisasi. Istilah-istilah yang digunakan dalam menelaah berbagai bentuk tentang masa depan sering menimbulkan ragam pengertian di dalam inteprestasinya. Perbedaan konsepkonsep masa depan yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Konsep-Konsep Tentang Masa Depan No. Konsep Definisi 1 Spekulasi Perkiraan mendatang yang didasarkan pada hipotesis yang memungkinkan. 2 Profetik Pernyataan masa depan yang umumnya dibuat secara irasional atau inspirasi keutuhan (wahyu atau ilham). 3 Proyeksi Ektrapolasi pola tingkah laku masa lalu (evolusi) untuk pendugaan kebutuhan masa depan. 4 Prediksi Peramalan suatu hal secara paranormal (Oracle Delphi). 5 Peramalan Prediksi masa depan yang umumnya berdasarkan pada tingkat kepercayaan tertentu, model kuantitatif dan kepastian tertentu (eksplorasi). 6 Futrologi Penelitian terhadap masa datang yang tidak didasarkan pada suatu kriteria yang jelas (kecenderungan belaka). 7 Planifikasi Perencanaan mendatang yang diinginkan menurut sumber daya yang ada. 8 Skenario Permainan hipotesis yang bersifat mandiri. 9 Prospektif Multidimensional, kualitatif dan kuantitatif, sikap proaktif terhadap masa depan, pemilihan dan kemajemukan dari skenario yang dibuat. Sumber : Pfeifer (2001) dan Hubeis (1991).
E. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wibowo (2005) pada Perusahaan Daerah Perkebunan Kabupaten Jember. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan dengan menganalisis kinerja dan daya saingnya berdasarkan skenarioskenario yang mungkin terjadi di masa datang. Pengukuran kinerja menggunakan pendekatan Balanced Scorecard yang dimodifikasi. Analisis daya saing difokuskan pada level internal perusahaan sebagai perusahaan daerah milik pemerintah daerah. Pembobotan indikator-indikator kinerja dan daya saing menggunakan teknik perbandingan berpasangan. Strategi pengembangan perusahaan disusun berdasarkan skenario yang dihasilkan dari analisis prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan masih belum memadai, tetapi perusahaan masih mempunyai daya saing yang cukup baik. Perusahaan termasuk dalam kategori Kuadran I. Perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya yang diharapkan dapat mendorong posisi daya saing perusahaan menjadi lebih baik, yaitu masuk dalam Kuadran II. Kinerja merupakan faktor pendorong bagi peningkatan daya saing perusahaan. Berdasarkan skenario yang mungkin akan terjadi di masa datang, skenario terpilih untuk pengembangan perusahaan adalah skenario optimis menjadi perusahaan profesional. Skenario ini akan terjadi jika semua faktor-faktor kunci daya saing perusahaan yang meliputi kebijakan pemerintah, kemampuan SDM, kemampuan permodalan, kemampuan manajemen produksi dan operasi, serta kemampuan manajemen keuangan mengalami perkembangan positif. Rekomendasi operasional untuk skenario terpilih adalah pemerintah daerah perlu mengeluarkan kebijakan yang kondusif untuk pengembangan
9
perusahaan menjadi perusahaan yang profesional, dan secara operasional melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja kunci perusahaan yang mampu mendorong daya saing. Panggalih (2006) menganalisis mengenai strategi pengembangan usaha Jamur Tiram (Pleurotus Sp.) pada perusahaan Lembah Jamur Panyandaan, Kabupaten Bandung. Matriks IE dan SWOT digunakan untuk menghasilkan beberapa alternatif strategi bagi perusahaan serta QSPM untuk menentukan strategi yang diprioritaskan untuk diimplementasikan. Berdasarkan QSPM, prioritas strategi yang dihasilkan adalah: 1) strategi peningkatan kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur tiram dan alat-alat produksi media tanam ; 2) strategi pengembangan sistem pemasaran dengan membentuk bagian pemasaran dalam perusahaan ; 3) strategi mempertahankan tingkat produksi yang ada; 4) strategi pengembangan subsistem dari hulu ke hilir, meliputi pembuatan bibit hingga pengolahan pascapanen ; 5) strategi peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan ; 6) strategi perbaikan kegiatan produksi dan operasi melalui peningkatan kualitas dan kapasitas SDM perusahaan. Penelitian mengenai jamur tiram putih yang lain yaitu analisis usahatani dan tataniaga jamur tiram putih oleh Maharani (2007), studi kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Penelitian tersebut menggunakan alat analisis kualitatif dan kuantitatif, alat analisis kualitatif yang digunakan adalah keragaman usahatani dan fungsi lembaga tataniaga, sedangkan untuk alat analisis kuantitatif menggunakan analisis pendapatan, analisis fungsi produksi, analisis margin tataniaga dan farmer’s share. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan efisiensi usahatani jamur tiram dengan membuka usahatani jamur tiram pada skala usaha menengah. Untuk meningkatkan nilai efisiensi, maka petani jamur tiram sebaiknya lebih memperhatikan bibit jamur tiram, serbuk kayu dan minyak tanah karena bahan baku tersebut akan mempengaruhi peningkatan produksi jamur tiram. Petani jamur tiram seharusnya membentuk kelompok tani untuk memperkuat daya tawar.
10
III. METODOLOGI
A. KERANGKA PEMIKIRAN Potensi untuk mengembangkan usaha jamur tiram selama ini belum dilaksanakan secara maksimal oleh Sari Sehat Multifarm. Hal ini disebabkan adanya beberapa permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, antara lain kapasitas produksi yang belum optimal, keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha, manajemen keuangan yang sederhana, dan kurangnya peralatan produksi yaitu autoclave. Adanya permasalahan tersebut sekaligus untuk menghadapi persaingan maka perlu dirumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk usaha jamur tiram Sari Sehat Multifarm. Strategi pengembangan usaha dirumuskan melaluli analisis prospektif yang menghasilkan faktor kunci pengembangan usaha. Formulasi strategi pengembangan usaha dirumuskan berdasarkan skenario yang mungkin terjadi di masa datang. Skenario disusun berdasarkan keadaan-keadaan yang mungkin terjadi di masa datang pada faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Rekomendasi operasional pengembangan usaha dirumuskan berdasarkan skenario yang diharapkan terjadi. Diagram alir kerangka pemikiran secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2. Perusahaan jamur tiram Sari Sehat Multifarm : - Kapasitas produksi belum optimal - Keterbatasan modal untuk pengembangan usaha - Manajemen keuangan yang sederhana - Peralatan produksi kurang (alat sterilisasi autoclave) Pengembangan usaha jamur tiram Sari Sehat Multifarm
Faktor-Faktor Kunci Pengembangan Usaha
Perumusan Skenario Pengembangan Usaha
Rekomendasi Operasional
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian.
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada Sari Sehat Multifarm yang terletak di Jalan Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Sari Sehat Multifarm sedang mengalami permasalahan kapasitas produksi yang belum optimal, keterbatasan modal untuk pengembangan usaha, manajemen
11
keuangan yang sederhana, dan peralatan produksi kurang (alat sterilisasi autoclave). Pengambilan data dilakukan mulai bulan Juli hingga bulan Agustus 2010.
C. METODE PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kuisioner, observasi di lapangan, dan wawancara dengan pakar. Pakar penelitian yaitu stakeholder yang mewakili dan mempunyai pengetahuan komprehensif tentang pengelolaan Sari Sehat Multifarm, dalam hal ini adalah manajer jamur tiram. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dalam rangka memperoleh landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi penelitian. Data-data penunjang lainnya diperoleh dari laporan hasil penelitian terkait, internet, dan sebagainya.
D. METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis strategi pengembangan usaha yaitu metode analisis prospektif. Menurut Hardjomidjojo (2002), analisis prospektif digunakan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Analisis prospektif tidak sama dengan peramalan karena dari analisis prospektif dapat diprediksi alternatif-alternatif yang akan terjadi di masa yang akan datang, baik yang bersifat positif (diinginkan) maupun yang negatif (tidak diinginkan). Kegunaan analisis prospektif adalah untuk mempersiapkan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan melihat apakah perubahan dibutuhkan di masa depan. Analisis prospektif merupakan pengembangan dari metoda Delphi yang menggunakan pendapat kelompok pakar yang memahami persoalan dengan benar untuk pengambilan keputusan dan strategi kebijakan. Tahapan analisis prospektif pada penelitian ini adalah sebagai berikut (Hardjomidjojo, 2002) : 1. Menentukan tujuan sistem yang dikaji. Tujuan sistem yang dikaji perlu spesifik dan dimengerti oleh semua pakar yang akan diminta pendapatnya. Hal ini dilakukan agar pakar mengerti ruang lingkup kajian dan penyamaan pandangan tentang sistem yang dikaji. Tujuan sistem yang dikaji adalah pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm. 2. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut yang biasanya merupakan kebutuhan stakeholders sistem yang dikaji. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pakar diminta mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut. Untuk kajian ini yang perlu diidentifikasi adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada pengembangan usaha Sari Sehat Multifarm. 3. Penilaian pengaruh langsung antar faktor. Semua faktor yang teridentifikasi akan dinilai pengaruh langsung antar faktor, dengan pedoman penilaian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.
