ANALISIS DESKRIPTIF SELF-EFFICACY BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL Muhammad Yusuf1, Tina Yunarti2, Widyastuti2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This naturalistic qualitative research aimed to describe the students’ mathematical critical thinking self-efficacy in Socrates Contextual Learning. The subject of this research was students of VII-J class of SMPN 8 Bandarlampung in academic year of 2014/2015 which was reduced to 6 students. The data of this research was qualitative data about students’ mathematical critical thinking selfefficacy which was gotten by self-efficacy scales, observation, interview, and documentation. In this research, the function of self-efficacy scales and interview to make strong the informations which were obtained by observation. The data analyzed was done by three stages, which were reduced, verified the data, and analyzed of meaning. Based on this research, it could be concluded that Socrates Contextual Learning was dominantly raises indicator of students’ mathematical critical thinking self-efficacy on the dimensions of magnitude/level. Penelitian kualitatif naturalistik ini bertujuan untuk mendeskripsikan self-efficacy berpikir kritis matematis siswa dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-J SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/ 2015 yang direduksi menjadi 6 siswa. Data penelitian ini merupakan data kualitatif mengenai self-efficacy berpikir kritis matematis siswa yang diperoleh melalui skala self-efficacy, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Pada penelitian ini, fungsi skala self-efficacy dan wawancara untuk memperkuat informasi yang diperoleh dari observasi. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi, verifikasi data, dan analisis pemaknaan. Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran Socrates Kontekstual secara dominan memunculkan indikator self-efficacy berpikir kritis matematis siswa pada dimensi magnitude/level. Kata kunci: berpikir kritis, pembelajaran socrates kontekstual, dan self-efficacy
miliki kemampuan berpikir kritis
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara
dapat meningkatkan perhatian dan
yang sedang berkembang dalam se-
pengamatan, fokus dalam membaca,
luruh aspek kehidupan termasuk da-
dapat memilih informasi yang pen-
lam Sumber Daya Manusia (SDM).
ting atau tidak, meningkatkan ke-
Salah satu faktor yang menyebabkan
mampuan merespon informasi, dan
SDM berkembang adalah pendidikan
memiliki kemampuan analisis yang
yang di dalamnya terdapat pembela-
baik. Oleh sebab itu, siswa yang
jaran. Pembelajaran yang diharapkan
memiliki kemampuan berpikir kritis
menurut UU nomor 20 tahun 2003
matematis dapat mengatasi masalah
tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang dihadapinya karena memiliki
adalah pembelajaran yang membuat
keuntungan seperti diungkapkan oleh
siswa aktif mengembangkan potensi
Cottrel.
agar memiliki keterampilan yang bermanfaat.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan berpikir
Salah satu pembelajaran yang
kritis matematis seseorang adalah
ada dalam sistem pendidikan adalah
self-efficacy.
pembelajaran matematika. Pembe-
(Rachmawati, 2012:7) self-efficacy
lajaran matematika menurut Mulyana
merupakan faktor penting dalam
dan Sabandar (Moma, 2014:2) me-
menentukan kontrol diri dan peruba-
nuntut siswa memiliki kemampuan
han tingkah perilaku dalam individu.
berpikir kritis, logis, kreatif, siste-
Menurut
Menurut
Bandura
Alwisol
(1994:2)
matis, komunikasi serta kemampuan
“Self-efficacy is defined as people’s
dalam bekerja sama secara efektif.
beliefs about their capabilities to
Salah satu kemampuan berpikir yang
produce
harus
menurut
performance that exercise influence
Mulyana dan Sabandar adalah ke-
over events that affect their lives”,
mampuan berpikir kritis.
yang diartikan sebagai self-efficacy
dimiliki
siswa
designated
levels
of
Pentingnya memiliki kemam-
didefinisikan sebagai keyakinan se-
puan berpikir kritis karena memiliki
seorang terhadap kemampuan yang
beberapa keuntungan
di-
mereka miliki dalam melakukan
ungkapkan oleh Cottrel (Yunarti,
tugas tertentu sehingga dapat mengu-
2011:31) bahwa seseorang yang me-
bah kejadian disekitarnya. Tugas
seperti
yang diberikan dapat berupa tugas
Self-efficacy
berpikir
kritis
matematika yang melibatkan berpikir
matematis siswa berkembang melalui
kritis maka keyakinan siswa menge-
empat
nai kemampuan untuk menyelesai-
Menurut Bandura (1994:2-3) empat
kan tugas dan mencapai hasil disebut
sumber informasi utama self-efficacy
dengan self-efficacy berpikir kritis.
yaitu pengalaman keberhasilan (mas-
Self-efficacy
informasi
utama.
