ANALISIS DESKRIPTIF SELF-EFFICACY BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL Agus Sugiarto1, Tina Yunarti2, Widyastuti2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This descriptive qualitative research aimed to describe the students’ mathematical critical thinking self-efficacy in Socrates Contextual Learning. The subject of this research was students of VII-D class of SMPN 22 Bandarlampung in even semester, academic year of 2014/2015 who appeared indicators of mathematical critical thinking self-efficacy. The data of this research were obtained by observation recording, mathematical critical thinking self-efficacy scale, and interview. The interview in this research aimed to get deeper informations about students’ mathematical critical thinking self-efficacy. The analysis of data used three stages, that were reducting, displaying, and getting conclusion of data. Based on the analysis of data, it was concluded that student’s mathematical critical thinking self-efficacy which appeared dominantly in Socrates Contextual Learning was indicators on magnitude/level dimension. Penelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan self-efficacy berpikir kritis matematis siswa dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP Negeri 22 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015 yang memunculkan indikator self-efficacy berpikir kritis matematis. Data penelitian ini diperoleh melalui catatan lapangan, skala self-efficacy berpikir kritis matematis, dan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam mengenai self-efficacy berpikir kritis matematis siswa. Analisis data menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan terhadap data. Berdasarkan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa self-efficacy berpikir kritis matematis siswa yang dominan muncul dalam Pembelajaran Socrates Kotekstual adalah indikator pada dimensi magnitude/level. Kata kunci : berpikir kritis matematis, self-efficacy, Socrates Kontekstual
Membekali siswa dengan ke-
PENDAHULUAN Matematika
sebagai
ilmu
mampuan berpikir kritis sangat di-
universal memiliki peranan penting
perlukan agar siswa dapat bersikap
dalam berbagai aspek kehidupan.
dan
Kedudukan matematika sangat erat
menghadapi masalah kehidupan nya-
kaitannya dengan pola pikir manusia
ta. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang berpengaruh dalam kehidupan
Hasratuddin (2010) yang menyata-
sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan
kan bahwa kemampuan berpikir
pendapat Fathani (Maulana, 2013)
kritis yang baik dapat membentuk
yang menyatakan bahwa matematika
sikap dan perilaku yang rasional.
itu penting baik sebagai alat bantu,
berperilaku
rasional
Perkembangan
dalam
kemampuan
sebagai ilmu, sebagai pembentuk
berpikir
sikap, maupun sebagai pembimbing
banyak faktor. Salah satu faktornya
pola pikir. Lebih lanjut Suherman
adalah self-efficacy yang menjadi
(2003) menyatakan bahwa selain
penggerak
sebagai ratunya ilmu sekaligus pela-
Bandura (2009) menjelaskan bahwa
yannya ilmu, matematika berfungsi
“Whatever other factors may serve
sebagai alat dan pola pikir.
as guide and motivator, they rooted
Selanjutnya Permendiknas No. 23
Tahun
2006
(BNSP:
kritis
tentu
utama
dipengaruhi
motivasi
diri.
in the core belief that one has to
2006)
power to produce desired result”.
menjelaskan bahwa mata pelajaran
Selanjutnya Bandura juga menjelas-
matematika diberikan kepada siswa
kan bahwa self-efficacy seseorang
jenjang
dan
akan menentukan bagaimana perila-
menengah salah satunya memiliki
ku seseorang dalam menghadapi
tujuan
siswa
tantangan, seberapa banyak usaha
dengan kemampuan berpikir logis,
yang dilakukan, dan berapa lama
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
seseorang akan bertahan menghadapi
Berdasarkan
kesulitan.
pendidikan untuk
dasar
membekali
tujuan
tersebut,
kemampuan berpikir kritis merupa-
Dari pendapat-pendapat di atas
kan salah satu poin penting dalam
dapat dilihat pentingnya self-efficacy
pelaksanaan
siswa dalam menggerakkan motivasi
sekolah.
