e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ni Kt. Maha Putri Widiantari1, I Md. Suarjana2, Nym. Kusmariyatni3 1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, untuk mengetahui upaya-upaya guru agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan upaya-upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV yang berjumlah 24 orang. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran matematika, upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematika, dan kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sebesar 55,04 tergolong Rendah, dengan indikator tertinggi adalah indikator menganalisis pertanyaan sebesar 82,99% dan indikator terendah adalah indikator mengidentifikasi asumsi sebesar 0%. (2) upayaupaya yang dilakukan guru di SD Negeri 2 Pemaron untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis, yaitu memberikan soal terbuka dan memberikan bimbingan belajar. (3) kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu fasilitas sekolah kurang memadai, dan kurang perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anak-anaknya. Kata kunci: matematika, kemampuan, berpikir kritis. Abstract This research aims to know the critical thinking ability of the students, to knowing the efforts undertaken of teacher in order that critical thinking ability of the students could flourish, and to knowing the constraints faced by teacher and students in efforts implementation the development of critical thinking ability of students class IV in mathematics learning in SD Negeri 2 Pemaron of subdistrict Buleleng. the subjects of this research is teacher and student 24 person. the object of this research is the critical thinking ability of the students in mathematics learning, the efforts made to develop the critical thinking ability of mathematics, and the constraints facing in efforts improving the critical thinking ability of mathematics. data collection methods used are observations, tests and interviews. Data analysis techniques in this research the using qualitative descriptive and quantitative descriptive. The results of this study suggest that (1) the average ability critical thinking of the students class IV of 55,04 belongs to low, with the highest indicator is an indicator analyze the question of 82.99% and the lowest indicator is an indicator identifying the assumption of 0%. (2) the efforts made the teacher in SD Negeri 2 Pemaron for the develop of critical thinking ability, i.e. giving open text and provides tutoring. (3) the obstacle facing teacher and students in the development of
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 critical thinking ability of the students, i.e. inadequate facilities, and supervision parental less of their children's learning activities. Keywords: mathematics, ability, critical thinking
PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Trianto (2008:3) mengungkapkan bahwa “Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang”. Adapun tujuan pendidikan seyogyanya harus menyiapkan individu agar dapat membentuk manusia berwawasan luas, sehingga mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta dapat memberikan solusi untuk permasalahan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, diselenggarakanlah rangkaian kependidikan, baik formal maupun non formal. Pendidikan formal dalam proses belajar dan pembelajaran meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan diantaranya ilmu agama, sains, sosial, bahasa dan matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI sebagaimana dikatakan Prihandoko (2006:1) bahwa “Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain”. Mata pelajaran matematika perlu di berikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika yaitu meningkatkan kemampuan dasar matematika, kemampuan dasar yang dimaksud adalah kemampuan bernalar matematika. Untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa, hendaknya siswa diarahkan untuk mengamati, menebak, berbuat, mencoba, maupun menjawab pertanyaan, dengan ini diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Berpikir yang diarahkan melalui pembelajaran di sekolah dasar adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir kritis (critical thinking).
