ANALISIS RISIKO PENJUALAN PADA USAHA REPTIL DI KOTA JAKARTA (Studi Kasus: Savera Reptile Jakarta)
ALDRIAN NURANDA FIKRI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Studi kasus: Savera Reptile Jakarta) merupakan karya saya dengan arahan dari dosen komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Aldrian Nuranda Fikri
ABSTRAK ALDRIAN NURANDA FIKRI. Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil Di Kota Jakarta (Study Kasus: Savera Reptile Jakarta). Dibimbing oleh Netti Tinaprilla. Permasalahan yang dihadapi Savera Reptile ialah tingkat fluktuasi penjualan hewan reptil yang dapat menyebabkan produk reptil tidak terjual. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumber-sumber risiko penjualan, menganalisis risiko penjualan, serta merumuskan alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi risiko penjualan hewan reptil. Metode yang digunakan ialah pemetaan risiko, analisis deskriptif, analisis z-score, dan analisis Value at Risk. Sumber risiko penjualan yang terjadi pada Savera Reptile yaitu tampilan fisik produk, persaingan pasar, serangan penyakit, pemeliharaan, dan dayabeli masyarakat. Status sumber risiko terbesar yang dihadapi ialah persaingan pasar sedangkan yang terendah ialah pemeliharaan. Alternatif penanganan yang dapat dilakukan yaitu preventif dan mitigasi. Kata Kunci: Bisnis Reptil, Risiko penjualan, Fluktuasi Penjualan ABSTRACT ALDRIAN NURANDA FIKRI. Sales Risk Analysis On Reptile Business In Jakarta (Case Study: Savera Reptile Jakarta). Supervised by NETTI TINAPRILLA. The problems faced by Savera Reptile is sales fluctuation of reptile that tend to fluctuate. This research aims to identify the risk of sales, analyzing risk status, and formulates an alternative treatment that can be used in order to overcome price risk animals of reptiles. This research use several method such as risk mapping, descriptive analyze, z-score, and Value at Risk. Sales risk source that happened in Savera Reptile due to high product was lack of selling and high mortality rates, this was due to product quality, market competition, disease, food availability, and the community’s purchasing power. The biggest risk source challenge is market competition while the lowest is the food availability. The handling alternative which can reduce of risk occurence are prevention and mitigation. Key Words: Reptiles Busines, Sales risk, Sales Fluctuation
ANALISIS RISIKO PENJUALAN PADA USAHA REPTIL DI KOTA JAKARTA (Studi Kasus: Savera Reptile Jakarta)
ALDRIAN NURANDA FIKRI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama
: Analisis Risiko Penjualan pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Studi Kasus Savera Reptile Jakarta) : Aldrian Nuranda Fikri
NIM
: H34114059
Disetujui oleh
Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir.Dwi Rachmina, M.Si Ketua Departemen
Tanggal Lulus: …......................
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Study Kasus: Savera Reptile Jakarta)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Robert, Ibu Lyna, Pak Iwan, dan Ibu Queen yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, serta anggota Savera Reptile lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Aldrian Nuranda Fikri
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN
1
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA
4 5 5 5
Agribisnis Hewan Reptil Risiko komoditi Agribisnis Sumber – sumber risiko Strategi Pengelolaan Risiko KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Dasar Risiko dan Ketidakpastian
5 7 9 10 11 11 11
Tipe-Tipe Resiko
11
Sumber – Sumber Risiko
13
Pengukuran Risiko
14
Pemetaan Risiko
15
Manajemen Risiko
16
Konsep Permintaan, Penawaran, dan Harga
18
Fluktuasi Penjualan
19
Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
21 22
Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Kuantitatif Analisis Probabilitas Risiko
22 22 22 22 23 23
Pengukuran Dampak Risiko
24
Analisis Manajemen Risiko HASIL DAN PEMBAHASAN
24 26
Sejarah dan Perkembangan Savera Reptile Visi, Misi dan Motto Savera Reptile
26 27
Organisasi dan Sumberdaya Manusia
27
Kegiatan Penjualan Reptil di Savera Reptile
28
Jenis dan Jumlah Reptil di Savera Reptile
30
Identifikasi Sumber Resiko di Savera Reptile Analisis Probabilitas Risiko Penjualan Pada Hewan Reptil Analisis Dampak Risiko Penjualan Hewan Reptil Tampilan Fisik Produk
30 38 43 43
Persaingan Pasar
44
Serangan Penyakit
45
Pemeliharaan
45
Daya Beli Masyarakat
46
Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil Alternatif Penanganan Risiko Strategi Preventif
47 49 49
Simpulan
60
Saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
DAFTAR TABEL 1 Daftar Peserta Kontes Reptil Yang di Adakan Di Kota Jakarta Tahun 2007-2013 2 Jenis hewan reptil serta negara tujuan produk reptil ular asal Indonesia (%) Selama tahun 2000-2003 3 Harga Jual Reptil Pada Pengusaha X di Kota Bogor Pada Bulan Februari 2014 4 Contoh – contoh risiko murni 5 Contoh – contoh risiko spekulatif 6 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk 7 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Persaingan Pasar 8 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Serangan Penyakit 9 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Pemeliharaan 10 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 11 Probabilitas Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk 12 Probabilitas Sumber Risiko Persaingan Pasar 13 Probabilitas Sumber Risiko Serangan Penyakit 14 Probabilitas Sumber Risiko Pemeliharaan 15 Probabilitas Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 16 Dampak sumber risiko tampilan fisik produk reptil pada tingkat harga Rp 340.054 17 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Persaingan Pasar Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 18 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Serangan Penyakit Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 19 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Pemeliharaan Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 20 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Daya Beli Masyarakat Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 21 Probabilitas, Dampak dan Status Risiko 22 Jenis Penyakit dan Penangan 23 Strategi Mitigasi Sumber Risiko Persaingan Pasar 24 Data Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April 2014
1 2 3 12 13 32 34 35 36 37 39 40 41 41 42 44 44 45 46 46 47 52 56 59
DAFTAR GAMBAR 1 Fluktuasi harga reptil pada usaha reptil di pengusaha Y tahun 2012-2013 di kota bogor 2 Fluktuasi Penjualan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April 2014 3 Peta Risiko, Kountur (2008) 4 Sistematika pengelolaan risiko, Kountur (2008) 5 Pembentukan Harga oleh Permintaan dan Penawaran
3 4 16 17 18
6 Pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran 20 7 Kerangka pemikiran operasional Analisis risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Studi Kasus : Savera Reptile Jakarta) 21 8 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) 25 9 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi) 26 10 Struktur Organisasi Savera Reptile 28 11 Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil 48 12 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk 50 13 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Persaingan Pasar 51 14 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Serangan Penyakit 53 15 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Pemeliharaan 54 16 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 55 17 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Persaingan Pasar 57 18 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 58
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Ular yang Tersedia Pada Savera Reptile 2 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kura-Kura yang Tersedia Pada Savera Reptile 3 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kadal yang Tersedia Pada Savera Reptile 4 Lokasi dan Tempat Penelitian 5 Reptil Tidak Terjual Akibat Tampilan Fisik Produk 6 Reptil Tidak Terjual Akibat Penyakit 7 Pakan dan Peralatan Penunjang 8 Hasil Perhitungan Probabilitas Risiko Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile Jakarta
63 64 65 66 67 67 i 69
1
PENDAHULUAN Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di sektor hilir.sebagai subjek tertentu, agribisnis berkaitan erat dengan mengelola aspek budaidaya, penyedia bahan baku, pengelolaan, pascapanen, proses pengolahan, himgga tahap pemasaran. Objek agribisnis dapat berupa hewan, tumbuhan, serta organisme lainnya. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, pada bidang agribisnis di bagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan manusia yang masuk kedalam kebutuhan primer terkait dengan agribisnis ialah pangan yang dapat diperoleh dari pertanian berupa beras, jagung, maupun umbi-umbian. Kebutuhan sekunder terkait dengan agribisnis ialah pakayan berbahan sutra yang dihasilkan dari benang-benang yang telah diolah dan berasal dari ulat sutra. Kebutuhan tersier yang berkaitan dengan agribisnis ialah kebutuhan untuk memelihara hewan peliharaan yang dihasilkan dari peternakan hewan seperti kucing, anjing, ular, dan kelinci. Bisnis hewan peliharaan seperti kucing, anjing, kelinci dan reptil, merupakan bisnis yang saat ini sedang berkembang. Memelihara reptil menurut pendapat sebagian orang merupakan hobi yang unik. Keberadaan komunitas pecinta reptil menjadi indikasi bahwa memelihara hewan reptil semakin di gemari oleh banyak orang. Daftar komunitas pecinta hewan reptile di kota Jakarta adalah Reptile Corner, Djayakarta Reptile Community, Komunitas Reptil Jakarta, Obvious Community, Derik Merah, Derik Hijau, BCC, dan Sailfin Dragon Community. Komunitas-komunitas pecinta hewan reptil tersebut menjadi indikasi bahwa memelihara reptil semakin digemari oleh banyak orang. Kontes reptil pun sudah sering diadakan di beberapa kota di Indonesia. Kontes bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat sehingga tidak lagi ada anggapan yang keliru mengenai pemeliharaan hewan reptil. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Daftar Peserta Kontes Reptil Yang di Adakan Di Kota Jakarta Tahun 2007-2013 Tahun Tempat Jumlah Peserta (orang) 2007 Jakarta ( Lap. Banteng) 159 2008 Jakarta (Lap. Banteng) 237 2009 Jakarta (WTC Mangga dua) 344 2010 Jakarta (WTC Mangga dua) 389 2011 Jakarta (WTC Mangga dua) 451 2012 Jakarta (Lap. Banteng) 743 2013 Jakarta (WTC Mangga dua) 723 1 Sumber: Panitia Reptile National Event and Contest 2013
1
) Studi pendjahuluan : Panitia Reptile National Event and Contest 2013
2
Menurut daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) sejak tahun 1983-1999 dengan adanya sosialisasi mengenai terancamnya kepunahan melalui kategori daftar hewan dilindungi tingkat 1 yang berarti hewan yang terancam punah dan dilarang untuk di perjualbelikan dapat menekan tingkat kepunahan komoditi tersebut. Adapun salah satu komoditi yang telah berubah status dari hewan dilindungi tingkat 1 menjadi hewan dilindungi tingkat 2 yaitu buaya muara yang saat ini sudah banyak di tangkarkan sehingga populasinya meningkat secara pesat. Oleh sebab itu saat ini buaya muara dan beberapa hewan reptil yang tidak masuk kedalam hewan dilindungi tingkat 1 sudah dapat di ekspor kenegara-negara tujuan yang membutuhkan hewan tersebut baik sebagai hewan peliharaan maupun sebagai bahan baku industri. Berikut ialah jenis hewan reptil yang diekspor kenegara-negara peminat hewan reptil. Tabel 2 Jenis hewan reptil serta negara tujuan produk reptil ular asal Indonesia (%) Selama tahun 2000-2003 No 1
Jenis Python Reticulatus
2
Ptyas Mucocus
3
Naja Sputatrix
4
Carberus Rhycops
-
Negara Tujuan Amerika Serikat Spanyol Singapura Meksiko Jepang Itali Lain-lain Amerika Serikat Spanyol Singapura Itali Hongkong Lain-lain Singapura Meksiko Amerika Serikat Hongkong Lain-lain Amerika Serikat Hongkong Spanyol Singapura Meksiko Jepang Lain-lain
Persentase (%) 30 3 28 12 11 7 9 11 5 53 7 4 20 36 19 25 12 8 25 9 2 28 6 4 26
Sumber: Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia (Soehartono, 2003).
Dari hasil survei pendahuluan penulis terhadap beberapa penjual reptil di Kota Bogor, penjualan hewan reptil sejak tahun 2010 hingga 2014 ini semakin meningkat pesat. Adapun yang memicu mulai bermunculan penjual dan peternak reptil di Indonesia yaitu keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut.
3
Adapun keuntungan yang dapat di peroleh ialah 25%-300% dari modal yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat di lihat pada studi pendahuluan pada pengusaha X di kota bogor. Tabel 3 Harga Jual Reptil Pada Pengusaha X di Kota Bogor Pada Bulan Februari 2014 Jenis Reptil
Modal (Rp)
Reticulatus Python 60.000 Albino Molurus Python 1.650.000 Green Tree Python 300.000 Candoia Carinata 35.000 Boa Constrictor Imperator 850.000 Sumber: Pengusaha X di Kota Bogor
Harga Jual (Rp) 150.000 2.200.000 400.000 100.000 1.100.000
Keuntungan (%) 150 33,33 33,33 185,71 29,41
Tingginya keuntungan ini berdampak pada semakin banyaknya penjual reptil. Saat ini yang menjadi sorotan dalam usaha reptil ialah adanya permintaan pasar yang menitik beratkan pada kualitas produk dan keunikan dari produk reptil yang ditawarkan. Dari hal-hal tersebut muncul permasalahan baru yang dapat mengurangi pendapatan dari pengusaha reptil. Salah satunya ialah timbulnya fluktuasi harga yang mempengaruhi penjualan hewan reptil. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 1.
Gambar 1 Fluktuasi harga reptil pada usaha reptil di pengusaha Y tahun 20122013 di kota bogor Dari Gambar 1 kita dapat melihat bahwa berdasarkan studi pendahuluan, fluktuasi harga pada pengusaha Y yang signifikan setiap bulannya. Fluktuasi harga tersebut mengindikasikan adanya sumber-sumber risiko yang mempengaruhi penjualan dari hewan reptil itu sendiri. Oleh sebab itu perlu dikaji
4
lebih mendalam mengenai risiko penjualan pada usaha reptil agar pengusaha reptil dapat bertahan dalam menjalankan usaha tersebut. Rumusan Masalah Sejak tahun 1983, bisnis reptil tidak mengunakan konsep pelestarian satwa. Pelaku usaha mengeksploitasi dengan semena – mena terhadap satwa untuk dijual kulitnya, organ tubuhnya, dan sebagainya untuk dijadikan hiasan rumah, aksesoris pribadi atau obat - obatan. Setelah munculnya peraturan peraturan terkait pelestarian lingkungan hidup maka hewan - hewan tersebut dikembangbiakan secara bijaksana. Hal ini menjdai bisnis yang menarik terutama di jakarta. Mengingat permintaan pasar yang semakin meningkat, hewan reptil tersebut menjanjikan keuntungan yang besar bagi pengusaha atau investor sepanjang usaha itu bijaksana. Selain dengan peraturan pelestarian satwa, kini telah berdiri komunitas – komunitas pengembangan usaha reptile. Bisnis reptile ini diusahakan baik secara individu maupun kelompok. Banyaknya pengusaha yang tujuannya ke bisnis reptile di Jakarta ini menimbulkan masalah baru yaitu persaingan. Setiap pebisnis berusaha untuk menjual reptil dengan kualitas tinggi. Kualitas reptil ditentukan dengan melihat kesehatan, keindahan corak, keamanan dan legalitas. Reptil ini perlu dipelihara dengan baik agar menghasilkan kualitas baik pula. Namun jika produk ini tidak segera terjual, maka akan menjadi beban biaya pemeliharaannya yang nantinya akan menimbulkan kerugian dalam penjualan hewan reptil. Berikut ialah fluktuasi penjualan yang terjadi pada Savera Reptile Jakarta.
Gambar 2 Fluktuasi Penjualan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013April 2014 Jika kita lihat pada Gambar 2, kita dapat melihat dampak yang ditimbulkan dari sumber-sumber risiko penjualan tersebut. Resiko penjualan ini akan semakin membebani pengusaha dengan masuknya produk import dengan kualitas rendah namun harganya yang murah. Pada akhirnya pengusaha akan
5
menderita kerugian karena persaingan dengan peternak lokal dan importir hewan reptil. Hal ini semakin dipicu oleh biaya pemeliharaan dari hewan reptil itu sendiri. Hal tersebut dapat mengakibatkan produk yang terjual semakin berfluktuasi akibat harga yang dinaikan sesuai dengan pengeluaran hewan tersebut. Oleh sebab itu penulis melakukan penelitian mengenai risiko penjualan pada Savera Reptile yang merupakan salah satu pengusaha reptil terbesar di kota Jakarta. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai : 1. Apa saja yang menjadi sumber – sumber risiko penjualan pada usaha reptil di Savera Reptile? 2. Seberapa peluang dan dampak risiko penjualan yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut ? 3. Strategi apa yang dapat diterapkan untuk menekan risiko penjualan tersebut ? Tujuan Penelitian 1. Menganalisis sumber – sumber risiko penjualan pada Savera Reptile. 2. Menganalisis peluang terjadinya risiko penjualan dan dampak yang ditimbulkan akibat resiko penjualan tersebut. 3. Menganalisis alternatif strategi untuk menekan risiko penjualan tersebut. Manfaat Penelitian 1. Bagi pengusaha dan calon pengusaha reptil tulisan ini berguna sebagai reverensi pengembangan usaha melalui antisipasi risiko yang ditimbulkan. 2. Bagi penulis, tulisan ini berguna sebagai aplikasi teori yang telah diperoleh di bangku kuliah kedalam kondisi di lapangan sehingga penulis dapat memahami risiko penjualan dari usaha reptil baik secara teori maupun empirik. 3. Bagi pemerintah, sebagai salah satu referensi untuk mengetahui risiko penjualan usaha reptil dan strategi pengelolaan risikonya, sehingga dapat menjadi aman dalam kebijakan pengembangan usaha reptil yang berwawasan pelestarian.
TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Hewan Reptil Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo
6
tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit. Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat dengan lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang kasar. Nama kelas Reptilia menunjukkan cara berjalan (latin: retum=melata). Reptilia tersebar baik di daerah teropis maupun daerah subtropics. Pada daerah-daerah yang mendekati kutub dan tempat-tempat yang lebih tinggi jumlah dan jenisnya makin sedikit. Fosil Reptilia ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai berukuran besar. Dari Reptilia yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika Serikat dapat tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki panjang tubuh 285 cm. Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos mencapai panjang 120 cm. Buaya yang ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops dari Siria berukuran seperti jarum renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama yang panjangnya 5 cm. sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20-120 cm, dan kadal dengan panjang di bawah 30 cm. Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewanhewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina. Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah. Status reptil adalah dilindungi Undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999). Karena status hewan ini masuk dalam appendix I, II, dan III CITES, maka perdagangan ke luar negeri jenis ini harus memenuhi aturan international yang ditetapkan oleh The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES).
7
Selain itu, reptil merupakan satwa dilindungi Undang-undang negara RI, sehingga pemanfaatannya mulai dari penangkaran, perijinan hingga prosedur ekspor harus memenuhi aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018. Untuk kegiatan perdagangan ke luar negeri jenis hewan reptil dapat dilakukan oleh Badan Usaha yang telah memiliki izin sebagai pengedar hewan reptil ke luar negeri. Izin sebagai pengedar hewan reptil ke luar negeri diterbitkan oleh Direktur Jenderal perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Pemegang izin sebagai pengedar ke luar negeri dapat mengangkut/mengirim hewan reptil ke luar negeri sesuai ketentuan yang berlaku yang dilengkapi dengan dokumen CITES-ekspor. Beberapa yang sudah memiliki izin edar hewan reptil di Indonesia berada di Kota Jakarta. Keluar atau masuknya suatu produk reptil harus memenuhi persyaratanpersyaratan yang berlaku, yaitu memenuhi surat keterangan kesehatan hewan ( Veteriner Health certificate yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang ( Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi Peternakan ) dari daerah asal pemerintah kota atau kabupaten, Izin / Rekomendasi ekspor ternak dari instansi yang berwenang, surat izin pengeluaran / Cites dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ( PHKA ) khusus satwa liar seperti : burung,reptil, kera dan satwa liar lainnya baik yang masih hidup maupun yang sudah mati / diawetkan, serta produk – produknya, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan / diminta oleh negara pengimpor / tujuan. Risiko komoditi Agribisnis Arfah (2009) meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Permasalahan penjualan yang terjadi diperusahaan disebabkan adanya klaim penjualan tanaman anggrek Phalaenopsis baik pemasaran lokal maupun ekspor. Klaim penjualan ini disebabkan karenaadanya pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang tidak sesuai dengan criteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114. Sedangakan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0,099. Hal ini dikarenakan penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanamanserta kerusakan mekanis dibandingkan pada pasar lokal. Panggabean (2011) meneliti tentang Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Permata Anggrek melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar,
8
dendrobium campur sedang, dan dendrobium campur kecil. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko. Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan (pasar) disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman, dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual. Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficien variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium canpur sedang menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar 0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium campur besar dan kecil sebesar 0,433. Solihin (2009) meneliti tentang risiko produksi dan harga serta pengaruhnya terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng, Sukabumi. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi akibat perubahan cuaca dan wabah penyakit serta kualitas sapronak. Sedangkan risiko harga yang terjadi akibat fluktuasi harga sarana produksi ternak tiap periodenya dengan tren harga yang terus naik. Begitu juga dengan harga jual ayam dipasar yang fluktuatif.Dengan harga pakan yang tinggi dan harga jual ayam yang rendah menyebabkan pendapatan peternak rendah dan bahkan merugi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation, dan metode Z-score. Berdasarkan hasil analisa, nilai expected return CV AB Farm sebesar Rp -17.765.158 dengan nilai coefficient variation adalah 2,63. Risiko produksi yang terjadi akibat penyimpangan Indeks Prestasi Produksi perusahaan terhadap Indeks Prestasi Produksi standar yang seharusnya dicapai selama tujuh periode sebesar 23,0% (Tabel Z-Score). Tentamia (2002) meneliti mengenai penawaran dan permintaan bawang merah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan bawang merah di Indonesia dengan menggunakan model ekonometrika penawarandan permintaan bawang merah di Indonesia, yang dirumuskan dalam bentuk persamaan simultan. Pendugaan model menggunakan metode two stages least squares dengan data sekunder (time series triwulanan) periode 1992-2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bawang merah di Jawa Tengah responsif terhadap perubahan harga pupuk tetapi tidak responsif terhadap perubahan harga bawang merah dan upah tenaga kerja. Perubahan harga pupuk akan mengakibatkan perubahan produksi terutama melalui perubahan luas arealnya, sedangkan produktivitas bawang merah tidak responsif baik terhadap perubahan harga pupuk maupun harga output dan upah tenaga kerja.Sementara itu, permintaan bawang merah di Indonesia dipengaruhi sangat nyata dan bersifat responsif terhadap perubahanjumlah penduduk.
9
Namun permintaan tidak responsif terhadap perubahan harga bawang merah dan pendapatan. Respon permintaan bawang merah terhadap perubahan pendapatan akan lebih elastis apabila didukung oleh peningkatan industri pengolahan bawang merah. Lebih lanjut, penelitian Tentamia menunjukkan bahwa harga bawang merah di tingkat produsen Jawa Tengah dan Luar Jawa Tengah dipengaruhi oleh harga di tingkat konsumen Indonesia namun dengan respon yang bersifat inelastis. Hal ini disebabkan antara lain oleh marjin pemasaran bawang merah yang cukup tinggi. Faktor lain yang berpengaruh sangat nyata terhadap harga bawang merah di Jawa Tengah dan Indonesia adalah penawaran. Dalam jangka panjang harga bawang merah di Indonesia bersifat responsif terhadap perubahan penawaran. Amri (2011) meneliti tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Analisis risiko dilakukan dengan menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk (VaR). Model yang diajukan untuk kentang, kubis, dan tomat adalah GARCH (1,1) yang berarti bahwa pola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh volatilitas dan varianharga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Risiko terendah pada periode satu hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas kentang dalam waktu satu hari. Sedangkan untuk komoditas kubis dan tomat pada periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedusa komoditas ini harus terjual dalam satu hari. Sumber – sumber risiko Sumber risiko merupakan sumber munculnya risiko yang hinggap di kegiatan budidaya pertanian dan peternakan. Sumber risiko harga sendiri merupakan sumber atau penyebab munculnya risiko harga yang ada pada kegiatan budidaya maupun penjualan. Dari sumber penelitian risiko harga terdahulu, ditemukan masih banyak sumber-sumber risiko harga yang ada di dalam kegiatan penjualan. Sumber-sumber risiko harga yang banyak ditemui adalah penurunan kualitas produk, serangan hama dan penyakit, daya beli masyarakat yang menurun, persaingan pasar, politik, dan ketidak selarasan suplay dan deman (Arfah, 2009; Pangabean, 2011; Solihin, 2009 dan Tentamia, 2002). Semua sumber risiko yang disebutkan sebelumnya (kecuali politik) digabung menjadi satu yakni menjadi risiko spekulatif pada salah satu acuan penelitian, karena peneliti tersebut mengkaji penelitian risiko usaha yang bentuk kerugiannya tidak menyebabkan kerusakan menyeluruh dimana sumber-sumber risiko terdapat pada risiko pasar, risiko sumber daya manusia, risiko teknologi, dan risiko produk (Kountur,2008).
10
Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan agar dapat meminimalisir dampak dari risiko yang ditimbulkan. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang menggunakan pemetaan risiko untuk mengetahui alternatif pilihan strategi yang dijalankan oleh perusahaan yang diteliti pada masing-masing penelitian. Pemetaan risiko dapat dibuat jika sebelumnya telah mengukur probabilitas risiko dan dampak dari risiko yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian. Menurut (Arfah,2009) Strategi yang dilakukan oleh PT Eka Karya Graha Flora dalam meminimalisir risiko penjualan dan pengembangan usaha anggrek phaleopsis di perusahaan tersebut dengan melakukan peningkatan teknologi pada pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem standar operasional terhadap kebijakan mutu produk. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Menurut (Pangabean,2011) strategi yang dapat dilakukan ialah Diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium yang dapat menekan risiko, namun diversifikasi tidak serta merta dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Saran yang direkomendasikan adalah integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup penting untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Selain itu memperbaikipenerapan dalam penanganan serangan hama dan penyakit yang dapat mematikantanaman. Menurut (Tentamia, 2002) strategi yang dapat dilakukan dalam mengendalikan fluktuasi harga bawang merah di Indonesia ialah dengan menurunkan fluktuasi produksi dari setiap produk. Dengan mengurangi fluktuasi diharapkan dapat mengurangi fluktuasi harga produk sehingga dapat meningkatkan harga jual dari produk yang ditawarkan. Menurut penelitian Solihin (2009), strategi yang dapat diterapkan adalah dengan memproduksi pakan secara mandiri untuk menekan biaya produksi karena biaya pakan merupakan biaya tertinggin dari total biaya produksi. Melakukan kontrol kandang secara ketat, mengkonsultasikan gejala klinis yang timbul kepada Field Controller. Memperketat biosekuriti baik sanitasi maupun medikasi. Memperbaiki manajemen perkandangan dengan menambah atap topi agar air hujan tidak tampias dan panas matahari tidak menyengat sebagian kandang, sehingga ayam dapat menyebar dan tidak terjadi kepadatan di satu sudut kandang. Merencanakan dengan baik jadwal produksi dan panen. Membentuk kelompok peternak sebagai sarana informasi dan diskusi terkait kemajuan usaha.
11
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini disusun melalui dasar pemikiran yang dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran teoritis ini, dijelaskan beberapa teori yang berkaitan erat dengan topik penelitian yang membahas risiko . Terdapat beberapa bahasan teori mengenai risiko yang akan diulas dalam kerangka teori ini, seperti konsep risiko dan ketidakpastian, tipe-tipe risiko, sumber-sumber risiko, pengukuran risiko, manajemen risiko. Konsep Dasar Risiko dan Ketidakpastian Di dalam sebuah kegiatan bisnis, pasti didapatkan beberapa masalah yang muncul yang mengakibatkan kerugian yang berdampak negatif pada kelangsungan usaha bisnis, sehingga masalah tersebut perlu ditangani pelaku kegiatan bisnis untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. Masalahmasalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut seringkali disebut sebagai risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku bisnis, sehingga risiko dan ketidakpastian sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang berbeda. Risiko (Risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987; Harwood et al, 1999; & Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardaker, 1997; Kountur 2008) atau terdapat beberapa hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu. Sedangkan Ketidakpastian sendiri diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987; Harwood et al, 1999; Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut tidak dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan tidak tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardeker,1997; Kountur, 2008) atau tidak terdapat hasil outcome dari data historis kegiatan terdahulu. Berdasarkan pengertian risiko dan ketidakpastian di atas, maka letak perbedaan antara risiko dan ketidakpastian terdapat pada bisa atau tidaknya dilakukan pengukuran kuantitatif terhadap peluang kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha bisnis, serta ada tidaknya data historis kegiatan terdahulu berupa hasil/outcome yang menunjang dalam kegiatan pengukuran tersebut. Di dalam penelitian ini, konsep risiko dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, adanya peluang kejadian yang merugikan yang dapat diukur kuantitasnya berdasarkan data historis kegiatan terdahulu merupakan hal mutlak yang harus ada dalam kegiatan penelitian ini. Tipe-Tipe Resiko Resiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
12
1. Resiko murni (pure risks) adalah resiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh : kecelakaan, kebakaran, kebanjiran dsb. 2. Resiko spekulatif adalah resiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh: usaha bisnis, membeli saham. Disamping kategori murni dan spekulatif, resiko juga bisa dibedakan antara resiko yang dinamis dan statis. Resiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Contoh: resiko terkena petir merupakan resiko yang muncul dari kondisi alam yang tertentu. Karakteristik resiko ini praktis tidak berubah dari waktu kewaktu. Resiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Contoh: perubahan kondisi masyarakat semakin kritis, sadar akan haknya, maka resiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat lebih berani mengajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan akan semakin besar. Resiko bisa bersifat subyektif dan obyektif. Resiko subyektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap resiko. Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi rendahnya resiko tertentu. Contoh: untuk standar deviasi return pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang konservatif akan menganggap resiko investasi di pasar modal terlalu tinggi. Sementara bagi orang agresif, resiko investasi di pasar modal dianggap tidak terlalu tinggi. Resiko obyektif adalah resiko yang didasarkan pada observasi parameter yang obyektif. Contoh: fluktuasi harga atau tingkat keuntungan invetasi di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal standar deviasireturn saham adalah 25% pertahun. Tabel 4 Contoh – contoh risiko murni TIPE RESIKO Risiko aset fisik
DEFINISI Risiko yang terjadi karena kejadian tertentu berakibat buruk (kerugian) pada aset fisik organisasi.
Risiko karyawan
Risiko karena karyawan organisasi mengalami peristiwa yang merugikan.
Risiko legal
Risiko kontrak tidak sesuai yang diharapkan, dokumentasi yang tidak benar.
ILUSTRASI Kebakaran yang melanda gudang atau bangunan perusahaan. Banjir mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan peralatan Kecelakaan kerja mengakibatkan karyawan cedera, kegiatan operasional perusahaan terganggu. Terjadi perselisihanm sehingga perusahaan lain menuntut ganti rugi yang signifikan.
Sumber: Kountur (2008)
Risiko murni terbagi menjadi 3 (tiga) tipe risiko yaitu risiko asset fisik, risiko karyawan, dan risiko legal. Dari tiga tipe resiko murni tersebut yang paling besar menyebabkan kerugian bagi perusahaan ialah risiko asset fisik yang di ilustrasikan sebagai kejadian kebakaran yang melanda gudang atau bangunan perusahaan sehingga dapat menyebabkan kerugian menyeluruh pada perusahaan tersebut.
13
Tabel 5 Contoh – contoh risiko spekulatif TIPE RESIKO
DEFINISI
ILUSTRASI
Risiko pasar
Risiko yang terjadi dari pergerakan harga atau volatilitas harga pasar.
Risiko kredit
Risiko karena counter party / gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan.
Risiko likuiditas
Risiko tidak bisa memenuhi kebutuhan kas, resiko tidak bisa menjual dengan cepat karena ketidaklikuidan atau gangguan pasar.
Risiko operasional
Risiko kegiatan operasional tidak berjalan lancar dan mengakibatkan kerugian, kegagalan sistem, human error, pengendalian dan prosedur yang kurang.
Harga pasar saham dalam portofolio perusahaan mengalami penurunan, yang mengakibatkan kerugian yang dialami perusahaan. Debitur tidak bisa membayar cicilan dan bunga hutang, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Piutang dagang tidak terbayar. Perusahaan tidak mempunyai kas untuk membayar kewajibannya (misal melunasi hutang). Perusahaan terpaksa menjual tanah dengan harga murah (dibawah standar) karena sulit menjual tanah tersebut (tidak likuid) padahal perusahaan membutuhkan kas dengan cepat. Komputer perusahaan terkena virus sehingga operasi perusahaan terganggu. Prosedur pengendalian perusahaan tidak memadai sehingga terjadi pencurian barang-barang yang dimiliki perusahaan.