pembelajaran
di
dan usaha dalam mencapai tujuannya atau menyelesaikan tugasnya khusus-
nya dalam hal ini untuk berpikir
Kontekstal. Pembelajaran Socrates
kritis matematis. Hal ini sejalan
Kontekstual
dengan Hanifah dan Agustini (2012)
jaran bersifat kontruktivisme yang
yang menyatakan bahwa self-efficacy
memuat diskusi dengan dipimpin
perlu dikembangkan untuk menim-
oleh
bulkan kemampuan berpikir kritis
pertanyaan-pertanyaan Socrates un-
siswa.
tuk memvalidasi dan membangun
Pentingnya
siswa
memiliki
guru
sendiri
merupakan
dengan
pemahaman
pembela-
memberikan
siswa
tanpa
self-efficacy dalam berpikir kritis
mengatakan jawaban siswa “benar”
matematis belum terlihat pada siswa
atau “salah” serta materi atau konsep
kelas VII-D SMP Negeri 22 Bandar-
yang disampaikan dikaitkan dengan
lampung.
awal
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
didapat bahwa sebagian besar siswa
tersebut diyakini dapat meningkatkan
tampak
dalam
self-efficacy berpikir kritis matematis
menginterpretasi dan menganalisis
siswa yang didasarkan pendapat
masalah yang diberikan guru dan
Wilson (2008) yang menyatakan
pesimis
yang
penerapan pembelajaran konstrukti-
dimilikinya. Lebih lanjut, dari hasil
visme dapat mengajak dan memo-
wawancara
tivasi siswa untuk meningkatkan
Dari kurang
observasi berminat
dengan
jawaban
kepada
guru
mata
pelajaran matematika SMP Negeri 22
upaya dan
Bandarlampung
bahwa
untuk mencapai keberhasilan sehing-
sebagian besar siswa masih kurang
ga dapat meningkatkan self-efficacy
berminat dan yakin dalam mengin-
siswa.
terpretasi, menganalisis, dan meng-
menyatakan
evaluasi
termotivasi untuk bereksperimen dan
diperoleh
dalam
menyelesaikan
dalam
bahwa
siswa
akan
upaya
nya dengan tanpa perasaan bahwa
self-efficacy
pendapat mereka akan dinilai salah
beberapa
memunculkan
Lebih lanjut Wilson juga
bereksplorasi dalam pembelajaran-
masalah matematika. Terdapat
memberikan dukungan
berpikir kritis matematis siswa yaitu
atau benar.
salah satunya adalah Pembelajaran
Selain Metode Socrates, Pen-
Socrates Kontekstual yang meru-
dekatan Kontekstual juga memiliki
pakan pembelajaran kombinasi dari
pengaruh
Metode Socrates dan Pendekatan
self-efficacy siswa. Hal ini sesuai
terhadap
perkembangan
pendapat Jonassen (Wilson, 2008)
mengenai self-efficacy berpikir kritis
yang menyatakan bahwa siswa akan
matematis siswa dalam Pembelajaran
lebih termotivasi dalam menyelesai-
Socrates Kontekstual yang terjadi
kan masalah jika mereka merasa
secara alamiah, apa adanya, serta
memiliki
masalah
tidak ada manipulasi keadaan dan
Sementara
itu,
itu
dalam
sendiri. penelitian
Suwanjal (2014) disimpulkan bahwa
kondisi
selama
pelaksanaan
penelitian.
self-efficacy matematis dan kemam-
Subjek pada penelitian ini ada-
puan berpikir kritis siswa dalam
lah siswa kelas VII-D SMP Negeri
pembelajaran
22 Bandarlampung yang memuncul-
dengan
Pendekatan
Kontekstual lebih tinggi daripada
kan indikator self-efficacy berpikir
siswa yang memperoleh pembe-
kritis matematis. Pengumpulan data
lejaran biasa.
