DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN METODE SOCRATES DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Yulisa1, Tina Yunarti2, Widyastuti2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This naturalistic qualitative research aimed to discribe students’ mathematical critical thinking disposition in Socrates Method and Contextual Approach learning. The subject of this research was students of VII-D class of SMPN 22 Bandarlampung in academic year of 2014/2015 that was determined by purposive sampling. The data of this research were qualitative data about students’ mathematical critical thinking disposition which were gotten by observation recording, questionnaire, interview, and documentation. The data analysis was done in four stages, which were coding, reducting, displaying, and verifying data. Based on this research, it can be concluded that Socrates Method and Contextual Approach learning can bring out the mathematical critical thinking disposition of students who have self confidence. Penelitian kualitatif naturalistik ini bertujuan untuk mendeskripsikan disposisi berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran dengan Metode Socrates dan Pendekatan Kontekstual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP Negeri 22 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/ 2015 yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data penelitian ini merupakan data kualitatif mengenai disposisi berpikir kritis matematis siswa yang diperoleh melalui catatan lapangan, angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dalam empat tahap, yaitu memberi kode, mereduksi, menyajikan, dan memverifikasi data. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan Metode Socrates dan Pendekatan Kontekstual dapat memunculkan disposisi berpikir kritis matematis pada siswa yang mempunyai rasa percaya diri. Kata kunci: disposisi berpikir kritis, Metode Socrates, Pendekatan Kontekstual
kemampuan hanya menjadi petunjuk
PENDAHULUAN
bahwa orang yang memiliki disposisi Berpikir adalah proses penjalinan informasi di dalam otak yang menghasilkan pengetahuan. Dengan berpikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya dan sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas berpikir. untuk
Salah satu cara
membentuk
kemampuan
berpikir manusia menjadi lebih baik adalah melalui pendidikan. Burton (Haviz, 2009) menyatakan bahwa memiliki kemampuan untuk berpikir merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan. Salah
berpikir kritis harus pula memiliki keterampilan kognitif. Menurut Yunarti (2011 : 25), yang dimaksud dengan disposisi berpikir kritis adalah suatu kecenderungan sikap seseorang dalam kegiatan berpikir kritis yang ditandai oleh indikator-indikator: pencarian kebenaran (sikap untuk selalu mendapatkan kebenaran), berpikiran terbuka (sikap untuk bersedia mendengar atau menerima pendapat orang lain), sistematis (sikap rajin dan tekun dalam berpikir), analitis (sikap untuk tetap fokus pada masalah yang diha-
satu
mata
pelajaran
pokok yang harus diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika menurut Hudoyo (2003 : 151), merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir manusia. Tingkah laku atau tindakan seseorang disebut juga dengan disposisi. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir yang baik adalah seseorang yang mampu mengaktualisasikan pemikirannya berwujud tingkah laku. Hal ini sejalan dengan pendapat Perkins (Lambertus, 2009 : 13) yang menyatakan bahwa unsur
dapi serta berupaya mencari alasanalasan yang bersesuaian), kepercayaan diri dalam berpikir kritis (sikap percaya diri terhadap proses inkuiri dan pendapat yang diyakini benar), rasa ingin tahu (sikap yang menunjukkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu atau isu yang berkembang). Pentingnya peran disposisi dalam menunjang kemampuan berpikir kritis siswa tidak terlalu banyak yang memperhatikan. Kurangnya perhatian terhadap disposisi berpikir kritis siswa terjadi juga di SMP Negeri 22 Bandarlampung. Guru hanya memperhatikan hasil pekerjaan dan nilai
ulangan siswa, tanpa memperdulikan
ful learning environment”. Untuk
sikap siswa dalam pencarian kebe-
mengatasi kelemahan tersebut maka
naran, rasa ingin tahu, dan berpikir
dalam penelitian ini proses pembela-
terbuka selama proses pembelajaran
jaran menggunakan Metode Socrates
berlangsung.
dan Pendekatan Kontekstual.