Sumber: Kountur (2008)
Sumber – Sumber Risiko Risiko yang terjadi di dalam kegiatan suatu usaha beranekaragam jenisnya dan di tiap jenis risiko tersebut terdapat beberapa sumber atau penyebab yang menimbulkan munculnya jenis-jenis risiko tersebut. Jenis-jenis risiko yang sering dihadapi petani atau pelaku bisnis meliputi risiko produksi, risiko kelembagaan, risiko pasar atau harga, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al, 1999). Risiko produksi berkaitan erat dengan peluang kejadian yang merugikan yang ada pada kegiatan produksi atau operasional suatu usaha. Sumber risiko atau penyebab munculnya risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan lain sebagainya. Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. Risiko pasar merupakan peluang kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada aspek pasar dan harga. Risiko pasar dibagi menjadi dua kategori baik risiko pasar output maupun risiko pasar input. Sumber risiko atau penyebab yang dapat menimbulkan risiko pasar output diantaranya yaitu tidak terjualnya
14
barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang terjangkau. Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. Risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan masalah keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang dijalankan. Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi dan lainlain. Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko pasar, sehingga sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan pasar seperti rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan penyakit, tidak terjualnya barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko perlu dilakukan dalam rangka meminimalisir kerugian yang di dapat, dengan cara mendata serta mengurutkan sumber-sumber risiko yang terjadi sehingga terbentuk tingkat prioritas yang akan digunakan dalam pemilihan alternatif atau solusi dalam menghadapi beberapa sumber risiko tersebut. Pengukuran risiko yang menggunakan cara pengukuran kemungkinan terjadinya risiko bisa disebut dengan analisis probabilitas. Analisis probabilitas meliputi pengukuran kejadian yang merugikan dengan pengukuran dampak kerugian yang ditimbulkan dari kejadian merugikan tersebut. Analisis probbilitas, meliputi kegiatan pengukuran rata-rata kejadian berisiko, pengukuran nilai standar deviasi dari kejadian berisiko, penghitungan Z-score dan terakhir pengukuran dampak risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Pengukuran dampak risiko ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Hasil analisis probabilitas akan menunjukan tingkat kemungkinan terjadinya suatu sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut (Kountur, 2008). Pengukuran risiko dapat juga diukur pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Kountur (2008) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat
15
berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Pemetaan Risiko Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua dimensi,pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Keduadimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bilarisiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatiankhusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko makasemakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber dayauntuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagimenjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama, menurut gambar 4, Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dantingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran I merupakan kategori risikoyang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran I terjadiakan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antararendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risikorisikodalam kuadran II cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akanmengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan. Kuadran III merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yangtinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi initidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadangterasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagaikenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yangmuncul. Kuadran IV merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yangrendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang munculpada kuadran IV cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlumengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun
16
demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalamkuadran IV karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalamkuadran IV dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupuninternal yang signifikan.
Dampak (Rp) Tinggi
Kuadran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Probabilitas (%)
Gambar 3 Peta Risiko, Kountur (2008) Manajemen Risiko Kountur (2004), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risikorisiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Beberapafungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu merencankan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau Planning, Organizing, Actuating, Controling (POAC).Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Dapat disimpulkan bahwa, manajemen risiko adalah suatu cara (proses atau metode) yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya.Adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur (2008) dapat dilihat pada Gambar 4.
17
Evaluasi
Proses Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Penanganan Risiko
Output
Daftar Risiko
1. 2.
Peta Risiko Status Risiko
Usulan
Gambar 4 Sistematika pengelolaan risiko, Kountur (2008) Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan,kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinanterjadinya risiko dan seberapa besar dampak dari risiko tersebut. Selanjutnya menangani risiko-risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalisasi (Kountur 2008). Menurut Kountur (2004), ada empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko dengan cara pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan pada pihak lain seperti asuransi, hedging, faktorial,leasing, outsourcing dan kontrak. Sedangkan menurut Lam (2008) bahwa manajemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluasluasnya. Manajemen risiko adalah mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profil risiko/hasilnya. Hal penting untuk mengoptimalisasikan profil risiko/hasil adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko kedalam proses bisnis perusahaan. Manajemen risiko sangat penting dalam pelaksanaanya karena hal ini akan berakibat pada hasil atau keuntungan perusahaan. Selanjutnya Lam menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan, yakni mengelola risiko adalah tugas manajemen, manajemen risiko dapat mengurangi volatilitas pendapatan, manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai aset pemegang saham dan dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finansial. Dalam hal ini dilakukan pemahaman akan risiko yang mencakup akan adanya kesadaran akan risiko, melakukan pengukuran risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengolahan serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko yakni dapat
18
dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Konsep Permintaan, Penawaran, dan Harga Dalam teori ekonomi mikro dijelaskan bahwa permintaan dan penawaran merupakan dua kekuatan yang mempengaruhi proses terbentuknya harga. Menurut Lipsey et al.(1995), hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta mengikuti suatu hipotesis dasar yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi maka semakin sedikit jumlah yang diminta, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus), dan terjadi sebaliknya. Sementara itu hubungan antara harga suatu komoditi dengan jumlah yang ditawarkan mengikuti suatu hipotesis dasar ekonomi yang menyatakan bahwa secara umum, semakin tinggi harga suatu komoditi maka semakin besar jumlah komoditi yang ditawarkan dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus) dan terjadi sebaliknya. Menurut Soekartawi (2002), permintaan suatu komoditi pertanian (termasuk kubis dan bawang merah) dipengaruhi oleh harga produk tersebut, harga produk subtitusi atau harga produk komplemen, selera dan keinginan, jumlah konsumen dan pendapatan konsumen yang bersangkutan. Sedangkan penawaran suatu komoditi pertanian (termasuk kubis dan bawang merah) dipengaruhi oleh teknologi, harga input (seperti pupuk, benih, dan obat-obatan), harga produk yang lain, jumlah produsen, harapan produsen terhadap harga produksi dimasa yang akan datang, dan elastisitas produksi. Lebih lanjut, Lipsey et al.(1995) menjelaskan bahwa kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran akan saling berinteraksi dalam menentukan harga yang terjadi dalam suatu pasar yang bersaing. Perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran akan membentuk suatu kondisi keseimbangan dimana jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada kondisi ini, kedua pihak baik konsumen maupun produsen akan sama-sama diuntungkan. Proses terjadinya kondisi keseimbangan dapat dijelaskan melalui Gambar 5. Harga Supply Pa Pe Pb
Demand
Jumlah
Gambar 5 Pembentukan Harga oleh Permintaan dan Penawaran Sumber : Lipsey et al.(1995) Gambar 5 menggambarkan bahwa pada kondisi harga di titik Pa terjadi kelebihan penawaran dimana jumlah yang ditawarkan produsen lebih besar
19
dibandingkan dengan jumlah yang diminta konsumen. Melihat kondisi ini para produsen akan berusaha menurunkan harga agar kelebihan penawaran tersebut bisa terjual. Jadi dalam keadaan excess supply akan terjadi suatu tekanan ke bawah terhadap harga. Disisi lain jika harga berada pada titik Pb, ketika jumlah yang ditawarkan produsen lebih kecil dibandingkan jumlah yang diminta konsumen maka akan terjadi kelebihan permintaan terhadap penawaran (excess demand). Pada kondisi ini konsumen akan bersaing untuk mendapatkan komoditas tersebut dan berani membayar dengan harga yang lebih tinggi. Produsenjugaakanmemanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan harga. Jadi, dalam kondisi iniakan ada tekanan ke atas terhadap harga. Kedua kondisi tersebut akan mengarahkan harga pada titik Pe, dimana jumlah yang diminta sama dengan jumlah yangditawarkan. Kondisi inilah yang disebut dengan kondisi keseimbangan. Fluktuasi Penjualan Salah satu penyebab terjadinya fluktuasi penjualan adalah terjadinya ketidak seimbangan antara jumlah yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pergerakandan pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran. Berdasarkan hukumpermintaan dan penawaran, pergerakan dan pergeseran kurva permintaan danpenawaran akan mengakibatkan terjadinya harga disekuilibrium yaitu harga yang terjadi ketika jumlah yang diminta tidak sama dengan jumlah yang ditawarkan. Jika ada kelebihan permintaan atau kelebihan penawaran di dalam pasar, maka pasar itu dikatakan berada dalam keadaan disekuilibrium dan harga pasar akanterus berubah. Pada kondisi ini akan ada salah satu pihak yang merasa dirugikan(Lipsey et al. 1995). Pergerakan sepanjang sebuah kurva permintaan atau kurva penawaran menunjukkan adanya perubahan dalam jumlah yang diminta atau jumlah yang ditawarkan sebagai respon terhadap perubahan harga dari komoditas tersebut. Apabila terjadi kenaikan harga akan berakibat padamenurunnya jumlah permintaan dan meningkatnya jumlah penawaran. Dan jugaterjadi sebaliknya ketika harga suatu komoditas turun maka penawaran akan cenderung menurun dan permintaan akan suatu komoditas akan cenderung meningkat. Selain pergerakan, terdapat pula pergesaran kurva penawaran dan permintaan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan harga, seperti terlihat pada Gambar 6.
20
Harga
S0
Harga
S
S1
P1
P0 D1
P0
P1
D
D0 Jumlah Q0
Q1
Jumlah Q0
Q1
Gambar 6 (a) dan (b). Pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran Sumber : Lipsey et al. (1995) Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran kurva permintaan dan penawaran yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga dan jumlah komoditas yang diminta atau ditawarkan. Pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran merupakan akibat dari perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah yang diminta dan jumlah yang ditawarkan,kecuali harga komoditi itu sendiri. Gambar (6a) menunjukkan bahwa terjadi pergeseran kurva permintaan ke kanan atas (dari D0 ke D1) yang menyebabkan jumlah barang yang dimintameningkat (dari Q0 ke Q1) disertai dengan adanya peningkatan harga dari P0. Dalam bidang pertanian, hal ini seringkali terjadi saat hari besar atau hari raya dimana permintaan akan komoditi pertanian meningkat melebihi penawarannya. Hal ini mengakibatkan harga melonjak tajam melebihi harga normal. Selain itu, dapat juga terjadi sebaliknya dimana permintaan konsumen akan suatu komoditi berkurang atau menurun sehingga menyebabkan kurva permintaan bergeser ke bawah (dari D1 ke D0) dan terjadi penurunan harga (dari P1 ke P0). Hal ini jelas akan merugikan pihak produsen karena akan mengurangi keuntungan, akibat dari penurunan jumlah produk yang diminta (dari Q1 ke Q0). Pada Gambar (6b) dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penawaran atau produksi (dari Q0 ke Q1) yang menyebabkan terjadinya penurunan harga dari P0 ke P1 sehingga mengakibatkan pergeseran kurva penawaran kekanan bawah (dari S0 ke S1). Hal ini terjadi pada saat panen raya dimana jumlah produksi yang dihasilkan petani melebihi jumlah yang diminta oleh konsumen sehingga mengakibatkan harga produk pertanian seperti kubis dan bawang merah menjadi jauh lebih rendah daripada harga normal. Keadaan ini jelas sangat merugikan petani. Akan tetapi, dapat juga terjadi keadaan sebaliknya dimana jumlah produksi yang direncanakan (Q1) maka harga yang akan diterima produsen (P1). Namun pada kenyataannya, seringkali produksi tidak sesuai dengan yang direncanakan akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi. Akibatnya harga keseimbangan akan naik ke P1 dan jumlah keseimbangan turun ke (Q0). Dalam bidang pertanian, misalnya faktor cuaca yang buruk, serangan hama penyakit yang dapat menyebabkan produksi turun jauh dibawah produksi
21
yang direncanakan sehingga menggeser kurva penawaran ke kiri atas (dari S1 ke S0). Kerangka Pemikiran Operasional Pengusaha reptil di kota Jakarta sebagian besar bergelut pada bidang jualbeli walaupun ada beberapa penjual yang telah dapat melakukan breeding/beternak hewan reptile itu sendiri. Beberapa dari pengusaha reptile menyediakan hewan reptile baik bersifat tangkapan alam maupun ternakan dari beberapa peternak reptile dari berbagai daerah di Indonesia. Saat ini sudah menjamur para penjual reptile mengingat proses penjualan yang cukup mudah dan keuntungan yang menggiurkan dari penjualan reptile tersebut. Namun fluktuasi harga yang sering sekali berubah-rubah terkait dengan ketersediaan produk reptil, kualitas produk serta persaingan dengan masuknya produk reptile yang di impor dari beberapa negara penyuplai produk reptile itu sendiri. Untuk meminimalkan berbagai risiko yang ada, dapat dilakukan analisis manajemen risiko dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak pengusaha reptil. Selanjutnya dianalisis alternatif strategi dalam mengatasi risiko pasar reptil yang baik dan tepat pada pengusaha reptil agar permasalahan yang terkait dengan risiko pasar dapat diatasi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat dari gambar 7. Kegiatan Usaha Reptil di Savera Reptile
Sumber Risiko Penjualan Tampilan Fisik Produk, Serangan Penyakit, Pemeliharaan, Daya Beli Masyarakat menurun, dan Persaingan Pasar
Dampak (Metode Value at Risk/VaR)
Risiko Penjualan
Peluang Probabilitas (Z-Score)
- Status Risiko - Pemetaan Risiko
Strategi Serta Alternatif Penanganan Risiko
Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional Analisis risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Studi Kasus : Savera Reptile Jakarta)
22
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Savera Reptile yang merupakan salah satu pengusaha reptil terbesar di kota Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Savera Reptile merupakan salah satu sentra penjualan produk reptile terbesar pertama di Indonesia. Penelitian dilaksanakan selama 20 minggu dari Desember 2013–April 2014. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara meliputi keadaan umum perusahaan, manajemen perusahaan yang diterapkan dan kegiatan usaha penjualan reptil yang dijalankan oleh pengusaha reptil. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data pengusaha reptil, literatur-literatur dan instansi yang terkait seperti Departemen kehutanan, LSI IPB dan Bahan Pustaka laian yang relevan. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data harga reptil mingguan pengusaha reptil selama 20 minggu dari Desember 2013 sampai April 2014. Data primer diperoleh dari pengusaha reptil dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi langsung dengan manajer pemasaran. Dalam pengumpulan data tersebut dilakukan langsung oleh peneliti. Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung dilokasi penelitian tentang aktivitas bisnis perusahaan dan berbagai kendala risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Wawancara dan diskusi yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada manajer pemasaran tentang manajemen risiko harga yang diterapkan pengusaha reptil. Selain itu juga dilakukan studi literatur untuk memperlengkap data yang akan dianalisis. Adapun data yang dikumpulkan meliputi manajemen perusahaan yang diterapkan perusahaan untuk meminimalkan risiko harga. Pengumpulan data untuk analisis risiko dilakukan dengan observasi, wawancara dan diskusi untuk mengetahui risiko penjualan dengan mengetahui fluktuasi penjualan reptil. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui alternatif penanganan risiko tersebut. Metode Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian serta data pendukung lainnya akan diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko penjualan terhadap hasil
23
penjualan perusahaan yang berfluktuatif (dilihat dari hasil penjualan) yang dihadapi oleh Savera Reptile Jakarta. Sedangkan untuk analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keadaan atau gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan pengusaha secara pendekatan deskriptif. Analisis kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis risiko penjualan dengan menggunakan sistem wawancara dalam menentukan prioritas dari sumber-sumber risiko yang ada. Lalu penilaian risiko di dasari pada rata-rata kejadian berisiko, menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko, dan menghitung Z-Score. Pengukuran dampak risiko penjualan pada kegiatan penelitian ini menggunakan metode pengukuran VaR (Value at Risk) yang menunjukan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tertentu. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko penjualan yang meliputi analisis Pengukuran risiko penjualan, probabilitas risiko penjualan, dan dampak risiko penjualan pada kegiatan penjualan hewan reptil di Savera Reptile Jakarta. Analisis Probabilitas Risiko Penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada pengukuran probabilitas. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur probabilitas diantaranya adalah dengan menghitung rata-rata kejadian berisiko, menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko, dan menghitung Z-Score. Hal ini dapat dijelaskan dengan lebih rinci sebagai berikut : a. Menghitung rata-rata kejadian berisiko Rumus yang digunakan untuk mengitung rata-rata adalah :
Dimana : = Rata-rata kejadian berisiko pada hewan reptil di Savera Reptile = Data kejadian berisiko pada hewan reptil per minggu selama 20 minggu selama periode desember 2013 hingga April 2014 n = Jumlah data kejadian berisiko pada produk tidak terjual selama 20 minggu selama periode desember 2013 hingga april 2014 Menghitung nilai standar deviasi Rumus yang digunakan untuk nilai standar deviasi adalah : x xi
b.
Dimana : s = Standar deviasi dari rata-rata penjualan xi = Nilai per minggu dari kejadian berisiko
24
x = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data c.
d.
Menghitung nilai standar (z-score) risiko Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah :
Dimana : z = Nilai Z-Score dari kejadian berisiko y = Batas dari risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan perusahaan x = Nilai rata-rata kejadian berisiko s = Standar deviasi dari kejadian berisiko Menghitung probababilitas terjadinya risiko Setelah nilai Z-score didapat dari hasil perhitungan diatas, maka akan dilanjutkan pada pencarian probabilitas terjadinya risiko pasar dengan menggunakan tabel distribusi Z (Normal) sehingga dapat diketahui tingkat persentase kemungkinan terjadinya kejadian atau keadaan pada kegiatan yang mendatangkan kerugian.