pada penelitian ini dilakukan dengan
Berdasarkan uraian di atas
beberapa
teknik,
yaitu
catatan
dilakukan penelitian untuk mengeta-
lapangan, wawancara dan skala self-
hui
kritis
efficacy berpikir kritis matematis.
matematis siswa kelas VII-D SMP
Catatan lapangan dilakukan dengan
Negeri 22 Bandarlampung semester
menggunakan
genap tahun pelajaran 2014/2015
mengenai apa yang dilihat, didengar,
dalam
Socrates
dialami, dan dipikirkan dalam rangka
Self-efficacy berpikir
pengumpulan data. Wawancara yang
self-efficacy
Pembelajaran
Kontekstual. kritis
berpikir
matematis
siswa
dalam
catatan
dilakukan
berisikan
penelitian ini diukur berdasarkan tiga
pertanyaan
dengan
dimensi
mengetahui
ukur
yaitu
dimensi
tertulis
pertanyaantujuan
self-efficacy
untuk berpikir
magnitude/level, dimensi strength,
kritis matematis siswa dan menglari-
dan dimensi generality.
fikasi data yang diperoleh dari catatan lapangan dan skala mengenai
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan pene-
self-efficacy berpikir kritis matematis.
litian kualitatif deskriptif. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen utama. Data hasil penelitian ini berupa data deskriptif
Skala self-efficacy berpikir kritis
matematis
mengetahui berpikir
digunakan
tingkat
kritis
untuk
self-efficacy
matematis
siswa.
Sebelum digunakan, dilakukan uji
data, dan penarikan kesimpulan.
validitas dan uji reliabilitas skala. Uji
Reduksi
validitas yang digunakan adalah uji
menggolongkan, mengarahkan, dan
validitas isi dan uji validitas empirik.
membuang data yang tidak berkaitan
Validitas isi skala ini dilakukan oleh
dengan self-efficacy berpikir kritis
seorang ahli yaitu dosen Bimbingan
matematis. Selanjutnya data disaji-
Konseling
kan dalam bentuk deskriptif sebelum
Universitas
Lampung.
Setelah dilakukan uji validitas isi,
data
dilakukan
untuk
penarikan kesimpulan.
skala diujicobakan pada siswa selain subjek penelitian. Setelah dilakukan uji validitas isi dan validitas empirik menggunakan rumus korelasi antara skor tiap item dengan skor total, diperoleh 30 item skala self-efficacy berpikir
kritis
matematis
dinyatakan valid.
siswa
Setelah dihitung
reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Alpha, diperoleh koefisien reliabilitas skala 0,85 dan menurut Arikunto
(2009)
angka
tersebut
menunjukkan reliabilitas yang sangat tinggi, artinya skala self-efficacy berpikir kritis matematis siswa layak atau dapat digunakan sebagai alat
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual selama tujuh pertemuan diperoleh bahwa secara umum
indikator
dimunculkan
oleh
Sebelum peneliti
menganalisis
terlebih
dahulu
data,
menguji
keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi sumber. Setelah triangulasi data, analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
paling
siswa
dalam
Pembelajaran Socrates Kontekstual adalah pada dimensi magnitude/level yakni indikator minat, optimis, dan yakin dalam menyelesaikan masalah melibatkan berpikir kritis matematis. Indikator pada dimensi ini dimunculkan
ketika
guru
memberikan
pertanyaan-pertanyaan Socrates tipe asumsi-asumsi,
ukur.
yang
klarifikasi,
dan
alasan-alasan yang melibatkan permasalahan berpikir kritis matematis. Indikator pada dimensi magnitude/level
ditunjukan oleh siswa
pada setiap pertemuan bervariasi. Dari tujuh pertemuan yang telah dilaksanakan terdapat siswa yang semakin baik, ada juga yang semakin
menurun dari segi memunculkan
baik.