kritis
tery experiences), pengalaman orang
matematis penting bagi siswa karena
lain (vicarious experiences), persuasi
siswa yang memiliki self-efficacy
verbal (verbal persuasion), dan kon-
berpikir
kritis
tinggi
disi fisiologis (physiological condi-
mampu
mengatasi
me-
tion). Sumber yang memberikan pe-
nyangkut berpikir kritis dan mening-
ngaruh paling besar yaitu penga-
katkan upaya jika mengalami kesu-
laman keberhasilan karena didasar-
litan. Menurut Bandura (Anwar,
kan pada pengalaman pribadi indi-
2009:19) siswa yang memiliki self-
vidu secara nyata berupa keber-
efficacy tinggi akan mengerjakan
hasilan atau kegagalan.
tugas
berpikir
sumber
matematis
tertentu
masalah
meskipun
tugas
Pengalaman keberhasilan dapat
tersebut merupakan tugas yang sulit,
diperoleh
dan menganggap kegagalan sebagai
melalui proses diskusi antar-siswa
akibat
atau antara guru dan siswa. Melalui
kurangnya
usaha,
penge-
tahuan, dan keterampilan.
dikelas
salah
satunya
diskusi, siswa dapat bertukar pikiran
Pentingnya self-efficacy berpi-
sehingga dapat mengetahui bahwa
kir kritis matematis siswa belum
pemahamannya sudah benar atau
banyak diperhatikan oleh guru. Hal
belum. Diskusi dengan pertanyaan
ini terjadi pada SMP Negeri 8
kritis dapat memberikan pengalaman
Bandarlampung. Guru hanya mem-
secara
perhatikan hasil ulangan siswa dan
Metode pembelajaran yang memuat
hanya menekankan pada penguasaan
diskusi dan menggunakan pertanyaan
konsep materi yang diajarkan namun
kritis di dalamnya adalah Metode
kurang memperhatikan keyakinan
Socrates. Menurut Jones, Bagford,
siswa terhadap kemampuan berpikir
dan
kritis yang dimilikinya.
Metode Socrates merupakan proses
langsung
Walen
kepada
(Yunarti,
siswa.
2011:47),
diskusi yang dipimpin guru untuk
membuat
siswa
mempertanyakan
validitas penalarannya atau untuk
siswa
yang
muncul
pada
saat
Pembelajaran Socrates Kontekstual.
mencapai sebuah kesimpulan dan
Subjek pada penelitian ini ada-
pertanyaan Socrates digunakan untuk
lah siswa kelas VII-J SMP Negeri 8
menguji validitas keyakinan siswa
Bandarlampung yang kemudian di
mengenai suatu masalah.
reduksi menjadi 6 siswa. Pengum-
Menurut Putrayasa (2013:15)
pulan data pada penelitin ini dila-
bahwa dalam menerapkan Metode
kukan dengan beberapa teknik, yaitu
Socrates hendaknya masalah yang
skala efficacy dengan cara membe-
akan diperdebatkan adalah masalah
rikan informan serangkaian pernya-
yang dekat dengan kehidupan siswa
taan yang berisi seberapa besar taraf
sehingga pengalaman yang dimiliki
keyakinan terhadap kemampuan ber-
siswa akan lebih banyak. Pendekatan
pikir kritis matematis; observasi yang
yang mengaitkan antara materi pem-
merupakan cara pengambilan data
belajaran dan masalah sehari-hari
dengan cara mengamati indikator
adalah pendekatan kontekstual. Oleh
self-efficacy berpikir kritis matematis
karena itu, pembelajaran yang digu-
yang
nakan dalam penelitian ini adalah
berisikan pertanyaan-pertanyaan de-
Pembelajaran Socrates Kontekstual.