Menurut Ritchhart dan Lipman
Perpaduan
antara
Metode
(Pratama, 2013: 5), aktivitas pembe-
Socrates dan Pendekatan Kontekstual
lajaran yang dapat mengembangkan
ini dilakukan dengan tujuan agar
kemampuan dan disposisi berpikir
siswa tidak terlalu takut dan bosan
kritis siswa serta memuat berbagai
dengan pembelajaran menggunakan
pertanyaan adalah dialog. Dialog
Metode Socrates yang selalu membe-
berisi pertanyaan-pertanyaan yang
rikan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini
bertujuan untuk membuka wawasan
sejalan dengan penelitian Yunarti
berpikir
(2011),
siswa
terhadap
suatu
kolaborasi
metode
dan
masalah yang dihadapi. Pertanyaan-
pendekatan pembelajaran ini efektif
pertanyaan yang membuka wawasan
diterapkan di kelas terutama dalam
berpikir siswa adalah tipe pertanyaan
mengembangkan disposisi berpikir
yang bersifat klarifikasi, alasan-
siswa.
alasan dan bukti penyelidikan, serta titik pandang dan persepsi.
Berdasarkan uraian di atas dilakukan penelitian untuk mengetahui
Salah satu metode pembelaja-
bagaimana disposisi berpikir kritis
ran yang memuat pertanyaan-perta-
siswa kelas VII SMP Negeri 22 Ban-
nyaan dan dapat membuka wawasan
darlampung semester genap tahun
berpikir kritis siswa dalam suatu
pelajaran 2014/2015.
dialog
adalah
Metode
Socrates.
Menurut Maxwell (2009), Metode Socrates adalah sebuah proses pertanyaan
yang meminta
penjelasan
untuk menuntun seseorang memperoleh pengetahuan melalui langkahlangkah kecil. Kekurangan dari Metode Socraes menurut Lammendola (Baharun, 2014 : 5), “creates a fear-
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistik. Pelaksanaan penelitian ini mengamati disposisi berpikir kritis siswa yang terjadi secara alamiah, apa adanya,
serta tidak ada manipulasi keadaan
proses pembelajaran sedang berlang-
dan kondisi selama pelaksanaan pe-
sung.
nelitian, yang hasil penelitiannya berupa data deskriptif.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data disposisi
Subjek pada penelitian ini ada-
berpikir kritis siswa. Sebelum meng-
lah siswa kelas VII-D SMP Negeri
analisi data, peneliti terlebih dahulu
22 Bandarlampung. Pemilihan subjek
menguji
pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik triangulasi. Tri-
purposive sampling. Pengumpulan
angulasi adalah teknik pemeriksaan
data pada penelitin ini dilakukan de-
keabsahan suatu data yang memanfa-
ngan beberapa teknik, yaitu catatan
atkan sesuatu yang lain di luar data
lapangan yang merupakan cara pe-
itu untuk keperluan pengecekan atau
ngambilan data dengan mengguna-
sebagai pembanding terhadap data
kan catatan tertulis mengenai apa
itu. Pada penelitian ini, dilakukan
yang dilihat, didengar, dialami, dan
triangulasi sumber.
keabsahan
data
dengan
dipikirkan dalam rangka pengumpu-
Setelah data selesai dilakukan
lan data; angket yang berisi pernyata-
triangulasi, maka data siap untuk
an-pernyataan yang berkaitan dengan
dianalisis. Tahap analisis yang perta-
disposisi berpikir kritis siswa dengan
ma yaitu koding data. Koding data
tujuan untuk mendapatkan informasi
merupakan proses pemberian kode
yang jelas dan memperkuat informasi
pada data-data yang diperoleh selama
yang diperoleh dari lembar catatan
penelitian berlangsung. Data yang di-
lapangan; wawancara yang berisikan
kode pada penelitian ini adalah daftar
pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan
nama siswa. Analisis data berikutnya
untuk menglarifikasi data yang dipe-
yaitu, reduksi data. Reduksi data
roleh mengenai disposisi berpikir kri-
merupakan suatu bentuk analisis
tis siswa dari catatan lapangan dan
yang menggolongkan, mengarahkan,
angket; dan dokumentasi yang beru-
membuang yang tidak perlu. Setelah
pa kegiatan khusus pengumpulan
data dikoding dan dilakukan reduksi,
data yang dilakukan untuk membe-
kemudian tahap analisi data yang
rikan keterangan atau bukti yang
berikutnya yaitu, penyajian data dan
menggambarkan suasana kelas ketika
verifikasi data. Penyajian data pada
penelitian ini dilakukan secara des-
M22, M23, M24, M26, dan M27
kriptif.