minat, optimis, dan yakin dalam
de/level juga dimunculkan oleh siswa
menyelesaikan
berpikir
ketika Pembelajaran Socrates Kon-
kritis matematis, bahkan ada siswa
tekstual dikemas dalam permainan
yang tidak memunculkan indikator
yang merupakan pilar modeling dan
tersebut. Tidak ada siswa yang secara
masyarakat belajar. Hal ini sesuai
konsisten
pendapat
masalah
selalu
memunculkan
Selain itu, dimensi magnitu-
Schulze
dan
Schulze
indikator pada dimensi magnitude/
(Masraroh, 2012) yang menyatakan
level. Namun terdapat siswa sering
bahwa
memunculkan
pada
memberikan rasa nyaman dan aman
dimensi ini yaitu P24. Selanjutnya
merupakan salah satu strategi dalam
terdapat P20, P22, dan P27 yang
meningkatkan self-efficacy siswa.
memunculkan
indikator
indikator
strategi
modeling
dan
pada
Sementara itu, pada dimensi
dimensi ini yaitu sebanyak empat
strength secara umum tergolong
pertemuan. Sementara itu siswa yang
sedang
lain memunculkan indikator pada
pembelajaran. Indikator meningkat-
dimensi ini hanya kurang dari empat
kan upaya ditunjukkan oleh bebera-
pertemuan pertemuan. Bahkan ada
pa siswa yaitu P20, P22, P24, P25,
beberapa siswa yang sama sekali
dan P27 yakni pada saat menanggapi
tidak memunculkan indikator pada
pertanyaan Socrates tipe alasan-
dimensi ini yaitu P4, P5, P9, P11,
alasan dan bukti penyelidikan serta
P16, P19, dan P21.
ketika mengerjakan soal latihan yang
Pertanyaan-pertanyaan Socra-
kemunculannya
dalam
berbentuk soal cerita pada tiga per-
tes dengan memperhatikan faktor
temuan
keselamatan (the safety factor) yaitu
indikator berkomitmen hanya ditun-
dengan memberikan rasa nyaman
jukkan oleh P22, P24, dan P27 yaitu
dan aman pada siswa pada saat
ketika menjawab pertanyaan-perta-
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
nyaan Socrates secara terus menerus.
guru agar siswa tidak terlalu cemas
Sementara itu masih terdapat bebe-
dalam pembelajaran, ternyata strategi
rapa siswa merasa cemas, kurang
ini
self-efficacy
yakin dengan jawabannya, dan tidak
berpikir kritis siswa dalam indikator
berkomitmen dalam berpikir kritis
dimensi
matematis yaitu P1, P3, P6, P17,
dapat
membuat
magnitude/level
semakin
akhir.
Selanjutnya
pada
P23, dan P26 yakni ketika diberikan
tinggi, 35,7% siswa memiliki self-
pertanyaan-pertanyaan Socrates seca-
efficacy berpikir kritis matematis
ra terus-menerus. Hal ini sesuai
kategori tinggi, dan 10,8% siswa
pendapat
yang
memiliki self-efficacy berpikir kritis
menyatakan bahwa keadaan emo-
kategori sedang. Sementara itu, tidak
sional dan fisioligis merupakan salah
ada siswa yang masuk kategori
satu
self-
rendah dan sangat rendah. Namun
efficacy. Oleh sebab itu, seharusnya
kenyataannya banyak siswa yang
guru lebih peka terhadap keadaan
salah menilai self-efficacy berpikir
emosional dan fisiologis siswa ketika
kritis
akan memberikan pertanyaan.
dimilikinya,
Bandura
faktor
(2009)
memengaruhi
Selanjutnya
pada
matematis
siswa
siswa-siswa
yang tersebut
dimensi
adalah P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7,
generality hanya terdapat satu indi-
P9,P10, P11, P12, P13, P14, P15,
kator yaitu indikator berpedoman
P16, P17, P18, dan P19. Siswa-siswa
pada pengalaman belajar sebelumnya
tersebut dalam skala menilai tinggi
yang dimunculkan pada saat siswa
self-efficacy berpikir kritis matematis
mengerjakan soal latihan yaitu P1,
yang
P20, P22, P23, P24, P25, P26, dan
pembelajaran, mereka tidak menun-
P26. Pada saat mengerjakan soal
jukkan bahwa mereka memiliki self-
latihan, siswa mampu menggunakan
efficacy berpikir kritis matematis
pengalaman sebelumnya saat simu-
yang tinggi.
