ANALISIS SELF-EFFICACY BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL Eni Kartika1, Tina Yunarti2, Widyastuti2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
This naturalistic qualitative research aimed to analyze students’ critical thinking self-efficacy in Socrates Contextual Learning. The subjects of this research were students of VIIB class of SMP 19 Bandarlampung in even semester, academic years of 2014/2015, which were consisted of 27 students and it was focused on 8 students, who had high, middle, and low levels of critical thinking self-efficacy, which were obtained by purposive sampling technique. The data of this research were obtained by student's journal, observation recording, critical thinking selfefficacy scale, interview, and documentation. The data analysis of this research used three stages, that were reducting, displaying, and getting conclusion of data. Based on the analysis of data, it was concluded that the critical thinking selfefficacy which appeared dominantly in Socrates Contextual Learning is magnitude dimension.
Penelitian kualitatif naturalistik ini bertujuan untuk menganalisis self-efficacy berpikir kritis siswa dengan Pembelajaran Socrates Kontekstual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 19 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015, yang terdiri dari 27 siswa yang difokuskan terhadap delapan siswa yang memiliki self-efficacy berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah, yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data penelitian ini diperoleh melalui jurnal siswa, catatan lapangan, skala self-efficacy berpikir kritis, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data penelitian ini terdiri dari tiga langkah, yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan terhadap data. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa self-efficacy berpikir kritis yang dominan muncul pada Pembelajaran Socrates Kontekstual adalah dimensi magnitude. Kata kunci: berpikir kritis, self-efficacy, Socrates kontekstual
berdasarkan nalar yang difokuskan
PENDAHULUAN Matematika memiliki peranan
untuk menentukan apa yang harus di-
penting dalam kehidupan manusia.
yakini dan dilakukan adalah kemam-
Banyak masalah dalam kehidupan
puan berpikir kritis.
Kemampuan siswa dalam ber-
sehari-hari yang melibatkan matematika, misalnya dalam menyelesaikan
pikir
permasalahan sosial, ekonomi, dan
kemampuan yang diperlihatkannya
alam. Oleh karenanya, matematika
selama proses berpikir. Kemampuan
menjadi disiplin ilmu yang penting
tersebut, didasarkan pada indikator-
untuk dikuasai siswa, sebagai bekal
indikator berpikir kritis, seperti men-
yang dapat membantu menyelesaikan
jelaskan arti setiap kata atau simbol
permasalahan yang dihadapi siswa
yang terdapat pada soal (menginter-
dalam kehidupannya.
pretasi), mencari informasi yang sa-
Ilmu matematika yang dipe-
ling
kritis
dapat
berhubungan
dikenali
dari
(menganalisis),
lajari pada setiap jenjang pendidikan
dan mencari bukti-bukti kebenaran
berkaitan dengan proses berpikir.
dari setiap informasi yang muncul
Sejalan
(mengevaluasi).
(Endyah,
dengan
pendapat
2007:46),
Reys
matematika
Kemampuan
siswa
dalam
adalah telaah tentang pola dan
berpikir kritis akan menghasilkan
hubungan serta suatu jalan atau pola
suatu tindakan yang dipengaruhi oleh
berpikir. Oleh karena itu, dalam
keyakinan yang ada pada dirinya.
belajar matematika diperlukan proses
Seperti yang diungkapkan Bandura
berpikir untuk menelaah pola dan
(2002),
hubungan yang ada di dalamnya
tindakan
sehingga akan menghasilkan konsep
keyakinan siswa. Dalam hal ini,
mengenai matematika.