Skor 0 1 2 3
Tabel 4. Pedoman Penilaian Analisis Prospektif Pengaruh Tidak ada pengaruh Berpengaruh kecil Berpengaruh sedang Berpengaruh sangat kuat
12
Langkah-langkah : 1. Matriks hasil penilaian pengaruh langsung diinputkan pada software analisis prospektif. 2. Hasil penilaian yang beragam tersebut dinormalisasi, sehingga tiap faktor mempunyai nilai pengaruh pengembangan usaha dan mempunyai nilai ketergantungan terhadap keterkaitan antar faktor. 3. Nilai yang telah dinormalisasi tersebut diplotkan pada diagram pengaruh faktor terhadap sistem dan ketergantungan terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga tiap faktor tersebar pada empat kuadran. Hasil matriks gabungan dari pendapat pakar diolah dengan perangkat lunak analisis prospektif menggunakan teknik statistik untuk menghitung pengaruh langsung global, ketergantungan global, kekuatan global dan kekuatan global tertimbang. Hasil perhitungan divisualisasikan dalam diagram pengaruh dan ketergantungan antar faktor pada Gambar 3. Kuadran kiri atas (kuadran I) merupakan faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran kanan atas (kuadran II) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh dan ketergantungan yang tinggi. Kuadran kanan bawah (kuaran III) memiliki pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor sehingga menjadi output dalam sistem. Kuadran kiri bawah (kuadran IV) mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Untuk kajian ini semua faktor yang telah diidentifikasi harus diperbandingkan dengan pedoman penilaian pada Tabel 4. Analisis dilakukan dengan menggunakan software analisis prospektif. Pengaruh
Variabel Penentu INPUT
Variabel Penghubung STAKES
Variabel Autonomous UNUSED
Variabel Terikat OUTPUT
Ketergantungan Gambar 3. Diagram pengaruh dan ketergantungan sistem (Hardjomidjojo, 2002). 4.
Penyusunan keadaan yang mungkin terjadi (state) pada faktor. Berdasarkan faktor dominan yang diperoleh pada tahap 3, disusun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan. Setiap faktor boleh memiliki lebih dari satu keadaan, dengan ketentuan keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi (bukan khayalan) dalam suatu waktu di masa yang akan datang. Keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor (seperti besar, sedang, kecil, atau baik/buruk), tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor. Untuk kajian ini akan disusun skenario berdasarkan faktor dominan pada kuadran I dan faktor penghubung (stakes) pada kuadran II.
13
5.
6.
Membangun dan memilih skenario. Skenario disusun berdasarkan kombinasi dari hubungan beberapa keadaan faktor secara timbal balik (mutual compatible) dari keadaan yang paling optimis sampai paling pesimis. Analisis skenario dan penyusunan strategi. Berdasarkan skenario yang disusun pada tahap sebelumnya didiskusikan strategi yang perlu dilakukan untuk pencapaian skenario yang diinginkan ataupun menghindari skenario yang berdampak negatif pada sistem.
14
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Tepatnya di Bogor Barat dengan ketinggian sekitar 600 m dari permukaan laut dan suhu 20-300C. Perusahaan ini terletak kurang lebih 15 km dari pusat kota Bogor dan 800 m dari jalan raya Cinangneng-Ciampea. Perjalanan dapat ditempuh sekitar 45 menit dari kota Bogor. Modal yang digunakan untuk mendirikan usaha berasal dari pemilik yaitu Bapak Hanggoro. Usaha jamur tiram terdiri dari dua kegiatan usaha, yaitu usaha pembibitan dan budidaya jamur tiram. Perusahaan ini berdiri di atas lahan seluas 6.800 m2, namun yang digunakan untuk operasional jamur hanya sekitar 1.000 m2. Di atas lahan seluas 1000 m2 ini, dilakukan berbagai kegiatan usaha yaitu pengomposan, pembuatan media tanam/bag log, sterilisasi, inokulasi, inkubasi, growing (pertumbuhan jamur di dalam kumbung), serta pemanenan. Pada tahun 2007, Sari Sehat Multifarm berekspansi dengan membuka budidaya tanaman herbal dan pengolahannya yang terletak di samping usaha jamur tiram. Perkembangan perusahaan pada usaha jamur tiram dapat dilihat dari adanya reinvestasi terhadap alat sterilisasi yang awalnya menggunakan drum kemudian diganti dengan autoclave. Selain itu dilakukan penambahan bangunan untuk ruang inkubasi. Dilihat dari sisi luas lahan, pengembangan areal produksi dimungkinkan karena lahan yang tersedia masih cukup luas. Visi dan misi perusahaan jamur Sari Sehat Multifarm didapat melalui wawancara dengan pihak perusahaan didapatkan rumusan mengenai visi dan misi perusahaan. Adapun visi perusahaan adalah menjadi perusahaan multifarm yang peduli lingkungan, sedangkan misi perusahaan adalah : 1. Memproduksi, mengolah dan memasarkan produk pertanian yang bernilai ekonomis 2. Meningkatkan kesejahteraan karyawan 3. Memberdayakan masyarakat di sekitar tempat usaha. Sasaran perusahaan untuk saat sekarang adalah peningkatan penjualan bag log dan pengolahan jamur tiram pascapanen.
B. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN Struktur organisasi Sari Sehat Multifarm masih bersifat sederhana. Pemilik berperan sebagai direktur yaitu pemegang kekuasaan dan keputusan atas perusahaan yang membawahi dua bidang usaha yaitu bidang usaha jamur tiram dan tanaman herbal. Penelitian ini memfokuskan pada usaha jamur tiram. Manajer jamur tiram bertanggung jawab terhadap bagian produksi hingga penjualan. Pada bagian produksi, manajer bertindak sebagai koordianator yang membawahi 15 orang karyawan yang terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pembibitan, bagian pembuatan media tanam, serta bagian pemeliharaan dan pemanenan. Bagan struktur organisasi perusahaan dapat ditunjukkan pada Gambar 4.
15
Direktur
Manajer Produksi Jamur Tiram
Bagian Produksi Herbal
Bagian Pembibitan
Bagian Pembuatan Media Tanam
Bagian Pemeliharaan dan Pemanenan
Gambar 4. Struktur organisasi Sari Sehat Multifarm.
C. OPERASIONAL PERUSAHAAN Hari kerja pada Sari Sehat Multifarm yaitu enam hari kerja pukul 07.00-15.00. Kegiatan usaha pada budidaya jamur tiram yaitu penyediaan bahan baku dan fasilitas produksi, proses produksi, dan kegiatan pemasaran/penjualan. Bahan baku yang digunakan pada proses budidaya jamur tiram antara lain, serbuk kayu, bekatul/dedak sebagai sumber karbohidrat dan protein, kapur (CaCO3) sebagai pengatur pH dan sumber mineral, jagung giling sebagai penambah glukosa, air, spirtus, dan alkohol 70%. Fasilitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan meliputi sarana dan prasarana perusahaan yang meliputi peralatan dan bangunan. Peralatan yang dimiliki oleh perusahaan mencakup peralatan dalam proses produksi dan peralatan laboratorium. Peralatan dalam proses produksi adalah peralatan yang digunakan mulai dari pengomposan, pembuatan media tanam, budidaya jamur tiram hingga panen yaitu cangkul, timbangan, pengayak, cincin bambu, sekop, plastik, kapas, autoclave, sendok tanam, masker, sprayer, dan lampu spirtus. Untuk pembuatan bibit di laboratorium alat yang digunakan adalah tabung reaksi, kompor gas, gelas ukur, panci presto, cawan petri, lampu spirtus dan laminar airflow. Sedangkan bangunan terdiri dari ruang pengomposan, laboratorium, gudang, ruang pembuatan media tanam, ruang sterilisasi, ruang inokulasi, ruang inkubasi, dan kumbung untuk pertumbuhan jamur tiram (growing). Pembuatan ruangan telah disusun secara berurutan untuk memudahkan pekerjaan. Denah penempatan bangunan dapat dilihat pada Lampiran 1. Proses produksi terbagi atas dua bagian yaitu pembuatan bibit jamur (pembibitan) dan proses budidaya jamur tiram. a. Pembuatan Bibit (Pembibitan) Pembuatan bibit dilakukan sepenuhnya oleh manajer jamur tiram yang berlatar belakang pendidikan di bidang pertanian. Perusahaan telah mampu menghasilkan empat macam strain bibit dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Saat ini yang diproduksi dan digunakan perusahaan hanya satu tipe strain. Strain tersebut dipilih berdasarkan permintaan pasar yang menganggap strain tersebut paling bagus karena daya simpannya cukup lama dibandingkan dengan strain-strain yang lain. Pembuatan bibit induk dilakukan melalui dua tahapan pekerjaan, yaitu pembuatan media tanam dan inokulasi. Media tanam yang digunakan dalam pembuatan bibit induk dibuat dengan menggunakan bahan dasar campuran jagung giling, bekatul, serta hasil pengomposan serbuk kayu dan kapur. Pemilihan bahan dasar untuk
16
pembuatan media tanam bibit dilakukan dengan pertimbangan jagung giling mempunyai kandungan nutrisi yang lebih banyak, sehingga diharapkan jamur tiram dapat tumbuh dengan baik. Presentase bahan-bahan untuk pembuatan media tanam adalah sebagai berikut : - Serbuk kayu yang telah dikomposkan : 100 % (misalkan) - Jagung giling : 5-10% % dari serbuk kayu - Bekatul : 30% dari serbuk kayu - Air : 60% dari serbuk kayu Serbuk kayu dan kapur hasil pengomposan dicampur dengan jagung giling, bekatul dan air kemudian dimasukkan ke dalam botol. Proses selanjutnya yaitu menutup botol dari media yang telah dipadatkan menggunakan kapas, serta disterilisasi pada suhu 1210C tekanan 1,1 atm selama 30 menit. Media tanam bibit yang telah disterilisasi didinginkan selama 24 jam. Kemudian tahap selanjutnya adalah inokulasi kultur murni ke dalam media bibit induk. Sebagian kultur murni yang ada di dalam tabung reaksi diambil dengan jarum di atas lampu spirtus dan dimasukkan ke dalam media bibit induk. Setelah dilakukan inokulasi, bibit diinkubasi pada suhu 26-280C sampai seluruh media penuh oleh miselia jamur yang berwarna putih, yaitu kira-kira selama dua sampai empat minggu. Bibit yang diproduksi digunakan untuk kegiatan produksi perusahaan. Selain itu, bibit juga dijual kepada konsumen yang tersebar di wilayah Jawa Barat. Produksi bibit tidak dilakukan setiap hari tetapi empat kali dalam seminggu.