Yaumi (2012:67) menyatakan, “Berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif dalam pengambilan kesimpulan berdasarkan alasan logis dan bukti empiris”. Pengertian berpikir kritis tersebut dilengkapi lagi oleh Eggen dan Don (2012) bahwa pada kesimpulan yang dibuat juga cenderung dilakukan asesmen (penilaian) berdasarkan bukti. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu memahami, memecahkan masalah, mengambil keputusan, serta meneliti permasalahan yang diberikan sehingga mereka mampu menolong dirinya atau orang lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi (Rosalina, 2008). Karena berpikir kritis itu tidak hanya terjadi dalam dunia ilmiah melainkan juga dalam pengalaman kehidupan sehari-hari (Molan, 2012). Berdasarkan pendapat ahli tersebut, kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah dan pengambilan kesimpulan dari berbagai aspek dan sudut pandang yang dihadapinya. Dalam pembelajaran matematika keterampilan berpikir kritis hendaknya perlu dilatih/diajarkan sejak sd. Puskur (dalam Lambertus, 2009:136) menyatakan, “Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar adalah pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penerapan matematika dalam menyelesaikan masalah”. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan untuk memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya dengan mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menginterpretasikan pemikirannya menjadi lebih baik sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dalam mengerjakan permasalahan matematika bisa diminimalisir. Materi dan tahap-tahap kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan di sekolah dasar disederhanakan dan disesuaikan dengan tingkat kognitif dan kemampuan peserta 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 didik di sekolah dasar yang masih berada pada tahap operasional konkret (Yaumi, 2012). Pada penelitian ini kemampuan berpikir kritis hanya diukur berdasarkan enam indikator dari Enis (dalam Pritasari, 2011), yaitu (1) menganalisis pertanyaan, (2) memfokuskan pertanyaan, (3) mengidentifikasi asumsi, (4) menulis jawaban atau solusi dari permasalahan soal, (5) menarik kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh, dan (6) menentukan alternatif-alternatif cara lain dalam menyelesaikan masalah. Muhfahroyin (2009:90) menyatakan, “Pelatihan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan kesuksesan hasil belajar siswa, dimana kepercayaan diri, minat dan semangat siswa akan mengubah cara pandangnya untuk memecahkan masalah-masalah matematika yang dihadapi menjadi lebih menyenangkan”. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 2 Pemaron pada hari kamis tanggal 7 januari 2016, salah satu kemampuan siswa yang masih rendah yaitu kemampuan berpikir kritis. Dari catatan dokumen siswa kelas IV SD Negeri 2 Pemaron, nilai rata- rata ulangan tengan semester siswa pada mata pelajaran matematika adalah 65 dimana KKM dari mata pelajaran matematika di kelas IV yaitu 60. Dari 24 siswa terdapat 9 siswa yang memperoleh nilai ulangan tengah semester dibawah KKM. Pada saat observasi dilakukan ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran, guru jarang menggunakan media/alat peraga untuk menjelaskan materi pelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran bersifat pasif sehingga peserta didik tidak terampil (Yaumi, 2012). Pembelajaran yang masih didominasi oleh guru kadang-kadang juga tidak dapat membangkitkan aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar. Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan belajar siswa. Untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, guru harus lebih peka terhadap inovasi dalam pendidikan. Karena pendidikan
merupakan faktor penentu kemajuan bangsa yang menghasilkan sumber daya manusia berkulitas. Kemampuan awal siswa/peserta didik dalam pembelajaran hanya diketahui oleh guru/pendidiknya sehingga tindakan yang tepat dilakukan agar kemampuan siswa/peserta didik berkembang juga lebih diketahui oleh pendidik. Oleh karena itu, guru menjadi penentu atau yang berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada intinya dalam pembelajaran yang dilakukan guru seharusnya lebih difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan uraian kemampuan berpikir kritis di atas maka analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan. Oleh karena itu dilakukan suatu penelitian yang tujuan untuk (1) mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016, (2) untuk mengetahui upayaupaya yang dilaksanakan guru agar kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat berkembang, dan (3) untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pelaksanaan upaya-upaya pengembangan kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE Jenis penelitian yang dilaksanakan merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskripitif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh keadaan saat ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Dianalisis secara analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika, maka penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 dan tempat penelitian di SD Negeri 2 Pemaron, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Pemaron yang berjumlah 24 orang. Pada penelitian ini hanya diambil satu kelas sebagai sumber data. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan prosedur purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2009). Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron, upaya-upaya yang dilaksanakan guru agar kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika dapat berkembang, dan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pelaksanaan upaya-upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika. Data penelitian dikumpulkan dengan metode observasi, tes dan wawancara. Observasi dilaksanakan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan antara siswa dan guru saat di dalam kelas. Observasi dilakukan selama 2 kali pertemuan. Tes yang digunakan untuk memperoleh kemampuan berpikir kritis siswa adalah tes uraian yang berjumlah 3 butir. Tes dibuat berdasarkan indikatorindikator kemampuan berpikir kritis yang meliputi menganalisis pertanyaan, memfokuskan pertanyaan, mengidentifikasi asumsi, menuliskan jawaban atau solusi dari permasalahan soal menarik kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh, dan menentukan alternative-alternatif/cara lain dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan wawancara diberikan kepada siswa dan guru matematika kelas IV. Terkait dengan metode pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen pengumpulan datanya adalah tes uraian (esay). Pedoman observasi berupa checklist sehingga hasil observasi lebih sistematis. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berisi pertanyaanpertanyaan pokok yang akan berkembang ketika proses wawancara berlangsung. Berdasarkan metode dan instrumen pengumpulan data, data utama yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa skor kemampuan berpikir kritis. Pada kegiatan observasi dan wawancara diperoleh informasi tentang upaya-upaya yang dilakukan guru agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang. Melalui wawancara juga ditemukan permasalahan mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah data hasil tes dan observasi. Analisis data kualitatif digunakan untuk mengolah data hasil wawancara. Dalam penelitian, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacammacam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Metode analisis data ini menggunakan metode analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:247) yang mencakup tiga kegiatan secara bersamaan yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Data berupa skor tes kemampuan berpikir kritis dianalisis menurut pedoman penskoran yang telah disediakan. Datadata hasil observasi pada tabel observasi skala lima juga dianalisis menurut pedoman penskoran yang telah disediakan. Skor tes kemampuan berpikir kritis kembali dianalisis per indikator untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika secara mendalam. Rata-rata skor (mean) hasil tes siswa secara klasikal ini akan dikonversikan berdasarkan penilaian acuan patokan (PAP) skala lima berikut.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 1 Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tentang Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Persentase Penguasaan 90 – 100 80 - 89 65 - 79 55 - 64 00 – 54
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Setelah dianalisis data-data tersebut kemudian diuraikan dan dibuat kesimpulan.
siswa. Data kemampuan berpikir kritis dikumpulkan dengan tes uraian kemampuan berpikir kritis yang mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis, masing-masing indikator harus dianalisis untuk mengetahui persentase keberhasilan peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Berikut ini disajikan tabel hasil analisis per indikator kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berisi deskripsi data hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa, upaya-upaya yang dilakukan guru agar kemampuan berpikir kritis dapat berkembang, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis
Tabel 2 Hasil Analisis Per Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematika di SD Negeri 2 Pemaron. Nomor 1 2 3 4 5 6
Indikator Menganalisis Pertanyaan Memfokuskan Pertanyaan Mengidentifikasi Asumsi
Persentase 82,99% 78,47% 0%
Menuliskan Jawaban atau Solusi dari Permasalahan Soal Menarik Kesimpulan dari Solusi Permasalahan Yang Telah Diperoleh Menentukan alternatif-alternatif/cara lain dalam menyelesaikan masalah
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bawa indikator “menganalisis pertanyaan”, “memfokuskan pertanyaan”, “mengidentifikasi asumsi”, “menuliskan jawaban atau solusi dari permasalahan soal”, “menarik kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh”, dan “menentukan alternatif- alternatif cara lain dalam menyelesaikan masalah memiliki kategori yang berbeda”. Dari enam indikator diatas indikator yang memperoleh nilai tertinggi adalah indikator “menganalisis pertanyaan” sebesar 82,99% dengan
68,75%
Kategori Tinggi Sedang Sangat Rendah Sedang
62,15%
Rendah
40,28%
Sangat Rendah