Pengukuran Dampak Risiko Pengukuran dampak risiko pada kegiatan penelitian ini menggunakan metode pengukuran VaR (Value at Risk) yang menunjukan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tertentu, tentunya pengukuran dengan metode tersebut didukung dengan data historis yang ada pada usaha reptil. VaR dihitung dengan rumus berikut :
Dimana : VaR = Value at risk dari risiko penjualan reptil di Savera Reptile selama 20 minggu selama periode Desember 2013 hingga April 2014 = Rata-rata kejadian merugikan x z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5% s = Standar deviasi n = Banyaknya kejadian merugikan Analisis Manajemen Risiko Analisis manajemen risiko harga yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko harga. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
25
penyebab-penyebab adanya risiko harga, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha reptil tersebut. Sebelum penanganan risiko perlu adanya pembuatan peta risiko, yang akan berguna dalam pemilihan alternatif strategi dari penanganan risiko yang akan dilakukan. peta risiko dapat dilihat pada gambar 1. Setelah risiko dipetakan hal selanjutnya adalah penanganan atau manajemen risiko pada kegiatan usaha. Umumnya strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan usaha ada dua, yakni : strategi penghindaran risiko (preventif) atau strategi mitigasi (meminimalkan terjadinya risiko). a. Strategi Preventif Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang besar. Penanganan risiko pada strategi preventif akan menggeser risiko yang berada pada kuadran I ke kuadran II dan menggeser risiko pada kuadran III ke kuadran IV. Penanganan risiko ini dapat dilihat pada Gambar 8 :
Gambar 8 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) b. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi dilakukan untuk meminimalisir dampak risiko yang ditimbulkan pada suatu kejadian, dengan berusaha mengubah risiko yang berdampak besar menjadi berdampak kecil. Strategi ini menggeser risiko yang berada pada kuadran II ke kuadran IV dan menggeser kuadran I ke kuadran III. (Gambar 9)
26
Gambar 9 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi)
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Perkembangan Savera Reptile Pembentukan Savera Reptile dilatar belakangi atas dasar hobie bapak Robert dalam memelihara hewan reptil, adapun hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai ketidak puasan bapak Robert terhadap pelayanan dan ketersediaan hewan reptil yang di perjualbelikan sebelumnya oleh beberapa pedagang hewan reptil di Indonesia. Pada awalnya Savera merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang perikanan atau yang biasa dikenal dengan Savera Aquarium dan di pimpin oleh ayah dari bapak Robert. Setelah itu pada tanggal 21Desember-2007 diresmikanlah suatu cabang usaha yang di pimpin oleh Bapak Robert yaitu Savera Reptile. Pada awalnya Savera Reptile menjual beberapa hewan reptil lokal yang didapatnya dari beberapa daerah di Indonesia, namun semakin berkembangnya zaman dan permintaan pasar yang semakin bervariatif menuntut Savera Reptil untuk menyediakan produk-produk hewan reptil impor dari beberapa negara seperti Africa, Inggris, Australia dan beberapa negara lain yang memiliki komoditas hewan reptil yang eksotik. Dalam usahanya, Savera Reptile dapat dilihat pada gambar 9 yang berlokasi di Jalan Kartini Raya No. 55 Jakarta Pusat. Kota Jakarta, Indonesia, dengan kepemilikan lahan usaha seluas 120m2. Savera Reptile mempunyai kerja sama dengan produk Mclanzoo/Meizu dari China dalam penyediaan peralatan
27
penunjang pemeliharaan reptil. Untuk produk penunjang lain seperti aksesoris media pemeliharaan reptil, Savera Reptil bekerja sama dengan pengrajinpengrajin di kota yogyakarta dalam penyediaannya. Adapun suplay produk reptil yang di perjualbelikan berasal dari peternak-peternak reptil yang ada di Indonesia serta Importir reptil seperti World Of Reptile, Exo Reptile, dan Enzick Reptile. Visi, Misi dan Motto Savera Reptile Usaha tersebut memiliki Visi sebagai penyedia kebutuhan penghobi hewan reptile serta menjadi salah satu penjual produk reptil terbesar di Indonesia. Misi yang diterapkan oleh Savera Reptile antara lain: 1. Mengenalkan berbagai jenis hewan reptil baik lokal maupun mancanegara 2. Menjadi penjual reptil terlengkap yang menyediakan seluruh kebutuhan pasar 3. Mampu bekerja sama dengan seluruh komunitas pecinta reptil dalam kegiatan penunjang pemasaran hewan reptil 4. Memberikan yang terbaik dengan kualitas produk yang memuaskan pasar Moto yang diterapkan oleh Savera Reptile ialah “Melayani dengan profesionalitas dan menjadi yang terdepan”. Moto tersebut mencakup keramahtamahan serta pemberian informasi yang lengkap kepada pasar mengenai kualitas,cara pemeliharaan, serta seluruh pelayanan terhadap hewan reptil yang akan dipelihara. Organisasi dan Sumberdaya Manusia Struktur organisasi yang dipergunakan oleh Savera Reptil adalah struktur fungsional. Menurut Reksohadiprodjo (1992), struktur fungsional mengelompokan tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan sejenis kedalam unit-unit organisasi yang terpisah. Keuntungannya yaitu meningkatkan pengembangan keahlian fungsional, adanya efisiensi melalui spesialisasi, membedakan dan mendelegasikan keputusan operasional harian, dan menjaga pemusatan pengendalian keputusan strategis. Sedangkan kelemahannya yaitu menyebabkan spesialisasi yang sempit dan persaingan atau konflik fungsional, kesulitan dalam koordinasi fungsional dan pengembalian keputusan antar fungsi. Struktur organisasi Savera Reptil dapat dilihat pada Gambar 10.
28
Direktur
Manajer Umum
Bidang Keuangan
Bidang Pemasara n
Bidang Perawatan
Bagian Lapangan
Gambar 10 Struktur Organisasi Savera Reptile Struktur organisasi pada Gambar 10 memiliki peranan penting dalam setiap bagian, peranan tersebut antara lain: 1. Direktur bertindak memberikan informasi kepada manajer umum, seperti adanya event atau struktur penjualan pada Savera Reptile. Selain itu memberikan persetujuan terhadap sebuah keputusan dan mengatur bagianbagian yang berada di bawahnya. 2. Manajer Umum bertindak sebagai orang yang mengkoordinasikan kegiatan yang dimandatkan oleh direktur serta menentukan produk yang di terima oleh pasar. 3. Bidang keuangan bertugas mencatat aliran kas masuk dan kas keluar terkait aktivitas pada Savera Reptile, serta memegang buku penjualan dan pembelian produk. Dana yang dibutuhkan oleh pelaksana harus melalui bidang keuangan terlebih dahulu. 4. Bidang pemasaran bertugas membuat pemikiran-pemikiran yang dapat menginformasikan kepada pembeli terkait dengan kemajuan Savera Reptile. 5. Bidang Perawatan bertugas sebagai penanggung jawab produk yang akan di perjual belikan ke pasar terkait dengan pemeliharaan dan pengembangan produk. 6. Bagian lapang bertugas menangani langsung pembeli yang datang keSavera Reptile serta merawat produk-produk yang di jual. Kegiatan Penjualan Reptil di Savera Reptile Kegiatan penjualan reptil di Savera Reptile terdiri dari 5 (kegiatan) penunjang penjualan. Kegiatan survey pasar, pembelian stok reptil, penyediaan media pemeliharaan, penentuan harga jual, dan pemasaran produk. 1. Kegiatan Survey Pasar Survey pasar adalah suatu kegiatan yang di terapkan oleh Savera Reptile sebelum melakukan pembelian atau penyediaan produk reptil yang akan di
29
2.
3.
4.
5.
tawarkan kepada pasar. Pada kegiatan ini ibu Lyna sebagai manager umum Savera Reptile bertugas sebagai orang yang mengecek kebutuhan apa saja yang di butuhkan oleh pasar, serta jenis reptil apa saja yang sedang di minati oleh pasar. Cara-cara yang dilakukan oleh ibu Lyna antara lain: - Menghubungi komunitas-komunitas reptil terdekat mengenai jenis reptil apa saja yang kemungkinan akan diminati oleh anggota komunitas tersebut saat ini dan kedepannya. - Survey pada situs-situs penjualan reptil mengenai produk-produk yang sedang di cari oleh pasar dan produk apa saja yang banyak di jual di situs tersebut. - Analisis trend jenis hewan reptil yang akan di minati pasar Pembelian Stock Pembelian stock adalah kegiatan yang dilakukan setelah melakukan survey pasar. Proses kegiatan pembelian produk reptil itu sendiri meliputi proses pencarian, pemesanan, pengecekan, dan pembayaran produk reptil. - Proses pencarian: proses ini dilakukan dengan menghubungi suplayer yang telah bekerjasama dengan Savera Reptile mengenai barang yang tersedia dan yang akan datang. - Pemesanan: proses pemesanan dilakukan apabila produk reptil yang sedang dicari tidak tersedia. Biasanya proses pemesanan dilakukan selama 30-45 hari terhitung sejak pemesanan hewan reptil tersebut. - Pengecekan: proses pengecekan produk reptil dilihat ketika produk reptil yang telah di pesan sudah datang. Pengecekan hewan reptil itu sendiri meliputi kesehatan produk dan tingkat kemulusan produk tersebut. - Pembayaran produk reptil: proses pembayaran kepada suplayer yang dilakukan oleh Savera Reptile meliputi pembayaran cash dan pembayaran bertenggang yaitu terkait dengan jangka waktu yang telah disepakati di awal transaksi. Penyediaan Media Pemeliharaan Penyediaan media pemeliharaan di Savera Reptil di sediakan oleh bagian lapang. Hal-hal yang harus di sediakan antara lain penyediaan akuarium/gex sebagai media reptil, penyediaan alas (tergantung jenis reptil tersebut), pemberian pakan, serta memilah produk yang akan di display. Penentuan Harga Jual Penentuan harga jual dilakukan dengan melihat beberapa aspek, yaitu: - Menghitung modal pembelian produk - Menghitung estimasi pengeluaran dari setiap produk reptil - Penentuan persen (%) keuntungan Pemasaran Produk Kegiatan pemasaran dilakukan setelah ditetapkan harga jual dari suatu produk reptil. Pada kegiatan pemasaran ini pihak Savera Reptile menginformasikan jenis produk, kondisi lengkap, stock tersedia, dan harga yang di jual melalui media internet seperti Facebook, Toko Bagus, Reptile X, dan web pribadi milik Savera Reptil. untuk teknologi telekomunikasi Savera Reptile menggunakan Blackberry Mesangger, Whatsap, dan Line.
30
Jenis dan Jumlah Reptil di Savera Reptile Dari hasil pengamatan dilapangan, pada Savera Reptil terdapat beberapa jenis produk reptil yang di tawarkan. Adapun produk yang di perjualbelikan terdiri dari 3 (tiga) kelompok besar yaitu ular, kura-kura, dan kadal. Dalam pengambilan data dilapangan menggunakan data mingguan selama 20 minggu pada periode bulan Desember 2013-April 2014. Adapun jenis barang yang masuk ke-Savera Reptil dapat kita lihat pada Lampiran 1. Dari data di tersebut kita dapat melihat banyaknya produk reptil yang masuk dan keluar akibat adanya tindakan jual-beli yang dilakukan oleh Savera Reptile. Pada komoditi jenis reptil ular, produk yang memiliki stok terbesar di Savera Reptil adalah jenis ular Boa Constrictor Imperator. Pada minggu pertama terdapat stok sebanyak 7 (tujuh) untuk jenis Boa Constrictor Imperator, sedangkan jika kita lihat pada minggu ke-dua merupakan minggu terbesar masuknya jenis reptil tersebut. Sebanyak 200 ekor Boa Constrictor Imperator masuk ke Savera Reptil. Jenis reptil lain yang dimiliki dan merupakan stok terbesar ke-dua ialah jenis Molurus Python. Pada minggu ke-lima belas terdapat 150 ular molurus python albino dan hypo yang masuk. Jika di amati lebih mendalam Savera Reptile memiliki keunggulan untuk jenis ular Boa Constrictor Imperator dan ular Molurus Python. Dari hasil penelitian diketahui jenis ular unggulan yang di perjualbelikan di Savera Reptile reptile ialah ke-dua jenis ular tersebut. Hal tersebut dikarenakan pada jenis ular Boa Constrictor Imperator dan Molurus Python merupakan jenis yang diminati oleh penghobie reptil. Untuk jenis hewan reptil kura-kura, jenis yang paling banyak dimiliki Savera Reptile ialah jenis kura-kura Indian Star. Jenis unggulan yang sangat diminati penghobie reptil kura-kura tersebut dikarenakan harganya yang cenderung lebih terjangkau dibandingkan jenis kura-kura darat lainnya. Oleh sebab itu bisa dilihat pada tabel tersebut minggu ke-4 (empat) terdapat 100 jenis kura-kura tersebut yang masuk ke Savera Reptil. Untuk jenis kura-kura air yang memiliki stok terbesar adalah jenis kura-kura Common Snapping yaitu 30 stock tersedia di minggu ke-15 (lima belas). Menurut pengamatan, jenis kura-kura Common Snapping merupakan salah satu jenis reptil asal Indonesia yang di ekspor ke negara-negara tetangga seperti amerika, malaysia, china, dll. Jenis reptil lain yang dimiliki oleh Savera Reptile adalah jenis kadal. Stock terbesar yang dimiliki Savera Reptile adalah jenis kadal Savanah Monitor. Savanah Monitor merupakan jenis kadal yang di impor dari afrika dan merupakan jenis reptil yang mudah jinak dan oleh karena itu menurut Savera Reptile memiliki nilai tambah tersendiri oleh penghobie reptil. Pada minggu pertama Sebanyak 200ekor jenis Savanah Monitor tersedia di Savera Reptile dan minggu ke-7 (tujuh) produk tersebut sudah dapat dikatakan habis. Hal tersebut menggambarkan jenis tersebut merupakan jenis unggulan yang di perjual belikan di Savera Reptil. Identifikasi Sumber Resiko di Savera Reptile Risiko yang dihadapi sebuah usaha perlu untuk diidentifikasi agar dapat ditangani dan diketahui status dari risiko tersebut. Risiko dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh Savera Reptil, sehingga proses identifikasi penting
31
untuk dilakukan agar dapat mengetahui penanganan yang seharusnya dilakukan. Identifikasi dilakukan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian pada setiap unit dan melalui kegiatan wawancara, serta melihat laporan penjualani yang pernah ada sebelumnya. Identifikasi risiko penjualan pada hewan reptil di Savera Reptil, yaitu dengan mengamati semua kegiatan yang dilakukan saat pembelian produk reptil yang akan di jual hingga produk reptil tersebut terjual pada periode bulan Desember 2013 sampai April 2014. Risiko harga tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan jumlah reptil yang masuk dengan jumlah reptil yang terjual. Perbedaan jumlah tersebut menunjukkan adanya tingkat tidak terjual dalam jangka waktu tertentu serta fluktuasi harga yang terjadi dan disebabkan oleh beberapa sumber risiko. Pada penelitian ini, sumber risiko yang diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam sumber risiko penjualan yang dihadapi Savera Reptil merupakan sumber risiko yang berpengaruh langsung terhadap kematian hewan reptil, tidak terjualnya hewan reptil tersebut serta fluktuasi penjualan hewan reptil. Beberapa kemungkinan sumber-sumber risiko utama yang mempengaruhi risiko harga dari hewan reptil di Savera Reptile. Dari hasil pengamatan ditemukan 5 (lima) sumber risiko yang dapat mempengaruhi fluktuasi dari penjualan hewan reptil. Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi, yaitu tampilan fisik produk, persaingan pasar, serangan penyakit, pemeliharaan, dan daya beli masyarakat. Adapun penjelasan dari identifikasi sumber-sumber risiko tersebut, yaitu: 1. Tampilan fisik produk Kualitas dari hewan reptil di tandai dari beberapa aspek. Adapaun aspekaspek yang menggambarkan suatu produk reptil memiliki kualitas yang dilihat dari tampilan fisik produk yang baik atau tidak antaralain: a. Ukuran Produk Pada hewan reptil ukuran dari produk reptil dapat menggambarkan suatu produk bisa dikatakan baik atau tidak. Apabila ukuran produk yang di suplay ke-Savera Reptile sesuai dengan permintaan yang sebelumnya telah di survey akibat permintaan pasar, maka memungkinkan adanya kepastian pasar akibat kualitas produk itu sendiri. Dari hasil wawancara dengan pemilik Savera Reptile, sering kali terjadi ketidaksesuaian ukuran produk seperti terlalu kecilnya produk atau terlalu besarnya produk reptil itu sendiri. b. Corak Produk Corak merupakan hal penentu dalam penentuan suatu produk reptil memiliki kualitas yang baik atau tidak. Adapun penentuan corak hewan reptil yang dikatakan baik apabila memiliki corak yang jarang ditemui dari hewan reptil tersebut. Adapun istilah yang sering digunakan adalah Stripe, Granit Back, Tembus, dan Simetris. c. Produk Cacat Produk yang cacat merupakan produk yang masuk ke-Savera Reptile dengan kekurangan tertentu seperti tumpul, atau kulit terkelupas. Untuk produk yang memiliki tumpul biasanya tidak dilakukan pengembalian produk. Namun untuk cacat pada bagian kulit akan dikembalikan. Kualitas produk yang buruk berasal dari proses pembelian produk melalui kegiatan penyortiran yang kurang benar. Jumlah produk yang memiliki kualitas rendah diketahui pada saat barang sampai ke-Savera Reptile, karena pada saat itu
32
produk disortir kembali. Produk dengan tampilan fisik yang kurang bagus tersebut dimasukan ke dalam sumber risiko yang dihadapi Savera Reptile. Produk dengan tampilan fisik yang kurang baik dan telah dibeli akan memakan waktu untuk dapat terjual dan akan menambah biaya variabel yang dibutuhkan selama pemeliharaan, oleh karena itu jumlah produk dengan kualitas rendah dapat mengurangi pendapatan yang seharusnya diterima penjual, sehingga jumlah produk yang ditemukan cacat saat penyortiran dianggap ke dalam produk yang lama terjual. Adapun jumlah produk yang memiliki tampilan fisik yang kurang baik dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk Minggu Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total Reptil Tersedia 514 553 225 298 204 174 110 114 269 156 167 133 105 72 361 236 269 113 243 194
Total Tidak Terjual 270 19 125 92 32 64 43 67 113 45 34 28 33 58 125 64 155 88 83 33
Reptil Tidak Terjual Akibat Tampilan Fisik Produk Jumlah (ekor) Persentase (%)* 11 4,07 4 21,00 4 3,20 22 23,91 7 21,87 12 18,75 5 10,20 7 10,44 12 10,71 12 26,67 5 14,70 8 28,57 13 39,39 9 15,52 14 11,20 22 34,37 32 20,64 10 11,36 22 26,50 15 45,45
*angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah tidak terjual akibat sumber risiko tertentu dibagi total tidak terjual yang terjadi.