Serbuk Kayu dan Kapur Pertanian
Pengomposan Bekatul, Jagung giling, dan Air
Pencampuran bahan
Pewadahan dalam botol
Sterilisasi
Pendinginan
Media tanam bibit
Kultur murni
Inokulasi
Inkubasi
Bibit Induk
Gambar 5. Proses pembibitan jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm.
17
b. Proses budidaya jamur tiram Proses budidaya jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 6.
Serbuk Kayu dan Kapur Pertanian
Pengomposan Bekatul, Jagung giling, dan Air
Pencampuran bahan
Pembungkusan
Sterilisasi Pendinginan
Media tanam/bag log
Bibit
Inokulasi
Inkubasi
Growing (Pertumbuhan)
Panen dan Pascapanen
Jamur Tiram
Gambar 6. Proses budidaya jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm.
1.
Pengomposan Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk kayu dan kapur pertanian sebanyak 2% dari serbuk kayu, kemudian timbunan ditutup dengan rapat menggunakan plastik selama tiga hari. Proses pengomposan yang baik ditandai dengan kenaikan suhu timbunan sekitar 50ºC. Kadar air campuran atau kompos diatur pada RH 50-60% dan pH 6-7. Setelah tiga hari, kompos baru bisa digunakan untuk proses produksi.
18
Gambar 7. Proses pengomposan serbuk kayu dan kapur pertanian. 2.
Pencampuran bahan Pencampuran bahan media tanam dilakukan dengan mencampurkan serbuk kayu dan kapur hasil pengomposan dengan bekatul, jagung giling, dan air. Adapun perbandingan antara serbuk kayu, bekatul, jagung giling dan air adalah sebagai berikut : Serbuk kayu yang telah dikomposkan
: 100 % (misalkan)
Bekatul
: 10-20% dari serbuk kayu
Jagung giling
: 0.5-1% dari serbuk kayu
Air : 60% dari serbuk kayu Pencampuran bahan dilakukan secara manual dengan memakai alat cangkul dan sekop pasir. Pencampuran harus dilakukan secara merata, agar tidak terjadi gumpalan (homogen).
Gambar 8. Proses pencampuran bahan media tanam.
3.
Pembungkusan Pembungkusan menggunakan plastik polypropylene (PP) karena jenis plastik ini relatif tahan terhadap panas. Plastik yang digunakan berukuran 17 x 35 cm. Pengisian media ke dalam plastik, dilakukan secara manual. Pembungkusan dilakukan dengan cara memasukkan bahan-bahan yang telah dicampurkan ke dalam plastik, kemudian bahan tersebut dipadatkan dengan menggunakan botol. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen tidak optimal, karena media cepat menjadi busuk sehingga produktivitas menurun. Setelah media dipadatkan, ujung plastik disatukan dan dipasang cincin yang terbuat dari bambu kecil pada bagian leher plastik.
19
Gambar 9. Proses pembungkusan bag log.
Gambar 10. Bag log siap disterilisasi. 4.
Sterilisasi Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menginaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80-90ºC selama enam sampai delapan jam. Proses sterilisasi menggunakan autoclave dengan bahan bakar kayu bakar. Kapasitas autoclave adalah 1000 baglog, namun perusahaan memproduksi 950 bag log/hari, hal ini dilakukan agar ada ruang dalam autoclave sehingga proses sterilisasi berjalan sempurna .
Gambar 11. Proses sterilisasi menggunakan autoclave.
20
5.
Pendinginan Pendinginan merupakan proses menurunkan suhu media tanam hingga mencapai suhu kira-kira 29oC agar bibit yang akan di tanam ke dalam bag log tidak mati. Proses pendinginan dilaksanakan selama 24 jam. Ruangan untuk mendinginkan berupa kamar yang berfungsi juga sebagai ruang inokulasi (ruang penanaman bibit).
6.
Inokulasi Proses inokulasi merupakan proses yang menentukan keberhasilan panen. Inokulasi adalah proses pengisian bibit ke dalam media tanam. Agar inokulasi dapat berhasil dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan kegiatan ini yaitu kebersihan, kualitas bibit, serta teknik inokulasi. Kebersihan meliputi kebersihan alat, tempat dan sumberdaya/pelaksananya. Kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jamur tiram. Pada proses ini bibit yang digunakan berasal dari bibit yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri. Teknik inokulasi dilakukan dengan teknik taburan. Media yang telah diisi bibit selanjutnya ditutup dengan menggunakan kapas sisa pintalan. Penutupan media dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselia jamur karena miselia jamur tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen. Apabila penutupan dilakukan dengan rapat, maka pertumbuhan miselia akan terhambat dan akan berakibat kurang baik dalam pembentukan tubuh buahnya.
Gambar 12. Proses inokulasi bibit jamur tiram. 7.
Inkubasi Tahap inkubasi adalah tahap pertumbuhan miselia jamur. Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diisi dengan bibit pada kondisi tertentu agar miselia jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia adalah antara 25-30ºC dengan kelembaban 50-60%. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata. Waktu yang dibutuhkan untuk tahap inkubasi adalah selama 35 hari. Kebersihan alat dan tempat juga menentukan keberhasilan panen jamur tiram. Proses ini harus dijaga kesterililannya untuk mencegah kontaminasi yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan miselia.
21
Gambar 13. Proses inkubasi. 8.
Growing (pertumbuhan) Tahap growing adalah tahap pertumbuhan atau budidaya jamur. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur setelah berumur 35 hari dipindahkan ke kumbung. Langkah pertama adalah membuka plastik media tumbuh yang sudah penuh dengan miselia jamur. Pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Oksigen yang cukup memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Satu sampai dua minggu setelah dilakukan pembukaan, biasanya akan tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama dua sampai tiga hari, atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal. Apabila jamur yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan terlalu lama, maka bentuk jamur tersebut akan kurang baik dan daya simpannya menurun.
Gambar 14. Kumbung pertumbuhan jamur tiram. Pada tahap pertumbuhan jamur dirawat dengan cara mengatur suhu kumbung yaitu pada suhu 25-27ºC dan mempertahankan kelembaban media tanam yaitu dengan kelembaban 80-90 persen. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan termometer ruang, sedangkan pengukuran kelembaban dengan menggunakan thermohygrometer yang dipasang pada ruang budidaya. Kondisi tersebut harus dipertahankan dengan melakukan penyiraman atau penyemprotan dengan menggunakan air bersih. Penyemprotan dilakukan agar pertumbuhan jamur tiram tetap dalam kondisi yang baik dengan menggunakan sprayer.
22
Gambar 15. Proses pertumbuhan jamur tiram di dalam kumbung. 9.
Panen dan Pascapanen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal. Panen dilakukan setiap hari dengan melihat diameter jamur, yaitu rata-rata antara 5-10 cm. Panen dilakukan pada waktu pagi hari dan secara manual dengan pencabutan jamur langsung dari media tanamnya. Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang yang tertinggal. Bagian jamur yang tertinggal dapat membusuk, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan media serta dapat merusak pertumbuhan jamur yang lain. Produksi rata-rata per bag log sebesar 370 gram. Pemanenan dilakukan setiap hari dengan hasil panen rata-rata 50 kg/hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari karena tengkulak/pengecer datang pada pagi hari.
Gambar 16. Proses pemanenan jamur tiram.
23
Gambar 17. Hasil pemanenan jamur tiram. Pemanenan dilakukan dengan meletakkan jamur dalam keranjang panen. Ujung pangkal jamur yang kotor dibersihkan menggunakan pisau lalu dimasukkan ke dalam plastik kemudian ditimbang. Pengemasan dimasukkan pada kantong plastik 5 kg. Bag log yang telah dipanen harus dibersihkan dari sisa jamur dan akar yang masih menempel. Ruangan kumbung juga dibersihkan dari sisa-sisa panen karena akan menyebabkan timbulnya hama yang dapat menyerang bag log.
Gambar 18. Proses pascapanen jamur tiram.
Gambar 19. Jamur tiram setelah dikemas.