dimilikinya
tetapi
dalam
lasi untuk mengerjakan soal latihan
Pembahasan dilanjutkan pada
dengan benar. Selain itu, indikator
enam siswa yang memiliki self-
dimensi generality juga dimunculkan
efficacy berpikir kritis matematis
oleh siswa yaitu P1, P20, P22, P24,
tinggi, sedang, dan rendah yaitu P1,
P26, dan P27 yakni pada saat
P3, P6, P17, P24, dan P26. Terhadap
menjawab pertanyaan guru mengenai
enam
materi yang dipelajari pada pertemu-
melakukan wawancara untuk men-
an sebelumnya.
dapatkan
siswa
tersebut,
informasi
yang
peneliti jelas
Berdasarkan skala self-efficacy
mengenai self-efficacy berpikir kritis
berpikir kritis matematis, 53,5%
matematis yang tidak diperoleh dari
siswa memiliki self-efficacy berpikir
catatan lapangan dan faktor-faktor
kritis
pembelajaran yang memengaruhinya.
matematis
kategori
sangat
Siswa pertama yang dibahas
akhir pertemuan kurang mendapat-
adalah P1. Ketika mengikuti pem-
kan perhatian dan kesempatan oleh
belajaran terlihat P1 menunjukkan
guru.
indikator pada dimensi magnitude/
kelemahan Pembelajaran Socrates
level ketika menanggapi pertanyaan
Kontekstual diterapkan dalam kelas
Socrates tipe asumsi-asumsi dan
dengan jumlah siswa yang banyak
klarifikasi pada pertemuan pertama,
karena seringkali guru hanya fokus
kedua, dan kelima. Sementara itu,
pada beberapa siswa saja.
dimensi
strength
dan
Hal
ini
yang
menjadi
generality
Terkait soal cerita yang diberi-
belum dimunculkan oleh P1 dalam
kan, P1 mengatakan bahwa P1
pembelajaran.
kurang begitu suka dalam menyele-
Dari hasil wawancara, pada
saikan soal cerita dan P1 mengaku
awal pembelajaran P1 merasa senang
kurang teliti. Hal ini yang membuat
karena pembelajaran yang dilakukan
P1
guru menyenangkan dan menarik
strength karena merasa kesulitan
ditambah lagi terdapat permainan.
dalam menginterpretasi dan meng-
P1 juga menambahkan bahwa guru
analisis soal cerita yang diberikan.
dalam Pembelajaran Socrates Kon-
Walaupun demikian, P1 mengaku
tekstual memberikan rasa nyaman
bahwa dirinya memiliki self-efficacy
dan aman dalam mengungkapkan
berpikir kritis matematis yang tinggi.
pendapat. Hal ini membuat P1
Sementara itu, indikator dimensi
semakin tertarik dalam menginter-
generality belum dimunculkan oleh
pretasi dan menganalisis masalah
P1 karena P1 masih membutuhkan
yang diberikan oleh guru, ditambah
simulasi
lagi materi yang diberikan dikaitkan
menyelesaikan soal latihan yang
dalam
sehari-hari.
melibatkan berpikir kritis matematis.