ngan tujuan untuk menglarifikasi
muncul;
wawancara
yang
Berdasarkan uraian di atas dila-
data yang diperoleh mengenai self-
kukan penelitian untuk mengetahui
efficacy berpikir kritis matematis
bagaimana
siswa dari hasil observasi dan skala
self-efficacy
berpikir
kritis siswa kelas VII-J SMP Negeri 8 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
efficacy. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data selfefficacy berpikir kritis matematis
METODE PENELITIAN
siswa yang digolongkan dalam tiga
Metode pada penelitian ini menggunakan
metode
penelitian
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata. Hal yang diamati selama penelitian adalah selfefficacy berpikir kritis matematis
dimensi. Pertama, dimensi magnitude /level yaitu berhubungan dengan taraf keyakinan terhadap kemampuan dalam menentukan tingkat kesulitan pertanyaan atau permasalahan berpikir kritis yang dihadapi, indikatornya
yaitu
merasa
berminat,
merasa
HASIL DAN PEMBAHASAN
optimis, dan merasa yakin. Kedua,
Pembelajaran matematika yang
dimensi strength yaitu berhubungan
menggunakan Pembelajaran Socrates
dengan taraf keyakinan terhadap
Kontekstual dilakukan sebanyak 7
kemampuan dalam mengatasi masa-
pertemuan. Secara umum selama
lah atau kesulitan yang muncul
Pembelajaran Socrates Kontekstual
akibat pertanyaan atau permasalahan
dilaksanakan, sebagian besar siswa
yang melibatkan berpikir kritis, indi-
menunjukkan indikator self-efficacy
katornya yaitu meningkatkan upaya
berpikir kritis matematis yaitu mera-
dan berkomitmen. Ketiga, dimensi
sa berminat dalam menjawab dan
generality yaitu berhubungan dengan
menyelesaikan pertanyaan atau per-
taraf keyakinan terhadap kemampuan
masalahan yang melibatkan berpikir
dalam menggeneralisi tugas dan pe-
kritis. Ketika guru memberikan per-
ngalaman sebelumnya dalam berpikir
tanyaan
kritis, indikatornya adalah sikap po-
berpikir kritis kemudian seorang
sitif dan berpedoman pada penga-
siswa menjawab dengan benar mem-
laman belajar sebelumnya.
buat sebagian besar siswa antusias
matematika
menyangkut
Data dianalisis dengan tiga
dan tertarik untuk menjawab per-
tahapan yaitu reduksi data, verifikasi
tanyaan berikutnya, namun jika ter-
data,
pemaknaan.
dapat siswa yang menjawab salah
Reduksi data yang dilakukan yaitu
membuat siswa tersebut ragu pada
memilah-milah data yang berkaitan
saat
dengan self-efficacy berpikir kritis.
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
Setelah data direduksi, kemudian
penelitian Hacket (Andiny, 2008:8)
dilakukan verifikasi untuk mencari
yang menunjukkan bahwa penga-
hubungan antara self-efficacy ber-
laman sukses menghasilkan pening-
pikir kritis matematis dan Pembe-
katan self-efficacy dan minat pada
lajaran Socrates Kontekstual. Kemu-
tugas sedangkan kegagalan tugas
dian dilakukan analisis pemaknaan
menghasilkan
yaitu kesimpulan yang diperoleh se-
efficacy dan minat pada tugas
dan
analisis
menjawab
pertanyaan
penurunan
guru
self-
lama penelitian disimpulkan menjadi
Pembelajaran matematika yang
kesimpulan yang lebih bermakna,
telah dilakukan dengan mengguna-
mendalam, dan menyeluruh.
kan Pembelajaran Socrates Konteks-
tual membuat indikator pada dimensi
dilakukan pada pertemuan pertama,
magnitude/level yaitu merasa ber-
ketiga dan kelima. Pada ketiga per-
minat, merasa optimis, dan merasa
temuan tersebut siswa diminta untuk
yakin
oleh
melakukan simulasi secara langsung
siswa pada pertemuan yang berbeda-
yang mengakibatkan siswa terlibat
beda. Siswa yang selalu memun-
secara aktif dalam pembelajaran.
banyak
culkan
dimunculkan
indikator
pada
dimensi
Pada dimensi strength, indi-
magnitude/level pada setiap per-
kator self-efficacy berpikir kritis
temuan adalah S1 (S=Subjek). Siswa
matematis siswa banyak dimun-
yang memunculkan indikator pada
culkan oleh siswa pada pertemuan
dimensi
pada
kedua, ketiga, dan keenam. Indikator
sebagian besar pertemuan adalah S2,
pada dimensi strength dimunculkan
S10, dan S14. Siswa yang me-
siswa pada pertemuan kedua dan
munculkan indikator pada dimensi
keenam
magnitude /level pada sebagian kecil
menghadapi masalah berpikir kritis,
pertemuan adalah S3, S7, S8, S9,
banyak siswa memunculkan indi-
S11, S12, S18, S19, S20, dan S22.
kator self-efficacy berpikir kritis
Siswa yang tidak
memunculkan
yaitu meningkatkan upayanya dalam
indikator pada dimensi magnitude/
menyelesaikan masalah berpikir kri-
level adalah S4, S5, S6, S13, S15,
tis dengan cara bertanya kepada guru
S16, S17, S21, dan S23. Dari
mengenai kesulitan-kesulitan dalam
sebagian siswa yang menunjukkan
menginterpretasi soal atau bertanya
rasa berminat terdapat siswa yang
kepada teman ketika mengalami
menunjukkan minatnya bukan dalam
kesulitan dalam mengerjakan soal
hal berpikir kritis namun menun-
latihan.