24
Perusahaan memproduksi tiga jenis produk yaitu jamur tiram, bibit jamur tiram dan media tanam (bag log). Pemasaran produk masih dilakukan secara pasif, yaitu menunggu calon pembeli atau konsumen datang ke perusahaan. Konsumen bibit terdiri dari para perusahaan kecil yang datang dari berbagai wilayah di Bogor dan sekitarnya. Harga jual jamur tiram di tingkat tengkulak sebesar Rp. 7.000/kg. Harga jual bag log sebesar Rp. 1.800/bag log dan harga jual bibit sebesar Rp. 3.500/botol.
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis prospektif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengeksplorasi kemungkinankemungkinan yang akan muncul di masa mendatang, sehingga dapat dipersiapkan tindakan strategis yang harus dilakukan. Secara teknis, prinsip dasar pelaksanaan analisis ini dilakukan dengan menentukan beberapa faktor pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm. Beberapa faktor diekstrak melalui diskusi dengan pakar yaitu manajer jamur tiram. Faktor-faktor kunci inilah yang menjadi dasar penentuan skenario kebijakan. Tahapan teknis pelaksanaan analisis ini antara lain : 1) Penentuan faktor kunci di masa depan, 2) Penentuan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama, 3) Pendeskripsian evolusi kemungkinan masa depan sekaligus penentuan strategi prioritas sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh para pelaku utama dan implikasinya terhadap sistem yang dikaji.
A. IDENTIFIKASI FAKTOR PENGEMBANGAN USAHA Upaya pengembangan usaha dengan analisis prospektif dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha di masa datang. Berdasarkan identifikasi dengan pakar yaitu manajer jamur tiram yang menjadi responden, terdapat 14 faktor yang perlu mendapatkan perhatian utama dalam pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm. Faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 5.
1. Kemampuan SDM Faktor sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang penting dalam perusahaan. Kualitas sumberdaya manusia dalam organisasi akan menentukan keberhasilan dalam organisasi tersebut. Menurut Prihadi (2004), fungsi esensial SDM adalah memastikan agar organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan strategisnya dengan memiliki SDM yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi secara kuantitas maupun kualitas, kompeten, dan menghasilkan kinerja yang efektif hingga superior pada jabatan masingmasing dan berkontribusi optimal dalam memajukan organisasi. Pada Sari Sehat Multifam manajer jamur tiram bertanggung jawab terhadap bagian produksi hinga penjualan. Pada bagian produksi, manajer bertindak sebagai koordinator yang membawahi 15 orang pekerja. Manajer perusahaan memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian dan berpengalaman selama sepuluh tahun di bidang usaha jamur tiram. Pekerja terdiri dari dua orang lulusan SLTP sedangkan lainnya adalah lulusan SD dan tidak sekolah. Secara teknis, keterampilan pekerja dalam hal budidaya jamur tiram sudah baik karena mereka mempunyai pengalaman kerja yang telah bekerja pada industri jamur tiram lebih dari lima tahun. Adanya pelatihan kerja yang diberikan oleh manajer menambah keahlian masing-masing pekerja sesuai dengan pekerjaannya. Secara manajerial kemampuan SDM kurang dalam hal pengelolaan keuangan, karena tidak ada karyawan yang khusus mengatur keuangan. Saat ini manajer jamur tiram merangkap menjadi pengelola keuangan.
26
Tabel 5. Definisi Faktor-Faktor Pengembangan Usaha Jamur Tiram pada Sari Sehat Multifarm No Faktor Definisi 1
Kemampuan SDM
2
Kemampuan Permodalan
3 4
Kemampuan Keuangan Produktivitas
5
Kondisi Peralatan Produksi
6
Proses Produksi
7
Kemampuan Teknologi
8
Tata Letak Fasilitas Produksi
9
Pengendalian Baku
10
Pengendalian Produksi
11
Hubungan dengan Pemasok
12
Riset dan Pengembangan
13
Pemasaran
14
Kemampuan Persaingan
Manajemen
Kualitas
Bahan
Kemampuan SDM dalam mengelola perusahaan baik dari aspek teknis maupun manajerial. Aspek teknis terkait dengan kemampuan SDM secara teknis di lapangan (on farm), sedangkan aspek manajerial mencakup kemampuan SDM dalam mengelola perusahaan (off farm). Kemampuan perusahaan untuk menggali dana dalam rangka menjalankan usahanya. Kemampuan permodalan perusahaan dalam hal ini bukan berasal dari pinjaman melainkan murni dari kemampuan perusahaan menggali dana. Kemampuan dalam mengelola aktivitas keuangan perusahaan. Produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input pada saat produksi. Dalam hal ini produktivitas yang dikaji adalah produktivitas media tanam (bag log). Kondisi peralatan produksi yaitu kondisi peralatan yang digunakan perusahaan selama proses produksi dan operasi terkait dengan umur peralatan yang digunakan saat ini. Proses produksi pada usaha jamur tiram yaitu proses mulai dari pembuatan bag log hingga pertumbuhan/budidaya jamur tiram. Proses produksi yang paling penting adalah pembuatan media tanam yang dititikberatkan pada faktor kritis yang menentukan keberhasilan pembuatan media tanam. Kemampuan teknologi terkait dengan kemampuan perusahaan dalam menyerap dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi yang selanjutnya ditransfer dalam proses operasinya. Kemampuan teknologi dalam hal ini adalah penggunaan autoclave pada proses sterilisasi. Tata letak fasilitas produksi yang menentukan proses produksi berjalan secara efektif dan efisien. Pengendalian kualitas bahan baku budidaya jamur tiram yang dilakukan untuk menghindari atau menekan penyebab hama dan penyakit selama budidaya jamur tiram. Pengendalian produksi dalam hal ini adalah pengendalian produksi bag log dan bibit agar perusahaan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan sendiri dan permintaan dari konsumen. Hubungan kerja sama yang memuat ketentuan kualitas bahan baku, jumlah pasokan dan ketentuan harga agar pasokan bahan baku terjamin sehingga kegiatan produksi berjalan lancar. Riset dan pengembangan yang telah dilakukan dan diharapkan dapat diterapkan untuk pengembangan usahanya. Pemasaran yaitu kemampuan dalam memasarkan produknya kepada konsumen. Kemampuan pemasaran perusahaan masih bersifat pasif yaitu menunggu calon pembeli atau konsumen datang ke perusahaan. Kemampuan perusahaan bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.
27
2. Kemampuan Permodalan Kemampuan permodalan yaitu kemampuan perusahaan untuk menggali dana dalam rangka menjalankan usahanya (generating capital). Menurut McCullough (1996), kemampuan permodalan merupakan suatu hal yang penting karena merupakan suatu ukuran atas kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya (obligasi atau bentuk hutang lainnya). Perusahaan jamur tiram Sari Sehat Multifarm didirikan menggunakan modal pribadi pemilik tanpa menggunakan pinjaman. Usaha jamur tiram dimulai dengan modal investasi sebesar kurang lebih Rp 90.000.000,00. Tanpa adanya pinjaman, maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar hutang, akan tetapi di sisi lain menyebabkan adanya keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha. Hasil perputaran modal digunakan untuk membiayai biaya operasional dan biaya produksi.
3. Kemampuan Manajemen Keuangan Kemampuan manajemen keuangan dapat dikatakan baik apabila perusahaan mampu mengelola aktivitas keuangan perusahaan secara efektif dan efisien. Kemampuan manajemen keuangan perusahaan pada saat ini masih kurang efektif dan efisien. Pencatatan keuangan perusahaan hanya menggunakan catatan keuangan sederhana, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem administrasi keuangan perusahaan masih sederhana. Perusahaan tidak memiliki laporan keuangan yang rinci, hanya dilakukan pencatatan sederhana untuk pendapatan dan pengeluaran yang terjadi. Kas yang dimiliki Sari Sehat Multifarm diperoleh dari hasil penjualan jamur tiram, bibit, dan bag log. Pada setiap kegiatan usaha, uang kas dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.
4. Produktivitas Produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input pada saat proses produksi. Dalam hal ini produktivitas yang dikaji adalah produktivitas media tanam (bag log). Perhitungan produktivitas ditinjau dari jumlah bag log yang berhasil ditumbuhi miselia dibandingkan dengan jumlah bag log yang diproduksi. Proses produksi menentukan produktivitas bag log yang dihasilkan. Produktivitas bag log kurang lebih sebanyak 90-95%, sedangkan produk gagal sekitar 5-10% dari jumlah produksi. Perhitungan terhadap produk yang gagal dilakukan per bulan.
5. Kondisi Peralatan Produksi Kondisi peralatan produksi yaitu kondisi peralatan yang digunakan dalam operasi perusahaan. Menurut Hirawan (1996), kondisi mesin dan peralatan dapat dilihat dari umur ekonomisnya. Jika umur mesin dan peralatan yang digunakan semakin tua, maka kemampuannya untuk bekerja secara optimal sesuai kapasitasnya tidak bisa tercapai. Investasi mesin dan peralatan perlu dilakukan untuk peremajaan sesuai dengan umur ekonomisnya. Peralatan dalam proses produksi adalah peralatan yang digunakan mulai dari pengomposan, pembuatan media tanam, budidaya jamur tiram hingga panen yaitu cangkul, timbangan, pengayak, cincin bambu, sekop, plastik, kapas, autoclave, sendok tanam, masker, sprayer, dan lampu spirtus. Untuk pembuatan bibit di laboratorium alat yang digunakan
28
adalah peralatan gelas seperti tabung reaksi, gelas ukur, cawan petri, dan lain-lain. Selain itu juga digunakan panci presto, kompor gas, lampu spirtus, dan laminar airflow yang digunakan untuk kultur jaringan. Secara keseluruhan berdasarkan umur ekonomisnya, peralatan yang dimiliki perusahaan adalah relatif baik. Di antaranya termasuk baru, yaitu autoclave dan laminar airflow yang dibeli pada tahun 2008.