berupa keyakinan terhadap kemam-
untuk
melakukan
suatu
akan
tergantung
pada
Proses berpikir yang digunakan
puan berpikir kritis (self-efficacy
diharapkan dapat diterima secara
berpikir kritis). Menurut Bandura
nalar yang diarahkan untuk memu-
(2002), self-efficacy adalah belief
tuskan apa yang dikerjakan atau di-
(keyakinan) mengenai kemampuan
yakini. Menurut Ennis (1996), proses
individu untuk melakukan suatu hal
berpikir reflektif yang masuk akal atau
ketika berada dalam berbagai macam
kondisi dengan apapun keterampilan
2011:51)
yang dimilikinya saat ini. Artinya,
Socrates sebagai sebuah proses dis-
seorang
memiliki
kusi yang dipimpin guru untuk mem-
kemampuan berpikir kritis baik,
buat siswa mempertanyakan validitas
tetapi tidak memiliki keyakinan yang
penalarannya atau untuk mencapai
kuat terhadap kemampuan berpikir
sebuah kesimpulan. Hal ini akan
kritis (self-efficacy berpikir kritis)
mengonstruk pengetahuan yang di-
yang ada pada dirinya, tidak akan
miliki siswa, menumbuhkan motivasi
memberikan kontribusi yang baik
dan keberanian dalam mengemuka-
dalam menentukan tindakan kritis.
kan pendapat, serta dapat memupuk
siswa
yang
mendefinisikan
Metode
kritis
rasa percaya pada diri siswa, yang
seorang siswa tidak akan dimiliki
juga akan memengaruhi self-efficacy
begitu saja tanpa ada sesuatu yang
berpikir kritisnya.
mendorongnya. Dalam hal ini, dapat
Akan
Self-efficacy
berpikir
tetapi,
pertanyaan-
berupa metode pembelajaran yang
pertanyaan Socrates yang diberikan
memberikan kesempatan pada siswa
secara terus menerus dalam pem-
dalam membangun dan menggali
belajaran,
pengetahuan yang dimilikinya untuk
merasa bosan karena tidak terbiasa,
menemukan
sehingga akan mengurangi minatnya
sendiri
penyelesaian
dapat
siswa
masalah yang dihadapi. Misalnya,
untuk
berupa pertanyaan-pertanyaan kritis
tanyaan tersebut. Oleh karena itu,
yang jelas, bertujuan, serta mampu
diperlukan suatu pendekatan pem-
menggali pemahaman siswa, dan
belajaran yang berhubungan dengan
dapat mendorong serta membimbing
konteks kehidupan sehari-hari, yang
siswa untuk merangsang kemampuan
dapat mendorong minat siswa untuk
berpikir kritisnya dalam menjawab
menjawab persoalan-persoalan ber-
permasalahan yang dihadapi.
pikir kritis yang dihadapi, sehingga
Salah
satu
metode pembe-
akan
menjawab
membuat
pertanyaan-per-
memengaruhi
self-efficacy
lajaran yang memuat pertanyaan-
berpikir kritisnya. Pendekatan pem-
pertanyaan kritis dalam suatu diskusi
belajaran yang berhubungan dengan
adalah
konteks kehidupan sehari-hari adalah
Bagford,
Metode dan
Socrates. Walen
Jones,
(Yunarti,
pendekatan
kontekstual.
Menurut
Johnson (2007), pembelajaran de-
kukan penelitian kualitatif, yaitu
ngan pendekatan kontekstual adalah
penelitian deskriptif yang menggam-
suatu proses pendidikan yang ber-
barkan dan menjabarkan temuan di
tujuan
melihat
lapangan, yakni di kelas VIIB SMP
makna dalam bahan pelajaran yang
Negeri 19 Bandarlampung untuk
mereka
cara
menganalisis self-efficacy berpikir
menghubungkannya dengan konteks
kritis siswa dengan Pembelajaran
kehidupan mereka sehari-hari, yaitu
Socrates Kontekstual.
membantu
pelajari,
siswa
dengan
dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budaya. Hal ini akan membuat siswa merasa terbiasa, karena
konsep
dihubungkan
materi
dengan
pelajaran kehidupan
sehari-hari, sehingga akan mendorong
minatnya
untuk
menjawab
persoalan yang dihadapi. Konsep materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari juga dapat menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak yang lainnya, untuk berbagi gagasan dan pengalaman, serta bekerja sama untuk memecahkan
persoalan.