aktif pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua siswa yang aktif
HASIL DAN PEMBAHASAN
selama proses pembelajaran adalah
Pembelajaran matematika de-ngan menggunakan Metode Socrates dan Pendekatan Kontekstual dilaku-kan sebanyak 7 kali pertemuan. Secara umum selama dilakukannya proses pembelajaran sebagian besar siswa menunjukkan
indikator
disposisi
berpikir kritis yaitu rasa ingin tahu dan kepercayaan diri dalam berpikir kritis
ketika
diberikan
guru
pertanyaan-pertanyaan Socrates yang melibatkan berpikir kritis. Kondisi ini sesuai dengan pendapat G.A Brown dan R. Edmonson (Anhar, 2015: 3) yang menyatakan dengan diberikannya pertanyaan di dalam kegiatan
pembelajaran
dapat
mendorong siswa untuk berpikir, meningkatkan keterlibatan siswa, dan membangkitkan
rasa
ingin
tahu
M26, dan M27.
Siswa yang aktif
pada pertemuan ketiga adalah M3, M8, M14, M15, M20, M22, M23, M26, dan M27.
Siswa yang aktif
pada pertemuan keempat adalah M1, M2, M3, M6, M17, M18, dan M25. Siswa yang aktif pada pertemuan kelima adalah M10, M13, M17, M20, M23, M24, M25, M26, dan M27. Pada pertemuan ketujuh siswa yang aktif selama proses pembelajaran adalah M20, M24, M27, dan M28. Dari semua siswa yang aktif pada pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir tidak semuanya aktif dalam menunjukkan disposisi bepikir kritis matematis, tetapi ada juga siswa yang menunjukkan disposisi matematis saja. Dari seluruh siswa di kelas, indikator disposisi
siswa. Dilakukanya
M2, M6, M13, M20, M22, M23,
pembelajaran
matematika dengan menggunakan Metode Socrates dan Pendekatan Kontekstual membuat beberapa siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa yang aktif pada setiap pertemuan berbeda-beda, M1, M7, M12, M17,
berpikir kritis, yaitu rasa ingi tahu dan kepercayaan diri dalam berpikir kritis ditunjukkan oleh M1, M3, M26, M20, M22, M23, M24, M25, M26, dan M27. Indikator sistematis, analitis, dan pencarian kebenaran hanya ditunjukkan oleh sebagian kecil siswa saja yaitu M20, M24,
M25, dan M22. Sedangkan untuk
diri akan berusaha keras dalam
M4, M5, M9, M11, M16, dan M21
melakukan kegiatan belajar, dan siwa
selama dilakukannya proses pembe-
yang kurang memiliki kepercayaan
lajaran dengan menggunakan Metode
diri menilai bahwa dirinya kurang
Socrates dan Pendekatan Kontekstual
memiliki
tidak menunjukkan disposisi berpikir
menyebabkan siswa tidak melakukan
kritis.
suatu kegiatan dengan segala ke-
kemampuan
sehingga
Selama dilakukan pembelaja-
mampuan yang dimilikinya. Bebe-
ran dengan Metode Socrates dan
rapa fenomena disposisi berpikir kri-
Pendekatan Kontekstual, beberapa
tis matematis yang dimunculkan oleh
fenomena disposisi berpikir kritis
siswa akan dibahas dengan diwakili
terjadi. Ada yang menunjukkan ke-
oleh M20, M21, M23, dan 24.
naikan dan kestabilan dalam bebe-
Keempat siswa yang akan dibahas ini
rapa indikator disposisi berpikir kri-
menggambarkan disposisi berpikir
tis, ada yang mengalami penurunan
kritis yang muncul pada saat proses
disposisi berpikir kritis, bahkan ada
pembelajaran. Adapun disposisi ber-
yang tidak menunjukkan disposisi
pikir kritis keempat siswa akan di-
berpikir kritis sama sekali. Siswa
uraikan sebagai berikut.
yang mengalami kenaikan disposisi
Siswa pertama yang dibahas
berpikir kritis dalam pembelajaran
mengenai disposisi berpikir kritis
dengan Metode Socrates dan Pen-
adalah M20. Pada awal dilakukannya
dekatan Kontekstual adalah siswa
pembelajaran dengan menggunakan
yang mempunyai karakteristik perca-
Metode Socrates dan Pendekatan
ya diri yang tinggi. Untuk siswa yang
Kontekstual M20 belum menunjuk-
mengalami penurunan atau tidak me-
kan indikator disposisi berpikir kritis.