6. Proses Produksi Proses produksi menentukan produk yang dihasilkan. Proses produksi pada usaha jamur tiram yaitu proses mulai dari pembuatan bag log hingga pertumbuhan/budidaya jamur tiram. Proses produksi yang menjadi faktor kritis atau yang paling penting dalam budidaya jamur tiram adalah proses pembuatan media tanam (bag log). Proses ini menentukan keberhasilan jumlah bag log yang dihasilkan. Dalam rangkaian proses pembuatan media tanam, proses yang penting adalah sterilisasi dan inkubasi. Sterilisasi menggunakan autolclave yang berkapasitas 1000 bag log selama enam jam. Dalam proses ini bag log harus dipastikan mengalami sterilisasi sempurna sehingga steril dari mikroba, karena yang diharapkan tumbuh nantinya hanya jamur tiram. Penggunaan autoclave pada proses sterilisasi mempermudah proses karena lebih mudah dan lebih menghemat bahan bakar. Proses inkubasi juga merupakan proses yang penting karena proses ini menentukan keberhasilan miselia yang tumbuh pada bag log. Pengontrolan keadaan lingkungan dilakukan agar miselia tumbuh dengan baik. Pengontrolan dilakukan pada suhu yaitu 25-300C dan kelembaban idealnya 50%. Proses ini harus dijaga kesterilannya untuk mencegah kontaminasi yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan miselia.
7. Kemampuan Teknologi Kemampuan teknologi yaitu terkait dengan kemampuan perusahaan dalam menyerap dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi yang selanjutnya ditransfer dalam proses operasinya. Teknologi juga penting dalam proses produksi jamur tiram, dimana perannya dapat meningkatkan produksi serta mutu jamur tiram. Salah satu proses produksi yang penting untuk menjamin keberhasilan panen adalah pada proses sterilisasi. Kemampuan teknologi dalam hal ini adalah penggunaan autoclave pada proses sterilisasi. Teknologi yang digunakan untuk proses sterilisasi pada perusahaan jamur umumnya masih menggunakan drum-drum yang dipanaskan. Perkembangan teknologi dalam proses sterilisasi pun memberikan pengaruh bagi perusahaan. Salah satu alat sterilisasi yang teknologinya baik adalah autoclave. Pada awal pendirian perusahaan menggunakan 10 drum untuk sterilisasi, namun pada saat ini perusahaan mempunyai satu buah autoclave untuk proses sterilisasi. Adanya autoclave, dapat meningkatkan produksi serta menghemat bahan bakar. Kemampuan teknologi ini dapat tercermin melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas proses operasi perusahaan.
29
8. Tata Letak Fasilitas Produksi Tata letak fasilitas produksi usaha jamur tiram yang diatur baik akan mengurangi biaya produksi secara total tidak hanya pada salah satu proses tetapi pada tiap proses produksi. Tata letak fasilitas produksi yang terencana dengan baik akan menentukan efisiensi dan menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan dalam kerja. Pada usaha jamur tiram Sari Sehat Multifarm bangunan terdiri dari ruang pengomposan, laboratorium, gudang, ruang pembuatan media tanam, ruang sterilisasi, ruang inokulasi, ruang inkubasi, dan kumbung untuk pertumbuhan jamur (growing). Pembuatan ruangan dan penempatan fasilitas produksi telah disusun secara berurutan sehingga memudahkan pekerjaan.
9. Pengendalian Kualitas Bahan Baku Pengendalian kualitas bahan baku akan mempengaruhi produk yang dihasilkan. Pengendalian kualitas bahan baku budidaya jamur tiram dilakukan untuk menghindari atau menekan penyebab hama dan penyakit selama budidaya jamur tiram, usaha pengontrolan harus dilakukan sedini mungkin secara menyeluruh dan terpadu. Pengendalian kualitas bahan baku antara lain : a. Bahan baku untuk substrat, khususnya serbuk gergaji kayu harus dipilih yang benar benar baik, tidak terlalu lama dalam penyimpanan. Serbuk kayu yang digunakan dapat berasal dari semua kayu kecuali kayu pinus karena kayu ini mengandung getah (resin) yang menyebabkan jamur tidak bisa tumbuh. b. Penyiapan substrat untuk penanaman harus dilakukan sesuai ketentuan dalam susunan, waktu proses dan waktu sterilisasi. Kadar air yang dibutuhkan oleh substrat harus sesuai dengan ketentuan, tidak terlalu kering atau terlalu basah.
10. Pengendalian Produksi Pengendalian produksi dilakukan terhadap produksi bag log dan bibit. Pembuatan bag log dilakukan setiap hari pada enam hari kerja yaitu senin – sabtu dengan produksi 950 bag log/hari. Sedangkan pembuatan bibit dilakukan empat hari kerja yaitu senin – kamis dengan produksi 200 botol bibit/hari. Dengan sistem pengendalian produksi ini perusahaan dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan perusahan sendiri maupun permintaan dari konsumen.
11. Hubungan dengan Pemasok Kemitraan dengan pemasok dapat dilakukan dengan membuat hubungan kerja sama yang baik yang memuat ketentuan kualitas bahan baku, jumlah pasokan, frekuensi pasokan dan ketentuan harga. Adanya kemitraan ini pasokan bahan baku lebih terjamin sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Pemasok terdiri dari pemasok serbuk kayu, bekatul, dan kayu bakar yang berasal dari daerah Leuwiliang. Kesepakatan pegiriman untuk serbuk kayu yaitu satu minggu sekali, bekatul sebulan dua kali, dan kayu bakar satu minggu sekali.
30
12. Riset dan Pengembangan Riset dan pengembangan dilakukan dengan menguji coba membudidayakan jenis jamur lain yaitu jamur kuping, namun riset ini tidak diterapkan karena pasar yang belum ada. Riset dan pengembangan yang saat ini sedang dilakukan adalah pengolahan jamur tiram menjadi menjadi keripik dan nugget. Riset dan pengembangan ini diharapkan dapat diterapkan untuk pengembangan usaha ke depannya.
13. Pemasaran Pemasaran yaitu kemampuan dalam memasarkan produknya kepada konsumen. Kemampuan pemasaran yang memadai akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk dapat lebih tumbuh dan berkembang dengan pangsa pasar yang semakin besar. Pada saat ini kemampuan pemasaran perusahaan belum memadai. Pemasaran produk masih dilakukan secara pasif, yaitu menunggu calon pembeli atau konsumen datang ke perusahaan. Konsumen produk jamur tiram yaitu pedagang yang datang setiap hari. Konsumen bibit dan bag log terdiri dari para perusahaan kecil yang datang dari berbagai wilayah di Bogor dan sekitarnya. Konsumen bibit dan bag log langsung datang membeli, namun terdapat pula yang melakukan pemesanan sebelumnya.
14. Kemampuan Persaingan Kemampuan persaingan dalam hal ini adalah kemampuan perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Kemampuan ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal perusahaan yang pada gilirannya sangat menentukan kemampulabaan perusahaan karena mempengaruhi harga, biaya, hasil investasi, dan lain-lain. Kemampuan ini akan semakin meningkat ketika perusahaan mempunyai nilai tawar yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Pembentukan harga dipengaruhi oleh pasar. Dalam hal ini harga dibentuk oleh pasar tengkulak. Pada saat ini perusahaan mampu bersaing dengan harga jamur Rp. 7.000/kg dengan segmentasi pasar kecil, sedangkan daerah produksi jamur Cisarua dan Ciawi bersaing dengan harga Rp 6.000/kg karena tujuan pasarnya yaitu pasar induk Bogor.
B. ANALISIS PENGARUH ANTAR FAKTOR PENGEMBANGAN USAHA Setelah dilakukan identifikasi faktor- faktor pengembangan usaha, selanjutnya dilakukan penilaian pengaruh antar faktor. Definisi masing-masing faktor dijadikan sebagai pertimbangan/acuan untuk menilai pengaruh antar faktor. Penilaian dilakukan oleh manajer jamur tiram yang mengetahui pengelolaan Sari Sehat Multifarm. Matriks hasil penilaian pengaruh antar faktor dapat dilihat pada Tabel 6. Penilaian pengaruh langsung antar faktor oleh pakar diolah dengan perangkat lunak analisis prospektif yang divisualisasikan dalam diagram pengaruh dan ketergantungan antar faktor yang dapat dilihat pada Gambar 20. Dari diagram tersebut diperoleh faktor-faktor kunci yang paling berpengaruh. Faktor-faktor kunci tersebut nantinya digunakan untuk menyusun skenario-skenario pengembangan usaha di masa datang.