Hal
ini
merupakan faktor yang memengaruhi self-efficacy siswa, yaitu pengalaman individu lain, yang akan mendorong keyakinan siswa dalam menjawab persoalan-persoalan berpikir kritis yang dihadapi. Dengan memperhatikan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mela-
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan naturalistik yang mengamati dan menggambarkan tentang self-efficacy berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Socrates Kontekstual, yang bersifat natural dan apa adanya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B di SMP Negeri 19 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 27 orang siswa dan difokuskan terhadap delapan orang siswa dengan self-efficacy berpikir kritis berkategori tinggi, sedang, dan rendah, yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Penelitian ini berlangsung selama 7 kali pertemuan yang dimulai pada 05 sampai dengan 27 Februari 2015 semester genap tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan setiap Kamis pada pukul 15.50 – 17.10 WIB dan Sabtu pada pukul
13.45 – 15.05 WIB sesuai dengan
adalah validitas isi, yang dilakukan
jadwal yang diberikan sekolah.
oleh seorang ahli di bidang Psi-
Data yang dikumpulkan da-
kologi, yaitu Dosen Bimbingan Kon-
lam penelitian ini adalah data tentang
seling Universitas Lampung, dan
self-efficacy berpikir kritis siswa
hasilnya
yang
dimensi
dosen pembimbing. Pengujian validi-
magnitude, strength, dan generality.
tas dalam penelitian ini juga meng-
Dimensi-dimensi tersebut diturunkan
gunakan analisis item yang dila-
ke dalam indikator-indikator self-
kukan dengan menentukan korelasi
efficacy berpikir kritis yang diadap-
(r) antara masing-masing pernyataan
tasi dari Sudrajat (2008), yaitu mera-
dengan
sa berminat, merasa optimis, merasa
rumus korelasi Pearson Product
yakin, meningkatkan upaya, berko-
Moment menurut (Arikunto, 2009:
mitmen, menyikapi situasi dan kon-
72). Berdasarkan data hasil uji
disi beragam dengan cara positif,
validitas instrumen skala self-efficacy
serta berpedoman pada pengalaman
berpikir kritis, dari 55 pernyataan
belajar sebelumnya dalam menjawab
yang terdapat pada skala self-efficacy
persoalan matematika yang melibat-
berpikir kritis, 53 pernyataan me-
kan berpikir kritis. Data diperoleh
miliki
melalui jurnal siswa yang diberikan
pernyataan memiliki kriteria tidak
pada
ketiga,
valid, artinya 53 pernyataan dapat
kelima, dan keenam; lembar catatan
mengukur self-efficacy berpikir kritis
lapangan; skala self-efficacy berpikir
siswa dengan Pembelajaran Socrates
kritis yang diberikan pada pertemuan
Kontekstual.
berkaitan
pertemuan
dengan
kedua,
pertama dan terakhir; format wawan-
dikonsultasikan
skor
total
kriteria
Selanjutnya
kepada
menggunakan
valid
dan
dilakukan
dua
uji
cara; dan alat perekam gambar serta
reliabilitas dengan menggunakan ru-
suara.
mus Alpha dalam Arikunto (2010: Pada penelitian ini, sebelum
109). Berdasarkan hasil perhitungan
instrumen skala self-efficacy berpikir
reliabilitas
kritis
uji
efficacy berpikir kritis siswa, diper-
validitas dan reliabilitas terlebih
oleh koefisien reliabilitas 0,94. Dari
dahulu. Validitas yang digunakan
hasil tersebut dapat disimpulkan
digunakan,
dilakukan
instrumen
skala
self-
bahwa instrumen yang digunakan
persoalan matematika yang melibat-
memiliki kriteria reliabilitas sangat
kan berpikir kritis. Akan tetapi,
tinggi sehingga instrumen self-effi-
setelah siswa memperoleh Pem-
cacy berpikir kritis tersebut reliabel
belajaran Socrates Kontekstual seba-
untuk digunakan sebagai alat ukur.