munculkan disposisi berpikir kritis
Berdasarkan hasil wawancara hal ini
selama dilakukannya pembelajaran
disebabkan M20 masih menyesuai-
dengan Metode Socrates dan Pende-
kan diri pada pembelajaran matema-
katan Kontekstual adalah siswa yang
tika dengan menggunakan Metode
mempunyai
kurang
Socates dan Pendekatan Kontekstual.
percaya diri. Hal ini sejalan dengan
Pada pertemuan kedua, M20 mulai
pendapat Warman (2013 : 13) bahwa
menunjukkan indikator disposisi ber-
siswa yang memiliki kepercayaan
pikir kritis dalam hal kepercayaan
karakteristik
diri dalam berpikir kritis. Ini terlihat
M20 selesai menuliskan jawabannya,
saat guru meminta siswa untuk me-
ada siswa lain yang memberika tang-
ngubah kalimat yang dibuat pada
gapan bahwa seharusnya yang dilam-
permainan sebelumnya menjadi eks-
bangkan dengan variabel dari infor-
presi atau bentuk matematika, M20
masi tersebut ada 2 yaitu umur ayah
berani mengangkat tangan untuk me-
dan umur anak. Mendengar tangga-
nuliskan jawabannya. Hal ini sesuai
pan tersebut, M20 memikirkan ter-
dengan definisi kepercayaan diri ber-
lebih dahulu pendapat dari temannya,
pikir kritis menurut teori yaitu sikap
setelah beberapa menit kemudian
percaya diri terhadap proses inquiry
M20 meminta izin kepada guru
dan pendapat yang diyakini benar.
untuk memperbaiki jawabannya. Se-
Dilakukannya dengan
pembelajaran
menggunakan
dangkan untuk indikator sistematis
Metode
dan analisis diperlihatkan M20 pada
Socrates dan Pendekatan Kontekstual
saat menjawab persoalan yang dibe-
membuat M20 dari pertemuan ke
rikan. Kualitas jawaban yang ditulis-
pertemuan menunjukkan indikator
kan oleh M20 menandakan cara ber-
kepercayaan diri yang meningkat.
fikir yang terstruktur dan fokus pada
Pada pertemuan ketiga M20 mulai
persoalan yang dihadapi, hal ini ber-
menunjukkan indikator disposisi ber-
arti bahwa M20 memiliki indikator
pikir kritis lain yaitu rasa ingin tahu,
sistematis dan analisis yang baik.
berpikiran terbuka, pencarian kebe-
Pada pertemuan keempat hing-
naran, analitis, dan sistematis. Indi-
ga pertemuan terakhir M20 selalu
kator rasa ingin tahu, pencarian kebe-
menunjukkan indikator kepecayaan
naran dan berpikiran terbuka ditun-
diri dalam berpikir kritis. M20 selalu
jukkan oleh M20 pada saat merespon
menawarkan diri kepada guru untuk
tanggapan yang diberikan oleh siswa
menjawab persoalan yang diberikan
lain mengenai hasil pekerjaannya.
oleh guru setelah melalui proses
Di dalam soal yang dikerjakan oleh
pemikiran yang dilakukannya. Untuk
M20 terdapat informasi yang menya-
indikator sistematis dan analitis di-
takan Ayah berumur 48 tahun lebih
tunjukkan oleh M20 pada jawaban-
tua dari anaknya, dari informasi ter-
jawabannya saat menjawab soal atau
sebut M20 memisalkan umur ayah
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
dengan menggunakan variabel. Saat
Selain dilihat dari perilaku
diri dalam berpikir kritis, rasa ingin
yang ditunjukkan oleh M20 pada
tahu, analitis, sistematis, dan berpi-
proses pembelajaran, inidikator dis-
kiran terbuka. Dari beberapa indi-
posisi berpikir kritis yang ditunjuk-
kator tersebut, yang paling terlihat
kan oleh M20 juga diukur dengan
mengalami peningkatan adalah in-
menggunakan angket. Adapun hasil
dikator kepercayaan diri dalam ber-
analisis angket mengenai disposisi
pikir kritis. Hal ini sejalan dengan
berpikir kritis M20 secara umum
kelebihan Metode Socrates menurut
menunjukkan disposisi berpikir kritis
Lammendola (Fisher, 2010 : 4), yaitu
yang baik. M20 menjawab sangat
“Socrates
setuju dan setuju untuk setiap per-
nonparticipating students to question
nyataan bernilai positif yang me-
their underlying assumptions of the
nandakan indikator rasa ingin tahu,
case under discussion, and constand
berpikiran terbuka, sistematis, dan
feedback”, artinya Metode Socrates
analitis. Pernyataan bernilai negatif
menumbuhkan keberanian siswa da-
yang menandakan indikator rasa
lam mengemukakan pendapat saat
ingin tahu, berpikiran terbuka, siste-
berdiskusi, serta memupuk rasa per-
matis, dan analitis M20 menjawab
caya pada diri sendiri.