kategori tinggi sedangkan indikator yang memperoleh nilai terendah adalah indikator “mengidentifikasi asumsi” sebesar 0% dengan kategori sangat rendah. Data hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pemaron. Nomor 1 2 3 4 5 6
Rentang Nilai 3-15 16-28 29-41 42-54 55-67 68-80 Jumlah
Frekuensi (f) 1 0 4 5 8 6 24
Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai yang diperoleh siswa cenderung bervariasi. Nilai tertinggi yang berkisar antara 68-80 diperoleh sekitar 6 peserta didik sedangkan nilai terendah yang berkisar 3-15 diperoleh sekitar 1 orang. Upaya-upaya yang dilakukan guru agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang diketahui melalui observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa proses pembelajaran matematika dilakukan dua kali. Hasil observasi pertama dan kedua menunjukkan bahwa cara guru mengajar berada pada kategori cukup baik. Hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara keseluruhan upaya-upaya yang dilakukan guru agar kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dapat berkembang yaitu memberikan pendapat yang berbeda, terkadang guru membuat lagu yang berkaitan dengan materi agar siswa lebih senang dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran, melakukan tanya jawab dengan siswa, memberikan bimbingan belajar/les diluar jam sekolah, memberikan soal-soal yang dapat dikerjakan dengan lebih dari satu jawaban atau cara, mendiskusikan jawaban teman. Meskipun demikian ada sebagian siswa yang belum mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya karena tidak semua siswa mempunyai daya serap yang sama di setiap mata pelajaran. Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, guru mengulang materi yang
Nilai Tengah (x) 9 22 35 48 61 74 -
fx 9 0 140 240 488 444 1321
sudah diajarkan agar siswa benar-benar mengerti mengenai materi yang diajarkan. Pada penerapan upaya-upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis, ada beberapa kendala yang dihadapi guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Pemaron. Adapun kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika yaitu belum diadakan penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, fasilitasfasilitas di sekolah kurang memadai, waktu belajar cukup singkat disekolah, komunikasi dengan orang tua masih kurang, tidak mendapat perhatian khusus dari orang tua siswa tersebut ketika siswa belajar dirumah dan respon siswa terhadap pertanyaan guru masih kurang. Hasil wawancara dengan siswa kelas IV yang memperoleh nilai tertinggi dan terendah terdapat kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika yaitu siswa lupa cara membuat langkah-langkah mengerjakan soal, siswa kesulitan menyelesaikan dengan jawaban lain, siswa juga masih kesulitan dalam menyamakan penyebut, mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal, dan mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa. Secara lebih spesifik kendala-kendala siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis meliputi kendala-kendala pada indikator-indikator yang perlu dikembangkan yaitu “memfokuskan pertanyaan”, “mengidentifikasi asumsi”, “menuliskan jawaban dari permasalahan dalam soal”, “menentukan kesimpulan dari permasalahan yang telah diperoleh”, dan 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 “menentukan altrenatif-alternatif/cara lain dalam menyelesaikan masalah”. Kendala yang paling banyak dihadapi siswa yaitu kendala pada indikator “mengidentifikasi asumsi”. Pada saat mengerjakan soal semua siswa tidak dapat mengidentifikasi asumsi dengan menentukan dan menerapkan konsep/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah hal itu terjadi karena guru tidak mengetahui teknik, prosedur, dan instrumen penilaian berpikir kritis sehingga siswa hanya dilatih untuk mengerjakan soal-soal biasa. Selain itu kendala-kendala yang dihadapi siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika pada saat menentukan alternatif-alternatif/cara lain dalam menyelesaikan masalah kebanyakan siswa hanya menjawab satu cara tanpa membuat cara lain dalam mengerjakan tes hal ini dikarenakan kemampuan siswa hanya sebatas apa yang diingat saja sehingga siswa mengerjakan dengan cara yang menurut mereka mudah. Analisis kemampuan berpikir kritis diperoleh hasil tes peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Pemaron kurang memuaskan, hal ini terlihat dari nilai-nilai peserta didik. Nilai tertinggi diperoleh adalah 79,17 dan nilai terendah adalah 2,78. Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis sebesar 55,04% dengan kategori rendah. Dari 24 peserta didik, 10 orang peserta didik atau 41,67% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 14 orang peserta didik atau 58,33% peserta didik memperoleh nilai diatas rata-rata. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik, maka dilakukan analisis terhadap indikatorindikator yang diteskan. Indikator-indikator tersebut meliputi indikator “menganalisis pertanyaan”, “memfokuskan pertanyaan”, “mengidentifikasi asumsi”, “menuliskan jawaban atau solusi dari permasalahan soal”, “menarik kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh”, dan “menentukan alternatif- alternatif cara lain dalam menyelesaikan masalah”. Dalam hal “menganalisis pertanyaan”, peserta didik yang dapat mengerjakan dengan benar adalah 82,99%. Ini berarti siswa sudah mampu menganalisis pertanyaan dengan dengan