nyak lima pertemuan, semakin ba-
Sebelum menganalisis data,
nyak siswa yang merasa yakin untuk
peneliti sebelumnya melakukan uji
menjawab
persoalan
matematika
keabsahan/validitas data yang me-
yang melibatkan berpikir kritis.
nekankan pada uji kredibilitas berupa
Hal yang sama juga terjadi
perpanjangan pengamatan, mening-
pada hasil skala self-efficacy berpikir
katkan ketekunan dalam penelitian,
kritis siswa, yang menunjukkan bah-
triangulasi, dan menggunakan bahan
wa sebelum memperoleh Pembela-
refrensi. Analisis data pada pene-
jaran Socrates Kontekstual pada per-
litian ini mengacu pada konsep
temuan pertama, secara total 7,407%
Milles dan Huberman (2007:16)
siswa berkategori tinggi, dan pada
yang terdiri dari tiga langkah, yaitu
pertemuan ketujuh semakin banyak
reduksi data, penyajian data, dan
siswa yang berada pada kategori
penarikan kesimpulan.
tinggi,
yaitu
Selanjutnya, HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi
25,926%.
peningkatan
pada
kategori tinggi juga terlihat pada
Dalam penelitian ini, data yang
dimensi
magnitude,
yaitu
pada
dianalisis adalah data yang diperoleh
pertemuan pertama 3,704% siswa
dari jurnal awal sebelum pembela-
memiliki kategoti tinggi, dan pada
jaran,
hasil
pengamatan
proses
pembelajaran Socrates Kontekstual, skala
self-effiacy
berpikir
kritis
siswa, serta hasil wawancara. Hasil jurnal siswa menunjukkan bahwa sebelum memperoleh Pembelajaran Socrates Kontekstual pada pertemuan kedua, sebagian besar siswa merasa tidak yakin dan kurang yakin untuk dapat menjawab
pertemuan ketujuh menjadi 33,333% siswa yang memiliki kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan data hasil pengamatan pada proses Pembelajaran Socrates Kontekstual dari pertemuan pertama hingga ketujuh yang menunjukkan bahwa dimensi self-efficacy
berpikir
kritis
yang
dominan muncul pada Pembelajaran
adalah
dimensi magnitude, sedangkan di-
magnitude, yaitu taraf keyakinan
mensi strength dan generality tidak
individu terhadap kemampuan dalam
muncul. Pada dimensi magnitude, X
menentukan tingkat kesulitan per-
juga hanya memunculkan indikator
soalan berpikir kritis.
merasa berminat dalam menjawab
Socrates
Kontekstual
Pada Pembelajaran Socrates
persoalan matematika yang melibat-
Kontekstual dari pertemuan pertama
kan berpikir kritis. Minatnya muncul
hingga pertemuan ketujuh, ada siswa
ketika guru memberikan persoalan-
yang hanya memunculkan beberapa
persoalan
indikator self-efficacy berpikir kritis-
permainan, yaitu pada pertemuan
nya, dan ada juga siswa yang me-
pertama, ketiga, dan kelima. Akan
munculkan semua indikator self-
tetapi, pada pertemuan ketiga dan
efficacy berpikir kritis. Oleh karena-
kelima,
nya, terdapat siswa yang memiliki
diikuti dengan permainan, ia tidak
self-efficacy berpikir kritis tergolong
bersungguh-sungguh menjawab soal-
tinggi, sedang, dan rendah. Seperti
soal tersebut karena sering menga-
yang diungkapkan Baron dan Byrne,
lami kesulitan dalam menjawabnya.
diskusi
yang
meskipun
diikuti
pembelajaran
individu
Berdasarkan hasil wawancara,
memiliki efikasi diri yang berbeda-
X lebih menyukai permainan pada
beda pada situasi yang berbeda.
pertemuan pertama, karena lebih seru
Situasi yang dimaksud dalam hal ini
dan mudah dibandingkan pada per-
adalah
Pembelajaran
Socrates
temuan ketiga dan kelima, yang
dengan
pendekatan
Kontekstual.