Method
to
force
sangat tidak setuju dan tidak setuju.
Selain menunjukkan indikator
Sedangkan untuk pilihan pernyataan
disposisi berpikir kritis yang mening-
kurang setuju dipilih M20 untuk 2
kat dalam beberapa indikator, M20
pernyataan yang menandakan bahwa
juga mengalami peningkatan hasil
M20 memiliki indikator sistematis.
belajar. M20 mendapatkan nilai post-
dari keseluruhan isi angket M20 da-
test lebih besar dari pada nilai pre-tes
pat dikatakan bahwa M20 memiliki
dan memperoleh peringkat kedua ni-
indikator disposisi berpikir kritis
lai terbesar di kelas. Ini sesuai de-
yang baik.
ngan pendapat Perkins (Lambertus,
Selama dilakukannya pembela-
2009 : 13) yang menyatakan bahwa
jaran dengan Metode Socrates dan
seseorang yang memiliki disposisi
Pendekatan Kontekstual dapat disim-
berpikir kritis harus pula memiliki
pulkan bahwa, M20 menunjukkan
keterampilan kognitif.
peningkatan disposisi berpikir kritis
Subjek kedua yang dibahas
dalam hal indikator kepercayaan
mengenai disposisi berpikir kritis
adalah M24. M24 di awal pembela-
tor kepercayaan diri dalam berpikir
jaran dengan menggunakan Metode
kritis sering berubah-ubah pada se-
Socrates dan Pendekatan Kontekstual
tiap pertemuan. Hal ini disebabkan
menunjukkan beberapa indikator dis-
oleh M24 tergolong orang yang pleg-
posisi berpikir kritis, yaitu rasa ingin
matis. Indikator analitis dan siste-
tahu, sistematis, dan analitis. Untuk
matis ditunjukkan oleh M24 di setiap
indikator rasa ingin tahu ditunjukkan
pertemuan pada saat menyelesaikan
oleh M24 saat memperhatikan guru
soal yang diberikan oleh guru. Sela-
ketika memberikan suatu informasi
in itu, dapat dilihat pada saat M24
yang baru dan terkadang mencari
mengerjakan tugas kelompok yang
informasi dari dalam buku ketika
diberikan. Kualitas jawaban dari tu-
guru memberikan pertanyaan. Indi-
gas kelompok yang dikerjakan oleh
kator sistematis dan analitis diper-
M24 baik. M24 mengerjakan tugas
lihatkan oleh M24 pada saat mem-
kelompok yang diberikan dengan ca-
berikan contoh dari kalimat tertutup
ra yang terstruktur, M24 menuliskan
yang bernilai salah. M24 menyebut-
mulai dari yang tidak diketahui, di-
kan kalimat “Di atas meja saya ada
tanya, hingga jawaban dan semua
lima buah buku” merupakan kalimat
bernilai benar. Hal tersebut menun-
tertutup bernilai salah, karena pada
jukkan bahwa M24 mempunyai in-
kenyataannya di atas meja M24 ha-
dikator disposisi berpikir kritis dalah
nya ada 2 buku.
Dari pernyataan
hal analitis dan sistematis yang baik.
M24 tersebut terlihat M24 menun-
Sikap yang dimunculkan oleh M24
jukkan indikator disposisi berpikir
sesuai dengan isi angket mengenai
kritis dalam hal analitis dan siste-
indikator sistematis dan analitis.
matis, karena dapat memberikan
Meskipun menunjukkan indi-
contoh kalimat tertutup bernilai salah
kator disposisi berpikir kritis dalam
dengan tepat.
hal sistematis dan analitis yang baik,
Pada pertemuan kedua hingga
tetapi M24 kurang memiliki rasa
pertemuan terakhir M24 menunjuk-
percaya diri. Hal ini terlihat ketika
kan beberapa indikator disposisi
M24 memiliki jawaban yang tepat
berpikir kritis mengenai rasa ingin
dari suatu persoalan, tetapi M24
tahu, analitis, dan sistematis yang
tidak berani menuliskan jawaban-
stabil baik. Sedangkan untuk indika-
nya di depan kelas. M24 hanya
menunjukkan indikator kepercayaan
dilaksanakannya pembelajaran deng-
diri dalam berpikir kritis pada per-
an Metode Socrates dan Pendekatan
temuan kedua, keenam, dan ketujuh.