P1 tidak
Berdasar-kan skala, P1 memiliki self-
memun-culkan indikator self-efficacy
efficacy berpikir kritis matematis
berpikir kritis pada dua pertemuan
yang masuk kategori sangat tinggi.
kehidupan
Sementara itu, alasan
terakhir
disebabkan
tidak
memunculkan
dari
guru
dimensi
untuk
pembealjaran
Subjek kedua yang dibahas
yang mulai membahas soal cerita dan
adalah P3. Pada pertemuan pertama
ia juga menambahkan bahwa ia
dan kedua, P3 belum menunjukkan
kurang tertarik karena pada akhir-
indikator self-efficacy berpikir kritis
matematis. P3 menunjukkan indika-
yang
tor pada dimensi magnitude/level
pembelajaran P3 hanya memuncul-
pada pertemuan ketiga yaitu ketika
kan
P1 memberikan jawaban atas perta-
magnitude/level kurang dari tiga
nyaan yang diberikan guru. Selain
pertemuan.
pada pertemuan ketiga, P3 menunjukkan
indikator
indikator
karena pada
dalam dimensi
Subjek selanjutnya yang diba-
dimensi
has adalah P6. Secara keseluruhan,
pertemuan
P6 hanya memunculkan indikator
keenam yaitu ketika P3 berhasil
dimensi magnitude/level yaitu pada
menginterpretasi dan menganalisis
pertemuan pertama dan pertemuan
masalah yang diberikan oleh guru.
kelima. Dimensi generality ditunjuk-
Semantara itu, dimensi strength dan
kan P6 ketika menyelesaikan latihan
generality P3 dalam Pembelajaran
soal.
Socrates
menunjukkan
magnitude/level
pada
dimilikinya
pada
Kontekstual
tergolong
rendah.
Sementara
itu,
P6
indikator
belum dimensi
strength dalam pembelajaran. Dari
Jika dilihat dari seluruh per-
hasil wawancara, hal ini disebabkan
temuan, P3 termasuk siswa kurang
P6 merasa kalah aktif dengan siswa
begitu aktif jika dilihat dari proses
yang lain dan merasa kurang men-
pembelajaran
dapatkan
yang
berlangsung.
perhatian
dari
guru
Hanya beberapa kali terlihat minat
sehingga membuatnya sedikit malas
tetapi secara umum P3 diam selama
untuk aktif dalam pembelajaran.
proses pembelajaran yang berlang-
Walaupun demikian, terkait dengan
sung. Berdasarkan wawancara, P3
keyakinan terhadap kemampuannya,
termasuk siswa yang pemalu.
P3
P6 selalu menjawab yakin dengan
malu untuk mengemukakan pendapat
kemampuannya dalam mengerjakan
apalagi kalau pendapatnya salah. P3
permasalahan berpikir kritis.
menambahkan bahwa dirinya malas untuk
berdiskusi
dan
has adalah P17. Secara keseluruhan
merasa kalah aktif dengan teman
P17 hanya memunculkan indikator
yang
minat selama pembelajaran. Hanya
lainnya.
kelompok
Selanjutnya subjek yang diba-
Berdasarkan
hasil
skala self-efficacy berpikir kritis
pada
matematis, P3 menilai terlalu tinggi
memunculkan
self-efficacy berpikir kritis matematis
magnitude/level
pertemuan
pertama,
P17
indikator
dimensi
ketika
mampu
mengevaluasi masalah yang diberi-
Tidak hanya itu, P24 seringkali
kan oleh guru.
berani
Ketika siswa lain
mengomentari
pendapat
bersemangat untuk menjawab pertan-
temannya yang tidak sependapat
yaan guru, P17 hanya diam melihat
dengan dirinya. Ketika guru membe-
teman-temannya. Berdasarkan wa-
rikan pertanyaan-pertanyaan Socra-
wancara, hal ini disebabkan P17
tes secara terus menerus, P24 selalu
memang kurang tertarik untuk mem-
berusaha menjawab dan berkomit-
perhatikan dan menilai pendapat
men dengan pendapatnya. Selain itu,
teman dan guru.