sering mengalami kesulitan dalam
Dari tujuh kali pertemuan, terdapat
menjawabnya. Jika sudah mengalami
delapan siswa yang menggambarkan
kesulitan, X mengakui bahwa dirinya
self-efficacy
kritisnya,
menjadi tidak tertarik lagi dan akan
diantaranya adalah siswa dengan
menyerah. Hal ini menandakan bah-
kode A, C, E, K, L, M, V, dan X.
wa X memiliki keyakinan yang ren-
(2000),
bahwa
berpikir
self-
dah terhadap kemampuannya dalam
berpikir kritis tergolong
mengatasi masalah atau kesulitan
Siswa efficacy
setiap
yang memiliki
rendah adalah X. Dimensi self-
yang
efficacy yang muncul pada X adalah
berpikir
muncul kritis
akibat
persoalan
(strength),
dan
menganggap kegagalan sebagai bagi-
Selanjutnya, siswa yang memi-
an dari kemampuan yang kurang
liki self-efficacy berpikir kritis tergo-
dimiliki dalam melakukan sesuatu
long sedang adalah A, C, E, dan K.
yang dihadapi. Seperti yang diung-
Dimensi self-efficacy berpikir kritis
kapkan Dewanto (2007), self-efficacy
yang muncul pada A adalah dimensi
akan memengaruhi pola pikir dan
magnitude dengan indikator merasa
reaksi emosional, seseorang yang
berminat dan merasa yakin dalam
memiliki self-efficacy rendah akan
menjawab persoalan yang melibat-
mudah
meng-
kan berpikir kritis. Rasa minat yang
hadapi masalah, dan mempunyai su-
dimiliki A ditunjukkan dari kecen-
atu visi yang sempit tentang apa
derungannya
yang terbaik untuk menyelesaikan
menjawab persoalan yang diberikan
masalah itu.
guru. Menurut Suryabrata (1988:
menyerah
dalam
mengajukan
diri
persoalan-
109), minat sebagai kecenderungan
persoalan berpikir kritis, X juga me-
dalam diri individu untuk tertarik
ragukan kemampuannya untuk dapat
pada suatu objek atau menyenangi
menjawab soal-soal tersebut. Ber-
suatu obyek. Hal ini sesuai dengan
dasarkan penelitian yang dilakukan
hasil wawancara yang diperoleh,
Victoriana (2012), individu yang me-
bahwa A selalu penasaran dengan
ragukan kemampuannya dalam area
soal-soal
yang
kegiatan tertentu, akan menarik diri
sehingga
merasa
dari tugas sulit, merasa sulit untuk
menginterpretasi maksud soal. Rasa
memotivasi dirinya sendiri, mengen-
penasaran tersebut merupakan suatu
durkan usahanya, atau menjadi ter-
kecenderungan
lalu cepat menyerah ketika mengha-
dirinya, sehingga menggerakkan A
dapi rintangan. Kemudian, berdasar-
untuk tertarik mencari jawaban dari
kan hasil jurnal awal, X mengung-
suatu persoalan, yang menandakan
kapkan bahwa ia merasa tidak yakin
bahwa A merasa berminat dalam
untuk menjawab per-soalan berpikir
menjawab persoalan berpikir kritis
kritis yang dihadapinya, dan hasil
yang dihadapi.