jukkan minatnya dalam pertanyaan
strength dimunculkan siswa pada
matematis biasa.
pertemuan ketiga pada saat mela-
magnitude/level
Indikator
merasa
yakni
pada
Indikator
saat
pada
siswa
dimensi
berminat
kukan simulasi permainan seperti di-
banyak dimunculkan siswa ketika
tunjukkan oleh S1, S2, S8, S9, S10,
pembelajaran Socrates Kontekstual
S12, S14, S15, dan S20.
pada pilar kontekstual pemodelan
sebagian besar siswa tidak menun-
yaitu pada saat pembelajaran dike-
jukkan indikator berkomitmen untuk
mas menggunakan permainan seperti
menyelesaikan soal berpikir kritis
Namun
maupun menjawab pertanyaan ber-
seorang yang memiliki self-efficacy
pikir kritis, siswa cenderung diam
yang tinggi akan mengerjakan tugas
dan bingung ketika diberikan perta-
tertentu, sekalipun tugas-tugas ter-
nyaan Socrates secara terus menerus
sebut merupakan tugas yang sulit.
oleh guru, hal tersebut terjadi karena
Siswa lainnya tidak memuncul-
siswa merasa takut salah dalam
kan indikator pada dimensi genera-
menjawab pertanyaan yang diberikan
lity karena menganggap tugas yang
secara terus-menerus
sulit sebagai ancaman yang harus
ditunjukkan
oleh siswa S4, S5, S6, S7 dan S17.
dihindari, tidak yakin dapat menger-
Pada dimensi generality, pem-
jakan soal yang sulit, ragu pada
belajaran Socrates Kontekstual yang
kemampuan yang dimiliki, dan cepat
telah dilakukan dapat memunculkan
menyerah.
indikator self-efficacy berpikir kritis
ngan ciri-ciri seseorang yang memi-
matematis yaitu indikator berpedo-
liki self-efficacy rendah menurut
man pada pengalaman belajar sebe-
Anwar (2009:21). Alasan siswa pada
lumnya yang ditunjukkan oleh siswa
saat diwawancarai mengenai alasan
S1, S2 dan S3 karena dapat men-
mengapa tidak yakin dapat menger-
jawab pertanyaan guru dengan benar.
jakan soal yang sulit
Namun indikator menyikapi situasi
salah ketika menjawab pertanyaan
dan kondisi yang beragam secara
atau menyelesaikan persoalan yang
positif tidak banyak dimunculkan
sulit karena akan diberikan perta-
oleh siswa, siswa yang memunculkan
nyaan lanjutan sesuai dengan ciri
indikator
metode Socrates yaitu bertanya.
menyikapi
situasi
dan
Hal tersebut sesuai de-
yaitu takut
kondisi yang beragam dengan cara
Berdasarkan hasil belajar, sis-
positif adalah S1 dan S11 karena
wa yang memunculkan indikator
selalu berusaha mengerjakan soal
self-efficacy
yang diberikan walaupun soal ter-
menerus mendapatkan nilai ujian
sebut bagi sebagian besar siswa di-
yang tinggi yakni diketahui dari
anggap sulit. Hal ini menunjukkan
siswa S1 dan S10 yang mendapatkan
bahwa S1 dan S11 merupakan siswa
nilai tertinggi di kelas pada saat
yang memiliki self-efficacy berpikir
postest, sedangkan siswa yang tidak
kritis tinggi, sesuai dengan pendapat
memunculkan indikator self-efficacy
Bandura (Anwar, 2009:19-20), se-
berpikir kritis tidak mendapatkan
berpikir
kritis
terus
nilai baik seperti ditunjukkan oleh
Gejala yang timbul tersebut dimun-
siswa S5 dan S6. Hal ini menun-
culkan oleh beberapa siswa seperti
jukkan bahwa self-efficacy berpikir
S1, S2, S3, S4, S5, dan S6. Self-
kritis matematis siswa yang berbeda-
efficacy berpikir kritis siswa tersebut
beda mempengaruhi nilai ujian yang
akan diuraikan sebagai berikut.
didapatkan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Bouchey
dan
Siswa yang dibahas pertama
Harter
kali mengenai self-efficacy berpikir
(Tansil, Aditomo, dan Tjahjono,
kritis matematisnya adalah S1. Pada
2009:183) yang menyatakan bahwa
dimensi magnitude/level, S1 pada
prestasi yang diraih oleh seorang
awal pembelajaran Socrates Kon-
siswa dalam suatu bidang tertentu
tekstual sudah menunjukkan minat
dipengaruhi oleh self-efficacy indi-
dalam menjawab pertanyaan guru
vidu akan bidang tersebut. Prestasi
ketika guru memberikan pertanyaan
yang dimaksud pada penelitian ini
mengenai cara menganalisis suatu
adalah hasil belajar berupa kemam-
masalah dalam operasi bilangan bulat
puan berpikir kritis matematis.