Berdasarkan Tabel 6 pengaruh sumber risiko tampilan fisik produk terhadap tidak terjualnya hewan reptil berkisar antara 0 persen sampai 45,45 persen. Persentase tersebut merupakan hasil pembagian antara jumlah reptil tidak terjual akibat sumber risiko kualitas produk dengan total reptil tidak terjual pada minggu tertentu. Data pada Tabel di atas tersebut berasal dari pengamatan yang dilakukan pada penjualan reptil selama 20 minggu. Data penjualan pada penelitian ini berasal dari pengamatan yang dilakukan selama 20 minggu pada bulan Desember 2013-April 2014. Pada bulan Desember 2013-April 2014 ini produk reptil yang masuk cukup tinggi, hampir setiap minggu
33
mulai dari 07 Desember 2013- 27 April 2014 produk impor maupun lokal banyak berdatangan. Masuknya produk reptil tersebut berkaitan erat dengan permintaan pasar yang cukup tinggi serta estimasi produk yang dicari oleh pasar dan sebelumnya sudah di adakan identifikasi awal oleh Savera Reptile. 2. Persaingan Pasar Persaingan pasar merupakan salah satu sumber risiko penjualan yang sangat berpengaruh pada fluktuasi penjualan reptile di Savera Reptile. Sumber risiko persaingan pasar didasari pada adanya reptil yang tidak terjual akibat masuknya jenis hewan reptil pada beberapa pesaing atau penjual hewan reptil lain yang mengakibatkan munculnya persaingan harga dengan kualitas reptil yang variatif. Salah satu contohnya ialah apabila pengusaha A memiliki produk dengan jenis yang sama dengan Savera Reptile akan muncul persaingan harga pada masing-masing produk tersebut yang nantinya akan mempengaruhi terjualnya suatu produk reptile. Dari hasil pengamatan, diketahui terdapat puluhan penjual hewan reptil di Kota Jakarta. Adapun pesaing terbesar hewan reptil di kota Jakarta antara lain, yaitu: a. Toko Reptile: Kemang, Jakarta Selatan b. Exo Reptile: Jl. Kartini Raya, Jakarta Pusat c. 3Torto: Kemang, Jakarta Selatan d. Bopinz Reptile: Jl. Kartini Raya, Jakarta Pusat Persaingan pasar hewan reptil merupakan salah satu sumber risiko terbesar yang dapat mempengaruhi risiko penjualan dari produk reptil itu sendiri. Pada pengamatan dilapangan banyak tergambar persaingan antara penjual hewan reptil yang satu dengan yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan / selisih harga yang ditawarkan untuk produk hewan reptil yang sama. Berikut adalah gambaran dampak risiko yang ditimbulkan dari persaingan pasar yang dapat dilihat pada tabel 7.
34
Tabel 7 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Persaingan Pasar Minggu Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total Reptil Tersedia 514 553 225 298 204 174 110 114 269 156 167 133 105 72 361 236 269 113 243 194
Total Reptil Tidak Terjual Akibat Persaingan Tidak Pasar Terjual Jumlah (ekor) Persentase (%)* 270 115 42,60 19 8 42,10 125 76 60,80 92 43 46,73 32 13 40,62 64 27 42,19 43 22 51,20 67 25 37,31 113 65 57,52 45 16 35,55 34 13 38,23 28 12 42,86 33 7 21,21 58 32 55,17 125 71 56,80 64 15 23,44 155 81 52,26 88 37 42,04 83 39 47,00 33 7 21,21
*angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah tidak terjual akibat sumber risiko tertentu dibagi total tidak terjual yang terjadi.
Berdasarkan Tabel 7 pengaruh sumber risiko persaingan pasar sangatlah besar. Kita dapat melihat bahwa pengaruhnya terhadap tidak terjualnya produk reptil berkisar antara 0 persen sampai 60,80 persen dari total tidak terjual yang terjadi. Pengamatan tersebut dilakukan pada bulan Desember 2013-April 2014. Data penjualan pada penelitian ini berasal dari pengamatan yang dilakukan selama 20 minggu dan sejak proses pemesanan produk reptil hingga produk tersebut di pasarkan. Salah satu hal yang paling di waspadai oleh pihak Savera Reptile merupakan risiko persaingan pasar, karena risiko ini sebelumnya merupakan risiko terbesar dalam penjualan reptil. Hal tersebut dapat kita lihat bahwa pada minggu ke-3, sebesar 60,80 persen produk yang tidak terjual, akibat risiko tersebut. 3. Serangan Penyakit Serangan penyakit merupakan salah satu aspek terpenting yang sering sekali pada pengusaha reptil, hal tersebut biasanya terjadi akibat fluktuasi suhu / cuaca yang ekstrim dan adanya penyakit bawaan yang sudah di derita sebelum masuk ke-Savera Reptile. Tidak jarang serangan penyakit terhadap hewan reptil sehingga terjadi kematian hewan reptil tersebut.
35
Penyakit merupakan kendala yang sering timbul dalam penjualan hewan reptil. Pengetahuan mengenai sumber penyakit sangat membantu upaya pengobatan dan menentukan pencegahan serangan suatu penyakit yang mungkin dialami hewan reptil. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan responden, penyakit merupakan salah satu sumber risiko harga yang dihadapi Savera Reptil. Penyakit yang tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi hewan reptil dan proses penjualan hewan reptil menjadi tersendat, sehingga diperlukan penanganan yang tepat agar pencegahan dapat dilakukan sebelum penyakit menyerang hewan reptil. Tabel 8 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Serangan Penyakit Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total Reptil Tersedia 514 553 225 298 204 174 110 114 269 156 167 133 105 72 361 236 269 113 243 194
Total Tidak Terjual 270 19 125 92 32 64 43 67 113 45 34 28 33 58 125 64 155 88 83 33
Reptil Tidak Terjual Akibat Serangan Penyakit Jumlah (ekor) Persentase (%)* 23 15,97 1 5,26 6 13,33 12 13,43 5 15,62 1 1,56 3 6,97 6 8,95 6 5,31 10 22,22 5 14,70 2 7,14 7 21,21 5 8,62 24 19,20 12 18,75 3 1,93 12 13,63 8 9,63 2 6,06
*angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah tidak terjual akibat sumber risiko tertentu dibagi total tidak terjual yang terjadi.
Berdasarkan Tabel 8 pengaruh penyakit terhadap tidak terjualnya produk pada Savera Reptile berkisar antara 1,93 persen sampai 22,22 persen dari produk tidak terjual yang terjadi. Pengamatan tersebut dilakukan pada rentan waktu 20 minggu. Risiko akibat penyakit merupakan hal yang paling sering terjadi pada usaha produk hidup. Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit pada usaha reptil antara lain dikarenakan suhu, cuaca, kebersihan
36
kandang, kebersihan pakan, dan penyakit bawaan. Namun pihak Savera Reptile sudah dapat menekan risiko tersebut, walaupun belum sesuai dengan target yang ingin di capai, yaitu 5 per minggunya. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan salah satu aspek penting yang terkadang muncul, sehingga mempengaruhi fluktuasi penjualan hewan reptil itu sendiri. Dari hasil wawancara dengan pemilik Savera Reptil diketahui bahwa terkadang pakan utama hewan reptil berupa tikus putih sulit di dapat. Sehingga harga tikus putih sebagai pakan hewan reptil meningkat dan menyebabkan adanya peningkatan harga dari hewan reptil tersebut. Peningkatan harga hewan reptil menjadikan adanya pesaing yang masuk dan menjadikan beberapa hewan reptil tidak terjual sesuai siklus penjualan hewan reptil yaitu selama 1 minggu penjualan. Hal lain yang harus di perhatikan ialah penjemuran, kebersihan media, serta kebersihan hewan reptil itu sendiri. Dengan adanya hal tersebut akan muncul sumber risiko Pemeliharaan. Yaitu terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Pemeliharaan Minggu Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total Reptil Tersedia 514 553 225 298 204 174 110 114 269 156 167 133 105 72 361 236 269 113 243 194
Total Tidak Terjual 270 19 125 92 32 64 43 67 113 45 34 28 33 58 125 64 155 88 83 33
Reptil Tidak Terjual Akibat Pemeliharaan Jumlah (ekor) Persentase (%)* 5 1,85 2 10,52 5 4,00 3 3,26 1 3,12 1 1,56 6 13,95 4 5,97 3 2,65 2 4,44 1 2,94 2 7,14 2 6,06 3 5,17 2 1,60 1 1,56 1 0,64 2 2,27 3 3,61 5 15,15
*angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah tidak terjual akibat sumber risiko tertentu dibagi total tidak terjual yang terjadi.
Pemeliharaan merupakan salah satu komponen penting dalam usaha hewan reptil. Hewan reptil dikatakan sehat dan siap untuk dipasarkan apabila
37
hewan tersebut sudah dapat makan dengan lancar. Ketersediaan pakan itu sendiri apabila sulit dipenuhi akan menimbulkan adanya risiko penjualan akibat tidak terjualnya produk reptil itu sendiri. Hal tersebut kita dapat liat pada tabel 12 . pengaruh pemeliharaan terhadap tidak terjualnya produk reptil berkisar antara 1 persen hingga 15,15 persen. Jika melihat data di atas, kita dapat melihat bahwa Savera Reptile sudah dapat mengatasi sumber risiko pemeliharaan. Karna diketahui bahwa pihak Savera Reptile telah bekerja sama dengan peternak-peternak penyedia pakan reptil untuk memenuhi kebutuhannya. 5. Daya Beli Masyarakat Salah satu sumber risiko yang tidak kalah pentingnya adalah adanya penurunan daya beli masyarakat terhadap hewan reptil. Dari hasil wawancara dan pengamatan langsung dilapangan, diketahui bahwa sumber risiko daya beli masyarakat didasari pada produk reptil yang terjual hanya pada pelanggan tetap atau pedagang hewan reptil lain yang biasa membeli hewan reptil di Savera Reptile umtuk di jual kembali. Sedangkan pembeli atau penghobi lain yang datang ke toko dapat dikatakan berfluktuasi. Tabel 10 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat Minggu Ke-
Total Total Reptil Tidak Terjual Akibat Daya Beli Reptil Tidak Masyarakat Tersedia Terjual Jumlah (ekor) Persentase (%)* 1 514 270 116 42,96 2 553 19 4 21,05 3 225 125 16 12,80 4 298 92 12 13,04 5 204 32 6 18,75 6 174 64 23 35,93 7 110 43 7 16,28 8 114 67 22 32,83 9 269 113 27 23,89 10 156 45 5 11,11 11 167 34 10 29,41 12 133 28 4 14,28 13 105 33 8 24,24 14 72 58 9 15,51 15 361 125 14 11,20 16 236 64 14 21,87 17 269 155 38 24,51 18 113 88 27 30,68 19 243 83 11 13,25 20 194 33 4 12,12 *angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah tidak terjual akibat sumber risiko tertentu dibagi total tidak terjual yang terjadi. Tabel 10 menggambarkan bahwasanya pihak Savera Reptile belum dapat mengatasi sumber risiko daya beli masyarakat. Terlihat bahwa 11,11 persen
38
hingga 42,96 persen adalah pengaruh yang di timbulkan dari sumber risiko tersebut. Sumber risiko tersebut dapat diamati dari penurunan pengunjung Savera Reptile setiap minggunya. Namun hal tersebut dapat diminimalisir mengingat Savera Reptile merupakan salah satu pensuplay terbesar di Kota Jakarta, sehingga dapat diminimalisir dengan pembelian penjual lain yang membeli hewan reptil dengan skala besar. Analisis Probabilitas Risiko Penjualan Pada Hewan Reptil Identifikasi sumber risiko sebagai tahap awal yang dilakukan untuk menghasilkan informasi terkait sumber risiko yang di hadapi oleh Savera Reptile. Pada tahap identifikasi di atas terdapat 5 jenis risiko yang dihadapi Savera Reptile, yaitu tampilan fisik produk, persaingan pasar, penyakit, dan pemeliharaan. Setelah itu tahap selanjutnya dilakukan, yaitu menganalisis besaran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang ditimbulkan dari masing-masing sumber risiko. Analisis ini akan menunjukkan risiko yang perlu diprioritaskan dan penanganan apa yang perlu dilakukan dilihat dari besaran kemungkinan yang ditimbulkan agar kemungkinan tersebut dapat diminimalisir. Analisis kemungkinan risiko penjualan dihitung dengan metode z-score seperti yang telah dijelaskan pada bab metode, hasil perhitungan dari masing-masing sumber risiko tersebut antara lain: 1. Tampilan Fisik Produk Tampilan fisik produk merupakan salah satu sumber risiko penjualan yang sangat berpengaruh dalam kegiatan penjualan hewan reptil, karena tampilan fisik produk merupakan salah satu aspek dalam pemilihan produk reptil. Tampilan fisik produk yang tidak sesuai dengan pasar akan menyebabkan hewan reptil sulit terjual. Tingkat penjualan dari hewan reptil tersebut merupakan sebuah risiko yang dihadapi penjual karena dapat menyebabkan kerugian bagi penjual hewan reptil. Besarnya kemungkinan terjadinya sebuah risiko atau probabilitas pada periode tertentu merupakan ukuran seberapa sering sumber risiko tersebut muncul pada periode tertentu. Analisis probabilitas risiko yang dihadapi dalam penelitian ini, dihitung dengan mengolah data penjualan produk reptil, sehingga total data berasal dari hewan reptil yang di beli untuk di perjualbelikan. Nilai dari batas penjualan dan kematian benih akibat kualitas produk yang dianggap normal oleh Savera Reptile diperoleh dari nilai rata-rata persentase barang tidak terjual hewan reptil akibat sumber risiko tampilan fisik produk dikalikan dengan rata-rata jumlah reptil yang tidak terjual pada setiap 1 minggu penjualan. Hal tersebut dikarenakan untuk batas masing-masing kejadian akibat sumber risiko tertentu ditentukan oleh Savera Reptile, kecuali tidak terjual reptil total yang secara umum dan sering terjadi. Tidak terjual hewan reptil akibat tampilan fisik produk dapat dianggap masih normal sebanyak 10 per 1 minggu. Adapun hasil perhitungan nilai probabilitas sumber risiko tampilan fisik produk pada Tabel 11.
39
Tabel 11 Probabilitas Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk Uraian Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 246 12 7 10 -0.28 0.39 61,03 38,97
Tabel 11 menunjukkan total tidak terjual akibat tampilan fisik produk reptil dari 20 minggu yang diteliti di Savera Reptile, yaitu 246 dengan rata-rata tidak terjual 12 . Tidak terjualnya produk diakibatkan oleh tampilan fisik produk reptil tersebut. Batas normal tidak terjual produk reptil pada tampilan fisik produk yaitu 10 . Kemungkinan terjadinya tidak terjualnya produk reptil yang disebabkan oleh tampilan fisik produk kurang dari 10 ialah sebanyak 61,03 persen, sedangkan peluang tidak terjual yang disebabkan oleh tampilan fisik produk melebihi batas normal ialah 38,97 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terjual produk reptil di Savera Reptile yang disebabkan tampilan fisik produk masih banyak melebihi batas normal tidak terjual, yaitu 10 pada periode Desember 2013-April 2014. Probabilitas tersebut merupakan probabilitas risiko terbesar ke-2 dari ke-5 sumber risiko yang dihadapi oleh Savera Reptile. 2. Persaingan Pasar Persaingan pasar merupakan sumber risiko yang paling berpengaruh terhadap kegiatan jual beli hewan reptil. Persaingan pasar mengakibatkan terjadinya peningkatan produk reptil tidak terjual akibat perbedaan harga atau kualitas, sehingga persaingan pasar sangat berpengaruh terhadap pendapatan penjual hewan reptil. Nilai dari batas risiko akibat persaingan pasar yang dianggap normal oleh perusahaan ialah 50 . Jika diperhatikan nilai ini cukup besar di bandingkan batas normal sumber risiko yang lain, karena persaingan pasar merupakan sumber risiko terbesar yang harus di tanggulangi oleh Savera Reptile. Analisis probabilitas risiko persaingan pasar yang dihadapi dihitung dengan mengolah data 20 minggu pada Savera Reptile. Adapun hasil perhitungan nilai probabilitas sumber risiko persaingan pasar yang tersaji pada Tabel 12.