31
Penilaian :
0 1 2 3
berarti
tidak ada pengaruh langsung pengaruhnya sangat kuat pengaruhnya sedang pengaruhnya kecil
Tabel 6. Hasil Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor Pengembangan Usaha Terhadap Dari
Kemampuan SDM
Kemampuan SDM
Kemampuan Permodalan
Kemampuan Manajemen Keuangan
Produktivitas
Kondisi Peralatan Produksi
Proses Produksi
Tata Letak Fasilitas Produksi
Pengendalian Kualitas Bahan Baku
Pengendalian Produksi
Hubungan dengan Pemasok
Riset dan Pengembangan
Kemampuan Teknologi
Pemasaran
Kemampuan Persaingan
0
1
3
0
2
2
3
3
0
3
0
2
1
3
1
1
1
0
0
1
0
3
1
0
0
0
2
0
0
0
2
0
2
0
0
0
3
3
2
1
0
0
0
0
1
1
3
1
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
1
Kemampuan Permodalan
0
Kemampuan Manajemen Keuangan
1
0
Produktivitas
1
0
0
Kondisi Peralatan Produksi
0
3
2
3
Proses Produksi
3
0
0
3
3
Tata Letak Fasilitas Produksi
0
0
0
1
0
3
Pengendalian Kualitas Bahan Baku
1
0
0
1
0
0
0
Pengendalian Produksi
0
1
2
1
1
0
0
0
Hubungan dengan Pemasok
0
0
1
0
0
0
0
1
0
Riset dan Pengembangan
2
3
2
0
0
0
0
0
0
0
Kemampuan Teknologi
2
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
Pemasaran
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kemampuan Persaingan
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0 0
32 32
3,00
kemampuan SDM
2,50
kondisi perlatan produksi kemampuan permodalan
Pengaruh
2,00
produktivitas
1,50 kemampuan manajemen keuangan
1,00
0,50
kemampuan teknologi pengendalian produksi
proses produksi
kemampuan persaingan tata letak fasilitas produksi
pemasaran
hub dg pemasok
-
-
pengendalian kualitas bahan baku riset dan pengembangan
0,50
1,00
1,50
2,00
Ketergantungan Gambar 20. Diagram pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengembangan usaha
33 33
Pada kuadran kiri atas (kuaran I) merupakan faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Faktor-faktor yang terdapat dalam kuadran ini digunakan sebagai faktor penentu di dalam sistem yang dikaji. Faktor tersebut adalah kemampuan permodalan, faktor ini mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap pengembangan usaha dan bersifat tidak terlalu dipengaruhi oleh faktorfaktor lainnya dalam sistem (independent variable). Kemampuan permodalan merupakan faktor utama yang dominan mempengaruhi pengembangan usaha dan dapat dikontrol secara internal. Jika ditinjau dari definisi faktor, kemampuan permodalan merupakan kemampuan perusahaan untuk menggali dana dalam rangka menjalankan usahanya. Dalam hal ini kemampuan permodalan sangat berpengaruh yaitu menjadi faktor penentu pada pengembangan usaha Sari Sehat Multifarm sehingga perlu ditingkatkan. Faktor-faktor yang terdapat pada kuadran kanan atas (kuadran II) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem namun memiliki ketergantungan antar faktor yang tinggi pula sehingga digunakan sebagai penghubung (stakes) dalam sistem. Faktor-faktor pada kuadran ini mencakup kemampuan manajemen keuangan, produktivitas, kemampuan SDM, dan kondisi peralatan produksi. Kemampuan manajemen keuangan yang efektif dan efisien yaitu pengelolaan keuangan yang rinci dan terstruktur mempermudah perusahaan mengetahui perputaran kas dan melihat kondisi keuangan yang akan mendukung pengembangan usaha. Faktor produktivitas dapat menggambarkan keberhasilan proses produksi, peningkatan faktor ini akan mendorong pengembangan usaha. Kemampuan SDM yang memadai akan mempengaruhi bagaimana keseluruhan kegiatan operasional dan produksi dapat berjalan baik. Faktor kondisi peralatan produksi yang baik dan mencukupi akan mendukung keberlangsungan proses produksi yang mendorong keberhasilan pengembangan usaha. Kuadran kanan bawah (kuadran III) memiliki pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor sehingga menjadi output dalam sistem. Faktor yang tecakup pada kuadran ini adalah faktor proses produksi dan tata letak fasilitas produksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor output yang diharapkan dari pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm adalah proses produksi dan tata letak fasilitas produksi yang efektif dan efisien sehingga produktivitas dapat meningkat. Kedua faktor output ini dipengaruhi oleh faktor kunci yang mempengaruhi pengembangan usaha yaitu faktor-faktor yang terdapat pada kuadran I dan II. Kuadran kiri bawah (kuadran IV) mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Faktor – faktor yang tercakup pada kuadran ini adalah pengendalian kualitas bahan baku, riset dan pengembangan, kemampuan persaingan, hubungan dengan pemasok, pemasaran, kemampuan teknologi, dan pengendalian produksi. Faktor-faktor ini dapat dikeluarkan dari sistem karena tidak mempunyai pengaruh dan tidak tergantung terhadap sistem (unused). Faktor – faktor yang tercakup pada kuaran I dan kuadran II merupakan faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat lima faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm. Faktor-faktor tersebut yaitu : (1) kemampuan permodalan, (2) kemampuan manajemen keuangan, (3) produktivitas, (4) kemampan SDM, dan (5) kondisi peralatan produksi. Pengembangan usaha Sari Sehat Multifarm akan terwujud dengan adanya proses produksi dan tata letak fasilitas produksi yang efektif dan efisien yang dipicu oleh lima faktor kunci pengembangan usaha. Selanjutnya akan disusun skenario pengembangan usaha dari lima faktor kunci tersebut.
34
C. PENYUSUNAN SKENARIO PENGEMBANGAN USAHA Skenario pengembangan usaha disusun berdasarkan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Tujuan strategis yang ingin dicapai adalah pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm. Berdasarkan faktor-faktor kunci selanjutnya dideskripsikan tentang berbagai keadaan (state) yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Untuk kelima faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha, selanjutnya dipilih keadaan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Menurut Hardjomidjojo (2002), hal ini dimaksudkan untuk memprediksi kemungkinan yang dapat terjadi pada faktor tersebut, apakah akan berkembang kearah yang lebih baik dari sekarang, tetap, atau akan semakin buruk dari keadaan sekarang. Hasil ini dapat memberikan kewaspadaan bagi pengambil kebijakan untuk menjalankan strategi yang dipilih. Pemetaan keadaan faktor-faktor penentu pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm yang mungkin terjadi di masa yang akan datang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan keadaan yang telah dibuat, maka dapat disusun skenario tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang. Skenario disusun dalam rangka menghasilkan rekomendasi operasional untuk pengembangan usaha di masa depan. Skenario pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm disajikan pada Tabel 8. Tabel 7. Pemetaan Keadaan Faktor-Faktor Penentu Pengembangan Usaha Jamur Tiram pada Sari Sehat Multifarm Faktor Kemampuan Permodalan
Kemampuan Manajemen Keuangan
Produktivitas
Kemampuan SDM
Kondisi Peralatan Produksi
Keadaan (State) 1A 1B Semakin meningkat dengan adanya Tetap/kondisi sekarang, tidak peningkatan penjualan dan mengalami peningkatan dan tidak kebijakan pemilik untuk menambah ada kebijakan pemilik untuk modal menambah modal 2A 2B Semakin meningkat dengan adanya Tetap seperti sekarang, pengelolaan pengelolaan keuangan yang rinci keuangan dilakukan secara dan terstruktur sederhana 3A Semakin meningkat karena tidak ada kegagalan pada saat proses produksi
3B Tetap seperti sekarang produktivitas bag log 90-95% dengan kegagalan sebesar 5-10%
4A Semakin meningkat karena adanya pelatihan (training) dan SDM semakin produktif 5A Semakin meningkat dengan adanya penambahan dan penggantian peralatan produksi
4B Tetap/kondisi sekarang kapabilitas karyawan tidak mengalami peningkatan 5B Menurun tanpa adanya penambahan dan penggantian peralatan produksi
Keterangan : : Base Line (Kondisi Sekarang) : Skenario Optimis : Skenario Moderate
35
Tabel 8. Skenario Pengembangan Usaha Jamur Tiram pada Sari Sehat Multifarm Base Line (Kondisi Sekarang) 1B – 2B – 3B – 4B – 5B No. Skenario Keadaan 1 Optimis 1A – 2A – 3A – 4A – 5A 2 Moderate 1B – 2B – 3A– 4A – 5A Base Line (kondisi sekarang) pada Sari Sehat Multifarm jika dilihat dari faktor kunci pengembangan usaha yaitu kemampuan permodalan kondisinya tidak ada kebijakan pemilik untuk menambah modal (1B), kemampuan manajemen keuangan pada saat ini dilakukan secara sederhana (2B), produktivitas bag log 90-95% dengan kegagalan sebesar 5-10% (3B), kemampuan SDM yaitu kapabilitas karyawan tidak mengalami peningkatan (4B), serta kondisi peralatan produksi menurun tanpa adanya penambahan dan penggantian peralatan produksi (5B). Skenario optimis bagi Sari Sehat Multifarm adalah menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan. Skenario ini akan terjadi apabila kemampuan permodalan semakin meningkat dengan adanya peningkatan penjualan dan kebijakan pemilik untuk menambah modal (1A), kemampuan manajemen keuangan yang semakin meningkat dengan adanya pengelolaan keuangan yang rinci dan terstruktur (2A), produktivitas semakin meningkat karena tidak ada kegagalan pada saat proses produksi (3A), kemampuan SDM semakin meningkat dengan adanya pelatihan (training) dan SDM semakin produktif (4A), serta kondisi peralatan produksi yang semakin meningkat dengan adanya penambahan dan penggantian peralatan produksi (5A). Skenario optimis ini perlu didorong untuk terjadi. Skenario moderate terjadi apabila kemampuan permodalan tetap seperti sekarang tidak mengalami peningkatan penjualan dan tidak ada kebijakan pemilik untuk menambah modal (1B), kemampuan manajemen keuangan tetap seperti sekarang yaitu pengelolaan keuangan dilakukan secara sederhana (2B), produktivitas semakin meningkat karena tidak ada kegagalan pada saat proses produksi (3A), kemampuan SDM semakin meningkat dengan adanya pelatihan (training) dan SDM semakin produktif (4A), serta kondisi peralatan produksi yang semakin meningkat dengan adanya penambahan dan penggantian peralatan produksi (5A). Berdasarkan skenario-skenario yang tersusun, skenario optimis merupakan skenario yang diharapkan terjadi. Oleh karena itu, perusahaaan perlu mendorong skenario optimis dapat terjadi di masa yang akan datang. Demi mewujudkan skenario ini membutuhkan dukungan dari stakeholder dalam pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm dalam hal ini adalah pemilik perusahaan.