sekaligus merevisi jawaban teman-
Selama dilakukannya Pembe-
nya. Pada pertemuan kedua, S1 me-
lajaran Socrates Kontekstual, ter-
ngangkat tangan dan menjawab per-
dapat gejala-gejala yang dimun-
tanyaan guru mengenai apa yang
culkan oleh siswa. Terdapat siswa
dimaksud dengan kalimat terbuka.
yang sering memunculkan indikator
Pertemuan ketiga dan keempat, S1
self-efficacy berpikir kritis matematis
mengangkat tangan dan menjawab
pada
terdapat
pada saat guru menanyakan bagai-
siswa yang jarang memunculkan
mana model matematika dari per-
indikator self-efficacy berpikir kritis
nyataan matematika yang diberikan,
matematis, dan ada juga siswa yang
S1 juga menjelaskan cara menye-
sama sekali
memunculkan
lesaikan PLSV kepada temannya di
indikator self-efficacy berpikir kritis
depan kelas. Pada pertemuan kelima
matematis. Terdapat pula siswa yang
dan keenam, S1 merasa berminat
menilai dirinya terlalu tinggi dilihat
dengan cara mengajukan diri untuk
dari skala efficacy awal namun pada
mengerjakan soal PR yang dianggap
pembelajaran
memunculkan
sulit. Pada pertemuan ketujuh, S1
indikator self-efficacy berpikir kritis.
mengajukan diri untuk menjawab
setiap
pertemuan,
tidak
tidak
pertanyaan PtLSV di papan tulis. Hal
yakin terhadap kesuksesan dalam
tersebut yang menandakan bahwa S1
mengatasi rintangan, ancaman dipan-
menunjukkan indikator merasa ber-
dang sebagai suatu tantangan yang
minat. Sesuai definisi minat menurut
tidak perlu dihindari, gigih dalam
Slameto (Djaali, 2009:121), yaitu
berusaha, percaya pada kemampuan
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
diri yang dimiliki, hanya sedikit
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
menampakkan keraguan, dan suka
ada yang menyuruh.
mencari situasi yang baru.
Pada
dimensi
strength, S1
Pada dimensi generality, indi-
belum menunjukkan indikator me-
kator self-efficacy berpikir kritis
ningkatkan upaya dan berkomitmen
matematis sulit diamati selama pro-
pada awal Pembelajaran Socrates
ses pembelajaran. S1 memunculkan
Kontekstual. Indikator pada dimensi
indikator
strength dimunculkan oleh S1 pada
kondisi yang beragam dengan cara
pertemuan ketiga dan keenam. Pada
potitif yaitu pada pertemuan keenam
pertemuan ketiga, S1 bertanya pada
yaitu pada saat mengerjakan tugas
saat mengalami kesulitan melakukan
yang dianggap sulit oleh sebagian
simulasi permainan. Pada pertemuan
siswa lainnya.
menyikapi
situasi
dan
keenam, S1 bertanya kepada guru
Selain berdasarkan kegiatan
pada saat mengalami kesulitan me-
pembelajaran yang selalu memun-
ngerjakan soal latihan berpikir kritis
culkan indikator self-efficacy berpikir
matematis.
kritis matematis, berdasarkan hasil
Berdasarkan hasil wawancara
wawancara, dan skala efficacy juga
diketahui bahwa S1 meyakini diri-
dapat disimpulkan bahwa S1 ter-
nya mampu menyelesaikan tugas
golong dalam siswa yang memiliki
yang diberikan guru dengan baik dan
self-efficacy berpikir kritis sangat
merasa tertantang untuk menye-
tinggi.
lesaikan tugas dan persoalan mate-
Subjek
kedua
yang
akan
matika. Hal tersebut sesuai dengan
dibahas mengenai self-efficacy ber-
ciri-ciri seseorang yang memiliki
pikir kritis matematisnya adalah
self-efficacy tinggi menurut Anwar
adalah S2. Pada dimensi magnitude/
(2009:20-21) yaitu dapat menangani
level, S2 pada awal pembelajaran
situasi yang dihadapi secara efektif,
Socrates Kontekstual sudah memun-
culkan indikator menunjukkan rasa
tanyaan dengan jawaban yakin dan
berminat menjawab pertanyaan guru.