40
Tabel 12 Probabilitas Sumber Risiko Persaingan Pasar Uraian Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 724 36 30 50 0,47 0,68 31,92 68,08
Tabel 12 menunjukkan total tidak terjual akibat persaingan pasar dari 20 minggu yang diteliti di Savera Reptile, yaitu 724 dengan rata-rata tidak terjual 36 . Tidak terjualnya produk diakibatkan oleh persaingan pasar dengan banyaknya pedagang reptil khususnya Jakarta dan Indonesia pada umumnya. Batas normal tidak terjual produk reptil pada persaingan pasar, yaitu 50 . Kemungkinan terjadinya tidak terjualnya produk reptil yang disebabkan oleh persaingan pasar kurang dari 50 ialah sebanyak 31,92 persen, sedangkan peluang tidak terjual yang disebabkan oleh persaingan pasar melebihi batas normal ialah 68,08 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terjual produk reptil di Savera Reptile yang disebabkan kualitas produk masih banyak melebihi batas normal kematian, yaitu 50 pada periode Desember 2013-April 2014. Probabilitas tersebut merupakan probabilitas risiko terbesar ke-1 dari ke-5 sumber risiko yang dihadapi oleh Savera Reptile. 3. Serangan Penyakit Penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang berpengaruh dalam kegiatan penjualan reptil. Penyakit juga merupakan sumber risiko yang banyak ditakuti penjual, karena dapat menyebar dengan cepat dan tidak diduga-duga kemunculannya. karena produk yang sakit dan tidak dapat ditangani akan membuat tingkat kematian atau mortalitas meningkat. Hal tersebut bersumber dari menurunnya daya tahan tubuh reptil akibat adanya parasit yang mengganggu dan virus dari reptil lain. Apabila tingkat kematian dan tidak terjual produk reptil akibat penyakit yang tinggi dapat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh penjual, sehingga diperlukan penanganan yang tepat. Nilai dari batas kematian dan tidak terjual produk akibat penyakit yang dianggap normal oleh Savera Reptile diperoleh dari nilai rata-rata persentase produk reptil yang tidak terjual akibat sumber risiko penyakit dikalikan dengan rata-rata jumlah reptil tidak terjual pada setiap minggunya. Risiko tidak terjual akibat sumber risiko penyakit yang dapat dianggap masih normal ialah 5 pada setiap minggunya.
41
Tabel 13 Probabilitas Sumber Risiko Serangan Penyakit Uraian Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 153 8 6 5 -0,5 0,31 69,15 30,85
Tabel 13 menunjukkan total tidak terjual produk akibat penyakit dari 20 minggu yang di teliti pada Savera Reptile, yaitu 153 dengan ratarata tidak terjual 8 untuk setiap minggunya. Nilai tersebut terlihat kecil, hal tersebut dikarenakan pengukuran yang dilakukan telah di adakan menanggulangan oleh Savera Reptile, namun menurut batas yang ditetapkan oleh Savera Reptile masih terlampau besar, yaitu 5ekor /minggu. Kemungkinan terjadinya tidak terjual produk reptil yang disebabkan oleh penyakit kurang dari 5 ialah sebanyak 69,15 persen, sedangkan peluang tidak terjual yang disebabkan oleh penyakit melebihi batas normal ialah 30,85 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terjualnya produk reptil di Savera Reptile yang disebabkan penyakit telah melebihi batas normal tidak terjual, yaitu 8 pada periode Desember 2013 sampai April 2014. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan salah satu sumber risiko yang berpengaruh dalam penjualan hewan reptil. pemeliharaan juga merupakan sumber risiko yang banyak ditakuti penjual, karena saat ini sedang marak pakan hewan reptil yang di dapat dari hasil percobaan laboratorium / sisa penelitian. Apabila kualitas pakan tersebut diberikan kepada hewan reptil, dapat menyebabkan munculnya penyakit, bahkan terjadi kematian hewan reptil. Berikut adalah tingkat probabilitas risiko yang timbul akibat sumber risiko pemeliharaan. Tabel 14 Probabilitas Sumber Risiko Pemeliharaan Uraian Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 54 3 2 5 1,0 0,84 15,87 84,13
42
Nilai probabilitas menunjukkan seberapa sering risiko terjadi pada periode tertentu. Tabel di atas menunjukkan total produk tidak terjual akibat pemeliharaan dari 20 minggu penelitian pada Savera Reptile, yaitu 54 dengan rata-rata tidak terjual sebanyak 3 . Batas normal reptil tidak terjual akibat sumber risiko tersebut, yaitu 5 . Dari nilai probabilitas yang dihitung, kemungkinan adanya produk tidak terjual lebih dari 5 ialah sebanyak 84,13 persen, sedangkan peluang produk tidak terjual yang kurang dari batas normal ialah 15,87 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa risiko pemeliharaan sudah berada di atas batas normal tidak terjual, yaitu 5 pada periode Desember 2013-April 2014. 5. Daya Beli Masyarakat Daya beli masyarakat merupakan salah satu sumber risiko yang di tinjau dari banyaknya pembeli hewan reptil yang datang ke-Savera Reptile. Adapun reseller yang merupakan pelanggan utama dari Savera reptile tidak termasuk kedalam sumber risiko tersebut. Risiko daya beli masyarakat dapat ditanggulangi dengan mengatur produk yang masuk serta harga yang ditawarkan dari produk tersebut. Kemungkinan tidak terjual produk reptil akibat penurunan daya beli masyarakat pasti dialami oleh para penjual hewan reptil karena merupakan faktor penting terkait dengan jumlah masuknya produk reptil dan harga yang ditawarkan. Analisis probabilitas risiko yang dihadapi dihitung dengan mengolah data 20 minggu penjualan, sehingga data yang digunakan sebanyak 20 data penjualan. Nilai dari batas akibat sumber risiko daya beli masyarakat yang dianggap normal oleh Savera Reptile ialah 20 pada setiap siklus minggunya. Adapun hasil perhitungan nilai probabilitas sumber risiko kematian benih akibat daya beli masyarakat yang tersaji pada Tabel 15.
Tabel 15 Probabilitas Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat Uraian Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 377 19 25 20 0,04 0.52 48,38 51,62
Nilai probabilitas menunjukkan seberapa sering risiko terjadi pada periode tertentu. Tabel 15 menunjukkan total produk tidak terjual akibat daya beli masyarakat dari 20 minggu penelitian pada Savera Reptile, yaitu 377 dengan rata-rata tidak terjual sebanyak 19 . Batas normal produk reptil tidak terjual akibat sumber risiko tersebut yang ditentukan oleh perusahaan adalah 20 tiap minggunya. Dari nilai probabilitas yang dihitung, kemungkinan adanya produk tidak terjual lebih dari 20 ialah sebanyak 51,62 persen, sedangkan peluang produk tidak terjual yang kurang dari
43
batas normal ialah 48,38 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa risiko yang diakibatkan dari daya beli masyarakat sudah berada di atas batas normal tidak terjual, yaitu 20 pada periode Desember 2013-April 2014. Analisis Dampak Risiko Penjualan Hewan Reptil Status sebuah risiko dapat diketahui dari hasil identifikasi sumber risiko yang dihadapi penjual dengan menghitung probabilitas dan dampak masing-masing sumber risiko. Probabilitas akan menunjukkan seberapa sering kemungkinan terjadinya risiko yang dihadapi penjual tersebut pada periode tertentu. Dampak yang biasanya timbul akibat sumber risiko dalam sebuah usaha dan berakibat negatif, yaitu salah satunya kerugian finansial. Penelitian ini juga akan membahas mengenai dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko harga reptil pada Savera Reptile. Reptil yang tidak terjual akibat sumber risiko yang dihadapi membuat terjadinya muncul hewan reptil yang tidak terjual. Agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi akibatnya maka diperlukan penanganan yang tepat, namun sebelum dilakukan penanganan dampak yang timbul akibat sumber risiko harus dihitung terlebih dahulu. Dampak yang ditimbulkan umumnya berupa kerugian finansial yang dapat dihitung dengan metode VaR (Value at Risk). Salah satu komponen perhitungan VaR ialah harga, harga dari hewan reptil sendiri di Savera Reptile cukup bervariatif, yaitu berkisar antara Rp. 50.000 hingga Rp. 15.000.000. oleh sebab itu penulis merata-ratakan harga jual produk reptil tersebut. Hasil rata-rata harga jual produk reptil pada Savera Reptile ialah Rp. 1.360.217. Data yang dihitung merupakan data tidak terjual dengan estimasi kerugian maximum sebesar 25% sesuai dengan estimasi yang diberikan oleh pihak Savera Reptile. Sehingga didapat kerugian Rp.340.054/e hewan reptil yang tidak terjual. Rumus dari penggunaan VaR telah dijelaskan pada bab metode, berikut analisis dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko harga yang dihadapi oleh Savera Reptile: Tampilan Fisik Produk Tampilan fisik produk yang tidak sesuai menyebabkan hewan reptil tidak dapat dijual. reptil yang tidak dapat dijual membuat pendapatan penjual reptil berkurang. Hal tersebut memberikan dampak berupa kerugian bagi usaha yang dijalankannya. Perhitungan dampak risiko yang ditimbulkan perlu diketahui agar dapat mengukur sejauh mana kerugian yang dihadapi usaha. Perhitungan mengenai dampak dari sumber risiko tampilan fisik produk dihitung menggunakan metode VaR dengan tingkat keyakinan 95 persen dan 5 persen sebagai error. Berikut hasil perhitungan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko tampilan fisik produk pada Tabel 16.
44
Tabel 16 Dampak sumber risiko tampilan fisik produk reptil pada tingkat harga Rp 340.054 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 83.653.284 4.182.664 2.489.195 1,645 5.098.704
Tabel 16 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat tampilan fisik produk sebesar Rp 83.653.284 dengan rata-rata kerugian Rp 4.182.664 per minggu. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko tampilan fisik produk sebesar Rp 5.098.704 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen merupakan dampak tertinggi dari sumber risiko yang ada. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR yang tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 5.098.704 ialah sebesar 5 persen atau sering disebut error. Persaingan Pasar Persaingan pasar menyebabkan hewan reptile sulit terjual akibat pesaing-pesaing yang ada. Reptil yang tidak dapat dijual membuat pendapatan penjual berkurang. Hal tersebut memberikan dampak berupa kerugian bagi usaha yang dijalankan. Perhitungan dampak risiko yang ditimbulkan perlu diketahui agar dapat mengukur sejauh mana kerugian yang dihadapi usaha. Perhitungan mengenai dampak dari sumber risiko persaingan pasar dihitung menggunakan metode VaR dengan tingkat keyakinan 95 persen dan 5 persen sebagai error. Berikut hasil perhitungan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko persaingan pasar. Tabel 17 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Persaingan Pasar Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 246.199.096 12.309.954 10.273.031 1,645 16.090.521
Tabel 17 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat persaingan pasar sebesar Rp 246.199.096 dengan rata-rata kerugian Rp 12.309.954 per minggu. Dampak tersebut ialah dampak terbesar dari ke-5 sumber risiko yang dihadapi. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko persaingan pasar sebesar Rp 16.090.521 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas
45
nilai VaR yang tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 16.090.521 ialah sebesar 5 persen. Serangan Penyakit Penyakit sebagai sumber risiko dapat menyebabkan kerugian apabila tidak ditangani dengan segera dan tepat. Penyakit dapat menyebar dengan cepat, apabila hewan reptil sedang berada dalam kondisi rentan penyakit membuat reptil menjadi melemah bahkan mati. Pada saat cuaca hujan contohnya, hewan reptile dapat mengalami flu dan sariawan yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan pada hewan reptil apabila tidak segera di tangani bahkan dapat menyebabkan kematian. Berikut ialah dampak yang di timbulkan pada sumber risiko serangan penyakit pada hewan reptil. Tabel 18 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Serangan Penyakit Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 52.028.262 2.601.413 2.193.348 1,645 3.408.584
Tabel 18 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat sumber risiko penyakit sebesar Rp 52.028.262 dengan rata-rata kerugian Rp 2.601.413 per minggu. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko penyakit sebesar Rp 3.408.584 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa estimasi dari dampak kerugian maksimum akibat sumber risiko penyakit yang dihadapi sebesar Rp 3.408.584 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 3.408.584 ialah sebesar 5 persen. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan hal yang harus di cermati. Pakan dalam pemeliharaan hewan reptil berupa tikus putih terkadang sulit di temui, adapula pakan berupa tikus putih yang beredar dari hasil penelitian di laboratorium akan di jual kembali oleh oknum-oknum pedagang yang nakal. Harga pakan hewan reptilpun kian berfluktuasi mengingat jumlahnya yang terbatas bahkan tidak jarang pakan reptil tersebut tidak di dapatkan. Oleh sebab itu pemeliharaan merupakan sumber risiko yang dapat memberikan dampak kerugian.
46
Tabel 19 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Pemeliharaan Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 18.362.916 918.146 530.246 1,645 1.113.281
Tabel 19 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat pemeliharaan sebesar Rp 18.362.916 dengan rata-rata kerugian Rp 918.146 per minggu. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko pemeliharaan sebesar Rp 1.113.281 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen. Dampak tersebut merupakan dampak terkecil dari ke-5 sumber risiko yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa estimasi dari dampak kerugian maksimum akibat sumber risiko pemeliharaan yang dihadapi dalam 1 minggu sebesar Rp 1.113.281 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR yang tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 1.113.281 ialah sebesar 5 persen. Daya Beli Masyarakat Daya beli masyarakat yang menurun menyebabkan hewan reptil tidak dapat terjual. Hal tersebut di lihat dari menurunnya pembeli berupa reseller dan eceran yang datang ke-Savera Reptile. Reptil yang tidak dapat dijual membuat pendapatan penjual hewan reptil berkurang. Hal tersebut memberikan dampak berupa kerugian bagi usaha yang dijalankan. Perhitungan dampak risiko yang ditimbulkan perlu diketahui agar dapat mengukur sejauh mana kerugian yang dihadapi usaha. Perhitungan mengenai dampak dari sumber risiko kualitas benihdaya beli masyarakat dihitung menggunakan metode VaR dengan tingkat keyakinan 95 persen dan 5 persen sebagai error. Berikut hasil perhitungan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko kualitas benih pada Tabel 20. Tabel 20 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Daya Beli Masyarakat Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 128.200.358 6.410.018 8.395.253 1,645 9.499.546
47
Tabel 20 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat daya beli masyarakat sebesar Rp 128.200.358 dengan rata-rata kerugian Rp 6.410.018 per minggu. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko daya beli masyarakat sebesar Rp 9.499.546 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen. Dampak tersebut merupakan dampak terbesar ke-2 dari ke-5 sumber risiko yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa estimasi dari dampak kerugian maksimum akibat sumber risiko daya beli masyarakat yang dihadapi dalam 1 minggu, yaitu Desember 2013 sampai April 2014 ialah sebesar Rp 9.499.546 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR yang tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 9.499.546 ialah sebesar 5 persen. Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil Proses identifikasi sumber risiko, analisis kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas), dan analisis dampak risiko telah dilakukan. Tahapan terakhir yang dilakukan ialah mengetahui status risiko, lalu status risiko tersebut dipetakan ke dalam peta risiko seperti yang telah dijelaskan pada bab metode. Status risiko akan menunjukkan urutan risiko dari tingkat berisiko besar hingga berisiko kecil. Status tersebut didapatkan dari hasil perkalian probabilitas dengan dampak dari masing-masing sumber risiko. Adapun hasil dari perhitungan status risiko pada Savera reptile dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Probabilitas, Dampak dan Status Risiko Sumber Risiko Tampilan Fisik produk Persaingan Pasar Serangan Penyakit Pemeliharaan Daya Beli Masyarakat Batas Tengah Savera Reptile
Probabilitas (%) 38,97
Dampak (Rp)
68,08 30,85 84,13 51,62 25,00
16.090.521 3.408.584 1.113.281 9.499.546 7.072.155
5.098.704
Status Risiko (Rp) 1.986.965 10.954.427 1.051.548 936.603 4.903.665
Tabel 21 menunjukkan sumber risiko yang dihadapi usaha jual beli hewan reptil pada Savera Reptile yang memiliki nilai probabilitas dan dampak serta status berbeda-beda. Sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas tertinggi pada usaha jual beli hewan reptil ialah sumber risiko pemeliharaan yaitu sebesar 84,13 persen, sedangkan nilai probabilitas terkecil ialah serangan penyakit sebesar 30,85 persen. Sumber risiko persaingan pasar memiliki dampak terbesar, yaitu Rp 16.090.521, sedangkan dampak terkecil berasal dari sumber risiko serangan penyakit. Perkalian antara nilai probabilitas yang diperoleh dan nilai dari dampak yang ditimbulkan akan menghasilkan status dari masing-masing sumber risiko. Status terbesar dari seluruh sumber risiko yang dihadapi ialah sumber risiko persaingan pasar sebesar Rp 10.954.427 per minggu dalam periode Desember 2013-April 2014, sedangkan status terkecil berasal dari sumber risiko pemeliharaan, yaitu Rp 936.603.