Saat
menjawab
skala self-efficacy berpikir kritis juga menunjukkan pada kategori rendah.
diberikan
guru,
tertarik
untuk
yang
ada
dalam
Kemudian, A juga memiliki rasa yakin untuk menjawab soal-soal
berpikir kritis yang diberikan. Ketika
dap kemampuan dalam menggene-
guru memberikan suatu persoalan
ralisasikan tugas dan pengalaman
yang
sebelumnya dalam menjawab per-
belum
diajarkan
langkah-
langkah penyelesaiannya, A memi-
soalan berpikir kritis (generality).
liki rasa yakin untuk dapat meng-
Akan tetapi, A kurang me-
analisis soal, dengan cara mencari
ningkatkan upaya dalam menjawab
hubungan keterkaitan setiap infor-
persoalan yang melibatkan berpikir
masi
soal,
kritis. Hal ini ditunjukkan ketika per-
menentukan
soalan-persoalan berpikir kritis disa-
langkah penyelesaian yang tepat.
jikan dalam diskusi biasa yang tidak
Selanjutnya, diperkuat dari hasil
melibatkan permainan, A merasa bo-
jurnal awal, yang selalu merasa
san dan tidak nyaman sehingga men-
yakin dan skala self-efficacy berpikir
jadikan dirinya mudah menyerah
kritis pada dimensi magnitude yang
ketika menemukan kesulitan dalam
menunjukkan kategori sedang.
menjawab suatu persoalan. Hal ini
yang
kemudian
terdapat mencoba
pada
jawaban
menandakan bahwa kurangnya keya-
jurnal awal, A mengakui bahwa pada
kinan yang dimiliki A terhadap ke-
saat di rumah ia telah belajar terlebih
mampuan dalam mengatasi masalah
dahulu, sehingga ia merasa yakin
atau kesulitan yang muncul akibat
untuk dapat menjawab persoalan
persoalan berpikir kritis (strength).
Berdasarkan
hasil
yang akan dihadapi. Hal ini menan-
Kemudian, hasil skala self-
menggunakan
efficacy berpikir kritis pada masing-
pengetahuan yang telah diperoleh
masing dimensi berkategori sedang.
sebelumnya untuk menjawab per-
Berdasarkan dimensi dan beberapa
soalan yang dihadapi. Hal ini sesuai
indikator self-efficacy berpikir kritis
dengan indikator self-efficacy yang
yang muncul pada A, serta hasil
diadaptasi oleh Sudrajat (2008), yaitu
skala self-efficacy berpikir kritis,
A berpedoman pada pengalaman
menandakan
belajar sebelumnya saat menjawab
berpikir kritis A termasuk dalam
persoalan
kategori sedang.
dakan
bahwa
A
berpikir
kritis
yang
dihadapi. Hal ini juga menandakan bahwa A memiliki keyakinan terha-
Informan
bahwa
yang
self-efficacy
selanjutnya
adalah C dan K. Informan C dan K
baik
Indikator-indikator tersebut di-
terhadap kemampuan dalam menen-
tunjukkan pada saat menjawab per-
tukan tingkat kesulitan persoalan
soalan-persoalan dalam diskusi, baik
berpikir kritis (dimensi magnitude).
soal-soal yang terdapat pada LKS
Hal ini terlihat dari indikator merasa
ataupun soal-soal yang melibatkan
berminat,
dan
permainan. Aktivitas-aktivitas yang
merasa yakin yang muncul pada C
ada dalam diskusi, seperti menye-
dan K. Selain itu, mereka juga
lesaikan soal pada LKS ataupun
memunculkan indikator meningkat-
menyelesaikan
kan
tidak
permainan, memberikan keleluasaan
menjawab
pada C dan K dalam belajar. Ber-
persoalan yang melibatkan berpikir
dasarkan hasil wawancara, C merasa
kritis. Hal ini menandakan bahwa C
diberi kesempatan untuk mencoba
dan K memiliki keyakinan yang
menjawab soal yang dihadapi, tidak
kurang baik terhadap kemampuan
merasa takut dan tertekan, sehingga
dalam
atau
membuat diri mereka merasa ber-
akibat
minat untuk menjawab soal berpikir
persoalan berpikir kritis (strength).