Ditambah lagi,
jika dilihat dari cara P24 dalam
ketika ditanya keyakinannya dalam
menginterpretasi dan menganalisis
mengerjakan soal-soal yang diberi-
soal cerita yang diberikan, P24
kan guru, P17 kurang begitu yakin
memiliki kemampuan yang baik
untuk
dalam berpikir kritis matematis.
mengerjakannya
menurutnya soal
karena
yang diberikan
Berdasarkan wawancara, P24
tidak mudah terutama soal cerita.
memang
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
memiliki self-efficacy berpikir kritis
P17 memiliki self-efficacy berpikir
yang baik atau tinggi. P24 menya-
kritis matematis yang rendah.
takan
Selanjutnya pembahasan dilanjutkan pada subjek P24.
termasuk
tidak
siswa
ragu
yang
mengomentari
pendapat dari teman apabila pen-
Secara
dapatnya berbeda dengan pendapat
keseluruhan P24 adalah siswa yang
temannya. Ia juga menyatakan sangat
paling sering memunculkan indikator
yakin
self-efficacy berpikir kritis matema-
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
tis pada setiap dimensi. P24 hanya
Terkait dengan soal cerita yang
tidak memunculkan indikator self-
diberikan, P24 juga menyatakan
efficacy berpikir kritis matematis
sangat
pada
kannya.
pertemuan
keempat
saja.
dapat
menjawab
yakin
dapat
Dilihat
dari
semua
menyelesaisikap
dan
Dilihat dari pendapat-pendapatnya,
perilaku yang ditunjukkan dalam
P24 termasuk siswa yang memiliki
pembelajaran dan saat wawancara,
self-efficacy berpikir kritis matematis
P24 menunjukkan ciri-ciri dari siswa
yang tinggi. Hal ini terlihat ketika
yang memiliki self-efficacy yang
P24 berusaha selalu memperhatikan
tinggi.
pendapat dan pertanyaan dari guru.
pendapat Anwar (2009) mengung-
Hal
ini
sesuai
dengan
kapkan bahwa siswa yang memiliki
berpikir
self-efficacy tinggi memiliki ciri-ciri
pertemuan
yaitu: (a) dapat menangani secara
karena permainan dan materi yang
efektif situasi yang mereka hadapi,
dibahas kurang menarik bagi P26
(b) yakin terhadap kesuksesan dalam
sehingga membuat P26 bosan dan
mengatasi rintangan, (c) ancaman di-
malas untuk mengikuti pembelajaran.
pandang sebagai suatu tantangan
P26 kembali menun-jukkan indikator
yang tidak perlu dihindari, (d) gigih
dimensi
dalam berusaha, (e) percaya pada
pertemuan kelima yaitu pada saat
kemampuan diri yang dimiliki, (f)
permainan.
hanya sedikit menampakkan keragu-
tidak memunculkan indi-kator self-
raguan, dan (g) suka mencari situasi
efficacy berpikir kritis matematis
baru. Hasil skala pun menunjukkan
pada dua pertemuan terakhir. Hal ini
bahwa P24 memiliki self-efficacy
disebabkan
berpikir kritis yang tinggi.
terakhir pembelajaran mulai memba-
Subjek terakhir yang dibahas
kritis
matematis
ketiga
dan
pada
keempat
magnitude /level pada
Namun P26 kembali
pada
dua
pertemuan
has soal cerita.
adalah P26. Pada pertemuan pertama
Berdasarkan wawancara, P26
P26 memperlihatkan indikator di-
menunjukkan indikator self-efficacy
mensi magnitude/level ketika P26
berpikir kritis dalam dua pertemuan
berhasil menginterpretasi dan meng-
awal disebabkan pembelajaran yang
evaluasi masalah yang diberikan oleh
dilakukan menarik dan pertanyaan-
guru. Hal ini membuat P26 sering-
pertanyaan yang diajukan oleh guru
kali menunjukkan indikator optimis
menantang ditambah lagi terdapat
selama pertemuan pertama karena
permainan yang termasuk dalam
keberhasilannya menjawab pertanya-
pemodelan dan masyarakat belajar
an
saat
dalam pilar kontekstual. Sementara
aktivitas permainan P26 menun-
itu, alasan P26 tidak memunculkan
jukkan indaktor dimensi strength
pada dua pertemuan akhir karena
yaitu dengan meningkatkan upaya
P26
dalam menyelesaikan masalah yang
menginterpretasi dan menganalisis
terdapat
soal cerita yang diberikan. Dari hasil
guru.