sangat yakin, karena menurut S2
Pada pertemuan kedua, S2 menun-
semakin tinggi keyakinan maka akan
jukkan rasa berminat namun bukan
semakin semangat dalam menye-
dalam hal berpikir kritis yaitu pada
lesaikan permasalahan matematika,
saat membuat model matematika
S2 juga selalu ingin tahu tentang
ketika diminta guru tetapi jawa-
matematika.
bannya kurang tepat, namun S2 me-
Pada dimensi strength, indi-
munculkan indikator merasa yakin
kator self-efficacy berpikir kritis
karena dapat merevisi pernyataan
matematis tidak dimunculkan oleh
guru ketika menyebutkan kalimat
S2 pada awal pembelajaran Socrates
“3+9×2=…”
kalimat
Kontekstual hingga pertemuan ke-
berita, S2 merevisi bahwa kalimat
dua. Pada pertemuan ketiga, S2 me-
tersebut merupakan kalimat perta-
nunjukkan indikator meningkatkan
nyaan.
upaya ketika mengalami kesulitan
merupakan
Pada pertemuan ketiga, S2
mengangkat
tangan
dan
tertarik
dalam melakukan simulasi model
untuk menjawab pertanyaan guru
matematika.
ketika guru menanyakan apakah
empat, S2 menunjukkan indikator
perbedaan dari kalimat terbuka dan
meningkatkan upaya karena dapat
tertutup. Pada pertemuan keempat,
menghubungkan
S2 menunjukkan indikator merasa
matika dengan kehidupan sehari-hari
berminat dan optimis karena men-
ketika
jawab pertanyaan guru dan membe-
nyata dari penyelesaian PLSV yaitu
rikan alasan. Pada pertemuan kelima
timbangan. Pertemuan selanjutnya
dan keenam, S2 tidak memunculkan
hingga pertemuan ketujuh, S2 me-
indikator merasa berminat, optimis,
nunjukkan indikator meningkatkan
maupun yakin. Pada pertemuan ke-
upaya ketika mengalami kesulitan
tujuh, S2 menunjukkan rasa berminat
terutama pada pertemuan keenam
ketika diberi pertanyaan mengenai
karena diberikan latihan soal berpikir
definisi bilangan bulat.
kritis, dan pada pertemuan ketujuh
Hasil wawancara menunjukkan bahwa S2 menjawab semua per-
guru
Pada pertemuan ke-
masalah
menanyakan
mate-
contoh
mencari cara lain dan menanyakan
penyelesaian PLSV ketika meng-
matematika dari permasalahan mate-
hasilkan desimal.
matika. Pada pertemuan keempat
Pada dimensi generality, S2
hingga pertemuan terakhir, S3 tidak
menunjukkan indikator yaitu ber-
menunjukkan indikator pada dimensi
pedoman pada pengalaman belajar
magnitude/level.
sebelumnya pada pertemuan pertama
Pada dimensi strength, S3 tidak
sampai dengan ketiga. Pada per-
memunculkan indikator meningkat-
temuan keempat hingga pertemuan
kan upaya dan indikator berkomit-
terakhir, S2 tidak menunjukkan indi-
men pada setiap pertemuan. Ber-
kator berpedoman pada pengalaman
dasarkan hasil wawancara, S3 tidak
belajar sebelumnya.
begitu yakin dapat meningkatkan
Berdasarkan skala efficacy juga
upaya untuk menyelesaikan soal
diketahui bahwa S2 tergolong dalam
berpikir kritis karena takut salah dan
siswa yang memiliki self-efficacy
belum paham dengan materinya, S3
berpikir
sangat
menyatakan bahwa pada saat dijelas-
tinggi. S2 mengalami peningkatan
kan mengerti namun ketika perte-
self-efficacy berpikir kritis matematis
muan berikutnya diminta menger-
yaitu dari skor 322 menjadi 499,
jakan soal lupa materi yang telah
interpretasinya yaitu dari keyakinan
dijelaskan, dan S3 menjelaskan bah-
tinggi menjadi sangat tinggi.
wa dirinya juga kesulitan menen-
kritis
matematis
Subjek ketiga yang dibahas mengenai self-efficacy berpikir kritis
tukan fokus pada satu permasalahan matematika.
Pada di-
Pada dimensi generality, indi-
mensi magnitude/level, S3 menun-
kator menyikapi situasi dan kondisi
jukkan indikator merasa optimis pada
yang beragam dengan cara positif
awal pembelajaran Socrates Kon-
dan indikator berpedoman pada pe-
tekstual karena berusaha berargumen
ngalaman belajar sebelumnya dimun-
ketika diminta pendapat mengenai
culkan oleh S3 hanya pada perte-
kalimat terbuka. Pada pertemuan ke-
muan ketiga, yaitu pada saat men-
tiga, S3 menunjukkan indikator me-
jawab pertanyaan guru ketika dimin-
rasa yakin karena merevisi jawaban
ta menjelaskan mengenai definisi
temannya ketika memberikan model
kalimat terbuka.
matematisnya adalah S3.