mengidentifikasi seluruh informasi dan menuliskan tepat sekaligus benar pada bagain diketahui. Hasil wawacara dan observasi ditemukan penyebab siswa lain belum mampu menganalisis pertanyaan dengan cara menuliskan diketahui yaitu kemampuan siswa dalam memaknai bahasa soal masih kurang dan mereka tidak dapat mendeskripsikan soal cerita kedalam model matematika. Dalam hal “memfokuskan pertanyaan”, peserta didik yang dapat mengerjakan dengan benar adalah 78,47% termasuk dalam kategori sedang. Hal ini berarti siswa sudah cukup mampu memfokuskan pertanyaan dengan merumuskan masalah atau pertanyaan dan menuliskan kalimat yang benar sekaligus tanda baca yang tepat pada bagian ditanya. Termasuk dalam kategori sedang penyebabnya yaitu siswa menuliskan kalimat tidak lengkap dalam memfokuskan pertanyaan pada saat membuat ditanya karena siswa kurang cermat dan teliti dalam mengerjakannya selain itu siswa tidak dapat mendeskripsikan soal cerita kedalam model matematika. Dalam hal “mengidentifikasi asumsi”, peserta didik yang dapat mengerjakan dengan benar adalah 0% termasuk dalam kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak mampu mengidentifikasi asumsi dengan menentukan konsep/definisi/teorema dalam menyelesaikan permasalahan dan tidak menuliskan pada bagian jawaban. Hal ini dikarenakan tidak ada siswa yang menuliskan konsep/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah pada bagian jawaban dan guru juga tidak mengetahui dan tidak mengajarkan teknik, prosedur, dan instrumen penilaian berpikir kritis sehingga guru hanya memberikan siswa latihan soal dengan soal-soal biasa. Dalam hal “menuliskan jawaban atau solusi dari permasalahan dalam soal”, peserta didik yang dapat mengerjakan dengan benar sebanyak 68,75% termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah cukup mampu menuliskan jawaban atau solusi dari permasalahan dalam soal dengan menunjukkan hasil utama dan prosedur dengan benar pada bagian jawaban. 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Termasuk kategori sedang karena siswa lupa langkah-langkah dalam mengerjakan soal sehingga siswa kesulitan dalam memperoleh hasil akhirnya. Siswa kurang memahami soal cerita sehingga siswa sulit untuk menyelesaikannya. Dalam hal “menarik kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh”, peserta didik yang dapat mengerjakan dengan benar adalah 62,15% termasuk dalam kategori rendah. Ini menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menarik kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh dengan menentukan kesimpulan dari solusi permasalahan dengan benar dan kalimat sekaligus jawabannya benar. Siswa dalam menentukan kesimpulan dari solusi permasalahan dalam soal sering kurang lengkap, terburu-buru dan salah tulis dalam menyebutkan hasilnya. Dalam hal “menentukan alternatifalternatif/cara lain dalam menyelesaikan masalah”, peserta didik yang dapat mengerjakan dengan benar adalah 40,28% termasuk dalam kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu menentukan alternatifalternatif/cara lain dalam menyelesaikan masalah. Termasuk dalam kategori sangat rendah dikarenakan dalam mengerjakan soal siswa hanya menulis satu jawaban tanpa menuliskan alternatif/cara lain dalam mengerjakan soal disamping itu kemampuan siswa hanya sebatas apa yang diingat saja sehingga siswa mengerjakan dengan cara yang menurut mereka mudah. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada indikator yang belum bisa dikerjakan siswa. Hasil tes rata-rata siswa secara klasikal sebesar 55,04% termasuk dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV di SD Negeri 2 Pemaron dalam pembelajaran matematika perlu di latih lagi agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang. Hasil persentase rata-rata yang diperoleh disekolah minimal harus berada pada kategori tinggi agar siswa dikatakan mampu berpikir secara kritis. Johnson (dalam Lambertus, 2009) menyatakan bahwa menggunakan keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi (berpikir
tingkat tinggi) dalam konteks yang benar mengajarkan kepada siswa kebiasaan berpikir mendalam, kebiasaan menjalani hidup, dengan pendekatan yang cerdas, seimbang, dan dapat dipertanggung jawabkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, kemampuan berpikir kritis siswa masih dapat dikembangkan dengan upayaupaya yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Iskandar, 2009:90) bahwa pemikiran kritis dapat diperbaiki melalui latihan berpikir tingkat tinggi, yaitu dari tingkat aplikasi sampai pada tingkat penilaian (evaluasi). Selain itu, menurut Sagala (dalam Iskandar, 2009:101) dalam proses pembelajaran harus dibangun suasana dialogis dan tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa akan berkembang apabila didukung dengan upaya-upaya yang dilakuan oleh guru. upaya-upaya yang dilakukan sudah sesuai dengan kegiatan inti yang diharapkan. Guru berusaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan memberikan pendapat yang