D. REKOMENDASI OPERASIONAL Rekomendasi operasional pengembangan usaha Sari Sehat Multifarm disusun berdasarkan skenario yang diharapkan terjadi yaitu skenario optimis. Skenario optimis menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan perlu didorong agar terjadi, yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Faktor- faktor kunci tersebut yaitu, kemampuan permodalan, kemampuan manajemen keuangan, produktivitas, kemampuan SDM, dan kondisi peralatan produksi. Formulasi strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm secara skematis dapat dilihat pada Gambar 21. Pada gambar dapat dilihat bahwa tujuan strategi adalah mendorong agar skenario optimis terjadi yaitu menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan. Hal ini dicapai dengan meningkatkan faktor –faktor kunci pengembangan usaha.
36
OPTIMIS
Tujuan Strategi : Mendorong skenario optimis agar terjadi yaitu menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan
1A – 2A – 3A – 4A – 5A
(5) (4) 2B
MODERATE
1B
1A
2A
1B – 2B – 3A – 4 A – 5A
(3)
(2) 4B
(1)
5B
3B
3A
4A
5A
BASE LINE (Kondisi Sekarang) 1B – 2B – 3B – 4B – 5B
Gambar 21. Formulasi strategi pengembangan usaha Sari Sehat Multifarm
Keterangan : 1A 2A 3A 4A 5A 1B 2B 3B 4B 5B
: Kemampuan permodalan semakin meningkat dengan adanya peningkatan penjualan dan kebijakan pemilik untuk menambah modal : Kemampuan manajemen keuangan semakin meningkat dengan adanya pengelolaan keuangan yang rinci dan terstruktur : Produktivitas semakin meningkat karena tidak ada kegagalan pada saat proses produksi : Kemampuan SDM semakin meningkat karena adanya pelatihan (training) dan SDM semakin produktif : Kondisi peralatan produksi emakin meningkat dengan adanya penambahan dan penggantian peralatan produksi : Kemampuan permodalan tetap/kondisi sekarang, tidak mengalami peningkatan dan tidak ada kebijakan pemilik untuk menambah modal : Kemampuan manajemen keuangan tetap seperti sekarang, pengelolaan keuangan dilakukan secara sederhana : Produktivitas tetap seperti sekarang yaitu produktivitas bag log 90-95% dengan kegagalan sebesar 510% : Kemampuan SDM tetap/kondisi sekarang yaitu kapabilitas karyawan tidak mengalami peningkatan : Kondisi peralatan produksi menurun tanpa adanya penambahan dan penggantian peralatan produksi
37
Untuk mewujudkan skenario optimis yaitu menjadi perusahaan jamur tiram yang maju di masa depan maka tahapan-tahapan yang perlu dilakukan yaitu dari base line (kondisi sekarang) (1B-2B-3B-4B-5B), tahap pertama (1) yaitu dengan peningkatan kondisi peralatan produksi. Dalam hal ini perusahaan perlu memeriksa peralatan secara berkala sehingga dapat diketahui kondisinya. Apabila ada yang rusak perlu diganti agar proses produksi berjalan lancar, selain itu untuk alat sterilisasi autoclave perlu ditambah agar terjadi peningkatan produksi dan proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Tahap kedua (2) adalah peningkatan faktor kemampuan SDM. Kemampuan SDM sangat mempengaruhi produksi jamur tiram. Peningkatan kemampuan SDM dapat dilakukan dengan cara pemberian pelatihan-pelatihan dan dilakukan pengontrolan dan evaluasi pada setiap pekerjaannya. Peningkatan motivasi kerja dapat dilakukan dengan pemberian insentif atau kenaikan gaji. Dengan adanya pelatihan, pengontrolan, dan upaya peningkatan motivasi kerja maka kemampuaan SDM akan meningkat dan menjadikan SDM profesional dalam pekerjaannya. Hal ini tentu sangat menunjang bagi pengembangan usaha jamur tiram Sari Sehat Multifarm. Tahap ketiga (3) adalah peningakatan faktor produktivitas. Produktivitas meningkat dengan berkurangnya kegagalan pada saat proses produksi. Kegagalan dapat diminimalmalisir dengan pengontrolan pada saat proses produksi khususnya pada saat proses sterilisasi dan inkubasi yan menjadi faktor kritis proses pembuatan media tanam/bag log. Selain itu, adanya kondisi peralatan produksi yang meningkat dan menunjang proses produksi tentu akan meningkatkan produktivitasnya. Kondisi peralatan produksi yang terjamin akan memperkecil kontaminan pada saat produksi bag log sehingga akan meningkatkan produktivitas. Selain itu, dengan ditunjang kemampuan SDM yang tinggi yaitu profesional tentunya juga akan meningkatkan produktivitas bag log karena pekerjaan dilakukan dengan benar sesuai prosedur. Adanya peningkatan ketiga faktor ini akan menjadikan perusahaan berkembang dari base line (kondisi sekarang) menjadi skenario moderate (1B-2B-3A-4A-5A). Setelah peningkatan ketiga faktor tersebut maka selanjutnya tahap keempat (4) yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan manajemen keuangan. Kemampuan manajemen keuangan dapat dikatakan baik apabila perusahaan mampu mengelola aktivitas keuangan perusahaan secara efektif dan efisien. Kemampuan manajemen keuangan yang sekarang hanya dilakukan secara sederhana. Hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan manajemen keuangan adalah menambah tenaga kerja ahli di bidang keuangan, karena pada saat ini keuangan sekaligus menjadi tanggung jawab manajer jamur tiram. Perusahaan tidak memiliki laporan keuangan yang rinci, hanya dilakukan pencatatan sederhana untuk pendapatan dan pengeluaran yang terjadi. Dalam hal ini perlu adanya kebijakan dari pemilik untuk menambah tenaga kerja yang khusus mengelola keuangan agar keuangan dapat dikelola dengan baik sehingga dapat dipantau perkembangannya. Langkah terakhir/tahap kelima (5) yaitu peningkatan kemampuan permodalan untuk menjadikan perusahaan pada skenario optimis. Berdasarkan hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa faktor kemampuan permodalan sebagai faktor yang dapat dikontrol (controllable factor) pada kuadran I yang merupakan faktor utama atau dominan dalam pengembangan usaha Sari Sehat Multifarm. Dalam hal ini pihak yang berpengaruh terhadap kemampuan permodalan adalah pemilik perusahaan yang mempunyai kewenangan secara penuh terhadap perusahaan. Peningkatan permodalan dapat dilakukan dengan pengajuan pinjaman kepada bank untuk pengembangan usaha. Dengan adanya peningkatan kelima faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha menjadikan Sari Sehat Multifarm menjadi skenario optimis (1A-2A-3A-4A-5A) yaitu menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan.
38
Jadi untuk pengembangan usaha Jamur Tiram pada Sari Sehat Multifarm perlu memperhatikan lima faktor kunci pengembangan usaha yaitu kemampuan permodalan, kemampuan manajemen keuangan, produktivitas, kemampuan SDM, dan kondisi peralatan produksi. Perkembangan yang positif kelima faktor tersebut akan menjadikan Sari Sehat Multifarm menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan. Untuk mewujudkan hal ini perlu dukungan dari pemilik perusahaan sebagai pemegang kekuasaan dan pengambil keputusan pada Sari Sehat Multifarm.
39
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm disusun berdasarkan skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa datang. Skenario disusun berdasarkan faktor-faktor kunci yang sangat menentukan pengembangan usaha, meliputi kemampuan permodalan, kemampuan manajemen keuangan, produktivitas, kemampuan SDM, kondisi peralatan produksi. Skenario optimis merupakan skenario yang diharapkan terjadi yaitu menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan. Untuk menjadikan perusahaan pada skenario optimis maka perlu dilakukan beberapa tahapan peningkatan faktor. Urutan tahapan peningkatan faktor tersebut adalah tahapan peningkatan kondisi peralatan produksi, kemampuan SDM dan produktivitas. Peningkatan tiga faktor kunci ini menjadikan perusahaan berkembang dari kondisi sekarang menjadi skenario moderate. Kemudian diikuti peningkatan kemampuan manajemen keuangan dan kemampuan permodalan, sehingga perusahaan berkembang menjadi skenario optimis. Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa faktor kemampuan permodalan sebagai faktor yang dapat dikontrol (controllable factor) pada kuadran I yang merupakan faktor utama atau dominan dalam pengembangan usaha pada Sari Sehat Multifarm. Demi mewujudkan skenario optimis membutuhkan dukungan dari stakeholder dalam pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm dalam hal ini adalah pemilik perusahaan.