Kontekstual menunjukkan indikator
Hal ini sesuai dengan jawaban ang-
disposisi berpikir kritis, yaitu rasa
ket M24 yang menyatakan kurang
ingin tahu, kepercayaan diri dalam
setuju dengan pernyataan-pernyataan
berpikir kritis, sistematis, analitis,
mengenai indikator kepercayaan diri
pencarian kebenaran dan berpikiran
dalam berpikir kritis. Dari pernya-
terbuka. Secara teori seseorang dika-
taan-pernyataan tersebut disimpulkan
takan memiliki indikator rasa ingin
bahwa M24 kurang percaya diri
tahu ketika ia menunjukkan terhadap
dalam berpikir kritis.
sesuatu atau isu yang berkembang.
Selama dilakukannya pembe-
Hal ini ditunjukkan oleh M23 saat
lajaran dengan menggunakan Metode
memperhatikan
Socrates dan Pendekatan Kontekstual
suatu informasi. Indikator sistematis,
M24 menunjukkan kestabilan yang
analitis, dan kepercayaan diri dalam
baik dalam beberapa indikator dis-
berpikir kritis dapat dilihat ketika
posisi berpikir kritis. Pertanyaan-
M23 menjawab
pertanyaan Socrates tipe alasan-ala-
nyaan serta masalah yang diberikan
san dan bukti penyelidikan serta pe-
oleh guru. Ketika guru memberikan
laksaan diskusi pada saat pembelaja-
pertanyaan Socrates tipe alasan-
ran membuat M24 menunjukkan
alasan dan bukti penyelidikan yang
indikator kepercyaan diri dalam ber-
membuat siswa bingung dan hanya
pikir kritis, analitis, dan sistematis.
terdiam ternyata M23 dapat meres-
Selain menunjukkan kestabilan yang
pon dengan baik. Respon yang di-
baik dalam beberapa indikator dispo-
munculkan oleh M23 menunjukkan
sisi berpikir kritis, M24 juga mem-
bahwa M23 memiliki indikator sis-
peroleh peringkat pertama untuk
tematis, analitis, dan percaya diri
nilai terbesar di kelas. Fakta tersebut
dalam berpikir kritis.
seuai
dengan
pendapat
Perkins
(Lambertus, 2009 : 13).
guru
memberikan
pertanyaan-perta-
Selain itu, indikator analitis dan kepercayaan diri dalam berpikir
Subjek ketiga yang dibahas
kritis ditunjukkan M23 pada saat gu-
mengenai disposisi berpikir kritisnya
ru meminta siswa untuk memberikan
yaitu
contoh dari kalimat terbuka, kalimat
M23.
M23
pada
awal
tertutup yang bernilai benar, dan ka-
tersebut ditunjukkan oleh M23 ketika
limat tertutup yang bernilai salah.
memberikan tanggapan terhadap ha-
Untuk indikator pencarian kebenaran
sil pekerjaan temannya. Sedangkan
dan berpikir terbuka ditunjukkan
untuk indikator rasa ingin tahu dan
oleh M23 pada saat permainan mem-
berpikiran terbuka pada pertemuan
buat kalimat berlangsung. Ketika te-
ketiga ini tidak ditunjukkan oleh
man sekelompoknya menjawab per-
M23, dan terkadang M23 sibuk
tanyaan yang diperoleh dari kartu
dengan urusannya sendiri sehingga
yang diambil, M23 ikut mencari
tidak memperhatikan guru.
jawaban dari pertanyaan terebut, se-
Pada pertemuan keempat M23
hingga M23 bisa menentukan apakah
tidak menunjukkan indikator dispo-
jawaban temannya benar atau salah.
sisi berpikir kritis sama sekali. Hal
Ketika M23 menjawab pertanyaan
ini disebabkan M23 merasa bosan
dengan salah M23 dapat menerima
dengan pembelajaran yang berlang-
pendapat dari teman-temannya dan
sung. Pertemuan kelima guru mela-
mengakui bahwa jawabannya salah.