berbeda, terkadang guru membuat lagu yang berkaitan dengan materi agar siswa lebih senang dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran, melakukan tanya jawab dengan siswa agar siswa aktif dalam proses pembelajaran dan melatih siswa agar berani mengemukakan pendapatnya, memberikan bimbingan belajar/les diluar jam sekolah, dan upaya yang terakhir adalah mendiskusikan jawaban teman agar siswa bisa bertukar pikiran dan berkomunikasi dengan temannya sehingga banyak informasi yang diperoleh siswa. Namun metode yang paling sering digunakan guru dalam mengajarkan materi adalah metode ceramah, karena metode ini dianggap paling efektif dalam menjelaskan materi namun membuat peserta didik tidak mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Sumiati (2007) menyatakan ceramah yang baik harus divariasikan dengan metode-metode pembelajaran lain agar memungkinkan siswa aktif dalam melakukan suatu kegiatan. Selain metode ceramah, metode lain yang sering digunakan adalah metode 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 tanya jawab, dengan hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab maka tidak akan mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan siswa akan bersifat pasif. Hal ini sejalan dengan pendapat John Dewey (dalam Yaumi, 2012) menekankan bahwa berpikir kritis merupakan proses yang aktif, maksudnya untuk mengontraskan proses berpikir seseorang dalam menerima atau memperoleh informasi dari pihak lain yang cenderung menerima pasif. Model, strategi, metode atau teknik yang digunakan pendidik pada kegiatan inti pembelajaran harus sesuai dengan pendekatan yang berfokus pada siswa, ranah pembelajaran, dan karakteristik mata pelajaran. Penggunaan media pembelajaran diperlukan agar siswa lebih mudah mengembangkan pengetahuan awal siswa mengingat media pembelajaran yang terbatas akan berpengaruh pada pemahaman konsep-konsep matematika yang tidak optimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2015) penggunaan media atau alat peraga yang lebih variatif akan membuat pelajaran lebih menarik, menjadi lebih konkrit, mudah dipahami dan hasil belajar menjadi lebih bermakna. Upaya-upaya guru dalam melatih kemampuan berpikir siswa perlu dirancang. Latihan berpikir tingkat tinggi ini perlu dirancang oleh guru sebagai pengalaman belajar siswa. Kendala-kendala dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa yang pertama yaitu belum diadakan penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis. Dalam proses pembelajaran guru belum pernah mengadakan penilaian secara khusus hanya untuk mengukur kemampuan berpikir kritis saja. Guru hanya memberikan penilaian biasa tanpa memfokuskan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa kurang dilatih selain itu guru tidak mengetahui teknik/prosedur/instrumen kemampuan berpikir kritis sehingga guru melatih siswa dengan soal-soal biasa. Kendala yang kedua adalah fasilitas yang ada disekolah kurang memadai dan masih sangat perlu disempurnakan. Fasilitas-fasilitas penunjang yang diperlukan di sekolah
dasar antara lain buku pelajaran, media, alat-alat peraga dan fasilitas lainnya. Jika fasilitas yang tersedia disuatu sekolah memadai, maka kemungkinan besar peserta didik akan lebih mudah mengembangkan kemampuan berpikir kritis, namun sebaliknya jika sekolah tidak mempunyai fasilitas-fasilitas penunjang maka peserta didik akan sulit mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Kendala ketiga adalah kurangnya perhatian khusus dari orang tua ketika peserta didik belajar di rumah. Hal ini menyebabkan peserta didik malas belajar dan bertanya karena saat belajar dirumah, peserta didik tidak didampingi oleh orang tuanya. Jika peserta didik malas belajar maka ketika proses pembelajaran berlangsung disekolah peserta didik hanya duduk dan mendengarkan saja tanpa memamami yang diajarkan guru. Ini membuat guru susah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami materi yang diajarkan. Sumiati (2007) menyatakan bahwa apa yang dipelajari seseorang secara cepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu mengajar harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Secara umum kendala-kendala siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menjawab soal disebabkan proses pembelajaran matematika masih dominan menggunakan metode ceramah, dan kondisi pembelajaran matematika tidak berpusat pada siswa sehingga siswa kesulitan memahami konsep matematika. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi guru dalam upaya-upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat diatasi dengan solusi-solusi yang diberikan guru terhadap kendalakendala yang muncul dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa ini artinya guru selalu berupaya agar siswanya mampu berpikir kritis. Kemampuan guru tersebut terkait dengan kompetensi pedagogic guru menurut PP nomor 74 tahun 2008, yaitu pengembangan 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 berbagai potensi peserta didik. Berdasarkan standar kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP), salah satu kemampuan yang harus ditunjukkan siswa melalui bimbingan guru/pendidik adalah kemampuan berpikir kritis.