B. SARAN 1. Perusahaan perlu mengajukan pinjaman untuk tambahan modal pengembangkan usaha. 2. Perusahaan sebaiknya menyempurnakan sistem administrasi dan keuangan untuk mempermudah menganalisis perkembangan usaha. Perusahaan perlu merekrut tenaga kerja yang khusus bertanggung jawab pada keuangan perusahaan. Selain itu, sistem informasi keuangan yang berupa laporan keuangan, dapat digunakan untuk mempermudah mendapatkan dana tambahan dari luar untuk mengembangkan usaha. 3. Peningkatan kapasitas produksi sesuai dengan kapasitas kumbung, sehingga menambah pemasukan bagi perusahaan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Chang, S.T. dan P.G. Miles. 1989. Edible Mushrooms and Their Cultivation. Florida. CRC Press, Inc. David, F.R. 2005. Strategic Management. Prenhalindo. Jakarta. Departemen Pertanian. 2010. Peluang Bisnis Jamur. Jakarta. http://www.agribisnis.deptan.go.id. [September 2010]. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Prosedur Operasional Standar (POS) Jamur Tiram. Jakarta. Djarijah, N. M. 2001. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta. Kanisius. Godet, M. 1994. From Anticipation to Action: A Handbook of Strategic Prospective. Perancis: UNESCO. Godet, M. dan Fabrice R. 1996. Creating the future : The Use and Misuse of Scenarios. Published in Long Range Planning Vol. 29, n°2, pp. 164-171. Gunawan, A. W. 2001. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar Swadaya. Hardjomidjojo H. 2002. Metode Analisis Prospektif. Departemen Teknologi Industri Pertanian fakultas Teknologi Pertanian. Bogor. IPB. Hardjomidjojo H. 2004. Strategi Pengembangan UKM di Indonesia. Kumpulan Makalah dalam Simposium Analisis Sistem. Bandung. Hirawan S.B. 1996. Analisis Kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Pontianak : Kerjasama Depkeu, Depdagri, pemerintah Propinsi Kalbar, pemerintah Kotamadya Pontianak. USAID. Hubeis M. 1991. Mic-Mac : Analisis Peramal Parameter Sistem. Bogor. PAU IPB. Jauch, L.R dan W.F Glueck, 1988. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Martawijaya, E. I. dan Nurjayadi, M. Y. 2009. Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri. Bogor. IPB Press. McCullough JS. 1996. Conversion of Local Government Services to Local Enterprises. Pontianak. Municipal Finance Project. Research Triangle Institute. Mintzberg, H. 1993. Stucture in Five : Designing Effective Organizations. Prentice Hall, Inc, A Simon & Schuster Company. Englewood Cliff. New Jersey 07632. USA. Parjimo dan Andoko, A. 2007. Budi Daya Jamur. Jakarta: Agromedia Pustaka. Pasaribu, T. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta. PT. Gramedia. Pfeifer S. 2001. A Question of Time : Do Economist and Strategis Managers Manage Time or Do They Even Care. Croatia : fakulty of Economics, Osijek. Postma TJMB dan Bood RP. 2001. Scenario Analysis as a Strategic Management Tool. Groningen : Fakulty of Economics University of Groningen.
41
Prihadi. 2004. Assessment Centre : Indentifikasi, Pengukuran, dan Pengembangan Kompetensi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Redaksi Agromedia. 2002. Budi Daya Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. Suriawiria. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. Tarigan. 1998. Pengantar Mikrobiologi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan.
42
LAMPIRAN
43
Lampiran 1. Denah Ruang Produksi Budidaya Jamur Tiram
Ruang Inokulasi Ruang Inkubasi
Ruang Sterilisai
Ruang Inkubasi Ruang Pembuatan Media Tanam/Bag log
Kumbung
Ruang Pengomposan
Gudang
Laboratorium
44 44
Lampiran 2. Kuisioner – Kuisioner Penelitian
KUISIONER I
IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA SARI SEHAT MULTIFARM
Hari / Tanggal Pengisian Nama Narasumber Pekerjaan / Jabatan Alamat Tanda Tangan
: : : : :
…………………………………….. …………………………………….. …………………………………….. …………………………………….. ……………………………………..
Hasil pengisian kuisioner ini akan digunakan untuk keperluan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm. Penelitian ini dilaksanakan oleh Faizah Arifa (Mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB), dibawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA.
45
Menurut Anda, faktor – faktor apa sajakah yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm ? Jawaban dapat diisikan pada kolom (2) disertai dengan penjelasan seperlunya pada kolom (3) yang tersedia di bawah ini. Tabel 1. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm No (1) 1
Faktor (2)
Definisi (3)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
46
KUISIONER II
ANALISIS PENGARUH LANGSUNG ANTAR FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGEMBANGAN USAHA SARI SEHAT MULTI FARM
Hari / Tanggal Pengisian Nama Narasumber Pekerjaan / Jabatan Alamat Tanda Tangan
: : : : :
…………………………………….. …………………………………….. …………………………………….. …………………………………….. ……………………………………..
Hasil pengisian kuisioner ini akan digunakan untuk keperluan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm. Penelitian ini dilaksanakan oleh Faizah Arifa (Mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB), dibawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA.
47
PETUNJUK PENGISIAN 1. 2.
Anda diminta untuk membandingkan pengaruh langsung antar faktor pengembangan usaha satu sama lain. Pedoman skor penilaian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pedoman Penilaian Skor Penilaian 0 1 2 3
Keterangan Tidak ada pengaruh langsung Pengaruhnya kecil Pengaruhnya sedang Pengaruhnya sangat kuat
Contoh Pengisian : Terdapat lima faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha yang saling diperbandingkan, yaitu A, B, C, D, dan E. masing-masing faktor dilakukan perbandingan untuk mengetahui pengaruh langsung antar faktor. Faktor-faktor tersebut disusun ke dalam bentuk tabel perbandingan faktor di bawah ini : Tabel 2. Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor Terhadap A B Dari A 3a) B 0d) C 2 1e) D 3 2 E 2 3 Keterangan : Nilai pada a) Nilai pada b) Nilai pada c) Nilai pada d) Nilai pada e)
C
D
E
0 0
2b) 3 3
0c) 3 3 0
1 2
1
: faktor A pengaruhya sangat kuat terhadap faktor B : faktor A pengaruhnya sedang terhadap faktor D : faktor A tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor E : faktor B tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor A : faktor C pengaruhnya kecil terhadap faktor B
48
ANALISIS PENGARUH LANGSUNG ANTAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN USAHA Penilaian :
Terhadap Dari
0 1 2 3
berarti
Kemampuan SDM
Kemampuan Permodalan
tidak ada pengaruh langsung pengaruhnya sangat kuat pengaruhnya sedang pengaruhnya kecil
Kemampuan Manajemen Keuangan
Produktivitas
Kondisi Peralatan Produksi
Proses Produksi
Tata Letak Fasilitas Produksi
Pengendalian Kualitas Bahan Baku
Pengendalian Produksi
Hubungan dengan Pemasok
Riset dan Pengembangan
Kemampuan Teknologi
Pemasaran
Kemampuan SDM Kemampuan Permodalan Kemampuan Manajemen Keuangan Produktivitas Kondisi Peralatan Produksi Proses Produksi Tata Letak Fasilitas Produksi Pengendalian Kualitas Bahan Baku Pengendalian Produksi Hubungan dengan Pemasok Riset dan Pengembangan Kemampuan Teknologi Pemasaran Kemampuan Persaingan
49 49
Kemampuan Persaingan
KUISIONER III
PENENTUAN KEADAAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM PADA SARI SEHAT MULTI FARM
Hari / Tanggal Pengisian Nama Narasumber Pekerjaan / Jabatan Alamat Tanda Tangan
: : : : :
…………………………………….. …………………………………….. …………………………………….. …………………………………….. ……………………………………..
Hasil pengisian kuisioner ini akan digunakan untuk keperluan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm. Penelitian ini dilaksanakan oleh Faizah Arifa (Mahasiswa Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB), dibawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA.
50
PETUNJUK PENGISIAN 1. 2.
Anda diminta untuk membuat keadaan (state) suatu faktor yang sudah diidentifikasi dan mempunyai pengaruh terhadap pengembangan usaha. Setiap faktor boleh memiliki lebih dari satu keadaan, dengan ketentuan keadaan harus memiliki peluang besar untuk terjadi (bukan khayalan) dalam suatu waktu di masa yang akan datang, serta keadaan bukan merupakan tindakan atau ukuran suatu faktor, tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor.
Contoh Faktor Keadaan
: Kebijakan pemerintah : Semakin mendukung/semakin tidak peduli
No
Faktor Kunci
1
Kemampuan Permodalan
2
Kemampuan Manajemen Keuangan
3
Produktivitas
4
Kemampuan SDM
5
Kondisi Peralatan Produksi
Deskripsi Keadaan
51