Sementara
Kemudian
dalam itu,
pada
permainan. P26
tidak
memunculkan indikator self-efficacy
skala
merasa
kesulitan
menunjukkan
bahwa
dalam
P26
menilai bahwa dirinya memiliki self-
efficacy berpikir kritis matematis
ran
yang
kurang terbiasa dalam menyelesaikan
tinggi.
Namun
dalam
pembelajaran, P26 tidak menun-
sebelumnya
sehingga
siswa
soal cerita.
jukkan self-efficacy berpikir kritis matematis yang tinggi. P26 menun-
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian
jukkan self-efficacy berpikir kritis
dan pembahasan diperoleh simpulan
matematis yang sedang. Dari keseluruhan pertemuan yang dilakukan, ternyata Pembelajaran Socrates Kontekstual yang dikemas dengan pertanyaan-pertanyaan Socrates dengan memperhatikan
faktor
keselamatan
dan
faktor yang disukai (the safety and the preference factor) siswa memberikan rasa nyaman dan aman pada siswa untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan. Hal ini membuat siswa memunculkan magnitude/level
indikator
dimensi
tergolong
tinggi.
Selain itu, sesekali dilakukannya permainan membuat siswa semakin antusias dalam mengikuti pembela-
bahwa indikator self-efficacy berpikir kritis matematis siswa yang dominan muncul dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual adalah indikator self-efficacy berpikir kritis matematis pada dimensi magnitude/ level. DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. 2009. Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasardasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
jaran sehingga berdampak positif pada self-efficacy berpikir kritisnya. Di sisi lain pemberian soal cerita terkait
berpikir
kritis
matematis
membuat indikator dimensi strength dan
dimensi
generality
kurang
muncul dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa kurang mendapatkan soal-soal cerita pada pembelaja-
Bandura, Albert. 2009. Cultivate Self-Efficacy For Personal and organizational/Effectiveness. Dalam E.A. Locke (Ed.). Handbook of principles of organization behavior (Hal.179-200). New York: Wiley. [Online]. [http://www.uky.edu, diakses pada Maret 2015].
BSNP. 2006. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Hanifah, Nurika dan Agustini, Rudiana. 2012. Peningkatan Self-Efficacy dan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Materi Pokok Asam Basa Kelas XI SMAN 9 Surabaya. Jurnal FMIPA Unesa (Vol. 1 hal. 27-33). Surabaya: Unesa. [Online]. [http://ejournal.unesa.ac.id, diakses pada Maret 2015] Hasratuddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kecerdasan Emosional Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan Matematika (Vol. 4 No. 2). Medan: Unimed. [Online]. [http://digilib.unimed. ac.id/, diakses pada Maret 2015]. Masraroh, Latifatul. 2012. Effektivitas Bimbingan Kelompok Teknik Modelling Untuk Meningkatkan SelfEfficacy Akademik Siswa (Studi Eksperimen Kuasi di Kelas X SMA Laboratorium UPI Bandung). Skripsi. Bandung: UPI. [Online]. [http://repository.upi.edu, diakses pada April 2015]. Maulana, Ady Sulton. 2013. Penerapan Strategi React Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMP. Skripsi. Bandung : UPI.
[Online]. [http://repository.upi.edu, diakses pada April 2015]. Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung: JICAUPI. Suwanjal, Usep. 2014. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematis Siswa SMP. Tesis. Jakarta: Universitas Terbuka. Wilson, Susan. 2008. Mathematical Self-Efficacy: How Contructivist Philosophies Improve Self-Efficacy. United Kingdom: University Of British Colombia. [Online]. [http://www.scribd. com, diakses pada Maret 2015].