kukan pembelajaran matematika de-
Indikator disposisi berpikir kri-
ngan Metode Socrates dan Pendeka-
tis M23 tidak dapat diukur pada per-
tan Kontekstual yang memanfaatkan
temuan kedua. Hal ini disebabkan
sisi kontekstual dalam hal masyar-
M23 tidak mengikuti pembelajaran
akat belajar. Dengan dilakukannya
karena sedang sakit. Pada pertemuan
masyarakat belajar oleh guru mem-
ketiga M23 terlihat mulai menurun
buat M23 menunjukkan indikator ra-
disposisi berpikir kritisnya. Hal ini
sa ingin tahu, sistematis, dan analitis.
disebabkan M23 mulai merasa takut
Pada awal pembelajaran di per-
dengan pertanyaan-pertanyaan yang
temuan keenam, M23 menunjukkan
diberikan oleh guru. Selama berlang-
indikator kepercayaan diri karena be-
sungnya pembelajaran pada pertemu-
rani untuk menuliskan hasil peker-
an ketiga, M23 hanya menunjukkan
jaan rumahnya di depan kelas. Sama
indikator disposisi berpikir kritis da-
seperti pertemuan keempat, di per-
lam hal sistematis, analitis, pencarian
temuan ketujuh juga M23 dari awal
kebenaran, dan kepercayaan diri da-
hingga akhir pembelajaran tidak me-
lam berpikir kritis hanya dalam sa-
nunjukkan indikator disposisi berpi-
tu kondisi saja. Indikator-indikator
kir kritis. Hal ini disebabkan M23 ti-
dak mengerti penjelasan guru menge-
bannya. Tipe pertanyaan seperti itu
nai penyelesaian suatu soal setelah
membuat M23 merasa takut dan ragu
dijelaskan berkali-kali. Sehingga me-
dengan jawabannya. Ini sejalan de-
nyebabkan M23 tidak memiliki indi-
ngan pendapat American Psychiatric
kator kepercayaan diri dalam berpikir
Association (2000) yang menyatakan
kritis yang kemudian mempengaruhi
seseorang yang mengalami tekanan
indikator-indikator disposisi berpikir
akan menyebabkan berkurangnya ke-
kritis lainnya.
mampuan untuk berpikir, berkonsen-
Secara keseluruhan dari awal
trasi, dan sulit membuat keputusan.
dilakukannya pembelajaran dengan
Selain itu Eric Jensen (Nurachman,
Metode Socrates dan Pendekatan
2013) berpendapat bahwa, ketika
Kontekstual M23 di awal pertemuan
dibawah tekanan atau ancaman otak
menunjukkan
disposisi
manusia berkurang kemampuannya
berpikir kritis yang baik. Selanjut-
untuk kreatif, mengingat pembelaja-
nya, diberikan beberapa kali pembe-
ran sebelumnya, dan berkomunikasi
lajaran dengan menggunakan Metode
secara efektif.
indikator
Socrates dan Pendekatan Konteks-
Subjek terakhir yang dibahas
tual, M23 mengalami penurunan
mengenai disposisi berpikir kritis
dalam beberapa indikator disposisi
adalah M21. M21 dari awal dilaku-
berpikir kritis. Ketika dilihat dari sisi
kannya pembelajaran dengan meng-
angket terdapat ketidak cocokan an-
gunakan Metode Socrates dan Pen-
tara pernyataan M23 dengan perilaku
dekatan Kontekstual hingga berakhir,
yang ditunjukkan. Dengan demikian,
tidak menunjukkan indikator disposi-
dilakukan klarifikasi melalui wawan-
si berpikir kritis. M21 hanya diam
cara. Berdasarkan hasil wawancara,
ketika guru melakukan pembelaja-
M23 mengatakan bahwa ada rasa
ran dengan menggunakan Metode
takut untuk menjawab pertanyaan
Socrates dan Pendekatan Konteks-
yang diberikan oleh guru. M23
tual. Ketika guru meminta siswa un-
mengatakan ketika sudah menjawab
tuk maju ke depan memberikan con-
pertanyaan yang diberikan, maka
toh dan mejawab pertanyaan, M21
guru akan menanyakan lagi apa alas-
hanya diam dan melihat teman-
an memilih jawaban tersebut, mena-
temannya yang bersemangat ingin
nyakan apakah yakin dengan jawa-
maju atau menjawab pertanyaan
yang diberikan guru. Dengan demi-
takan lingkungan belajar yang mena-
kian, pembelajaran matematika de-
kutkan, bernilai benar. Ini juga diper-
ngan menggunakan Metode Socrates
kuat menurut pendapat Eric Jensen
dan Pendekatan Kontekstual tidak
(Nurachman, 2013), mengenai efek
menimbulkan disposisi berpikir kritis
yang ditimbulkan ketika seseorang
bagi M21 yang mempunyai karakte-
sedang mengalami tekanan.