Berdasarkan hasil pengamatan,
pertemuan ketiga dan keempat, S3
S3 hanya sedikit memunculkan indi-
tidak menunjukkan indikator self-
kator self-efficacy berpikir kritis
efficacy berpikir kritis matematis
matematis. Berdasarkan hasil wa-
karena pada saat menjawab perta-
wancara menunjukkan bahwa S3
nyaan guru terkesan asal menjawab
tidak begitu yakin dengan kemam-
dan tanpa memikirkan terlebih da-
puan berpikir kritis yang dimiliki
hulu atau menganalisis pertanyaan
karena takut salah, belum paham,
terlebih dahulu. S3 selalu menjawab
dan
materinya.
seketika guru memberikan perta-
skala efficacy
nyaan tanpa melakukan interpretasi
menunjukkan bahwa S3 mengalami
dan analisis terhadap pertanyaan
kenaikan self-efficacy berpikir kritis
yang diberikan. Pada pertemuan ke-
matematis, dengan skor awal 180
lima hingga pertemuan terakhir, S3
yakni tergolong rendah menjadi 296
tidak menunjukkan indikator self-
atau termasuk dalam siswa yang
efficacy berpikir kritis matematis
memiliki self-efficacy berpikir kritis
pada dimensi magnitude/level. S3
matematis tinggi.
juga tidak menunjukkan indikator
belum
Berdasarkan
mengerti hasil
Subjek keempat yang akan dibahas mengenai self-efficacy ber-
pada dimensi strength dan generality pada setiap pembelajaran.
pikir kritis matematisnya adalah S4.
Berdasarkan hasil wawancara,
Pada dimensi magnitude/level, awal
diketahui bahwa S4 tidak dapat
pembelajaran Socrates Kontekstual
meningkatkan upaya ketika menga-
S4 tidak menunjukkan indikator me-
lami kesulitan, S4 memilih mencon-
rasa optimis karena tidak dapat
tek pekerjaan teman dengan alasan
memberikan argumen ketika diminta
susah mengerti.
pendapat mengenai pengertian kali-
Berdasarkan hasil skala effi-
Pada pertemuan kedua, S4
cacy yang dibandingkan dengan hasil
tidak menunjukkan indikator merasa
pengamatan dan wawancara dike-
berminat karena pada saat guru
tahui bahwa S4 menilai dirinya
berkeliling memeriksa pekerjaan sis-
terlalu tinggi, skor awal yaitu 319
wa, S4 menonton tv menggunakan
dan skor akhirnya yaitu 296 yang
handphone yang dimilikinya. Pada
sama-sama
mat.
memiliki
interpretasi
tinggi.
Namun hasil tersebut tidak
sesuai dengan hasil wawancara dan
berpedoman pada pengalaman belajar sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara,
pengamatan pada setiap pembelaS5
jaran. Subjek selanjutnya yang diba-
tidak
kemampuan
begitu
yakin
berpikir
dengan
kritis
yang
has mengenai self-efficacy berpikir
dimiliki karena bingung menjelaskan
kritis matematisnya yaitu S5. Pada
maksud soal dan mengartikan setiap
dimensi magnitude/level, S5 tidak
bentuk soal, S5 juga bingung dengan
menunjukkan indikator yaitu merasa
apa yang harus dilakukan ketika
berminat, merasa optimis, dan me-
mengerjakan soal matematika, S5
rasa yakin pada pertemuan pertama
hanya dapat mengingat contoh atau
hingga pertemuan terakhir karena S5
materi yang diberikan guru dan sulit
tidak pernah mengangkat tangan dan
untuk mengingat penyelesaian soal
mengajukan diri untuk menjawab
yang dikerjakan oleh temannya.
pertanyaan guru maupun persoalan
Hasil skala efficacy menun-
Pada
jukkan bahwa S5 tergolong dalam
dimensi strength, S5 hanya menun-
siswa yang memiliki self-efficacy
jukkan indikator meningkatkan upa-
berpikir kritis rendah yaitu dengan
ya yaitu pada pertemuan keenam
skor 154, namun setelah dilakukan
karena bertanya kepada guru saat
pembelajaran Socrates Kontekstual
mengalami kesulitan menyelesaikan
dan diberikan skala efficacy kembali,
soal latihan berpikir kritis secara
S5 mendapatkan skor 271 atau
berkelompok. S5 juga tidak menun-
dengan interpretasi sedang.
matematika di papan tulis.
jukkan indikator berkomitmen pada
Subjek terakhir
yang akan
dimensi
dibahas mengenai self-efficacy ber-
generality, S5 juga tidak memuncul-
pikir kritis matematisnya adalah S6.
kan indikator menyikapi situasi dan
Pada dimensi magnitude/level, S6
kondisi yang beragam dengan cara
pada awal pembelajaran Socrates
positif karena tidak berusaha me-
Kontekstual tidak menunjukkan rasa
ngerjakan setiap soal yang diberikan
berminat karena pada saat guru
dan tidak memunculkan indikator
meminta siswa membuat contoh
setiap
pertemuan.