48
Status risiko yang telah diketahui dimasukan nilainya dalam kuadran pada peta risiko agar dapat mengetahui penanganan yang sebaiknya dilakukan. Pemetaan risiko ini diharapkan dapat menunjukan risiko yang sebaiknya ditangani terlebih dahulu. Risiko yang sangat besar dampaknya dan risiko yang tinggi kemungkinannya untuk terjadi dapat diturunkan tingkat dampak dan kemungkinannya. Batas tengah dari peta risiko berasal dari batasan pembudidaya, yaitu masing-masing sebesar 25 persen dan Rp 7.072.155. Nilai probabilitas 25 persen menunjukkan bahwa peluang terjadinya kejadian berisiko yang terjadi menurut Savera Reptile selama mereka melakukan penjualan hewan reptil, yaitu sebesar 25 persen per minggu untuk probabilitas dengan dampak kerugian yang terjadi sebesar 25 persen dari total penerimaan yang diterima dalam minggu penjualan, yaitu sebesar Rp 7.072.155 Setelah batas tengah ditetapkan, selanjutnya sumber-sumber risiko diletakan sesuai dengan hasil probabilitas dan dampak yang telah dihitung. Berikut pemetaan risiko usaha jual beli hewan reptil pada Savera Reptile yang digambarkan pada gambar 13.
Gambar 11 Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil Gambar 11 menunjukkan hasil pemetaan dari status yang dimiliki masingmasing sumber risiko dan telah dipetakan ke dalam 4 kuadran. Sumber risiko yang berada pada kuadran 1 merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan terjadi atau probabilitas yang besar namun memiliki dampak kerugian yang kecil bagi pengusaha yang dilihat dari penentuan yang didasarkan dengan pengalaman para pengusaha, sumber risiko yang dihadapi pengusaha reptil yang berada pada kuadran tersebut ialah pemeliharaan, tampilan fisik produk, dan serangan penyakit. Sumber risiko yang berada di kuadran 2 merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak kerugian besar, sumber risiko yang dihadapi pengusaha reptil pada kuadran ini ialah persaingan pasar, dan daya beli masyarakat. Namun, tidak ada
49
sumber risiko usaha reptil yang dihadapi Savera Reptile pada kuadran 3 dan 4. Kuadran 3 merupakan daerah yang menunjukkan sumber risiko yang terjadi memiliki kemungkinan terjadi kecil dan dampaknya juga kecil, sedangkan kuadran 4 merupakan daerah yang menunjukkan kemungkinan terjadi sebuah sumber risiko kecil namun dampak yang ditimbulkan besar. Dilihat dari hasil tersebut maka diperlukan alternatif penanganan untuk mengatasi sumber risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Alternatif Penanganan Risiko Alternatif penanganan merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam menganalisis risiko penjualan pada Savera Reptile. Alternatif penanganan dilakukan setelah tahap identifikasi, analisis kemungkinan, analisis dampak, dan pemetaan risiko telah dilakukan. Hasil pemetaan yang telah dilakukan sebelumnya akan mengarahkan alternatif penanganan apa yang sebaikan dilakukan. Penanganan risiko dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu preventif dan mitigasi. Preventif merupakan sebuah penanganan yang dilakukan untuk menangani sumber risiko pada kuadran yang memiliki probabilitas risiko besar yaitu kuadran 1 dan 2, sedangkan mitigasi dilakukan untuk penanganan sumber risiko pada kuadran berdampak besar yaitu 2 dan 4. Adapun alternatif penanganan sumber risiko yang diusulkan kepada Savera Reptile, yaitu: Strategi Preventif Strategi preventif dilakukan untuk menangani risiko dengan upaya menghindari risiko yang dihadapi, sehingga kemungkinan terjadinya risiko menjadi kecil. Preventif merupakan sebuah penanganan yang dilakukan untuk menangani sumber risiko pada kuadran yang memiliki probabilitas risiko besar yaitu kuadran 1 dapat bergeser ke kuadran 3 dan kuadran 2 bergeser ke kuadran 4. Penanganan dengan upaya preventif yang biasanya digunakan dalam usaha reptil, yaitu pengecekan dan selektif kualitas produk yang di beli, pemberian pakan yang sesuai kebutuhan reptil, memberikan vitamin dalam menjaga ketahanan tubuh reptil, menyediakan lampu penghangat, proses penjemuran yang teratur, dan menyediakan konsultan / dokter hewan terkait pemilihan produk. Sumber risiko yang dihadapi usaha reptil pada Savera Reptil untuk tindakan preventif, yaitu pemeliharaan, tampilan fisik produk, dan serangan penyakit pada kuadran 1 serta persaingan pasar dan daya beli masyarakat pada kuadran 2, adapun penanganan yang dilakukan: 1. Tampilan Fisik Produk Alternatif penanganan yang direkomendasikan untuk sumber risiko tampilan fisik produk sebagai tindakan preventif atau menghindari risiko, yaitu dengan memahami ciri-ciri hewan reptile dari tingkat kemulusan produk, pengecekan saluran pencernaan dan pernafasan, serta corak dari hewan reptile yang ingin di beli. Dengan cara mengecek bagian tubuh serta melihat dengan teliti produk yang akan dibeli kita dapat mengatasi permasalahan kemulusan produk dan corak yang dimiliki oleh hewan reptile tersebut. Untuk pengecekan saluran pencernaan kita dapat melihat kotoran yang dikeluarkan oleh hewan reptile tersebut, apabila
50
kotoran tersebut berwarna hijau atau cair, kita dapat memastikan hewan reptil tersebut menderita gangguan pencernaan sehingga reptil dengan ciri tersebut tidak disarankan untuk di beli. Sedangkan untuk mengecek saluran pernafasan dapat dilihat dengan membuka mulut reptil tersebut dan melihat tingkah laku reptil tersebut, apabila terdapat lender atau sariawan serta lidah hewan reptil yang tidak keluar memungkinkan adanya gangguan pernafasan pada hewan reptil. Alternatif tersebut diharapkan dapat menggeser sumber risiko kualitas produk pada kuadran 1 menjadi ke kuadran 3, seperti pada Gambar 12. Probabilitas (%)
Besar
25,0
tingkat kemulusan produk, pengecekan saluran pencernaan dan pernafasan, serta corak dari hewan reptile
Kecil Kecil
7.072.155
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 12 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk Usulan alternatif penanganan preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari kuadran atas (kuadran 1) bergeser ke kuadran bawah (kuadran 3), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12 Jika dilihat dari penanganan preventif yang diusulkan tersebut, ada beberapa penanganan risiko yang telah dilaksanakan oleh anggota pembudidaya, namun karena keterbatasan kerja sama, tenaga kerja, waktu, serta ketelitian sehingga penanganan preventif tersebut belum dapat dilakukan dengan baik. 2. Persaingan Pasar Persaingan pasar merupakan sumber risiko usaha yang memiliki dampak terbesar dan memiliki tingkat probabilitas yang tinggi juga, oleh sebab itu harus dilakukan langkah penanggulangan untuk menekan tingkat risiko dari kuadran 2 menjadi kuadran 4, sehingga risiko tersebut dapat di atasi. Langkah preventif yang disarankan yaitu dengan meningkatkan kualitas dari produk yang dijual, peningkatan pelayanan terhadap costomer, peningkatan jaringan pemasaran, serta melakukan monitoring atas competitor-kompetitor yang ada. Dengan cara itu di harapkan dapat menekan tingkat risiko persaingan pasar, yaitu dapat dilihat pada Gambar 13.
51
meningkatkan kualitas produk, peningkatan pelayanan terhadap costomer, peningkatan jaringan pemasaran, serta melakukan monitoring atas kompetitorkompetitor
Probabilitas (%)
Besar
25,0
Kecil Kecil
7.072.155
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 13 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Persaingan Pasar Usulan alternatif penanganan preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari kuadran atas (kuadran 2) bergeser ke kuadran bawah (kuadran 4), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15 Jika dilihat dari penanganan preventif yang diusulkan tersebut, ada beberapa penanganan risiko yang belum dilakukan oleh Savera Reptile, yaitu melakukan monitoring terhadap competitor terkait dengan produk yang masuk serta harga yang di tawarkan. Dalam jaringan pemasaran harus ditingkatkan melalui jejaring social serta update terhadap web yang dimiliki pihak Savera Reptile. 3. Serangan Penyakit Alternatif penanganan yang direkomendasikan untuk sumber risiko serangan penyakit sebagai tindakan preventif atau menghindari risiko, yaitu dengan memahami perawatan terhadap hewan reptile, evaluasi kebersihan kandang, pengecekan sirkulasi udara, penyediaan vitamin, serta penyediaan obat-obatan terkait dengan serangan penyakit akibat parasit dan virus. Penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang dihadapi Savera Reptile dan berada pada kuadran 1. Pada kasus di Savera Reptile sumber timbulnya penyakit pada hewan reptil, yaitu dapat berasal dari parasit penyebab penyakit dan lingkungan yang kotor. Parasit merupakan organisme pengganggu yang dapat membuat reptil tidak sehat dan biasanya menjangkit ketika kondisi lingkungan tidak sesuai, sedangkan penyakit akibat virus karena ketidaksesuaian antara komponen lingkungan dan pakan sehingga menular melalui udara atau sentuhan langsung. Ciri-ciri sumber penyakit yang diakibatkan oleh adanya parasit dan virus serta alternatif penanganan dengan upaya preventif yang diusulkan untuk menangani sumber risiko tersedia pada Tabel 22.
52
Tabel 22 Jenis Penyakit dan Penangan Jenis Penyakit 1. Flu Penyebab: terlalu lembabnya kandang dan menurunnya suhu ruangan secara drastis Ciri-ciri: terdapat lender pada hidung dan tenggorokan reptile 2. Cacar Penyebab: lembabnya kandang dengan kotoran reptile di akumulasi dengan sinar matahari langsung Ciri-ciri: terdapat bentolan transparan di sekujur tubuh hewan reptile 3. Pencernaan Penyebab: kebersihan pakan, terdapat bakteri gram negative pada pakan reptile Ciri-ciri: kotoran berwarna hijau dan cair 4. Abses Penyebab: Gigitan mangsa (tikus, mencit) yang terinfeksi dalam jangka waktu lama Ciri-ciri: luka melebar dan nanah
-
-
Penanganan Penyediaan lampu penghangat Penyediaan obat vix formula 44 dan teramicin injeksi
-
Menjaga Kebersihan kandang Penggunaan lampu penghangat Penggunaan obat F10
-
Mengetahui
-
Membuat pingsan mangsa Penyediaan obat iodineprovidone 1.6-2.5%
-
Berdasarkan usulan alternatif pada Tabel 22 penanganan terhadap sumber risiko yang dihadapi oleh usaha hewan reptil pada Savera Reptile, diharapkan dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya atau probabilitas risiko tersebut agar pendapatan penjual hewan reptil dapat meningkat. Upaya preventif yang dapat dilakukan pada sumber risiko serangan penyakit dapat kita lihat pada Gambar 14.
53
Probabilitas (%)
Besar
Kebersihan kandang, penyediaan obat-obatan, pemisahan ruang reptil, sirkulasi udara, pakan yang sehat
25,0 Kecil Kecil
7.072.155
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 14 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Serangan Penyakit Usulan alternatif penanganan preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari kuadran atas (kuadran 1) bergeser ke kuadran bawah (kuadran 3), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Jika dilihat dari penanganan preventif yang diusulkan tersebut, ada beberapa penanganan risiko yang telah dilaksanakan oleh anggota pembudidaya, namun karena terlalu banyak produk reptil yang di beli menyebabkan penanganan preventif tersebut belum dapat dilakukan dengan baik. 4 . Pemeliharaan Sumber risiko pemeliharaan yang di alami oleh Savera Reptile ialah adanya perbandingan antara banyaknya reptil yang masuk dengan dengan pakan yang tersedia. Fakta yang di temui di lapang dari hasil wawancara dengan pihak Savera Reptile ialah menipisnya pasokan pakan dari wilayah Bogor dan Bandung akibat perbedaan harga di wilayah Sulawesi dan Jawa timur, sehingga suplay terbanyak di kirimkan ke wilayah tersebut. Adapun langkah preventif untuk menurunkan tingkat probabilitas terhadap sumber risiko pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 15.
54
Probabilitas (%)
Besar
25,0
Memproduksi pakan sendiri, Pemberian pakan alternative, menghimpun warga sekitar untuk berternak pakan tersebut
Kecil
Kecil
7.072.155
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 15 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Pemeliharaan Usulan alternatif penanganan preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari kuadran atas (kuadran 1) bergeser ke kuadran bawah (kuadran 3), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15. Jika dilihat dari penanganan preventif yang diusulkan tersebut, langkah yang paling tepat ialah dengan menghimpun warga sekitar dalam penyediaan pakan hewan reptile mengingat kesibukan pihak Savera Reptile dalam proses penjualan hewan reptil. 5. Daya Beli Masyarakat Sumber risiko daya beli masyarakat merupakan sumber ke-2 terbesar dari 5 sumber risiko yang memiliki tingkat probabilitas dan dampak yang besar. Hal tersebut ditandai dengan semakin sedikitnya variasi pembeli produk hewan reptil di Savera Reptile. Hal tersebut yang menjadi indikasi factor sumber risiko tersebut. Langkah preventif yang dapat di ambil untuk menurunkan tingkat probabilitas sumber risiko yang dapat di lakukan yaitu dengan mengadakan promo terhadap hewan reptil melalui diskon pembelian, pengadaan edukasi pada masyarakat, serta mengadakan gathering menyeluruh terhadap pecinta hewan reptil. Alternatif tersebut diharapkan dapat menggeser sumber risiko daya beli masyarakat pada kuadran 2 menjadi ke kuadran 4, seperti pada Gambar 16.
55
Pengadaan diskon, gathering dengan pecinta hewan reptil. Melakukan edukasi terhadap masyarakat
Probabilitas (%)
Besar
Kecil
25,0
Kecil
7.072.155
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 16 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat Usulan alternatif penanganan preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari kuadran atas (kuadran 2) bergeser ke kuadran bawah (kuadran 4), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16. Jika dilihat dari penanganan preventif yang diusulkan tersebut, ada beberapa penanganan risiko yang telah dilaksanakan oleh Savera Reptile, namun karena keterbatasan energi, tenaga kerja, serta waktu tersebut belum dapat dilakukan dengan baik. Mitigasi Alternatif penanganan mitigasi yaitu bentuk penanganan untuk memperkecil dampak risiko atau dengan pengurangan probabilitas yang terjadi. Mitigasi dilakukan apabila dampak risikonya besar terhadap perusahaan. Risiko-risiko yang berada pada kuadran 2 dan 4 diharapkan dapat bergeser ke kuadran 1 dan 3 dengan diberlakukannya penanganan secara mitigasi. Risiko harga reptil pada Savera Reptile yang termasuk kuadran 2, yaitu sumber risiko persaingan pasar dan daya beli masyarakat, berikut alternatif penanganan yang diusulkan: 1. Persaingan Pasar Alternatif penanganan yang direkomendasikan untuk sumber risiko persaingan pasar sebagai tindakan mitigasi, yaitu dengan memahami tingkah laku pasar dengan cara sering memonitoring selama proses jual beli hewan reptil, memberikan pelayanan terbaik pada pasar, menyediakan berbagai variasi produk sebagai pilihan pasar, apa bila terjadi beberapa gejala-gejala terhadap persaingan pasar, yaitu dapat di lihat pada Tabel 23.
56
Tabel 23 Strategi Mitigasi Sumber Risiko Persaingan Pasar Penyebab
Ciri-Ciri
Alternatif Penanganan
Harga yang lebih murah
Pasar datang lalu pindah ke toko lain
Mengadakan promo terhadap produk yang di jual
Variasi produk yang kurang lengkap
Pasar menanyakan produk yang tidak tersedia
Melengkapi produk yang di minati pasar
Tidak dapat menjangkau pasar luar kota
Adanya permintaan pengiriman produk yang tidak dapat di penuhi toko
Mengadakan kerjasama dengan jasa pengiriman terkait dengan hewan reptil
Tabel 23 menunjukkan beberapa tingkah laku pasar yang biasanya terjadi saat adanya persaingan pasar. Pada saat pengamatan ciri-ciri tersebut ditunjukkan beberapa pembeli, sehingga saat pembeli mulai menunjukkan gejala tersebut dilakukan tindakan agar dapat mengurangi dampak dari sumber risiko persaingan pasar yang terjadi. Penanganan yang dilakukan sebaiknya dilakukan dengan tepat waktu dan sesuai dengan fungsinya. Penanganan yang tepat waktu diharapkan dapat menurunkan dampak yang timbul agar tidak terlalu mengalami kerugian pasar, sedangkan fungsi dilakukan agar penanganan yang dilakukan tidak berlebihan dan sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi. Namun pada saat pemberian tindakan terkadang penanganan yang dilakukan terlambat, yaitu penanganan dilakukan setelah pasar sudah berpindah pada pesaing. Adapun penanganan mitigasi yang diusulkan seperti pada Gambar 17.