kritis yang dihadapi, sedangkan K
Begitu juga pada taraf keyakinan
mengatakan bahwa dirinya menyukai
yang
pembelajaran
memiliki
keyakinan
merasa
upaya,
optimis,
akan
berkomitmen
tetapi
dalam
mengatasi
kesulitan
yang
yang
mereka
masalah muncul
miliki
ter-hadap
persoalan
dengan
cara
dalam
ber-
menggene-
kelompok, karena menurut K, ia
ralisasikan tugas dan pengalaman
merasa nyaman ketika berdiskusi
sebelumnya dalam menjawab per-
dengan teman-teman kelompoknya
soalan berpikir kritis (generality).
untuk menjawab persoalan yang
Pada dimensi generality ini, in-
dihadapi. Menurut Alwisol, (2009:
dikator yang muncul hanya berpe-
288) keadaan emosi yang mengikuti
doman pada pengalaman belajar
suatu kegiatan akan me-mengaruhi
sebelumnya,
indikator
self–efficacy di bidang kegiatan itu.
kondisi
Selain itu Bandura juga mengatakan
beragam dengan cara positif dalam
bahwa adanya model sosial berupa
menjawab persoalan yang melibat-
pengalaman
kan berpikir kritis tidak muncul.
pengaruh teman sebaya juga ikut
kemampuan
menyikapi
dalam
sedangkan situasi
dan
individu
lain,
yaitu
memberikan pengaruh ter-hadap self-
terlihat baik jika persoalan tersebut
efficacy di bidang kegi-atan itu. Hal
dikemas dalam bentuk permainan.
ini menandakan bahwa kegiatan
Menurut
diskusi memengaruhi self-efficacy
pembelajaran melalui bermain, dapat
berpikir kritis yang dimiliki C dan K
melepaskan ketegangan-ketegangan
untuk menjawab persoalan yang
yang dialami anak, karena banyak-
dihadapi.
nya larangan yang harus ia hadapi
Berdasarkan beberapa indika-
Hildayani
(2008:11-12),
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
tor self-efficacy berpikir kritis yang
demikian,
muncul pada C dan K, dan diperkuat
kontekstual yang diikuti permainan,
dari hasil skala self-efficacy berpikir
membuat E merasa nyaman dan tidak
kritis secara total yang berada pada
tegang.
kategori sedang, menunjukkan bah-
pendapat Bandura, bahwa kondisi
wa self-efficacy berpikir kritis yang
emosi yang baik akan memengaruhi
dimiliki C dan K berada pada
self-efficacy siswa, dalam hal ini
kategori sedang.
adalah
Informan selanjutnya adalah E. Pada dimensi magnitude, indikator
pembelajaran
Hal
ini
Socrates
sesuai
keyakinan
yang
dengan
dimiliki
siswa untuk menjawab soal berpikir kritis yang dihadapi.
yang
Selanjutnya, ketika E menemu-
muncul adalah merasa berminat,
kan kesulitan atau kejanggalan dalam
merasa optimis, dan merasa yakin
menjawab persoalan-persoalan berpi-
dalam menjawab persoalan berpikir
kir kritis, E mencari informasi dari
kritis yang dihadapi. Rasa berminat,
guru atau teman untuk mendapatkan
optimis, dan yakin yang dimiliki E
ide dalam menyelesaikan soal. Hal
lebih dominan ditunjukkan pada
ini
pertemuan-pertemuan yang diskusi-
mampu meningkatkan upaya untuk
nya diikuti dengan permainan. Hal
menyelesaikan
ini menandakan bahwa taraf keya-
kritis. Akan tetapi, E memiliki
kinan E terhadap kemampuannya
komitmen yang kurang dalam menja-
dalam menentukan tingkat kesulitan
wab
persoalan
berpikir
yang
berpikir kritis. Hal ini menandakan
dihadapi
(dimensi
magnitude),
bahwa E memiliki keyakinan yang
self-efficacy
berpikir
kritis
kritis
menandakan
persoalan
bahwa E juga
persoalan
yang
berpikir
melibatkan
kurang baik terhadap kemampuannya
efficacy berpikir kritis yang muncul
mengatasi masalah atau kesulitan
pada L, M, dan V yaitu merasa ber-
yang muncul akibat pertanyaan yang
minat, merasa optimis, merasa yakin,
melibatkan berpikir kritis (strength).