dan respon siswa terhadap pertanyaan guru masih kurang Ada beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini. Pertama, guru agar mampu memilih dan menerapkan metode maupun media pembelajaran yang inovatif agar siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Kedua, siswa agar lebih banyak berlatih soal-soal matematika yang bervariasi agar semakin terbiasa menyelesaikan berbagai bentuk soal sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ketiga, sekolah agar selalu mendukung proses pembelajaran dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat mempermudah guru dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa serta dapat memperbaiki kualitas dari kegiatan pembelajaran. Dan Keempat, peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut atau penelitian yang sejenis tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam bidang ilmu matematika maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat dibuat dari hasil penelitian ini adalah Kemampuan berpikir kritis siswa di SD Negeri 2 Pemaron secara keseluruhan masih perlu ditingkatkan karena tergolong kategori sedang. Hasil tes yang diperoleh peserta didik kurang memuaskan, hal ini terlihat nilai tertinggi adalah 79,17 dan nilai terendah adalah 2,78. Rata-rata tes kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 55,04% dengan kategori rendah. Dari 24 peserta didik, 41,67% memperoleh nilai dibawah ratarata, dan 58,33% peserta didik memperoleh nilai diatas rata-rata. Indikator dari kemampuan berpikir kritis siswa yang paling tinggi adalah indikator “menganalisis pertanyaan” sebesar 82,99%, dan Indikator dari kemampuan berpikir kritis siswa yang paling rendah adalah indikator “mengidentifikasi asumsi” sebesar 0%. Upaya-upaya yang dilaksanakan guru agar kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron dapat berkembang yaitu memberikan pendapat yang berbeda, membuat lagu yang berkaitan dengan materi agar siswa lebih senang dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran, tanya jawab, memberikan soal-soal yang dapat dikerjakan dengan lebih dari satu jawaban atau lebih dari satu cara, dan mendiskusikan jawaban teman. Selain itu guru juga memberikan bimbingan belajar diluar jam sekolah agar siswa dapat waktu tambahan dalam mempelajari materi sehingga siswa dapat melatih kemampuan berpikir kritisnya lebih banyak lagi. Kendalakendala yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan upaya-upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika yaitu belum diadakan penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, fasilitas yang ada disekolah tidak memadai, tidak mendapat peratian khusus dari orang tua siswa tersebut ketika siswa belajar dirumah,
UCAPAN TERIMAKASIH Diucapkan terimakasih kepada Drs. I Made Suarjana, M.Pd. dan Dra. Nyoman Kusmariyatni, S.Pd., M.Pd. yang selama ini telah memberikan arahan dan bimbingannya. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Ciputat: Gaung persada. Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Matematika di SD.. Jurnal Forum Kependidikan. Vol. 28, No. 02, Hal: 137-141. Palembang:
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Prihandoko, A.Cahya . 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya. Molan, Benyamin. 2012. Logika Ilmu dan Seni Berpikir Kritis. Jakarta: PT Indeks.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfbeta.
Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Sumiati dan Asra. Pembelajaran. Wacana Prima.
2008. Metode Bandung: CV
Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta
11