Pada
kalimat dari kata yang diberikan, S6
tidak langsung mengambil pena dan
guru karena takut salah dan takut
buku untuk mengerjakan, S6 per-
mendapatkan nilai yang kecil. S6
lahan-lahan setelah melihat semua
tidak begitu yakin dapat menjelaskan
temannya mulai mengerjakan baru
setiap pertanyaan atau persoalan
ikut mengerjakan. Pada pertemuan
matematika dan tidak yakin dapat
kedua hingga pertemuan terakhir, S6
mengerjakannya dengan berhasil, S6
tidak menunjukkan indikator self-
juga
efficacy berpikir kritis matematis
langkah-langkah yang tepat dalam
pada dimensi magnitude/level yaitu
mengerjakan soal karena takut salah.
merasa berminat, merasa optimis,
S6 merasa bahwa dirinya tidak dapat
dan merasa yakin.
berpikir cermat, tidak dapat fokus
tidak
dapat
menentukan
S6
membaca dan juga tidak dapat
hanya menunjukkan indikator me-
mengingat cara teman mengerjakan
ningkatkan upaya pada pertemuan
soal-soal ketika di kelas.
keenam yaitu saat mengalami kesu-
sebut sesuai dengan ciri-ciri sese-
litan mengerjakan soal latihan ber-
orang yang memiliki self-efficacy
pikir kritis. S6 bertanya mengenai
yang
kesulitan yang dihadapi kepada guru.
(2009:21). S6 tergolong dalam siswa
Pada dimensi generality, S6
yang memiliki self-efficacy berpikir
Pada
dimensi
strength,
tidak menunjukkan indikator self-
rendah
menurut
Hal ter-
Anwar
kritis matematis rendah.
efficacy berpikir kritis matematis. S6
Berdasarkan hasil skala eff-
tidak selalu berusaha mengerjakan
icacy diketahui bahwa S6 memiliki
setiap soal yang dianggap sulit dan
self-efficacy berpikir kritis matematis
tidak berpedoman pada pengalaman
rendah yakni dengan skor 128,
belajar sebelumnya. S6 cenderung
walaupun mengalami peningkatan
diam dan menunggu guru meberitahu
dari yang semula 108 atau sangat
penyelesaian soal yang diberikan dan
rendah namun S6 tetap tergolong
tidak berusaha mengerjakannya se-
dalam siswa yang memiliki self-
cara mandiri.
efficacy berpikir kritis matematis
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa S6 tidak begitu yakin dapat menjawab pertanyaan
rendah.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa Pembelajaran Socrates Kontekstual secara dominan memunculkan indikator self-efficacy berpikir kritis matematis siswa pada dimensi magnitude/level
ditunjukkan
oleh
siswa S1, S2, S10, dan S14. Selain itu, terdapat siswa yang salah menilai self-efficacy berpikir kritis matematisnya yaitu S4. DAFTAR PUSTAKA Andiny, Laura. 2008. Perbedaan Self-Efficacy Antara Guru SMA ‘Plus’ dan Guru SMA Non ‘Plus’. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Anwar, Astrid Indi Dwisty. 2009. Hubungan Antara SelfEfficacy dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Bandura, Albert. 1994. Self-Efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed.), Enclyclopedia of Human Behavior (Vol. 4, 71-78). New York: Academic Press. Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Moma, La. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis, Self-Efficacy, dan Soft-Skills Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. Disertasi. Bandung:UPI. Rachmawati, Yunia Eka. 2012. Hubungan Antara SelfEficacy dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Awal dan Tingkat Akhir di Universitas Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 1 No. 1 (2012). Surabaya: Universitas Surabaya. Putrayasa, Ida Bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksha Press. Tansil, S., Aditomo, A., Tjahjono, E. 2009. Reflected Appraisals dan Mathematic Academic Self-Efficacy pada Siswa SMA. Anima, Indonesian Psychological Journal 2009, Vol. 24, No. 2, 183-188. Surabaya: Universitas Surabaya. Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi. Bandung: UPI.