dapat meningkatkan upaya, memiliki
yang
komitmen, menyikapi situasi dan
dimiliki E pada dimensi strength
kondisi beragam dengan cara positif,
kurang baik, akan tetapi E memiliki
serta berpedoman pada pengalaman
keyakinan yang baik terhadap ke-
belajar sebelumnya dalam menjawab
mampuan dalam menggeneralisasi-
persoalan yang melibatkan berpikir
kan tugas dan pengalaman sebelum-
kritis. Hasil skala self-efficacy ber-
nya dalam berpikir kritis (generali-
pikir kritis yang dimiliki L, M, dan V
ty). Hal ini terlihat dari indikator
setelah mengikuti Pembelajaran So-
menyikapi situasi dan kondisi ber-
crates Kontekstual, secara total juga
agam dengan cara positif serta ber-
me-nunjukkan dalam kategori tinggi.
pedoman pada pengalaman belajar
Individu yang memiliki self-efficacy
sebelumnya dalam menjawab per-
tinggi akan memandang persoalan
soalan berpikir kritis yang muncul
sebagai
pada E.
bukan ancaman yang harus dihindari
Meskipun
keyakinan
tantangan
untuk
diatasi
Berdasarkan beberapa indika-
(Victoriana, 2012:6). Oleh karena
tor self-efficacy berpikir kritis yang
itu, L, M, dan V memiliki keyakinan
muncul pada E dan hasil skala self-
yang
efficacy berpikir kritis menunjukkan
dalam menentukan tingkat kesulitan
bahwa self-efficacy berpikir kritis E
persoalan berpikir kritis (magnitude),
berada pada kategori sedang.
kemampuan dalam mengatasi masa-
Selanjutnya, siswa yang memi-
baik
terhadap
kemampuan
lah atau kesulitan yang muncul aki-
liki self-efficacy berpikir kritis ter-
bat
golong tinggi adalah L, M, dan V.
(strength), serta kemampuan dalam
Mereka memiliki keyakinan yang
menggeneralisasikan tugas dan pe-
baik
ngalaman sebelumnya (generality).
pada
ketiga
dimensi
self-
persoalan
berpikir
kritis
efficacy, yaitu dimensi magnitude, strength, dan generality. Hal ini terlihat dari indikator-indikator self-
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan,
disimpulkan
bahwa
Pembelajaran Socrates Kontekstual dapat
memunculkan
self-efficacy
berpikir kritis siswa. Secara umum dimensi self-efficacy berpikir kritis siswa yang dominan muncul pada Pembelajaran Socrates Kontekstual adalah
magnitude,
yaitu
taraf
keyakinan siswa terhadap kemampuan
dalam
menentukan
tingkat
kesulitan persoalan berpikir kritis.
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bandura, Albert. 2002. Self efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman & Company. Baron, R. A., & Byrne, D. 2000. Social psychology (9th edition). Massachusetts: Allyn & Bacon. Dewanto. S. P. 2007. Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis Mahasiswa melalui Belajar Berbasis Masalah. Disertasi. Bandung: UPI.
Endyah, Murniati. 2007. Kesiapan belajar Matematika di Sekolah Dasar. Surabaya: Surabaya Intelektual Club (SIC). Ennis, R.H. 1996. A Critical Thinking. New York: Freeman. Hildayani, Rini. 2008. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Media Utama. Miles B. Matthew dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sudrajat, D. 2008. Program Pengembangan Self-Efficacy bagi Konselor di SMA Negeri Se-Kota Bandung. Tesis. Bandung: UPI. Suryabrata, Sumadi, 1988. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Victoriana, Evany. 2012. Studi Kasus Mengenai Self-Efficacy Untuk Menguasai Mata Kuliah Psikodiagnostika Umum pada Mahasiswa Magister Profesi Psikologi di Universitas “X”. [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id. Diakses Minggu, 28 Desember 2014. Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Siswa. Disertasi. Bandung: UPI.