57
Menyediakan permintaan pasar terhadap hewan reptil yang ditujukan, memberikan diskon terhadap produk reptil, memberikan pelayanan terbaik terhadap setiap pembeli tanpa terjadi pengecualian, bekerjasama dengan jasa pengiriman hewan reptil dalam menjangkau pasar.
Probabilitas (%)
Besar
25,0
Kecil
Besar
7.072.155
Dampak (Rp)
Gambar 17 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Persaingan Pasar Gambar 17 menunjukkan usulan penangaan mitigasi sumber risiko persaingan pasar pada usaha penjualan hewan reptil pada Savera Reptile. Penanganan tersebut dapat berupa penyediaan permintaan pasar, diskon produk, peningkatan pelayanan, dan bekerjasama dengan jasa pengiriman hewan reptil. Penanganan tersebut memang telah dilakukan oleh Savera Reptile, namun masih terdapat beberapa kekurangan dari penanganan yang telah dilakukan. Hasil dari usulan penanganan mitigasi di atas diharapkan dapat mengurangi dampak risiko harga akibat adanya persaingan pasar, sehingga dampak kerugian yang ditanggung oleh Savera Reptile dapat berkurang. Proses penyediaan produk dalam penanganan sumber risiko persaingan pasar dilakukan agar pasar tidak pindah pada pesaing. Proses tersebut dilakukan dengan menanyakan produk reptil apa yang di cari dan diminati oleh pasar, setelah itu mengkonfirmasi kepada suplayer terhadap hewan reptil yang di cari. Hal tersebut telah dilakukan oleh Savera Reptile, namun masih terdapat beberapa kekurangan seperti keterlambatan penanganan dimana pasar terlalu lama didiamkan sehingga pasar memilih pindah ke penjual lain. Selain proses penyediaan produk, diperlukan proses monitoring berupa pemantauan selama tindakan tersebut, baik mengenai pembeli atau sarana prasarana penunjang pembeli dan tingkah laku pembeli itu sendiri. Jika pengenalan tingkah laku telah dilakukan dan dipahami, maka apabila terdapat tingkah laku pembeli yang memperlihatkan kekecewaan agar dapat di tangani. Agar pasar tidak berpindah ke pesaing, selalu sigap dalam penanganan berupa pelayanan yang baik. Kondisi pasar tersebut didapatkan dengan melakukan pengecekan secara periodik terhadap beberapa parameter kualitas air. 2. Daya Beli Masyarakat Apabila pasar sudah menunjukan ciri-ciri tersebuthal lain yang menjadi sumber risiko lain ialah mengenai daya beli masyarakat. Langkah
58
mitigasi yang dapat dilakukan dalam mengatasi sumber risiko daya beli masyarakat yaitu dengan langkah identifikasi, penyesuaian produk, melihat jangkauan pasar, serta revisi terhadap kebutuhan utama pasar. Alternatif penanganan tersebut diharapkan dapat menggeser sumber risiko daya beli masyarakat dari kuadran 2 ke kuadran 4 seperti pada Gambar 18.
Identifikasi, penyesuaian produk, melihat jangkauan pasar, serta revisi terhadap kebutuhan utama pasar
Probabilitas (%)
Besar 25,0
Kecil Besar
7.072.155
Dampak (Rp)
Gambar 18 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat Gambar 18 menunjukkan penanganan yang sebaiknya dilakukan oleh Savera Reptile untuk mengurangi dampak dari daya beli masyarakat. Adapun langkah yang disarankan yaitu dengan mengidentifikasi mengenai penyebab terjadinya risiko daya beli masyarakat, setelah itu menyesuaikan produk sesuai dengan kebutuhan atau keinginan pasar, melihat jangkauan pasar, serta merevisi terhadap produk mana saja yang dibutuhkan dan tidak di butuhkan terkait dengan kebutuhan dan kesukaan pasar. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak Savera Reptile tidak melakukan penanganan apapun, sehingga di sarankan untuk melakukan hal tersebut, dan di harapkan dapat menurunkan dampak dari risiko daya beli masyarakat tersebut. Analisis Penjualan dan Persentase Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile Sumber risiko yang telah di ulas sebelumnya mengakibatkan terjadinya kerugian atau pengurangan pendapatan Savera Reptile terkait dengan kenaikan dan penurunan penjualan hewan reptil. Terjadinya penurunan dan kenaikan penjualan hewan reptil tersebut di pengaruhi oleh persaingan pasar, tampilan fisik produk, daya beli masyarakat, pemeliharaan, dan serangan penyakit. Dari hasil pengamatan di lapang, terjadi kenaikan dan penurunan penjualan produk hewan reptil. Hal tersebut dapat di lihat pada data produk reptil tersedia dan terjual pada tabel 24.
59
Tabel 24 Data Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April 2014 Minggu Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total Reptil Total Tidak Total Terjual Tersedia Terjual (ekor) (ekor) (ekor) 514 270 244 553 19 534 225 125 100 298 92 206 204 32 172 174 64 110 110 43 46 114 67 47 269 113 156 156 45 111 167 34 133 133 28 105 105 33 77 72 58 14 361 125 236 236 64 172 269 155 114 113 88 25 243 83 160 194 33 161
Persentase Terjual (%) 47,47 96,56 44,44 69,13 84,31 63,21 60,91 41,29 57,99 71,15 79,64 78,95 68,57 19,44 65,37 72,88 42,38 22,12 65,84 82,99
Dari Tabel 24 kita dapat melihat adanya fluktuasi penjualan hewan reptil setiap minggunya. Dari penjualan setiap minggunya kita dapat melihat bahwa selama periode Desember 2013 hingga April 2014, persentase penjualan tertinggi ialah pada minggu ke-2. Pada minggu ke-2 total reptil tersedia ialah sebesar 553 ekor dengan total terjual 534 ekor atau dengan katalain 96,56% hewan reptil tersedia dapat terjual. Sedangkan apabila kita melihat pada minggu ke-14 terjadi penurunan penjualan terkait dengan masuknya produk reptil serta produk reptil yang terjual. Sebanyak 72ekor hewan reptil yang tersedia, hanya 14ekor yang dapat terjual atau dengan kata lain sebesar 19,44% reptil yang dapat terjual. Oleh sebab itu perlu adanya langkah preventif dan mitigasi yang telah di jelaskan sebelumnya dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan hewan reptil di Savera Reptile serta menekan kerugian atas adanya sumber –sumber-sumber risiko penjualan yang telah di ulas sebelumnya.
60
Simpulan Sumber risiko penjualan pada Savera Reptile didapatkan hasil adanya tingkat produk tidak terjual yang dapat menyebabkan kerugian pada Savera Reptile. Hal tersebut disebabkan oleh tampilan fisik produk, Persaingan pasar, serangan penyakit, pemeliharaan, dan penurunan daya beli masyarakat. Dari perhitungan status risiko secara keseluruhan yang telah dilakukan tingkat sumber risiko terbesar yang dihadapi ialah Persaingan Pasar, sedangkan yang terendah ialah sumber risiko pemeliharaan. Persaingan pasar memiliki nilai probabilitas sebesar 68,08% dengan dampak yang ditimbulkan sebesar Rp. 16.090.521. Oleh sebab itu pada langkah mitigasi dilakukan penyediaan permintaan pasar terhadap hewan reptil yang ditujukan, memberikan diskon terhadap produk reptil, memberikan pelayanan terbaik terhadap setiap pembeli tanpa terjadi pengecualian, bekerjasama dengan jasa pengiriman hewan reptil dalam menjangkau pasar.
Saran
1. Kegiatan dalam proses monitoring, proteksi, pembuatan strategi penjualan penting dilakukan dalam setiap kegiatan usaha jual beli hewan reptil di Savera Reptile. Jika dilihat dari strategi preventif yang diusulkan, ada beberapa penanganan risiko yang telah dilaksanakan oleh pihak Savera Reptile, namun karena keterbatasan pengetahuan, tenaga kerja, waktu, serta metode, penanganan strategi preventif tersebut belum dapat dilakukan dengan baik. Walaupun begitu jika proses tersebut dilakukan dengan baik, akan menjadi nilai tambah dalam menghadapi risiko penjualan. 2. Bagi penelitian selanjutnya mengenai risiko penjualan lebih baik dilakukan dengan menggunakan data yang lebih mudah didapat sehingga didapatkan data time series agar fluktuasi dari penjualan dapat terlihat dengan jelas dari waktu ke waktu, selain itu penelitian lain juga dapat dilakukan saat musim yang berbeda.
61
DAFTAR PUSTAKA Amri, Muhammad Khairul. 2011. Risiko Harga Sayuran di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Brotowijoyo.Djarubito Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Bandung: Erlangga Djohanputro B. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM. Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. New York: Macmillan Publishing Company. Fardiansyah, T.(2006), Refleksi dan Strategi Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Indonesia, Jakarta: Elex Media Komputindo. Hanafi. 2008. Risiko. Universitas Terbuka. Jakarta. Harwood, et al 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No. 774. Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S. Department of Agriculture. Kountur R. 2006. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara MengelolaRisiko Operasional Perusahaan). Jakarta : PPM. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Kurniati, M.Pd. Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung. UIN SGDBandung. Pangabean, Welfrin Chanrilo. 2011. Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor, Jawabarat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018. Solihin, Muhammad. 2009. Risiko Produksi dan Harga serta Pengaruhnya terhadap Pendapatan Peternak Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng-Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Siregar, YR. 2009. Analisis Risiko Harga Day OldChick (DOC) Broiler dan Layer Pada PT. Sierad Produce Tbk Parung, Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Soehartono, T dan A. Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Japan International Cooperation Agency. Jakarta. Soekartawi, Rusmadi, dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Stato, H. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Bawang Merah dan Peramalannya, Studi Kasus Pasar Induk Kramatjati, DKI Jakarta. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sumiati, U. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Bawang Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, 2002, Analisis Usaha Tani.UI-Press, Jakarta
62
Soekartawi, 2002, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tentamia, Mari Komariah. 2002. Analisis Penawaran dan Permintaan Bawang Merah di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. The International Union for the Conservation of Nature and Natural Resouces (IUCN) Rreport. 2000. The World Conservation Union on the Effectiveness of Trade Measures Contained in The Convetion on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. Wibowo, A.W.(2006), Pemilihan Portofolio Optimal Dengan PendekatanValue AtRisk (VaR), Thesis, MMUGM Yogyakarta.
63
Lampiran 1 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Ular yang Tersedia Pada Savera Reptile Minggu ke-
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18 M19 M20
BCI (ekor) 7 200 43 15 6 8 5 4 4 1 36 5 1 2 7 100 38 32 18
Jenis dan Jumlah Reptil Yang Tersedia Ular BCC CC MP RP BP CS KS RS (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) 4 20 3 14 6 10 5 3 4 5 20 6 13 8 2 7 7 3 58 4 2 7 3 5 8 127 1 3 6 2 4 76 1 2 1 5 6 30 1 8 5 1 10 30 3 3 3 15 25 1 57 1 7 8 1 10 3 3 20 1 4 8 1 5 5 72 3 8 10 3 1 2 5 30 15 1 7 1 6 2 1 12 7 7 11 2 2 1 8 9 5 7 9 2 150 6 5 2 3 9 1 76 3 5 7 4 2 45 3 2 7 7 1 5 20 3 4 4 1 5 10 10 4 4 5 10 8 4 -
Keterangan : BCI : Boa Constrictor Impera BCC : Boa Constrictor Constrictor CC : Candoia Carinata MP : Molurus Python RS : Rat Snake
RP BP KS CS
: Reticulatus Python : Ball Python : King Snake : Corn Snake
64
Lampiran 2 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kura-Kura yang Tersedia Pada Savera Reptile Minggu ke-
M1
IS RT (ekor) (ekor) 35 5
YN (ekor) 1
Jenis dan Jumlah Reptil Yang Tersedia Kura-Kura EM SC DM DP FT (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) 50 35 35 -
CS (ekor) 1 0
AS (ekor) 15
M2
-
3
1
44
-
24
-
-
1 0
15
M3
-
2
1
-
-
35
-
-
1 0
-
M4
100
2
-
-
-
8
-
-
8
7
M5
75
2
-
-
10
2
-
-
5
5
M6
40
2
-
-
5
-
-
50
5
1
M7
40
-
-
5
-
-
-
5
5
1
M8
19
-
-
3
30
-
-
5
2
1
M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15
15 8 4 1 21 10 -
1 1 1 1 1 1 1
-
1 1 50
7 1 -
50 35 10 -
50 43 15 10 -
5 5 -
3 0
5 1
M16
-
1
-
40
-
-
-
-
2 1
1
M17
-
-
-
33
-
-
-
-
1 5
1
M18
-
-
-
14
-
-
-
-
1 0
1
M19
-
-
-
1
30
78
55
-
1 0
1
M20
-
5
-
-
19
46
20
-
1 0
1
Keterangan: IS RT YN EM CS
:Indian Star : Radiata : Yniphora : Emys : Commont Snapping
SC DM FT DP AS
: Sulcata : Dada Merah : Forsteni : Dada Putih : Aligator Snapping
65
Lampiran 3 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kadal yang Tersedia Pada Savera Reptile Minggu ke-
Jenis dan Jumlah Reptil Yang Tersedia Kadal SM (ekor) TA (ekor) AG (ekor) LG (ekor) 200 5 1 50 150 3 1 44 50 2 1 5 2 5 2 5 2 5 3 100 1 1 55 1 1 3 1 3 1 1 1 44 1 50 36 1 40 20 33 14 10 1 10 5 -
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18 M19 M20 Keterangan: SM : Savanah Monitor AG : Albigularis
LG TA
: Leopard Gecko : Tegu Argentina
66
Lampiran 4 Lokasi dan Tempat Penelitian
(1) Peta Lokasi Savera Reptile
(2)Tampak Depan Savera Reptil
(3) Display Savera Reptile
(4) Tempat Penampungan
67
Lampiran 5 Reptil Tidak Terjual Akibat Tampilan Fisik Produk
(1) Corak Kurang Baik
(2) terdapat luka di badan
(3) Tulang menonjol
Lampiran 6 Reptil Tidak Terjual Akibat Penyakit
(1) Flu Pada Reptil
(4) Reptil Terkena Jamur
(2) IBD Pada Reptil
(3) Kutu Pada Reptil
(5) Pencernaan Reptil terganggu
68
Lampiran 7 Pakan dan Peralatan Penunjang
(1) Tikus Putih
(2) Feeding and Drink Dish
(4) Vitamin Reptil
(5) Media Pemeliharaan
(7) Obat Flu Reptil
(8) Obat Sariawan Reptil
(3) Lampu Penghangat Reptil
(6) Hiding Cave
(9) Obat Kutu Reptil
69
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Probabilitas Risiko Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile Jakarta Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk
Persaingan Pasar
Penyakit
Pemeliharaan
Daya Beli
Uraian Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Total (ekor) Rata-Rata (ekor) Standar Deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N
Nilai 246 12 7 10 -0.28 0.39 61,03 38,97 724 36 30 50 0,47 0,68 31,92 68,08 153 8 6 5 -0,5 0,31 69,15 30,85 54 3 2 5 1,0 0,84 15,87 377 19 25 20 0,04 0.52 48,38
70
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 29 Oktober tahun 1990 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan bapak Ivan Mawardi dan ibu Evi lelli. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996 di Sekolah Dasar (SD) Walisongo Bekasi dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nasional 1 Bekasi dan menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2005, kemudian pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Nasional 1 Bekasi. Tingkat pendidikan SMA diselesaikan oleh penulis pada tahun 2008. Pada waktu SMA penulis tergabung di dalam organisasi siswa Intra Sekolah (OSIS) dan menjabat sebagai Humas (Hubungan Masyarakat). Penulis juga terlibat didalam beberapa acara berskala nasional sewaktu SMA. Beberapa acara tersebut ialah “Green Art Theater Festival” ( Festival teater sejabodetabek) sebagai Humas, “Road to Asian Choir Games” (Konser paduan suara) sebagai ketua. Lulus dari pendidikan tingkat SMA, pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Program Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan dan lulus tahun 2011. Pada Program Diploma, penulis tergabung dalam organisasi Music Agriculture X-pression sebagai General Manager dan Vice General Manager II pada program Sarjana. Selain itu penulis juga tergabung dalam HIMALIKA (Himpunan Mahasiswa Lingkungan) sebagai sekretaris bidang 1. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana Alih Jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, penulis pernah ikut serta dalam beberapa kegiatan kepanitian di lingkungan kampus dan ikut berpartisipasi pada kegiatan sportakuler FEM tahun 2011 dan tahun 2012.