ristik tidak percaya diri. Hal ini juga
Selain itu, M4 menyatakan
sesuai dengan pernyataan M21 terha-
bahwa ia hanya diam saat proses
dap isi angket yang dibagikan. M21
pembelajaran berlangsung disebab-
menyatakan kurang setuju untuk se-
kan rasa malu ketika salah menja-
tiap pernyataan yang menandakan in-
wab. M21 juga menyatakan lebih
dikator rasa ingin tahu, sistematis,
baik menyembunyikan jawabannya
dan kepercayaan diri dalam berpikir
sendiri daripada menyatakannya di
kritis.
depan kelas bila nantinya mendaHasil angket yang di isi oleh
patkan ejekan teman. Hal ini sejalan
M21 diperkuat juga dengan hasil wa-
dengan pendapat Natalia (2013) yang
wancara. Berdasarkan hasil wawan-
menyatakan perasaan takut salah dan
cara yang dilakukan, M21 menya-
takut mendapat ejekan dari teman,
takan bahwa faktor takut yang timbul
akan melemahkan semangat dan
ketika menjawab pertanyaan dengan
menggoyahkan ketenangannya, se-
benar. Saat siswa menjawab dengan
hingga apa yang ingin diutarakan ti-
benar guru selalu menanyakan apa-
dak dapat disampaikan.
kah yakin dengan jawaban yang diutarakan dan guru menanyakan alasan mengapa menjawab demikian. Menurut M21, meskipun sudah menjawab pertanyaan yang diberikan guru masih memberikan pertanyaan lagi. Jadi, M21 lebih baik memilih diam. Ini membuktikan bahwa menurut Lammendola (Baharun, 2014 : 5), pembelajaran dengan menggunakan Metode Socrates dapat mencip-
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa pembelajaran dengan Metode Socrates dan Pendekatan Kontekstual dapat memunculkan disposisi berpikir kritis pada siswa M20, M24, M3, M26, M22, M25, dan M27 yang mempunyai
karakteristik
percaya
diri. Selain itu, dapat menurunkan bahkan tidak memunculkan disposisi berpikir kritis sama sekali pada siswa M1, M23, M4, M5, M9, M11, M16, dan M21 yang mempunyai karakteristik kurang percaya diri. DAFTAR PUSTAKA American Psychiatric Association. 2000. Depresi Psikologi. [Online]. Tersedia: http://id. wikipedia.org. Maret 2015. Anhar. 2015. Keterampilan Bertanya. [Online]. Tersedia: http://www. academia.edu. Maret 2015. Baharun, Hossain. 2014. Metode Pembelajaran Socrates. [Online]. Tersedia: http://id. scribd.com. Maret 2015. Fisher, Craig. 2010. Discussion, Participation and Feedback in Online Course 2010 ISECON Proceedings v27 n1382. USA: Nashville Tennessee. [Online]. Tersedia: http://proc. isecon.org. Maret 2015. Haviz, Muhammad. 2009. Berpikir Dalam Pendidika. Batusangkar: STAIN Batusangkar. [Online]. Tersedia: http://ojs.stainbatu sangkar.ac.id. Maret 2015. Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir
Kritis dalam Pembelajaran Matematika di SD . Forum Kependidika, Volume 28, Nomor 2. Palembang: Unsri. [Online]. Tersedia: http://forumkependidikan. unsri.ac.id. Februari 2015. Maxwell, Max. 2009. The Socrates Method and its Effect on Critical Thinking. [Online]. Tersedia: http://www.Socrates method.net. Desember 2014. Natalia. 2013. Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: Maret 2015. Nurachman, Fazri. 2013. Mulai dengan Otak. [Online]. Tersedia: http://fazrinurachman berbagi.com. Maret 2015. Pratama, Aan Budi. 2013. Penerapan Pembelajaran Socrates Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Proses Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Warman, Dewi. 2013. Hubungan Percaya Diri Siswa dengan Hasil Belajar Geografi Kelas XI IPS di SMA N 1 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang. [Online]. Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id. Maret 2015. Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi. Bandung: UPI.